35
DAFTAR ISI Cover……………………………………………………………………………………..i Kata Pengantar………………………………………………….…………………….....ii Lembar Pengesahan…………………………………………………………………….iii Daftar Isi…………………………………………………………………………………1 BAB I PENDAHULUAN…….…………………………………………………………2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lensa…………………………………………………………………………….3 Aqueous humor…………………………………………………………………5 Glaukoma……………………………………………………………………….6 Katarak…………………………………………………………………………18 Glaukoma fakomorfik………………………………………………………...21 Definisi………………………………………………………………...21 Epidemiologi…………………………………………………………...21 Manifestasi klinis………………………………………………………21 Patofisiologi…………………………………………………………….22 Tatalaksana……………………………………………………………..22 BAB III KESIMPULAN……………………………………………………………......24 DAFTAR PUSTAKA………………………………..………………………………….25 1

Referat Mata Anom Print

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mata AL

Citation preview

Page 1: Referat Mata Anom Print

DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………………………………..i

Kata Pengantar………………………………………………….…………………….....ii

Lembar Pengesahan…………………………………………………………………….iii

Daftar Isi…………………………………………………………………………………1

BAB I PENDAHULUAN…….…………………………………………………………2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lensa…………………………………………………………………………….3

Aqueous humor…………………………………………………………………5

Glaukoma……………………………………………………………………….6

Katarak…………………………………………………………………………18

Glaukoma fakomorfik………………………………………………………...21

Definisi………………………………………………………………...21

Epidemiologi…………………………………………………………...21

Manifestasi klinis………………………………………………………21

Patofisiologi…………………………………………………………….22

Tatalaksana……………………………………………………………..22

BAB III KESIMPULAN……………………………………………………………......24

DAFTAR PUSTAKA………………………………..………………………………….25

1

Page 2: Referat Mata Anom Print

BAB I

PENDAHULUAN

Glaukoma fakomorfik adalah glaukoma sekunder sudut tertutup yang

disebabkan karena adanya perubahan pada lensa yang mengalami katarak

intumesen.Walaupun tidak ada statistik epidemiologi mengenai glaukoma

fakomorfik, glaukoma sudut tertutup yang dikarenakan katarak hipermatur lebih

umum terjadi pada negara dengan tingkat prevalensi katarak yang lebih tinggi

namun metode pembedahannya belum cukup siap. Glaukoma dapat terjadi pada

ras apapun, jenis kelamin apapun, dan lebih sering ditemukan pada pasien usia

lanjut dengan katarak senilis, namun juga dapat terjadi pada pasien usia muda

yang menderita katarak traumatika atau katarak intumesen yang berkembang

secara cepat. 1

Saat maturasi katarak berlangsung dan protein lensa denaturasi, terjadi

hiperosmolaritas pada lensa yang mengakibatkan proses hidrasi lensa berlanjut,

sehingga lensa menjadi tebal atau intumesen. Lensa yang menebal ini akan

menyebabkan terjadinya terjadinya perubahan lensa. Lensa akan mendorong iris

ke anterior sehingga menyebabkan hambatan pupil yang dapat menyebabkan

glaukoma sekunder.1

BAB II

2

Page 3: Referat Mata Anom Print

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lensa2

2.1.1 Anatomi Lensa

Pada manusia, lensa mata bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah,

tembus pandang, dengan diameter 9 mm, dan tebal sekitar 5 mm. Lensa terdiri dari

kapsul, epitel, korteks dan nukleus. Ke arah anterior, lensa berhubungan dengan

aqueus humour, dan ke arah posterior, lensa berhubungan dengan vitreous humour.

Di bagian posterior iris, lensa digantung pada prosesus siliaris oleh zonula zinii

(ligamentum suspensorium lentis), yang melekat pada ekuator lensa, serta

menghubungkannya dengan korpus siliaris. Zonula zinni berasal dari lamina basal

epitel tidak berpigmen prosesus siliare. Zonula zini melekat pada bagian ekuator

kapsul lensa, 1,5 mm pada bagian anterior dan 1,25 pada bagian posterior.

