25
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cerebral palsy (CP) adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Gangguan neurologik ini menyebabkan cacat menetap 1,6 . Cerebral palsy terjadi akibat kerusakan atau gangguan pada otak yang sedang tumbuh (belum matang). Otak dianggap matang kira–kira pada usia 4 tahun, sedangkan menurut The American Academy for Cerebral Palsy batas kematangan otak adalah 5 tahun. Adapula beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa kematangan otak terjadi pada usia 8 – 9 tahun 2 . Pada tahun 1843, seorang dokter bedah berkebangsaan Inggris bernama William Little pertama kali mendeskripsikan suatu penyakit yang pada saat itu membingungkan dan menyerang anak-anak pada usia tahun pertama, yang menyebabkan kekakuan otot tungkai dan lengan. Kondisi itu disebut Little’s disease selama beberapa tahun. Sir William Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah Cerebral palsy 1,3 . 1

Referat Cerebral Palsy.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Referat Cerebral Palsy.doc

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Cerebral palsy (CP) adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi

pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak mengenai sel-sel motorik di

dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau

cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Gangguan

neurologik ini menyebabkan cacat menetap 1,6. Cerebral palsy terjadi akibat

kerusakan atau gangguan pada otak yang sedang tumbuh (belum matang). Otak

dianggap matang kira–kira pada usia 4 tahun, sedangkan menurut The American

Academy for Cerebral Palsy batas kematangan otak adalah 5 tahun. Adapula

beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa kematangan otak terjadi pada usia

8 – 9 tahun2.

Pada tahun 1843, seorang dokter bedah berkebangsaan Inggris bernama

William Little pertama kali mendeskripsikan suatu penyakit yang pada saat itu

membingungkan dan menyerang anak-anak pada usia tahun pertama, yang

menyebabkan kekakuan otot tungkai dan lengan. Kondisi itu disebut Little’s

disease selama beberapa tahun. Sir William Olser adalah yang pertama kali

memperkenalkan istilah Cerebral palsy1,3.

Diperkirakan lebih dari 100.000 orang Amerika berusia dibawah 18 tahun

mengalami berbagai tingkat neurologic disability hingga CP. Hampir 25 % orang

yang terdeteksi CP yang terdaftar di Perancis dan Inggris tidak dapat berjalan

(meski dengan dibantu sekalipun), dan 30% mengalami keterbelakangan mental

(mentally retardated)4. Di Amerika, prevalensi penderita CP dari yang ringan

hingga yang berat berkisar antara 1,5 sampai 2,5 tiap 1000 kelahiran hidup.

Angka ini didapatkan berdasarkan data yang tercatat pada pelayanan kesehatan,

yang dipastikan lebih rendah dari angka yang sebenarnya. Suatu penelitian pada

anak usia sekolah, prevalensi CP ditemukan 1,2 – 2,5 anak per 1.000 populasi.

Sedikitnya 5.000 kasus baru CP terjadi tiap tahunnya. Dari kasus tersebut 10%

sampai 15 % CP didapatkan adanya kelainan otak yang biasanya disebabkan oleh

infeksi atau trauma setelah bulan pertama kehidupan4.

1

Page 2: Referat Cerebral Palsy.doc

Di Indonesia, prevalensi penderita CP diperkirakan sekitar 1 – 5 per 1.000

kelahiran hidup. Laki–laki lebih banyak daripada perempuan. Seringkali terdapat

pada anak pertama. Hal ini mungkin dikarenakan kelahiran pertama lebih sering

mengalami kelahiran macet. Angka kejadiannya lebih tinggi pada bayi berat

badan lahir rendah dan kelahiran kembar. Umur ibu seringkali lebih dari 40 tahun,

terlebih lagi pada multipara4.

Penelitian–penelitian lain menyebutkan antara lain : kejadian CP menurun

apabila gestational age meningkat (dari 63,9 per 1000 kelahiran hidup pada < 28

minggu menjadi 0,9 per 1000 kelahiran hidup pada > 37 minggu) 7, kelahiran

kembar mempengaruhi kejadian CP, infeksi maternal yang menyebabkan demam

( > 38C) pada saat melahirkan meningkatkan kejadian CP 9 kali lipat dan semakin

tinggi status sosial ekonomi semakin tinggi pula kejadian CP 8,9.

I.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan kasus ini adalah untuk mengetahui definisi, etiologi,

patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan, hingga prognosis

Cerebral Palsy.

