37
TUGAS REFERAT FORENSIK ASPEK MEDIKOLEGAL KORBAN MATI AKIBAT TRAUMA BENDA TUMPUL Oleh: Tita Luthfia S. 0810710107 Mirza Fitri J. 0810713021 Khairulanwar 0610714012 Pembimbing: dr. Etty Kurnia, SpF LABORATORIUM ILMU KEDOKTERAN FORENSIK RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

TUGAS REFERAT FORENSIK

ASPEK MEDIKOLEGAL KORBAN MATI

AKIBAT TRAUMA BENDA TUMPUL

Oleh:

Tita Luthfia S. 0810710107

Mirza Fitri J. 0810713021

Khairulanwar 0610714012

Pembimbing:

dr. Etty Kurnia, SpF

LABORATORIUM ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

Page 2: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2

BAB 1 PENDAHULUAN 3

1.1 Latar Belakang 3

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Tujuan 4

1.4 Manfaat 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Definisi Luka 5

2.2 Deskripsi Luka 5

2.3 Klasifikasi Luka 6

2.4 Trauma Benda Tumpul 7

2.5 Jenis-jenis Luka Akibat Trauma Benda Tumpul 9

2.6 Aspek Medikolegal Luka Trauma Benda Tumpul 18

BAB 3 PERMASALAHAN 20

BAB 4 PEMBAHASAN 21

4.1 Deskripsi Luka Akibat Trauma Benda Tumpul 21

4.2 Sebab Kematian Akibat Trauma Benda Tumpul 23

4.3 Aspek Medikolegal Korban Mati Trauma Benda Tumpul 26

DAFTAR PUSTAKA 28

2

Page 3: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka akibat trauma benda tumpul adalah kerusakan jaringan yang

disebabkan oleh benda atau alat yang tidak bermata tajam, konsistensi keras

atau kenyal, dan permukaan halus atau kasar. Cara kejadian trauma benda

tumpul lebih sering disebabkan karena kecelakaan atau penganiayaan, jarang

karena bunuh diri (Satyo, 2006).

Berdasarkan data otopsi di Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit

Umum dr. Saiful Anwar Malang dari bulan Januari 2012 hingga Desember 2012

menunjukkan data korban mati akibat trauma benda tumpul sebagian besar

disebabkan karena kecelakaan lalu lintas. Dari total 492 kasus kematian yang

diotopsi, sebanyak 408 kasus merupakan kecelakaan lalu lintas. Sebagian besar

kecelakaan lalu lintas merupakan kecelakaan sepeda motor, pejalan kaki, dan

sisa nya bus, truk, dan kereta api.

Jenis luka yang ditimbulkan akibat trauma benda tumpul yang sering

dijumpai dalam kasus kecelakaan lalu lintas antara lain luka memar, luka babras,

luka robek dengan tepi tidak rata, serta patah tulang. Bagian tubuh yang paling

banyak terkena adalah kepala dan anggota gerak atas dan bawah. Luka-luka

tersebut dapat menyebabkan dampak kerusakan jaringan maupun organ

bervariasi mulai dari ringan hingga berat, bahkan lebih parah yaitu kematian.

Sebab kematian terjadi karena kerusakan organ vital atau perdarahan yang

banyak (Vincent dan Dominick, 2001).

Luka trauma benda tumpul yang terjadi akibat kecelakaan lalu lintas

merupakan akibat dari benda yang mengenai atau melukai orang yang relatif

tidak bergerak dan orang bergerak ke arah benda yang tidak bergerak. Dalam

bidang medikolegal kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan, walaupun terkadang

sulit dipastikan. Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika

diperhatikan lebih lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme

tersebut. Oleh karena itu, pada referat ini akan dibahas lebih lanjut mengenai

deskripsi luka trauma benda tumpul, mekanisme luka akibat trauma benda

tumpul, serta aspek medikolegal yang diharapkan dapat membantu dalam proses

pemeriksaan untuk kepentingan di bidang kedokteran forensik.

3

Page 4: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana deskripsi luka akibat trauma benda tumpul ?

b. Apakah sebab kematian akibat trauma benda tumpul ?

c. Bagaimana aspek medikolegal dari korban mati akibat trauma benda

tumpul ?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui deskripsi luka akibat trauma benda tumpul

b. Untuk mengetahui sebab kematian akibat trauma benda tumpul

c. Untuk mengetahuia aspek medikolegal dari korban mati akibat trauma

benda tumpul

1.4 Manfaat

a. Menambah pengetahuan tentang trauma benda tumpul

b. Menambah informasi tentang aspek medikolegal dari korban mati akibat

trauma benda tumpul

c. Dapat dijadikan sumber referensi dalam praktik klinis dokter untuk

kepentingan di bidang kedokteran forensik

4

Page 5: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Luka

Luka merupakan gangguan dari kontinuitas jaringan yang disebabkan

oleh suatu energi mekanik eksterna. Terminologi cedera digunakan sebagai

sinonim dari kata luka, bahkan dapat memberikan maksud yang lebih luas dan

tidak hanya membahas kerusakan yang diakibatkan oleh energi fisik tapi juga

kerusakan lain yang diakibatkan oleh panas, dingin, bahan kimiawi, listrik dan

radiasi. Sedangkan terminology lesi awalnya bermaksud cedera namun

digunakan untuk mendeskripsikan suatu cedera, penyakit maupun degenerasi

lokal pada jaringan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi atau struktur.