Gambar 1. Lapisan Lensa

Sebanyak 65% bagian dari lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein

(kandungan protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali

mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Protein lensa terdiri dari water

soluble dan water insoluble. Water soluble merupakan protein intraseluler yang

terdiri dari alfa (α), beta (β) dan delta (δ) kristalin, sedang yang termasuk dalam water

3

Page 4: Referat Mata Anom Print

insoluble adalah urea soluble dan urea insoluble. Kandungan kalium lebih tinggi di

lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Seperti telah disinggung sebelumnya,

tidak ada reseptor nyeri, pembuluh darah atau saraf di lensa.

2.1.2 Fungsi Lensa

Lensa memiliki fungsi utama untuk memfokuskan berkas cahaya ke retina

dengan mengubah-ubah daya refraksi agar sesuai dengan sinar yang datang sejajar

atau divergen. Perubahan daya refraksi lensa ini disebut sebagai akomodasi. Hal ini

dapat dicapai dengan mengubah kelengkungan lensa terutama kurvatur anterior.

Otot-otot siliaris relaksasi, serat zonula menegang, dan diameter

anteroposterior lensa mengecil untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh.

Dalam posisi tersebut, lensa diperkecil hingga berkas cahaya akan terfokus di retina.

Sementara itu, untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi

hingga tegangan zonula zinii berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian

mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh daya biasnya. Kerjasama

fisiologis antara korpus siliaris, zonula zinii, dan lensa untuk memfokuskan benda

dekat di retina disebut sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia,

kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.

4

Page 5: Referat Mata Anom Print

Gambar 2. Lensa dan Struktur Pendukungnya

2.1.3 Sudut Bilik Mata Depan

Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris.

Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan

pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam

bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan

sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm, baji sclera, garis Schwalbe

dan jonjot iris. Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sclera kornea

dan disini ditemukan sclera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan

merupakan batas belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar longitudinal.

2.1.4 Aquoeous Humor

Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Setelah memasuki bilik mata

belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan. Kemudian ke

perifer menuju sudut bilik mata depan. Aquous humor adalah suatu cairan jernih yang

mengisi kamera anterior dan posterior mata. Volumenya sekitar 250 uL. Aquous

5

Page 6: Referat Mata Anom Print

humour diproduksi oleh korpus siliaris. Dari badan siliar, cairan masuk ke bilik mata

posterior, humor akuos mengalir melalui pupil ke bilik anterior lalu ke jalinan

trabekular di sudut bilik mata anterior. Kemudian cairan masuk ke dalam saluran

kolektor, lalu ke dalam pleksus vena di jaringan sklera dan episklera, dan juga ke

dalam vena siliaris anterior di badan siliar.

Gambar 3. Aliran Aqueous Humor

2.2 GLAUKOMA

2.2.1 Definisi

Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang

memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata

galukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf optik,

dan mengecilnya lapang pandang. Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan

intraokular ini disebabkan :3

Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar

Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah

pupil (glaukoma hambatan pupil)

Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya

gangguan lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi (penggaungan)

serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan.

6

Page 7: Referat Mata Anom Print

2.2.2 Epidemiologi

Hampir 60 juta orang terkena glaukoma. Diperkirakan 3 juta penduduk

Amerika Serikat terkena glaukoma, dan di antara kasus-kasus tersebut, sekitar 50%

tidak terdiagnosis. Sekitar 6 juta orang mengalami kebutaan akibat glaukoma,

termasuk 100.000 penduduk Amerika, menjadikan penyakit ini sebagai penyebab

utama kebutaan yang dapat dicegah di Amerika Serikat. Glaukoma sudut terbuka

primer, bentuk tersering pada ras kulit hitam dan putih, menyebabkan penyempitan

lapangan pandang bilateral progresif asimptomatik yang timbul perlahan dan sering

tidak terdeteksi sampai terjadi penyempitan lapangan pandang yang luas.4

Ras kulit hitam memiliki resiko yang lebih besar mengalami onset dini,

keterlambatan diagnosis, dan penurunan penglihatan yang berat dibandingkan dengan

ras kulit putih. Glaukoma sudut tertutup didapatkan pada 10-15% kasus ras putih.

