28
REFERAT IRITIS – IRIDOSIKLITIS Oleh: Prima Aditya Wicaksana G1A212067 Pembimbing: dr. Yulia Sp.M KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Referat Iritis Iridosiklitis Prima

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kesehatan

Citation preview

Page 1: Referat Iritis Iridosiklitis Prima

REFERAT

IRITIS – IRIDOSIKLITIS

Oleh:Prima Aditya Wicaksana

G1A212067

Pembimbing: dr. Yulia Sp.M

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

SMF ILMU KESEHATAN MATARSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

PURWOKERTO

2013

Page 2: Referat Iritis Iridosiklitis Prima

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris, korpus siliaris, dan koroid)

dengan berbagai penyebabnya. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea

yang mengalami inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi.

Peradangan pada uvea dapat hanya mengenai bagian depan jaringan uvea atau

iris yang disebut iritis. Bila mengenai badan tengah disebut siklitis. Iritis

dengan siklitis disebut iridosiklitis atau disebut juga dengan uveitis anterior

dan merupakan bentuk uveitis tersering. Dan bila mengenai lapisan koroid

disebut uveitis posterior atau koroiditis.1,2

Insidensi uveitis sekitar 15 per 100.000 orang.Sekitar 75% merupakan

uveitis anterior.Sekitar 50% pasien dengan uveitis menderita penyakit

sistemik terkait. Di Amerika Serikat,uveitis merupakan penyebab kebutaan

nomor tiga setelah Retinopati Diabetik dan Degenerasi Macular.Umur

penderita biasanya bervariasi antara usia prepubertal sampai 50 tahun. 1,3

Uveitis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan

usia pertengahan. Ditandai adanya riwayat sakit, fotofobia, dan penglihatan

yang kabur, mata merah (merah sirkumneal) tanpa tahi mata purulen dan pupil

kecil atau ireguler. Berdasarkan reaksi radang, uveitis anterior dibedakan tipe

granulomatosa dan non granulomatosa. 2

Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui secara umum

mengenai definisi, etiologi dan fisiologi anatomi, patofisiologi, gambaran

klinis, penegakan diagnosis, penatalaksanaan serta prognosis dari uveitis

anterior.

Page 3: Referat Iritis Iridosiklitis Prima

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 . Anatomi

Bola Mata terdiri atas dinding bola mata dan isi bola mata, dimana

dinding bola mata terdiri atas sclera dan kornea sedangkan isi bola mata terdiri

atas lensa, uvea, badan kaca dan retina. Uvea merupakan lapisan dinding

kedua dari bola mata setelah sclera dan tenon. Uvea merupakan jaringan

lunak, terdiri dari iris, badan siliar dan koroid.7 Bagian ini adalah lapisan

vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini ikut

memasukkan darah ke retina(2).

a). Iris

Iris adalah perpanjangan korpus siliare ke anterior. Iris berupa

suatu permukaan pipih dengan apertura bulat yang terletak di tengah

pupil. Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa,

yang memisahkan kamera anterior dari kamera posterior, yang masing-

masing berisi aqueus humor. Di dalam stroma iris terdapat sfingter dan

otot-otot dilator. Kedua lapisan berpigmen pekat pada permukaan

posterior iris merupakan perluasan neuroretina dan lapisan epitel

pigmen retina ke arah anterior(2).

Page 4: Referat Iritis Iridosiklitis Prima

Pasok darah ke iris adalah dari sirkulus major iris. Kapiler-

kapiler iris mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang sehingga

normalnya tidak membocorkan fluoresein yang disuntikkan secara

intravena. Persarafan iris adalah melalui serat-serat di dalam nervus

siliares(2). Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam

mata. Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan

antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatis yang dihantarkan melalui

nervus kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas

simpatik(2).

b). Korpus Siliaris

Korpus siliaris yang secara kasar berbentuk segitiga pada

potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior khoroid

ke pangkal iris (sekitar 6 mm). Korpus siliaris terdiri dari suatu zona

anterior yang berombak ombak,pars plikata dan zona posterior yang

datar, pars plana. Prosesus siliaris berasal dari pars plikata. Prosesus

siliaris ini terutama terbentuk dari kapiler-kapiler dan vena yang

bermuara ke vena-vena vortex. Kapiler-kapilernya besar dan berlobang-

lobang sehingga membocorkan floresein yang disuntikkan secara

intravena. Ada 2 lapisan epitel siliaris, satu lapisan tanpa pigmen di

sebelah dalam, yang merupakan perluasan neuroretina ke anterior, dan

lapisan berpigmen di sebelah luar, yang merupakan perluasan dari

lapisan epitel pigmen retina. Prosesus siliaris dan epitel siliaris

pembungkusnya berfungsi sebagai pembentuk aqueus humor(2).

