Upload
arie-angkiriwang
View
376
Download
34
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bedah mulut
Citation preview
REFERAT OPERATIVE DENTISTRY
TEKNIK RESTORASI LAMINASI UNTUK PENUMPATAN DENGAN
KONSEP INTERVENSI MINIMAL
Disusun Oleh :
Maya Rahmadina A., SKG (2008 – 16 – 134)
Arie S Angkiriwang, SKG (2008 – 16 – 142)
Pembimbing :
drg. Grace Syafira
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2010
Pendahuluan
Restorasi merupakan penggantian jaringan keras gigi rusak dengan bahan diletakkan pada
gigi untuk waktu tidak terbatas. Kerusakan gigi sedapat mungkin tidak berlanjut dengan cara
membuatkan suatu restorasi.
Sejak resin komposit pertama kali diperkenalkan oleh Bowen pada tahun 1960, resin
komposit menjadi pilihan untuk restorasi rutin perawatan gigi. Preparasi untuk restorasi resin
komposit sesuai dengan konsep intervensi minimal yaitu tidak membutuhkan pembuangan
jaringan gigi terlalu banyak. Resin komposit juga mempunyai warna hampir menyerupai gigi asli
dan berikatan dengan gigi secara mikromekanis sehingga dapat bertahan lebih lama
dibandingkan restorasi amalgam.
Restorasi laminasi merupakan teknik restorasi menggunakan dua bahan restorasi berbeda
dalam satu restorasi seperti pemakaian semen ionomer kaca dan resin komposit ataupun semen
ionomer kaca dan amalgam. Restorasi laminasi dapat dibagi dalam 2 teknik, pertama teknik
laminasi tertutup (closed sandwich) yaitu bahan restorasi yang digunakan sebagai basis tidak
terpapar di rongga mulut tetapi hanya terdapat di dasar kavitas. Kedua teknik laminasi terbuka
(open sandwich) yaitu bahan restorasi yang digunakan sebagai basis tersebut tidak hanya
terdapat di dasar kavitas, tetapi juga terpapar di rongga mulut.
Konsep pemakaian semen ionomer kaca sebagai bahan pada restorasi laminasi untuk
melekatkan resin komposit ke struktur gigi diperkenalkan pertama kali oleh McLean (1988)
untuk kavitas kelas III dan kelas V. Semen ionomer kaca berikatan secara khemis ke dentin dan
mempunyai koefisien ekspansi thermal sama dengan struktur gigi. Dengan demikian efek negatif
dari pengerutan akibat polimerisasi dapat dikurangi dengan menggantikan bagian dentin dari
restorasi dengan menggunakan semen ionomer kaca. Keuntungan lain dari restorasi laminasi
dengan semen ionomer kaca dan resin komposit adalah pelepasan fluor dari semen ionomer kaca
yang dapat menghambat pembentukan karies di sekitar restorasi dan di permukaan proksimal
gigi yang berkontak dengan restorasi.
1
Penggunaan semen ionomer kaca konvensional sebagai basis pada restorasi laminasi
membutuhkan pengerasan yang lama. Kini dikenal Resin Modified Glass Ionomer Cement
(RMGIC) merupakan semen ionomer kaca dimodifikasi dengan memasukan monomer resin dan
pengerasannya secara polimerisasi penyinaran. Penggunaan RMGIC penumpatan lebih singkat
dan pengerasan lebih cepat.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai teknik restorasi laminasi terbuka dan tertutup.
Bahan restorasi laminasi yang digunakan yaitu semen ionomer kaca konvensional, RMGIC, dan
resin komposit untuk penumpatan sesuai dengan konsep intervensi minimal.
2
BAB I
Teknik Restorasi Laminasi
Bahan restorasi resin komposit sudah berkembang pesat. Restorasi gigi menggunakan
resin komposit dapat memberikan hasil akhir restorasi baik, yaitu memiliki kriteria estetis
memadai dan kekuatan serta ketahanan juga meningkat. Kini bahan resin komposit dapat
digunakan baik untuk gigi anterior maupun posterior dan menjadi pilihan dalam prosedur
restorasi rutin.