2

Page 3: Referat Cerebral Palsy.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Cerebral palsy (CP) adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi

pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak mengenai sel-sel motorik di

dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau

cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Gangguan

neurologik ini menyebabkan cacat menetap 1,6. Cerebral palsy terjadi akibat

kerusakan atau gangguan pada otak yang sedang tumbuh (belum matang). Otak

dianggap matang kira–kira pada usia 4 tahun, sedangkan menurut The American

Academy for Cerebral Palsy batas kematangan otak adalah 5 tahun. Adapula

beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa kematangan otak terjadi pada usia

8 – 9 tahun2.

II.2 Etiologi

Cerebral palsy dapat disebabkan faktor genetik maupun faktor lainnya.

Apabila ditemukan lebih dari satu anak yang menderita kelainan ini dalam suatu

keluarga, maka kemungkinan besar disebabkan faktor genetik. Waktu terjadinya

kerusakan otak secara garis besar dapat dibagi pada masa pranatal, perinatal dan

postnatal 4,10,11 :

1. Pranatal

− Kelainan perkembangan dalam kandungan, faktor genetik, kelainan kromosom

− Usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun

− Usia ayah < 20 tahun dan > 40 tahun

− Infeksi intrauterin : TORCH dan sifilis

− Radiasi sewaktu masih dalam kandungan

− Asfiksia intrauterin (abrubsio plasenta, plasenta previa, anoksia maternal,

kelainan umbilikus, perdarahan plasenta, ibu hipertensi, dan lain – lain).

− Keracunan kehamilan, kontaminasi air raksa pada makanan, rokok dan alkohol.

− Induksi konsepsi.

3

Page 4: Referat Cerebral Palsy.doc

− Riwayat obstetrik (riwayat kegugur an, riwayat lahir mati, riwayat melahirkan

anak dengan berat badan < 2000 gram atau lahir dengan kelainan morotik,

retardasi mental atau sensory deficit ).

− Toksemia gravidarum

Dalam buku–buku masih dipakai istilah toksemia gravidarum untuk kumpulan

gejala–gejala dalam kehamilan yang merupakan trias HPE (Hipertensi, Proteinuria

dan Edema), yang kadang–kadang bila keadaan lebih parah diikuti oleh KK

(kejang–kejang/konvulsi dan koma). Patogenetik hubungan antara toksemia pada

kehamilan dengan kejadian CP masih belum jelas. Namun, hal ini mungkin terjadi

karena toksemia menyebabkan kerusakan otak pada janin.

− Inkompatibilitas Rh

− Disseminated Intravascular Coagulation oleh karena kematian pranatal pada

salah satu bayi kembar

− Maternal thyroid disorder

− Siklus menstruasi yang panjang

− Maternal mental retardation

− Maternal seizure disorder

2. Perinatal

− Anoksia / hipoksia

Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah brain injury . Keadaan

inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal ini terdapat pada keadaan

presentasi bayi abnormal, disproporsi sefalo–servik, partus lama, plasenta previa,

infeksi plasenta, partus menggunakan instrumen tertentu dan lahir dengan seksio

caesar.

− Perdarahan otak akibat trauma lahir

Perdarahan dan anoksi dapat terjadi bersama–sama, sehingga sukar

membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak,

mengganggu pusat pernafasan dan peredaran darah, sehingga terjadi anoksia.

Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid akan menyebabkan penyumbatan

CSS sehingga menyebabkan hidrosefalus. Perdarahan di ruang subdural dapat

menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan spastis.

4

Page 5: Referat Cerebral Palsy.doc

− Prematuritas

− Berat badan lahir rendah

− Postmaturitas

− Primipara

− Antenatal care

− Hiperbilirubinemia

Bentuk CP yang sering terjadi adalah athetosis, hal ini disebabkan karena

frekuensi yang tinggi pada anak–anak yang lahir dengan mengalami

hiperbilirubinemia tanpa mendapatkan terapi yang diperlukan untuk mencegah

peningkatan konsentrasi unconjugated bilirubin. Gejala–gejala kernikterus yang

terdapat pada bayi yang mengalami jaundice biasanya tampak setelah hari kedua

dan ketiga kelahiran. Anak menjadi lesu dan tidak dapat menyusu dengan baik.