c). Khoroid

Khoroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan

sklera. Khoroid tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah khoroid;

besar, sedang dan kecil. Semakin dalam pembuluh terletak di dalam

khoroid, semakin lebar lumennya. Bagian dalam pembuluh darah

khoroid dikenal sebagai khoriokapilaris. Darah dari pembuluh darah

khoroid dialirkan melalui empat vena vortex, satu di masing-masing

Page 5: Referat Iritis Iridosiklitis Prima

kuadran posterior. Khoroid di sebelah dalam dibatasi oleh membran

Bruch dan di sebelah luar oleh sklera. Ruang suprakoroid terletak di

antara khoroid dan sklera. Khoroid melekat erat ke posterior ke tepi-tepi

nervus optikus. Ke anterior, khoroid bersambung dengan korpus siliare.

Agregat pembuluh darah khoroid memperdarahi bagian luar retina yang

mendasarinya(2).

2.2  Definisi

Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan bagian depan badan

siliar (pars plicata), kadang-kadang menyertai peradangan bagian belakang

bola mata, kornea dan sklera. Peradangan pada uvea dapat mengenai hanya

pada iris yang disebut iritis atau mengenai badan siliar yang di sebut siklitis.

Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut iridosiklitis atau

uveitis anterior.3,4

2.3.  Epidemiologi

Di Indonesia belum ada data akurat mengenai jumlah kasus uveitis. Di

Amerika Serikat ditemukan angka kejadian uveitis anterior adalah 8-12 orang

dari 100.000 penduduk per tahun. Insidennya meningkat pada usia 20-50

tahun dan paling banyak pada usia sekitar 30-an.4

Menurut American Optometric Association (AOA), berdasarkan

etiologinya ada beberapa factor resiko yang menyertai kejadian uveitis

anterior antara lain, penderita toxoplasmosis dan yang berhubungan dengan

hewan perantara toxoplasma. Beberapa penyakit menular seksual juga

meningkatkan angka kejadian uveitis anterior seperti sifilis, HIV, dan

sindroma Reiter(3).

2.4.  Etiologi 

Penyebab eksogen seperti trauma uvea atau invasi mikroorganisme

atau agen lain dari luar. Secara endogen dapat disebabkan idiopatik, autoimun,

Page 6: Referat Iritis Iridosiklitis Prima

keganasan, mikroorganisme atau agen lain dari dalam tubuh pasien misalnya

infeksi tuberkulosis, herper simpleks. Etiologi uveitis dibagi dalam :1,3

Berdasarkan spesifitas penyebab :

1. Penyebab spesifik (infeksi) Disebabkan oleh virus, bakteri, fungi,

ataupun parasit yang spesifik.

2. Penyebab non spesifik (non infeksi) atau reaksi hipersensitivitas

Disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap mikroorganisme atau

antigen yang masuk kedalam tubuh dan merangsang reaksi antigen

antibodi dengan predileksi pada traktus uvea.

Berdasarkan asalnya:

1. Eksogen : Pada umumnya disebabkan oleh karena trauma, operasi

intraokuler, ataupun iatrogenik.

2. Endogen : disebabkan idiopatik, autoimun, keganasan,

mikroorganisme atau agen lain dari dalam tubuh pasien misalnya

infeksi tuberkulosis, herpes simpleks.

2.5.  Klasifikasi

Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan

traktus uvealis yang meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan koroid.

Klasifikasi uveitis dibedakan menjadi empat kelompok utama, yaitu

klasifikasi secara anatomis, klinis, etiologis, dan patologis. Penyakit

peradangan traktus uvealis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada oreng

dewasa dan usia pertengahan. Pada kebanyakan kasus penyebabnya tidak

diketahui.1,3,5

Page 7: Referat Iritis Iridosiklitis Prima

1. Klasifikasi berdasarkan Anatomis

a) Uveitis anterior

Merupakan inflamasi yang terjadi terutama pada iris dan korpus siliaris

atau disebut juga dengan iridosiklitis.

b) Uveitis intermediet

Merupakan inflamasi dominan pada pars plana dan retina perifer yang

disertai dengan peradangan vitreous.

c) Uveitis posterior

Merupakan inflamasi yang mengenai retina atau koroid.

d) Panuveitis

Merupakan inflamasi yang mengenai seluruh lapisan uvea.