Salah satu kekurangan dari bahan restorasi resin komposit yaitu tidak dapat menoleransi
beberapa keadaan. Pada kelembaban daerah operasi sulit dikontrol, seperti pada kavitas dengan
dinding gingival terletak di bawah cemento-enamel junction (CEJ). Kavitas harus terbebas dari
kontaminasi cairan seperti saliva atau darah. Dalam suasana lembab bahan restorasi resin
komposit dapat mengalami degradasi hidrolisis sehingga dapat menimbulkan kebocoran restorasi
dan karies sekunder. Kebocoran restorasi juga lebih tinggi pada dinding kavitas tanpa email.3,8
Wilson dan McLean (1988) mencoba mengatasi masalah kebocoran restorasi dengan
memperkenalkan suatu teknik restorasi penggabungan dua macam bahan, yaitu semen ionomer
kaca dengan resin komposit. Teknik restorasi dikenal dengan istilah teknik laminasi atau
restorasi sandwich.3,8
Teknik laminasi merupakan tindakan restorasi dengan cara kombinasi pelapisan dua
macam bahan untuk menghasilkan restorasi optimal. Penggabungan kedua bahan dalam satu
restorasi bertujuan untuk membentuk rekonstruksi tunggal suatu gigi berdasarkan sifat adhesif
masing-masing bahan secara biologis, fisik, dan estetik. Dengan teknik restorasi laminasi gigi
dapat mengembalikan kekuatan fisik aslinya dengan estetik baik.5
Dikenal dua macam teknik laminasi, yaitu teknik laminasi terbuka dan laminasi
tertutup.3,4
3
Pada teknik laminasi terbuka, bahan restorasi sebagai basis tidak hanya terdapat di dasar
kavitas, tetapi juga terpapar di rongga mulut. Semen ionomer kaca diaplikasikan pada dasar
restorasi bagian proksimal dan resin komposit dilapiskan di atasnya. Semen ionomer kaca pada
bagian proksimal tidak terlindungi oleh resin komposit dan berhubungan langsung dengan
lingkungan rongga mulut (Gambar 1A). Restorasi laminasi terbuka dapat digunakan pada kavitas
kelas II dan kelas V dengan batas dinding gingival melewati cemento-enamel junction (CEJ).
Pada teknik laminasi tertutup, bahan restorasi digunakan sebagai basis tidak terpapar di
rongga mulut tetapi hanya terdapat di dasar kavitas. Semen ionomer kaca dibuat sebagai basis
pengganti dentin pada kavitas dalam. Semen ionomer kaca terlindung oleh resin komposit
diatasnya dan oleh dinding-dinding kavitas (Gambar 1B).
Gambar 1A Gambar 1B
Teknik restorasi laminasi terbuka Teknik restorasi laminasi tertutup
4
Kelebihan sifat fisik semen ionomer kaca digunakan untuk mengatasi kekurangan sifat
fisik resin komposit, demikian pula sebaliknya. Semen ionomer kaca diletakkan terlebih dahulu
karena kemampuan adhesi terhadap dentin dan pelepasan fluor. Resin komposit kemudian
dilaminasi di atas semen ionomer kaca untuk meningkatkan kekuatan maupun estetik.3
Kekurangan semen ionomer kaca konvensional yaitu membutuhkan banyak tahap
pengerjaan, waktu lama untuk pengerasan, dan sensitivitas terhadap air selama pengerasan.
Kekurangan tersebut diperbaiki dengan menambahkan monomer resin dalam cairan semen
ionomer kaca dan polimerisasi dengan penyinaran.8 Modifikasi bahan semen ionomer kaca
dengan penambahan resin dikenal dengan Resin Modified Glass Ionomer Cement (RMGIC).