Kadangkala juga terjadi demam dan tangisan menjadi lemah. Sulit mendapatkan

Reflek Moro dan tendon pada mereka, dan gerakan otot secara umum menjadi

berkurang. Setelah beberapa minggu, tonus meningkat dan anak tampak

mengekstensikan punggung dengan opisthotonus dan diikuti dengan ekstensi

ektremitas.

− Status gizi ibu saat hamil

− Bayi kembar

− Ikterus

Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan

otak yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya

pada kelainan inkompatibilitas golongan darah.

− Meningitis purulenta

Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat

pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa CP.

− Kelahiran sungsang

− Partus lama

Partus lama yaitu persalinan kala I lebih dari 12 jam dan kala II lebih dari 1 jam.

Pada primigravida biasanya kala I sekitar 13 jam dan kala II sekitar 1,5 jam.

Sedangkan pada multigravida, kala I : 7 jam dan kala II : 1/5 jam. Persalinan yang

5

Page 6: Referat Cerebral Palsy.doc

sukar dan lama meningkatkan risiko terjadinya cedera mekanik dan hipoksia

janin.

− Partus dengan induksi / alat

− Polyhidramnion

− Perdarahan pada trimester ketiga.

3. Postnatal

− Anoksia otak : tenggelam, tercekik, post status epilepticus .

− Trauma kepala : hematom subdural.

− Infeksi : meningitis / ensefalitis yang terjadi 6 bulan pertama kehidupan,

septicaemia, influenza, measles dan pneumonia

− Luka parut pada otak pasca operasi

− Racun : logam berat, CO

− Malnutrisi

II.3 Klasifikasi

Pada otak, terdapat 3 bagian berbeda yang bekerja bersama menjalankan

dan mengontrol kerja otot yang berpengaruh pada pergerakan dan postur tubuh.

Bila terjadi kerusakan pada bagian otak itulah yang membuat seseorang menderita

CP. Bagian–bagian otak tersebut adalah sebagai berikut 12:

1. Korteks : spastik CP. Kelainan dalam kontrol gerakan

2. Ganglia basal : athetoid CP (athetosis/koreoathetosis). Kejang involunter, jerky

arms dan pergerakan kaki

3. Cerebellum : ataksik CP. Gangguan keseimbangan dan kesadaran spasial.

Terdapat bermacam–macam klasifikasi CP, tergantung berdasarkan apa

klasifikasi itu dibuat.

1. Berdasarkan gejala dan tanda neurologis13

a. Spastik

− Monoplegia

Pada monoplegia, hanya satu ekstremitas saja yang mengalami spastik. Umumnya

hal ini terjadi pada lengan / ekstremitas atas.

6

Page 7: Referat Cerebral Palsy.doc

− Diplegia

Spastik diplegia atau uncomplicated diplegia pada prematuritas. Hal ini

disebabkan oleh spastik yang menyerang traktus kortikospinal bilateral atau

lengan pada kedua sisi tubuh saja. Sedangkan sistem–sistem lain normal.

− Hemiplegia

Spastis yang melibatkan traktus kortikospinal unilateral yang biasanya menyerang

ekstremitas atas/lengan atau menyerang lengan pada salah satu sisi tubuh.

− Triplegia

Spastik pada triplegia menyerang tiga buah ekstremitas. Umumnya menyerang

lengan pada kedua sisi tubuh dan salah satu kaki pada salah salah satu sisi tubuh.

− Quadriplegia

Spastis yang tidak hanya menyerang ekstremitas atas, tetapi juga ekstremitas

bawah dan juga terjadi keterbatasan ( paucity) pada tungkai.

b. Ataksia

Kondisi ini melibatkan cerebelum dan yang berhubungan dengannya. Pada CP

tipe ini terjadi abnormalitas bentuk postur tubuh dan / atau disertai dengan

abnormalitas gerakan. Otak mengalami kehilangan koordinasi muskular sehingga

gerakan–gerakan yang dihasilkan mengalami kekuatan, irama dan akurasi yang

abnormal.

c. Athetosis atau koreoathetosis

Kondisi ini melibatkan sistem ekstrapiramidal. Karakteristik yang ditampakkan

adalah gerakan–gerakan yang involunter dengan ayunan yang melebar. Athetosis

terbagi menjadi :

− Distonik

Kondisi ini sangat jarang, sehingga penderita yang mengalami distonik dapat

mengalami misdiagnosis. Gerakan distonia tidak seperti kondisi yang ditunjukkan

oleh distonia lainnya. Umumnya menyerang otot kaki dan lengan sebelah

proximal . Gerakan yang dihasilkan lambat dan berulang–ulang, terutama pada

leher dan kepala.