Page 8: Referat Iritis Iridosiklitis Prima

2. Klasifikasi berdasarkan Klinis

a) Uveitis akut

Uveitis yang berlangsung selama < 6 minggu, onsetnya cepat dan

bersifat simptomatik.

b) Uveitis kronik

Uveitis yang berlangsung selama > 6 minggu bahkan sampai berbulan-

bulan atau bertahun-tahun, seringkali onset tidak jelas dan bersifat

asimtomatik.

3. Klasifikasi berdasarkan Etiologis

a) Uveitis infeksius

Uveitis yang disebabkan oleh infeksi virus, parasit, dan bakteri

b) Uveitis non-infeksius

Uveitis yang disebabkan oleh kelainan imunologi atau autoimun.

4. Klasifikasi berdasarkan patologis

a) Uveitis non-granulomatosa

Infiltrat dominan limfosit pada koroid.

b) Uveitis granulomatosa

Infiltrat dominan sel epiteloid dan sel-sel raksasa multinukleus

2.6.  Patofisiologi

Seperti semua proses radang, uveitis anterior ditandai dengan adanya

dilatasi pembuluh darah yang akan menimbulkan gejala hiperemia silier

(hiperemi perikorneal atau pericorneal vascular injection). Peningkatan

permeabilitas ini akan menyebabkan eksudasi ke dalam akuos humor,

sehingga terjadi peningkatan konsentrasi protein dalam akuos humor. Pada

pemeriksaan biomikroskop (slit lamp) hal ini tampak sebagai akuos flare atau

sel, yaitu partikel-partikel kecil dengan gerak Brown (efek Tyndal). Kedua

gejala tersebut menunjukkan proses keradangan akut.5

Pada proses peradangan yang lebih akut, dapat dijumpai penumpukan

sel-sel radang di dalam BMD yang disebut hipopion, ataupun migrasi eritrosit

Page 9: Referat Iritis Iridosiklitis Prima

ke dalam BMD, dikenal dengan hifema. Apabila proses radang berlangsung

lama (kronis) dan berulang, maka sel-sel radang dapat melekat pada endotel

kornea, disebut sebagai keratic precipitate (KP). Ada dua jenis keratic

precipitate,yaitu:6

1. Mutton fat KP : besar, kelabu, terdiri atas makrofag dan pigmen-pigmen

yang difagositirnya, biasanya dijumpai pada jenis granulomatosa.

2. Punctate KP : kecil, putih, terdiri atas sel limfosit dan sel plasma, terdapat

pada jenis non granulomatosa.

Apabila tidak mendapatkan terapi yang adekuat, proses peradangan

akan berjalan terus dan menimbulkan berbagai komplikasi. Sel-sel radang,

fibrin, dan fibroblas dapat menimbulkan perlekatan antara iris dengan kapsul

lensa bagian anterior yang disebut sinekia posterior, ataupun dengan endotel

kornea yang disebut sinekia anterior. Dapat pula terjadi perlekatan pada

bagian tepi pupil, yang disebut seklusio pupil, atau seluruh pupil tertutup oleh

sel-sel radang, disebut oklusio pupil.

Perlekatan-perlekatan tersebut, ditambah dengan tertutupnya

trabekular oleh sel-sel radang, akan menghambat aliran akuos humor dari bilik

mat belakang ke bilik mata depan sehingga akuos humor tertumpuk di bilik

mata belakang dan akan mendorong iris ke depan yang tampak sebagai iris

bombans. Selanjutnya tekanan dalam bola mata semakin meningkat dan

akhirnya terjadi glaukoma sekunder.

Pada uveitis anterior juga terjadi gangguan metabolisme lensa yang

menyebabkan lensa menjadi keruh dan terjadi katarak komplikata. Apabila

peradangan menyebar luas, dapat timbul endoftalmitis (peradangan supuratif

berat dalam rongga mata dan struktur di dalamnya dengan abses di dalam

badan kaca) ataupun panoftalmitis (peradangan seluruh bola mata termasuk

sklera dan kapsul tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses).5,6

Bila uveitis anterior monokuler dengan segala komplikasinya tidak

segera ditangani, dapat pula terjadi symphatetic ophtalmia pada mata

sebelahnya yang semula sehat. Komplikasi ini sering didapatkan pada uveitis

Page 10: Referat Iritis Iridosiklitis Prima

anterior yang terjadi akibat trauma tembus, terutama yang mengenai badan

silier.