Oleh karena itu, penggunaan kata cedera atau luka merujuk kepada kerusakan

akibat dari penyebab bukan alami, sementara kata lesi merujuk kepada suatu

yang tidak dapat dipastikan apakah disebabkan oleh penyebab alami atau tidak

(Idries, 2008).

Traumatologi berasal dari bahasa Yunani, yang berarti luka, adalah

cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma, perlukaan, cedera

serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa), yang kelainannya

terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang

menimbulkan jejas. Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap seseorang yang

menderita luka akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk

dapat memberikan kejelasan dari permasalahan jenis luka yang terjadi, jenis

kekerasan yang menyebabkan luka, dan kualifikasi luka (Shkrum dan Ramsay,

2007).

2.2 Deskripsi Luka

Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi,

bentuk, ukuran, dan sifat luka. Sedangkan untuk luka tertutup, sifat luka tidak

perlu dicantumkan dalam pendeskripsian luka. Untuk penulisan deskripsi luka

jumlah, lokasi, bentuk, ukuran tidak harus urut tetapi penulisan harus selalu

ditulis diakhir kalimat.

Deskripsi luka meliputi: (Idries, 2008)

1. Jumlah luka

2. Lokasi luka, meliputi:

5

Page 6: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

a. Lokasi berdasarkan region anatomi nya

b. Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian

tertentu dari tubuh

c. Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat dilakukan untuk luka pada

regio yang luas seperti di dada, perut, punggung. Koordinat tubuh dibagi

dengan menggunakan garis khayal yang membagi tubuh menjadi dua yaitu

kanan dan kiri, garis khayal mendatar yang melewati puting susu, garis

khayal mendatar yang melewati pusat, dan garis khayal mendatar yang

melewati ujung tumit. Pada kasus luka tembak harus selalu diukur jarak

luka dari garis khayal mendatar yang melewati kedua ujung tumit untuk

kepentingan rekonstruksi. Untuk luka di bagian punggung dapat

dideskripsikan lokasinya berdasarkan garis khayal yang menghubungkan

ujung bawah tulang belikat kanan dan kiri.

3. Bentuk luka, meliputi :

a. Bentuk sebelum dirapatkan

b. Bentuk setelah dirapatkan

4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam bentuk

panjang x lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau milimeter.

5. Sifat-sifat luka, meliputi :

a. Daerah pada garis batas luka, meliputi :

- Batas (tegas atau tidak tegas)

- Tepi (rata atau tidak rata)

- Sudut luka (runcing atau tumpul)

b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:

- Jembatan jaringan (ada atau tidak ada)

- Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terdiri dari apa)

- Dasar luka

c. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi :

- Memar (ada atau tidak)

d. Lecet (ada atau tidak)

e. Tatoase (ada atau tidak)

2.3 Klasifikasi Luka

Secara umum, luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi

menurut penyebabnya yaitu, trauma benda tumpul, trauma benda tajam dan luka

tembak (Vincent dan Dominick, 2001).

6

Page 7: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

a. Trauma Benda Tumpul

Luka trauma benda tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu alat atau

senjata yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang

lain orang bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak. Luka akibat

trauma benda tumpul dibagi menjadi beberapa kategori yaitu luka lecet (abrasi),

luka memar (kontusio), dan luka robek (laserasi).

b. Trauma Benda Tajam

Luka trauma benda tajam merupakan putusnya atau rusaknya kontinuitas

jaringan karena trauma akibat alat/senjata yang bermata tajam dan atau

berujung runcing. Pada kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun

tetap harus dipikirkan kemungkinan karena suatu kecelakaan; tetapi pada

umumnya karena suatu peristiwa pembunuhan atau peristiwa bunuh diri. Luka

yang disebabkan oleh beda yang berujung runjing dan bermata tajam dibagi

menjadi beberapa kategori, yaitu luka tusuk (stab wound), luka Iris (incised

wound), luka bacok (chop wound).

c. Luka Tembak

Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru

atau persentuhan peluru dengan tubuh. Termasuk dalam luka tembak adalah

luka penetrasi dan perforasi. Luka penetrasi terjadi bila anak peluru memasuki

suatu objek dan tidak keluar lagi, sedangkan pada luka perforasi anak peluru

menembus objek secara keseluruhan.

2.4 Trauma Benda Tumpul

Trauma beda tumpul adalah luka yang disebabkan karena persentuhan

tubuh dengan benda yang permukaannya tumpul. Benda tumpul yang sering

mengakibatkan luka antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju, lantai, jalan dan

lain-lain. Adapun definisi dari benda tumpul itu sendiri adalah : (Idries, 2006)

- Tidak bermata tajam

- Konsistensi keras / kenyal

- Permukaan halus / kasar

Luka akibat trauma benda tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu

benda yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan orang

bergerak ke arah benda yang tidak bergerak. Dalam bidang medikolegal kadang-

kadang hal ini perlu dijelaskan, walaupun terkadang sulit dipastikan. Sekilas

7

Page 8: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut terdapat

perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu (Vincent dan Dominick, 2001).

Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat

dikenali, yang mengarah kepada kepentingan medikolegal. Pola trauma banyak

macamnya dan dapat bercerita pada pemeriksa medikolegal. Kadangkala sukar

dikenali, bukan karena korban tidak diperiksa, namun karena pemeriksa

cenderung memeriksa area per area, dan gagal mengenali polanya. Foto korban

dari depan maupun belakang cukup berguna untuk menetukan pola trauma.

Persiapan diagram tubuh yang memperlihatkan grafik lokasi dan penyebab

trauma adalah latihan yang yang baik untuk mengungkapkan pola trauma

(Shkrum dan Ramsay, 2007).

