30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batuk merupakan suatu ekspirasi yang eksplosive, merupakan mekanisme perlindungan normal untuk membersihkan tracheobronchial dari sekret dan benda asing. Batuk dapat terjadi dengan sengaja atau karena refleks. Batuk dimulai dengan inspirasi dalam diikuti dengan menutupnya glotis, relaksasi diafragma, dan kontraksi otot melawan penutupan glotis yang menyebabkan tekanan intratoraks meningkat . Ketika glotis terbuka, perbedaan tekanan yang besar antara saluran napas dan udara luar menghasilkan aliran udara yang cepat melewati trakea. Batuk membantu membuang mukus dan bahan-bahan asing. Saluran pernapasan dimulai dari rongga hidung sampai saluran – saluran kecil alveoli paru. Pada setiap saluran ini terdapat pembuluh darah. Umumnya penyebab terjadinya 1

referat hemoptisis

  • Upload
    joandre

  • View
    214

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ku

Citation preview

Page 1: referat hemoptisis

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batuk merupakan suatu ekspirasi yang eksplosive, merupakan mekanisme

perlindungan normal untuk membersihkan tracheobronchial dari sekret dan benda

asing. Batuk dapat terjadi dengan sengaja atau karena refleks. Batuk dimulai dengan

inspirasi dalam diikuti dengan menutupnya glotis, relaksasi diafragma, dan kontraksi

otot melawan penutupan glotis yang menyebabkan tekanan intratoraks meningkat .

Ketika glotis terbuka, perbedaan tekanan yang besar antara saluran napas dan udara

luar menghasilkan aliran udara yang cepat melewati trakea. Batuk membantu

membuang mukus dan bahan-bahan asing.

Saluran pernapasan dimulai dari rongga hidung sampai saluran – saluran kecil

alveoli paru. Pada setiap saluran ini terdapat pembuluh darah. Umumnya penyebab

terjadinya perdarahan sehingga terjadi batuk darah adalah karena robeknya lapisan

saluran pernapasan sehingga pembuluh darah di bawahnya ikut sobek dan darah

mengalir keluar. Adanya cairan darah kemudian dikeluarkan oleh adanya refleks

batuk.

Batuk darah adalah darah atau dahak bercampur darah yang dibatukkan yang

berasal dari saluran pernafasan bagian bawah (mulai glotis ke arah distal). batuk

darah adalah suatu keadaan menakutkan / mengerikan yang menyebabkan beban

mental bagi penderita dan keluarga penderita sehingga menyebabakan takut untuk

berobat ke dokter .biasanya penderita menahan batuk karena takut kehilangan darah

1

Page 2: referat hemoptisis

yang lebih banyak sehingga menyebabkan penyumbatan karena bekuan darah. batuk

darah pada dasarnya akan berhenti sendiri asal tidak ada robekan pembuluh

darah,berhenti sedikit-sedikit pada pengobatan penyakit dasar. Batuk darah

merupakan suatu gejala atau tanda suatu penyakit infeksi. Volume darah yang

dibatukkan bervariasi dan dahak bercampur darah dalam jumlah minimal hingga

masif, tergantung laju perdarahan dan lokasi perdarahan.

Batuk darah atau hemoptisis adalah ekspektorasi darah akibat perdarahan pada

saluran napas di bawah laring, atau perdarahan yang keluar melalui saluran napas

bawah laring. Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala penyakit dasar

sehingga etiologi harus dicari melalui pemeriksaan yang lebih teliti. Batuk darah

masif dapat diklasifikasikan berdasarkan volume darah yang dikeluarkan pada

periode tertentu. Batuk darah masif memerlukan penanganan segera karena dapat

mengganggu pertukaran gas di paru dan dapat mengganggu kestabilan hemodinamik

penderita sehingga bila tidak ditangani dengan baik dapat mengancam jiwa.

2

Page 3: referat hemoptisis

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Hemoptisis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah atau

sputum yang berdarah. (1) Batuk darah adalah batuk yang disertai pengeluaran darah

dari paru atau saluran pernapasan.