2.7 Gambaran Klinis 

Gejala akut dari uveitis anterior adalah mata merah, fotofobia, nyeri,

penurunan tajam penglihatan dan hiperlakrimasi. Sedangkan pada keadaan

kronis gejala uveitis anterior yang ditemukan dapat minimal sekali, meskipun

proses radang yang hebat sedang terjadi.1,6,7

1). Uveitis Anterior Jenis Non-Granulomatosa

Pada bentuk non-granulomatosa, onsetnya khas akut, dengan rasa

sakit, injeksi, fotofobia dan penglihatan kabur. Terdapat kemerahan

sirkumkorneal atau injeksi siliar yang disebabkan oleh dilatasi pembuluh-

pembuluh darah limbus. Deposit putih halus (keratic presipitate/ KP) pada

permukaan posterior kornea dapat dilihat dengan slit-lamp atau dengan

kaca pembesar. KP adalah deposit seluler pada endotel kornea.

Karakteristik dan distribusi KP dapat memberikan petunjuk bagi jenis

uveitis. KP umumnya terbentuk di daerah pertengahan dan inferior dari

kornea. Terdapat 4 jenis KP yang diketahui, yaitu small KP, medium KP,

large KP dan fresh KP. Small KP merupakan tanda khas pada herpes

zoster danFuch’s uveitis syndrome. Medium KP terlihat pada kebanyakan

jenis uveitis anterior akut maupun kronis. Large KPbiasanya jenis mutton

fat biasanya erdapat pada uveitis anterior tipe granulomatosa. Fresh

KP atau KP baru terlihat berwarna putih dan melingkar. Seiring

bertambahnya waktu,akan berubah menjadi lebih pucat dan berpigmen.

Pupil mengecil dan mungkin terdapat kumpulan fibrin dengan sel di

kamera anterior. Jika terdapat sinekia posterior, bentuk pupil menjadi tidak

teratur.

2). Uveitis Anterior Jenis Granulomatosa

Pada bentuk granulomatosa, biasanya onsetnya tidak terlihat.

Penglihatan berangsur kabur dan mata tersebut memerah secara difus di

Page 11: Referat Iritis Iridosiklitis Prima

daerah sirkumkornea. Sakitnya minimal dan fotofobianya tidak seberat

bentuk non-granulomatosa. Pupil sering mengecil dan tidak teratur karena

terbentuknya sinekia posterior. KP mutton fat besar-besar dapat terlihat

dengan slit-lamp di permukaan posterior kornea. Tampak

kemerahan, flare dan sel-sel putih di tepian pupil (nodul Koeppe). Nodul-

nodul ini sepadan dengan KP mutton fat. Nodul serupa di seluruh stroma

iris disebut nodul Busacca.

2.8. Diagnosis

Diagnosis uveitis anterior dapat ditegakkan dengan melakukan

anamnesis, pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.

1). Anamnesis

Anamnesis dilakukan dengan menanyakan riwayat kesehatan

pasien, misalnya pernah menderita iritis atau penyakit mata lainnya,

kemudian riwayat penyakit sistemik yang mungkin pernah diderita oleh

pasien.3,8

Keluhan yang dirasakan pasien biasanya antara lain:

Nyeri dangkal (dull pain), yang muncul dan sering menjadi lebih terasa

ketika mata disentuh pada kelopak mata. Nyeri tersebut dapat beralih ke

daerah pelipis atau daerah periorbital. Nyeri tersebut sering timbul dan

menghilang segera setelah muncul.

Fotofobia atau fotosensitif terhadap cahaya, terutama cahaya matahari

yang dapat menambah rasa tidak nyaman pasien

Kemerahan tanpa sekret mukopurulen

Pandangan kabur (blurring)

Umumnya unilateral

2). Pemeriksaan Oftalmologi

Page 12: Referat Iritis Iridosiklitis Prima

Visus : visus biasanya normal atau dapat sedikit menurun

Tekanan intraokular (TIO) pada mata yang meradang lebih rendah

daripada mata yang sehat. Hal ini secara sekunder disebabkan oleh

penurunan produksi cairan akuos akibat radang pada korpus siliaris.