Presentasi ini jauh lebih tinggi pada orang Asia dan suku Inuit. Glaukoma sudut

tertutup primer berperan pada lebih dari 90% kebutaan bilateral akibat glaukoma di

China. Glaukoma tekanan normal merupakan tipe yang paling sering di Jepang. 4

2.2.3 Klasifikasi glaukoma4

KLASIFIKASI GLAUKOMA BERDASARKAN ETIOLOGI

A. Glaukoma primer

1. Glaukoma sudut terbuka

a. Glaukoma sudut terbuka primer (glaukoma sudut-terbuka kronik,

glaukoma simpleks kronik)

b. Glaukoma tekanan normal (glaukoma tekanan rendah)

2. Glaukoma sudut tertutup

a. Akut

b. Subakut

c. Kronik

7

Page 8: Referat Mata Anom Print

d. Iris plateau

B. Glaukoma kongenital

1. Glaukoma kongenital primer atau infantil

2. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan mata lain

a. Sindrom-sindrom pembelahan bilik mata depan

Sindrom Axenfeld

Sindrom Reiger

Sindrom Peter

b. Aniridia

3. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan ekstraokular

a. Sindrom Sturge-Weber

b. Sindrom Marfan

c. Neurofibromatosis 1

d. Sindrom Lowe

e. Rubela kongenital

C. Glaukoma sekunder

1. Glaukoma pigmentasi

2. Sindrom eksfoliasi

3. Akibat kelainan lensa (fakogenik)

a. Dislokasi

b. Intumesensi

c. Fakolitik

4. Akibat kelainan traktus uvea

a. Uveitis

b. Sinekia posterior (seklusio pupilae)

c. Tumor

d. Edema corpus ciliare

8

Page 9: Referat Mata Anom Print

5. Sidrom iridokorneoendotelial (ICE)

6. Trauma

a. Hifema

b. Kontusio/resesi sudut

c. Sinekia anterior perifer

7. Pascaoperasi

a. Glaukoma sumbatan siliaris (glaukoma maligna)

b. Sinekia anterior perifer

c. Pertumbuhan epitel ke bawah

d. Pascabedah tandur kornea

e. Pascabedah ablasio retina

8. Glaukoma neovaskular

a. Diabetes melitus

b. Oklusi vena centralis retinae

c. Tumor intraokular

9. Peningkatan tekanan vena episklera

a. Fistula karotis-kavernosa

b. Sindrom Sturge-Weber

10. Akibat steroid

D. Glaukoma absolut: hasil akhir semua glaukoma yang tidak terkontrol adalah

mata yang keras, tidak dapat melihat, dan sering nyeri.

9

Page 10: Referat Mata Anom Print

Gambar 4. Klasifikasi Glaukoma

KLASIFIKASI GLAUKOMA BERDASARKAN MEKANISME PENINGKATAN

TEKANAN INTRAOKULAR

A. Glaukoma sudut terbuka

1. Membran pratrabekular: Semua kelainan ini dapat berkembang menjadi

glaukoma sudut tertutup akibat kontraksi membran pratrabekular

a. Glaukoma neovaskular

b. Pertumbuhan epitel ke bawah

c. Sindrom ICE

2. Kelainan trabekular

a. Glaukoma sudut terbuka primer

b. Glaukoma kongenital

c. Glaukoma pigmentasi

10

Page 11: Referat Mata Anom Print

d. Sindrom eksfoliasi

e. Glaukoma akibat steroid

f. Hifema

g. Kontusio atau resesi sudut

h. Iridosiklitis (uveitis)

i. Glaukoma fakolitik

3. Kelainan pascatrabekular

Peningkatan tekanan vena episklera

B. Glaukoma sudut tertutup

1. Sumbatan pupil (iris bombe)

a. Glaukoma sudut tertutup primer

b. Seklusio pupilae (sinekia posterior)