2.2 Perbedaan hemoptisis dengan hematemesis

Jika darah atau sputum yang mengandung darah dibatukkan, perlu ditentukan

apakah sumbernya memang berasal dari saluran napas bagian bawah dan bukan dari

saluran hidung atau saluran cerna. Darah yang berasal dari saluran cerna

(hematemesis) biasanya berwarna gelap (mirip warna kopi) dan disertai mual, muntah

dan anemia. Sedangkan darah yang berasal dari saluran napas bawah (dibawah

glottis) biasanya berwarna merah cerah, berbusa dan terdapat riwayat batuk dengan

atau tanpa anemia. Darah yang berasal dari saluran napas atas (misalnya, darah dari

hidung setelah tonsilektomi) bila sering ditelan, dapat terlihat seperti darah dari

bagian pencernaan ketika dimuntahkan.(1)

Sputum yang mengandung darah (sehingga berwarna seperti karat)

merupakan ciri khas yang sering ditemukan pada pneumonia pnemokokus.

Sputum yang terlihat seperti jelly buah kismis (merah bata) terdapat pada

pneumonia klebsiella.

3

Page 4: referat hemoptisis

Tabel 2.1 Ciri khas sputum yang terlihat pada berbagai gangguan paru

Tampilan Kemungkinan Penyebab

Kental, transulen, putih keabu-abuanSeperti jelly buah kismis (merah bata)Warna karat ( warna air buah plum)Merah muda, berbusaWarna ikan salmon atau kuning pucatSputum mukopurulen:kuning kehijauan atau abu-abu kotorPurulent dan berbau busuk

Pneumonia atipikalPneumonia klebsiellaPneumonia pneumokokalEdema paruPneumonia stafilokokusPneumoni bacterial: bronchitis akut atau kronisAnaerob oral (aspirasi), abses paru, bronkiektasis.

2.3 Etiologi

Penyebab dari batuk darah (hemoptisis) dapat dibagi atas : (2)

1. Infeksi, terutama tuberkulosis, abses paru, pneumonia, dan sebagainya.

2. Kardiovaskuler, stenosis mitralis dan aneurisma aorta.

3. Neoplasma, terutama karsinoma bronkogenik dan poliposis bronkus.

4. Gangguan pada pembekuan darah (sistemik).

5. Benda asing di saluran pernapasan.

6. Faktor-faktor ekstrahepatik dan abses amuba.

Penyebab terpenting dari hemoptisis masif adalah :

1. Tumor :

a. Karsinoma.

b. Adenoma.

c. Metastasis endobronkial dari massa tumor ekstratorakal.

4

Page 5: referat hemoptisis

2. Infeksi

a. Bronkhiektasis (terutama pada lobus atas).

b. Tuberkulosis paru.

3. Infark Paru

4. Udem paru, terutama disebabkan oleh mitral stenosis

5. Perdarahan paru

a. Sistemic Lupus Eritematosus

b. Goodpasture’s syndrome.

c. Idiopthic pulmonary haemosiderosis.

d. Bechet’s syndrome.

6. Cedera pada dada/trauma

a. Kontusio pulmonal.

b. Transbronkial biopsi.

c. Transtorakal biopsi memakai jarum.

7. Kelainan pembuluh darah

a. Malformasi arteriovena.

b. Hereditary haemorrhagic teleangiectasis.

8. Bleeding diathesis.

Penyebab hemoptisis banyak, tapi secara sederhana dapat dibagi dalam 3

kelompok yaitu : infeksi, tumor dan kelainan kardiovaskular. (3)

Infeksi merupakan penyebab yang sering didapatkan antara lain : tuberkulosis,

bronkiektasis dan abses paru. Pada dewasa muda, tuberkulosis paru, stenosis mitral,

5

Page 6: referat hemoptisis

dan bronkiektasis merupakan penyebab yang sering didapat. Pada usia diatas 40

tahun karsinoma bronkus merupakan penyebab yang sering didapatkan, diikuti

tuberkulsosis dan bronkiektasis. (3)

2.4 Patofisiologi

Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi

dari cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi pada

jaringan paru bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya

untuk pertukaran gas. Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna tuberkulosis

yang merupakan asal dari perdarahan pada hemoptisis masih diragukan. Teori

terjadinya perdarahan akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen ini telah lama

dianut, akan tetapi beberapa laporan autopsi membuktikan bahwa terdapatnya

hipervaskularisasi bronkus yang merupakan percabangan dari arteri bronkialis lebih

banyak merupakan asal dari perdarahan pada hemoptisis. (2)

Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :

1. Radang mukosa

Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh darah

menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk

menimbulkan batuk darah.

2. Infark paru

Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme pada

pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh jamur.