Contoh pola trauma:

a. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat

terjadi kecelakaan, Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan menjadi

fragmen-fagmen kecil. Luka yang terjadi dapat berupa abrasi, kontusio, dan

laserasi yang berbentuk segiempat atau sudut.

b. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan fraktur

tulang panjang kaki. Hal ini disebut ‘bumper fractures’. Adanya fraktur tersebut

yang disertai luka lainnya pada tubuh yang ditemukan di pinggir jalan,

memperlihatkan bahwa korban adalah pejalan kaki yang ditabrak oleh

kendaraan bermotor dan dapat diketahui tinggi bempernya. Karena hampir

seluruh kendaraan bermotor ‘nose dive’ ketika mengerem mendadak,

pengukuran ketinggian bemper dan tinggi fraktur dari telapak kaki, dapat

mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor untuk mengerem

pada saat kecelakaan terjadi.

c. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan adanya pola

luka pada dan di bawah area ‘hat band’ dan biasanya terbatas pada satu sisi

wajah. Dengan adanya pola tersebut mengindikasikan jatuh sebagai

penyebab, bukan karena dipukul.

d. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukulan yang

kepalan tangan, luka tumpul yang terjadi dapat tidak begitu terlihat dari luar,

namun menimbulkan edem jaringan pada bagian dalam, tepat di depan gigi

geligi. Frenum pada bibir atas kadang rusak, terutama bila korban adalah bayi

yang sering mendapat pukulan pada kepala.

e. Kekerasan benda tumpul pada leher dapat berakibat patah tulang leher, robek

pembuluh darah, otot, oesophagus, trachea/larynx, dan kerusakan syaraf

8

Page 9: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

f. Kekerasan benda tumpul pada dada dapat berakibat patah os costae,

sternum, scapula, clavicula, robek organ jantung, paru, pericardium

g. Kekerasan benda tumpul pada perut dapat berakibat patah os pubis, os

sacrum, symphysiolysis, luxatio sendi sacro iliaca, robek organ hepar, lien,

ginjal. Pankreas, adrenal, lambung, usus,v.urinari

h. Kekerasan benda tumpul pada vertebra dapat berakibat fraktura, dislokasi os

vertebrae

i. Kekerasan benda tumpul pada anggota gerak dapat berakibat patah tulang,

dislokasi sendi, robek otot, pembuluh darah, dan kerusakan saraf

2.5 Jenis Luka Akibat Trauma Benda Tumpul

Luka akibat trauma benda tumpul dapat berupa salah satu atau

kombinasi dari luka memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.

Derajat luka, perluasan luka, serta penampakan dari luka yang disebabkan oleh

trauma benda tumpul bergantung kepada:

- Kekuatan dari benda yang mengenai tubuh

- Waktu dari benda yang mengenai tubuh

- Bagian tubuh yang terkena

- Perluasan terhadap bagian tubuh yang terkena

- Jenis benda yang mengenai tubuh

Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan

kerusakan yang disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan

berbagai tipe luka. Luka akibat trauma benda tumpul dibagi menurut beberapa

kategori (Vincent dan Dominick, 2001).

a Luka Lecet (Abrasi)

Luka lecet adalah luka yang superfisial, kerusakan tubuh terbatas hanya

pada lapisan kulit epidermis. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis

pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari

pengelupasan dapat ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang

dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah dimana epidermis bergulung,

tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang menandakan

ketidakteraturan benda yang mengenainya (Vincent dan Dominick, 2001).

Karakteristik luka lecet :

- Sebagian/seluruh epitel hilang terbatas pada lapisan epidermis

- Disebabkan oleh pergeseran dengan benda keras dengan permukaan kasar

dan tumpul

9

Page 10: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

- Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (krusta)

- Timbul reaksi radang (Sel PMN)

- Sembuh dalam 1-2 minggu dan biasanya pada penyembuhan tidak

meninggalkan jaringan parut

Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang

mengenainya. Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang.

Perkiraan kasar usia luka dapat ditentukan secara mikroskopik. Kategori yang

digunakan untuk menentukan usia luka adalah saat ini (beberapa jam sebelum),

baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai beberapa hari), beberapa hari lau,

lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi

dapat terjadi pada abrasi yang luas (Idries, 2008).

Memperkirakan umur luka lecet:

- Hari ke 1 – 3 : warna coklat kemerahan

- Hari ke 4 – 6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram

- Hari ke 7 – 14 : pembentukan epidermis baru

- Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkap

Luka lecet juga harus dibedakan terjadinya, apakah ante mortem atau

post mortem. Berikut ini tabel yang menunjukkan perbedaan dari keduanya:

Tabel 1. Perbedaan Luka Lecet Ante Motem dan Post Mortem

ANTE MORTEM POST MORTEM

Coklat kemerahan

Terdapat sisa sisa-sisa epitel

Tanda intravital (+)

Sembarang tempat

Kekuningan

Epidermis terpisah sempurna dari dermis

Tanda intravital (-)

Pada daerah yang ada penonjolan tulang

Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan

sebagai luka lecet gores (scratch), luka lecet serut (scrape), luka lecet tekan

(impact abrasion) dan luka lecet berbekas (patterned abrasion).

- Luka lecet gores (Scratch)

Diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang menggores kulit)

yang menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya dan

mengakibatkan lapisan tersebut terangkat, sehingga dapat menunjukan arah

kekerasan yang terjadi.

- Luka lecet serut (Scraping)

10

Page 11: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

Adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan

permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan di tentukan dengan melihat letak

tumpukan epitel.