c. Intumesensi lensa

d. Dislokasi lensa anterior

e. Hifema

2. Pergeseran lensa ke anterior

a. Glaukoma sumbatan siliaris

b. Oklusi vena sentralis retinae

c. Skleritis posterior

d. Pascabedah ablatio retinae

3. Pendesakan sudut

a. Iris plateau

b. Intumesensi lensa

c. Midriasis untuk pemeriksaan fundus

4. Sinekia anterior perifer

a. Penyempitan sudut kronik

b. Akibat bilik mata depan yang datar

c. Akibat iris bombe

d. Kontraksi membran pratrabekular

11

Page 12: Referat Mata Anom Print

2.2.4 Patofisiologi4

Aqueous humor adalah yang mengisi bagian depan dan belakang mata. Cairan

ini dihasilkan oleh corpus siliaris dengan jumlah 2,5mikro liter/menit. Aqueous

humor berjalan dari posterior hingga ke anterior dan kembali ke vena episklera.

Apabila terjadi hambatan pada aliran tersebut, maka akan terjadi peningkatan tekanan

intra ocular yang menyebabkan gejala, salah satunya adalah gangguan pengelihatan.

Mekanisme terjadinya gangguan penglihatan pada glaucoma adalah terjadinya

apoptosis dari sel ganglion retina karena adanya kerusakan pada lapisan neurofibrin

retina dan nervus optikus. Terjadi atrofi dari optic disk, dan adanya pelebaran dari

cup-disc rasio.

2.2.5 Gejala Klinis3

a. Fase prodormal (fase nonkongestif)

1) Pengelihatan kabur.

2) Terdapat halo (gambaran pelangi) sekitar lampu.

3) Sakit kepala.

4) Sakit pada mata.

5) Akomodasi lemah.

6) Berlangsung ½ - 2 jam.

7) Injeksi perikornea.

8) Kornea agak suram karena edem.

9) Bilik mata depan dangkal.

10) Pupil melebar

11) Reaksi cahaya lambat

12) Tekanan intraokuler meningkat.

13) Mata dapat normal juga serangan reda.

b. Fase kongestif

12

Page 13: Referat Mata Anom Print

1) Sakit kepala yang hebat sampai muntah-muntah.

2) Palpebra bengkak.

3) Konjungtiva bulbi : hiperemia kongestif, kemosis dengan injeksi silier,

injeksi konjungtiva, injeksi episklera

4) Kornea keruh, intensitif karena tekanan pada saraf kornea

5) Bilik mata depan dangkal

6) Iris : gambaran, corak bergaris tidak nyata, karena edema, berwarna

kelabu

7) Pupil : melebar, lonjong, miring agak vertikal, kadang midriasis total,

warna kehijauan, refleksi cahaya menurun sekali atau tidak sama

sekali.

2.2.6 Diagnosis Banding3

Iritis akut dan konjungtivitis harus dipertimbangkan sebagai diagnosis banding

pada glaukoma sudut tertutup bila ada radang mata akut, meskipun pada kedua hal

tersebut di atas jarang disertai bilik mata depan yang dangkal atau tekanan yang

meninggi.

1. Pada iriditis akut terdapat lebih banyak fotofobia, tetapi rasa nyerinya kurang

jika dibandingkan dengan glaukoma ( rasa nyeri sedang sampai berat). Tekanan

intraokular dapat normal atau rendah, pupil kecil dengan reaksi lambat atau absen,

kornea jernih (namun kadang terlihat dengan deposit pada permukaan posterior

kornea). Serangan timbul perlahan, visus nya dapat menurun sedikit.

2. Pada konjungtivitis akut rasa sakit membakar dan gatal. Injeksi konjungtival,

yaitu lebih pada forniks dan berkurang ke arah limbus. Mata menjadi putih

dengan epinefrin 1;1000, pembuluh superfisial, bergerak dengan konjungtiva,

warna merah bata dan masing-masing pembuluh darah jelas terlihat. Terdapat

sekresi pus bergetah, pupil normal, kornea jernih dan tekanan intraokular normal.