Akan tetapi TIO juga dapat meningkat akibat perubahan aliran

keluar (outflow)cairan akuos.

Konjungtiva : terlihat injeksi silier/ perilimbal atau dapat pula (pada

kasus yang jarang) injeksi pada seluruh konjungtiva

Kornea : KP (+), udema stroma kornea

Camera Oculi Anterior (COA) : sel-sel flare dan/atau hipopion.

Ditemukannya sel-sel pada cairan akuos merupakan tanda dari proses

inflamasi yang aktif. Jumlah sel yang ditemukan pada

pemeriksaan slitlamp dapat digunakan untuk grading. Grade 0 sampai

+4 ditentukan dari:

0 : tidak ditemukan sel

+1 : 5-10 sel

+2 : 11-20 sel

+3 : 21-50 sel

+4 : > 50 sel

Aqueous flare adalah akibat dari keluarnya protein dari pembuluh darah

iris yang mengalami peradangan. Adanya  flare tanpa ditemukannya sel-sel bukan

indikasi bagi pengobatan.9 Melalui hasil pemeriksaan slit-lamp yang sama dengan

pemeriksaan sel,  flare juga diklasifikasikan sebagai berikut:

0 : tidak ditemukan flare

+1 : terlihat hanya dengan pemeriksaan yang teliti

+2 : moderat, iris terlihat bersih

+3 : iris dan lensa terlihat keruh

Page 13: Referat Iritis Iridosiklitis Prima

+4 : terbentuk fibrin pada cairan akuos

Hipopion ditemukan sebagian besar mungkin sehubungan dengan penyakit

terkait HLA-B27, penyakit Behcet atau penyakit infeksi terkait iritis.

Iris : dapat ditemukan sinekia posterior

Lensa dan korpus vitreus anterior : dapat ditemukan lentikular

presipitat pada kapsul lensa anterior. Katarak subkapsuler posterior

dapat ditemukan bila pasien mengalami iritis berulang.

3). Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium mendalam umumnya tidak diperlukan

untuk uveitis anterior, apalagi bila jenisnya non-granulomatosa atau

menunjukkan respon terhadap pengobatan non spesifik. Akan tetapi pada

keadaan dimana uveitis anterior tetap tidak responsif terhadap pengobatan

maka diperlukan usaha untuk menemukan diagnosis etiologiknya. Pada

pria muda dengan iridosiklitis akut rekurens, foto rontgen sakroiliaka

diperlukan untuk mengeksklusi kemungkinan adanya spondilitis ankilosa.

Pada kelompok usia yang lebih muda, artritis reumatoid juvenil harus

selalu dipertimbangkan khususnya pada kasuskasus iridosiklitis kronis.

Pemeriksaan darah untuk antinuclear antibody dan rheumatoid factor serta

foto rontgen lutut sebaiknya dilakukan. Perujukan ke ahli penyakit anak

dianjurkan pada keadaan ini. Iridosiklitis dengan KP mutton

fatmemberikan kemungkinan sarkoidosis. Foto rontgen toraks sebaiknya

dilakukan dan pemeriksaan terhadap enzim lisozim serum serta

serum angiotensineconverting enzyme sangat membantu.9,10

Pemeriksaan terhadap HLA-B27 tidak bermanfaat untuk

penatalaksanaan pasien dengan uveitis anterior, akan tetapi kemungkinan

dapat memberikan perkiraan akan suseptibilitas untuk rekurens. Sebagai

contoh, HLA-B27 ditemukan pada sebagian besar kasus iridosiklitis yang

terkait dengan spondilitis ankilosa. Tes kulit terhadap tuberkulosis dan

histoplasmosis dapat berguna, demikian pula antibodi terhadap

Page 14: Referat Iritis Iridosiklitis Prima

toksoplasmosis. Berdasarkan tes-tes tersebut dan gambaran kliniknya,

seringkali dapat ditegakkan diagnosis etiologiknya. Dalam usaha

penegakan diagnosis etiologis dari uveitis diperlukan bantuan atau

konsultasi dengan bagian lain seperti ahli radiologi dalam pemeriksaan

foto rontgen, ahli penyakit anak atau penyakit dalam pada kasus atritis

reumatoid, ahli penyakit THT pada ksus uveitis akibat infeksi sinus

paranasal, ahli penyakit gigi dan mulut pada kasus uveitis dengan fokus

infeksi di rongga mulut, dan lain-lain.7

2.9  Diagnosis Banding 

Berikut adalah beberapa diagnosis banding dari uveitis anterior:

a. Konjungtivitis.