Keuntungan teknik laminasi dengan penggunaan bahan RMGIC adalah sebagai berikut:
(1) bahan RMGIC berikatan dengan struktur gigi dan resin komposit, meningkatkan retention
form; (2) fluor dalam bahan RMGIC mengurangi potensi rekurensi karies; (3) karena bahan
RMGIC berikatan dengan struktur gigi, memberikan penutupan lebih baik saat digunakan pada
tepi corona gigi2; (4) pengerasan RMGIC dengan penyinaran memberikan waktu kerja lebih lama
sehingga tidak perlu terburu-buru untuk meletakkan restorasi; (5) sensitivitas terhadap air
berkurang; (6) tahapan klinis berkurang karena tidak perlu penggunaan bahan bonding dan
laminasi resin komposit dapat langsung dilakukan.8
5
BAB II
Konsep Intervensi Minimal
Preparasi adalah tindakan mekanis pada gigi rusak, cedera, atau sakit untuk menerima
bahan restorasi guna membangun kembali sebuah keadaan sehat untuk gigi, termasuk
memperbaiki estetik serta bentuk dan fungsi normal.2
Konsep preparasi kavitas yang dikembangkan oleh G.V. Black mula-mula dikenal
dengan prinsip ”extension for prevention” yaitu memperluas preparasi kavitas untuk mencegah
terjadinya karies sekunder. Ternyata dengan pengambilan banyak jaringan gigi sehat pada
preparasi berakibat sisa jaringan gigi tidak kuat menahan tekanan kunyah sehingga beresiko
fraktur gigi lebih besar. Maka berkembanglah konsep intervensi minimal dalam kedokteran gigi.
Dengan konsep intervensi minimal, pengambilan jaringan karies sebersih mungkin
dengan tetap mempertahankan jaringan gigi sehat sebanyak mungkin. Dentin dan email sehat
dipertahankan melalui terapi remineralisasi dan menyisakan dentin demineralisasi yang dalam
untuk menghindari pulpa terbuka sehingga vitalitas pulpa dipertahankan. Bentuk akhir preparasi
sama dengan bentuk awal lesi, tidak perlu extension for prevention.1
Bentuk akhir preparasi mengikuti bentuk lesi karies, sedangkan untuk merestorasi gigi
dengan tumpatan amalgam diperlukan retensi mekanis dengan membuang banyak jaringan gigi
sehat. Agar pembuangan jaringan gigi sehat tidak terlalu banyak, diupayakan preparasi kavitas
minimal.1
Jika konsep intervensi minimal benar-benar akan diadaptasi dan diterapkan, maka
dibutuhkan sebuah klasifikasi baru yang lebih mengidentifikasi lesi berdasarkan letak dan
ukuran, sehingga sebelum menjadi kavitas, lesi dapat secepatnya dirawat dengan terapi
remineralisasi kemudian diobservasi dan akhirnya lesi menjadi sembuh. Namun bila sudah
terjadi kavitas maka terapi surgikal lebih diarahkan pada desain kavitas sederhana tetapi
memungkinkan bahan restorasi dapat menutup tepi kavitas dengan sempurna sehingga terhindar
dari kebocoran mikro.1,6
6
Berikut adalah table klasifikasi baru:
7
BAB III
Bahan Tumpat yang Digunakan pada Restorasi Laminasi dengan Konsep
Intervensi Minimal
Bahan tumpat adhesif merupakan bahan tumpat yang berikatan dengan jaringan gigi
sehingga dapat memberikan retensi dan resistensi pada gigi preparasi minimal.Tidak seperti pada
bahan tumpat amalgam yang membutuhkan retensi mekanis sehingga membutuhkan
pengambilan jaringan gigi lebih banyak. Beberapa bahan yang biasa digunakan adalah semen
ionomer kaca, RMGIC (Resin Modified Glass Ionomer Cement)/kompomer, dan resin komposit.1
1. Resin Komposit3
Bahan restorasi resin komposit sudah berkembang pesat. Resin komposit merupakan
bahan restorasi adhesif yang dapat berikatan dengan jaringan keras gigi melalui dua sistem
ikatan, yaitu ikatan email dan ikatan dentin.
Kekuatan ikatan resin komposit terhadap email dengan sistem etsa asam seperti yang
diperkenalkan oleh Buonocore sejak tahun 1955 sudah terbukti dapat bertahan untuk jangka
waktu lama. Etsa asam pada email akan membentuk mikroporositas pada permukaan email
kemudian diisi dengan bahan bonding, sehingga terbentuk ikatan mikromekanis antara resin
komposit dengan email dalam bentuk tag resin.