Serangan timbul perlahan, visus normal.

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang3

13

Page 14: Referat Mata Anom Print

Untuk mendiagnosis glaukoma dilakukan sejumlah pemeriksaan yang rutin

dilakukan pada seseorang yang mengeluh rasa nyeri di mata, penglihatan dan gejala

prodromal lainnya. Pemeriksaan yang dilakukan secara berkala dan dengan lebih dari

satu metode akan lebih bermakna dibandingkan jika hanya dilakukan 1 kali

pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut meliputi:

a. Tajam penglihatan

Pemeriksaan ketajaman penglihatan bukan merupakan cara yang khusus untuk

glaukoma, namun tetap penting, karena ketajaman penglihatan yang baik, misalnya

6/6 belum berarti tidak glaukoma.

b. Tonometri

Tingginya tekanan intraokuler tergantung dari banyaknya produksi akuos

humor oleh badan siliar dan pengaliran keluarnya melalui sudut bilik mata depan,

yang juga tergantung dari keadaan sudut bilik mata depannya sendiri. Trabekula,

kanal Schlemn dan keadaan tekanan di dalam vena episklera. Tonometri diperlukan

untukk mengukur besarnya tekanan intraokuler

Ada 3 macam tonometri, yaitu:

1. Digital

Merupakan teknik yang paling mudah dan murah karena tidak

memerlukan alat. Caranya dengan melakukan palpasi pada kelopak mata atas,

lalu membandingkan tahanan kedua bola mata terhadap tekanan jari. Hasil

pemeriksaan ini diinterpretasikan sebagai T.N yang berarti tekanan normal,

Tn+1 untuk tekanan yang agak tinggi, dan Tn-1 untuk tekanan yang agak rendah.

Tingkat ketelitian teknik ini dianggap paling rendah karena penilaian dan

interpretasinya bersifat subjektif.

2. Tonometer Schiøtz

14

Page 15: Referat Mata Anom Print

Tonometer Schiøtz ini bentuknya sederhana, mudah dibawa, gampang

digunakan dan harganya murah. Tekanan intraokuler diukur dengan alat yang

ditempelkan pada permukaan kornea setelah sebelumnya mata ditetesi

anestesi topikal (pantokain). Jarum tonometer akan menunjukkan angka

tertentu pada skala. Pembacaan skala disesuaikan dengan kalibrasi dari

Zeiger-Ausschlag Scale yang diterjemahkan ke dalam tekanan intraokuler.

3. Tonometer aplanasi Goldmann

Alat ini cukup mahal dan tidak praktis, selain itu memerlukan slitlamp

yang juga mahal. Meskipun demikian, di dalam komunikasi internasional,

hanya tonometri dengan aplanasi saja yang diakui. Dengan alat ini, kekakuan

sklera dapat diabaikan sehingga hasil yang didapatkan menjadi lebih akurat.

c. Gonioskopi

Gonioskopi sangat penting untuk ketepatan diagnosis glaukoma.

Gonioskopi dapat menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.

Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada semua pasien yang menderita

glaukoma, pada semua pasien suspek glaukoma, dan pada semua individu

yang diduga memiliki sudut bilik mata depan yang sempit. Dengan

gonioskopi dapat dibedakan glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut

terbuka, juga dapat dilihat adanya perlekatan iris bagian perifer ke depan

(peripheral anterior sinechiae). Pada gonioskopi terdapat 5 area spesifik

yang dievaluasi di semua kuadran yang menjadi penanda anatomi dari sudut

bilik mata depan:

1) Iris perifer, khususnya insersinya ke badan siliar.

2) Pita badan siliar, biasanya tampak abu-abu atau coklat.

3) Taji sklera, biasanya tampak sebagai garis putih prominen di alas pita

badan shier.

15

Page 16: Referat Mata Anom Print

4) Trabekulum meshwork

5) Garis Schwalbe, suatu tepi putih tipis tepat di tepi trabekula Meshwork.