6

Page 7: referat hemoptisis

3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler

Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar seperti

pada dekompensasi cordis kiri akut dan mitral stenosis.

4. Kelainan membran alveolokapiler

Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti pada Goodpasture’s

syndrome.

5. Perdarahan kavitas tuberkulosa

Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal dengan

aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh darah ini berasal dari cabang pembuluh

darah bronkial. Perdarahan pada bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh

darah cabang bronkial. Diduga hal ini terjadi disebabkan adanya anastomosis

pembuluh darah bronkial dan pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat

menimbulkan hemoptisis masif.

6. Invasi tumor ganas

7. Cedera dada

Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami transudasi

ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk darah.

2.5 Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya dikenal berbagai macam batuk darah :

1. Batuk darah idiopatik atau esensial dimana penyebabnya tidak diketahui

7

Page 8: referat hemoptisis

Angka kejadian batuk darah idiopatik sekitar 15% tergantung fasilitas

penegakan diagnosis.

Pria terdapat dua kali lebih banyak daripada wanita, berumur sekitar 30 tahun,

biasanya perdarahan dapat berhenti sendiri sehingga prognosis baik. Teori perdarahan

ini adalah sebagai berikut :

a. Adanya ulserasi mukosa yang tidak dapat dicapai oleh bronkoskopi.

b. Bronkiektasis yang tidak dapat ditemukan.

c. Infark paru yang minimal.

d. Menstruasi vikariensis.

e. Hipertensi pulmonal.

2. Batuk darah sekunder, yang penyebabnya dapat di pastikan

Pada prinsipnya berasal dari :

a. Saluran napas

Yang sering ialah tuberkulosis, bronkiektasis, tumor paru, pneumonia dan

abses paru.

Menurut Bannet, 82 – 86% batuk darah disebabkan oleh tuberkulosis paru,

karsinoma paru dan bronkiektasis.

Yang jarang dijumpai adalah penyakit jamur (aspergilosis), silikosis, penyakit

oleh karena cacing.

b. Sistem kardiovaskuler

Yang sering adalah stenosis mitral, hipertensi.

Yang jarang adalah kegagalan jantung, infark paru, aneurisma aorta.

8

Page 9: referat hemoptisis

c. Lain-lain

Disebabkan oleh benda asing, ruda paksa, penyakit darah seperti hemofilia,

hemosiderosis, sindrom Goodpasture, eritematosus lupus sistemik, diatesis hemoragik

dan pengobatan dengan obat-obat antikoagulan.

Berdasarkan jumlah darah yang dikeluarkan maka hemoptisis dapat dibagi atas (2) :

1. Hemoptisis masif

Bila darah yang dikeluarkan adalah 100-160 cc dalam 24 jam.

2. Kriteria yang digunakan di rumah sakit Persahabatan Jakarta :

- Bila perdarahan lebih dari 600 cc / 24 jam

- Bila perdarahan kurang dari 600 cc dan lebih dari 250 cc / 24 jam, akan

tetapi Hb kurang dari 10 g%.

- Bila perdarahan lebih dari 600 cc / 24 jam dan Hb kurang dari 10 g%,

tetapi dalam pengamatan 48 jam ternyata darah tidak berhenti. (2)

Kesulitan dalam menegakkan diagnosis ini adalah karena pada

hemoptoe selain terjadi vasokonstriksi perifer, juga terjadi mobilisasi

dari depot darah, sehingga kadar Hb tidak selalu memberikan gambaran

besarnya perdarahan yang terjadi.

Kriteria dari jumlah darah yang dikeluarkan selama hemoptoe juga mempunyai

kelemahan oleh karena :

9

Page 10: referat hemoptisis

· Jumlah darah yang dikeluarkan bercampur dengan sputum dan

kadang-kadang dengan cairan lambung, sehinga sukar untuk

menentukan jumlah darah yang hilang sesungguhnya.

· Sebagian dari darah tertelan dan dikeluarkan bersama-sama dengan

tinja, sehingga tidak ikut terhitung

· Sebagian dari darah masuk ke paru-paru akibat aspirasi.

Oleh karena itu suatu nilai kegawatan dari hemoptoe ditentukan oleh :

· Apakah terjadi tanda-tanda hipotensi yang mengarah pada renjatan

hipovolemik (hypovolemik shock).