− Diskinetik

Didominasi oleh abnormalitas bentuk atau gerakan–gerakan involunter, tidak

terkontrol, berulang–ulang dan kadangkala melakukan gerakan stereotype .\

7

Page 8: Referat Cerebral Palsy.doc

d. Atonik

Anak–anak penderita CP tipe atonik mengalami hipotonisitas dan kelemahan

pada kaki. Walaupun mengalami hipotonik namun lengan dapat menghasilkan

gerakan yang mendekati kekuatan dan koordinasi normal.

e. Campuran

Cerebral palsy campuran menunjukkan manifestasi spastik dan ektrapiramidal,

seringkali ditemukan adanya komponen ataksia.

2. Berdasarkan perkiraan tingkat keparahan dan kemampuan penderita untuk

melakukan aktifitas normal

a. Level 1 (ringan)

Anak dapat berjalan tanpa pembatasan/tanpa alat bantu, tidak memerlukan

pengawasan orangtua, cara berjalan cukup stabil, dapat bersekolah biasa, aktifitas

kehidupan sehari–hari 100 % dapat dilakukan sendiri.

b. Level 2 (sedang)

Anak berjalan dengan atau tanpa alat bantu, alat untuk ambulasi ialah brace,

tripod atau tongkat ketiak. Kaki / tungkai masih dapat berfungsi sebagai

pengontrol gaya berat badan. Sebagian besar aktifitas kehidupan sehari–hari dapat

dilakukan sendiri dan dapat bersekolah.

c. Level 3 (berat)

Mampu untuk makan dan minum sendiri, dapat duduk, merangkak atau mengesot,

dapat bergaul dengan teman–temannya sebaya dan aktif. Pengertian kejiwaan dan

rasa keindahan masih ada, aktifitas kehidupan sehari–hari perlu bantuan, tetapi

masih dapat bersekolah. Alat ambulasi yang tepat ialah kursi roda.

d. Level 4 (berat sekali)

Tidak ada kemampuan untuk menggerakkan tangan atau kaki, kebutuhan hidup

yang vital (makan dan minum) tergantung pada orang lain. Tidak dapat

berkomunikasi, tidak dapat ambulasi, kontak kejiwaan dan rasa keindahan tidak

ada.

3. Derajat Keparahan Serebral Palsy Menurut (Gross Motor Function

Classification System/GMFCS)

8

Page 9: Referat Cerebral Palsy.doc

a. Derajat I : berjalan tanpa hambatan, keterbatasan terjadi pada gerakan motorik kasar yang lebih rumit.

b. Derajat II : berjalan tanpa alat bantu, keterbatasan dalam ber-jalan di luar rumah dan di lingkungan masyarakat.

c. Derajat III : berjalan dengan alat bantu mobilitas, keterbatasan dalam berjalan di luar rumah dan di lingkungan masyarakat.

d. Derajat IV : kemampuan bergerak sendiri terbatas, mengguna-kan alat bantu gerak yang cukup canggih untuk berada di luar rumah dan di lingkungan masyarakat.

e. Derajat V : kemampuan bergerak sendiri sangat terbatas, walaupun sudah menggunakan alat bantu yang canggih.

II.4 Gambaran klinis

Gambaran klinik cerebral palsy tergantung dari bagian dan luasnya

jaringan otak yang mengalami kerusakan 3 :

1) Paralisis

Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia, triplegia.

Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran.

2) Gerakan involunter

Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat bersifat

flaksid, rigiditas, atau campuran.

3) Ataksia

Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan serebelum. Penderita

biasanya memperlihatkan tonus yang menurun (hipotoni), dan menunjukkan

perkembangan motorik yang terlambat. Mulai berjalan sangat lambat, dan semua

pergerakan serba canggung.

4) Kejang

Dapat bersifat umum atau fokal.

5) Gangguan perkembangan mental

Retardalasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak dengan cerebral

palsy terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia. Cerebral

palsy yang disertai dengan retardasi mental pada umumnya disebabkan oleh

anoksia serebri yang cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang

menyeluruh. Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila korteks serebri

tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada anggota gerak yang

9

Page 10: Referat Cerebral Palsy.doc

dapat digerakkan secara volunter. Dengan dikem- bangkannya gerakan-gerakan

tangkas oleh anggota gerak, perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara

positif.