Pada konjungtivitis penglihatan tidak kabur, respon pupil normal, ada

kotoran mata dan umumnya tidak ada rasa sakit, fotofobia atau injeksi

siliaris.

b. Keratitis atau keratokonjungtivitis.

Pada keratitis atau keratokonjungtivitis, penglihatan dapat kabur dan ada

rasa sakit dan fotofobia. Beberapa penyebab keratitis seperti herpes

simpleks dan herpes zoster dapat menyertai uveitis anterior sebenarnya.

c. Glaukoma akut.

Pada glaukoma akut pupil melebar, tidak ditemukan sinekia posterior dan

korneanya “beruap”.

2.10 Penatalaksanaan

Tujuan utama dari pengobatan uveitis anterior adalah untuk

mengembalikan atau memperbaiki fungsi penglihatan mata. Apabila sudah

terlambat dan fungsi penglihatan tidak dapat lagi dipulihkan seperti semula,

pengobatan tetap perlu diberikan untuk mencegah memburuknya penyakit dan

terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan. Adapun terapi uveitis anterior

dapat dikelompokkan menjadi :6,8,9

Terapi non spesifik

1. Penggunaan kacamata hitam

Page 15: Referat Iritis Iridosiklitis Prima

Kacamata hitam bertujuan untuk mengurangi fotofobi, terutama akibat

pemberian midriatikum.

2. Kompres hangat

Dengan kompres hangat, diharapkan rasa nyeri akan berkurang, sekaligus

untuk meningkatkan aliran darah sehingga resorbsi sel-sel radang dapat

lebih cepat.

3. Midritikum/ sikloplegik

Tujuan pemberian midriatikum adalah agar otot-otot iris dan badan silier

relaks, sehingga dapat mengurangi nyeri dan mempercepat panyembuhan.

Selain itu, midriatikum sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya

sinekia, ataupun melepaskan sinekia yang telah ada. Midriatikum yang

biasanya digunakan adalah:

Sulfas atropin 1% sehari 3 kali tetes

Homatropin 2% sehari 3 kali tetes

Scopolamin 0,2% sehari 3 kali tetes

4. Anti Inflamasi

Anti inflamasi yang biasanya digunakan adalah kortikosteroid, dengan

dosis sebagai berikut:

Dewasa : Topikal dengan dexamethasone 0,1 % atau prednisolone 1 %.

Bila belum berhasil dapat diberikan sistemik Prednisone oral mulai 80

mg per hari sampai tanda radang berkurang, lalu diturunkan 5 mg tiap

hari.

Anak : prednison 0,5 mg/kgbb sehari 3 kali.

Terapi spesifik

a. Terapi yang spesifik dapat diberikan apabila penyebab pasti dari uveitis

anterior telah diketahui. Karena penyebab yang tersering adalah bakteri,

maka obat yang sering diberikan berupa antibiotik, yaitu :

Dewasa : Lokal berupa tetes mata kadang dikombinasi dengan steroid

Subkonjungtiva kadang juga dikombinasi dengan steroid secara per oral

dengan Chloramphenicol 3 kali sehari 2 kapsul.

Anak : Chloramphenicol 25 mg/kgbb sehari 3-4 kali.

Page 16: Referat Iritis Iridosiklitis Prima

Walaupun diberikan terapi spesifik, tetapi terapi non spesifik seperti

disebutkan diatas harus tetap diberikan, sebab proses radang yang terjadi

adalah sama tanpa memandang penyebabnya.

Terapi terhadap komplikasi

a. Sinekia posterior dan anterior

Untuk mencegah maupun mengobati sinekia posterior dan sinekia

anterior, perlu diberikan midriatikum, seperti yang telah diterangkan

sebelumnya.

b. Glaukoma sekunder

Glaukoma sekunder adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada

Terapi konservatif :

Timolol 0,25 % - 0,5 % 1 tetes tiap 12 jam

Acetazolamide 250 mg tiap 6 jam

Terapi bedah :

Dilakukan bila tanda-tanda radang telah hilang, tetapi TIO masih tetap

tinggi.