Ikatan resin komposit terhadap dentin menggunakan sistem etsa asam untuk membuka
tubuli dentin pertama kali dipopulerkan oleh Fusayama tahun 1979 dan dikenal dengan
istilah total-etch. Ikatan mikromekanis dengan dentin merupakan retensi tambahan bagi
bahan restorasi adhesif, karena kekuatannya di bawah ikatan email, yang merupakan retensi
utama. Hingga kini, kekuatan retensi resin komposit dengan jaringan keras gigi masih
mengandalkan kedua sistem tersebut.
Kehilangan jaringan email dapat terjadi akibat karies, trauma, atau intervensi operatif
menyebabkan tubuli dentin terbuka. Aplikasi etsa asam akan menyebabkan diameter tubuli
dentin membesar, sehingga cairan di dalam tubuli dentin dapat membasahi permukaan
8
dentin. Permukaan dentin lembab tidak dapat dihindarkan dan dapat memberikan keuntungan
maupun kerugian bagi ikatan dentin. Cairan dentin yang membasahi permukaan dentin dapat
memudahkan bahan bonding berpenetrasi ke dalam tubuli dentin dan serat-serat kolagen.
Namun di lain pihak, kelembaban dentin justru melemahkan resin komposit karena resin
komposit bersifat anhidrous. Sifat fisiologis dentin dan sifat fisik resin komposit
menyebabkan ikatan dentin sulit untuk bertahan dalam jangka waktu panjang.
Resin komposit tidak dianjurkan untuk diaplikasikan pada dinding kavitas dengan sedikit
atau sama sekali tidak ada email. Pada penggunaan bahan restorasi resin komposit, daerah
operasi harus sama sekali terbebas dari kontaminasi cairan seperti saliva atau darah.
Penumpatan resin komposit dilakukan secara selapis demi selapis maksimal 2 mm. Cara
selapis demi selapis bertujuan agar mengurangi efek penyusutan akibat polimerisasi,
menambah adaptasi marginal, sehingga kebocoran tepi berkurang (Croll, 1992).
2. Semen Ionomer Kaca3
Semen ionomer kaca sudah dikenal sejak tahun 1971, dan merupakan pilihan utama
untuk merestorasi gigi-gigi anterior, maupun gigi-gigi posterior.
Pemilihan bahan semen ionomer kaca sebagai pengikat resin komposit dengan dentin
pada restorasi laminasi berdasarkan keunggulan sifat masing-masing bahan. Semen ionomer
kaca bersifat tidak mengiritasi jaringan lunak dan memiliki kandungan fluor sehingga dapat
mencegah terbentuknya karies sekunder.
Semen ionomer kaca berikatan dengan jaringan termineralisasi gigi secara fisikokemis,
yaitu terjadi pertukaran ion-ion semen ionomer kaca dengan ion-ion dalam struktur gigi
membentuk suatu lapisan ikatan ion.
Ikatan semen ionomer kaca dengan dentin lebih baik dibanding dengan ikatan dentin
dengan resin komposit. Koefisien termal ekspansi semen ionomer kaca mendekati koefisien
termal ekspansi struktur gigi, sehingga mampu menerima tekanan oklusal ringan dan tahan
terhadap daya abrasif. Semen ionomer kaca merupakan bahan berbasis air, dimana untuk
mempertahankan kestabilan memerlukan suasana sedikit lembab dengan menyerap cairan
sekitar. Meskipun demikian, kelembaban ekstrim dan pengeringan dapat mengganggu
pengerasan bahan dan melemahkan bahan semen ionomer kaca.
9
Semen ionomer kaca yang sudah mengeras dapat dietsa untuk memperoleh kekasaran dan
porositas permukaan, sehingga resin komposit dapat berikatan secara mekanis. Hubungan
dengan resin komposit diperoleh secara kemis dan fisik. Etsa dilakukan tidak lebih dari 15
detik untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dari matriks semen ionomer kaca.5
3. Resin Modified Glass-Ionomer Cement (RMGIC)3,7
Kini telah dikembangkan Resin Modified Glass-Ionomer Cement (RMGIC). Penambahan
resin pada semen ionomer kaca bertujuan untuk mengatasi masalah pada saat pengerasan dan
mempercepat waktu pengerasan. Menurut Mount (1990), pengetsaan tidak perlu dilakukan
untuk penyatuan RMGIC dengan resin komposit, karena terdapat radikal-radikal bebas yang
cukup tertinggal dalam matriks resin pada semen untuk membentuk penyatuan yang kuat.