6) Mungkin didapat juga gangguan penglihatan (misalnya: hemianopsia,

strabismus, atau kelainan refraksi), gangguan bicara, gangguan sensibilitas.

7) Problem emosional terutama pada saat remaja

II.5 Diagnosa

Untuk mendiagnosis CP disamping berdasarkan anamnesis yang teliti,

gejala–gejala klinis, juga diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya. Berikut

adalah beberapa tes yang digunakan untuk mendiagnosis CP 4 :

1. Elektroensefalogram (EEG)

EEG dapat dilakukan dari usia bayi sampai dewasa. Merupakan salah satu

pemeriksaan penting pada pasien dengan kelainan susunan saraf pusat. Alat ini

bekerja dengan prinsip mencatat aktivitas elektrik di dalam otak, terutama pada

bagian korteks (lapisan luar otak yang tebal). Dengan pemeriksaan ini, aktifitas

sel-sel saraf otak di korteks yang fungsinya untuk kegiatan sehari-hari, seperti

tidur, istirahat dan lain-lain, dapat direkam. Pada infeksi susunan saraf pusat

seperti meningitis, ensefalitis, pemeriksaan EEG perlu dilakukan untuk melihat

kemungkinan, misalnya terjadi kejang yang tersembunyi atau adanya bagian otak

yang terganggu.

2. Elektromiografi (EMG) dan Nerve Conduction Velocity (NCV)

Alat ini sangat berguna untuk membuktikan dugaan adanya kerusakan pada otot

atau syaraf. NCV digunakan terlebih dahulu sebelum EMG, dan digunakan untuk

mengukur kecepatan saat dimana saraf–saraf mentransmisikan sinyal. Selama

pemeriksaan NCV, elektroda ditempelkan pada kulit yang dilalui syaraf yang

spesifik untuk suatu otot atau sekelompok otot. Prinsip kerja NCV adalah

memberikan stimulus elektrik yang dihantarkan melalui elektrode, kemudian

respon dari otot dideteksi, diolah dan ditampilkan. Kekuatan dari sinyal yang

diberikan juga dihitung. Kondisi neurologis dapat menyebabkan NCV melambat

10

Page 11: Referat Cerebral Palsy.doc

atau menjadi lebih lambat pada salah satu sisi tubuh. EMG mengukur impulse dari

saraf dalam otot. Elektrode kecil diletakkan dalam otot pada lengan dan kaki dan

respon elektronik diamati dengan menggunakan suatu alat yang menampi lkan

gerakan suatu arus listrik (oscilloscope). Alat ini mendeteksi bagaimana otot

bekerja.

3. Tes Laboratorium

a. Analisis kromosom

Analisis kromosom dapat menunjukkan identifikasi suatu anomali genetik

(contohnya Down’s Syndrome) ketika anomali tersebut muncul pada sistem

organ.

b. Tes fungsi tiroid

Tes fungsi tiroid dapat menunjukkan kadar hormon tiroid yang rendah yang dapat

menyebabkan beberapa cacat bawaan dan retardasi mental berat. Tes fungsi tiroid

dapat menunjukkan kadar hormon tiroid yang rendah yang dapat menyebabkan

beberapa cacat bawaan dan retardasi mental berat.

c. Tes kadar ammonia dalam darah

Kadar ammonia yang tinggi di dalam darah ( hyperammonemia) bersifat toksik

terhadap sistem saraf pusat (seperti otak dan sumsum tulang belakang). Defisiensi

beberapa enzim menyebabkan kerusakan asam amino yang menimbulkan

hyperammonemia. Hal ini dapat disebabkan oleh kerusakan liver atau kelainan

metabolisme bawaan.

4. Imaging test

Tes gambar sangat membantu dalam mendiagnosa hidrosefalus, abnormalitas

struktural dan tumor. Informasi yang diberikan dapat membantu dokter

memeriksa prognosis jangka panjang seorang anak.

a. Magnetic Resonance Imaging atau MRI

MRI menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menciptakan

gambar dari struktur internal otak. Studi ini dilakukan pada anak–anak yang lebih

tua. MRI dapat mendefinisikan abnormalitas dari white matter dan korteks

motorik lebih jelas daripada metode–metode lainnya.

b. CT scan

11

Page 12: Referat Cerebral Palsy.doc

Teknik ini merupakan gabungan sinar X dan teknologi komputer, menghasilkan

suatu gambar yang memperlihatkan setiap bagian tubuh secara terinci termasuk

tulang, otot, lemak dan organ-organ tubuh. Suatu computed tomography scan

dapat menunjukkan malformasi bawaan, hemorrhage dan PVL pada bayi.

c. Ultrasound

Ultrasound menggunakan echo dari gelombang suara yang dipantulkan ke dalam

tubuh untuk membentuk suatu gambar yang disebut sonogram. Alat ini seringkali

digunakan pada bayi sebelum tulang tengkorak mengalami pengerasan dan

menutup untuk mendeteksi kista dan struktur otak yang abnormal.