· Apakah terjadi obstruksi total maupun parsial dari bronkus yang dapat

dinilai dengan adanya iskemik miokardium, baik berupa gangguan

aritmia, gangguan mekanik pada jantung, maupun aliran darah

serebral. Dalam hal kedua ini dilakukan pemantauan terhadap gas

darah, disamping menentukan fungsi-fungsi vital. Oleh karena itu

suatu tingkat kegawatan hemoptoe dapat terjadi dalam dua bentuk,

yaitu bentuk akut berupa asfiksia, sedangkan bentuk yang lain

berupa renjatan hipovolemik.

Bila terjadi hemoptisis, maka harus dilakukan penilaian terhadap:

· Warna darah untuk membedakannya dengan hematemesis.

· Lamanya perdarahan.

· Terjadinya mengi (wheezing) untuk menilai besarnya obstruksi.

10

Page 11: referat hemoptisis

· Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi, respirasi dan tingkat

kesadaran.

Klasifikasi menurut Pusel (4) :

+ : batuk dengan perdarahan yang hanya dalam bentuk garis-garis dalam sputum

++ : batuk dengan perdarahan 1 – 30 ml

+++ : batuk dengan perdarahan 30 – 150 ml

++++ : batuk dengan perdarahan > 150 ml

Positif satu dan dua dikatakan masih ringan, positif tiga hemoptisis sedang, positif

empat termasuk di dalam kriteria hemoptisis masif.

2.6 Diagnosis

Hal utama yang penting adalah memastikan apakah darah benar- benar bukan

dari muntahan dan tidak berlangsung saat perdarahan hidung. Hemoptisis sering

mudah dilacak dari riwayat. Dapat ditemukan bahwa pada hematemesis darah

berwarna kecoklatan atau kehitaman dan sifatnya asam. Darah dari epistaksis dapat

tertelan kembali melalui faring dan terbatukkan yang disadari penderita serta adanya

darah yang memancar dari hidung.

Untuk menegakkan diagnosis, seperti halnya pada penyakit lain perlu dilakukan

urutan-urutan dari anamnesis yang teliti hingga pemeriksaan fisik maupun penunjang

sehingga penanganannya dapat disesuaikan.

11

Page 12: referat hemoptisis

1. Anamnesis

Untuk mendapatkan riwayat penyakit yang lengkap sebaiknya diusahakan untuk

mendapatkan data-data :

- Jumlah dan warna darah

- Lamanya perdarahan

- Batuknya produktif atau tidak

- Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan

- Sakit dada, substernal atau pleuritik

- Hubungannya perdarahan dengan : istirahat, gerakan fisik, posisi badan

dan batuk

- Wheezing

- Riwayat penyakit paru atau jantung terdahulu.

- Perdarahan di tempat lain serempak dengan batuk darah

- Perokok berat dan telah berlangsung lama

- Sakit pada tungkai atau adanya pembengkakan serta sakit dada

- Hematuria yang disertai dengan batuk darah. (5)

Untuk membedakan antara batuk darah dengan muntah darah dapat digunakan

petunjuk sebagai berikut :

Keadaan Hemoptisis Hematemesis

1. Prodromal Rasa tidak enak di tenggorokan, ingin batuk

Mual, stomach distress

2. Onset Darah dibatukkan, dapat disertai batuk

Darah dimuntahkan dapat disertai batuk

12

Page 13: referat hemoptisis

3. Penampilan darah Berbuih Tidak berbuih4. Warna Merah segar Merah tua5. Isi Lekosit, mikroorganisme,

makrofag, hemosiderinSisa makanan

6. Reaksi Alkalis (pH tinggi) Asam (pH rendah)7. Riwayat Penyakit

DahuluMenderita kelainan paru Gangguan lambung,

kelainan hepar8. Anemi Kadang-kadang Selalu9. Tinja Warna tinja normal

Guaiac test (-)Tinja bisa berwarna hitam, Guaiac test (-)

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik dicari gejala/tanda lain di luar paru yang dapat

mendasari terjadinya batuk darah, antara lain : jari tabuh, bising sistolik

dan opening snap, pembesaran kelenjar limfe, ulserasi septum nasalis,

teleangiektasi. (5)

3. Pemeriksaan penunjang

Foto toraks dalam posisi AP dan lateral hendaklah dibuat pada setiap

penderita hemoptisis masif. Gambaran opasitas dapat menunjukkan tempat

perdarahannya. (5)

4. Pemeriksaan bronkoskopi

Sebaiknya dilakukan sebelum perdarahan berhenti, karena dengan

demikian sumber perdarahan dapat diketahui.

Adapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah :

1. Bila radiologik tidak didapatkan kelainan

2. Batuk darah yang berulang – ulang

13

Page 14: referat hemoptisis

3. Batuk darah masif : sebagai tindakan terapeutik

Tindakan bronkoskopi merupakan sarana untuk menentukan diagnosis,

lokasi perdarahan, maupun persiapan operasi, namun waktu yang tepat

untuk melakukannya merupakan pendapat yang masih kontroversial,

mengingat bahwa selama masa perdarahan, bronkoskopi akan

menimbulkan batuk yang lebih impulsif, sehingga dapat memperhebat

perdarahan disamping memperburuk fungsi pernapasan. Lavase dengan

bronkoskop fiberoptic dapat menilai bronkoskopi merupakan hal yang

mutlak untuk menentukan lokasi perdarahan.

Dalam mencari sumber perdarahan pada lobus superior, bronkoskop serat

optik jauh lebih unggul, sedangkan bronkoskop metal sangat bermanfaat

dalam membersihkan jalan napas dari bekuan darah serta mengambil benda

asing, disamping itu dapat melakukan penamponan dengan balon khusus di

tempat terjadinya perdarahan. (5)

2.7 Penanganan

Pada umumnya hemoptoe ringan tidak diperlukan perawatan khusus dan

biasanya berhenti sendiri. Yang perlu mendapat perhatian yaitu hemoptisis yang

masif.

Tujuan pokok terapi ialah :

1. Mencegah tersumbatnya saluran napas oleh darah yang beku

2. Mencegah kemungkinan penyebaran infeksi

14

Page 15: referat hemoptisis

3. Menghentikan perdarahan

Sasaran-sasaran terapi yang utama adalah memberikan suport kardiopulmaner

dan mengendalikan perdarahan sambil mencegah asfiksia yang merupakan penyebab

utama kematian pada para pasien dengan hemoptisis masif. (6)

Masalah utama dalam hemoptisis adalah terjadinya pembekuan dalam saluran

napas yang menyebabkan asfiksi. Bila terjadi afsiksi, tingkat kegawatan hemoptisis

paling tinggi dan menyebabkan kegagalan organ yang multipel. Hemoptisis dalam

jumlah kecil dengan refleks batuk yang buruk dapat menyebabkan kematian. Dalam

jumlah banyak dapat menimbukan renjatan hipovolemik. (2)

Pada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan adalah :

- Terapi konservatif

- Terapi definitif atau pembedahan.

1. Terapi konservatif (2,3)

- Pasien harus dalam keadaan posisi istirahat, yakni posisi miring (lateral

decubitus). Kepala lebih rendah dan miring ke sisi yang sakit untuk

mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat.

- Melakukan suction dengan kateter setiap terjadi perdarahan.

- Batuk secara perlahan – lahan untuk mengeluarkan darah di dalam

saluran napas untuk mencegah bahaya sufokasi.

- Dada dikompres dengan es, hal ini biasanya menenangkan penderita.

- Pemberian obat – obat penghenti perdarahan (obat – obat hemostasis),

misalnya vit. K, ion kalsium, trombin dan karbazokrom.

15

Page 16: referat hemoptisis

- Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.

- Pemberian cairan atau darah sesuai dengan banyaknya perdarahan yang

terjadi.

- Pemberian oksigen.

Tindakan selanjutnya bila mungkin (4) :

- Menentukan asal perdarahan dengan bronkoskopi

- Menentukan penyebab dan mengobatinya, misal aspirasi darah dengan

bronkoskopi.

2. Terapi pembedahan

Reseksi bedah segera pada tempat perdarahan merupakan pilihan. (6)

Tindakan operasi ini dilakukan atas pertimbangan (2) :

a. Terjadinya hemoptisis masif yang mengancam kehidupan pasien.

b. Pengalaman berbagai penyelidik menunjukkan bahwa angka kematian

pada perdarahan yang masif menurun dari 70% menjadi 18% dengan

tindakan operasi.

c. Etiologi dapat dihilangkan sehingga faktor penyebab terjadinya

hemoptoe yang berulang dapat dicegah.

Busron (1978) menggunakan pula indikasi pembedahan sebagai berikut (2) :

1. Apabila pasien mengalami batuk darah lebih dari 600 cc / 24 jam dan dalam

pengamatannya perdarahan tidak berhenti.