Pembuluh darah umumnya terlihat pada sudut normal terutama pada biru.

d. Lapang Pandang (perimetry)

Yang termasuk ke dalam pemeriksaan ini adalah lapangan pandang sentral

dan lapangan pandang perifer. Pada stadium awal, penderita tidak akan

menyadari adanya kerusakan lapangan pandang karena tidak mempengaruhi

ketajaman penglihatan sentral. Pada tahap yang sudah lanjut, seluruh lapangan

pandang rusak dengan tajam penglihatan sentral masih normal sehingga

penderita seolah-olah melihat melalui suatu teropong (tunnel vision).

e. Oftalmoskopi

Pada pemeriksaan oftalmoskopi, yang harus diperhatikan adalah keadaan

papil. Perubahan yang terjadi pada papil dengan glaukoma adalah penggaungan

(cupping) dan degenerasi saraf optik (atrofi). Jika terdapat penggaungan lebih

dari 0,3 dari diameter papil dan tampak tidak simetris antara kedua mata, maka

harus diwaspadai adanya ekskavasio glaukoma.

Gambar 5. Diskus optikus

normal. Lihat batas tegas dari

Gambar 6. Rasio C/D pada

nervus optikus ini mendekati

Gambar 7. ‘Cup’ nervus

optikus yang bersifat

16

Page 17: Referat Mata Anom Print

diskus optikus, demarkasi

yang jelas dari ‘cup’, dan

warna pink cerah dari sisi

neuroretinal.

0,6. Hubungan klinis dengan

riwayat dari pasien dan juga

pemeriksaan menunjukkan

bahwa nervus optikus ini

abnormal.

glaukomatous. ‘Cup’ pada

nervus optikus ini membesar

sampai 0,8, dan terdapat

penipisan yang khas pada sisi

inferior neuroretinal,

terbentuk suatu “takik”.

f. Tonografi

Tonografi dilakukan untuk mengukur banyaknya cairan aquos yang dikeluarkan

melalui trabekula dalam satu satuan waktu. Caranya: tonometer diletakkan di kornea

selama 4 menit dan tekanan intraokuler dicatat dengan suatu grafik. Dengan suatu

rumus, dari grafik tersebut dapat diketahui banyaknya cairan bilik mata yang

meninggalkan mata dalam satu satuan waktu (normal: C=0,13). Akhir-akhir ini

tonografi banyak yang meragukan kegunaannya, sehingga banyak yang telah

meninggalkannya.

g. Tes Provokasi

Tes ini dilakukan pada keadaan dimana seseorang dicurigai menderita

glaukoma. Untuk glaukoma sudut terbuka, dilakukan tes minum air, pressure

congestion test, kombinasi tes air minum dengan pressure congestion test, dan tes

steroid. Sedangkan untuk glaukoma sudut tertutup, dapat dilakukan tes kamar gelap,

tes membaca, tes midriasis, dan tes bersujud.

2.2.8 Penatalaksanaan3

1. Miotic agent (pilokarpin 2%)

17

Page 18: Referat Mata Anom Print

Penggunaan miotic agent berguna untuk membuka sudut bilik mata dan

trabecula.

2. Beta – blocker ( Timolol maleat 0,25%-0,05% 1-2 tetes/ hari)

- Menghambat produksi aquous humour

3. Carbonic anhidrase inhibitor (Asetolamide 250 mg, 4 dd 1 tablet)

- Menghambat produksi aquous humour

2.3 KATARAK

2.3.1 Definisi

Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, Latin cataracta yang

berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia, disebut bular dimana penglihatan seperti

tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan

pada lensa yang terjadi akibat hidrasi lensa, denaturasi protein, atau akibat keduanya.3

2.3.2 Klasifikasi Katarak

Katarak secara umum diklasifikasikan berdasarkan: Morfologi, Maturitas, dan Age of

Onset yaitu : 3

Morfologi

- Katarak Nuklear

- Katarak Kortikal

- Katarak subcapsularis

- Katarak Capsularis, dibagi menjadi 2 jenis:

18

Page 19: Referat Mata Anom Print

Anterior Capsular

Posterior Capsular

Maturitas

- Katarak Insipiens

Pada stadium ini terlihat kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji

menuju korteks anterior dan posterior.