Kini RMGIC mulai menggantikan semen ionomer kaca konvensional dan dapat
digunakan untuk semua indikasi semen ionomer kaca konvensional ditambah dengan
kegunaan lain. RMGIC dianjurkan untuk digunakan pada restorasi laminasi karena
pengerasan RMGIC lebih cepat dan adaptasi interfasial dengan dentin lebih baik dari resin
komposit. Ikatan RMGIC dengan resin komposit terbentuk karena terjadi reaksi kimia
diantara kedua bahan.
Telah banyak penelitian dilakukan untuk melihat ketahanan dan kebocoran restorasi
laminasi. Evaluasi selama 3, 5, dan 9 tahun tidak memperlihatkan perbedaan bermakna
dalam hal ketahanan restorasi antara restorasi resin komposit dengan restorasi laminasi
menggunakan bahan basis RMGIC. Bahkan dalam hal kebocoran dinding gingival, ternyata
restorasi laminasi menghasilkan kebocoran dinding gingival lebih sedikit dibandingkan
dengan restorasi resin komposit maupun dengan restorasi kombinasi resin komposit flowable
dan packable.
BAB IV
Indikasi dan Prosedur Teknik Restorasi Laminasi 10
Indikasi teknik laminasi
Keadaan klinis kompromis untuk dibuatkan restorasi direk dengan bahan resin komposit
merupakan indikasi pembuatan restorasi laminasi. Contohnya pada kavitas kelas II dan kelas V
dengan dinding gingival terletak di bawah dentino-enamel junction (DEJ), abrasi servikal, kelas I
yang dalam.3,8
Kendala ekonomis untuk pembutan restorasi indirek menjadi pertimbangan untuk
pembuatan restorasi laminasi. Teknik laminasi juga memungkinkan pengurangan pemakaian
resin komposit, sehingga biaya dapat ditekan.3
PROSEDUR PEMBUATAN RESTORASI LAMINASI
A. Tissue Management untuk mengontrol cairan gusi dan/atau menghentikan perdarahan.
B. Aplikasi semen ionomer kaca sebagai basis
- Kavitas dibersihkan dan kemudian dikeringkan. Aplikasikan asam polialkenoat 10% pada
dentin sebagai kondisioner selama 10-15 detik, kemudian dibilas dengan air dan
dikeringkan.
- Semen ionomer kaca disiapkan dan diaplikasikan ke dalam kavitas menggunakan spuit
aplikator agar kavitas benar-benar terisi dengan padat. Cara pengadukan bubuk dan cairan
dilakukan dengan benar merupakan prosedur penting, karena akan mempengaruhi kualitas
semen ionomer kaca. Cara pengadukan semen ionomer kaca adalah sebagai berikut:
i. Bubuk semen ionomer kaca dibagi menjadi dua bagian dengan jumlah sama banyak.
ii. Bubuk bagian pertama disatukan dengan cairan semen ionomer kaca, kemudian
dicampur dengan menggunakan spatula dengan gerakan melipat selama 10 detik
dengan tujuan hanya untuk membasahi permukaan partikel bubuk dan menghasilkan
campuran encer.
iii. Kemudian bubuk bagian kedua disatukan dengan adukan pertama. Pengadukan terus
dilanjutkan dengan gerakan sama menggunakan daya ringan sampai seluruh partikel
terbasahi. Luas daerah pengadukan seminimal mungkin untuk tidak meluas dan adukan
selalu dikumpulkan menjadi satu. Dianjurkan untuk tidak melakukan gerakan 11
memotong adukan, karena tujuan pengadukan hanya untuk membasahi permukaan
partikel bubuk.
iv. Pengadukan selesai setelah 25 – 30 detik sejak awal pengadukan. Sebaiknya adukan
tidak perlu diangkat-angkat untuk memeriksa konsistensi, karena bila adukan diangkat
maka proses pengadukan akan terus berlanjut dan makin banyak partikel bubuk terlarut.
v. Adukan langsung dikumpulkan di spuit aplikator untuk diaplikasikan ke dalam kavitas.
Pada saat ini reaksi pengerasan sudah berlangsung.