16

Page 17: referat hemoptisis

2. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan tetapi

lebih dari 250 cc / 24 jam jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%,

sedangkan batuk darahnya masih terus berlangsung.

Sebelum pembedahan dilakukan, sedapat mungkin diperiksa faal paru dan

dipastikan asal perdarahannya, sedang jenis pembedahan berkisar dari

segmentektomi, lobektomi dan pneumonektomi dengan atau tanpa torakoplasti. (4)

Penting juga dilakukan usaha-usaha untuk menghentikan perdarahan. Metode yang

mungkin digunakan adalah (2) :

- Dengan memberikan cairan es garam yang dilakukan dengan bronkoskopi

serat lentur dengan posisi pada lokasi bronkus yang berdarah. Masukkan

larutan NaCl fisiologis pada suhu 4°C sebanyak 50 cc, diberikan selama

30-60 detik. Cairan ini kemudian dihisap dengan suction.

- Dengan menggunakan kateter balon yang panjangnya 20 cm penampang 8,5

mm.

2.8 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptisis, yaitu

ditentukan oleh tiga faktor (2) :

1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran

pernapasan.

2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptisis dapat

menimbulkan renjatan hipovolemik.

17

Page 18: referat hemoptisis

3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke

dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi.

2.9 Prognosis

Pada hemoptisis idiopatik prognosisnya baik kecuali bila penderita

mengalami hemoptisis yang rekuren.

Sedangkan pada hemoptisis sekunder ada beberapa faktor yang

menentukan prognosis :

1. Tingkatan hemoptisis : hemoptisis yang terjadi pertama kali mempunyai

prognosis yang lebih baik.

2. Macam penyakit dasar yang menyebabkan hemoptisis.

3. Cepatnya kita bertindak, misalnya bronkoskopi yang segera dilakukan untuk

menghisap darah yang beku di bronkus dapat menyelamatkan penderita.

18

Page 19: referat hemoptisis

BAB IIIKESIMPULAN

Hemoptosis merupakan salah satu gejala pada penyakit paru saluran

pernapasan dan atau kardiovaskuler yang disebabkan oleh berbagai macam etiologi.

Sampai saat ini klasifikasi hemoptisis masih didasarkan pada penyebab dan

banyaknya darah yang keluar bersama batuk. Sebagian besar hemoptisis sekunder

disebabkan oleh tuberkulosis paru, karsinoma dan bronkiektasis. Bila ditemukan pada

usia relatif muda harus dipikirkan pertama – tama tuberkulosis paru, lalu

bronkiektasis, kemudian stenosis mitral. Sedangkan hemoptoe pada usia lebih dari 40

tahun kemungkinan urutannya adalah karsinoma bronkogenik, lalu tuberkulosis,

kemudian bronkiektasis. Bronkoskopi pada saat ini merupakan cara pembantu

diagnosis dan tindakan terapeutik yang penting pada hemoptisis masif dan harus

dikerjakan pada waktu perdarahan masih berlangsung. Komplikasi yang paling sering

terjadi dari hemoptisis adalah terjadinya asfiksia, renjatan hipovolemik dan bahaya

aspirasi.

Pada prinsipnya penanganan hemoptis ditujukan untuk memperbaiki kondisi

kardiopulmoner dan mencegah semua keadaan yang dapat menyebabkan kematian.

Penanganan tersebut dilakukan secara konservatif maupun dengan operasi, tergantung

indikasi serta berat ringannya hemoptisis yang terjadi. Prognosis dari hemoptisis

ditentukan oleh tingkatan hemoptoe, macam penyakit dasar dan cepatnya tindakan

yang dilakukan.

19

Page 20: referat hemoptisis

DAFTAR PUSTAKA

1. Prince, silvia A dan Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Ed.6, Vol.2, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

2. Rab T. 1996. Prinsip Gawat Paru. ed.2. Jakarta. EGC.

3. Sudoyo, Aru W. 2007. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Ed.4. Jakarta: Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

4. Purwandianto A. Sampurna B. Kedaruratan Medik. ed. 3. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

5. Soeroso HL. Susilo H. Parhussip RS. Sumari. Usman. 1992. Hemoptisis Masif. Cermin Dunia Kedokteran.

6. Woodley M. Whelan A. 1995. Pedoman Pengobatan. (Manual of Medical Therapeutics). Andi offset. Yogyakarta.

20