- Katarak Intumesen

Kekeruhan lensa yang disertai pembengkakan lensa akibat lensa

degenerative menyerap air sehingga menjadi cembung. Masuknya air ke dalam

celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris

sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan

lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen mengakibatkan

mipopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan

mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi.

- Katarak Immatur

Kekeruhan hanya mengenai sebagian lensa. Pada katarak imatur akan dapat

bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang

degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung, akan dapat menimbulkan hambatan pupil

yang menyebabkan glaucoma sekunder.

- Katarak matur

Kekeruhannya telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat

deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan

maka cairan lensa akan keluar,sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan

19

Page 20: Referat Mata Anom Print

terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa.

Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh sehingga uji bayangan iris negative.

- Katarak hipermatur

Katarak yang mengalami degenerasi lanjut dapat menjadi keras atau lembek

dan mencair. Masa lensa keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi

kecil, berwarna kuning. Bila proses terus berlanjut disertai kapsul yang

menebal maka korteks yang berdegenerasi tidak bisa menebal sehingga

nucleus terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan ini

disebut katarak morgagni.

Tabel 1. Perbedaan Stadium Katarak

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan lensa Normal Bertambah

(air masuk)

Normal Berkurang

(air keluar)

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata

depan

Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik

mata

Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test - + - Pseudops

Penyulit - Glaukoma - Uveitis +

20

Page 21: Referat Mata Anom Print

Glaukoma

Age of Onset

- Katarak Congenital yang sudah terlihat pada usia < 1 tahun

- Katarak Juvenile terjadi pada usia > 1 tahun

- Katarak senile terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Kebanyakan

katarak yang kita jumpai adalah jenis ini akibat proses degeneratif.

2.4 GLAUKOMA FAKOMORFIK

2.4.1 Definisi

Glaukoma fakomorfik adalah glaukoma sekunder sudut tertutup yang disebabkan

karena adanya perubahan pada lensa yang mengalami katarak intumesen. 1

2.4.2 Epidemiologi

Walaupun tidak ada statistik epidemiologi mengenai glaukoma fakomorfik,

glaukoma sudut tertutup yang dikarenakan katarak hipermatur lebih umum terjadi

pada negara dengan tingkat prevalensi katarak yang lebih tinggi namun metode

pembedahannya belum cukup siap. Glaukoma dapat terjadi pada ras apapun, jenis

kelamin apapun, dan lebih sering ditemukan pada pasien usia lanjut dengan

katarak senilis, namun juga dapat terjadi pada pasien usia muda yang menderita

katarak traumatika atau katarak intumesen yang berkembang secara cepat. 1

21

Page 22: Referat Mata Anom Print

2.4.3 Manifestasi klinis

Pasien dengan glaucoma fakomorfik mengeluhkan mata yang terasa sakit,

penglihatan kabur, melihat pelangi di sekitar cahaya, mual dan muntah. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan : 1

Tingginya tekanan intraokuler (TIO) lebih dari 35 mmHg

Pupil mid dilatasi, ireguler.

Edema kornea

Injeksi konjungtiva dan silier

Bilik mata depan yang dangkal, <2mm

Letak lensa yang lebih ke depan

Ketebalan lensa setidaknya 5mm

Pembentukan katarak yang tidak sama pada kedua mata

2.4.4 Patofisiologi

Saat maturasi katarak berlangsung dan protein lensa denaturasi, terjadi

hiperosmolaritas pada lensa yang mengakibatkan proses hidrasi lensa berlanjut,

sehingga lensa menjadi tebal atau intumesen. Lensa yang menebal ini akan

menyebabkan terjadinya terjadinya perubahan lensa. Lensa akan mendorong iris

ke anterior sehingga menyebabkan hambatan pupil. Selain itu, keadaan tersebut

menyebabkan penyempitan sudut iridotrabekular secara progresif. Hal ini

meningkatkan tekanan intra okular, sehingga timbul tanda-tanda dan gejala

serangan glaukoma akut sudut tertutup, atau disebut juga glaukoma fakomorfik

sudut tertutup akut. 1

2.4.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan glaukoma fakomorfik bertujuan untuk menurunkan tekanan