II.6 Penatalaksanaan

Perawatan pada anak CP memerlukan pengertian dan kerja sama

yang baik dari pihak orang tua/keluarga penderita. Hal ini akan tercapai

dengan baik jika diorganisasi terpadu pada satu pusat klinik khusus.

Cerebral palsy yang dikelola tenaga tenaga dari pelbagai multidisipliner ( misal:

dokter anak, neurologis, ahli bedah ortopedi, bedah saraf, THT, guru luar biasa)2,3.

A. Aspek medis

1.Umum : Gizi yang baik perlu bagi tiap anak. Hal-hal lain seperti

imunisasi dan pencatatan rutin perkembangan berat badan anak perlu

dilaksanakan.

2.Obat-obatan : Diberikan sesuai dengan kebutuhan anak tergantung pada

gejala-gejala yang muncul antara lain:

a. Obat anti spastisitas

Biasanya indikasi pemberian obat - obatan anti spastisitas pada

penderita C.P. karena :

- Spastisitas penderita sangat hebat yang disertai rasa nyeri sehingga

mengganggu program rehabilitasi.

- Keadaan hiperefleksi yang sangant mengganggu fungsi motorik

(misalnya: ada klonus kaki yang hebat)

- Kontraksi pleksi pada tungkai yang progresif.

- Spasitisitas penderita yang mempersulit perawatan.

12

Page 13: Referat Cerebral Palsy.doc

b. Obat psikotropik

c. Antikonvulsan

3.Rehabilitasi medis : - Fisioterapi : tindakan ini harus segera dimulai

secara intensif untuk mencegah kecacatan. Latihan yang dilakukan berupa

latihan luas gerak sendi, latihan penguatan dan peningkatan daya tahan

otot, latihan duduk, latihan berdiri, latihan jalan, dll. Orang tua turut

membantu program latihan dirumah. Fisioterapi ini dilakukan sepanjang

penderita hidup.

- Terapi okupasi : terutama untuk latihan melakukan aktifitas

sehari-hari, evaluasi penggunaan alat-alat bantu. Latihan

keterampilan tangan dan aktifitas bimanual.

- Terapi wicara : angka kejadian gangguan bicara pada penderita

cerebral palsy berkisar antara 30-70%. Terapi wicara ini dilakukan

oleh ahli terapi wicara6.

4. Pembedahan ortopedi : Salah satu indikasi dilakukan tindakan

ortopedi jika sudah terjadi deformitas akibat proses spasme otot atau

telah terjadi kontraktur pada otot dan tendon. Dalam hal ini harus

dipertimbangkan secara matang beberapa factor sebelum melakukan

tindakan bedah.

B. Aspek non-medis

Mengingat selain terjadinya kecacatan motoric, juga sering terjadi

kecacatan mental, maka pada umumnya pendidikan khusus diperlukan.

Penderita cerebral palsy didididk sesuai dengan tingkat intelegensinya, dan

dapat diperlakukan sama dengan anak normal5,6.

13

Page 14: Referat Cerebral Palsy.doc

2.7 Prognosis

Di negara yang telah maju misalnya inggris dan skandinvia terdapat 20-

25% penderita cerebral palsy sebagai buruh penuh dan 30-50% tinggal di

institute cerebral palsy. Prognosis penderita dengan gejala motorik yang

ringan adalah baik, makin banyak gejala penyertanya dan makin berat gejala

motoriknya, makin buruk prognosisnya 2,3.

14

Page 15: Referat Cerebral Palsy.doc

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

1. Cerebral palsy (CP) adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada

suatu kurun waktu dalam perkembangan anak mengenai sel-sel motorik di dalam

susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat

pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Gangguan neurologik

ini menyebabkan cacat menetap 1,6 .