Gambar 2.1 Bentuk dari abrasi dapat menandakan jenis permukaan yang kontak dengan kulit. (Dikutip dari forensic pathology 2nd edition)

- Luka lecet tekan (Impact abrasion)

Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah

jaringan yang lentur maka, bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan

bentuk permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan

identifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk yang khas, misalnya

kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan dan sebagainya. Gambaran luka lecet

tekan yang di temukan pada mayat adalah daerah kulit yang kaku dengan

warna yang lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya jaringan

yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca

kematian.

11

Page 12: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

Gambar 2.2 Impact abrasion pada sisi kanan wajah. (Dikutip dari kepustakaan forensic pathology 2nd edition)

b. Kontusio (Luka Memar)

Kontusio terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang singkat.

Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat

menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya.

Kontusio adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam

jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan pecahnya

pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul (Vincent dan Dominick,

2001).

Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi

pada daerah dimana jaringan longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada

orang yang lanjut usia, maka luka memar yang tampak seringkali tidaka

sebanding dengan kekerasan, dalam arti seringkali lebih luas; dan adanya

jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya “memar” ke daerah yang

lebih rendah, berdasarkan gravitasi.

Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi

mengenai bentuk dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah

“perdarahan tepi” (marginal haemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas

ban kendaraan, dimana pada tempat yang terdapat tekanan justru tidak

menunjukkan kelainan, kendaraan akan menepi sehingga terbentuk perdarahan

tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang ban

yang berdekatan.Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu

lamanya luka, namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu

12

Page 13: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

yang terkena. Tidak ada standar pasti untuk menentukan lamanya luka dari

warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik.

Luka memar dapat diklasifikasikan sebagai luka memar superficial

(Superficial), Luka memar dalam (Deep), dan luka memar berbekas (Patterned/

imprint).

a. Luka memar superfisial

Luka memar superficial dapat terjadi secara segera, disebabkan oleh

akumulasi darah secara subkutan.

b. Luka memar dalam

Luka memar dalam menandakan adanya akumulasi pendarahan lebih

dalam dari lapisan kulit subkutan. Biasanya jenis luka ini memerlukan 1 sampai 2

hari untuk dapat terlihat di permukaan kulit.

c. Luka memar berbekas

Luka memar berbekas disebabkan oleh penekanan pada tubuh, biasanya

objek yang menekan tubuh meninggalkan bekas pada permukaan kulit. Pada

mayat waktu antara terjadinya luka memar, kematian dan pemeriksaan

menentukan juga karekteristik memar yang timbul. Semakin lama waktu antara

kematian dan pemeriksaan luka akan semakin membuat luka memar menjadi

gelap. Pemeriksaan mikroskopik adalah sarana yang dapat digunakan untuk

menentukan waktu terjadinya luka sebelum kematian. Namun sulit menentukan

secara pasti karena hal tersebut pun bergantung pada keahlian pemeriksa.

Gambar 2.3 Luka memar pada bagian dada kiri (Dikutip dari kepustakaan forensic pathology 2nd edition)

Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya

penurunan darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif

sehingga dapat menyebabkan syok, penurunan kesadaran, bahkan kematian.

13

Page 14: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah di bawah kulit yang akan

mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga dapat

menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat

menjadi tempat media berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan

kekurangan atau ketiadaaan aliran darah sirkulasi menyebabkan saturasi

oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering

adalah golongan clostridium yang dapat memproduksi gas gangrene (Idries,

2006)

Memperkirakan umur luka memar :

- Hari ke 1 : terjadi pembengkakan warna merah kebiruan

- Hari ke 2 – 3 : warna biru kehitaman

- Hari ke 4 – 6 : biru kehijauan–coklat

- > 1 minggu-4 minggu : menghilang / sembuh

Lebam mayat atau livor mortis sering salah diinterpretasikan dengan luka

memar. Livor mortis merupakan perubahan warna ungu kemerahan pada area

mengikuti posisi tubuh disebabkan oleh akumulasi darah oleh pembuluh darah

kecil secara gravitasi. Berikut ini perbedaan luka memar dengan lebam mayat:

(Vincent dan Dominick, 2001).

Tabel 2. Perbedaan Luka Memar dan Lebam Mayat

LUKA MEMAR LEBAM MAYAT

Di sembarang tempat

Pembengkakan (+)

Tanda Intravital (+)

Ditekan tidak menghilang

Diiris : tidak menghilang

Bagian tubuh yang terendah

Pembengkakan (-)

Tanda Intravital (-)

Ditekan Menghilang

Diiris : dibersihkan dengan kapas menjadi bersih

Luka memar atau kontusio juga dapar terjadi pada organ dan jaringan

dalam. Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang berbeda. Pada organ

vital seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan

fungsi dan bahkan kematian.

Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan

terjadi peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat

menyebabkan reaksi peradangan bertambah hebat. Peradangan ini dapat

menyebabkan penurunan kesadaran, koma dan kematian. Kontusio dan

perangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan gangguan fungsi organ lain

14

Page 15: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang mengontrol

pernapasan dan peredaran darah.

Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-

abu. Beberapa dapat lebih dalam, mengenai daerah putih otak. Kontusio pada

bagian superfisial atau daerah abu-abu sangat penting dalam ilmu forensik.