Sudut tertutup : iridektomi perifer atau laser iridektomi, bila telah

terjadi perlekatan iris dengan trabekula (Peripheral Anterior

Synechia atau PAS) dilakukan bedah filtrasi.

Sudut terbuka : bedah filtrasi

2.11 . Komplikasi

Berikut ini adalah beberapa komplikasi dari uveitis anterior:2,10

Page 17: Referat Iritis Iridosiklitis Prima

a. Sinekia anterior perifer.

Uveitis anterior dapat menimbulkan sinekia anterior perifer yang menghalangi

humor akuos keluar di sudut iridokornea (sudut kamera anterior) sehingga

dapat menimbulkan glaucoma.

b. Sinekia posterior

Dapat menimbulkan glaukoma dengan berkumpulnya akuos humor di belakang

iris, sehingga menonjolkan iris ke depan.

c. Gangguan metabolisme lensa dapat menimbulkan katarak

Katarak merupakan komplikasi lebih lanjut yang serius, yang dapat dilihat

setelah serangan uveitis anterior yang berulang. Hal ini selalu memberikan efek

awal pada daerah subcapsular posterior dari lensa dan sayangnya, dapat

menganggu penglihatan pada stadium dini. Katarak juga dapat terjadi pada

penggunaan steroid topical dan sistemik jangka panjang.

d. Edema kistoid makular dan degenerasi makula 

Dapat timbul pada uveitis anterior yang berkepanjangan.

2.12Prognosis

Kebanyakan kasus uveitis anterior berespon baik jika dapat didiagnosis

secara awal dan diberi pengobatan. uveitis anterior mungkin berulang,

terutama jika ada penyebab sistemiknya. Karena baik para klinisi dan pasien

harus lebih waspada terhadap tanda dan mengobati dengan segera. Prognosis

visual pada iritis kebanyakan akan pulih dengan baik, tanpa adanya katarak,

glaucoma atau posterior uveitis.7,10

BAB III

KESIMPULAN

Page 18: Referat Iritis Iridosiklitis Prima

Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus

uvealis yang meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan koroid. Klasifikasi

uveitis dibedakan menjadi empat kelompok utama, yaitu klasifikasi secara

anatomis, klinis, etiologis, dan patologis. Penyakit ini dapat disebabkan oleh

faktor eksogen, endogen, infeksi maupun noninfeksi. Tujuan utama dari

pengobatan uveitis adalah untuk mengembalikan atau memperbaiki fungsi

penglihatan mata. Apabila sudah terlambat dan fungsi penglihatan tidak dapat lagi

dipulihkan seperti semula, pengobatan tetap perlu diberikan untuk mencegah

memburuknya penyakit dan terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: Referat Iritis Iridosiklitis Prima

1. Moorthy RS. 2008-2009 Basic and Clinical Science Course Section 9:

Intraocular Inflamation and uveitis. American Academy of ophthalmology.

2007.\

2.  Vaughan DG. Anatomi & Embriologi Mata: Oftalmologi Umum (General

Opthalmology). Edisi 14. Widya Medica. Jakarta.

3. Vaughan DG. Traktus Uvealis & Sklera In: Oftalmologi Umum (General

Opthalmology). Edisi 14. Widya Medica. Jakarta.

4. Ming, Stew., Constable, I., Color Atlas of Ophtamology. 3th Edition. World

Sciens. New York. 2004.p.65.

5.  Paramita, Galuh P. 2010. Uveitis Anterior. Available from

URL: http://www.fkumycase.net/wiki/index.php?page=mata+

%22+uveitis+anterior%22.html

6.  Ilyas S. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta. Hal. 172-4.

7.  Trad MJ. Anterior uveitis. [Serial online]. [march, 24 2000]. Available

from:URL:http://www.optometry.co.uk./journal/23564/anterior_uveitis.html

8.  Lang, GK. Ophthalmology A Short Textbook. Thieme. Stuttgart-New York.

2000. hal 211.

9. Teoh PC. Anterior uveitis as a clinical presentation of orbital inflammatory

disease in an adult. Vol 50. Edisi 229 [serial online]. [Januari 2009].

Available from: URL:http://www.singaporemedj.com/2009/50/e229.html

10. Amoaku and Browning. Common Eye Diseases and their Management.

3th edition. Springer-Verlag. London. 2006.p.143.