intraokuler secara cepat untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada saraf optik,

kornea, dan untuk mencegah terbentuknya sinekia. Penurunan tekanan

intraokuler penting dalam mempersiapkan tindakan laser iridotomi, yang dapat

22

Page 23: Referat Mata Anom Print

memulihkan halangan pupil yang mengakibatkan glaukoma. Namun,

penatalaksanaan definitif glaukoma fakomorfik adalah ekstraksi katarak.1

Penanganan glaukoma fakomorfik akut dapat diawali dengan menurunkan

tekanan intraokular dengan menghilangkan komponen pembentuk blokade pupil

dengan menggunakan obat atau laser. Pertama, dapat menggunakan obat topical,

oral ataupun intravena berupa supresan akuos humor dan hiperosmotik. Pilihan

kedua, dapat menggunakan miotik. Penggunaan miotik harus berhati-hati karena

walaupun dapat menurunkan tekanan intraokular, tetapi dapat juga membuat

diafragma iris-lensa bergeser ke anterior sehingga memperburuk sudut yang

tertutup. Penatalaksanaan sekunder dimulai dengan laser iridotomi untuk

memulihkan halangan pupil. Prosedur ini merupakan pilihan untuk menangani

akuos humor yang tidak dapat mengalir dari bilik mata belakang ke bilik mata

depan, memunginkan iris tidak menyumbat jaringan trabekuler. Dapat digunakan

laser argon dan Nd:YAG. Laser iridotomi kadang memulihkan serangan akut

sudut tertutup, tapi bilik anterior tetap dangkal. Sehingga mata rentan untuk

kembali mengalami serangan sudut tertutup maka, ekstraksi katarak harus

dilakukan. Laser iridotomi harus dilakukan saat mata midriasis karena prosedur

pembedahan dapat mencetuskan serangan

23

Page 24: Referat Mata Anom Print

BAB III

KESIMPULAN

Glaukoma fakomorfik merupakan glaukoma sekunder yang disebabkan oleh

kelainan pada lensa. Glaukoma fakomorfik mudah terjadi pada pasien dengan katarak

intumesen yang mengakibatkan sudut bilik mata tertutup dan mengakibatkan

glaukoma fakomorfik. Pasien yang mengalami glaukoma fakomorfik mengeluh nyeri

yang sangat akut, pandangan kabur, melihat bayangan seperti pelangi (halo) disekitar

cahaya, mual, muntah. Pasien secara umum mengalami penurunan visus. Glaukoma

fakomorfik lebih umum terjadi pada mata hiperopik yang kecil dengan lensa

besar/cembung dan sudut bilik mata yang dangkal. Penatalaksanaan glaukoma

fakomorfik bertujuan untuk menurunkan tekanan intraokular secara cepat untuk

mencegah kerusakan lebih lanjut pada saraf optic baik secara medika mentosa mapun

pembedahan.

24

Page 25: Referat Mata Anom Print

DAFTAR PUSTAKA

1. Phacomorphic glaucoma. Available at www.emedicine.medscape.com.

Accesed on December 4th 2015.

2. Karla J, Robert S, Mariannette, Steven I. Lens. Lens and cataract. In :John F,

editor. United States: American academy of opthalmologi;2001.p.10-5, 40-5.

3. Ilyas S. Glaukoma. Sari Ilmu Penyakit Mata. In : Tanzil M,editor.

Jakarta:FKUI;2006. P.212-18.

4. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR.Glaucoma. Oftalmologi

Umum.Jakarta:EGC;2013. P. 228.

25