Rupturnya pembuluh darah dengan terhambatnya aliran darah menuju otak

menyebabkan adanya pembengkakan dan seperti yang telah disebutkan

sebelumnya, lingkaran kekerasan dapat terbentuk apabila kontusio yang

terbentuk cukup besar, edema otak dapat menghambat sirkulasi darah yang

menyebabkan kematian otak, koma, dan kematian total. Poin kedua terpenting

dalam hal medikolegal adalah penyembuhan kontusio tersebut yang dapat

menyebabkan jaringan parut yang akan menyebabkan adanya fokus epilepsi.

Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio. Kontusio ringan dan

sempit pada daeran yang bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran impuls

dapat menyebabkan gannguan pada irama jantung atau henti jantung. Kontusio

luas yang mengenai kerja otot jantung dapat menghambat pengosongan jantung

dan menyebabkan gagal jantung. Kontusio pada organ lain dapat menyebabkan

ruptur organ yang menyebabkan perdarahan pada rongga tubuh.

Perlu dipertimbangkan lokasi kontusio tipe superfisial yang berhubungan

dengan arah kekerasan yang terjadi. Hal ini bermakna jika pola luka ditemukan

dalam pemeriksaan kepala dan komponen yang terkena pada trauma sepeti

pada kulit kepala, kranium, dan otak. Ketika bagian kepala terkena benda yang

keras dan berat seperti palu atau botol bir, hasilnya dapat berupa, kurang

lebihnya, yaitu abrasi, kontusio, dan laserasi dari kulit kepala. Kranium dapat

patah atau tidak. Jika jaringan dibawahnya terkena, hal ini disebut coup. Hal ini

terjadi saat kepala relatif tidak bergerak. Kita juga harus mempertimbangkan

situasi lainnya dimana kepala yang bergerak mengenai benda yang padat dan

diam. Pada keadaan ini kerusakan pada kulit kepala dan pada kranium dapat

serupa dengan apa yang ditemukan pada benda yang bergerak-kepala yang

diam. Namun, kontusio yang terjadi, bukan pada tempat trauma melainkan pada

sisi yang berlawanan. Hal ini disebut kontusio contra-coup.

Pada pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma. Karena

foto dari semua komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak tepat

sesuai dengan demontrasi yang ada, diagram dapat menjelaskan hubungan

trauma yang terjadi. Kadang-kadang dapat terjadi hal yang membingungkan,

dapat saja kepala yang diam dan terkena benda yang bergerak pada akhirnya

15

Page 16: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

akan jatuh atau mengenai benda keras lainnya, sehingga gambaran yang ada

akan tercampur, membingungkan, yang tidak memerlukan penjelasan mendetail.

Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai daerah

putih atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan perdarahan kecil

atau besar. Perdarahan kecil dinamakan “ball haemorrhages” sesuai dengan

bentuknya yang bulat. Hal tersebut dapat serupa dengan perdarahan fokal yang

disebabkan hipertensi. Perdarahan yang lebih besar dan dalam biasanya

berbentuk ireguler dan hampir serupa dengan perdarahan apopletik atau stroke.

Anamnesis yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau tiadanya

tanda trauma kepala, serta adanya penyakit penyerta dapat membedakan

trauma dengan kasus lain yang menyebabkan perdarahan.

Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak berhubungan dengan trauma

biasanya melibatkan daerah dengan perdarahan yang dalam. Tempat

predileksinya adalah ganglia basal, pons, dan serebelum. Perdahan tersebut

berhubungan dengan malformasi arteri vena. Biasanya mengenai orang yang

lebih muda dan tidak mempunyai riwayat hipertensi. Edema paru tipe neurogenik

biasanya menyertai trauma kepala. Manifestasi eksternal yang dapat ditemui

adalah “ foam cone” busa berwarna putih atau merah muda pada mulut dan

hidung. Hal tersebut dapat ditemui pada kematian akibat tenggelam, overdosis,

penyakit jantung yang didahului dekompensasio kordis. Keberadaan gelembung

tidak membuktikan adanya trauma kepala.

c. Laserasi (Luka robek)

Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan

kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa,

permukaan benda tersebut cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit

yang menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh benda yang

permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan

jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit.

Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang

diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang mengalami

indentasi (Vincent dan Dominick, 2001).

Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan

dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan jaringan,

tepi luka yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka

oleh benda tajam (Shkrum dan Ramsay, 2007).

16

Page 17: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

Gambar . Luka robek dengan terdapatnya jembatan jaringan(Dikutip dari kepustakaan forensic pathology 2nd edition)

Tepi dari laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi

yang paling rusak dan tepi laserasi yang landai menunjukkan arah awal

kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar juga menunjukkan arah awal

kekerasan.

Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab

kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang

berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang

terjadi karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu atau laserasi yang

berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung laserasi yang sudutnya

berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan “swallow tails”.

Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip.

Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut,

perubahan tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal yaitu

pembekuan dari darah, yang berada pada dasar laserasi dan penyebarannya ke

sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan darah yang bercampur dengan

bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk eskar atau krusta. Jaringan

parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi

saluran luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan

penyembuhan selesai. Skar tersebut tidak mengandung apendises meliputi

kelenjar keringat, rambut dan struktur lain.

Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak

seperti luka atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa

hari, dan lebih dari beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah mati dapat

dibedakan ddengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak adanya

perdarahan.

17

Page 18: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil

tanpa adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila

perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi yang multipel yang mengenai

jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan yang hebat

sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya diskontinuitas kulit

atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari

permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan.

Port d entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya penyembuhan luka

yang sempurna.

Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya

pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat

menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan

bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak

pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat

dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati

dan limpa. Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang

komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat

menyebabkan perdarahan hebat (Idries, 2008).

d. Kombinasi dari luka lecet, memar dan laserasi

Luka lecet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda yang

sama dapat menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi pada pukulan

selanjutnya dan lecet pada pukulan selanjutnya. Tetapi ketiga jenis luka tersebut

dapat terjadi bersamaan pada satu pukulan.

Luka robek atau luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul dapat

dibedakan dengan luka terbuka akibat kekerasan benda tajam, yaitu dari sifat-

sifatnya serta hubungan dengan jaringan sekitar luka. Luka robek mempunyai

tepi yang tidak teratur, terdapat jembatan-jembatan jaringan yang

menghubungkan kedua tepi luka, akar rambut tampak hancur atau tercabut bila

kekerasannya di daerah yang berambut, di sekitar luka robek sering tampak

adanya luka lecet atau luka memar. Oleh karena luka pada umumnya

mendatangkan rasa nyeri yang hebat dan lambat mendatangkan kematian, maka

jarang dijumpai kasus bunuh diri dengan membuat luka terbuka dengan benda

tumpul mengenai tubuh korban (Vincent dan Dominick, 2001).

2.6 Aspek Medikolegal Luka

18

Page 19: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

Luka Dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana

Dalam KUHP dikenal luka akibat kelalaian atau karena yang disengaja.

Luka yang terjadi ini disebut Kejahatan Terhadap Tubuh atau Misdrijven Tegen

Het Lijf. Kejahatan terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu kejahatan

doleuse (yang dilakukan dengan sengaja) dan kejahatan culpose (yang

dilakukan karena kelalaian atau kejahatan). Jenis kejahatan yang dilakukan

dengan sengaja diatur dalam Bab XX, pasal 351 sampai dengan 358. Jenis

kejahatan yang disebabkan karena kelalaina diatur dalam pasal 359, 360, dan

361 KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dijumpai kata-kata “mati, menjadi sakit

sementar, atau tidak dapat menjalankan pekerjaan sementara” yang tidak

disebabkan secara langsung oleh terdakwa, akan tetapi karena ‘salahnya’

diartikan sebagai kurang hati-hati, lalai, lupa, dan amat kurang perhatian (Satyo,

2006).

Pasal 361 KUHP menambah hukuman nya sepertiga lagi jika kejahatan

ini dilakukan dalam suatu jabatan atau pekerjaan. Pasal ini dapat dikenakan

pada dokter, bidan, apoteker, supir, masinis kereta api dan lain-lain. Dalam

pasal-pasal tersebut tercantum istilah penganiayaan dan merampas dengan

sengaja jiwa orang lain, suatu istilah hukum semata-mata dan tidak dikenal

dalam istilah medis (Satyo, 2006).

Yang dikatakan luka berat pada tubuh pada pasal 90 KUHP adalah

penyakit atau luka yang tidak bisa diharapkan akan sembuh lagi dengan

sempurna atau yang dapat mendatangkan bahaya maut, terus-menerus tidak

cakap lagi dalam memakai salah satu panca indera, lumpuh, berubah pikiran

atau akal lebih dari empat minggu lamanya, menggugurkan atau memnbunuh

anak dari kandungan ibu (Satyo, 2006).

Disinilah dokter berperan bear sebagai saksi ahli di depan pengadilan.

Hakim akan mendengarkan keterangan spesialis kedokteran forensik maupun

ahli lain nya (setiap dokter) dalam tiap kejadian secara kasus demi kasus.

VeR Dalam KUHP

Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak

hukum dalam melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban perlukaan.

Dokter sebaiknya dapat menyelesaikan permasalahan mengenai :

- Jenis luka apa yang ditemui

- Jenis kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka dan

- Bagaimana kualifikasi dari luka itu

19

Page 20: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

Sebagai seorang dokter, ia tidak mengenal istilah penganiayaan. Jadi

istilah penganiayaan tidak boleh dimunculkan dalam Visum et Repertum. Akan

tetapi sebaiknya dokter tidak boleh mengabaikan luka sekecil apapun. Sebagai

misalnya luka lecet yang satu-dua hari akan sembuh sendiri secara sempurna

dan tidak mempunyai arti medis, tetapi sebaliknya dari kaca mata hukum.

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana tidak dijumpai istilah

Visum et Repertum. Pasal 133 KUHAP memakai istilah “surat keterangan ahli”

yang dibuat oleh spesialis kedokteran forensik atau “surat keterangan” bila dibuat

oleh dokter umum atau dokter spesialis lainnya, adalah identik dengan Visum et

Repertum.

Profesionalisme seorang dokter dapat dimunculkan pada kesimpulan

Visum et Repertum yang dapat menjadi pertimbangan pihak penegak hukum.

Ada empat kualifikasi (derajat) yang dapat dipilih dokter :

1. Orang yang bersangkutan tidak menjadi saksi atau mendapat halangan dalam

melakukan pekerjaan atau jabatan.

2. Orang yang bersangkutan menjadi sakit tetapi tidak ada halangan untuk

melakukan pekerjaan atau jabatan.

3. Orang yang bersangkutan menjadi sakit dan berhalangan untuk melakukan

pekerjaan atau jabatannya.

4. Orang yang bersangkutan mengalami :

a. Penyakit atau luka yang tidak dapat diharapkan akan sembuh.

b. Dapat mendatangkan bahaya maut.

c. Tidak dapat menjalankan pekerjaan.

d. Tidak dapat memakai salah satu panca indera.

e. Terganggu pikiran lebih dari empat minggu.