2. Cerebral palsy dapat disebabkan faktor genetik maupun faktor lainnya. Apabila

ditemukan lebih dari satu anak yang menderita kelainan ini dalam suatu keluarga,

maka kemungkinan besar disebabkan faktor genetik. Waktu terjadinya kerusakan

otak secara garis besar dapat dibagi menjadi : pada masa pranatal, perinatal dan

postnatal 4,10,11.

3. Terdapat bermacam–macam klasifikasi CP, tergantung berdasarkan apa

klasifikasi itu dibuat, yaitu berdasarkan gejala dan tanda neurologis13, dan

berdasarkan perkiraan tingkat keparahan dan kemampuan penderita untuk

melakukan aktifitas normal.

4. Untuk mendiagnosis CP disamping berdasarkan anamnesis yang teliti, gejala–

gejala klinis, juga diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya.

5. Perawatan pada anak CP memerlukan pengertian dan kerja sama yang

baik dari pihak orang tua/keluarga penderita. Hal ini akan tercapai dengan

baik jika diorganisasi terpadu pada satu pusat klinik khusus. Cerebral palsy

yang dikelola tenaga tenaga dari pelbagai multidisipliner ( misal: dokter anak,

neurologis, ahli bedah ortopedi, bedah saraf, THT, guru luar biasa)2,3.

6. Di negara yang telah maju misalnya inggris dan skandinvia terdapat 20-25%

penderita cerebral palsy sebagai buruh penuh dan 30-50% tinggal di

institute cerebral palsy. Prognosis penderita dengan gejaka motorik yang

ringan adalah baik, makin banyak gejala penyertanya dan makin berat gejala

motoriknya, makin buruk prognosisnya 2,3.

15

Page 16: Referat Cerebral Palsy.doc

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Fairhurst C. 2011. Cerebral Palsy : The ways and hows. In: Arch Dis Child

Educ Pract. BMJ 97 : 122-131

2. Suharso D. 2006. Cerebral Palsy : Dianosis dan tatalaksana. Dalam : Buku

Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak VI. Universitas Airlangga. Surabaya

3. Kurniadi A. 2012. Cerebral Palsy. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Sumatera

Utara. Medan

4. Mardiani E. 2006. Faktor-faktor Risiko Prenatal dan Perinatal Kejadian

Cerebral Palsy. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang

5. Adnyana IMO. 1995. Cerebral Palsy ditinjau dari Aspek Neurologi. Universitas

Udayana. Denpasar.

6. Hartono, Bambang. 2004. Perbedaan Faktor Risiko dan Berbagai Fungsi Dasar

antara Cerebral Palsy tipe Hemi plegik dengan Tipe Diplegia Spastika . Media

Medika Indonesia Vol.39 No.1:5 – 9.

7. Joseph KS, Alexander C. Allen. 2003. Does the risk of cerebral palsy increase

or decrease with increasing gestational age. BMC Pregnancy and Childbirth; 3 : 8

8. Liu Jian-meng, Zhu Li, Qing lin. 2000. Cerebral Palsy and multiple birth in

China. Int J Epid ; 29 : 292 – 299

9. Sundrum R, Logan S, A Wallace, N Spenser. 2005. Cerebral Palsy and

Sosioeconomic Status : A Retrospective Cohort Study . Arch Dis Child;90:15–18

10. Ratanawongsa Boosara, MD. 2004. Cerebral Palsy . eMedicine.com, Inc. Last

update October 13, 2004

11. Wiknjosastro Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan . Editor Abdul Bari Syaifuddin,

Trijatmo Rachimdani. Edisi ke-3, Cetakan ke-6. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, 193 – 201

12. Parkers, J., Donnelly, D. dan Hill N. 2005. Further Information about Cerebral

Palsy. Scope Library and Information Unit. April 2005

13. Rosenbaum Peter. 2003. Cerebral Palsy : What parents and Doctors want to

Know. BMJ;326:970 – 4.

16

Page 17: Referat Cerebral Palsy.doc

14. Rotta NT. Cerebral palsy, new therapeutic possibilities. J . Pediatr.

2002;78(Supl. 1) 548-554

15. Murphy DJ et al. BMJ 1997;314:404 Wilson-Castello D et al. Pediatrics

1998;102:315-322

16. Illingworth SR. The diagnosis of cerebral palsy, in The development of the

infant and young children, Ninth Ed, Churchill Livingstone, 2002, p. 314-337

17. Nuartha AABN. Cerebral Palsy. Berita Ikayana, no.02, 2005.

17