20

Page 21: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

BAB 3

PERMASALAHAN

Trauma benda tumpul merupaka luka yang disebabkan karena

persentuhan tubuh dengan benda atau alat yang permukaan nya tumpul. Cara

kejadian trauma benda tumpul lebih sering disebabkan karena kecelakaan atau

penganiayaan, jarang karena bunuh diri. Berdasarkan data otopsi di Instalasi

Kedokteran Forensik Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang dari bulan

Januari 2012 hingga Desember 2012 menunjukkan data korban mati akibat

trauma benda tumpul sebagian besar disebabkan karena kecelakaan lalu lintas.

Dari total 492 kasus kematian yang diotopsi, sebanyak 408 kasus merupakan

kecelakaan lalu lintas. Sebagian besar kecelakaan lalu lintas merupakan

kecelakaan sepeda motor, pejalan kaki, dan sisa nya bus, truk, dan kereta api.

Jenis luka yang ditimbulkan akibat trauma benda tumpul yang sering

dijumpai dalam kasus kecelakaan lalu lintas antara lain luka memar, luka babras,

luka robek dengan tepi tidak rata, serta patah tulang. Bagian tubuh yang paling

banyak terkena adalah kepala dan anggota gerak atas dan bawah. Luka-luka

tersebut dapat menyebabkan dampak kerusakan jaringan maupun organ

bervariasi mulai dari ringan hingga berat, bahkan lebih parah yaitu kematian.

Sebab kematian terjadi karena kerusakan organ vital atau perdarahan yang

banyak.

Luka trauma benda tumpul yang terjadi akibat kecelakaan lalu lintas

merupakan akibat dari benda yang mengenai atau melukai orang yang relatif

tidak bergerak dan orang bergerak ke arah benda yang tidak bergerak. Dalam

bidang medikolegal kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan, walaupun terkadang

sulit dipastikan. Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika

diperhatikan lebih lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme

tersebut. Oleh karena itu, pada referat ini akan dibahas lebih lanjut mengenai

deskripsi luka trauma benda tumpul, mekanisme luka akibat trauma benda

tumpul, serta aspek medikolegal yang diharapkan dapat membantu dalam proses

pemeriksaan untuk kepentingan di bidang kedokteran forensik.

21

Page 22: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Deskripisi Luka Akibat Benda Tumpul

Trauma benda tumpul adalah luka yang disebabkan karena persentuhan

tubuh dengan benda atau alat yang tidak bermata tajam, konsistensi keras atau

kenyal, dan permukaan halus atau kasar (Sofyana, 2006). Luka trauma benda

tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu benda yang mengenai atau melukai

orang yang relatif tidak bergerak dan orang bergerak ke arah benda yang tidak

bergerak. Luka akibat trauma benda tumpul dibagi menjadi beberapa kategori

yaitu luka lecet (abrasi), luka memar (kontusio), dan luka robek (laserasi)

(Vincent dan Dominick, 2001).

Cara mendeskripsikan luka akibat benda tumpul sama dengan desktipsi

luka secara umum. Dalam mendeskripsikan luka harus mencakup jumlah, lokasi,

bentuk, ukuran, dan sifat luka. Jumlah luka tunggal atau multipel; lokasi luka

yang meliputi lokasi berdasarkan regio anatomi, garis koordinat atau bagian-

bagian tertentu dari tubuh; bentuk luka yang meliputi bentuk sebelum dan

sesudah dirapatkan; ukuran luka ditulis dalam bentuk panjang x lebar x tinggi

dalam satuan sentimeter atau millimeter; sifat-sifat luka yang meliputi batas

(tegas atau tidak tegas), tepi (rata atau tidak rata), sudut luka (runcing atau

tumpul), ada atau tidak nya jembatan jaringan, dasar luka, dan daerah di sekitar

garis batas luka. Untuk luka tertutup tidak perlu dideskripsikan sifat nya (Idries,

2008).

Cara kejadian trauma benda tumpul lebih sering disebabkan karena

kecelakaan atau penganiayaan, jarang karena bunuh diri. Jenis luka yang

ditimbulkan akibat trauma benda tumpul yang sering dijumpai dalam kasus

kecelakaan lalu lintas antara lain luka memar, luka babras, luka robek dengan

tepi tidak rata, serta patah tulang. Bagian tubuh yang paling banyak terkena

adalah kepala dan anggota gerak atas dan bawah.

4.2 Sebab Kematian Akibat Trauma Benda Tumpul

Luka akibat trauma benda tumpul dapat berupa salah satu atau

kombinasi dari luka memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.

Derajat luka, perluasan luka, serta penampakan dari luka yang disebabkan oleh

22

Page 23: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

trauma benda tumpul bergantung kepada kekuatan dari benda yang mengenai

tubuh, waktu dari benda yang mengenai tubuh, bagian tubuh yang terkena,

perluasan terhadap bagian tubuh yang terkena, jenis benda yang mengenai

tubuh. Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan

kerusakan yang disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan

berbagai tipe luka. Luka-luka tersebut dapat menyebabkan dampak kerusakan

jaringan maupun organ bervariasi mulai dari ringan hingga berat, bahkan lebih

parah yaitu kematian (Vincent dan Dominick, 2001).

Berikut ini data otopsi di Instalasi Forensik RS dr. Saiful Malang yang melaporkan

mengenai jenis luka dan lokasi luka akibat trauma benda tumpul:

Lokasi Trauma Dominan Jenis Luka Σ Kasus

Kepala Luka robek, luka memar, luka

babras

205

Anggota Gerak Atas Luka memar, luka babras,

luka robek, patah tulang

56

Anggota Gerak Bawah Luka memar, luka babras,

luka robek, patah tulang

88

Dada Luka memar, luka babras 32

Perut Luka memar, luka babras 27

Jumlah 408

Sebab kematian akibat trauma benda tumpul terjadi karena kerusakan

organ vital atau perdarahan yang banyak. Pada organ vital seperti jantung dan

otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan fungsi dan bahkan

kematian.

Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan

terjadi peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat

menyebabkan reaksi peradangan bertambah hebat. Peradangan ini dapat

menyebabkan penurunan kesadaran, koma dan kematian. Kontusio dan

perangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan gangguan fungsi organ lain

yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang mengontrol

pernapasan dan peredaran darah.

Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio. Kontusio ringan dan

sempit pada daeran yang bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran impuls

23

Page 24: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

dapat menyebabkan gannguan pada irama jantung atau henti jantung. Kontusio

luas yang mengenai kerja otot jantung dapat menghambat pengosongan jantung

dan menyebabkan gagal jantung. Kontusio pada organ lain dapat menyebabkan

ruptur organ yang menyebabkan perdarahan pada rongga tubuh.

Selain kontusio, sebab kematian lain nya adalah luka laserasi yang dapat

menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya robekan

arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus

menerus. Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis

dapat menyebabkan perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai

dengan kematian. Adanya diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat

menyebabkan kuman yang berasal dari permukaan luka maupun dari sekitar kulit

yang luka masuk ke dalam jaringan. Port d entree tersebut tetap ada sampai

dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna. Bila luka terjadi dekat

persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di

gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari

sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki

jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi

sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat

dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa. Hal yang

harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat

terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan

perdarahan hebat (Idries, 2008).

4.3 Aspek Medikolegal Korban Mati Akibat Tauma Benda Tumpul

Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak

hukum dalam melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban perlukaan.

Dokter sebaiknya dapat menyelesaikan permasalahan mengenai :

- Jenis luka apa yang ditemui

- Jenis kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka dan

- Bagaimana kualifikasi dari luka itu (Idries, 2008)

Sebaiknya dokter tidak boleh mengabaikan luka sekecil apapun karena

akan berarti dalam proses hukum. Berikut ini beberapa contoh kepentingan luka

akibat trauma benda tumpul dalam aspek medikolegal:

Dalam KUHP dikenal luka akibat kelalaian atau karena yang disengaja.

Luka yang terjadi ini disebut Kejahatan Terhadap Tubuh atau Misdrijven Tegen

Het Lijf. Kejahatan terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu kejahatan

24

Page 25: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

doleuse (yang dilakukan dengan sengaja) dan kejahatan culpose (yang

dilakukan karena kelalaian atau kejahatan). Jenis kejahatan yang dilakukan

dengan sengaja diatur dalam Bab XX, pasal 351 sampai dengan 358. Jenis

kejahatan yang disebabkan karena kelalaina diatur dalam pasal 359, 360, dan

361 KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dijumpai kata-kata “mati, menjadi sakit

sementar, atau tidak dapat menjalankan pekerjaan sementara” yang tidak

disebabkan secara langsung oleh terdakwa, akan tetapi karena ‘salahnya’

diartikan sebagai kurang hati-hati, lalai, lupa, dan amat kurang perhatian (Satyo,

2006).

Pasal 361 KUHP menambah hukuman nya sepertiga lagi jika kejahatan

ini dilakukan dalam suatu jabatan atau pekerjaan. Pasal ini dapat dikenakan

pada dokter, bidan, apoteker, supir, masinis kereta api dan lain-lain. Dalam

pasal-pasal tersebut tercantum istilah penganiayaan dan merampas dengan

sengaja jiwa orang lain, suatu istilah hukum semata-mata dan tidak dikenal

dalam istilah medis (Satyo, 2006).

Yang dikatakan luka berat pada tubuh pada pasal 90 KUHP adalah

penyakit atau luka yang tidak bisa diharapkan akan sembuh lagi dengan

sempurna atau yang dapat mendatangkan bahaya maut, terus-menerus tidak

cakap lagi dalam memakai salah satu panca indera, lumpuh, berubah pikiran

atau akal lebih dari empat minggu lamanya, menggugurkan atau memnbunuh

anak dari kandungan ibu (Satyo, 2006).

Disinilah dokter berperan bear sebagai saksi ahli di depan pengadilan.

Hakim akan mendengarkan keterangan spesialis kedokteran forensik maupun

ahli lain nya (setiap dokter) dalam tiap kejadian secara kasus demi kasus.

25

Page 26: Referat Forensik Aspek Medikolegal Trauma Benda Tumpul

DAFTAR PUSTAKA

Alexandropoulou, C. A., dan Panagiotopoulos, E. 2010. Wound Ballistics: Analysis of Blunt and Penetrating Trauma Mechanisms. Health Science Journal, vol. 4, issue 4, pp. 225-236

Idries, A. M. 2008. Sistematik Pemeriksaan Ilmu Kedokteran Forensik Khusus Pada Korban Perlukaan. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, Bab 7, hal. 133-143. Jakarta: Sagung Seto

Satyo, A. C. 2006. Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. Majalah Kedokteran Nusantara, vol. 39, no. 4, pp. 430-433

Shkrum, M. J. dan Ramsay, D. A. 2007. Blunt Trauma. Forensic Pathology of Trauma, Chapter 8, pp. 405-518

Vincent J. D. dan Dominick, D. 2001. Blunt Trauma Wounds. Forensic Pathology Second Edition, Chapter 4, pp. 1-26

26