Ada dua cara aplikasi semen ionomer kaca. Cara pertama semen ionomer kaca
diaplikasikan secukupnya dan langsung dibentuk basis. Sedangkan cara kedua adalah
dengan mengisi penuh kavitas dengan semen ionomer kaca, setelah semen ionomer kaca
mengeras kavitas dipreparasi kembali untuk membentuk permukaan basis. Dinding-dinding
yang tertutup dengan semen ionomer kaca harus dipreparasi kembali untuk mendapatkan
permukaan dentin dan email, sehingga dapat diperoleh retensi resin komposit yang baik.
C. Aplikasi Resin komposit
- Teknik aplikasi resin komposit dilakukan sesuai dengan petunjuk pabrik, yaitu diawali
dengan aplikasi etsa.
- Seluruh permukaan semen ionomer kaca yang akan berkontak dengan resin komposit dan
dinding-dinding email kavitas dietsa selama 15 detik atau sesuai dengan petunjuk pabrik.5
- Kavitas dibilas dengan air, tanpa tekanan, selama 1-2 menit.
- Keringkan kavitas dengan busa sepotong kecil, atau disemprot perlahan dengan chip-
blower.
- Aplikasikan bahan bonding pada seluruh permukaan yang dietsa, diamkan sekitar 10 detik
agar zat pelarut menguap, semprot perlahan dengan chip-blower, kemudian dipolimerisasi
dengan penyinaran.
- Resin komposit diaplikasikan selapis demi selapis dengan ketebalan maksimum 2 mm,
atau sesuai dengan petunjuk pabrik. Untuk setiap lapis dilakukan polimerisasi dengan
penyinaran.
- Penyinaran sebaiknya dilakukan dari tiga arah, yaitu dari arah bukal, lingual/palatal, dan
terakhir dari arah oklusal.
12
Pada restorasi laminasi dengan basis RMGIC, setelah preparasi kavitas, aplikasikan asam
poliakrilik 10% selama 10 detik, bilas dan keringkan ringan. Letakkan RMGIC dalam kavitas,
lalu polimerisasi dengan penyinaran. Dinding kavitas dietsa selama 15 detik, bilas dan
keringkan. Resin komposit diaplikasikan selapis demi selapis, setiap lapis dilakukan polimerisasi
dengan penyinaran.
TEKNIK RESTORASI LAMINASI PADA KAVITAS KELAS II
Pada pembuatan restorasi kelas II, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
- Lakukan tissue magement sebelum pemasangan matriks
- Gunakan matriks mylar dan baji untuk aplikasi semen ionomer kaca
- Pada bagian proksimal, restorasi semen ionomer kaca hanya sampai batas sedikit di bawah titik
kontak. Dengan tujuan agar bahan yang berkontak dengan gigi tetangga adalah resin komposit.
Resin komposit lebih kuat membentuk kontak dengan gigi tetangga serta tahan terhadap friksi
pada daerah kontak yang terjadi pada saat berfungsi. Sedangkan pada bagian oklusal semen
ionomer kaca hanya mengisi kavitas sampai batas dentino-enamel junction (DEJ).
- Lakukan pemilihan warna resin komposit sesuai dengan warna gigi yang akan direstorasi.
- Setelah semen ionomer kaca mengeras dan dibentuk sesuai dengan desain, lakukan
pemasangan matriks seksional atau automatriks dan baji sebelum aplikasi bahan restorasi resin
komposit.
TEKNIK RESTORASI LAMINASI KAVITAS KELAS II RMGIC-RESIN KOMPOSIT
Email pada kavitas diusahakan minimal, tetapi semua dentin yang lunak dibuang
Kemudian kavitas dikondisikan dengan asam poliakrilik 10% selama 10 detik
Strip mylar pendek diletakkan ke arah interproksimal dan diselipkan di daerah tersebut
Semen ionomer kaca diletakkan dengan menggunakan semprit. Semen ionomer kaca
ditambahkan selapis demi selapi sampai setebal 3-4 mm dan setiap lapisan dipolimerisasi
dengan baik. Kavitas terisi penuh sehingga semen tersebut dapat dibentuk sesuai bentuk
diinginkan.
Dengan penggunaan bur intan halus kecil berbentuk silinder runcing dibawah semprotan udara
air untuk memperhalus dinding kavitas yang diberi semen. Semua dinding email yang ada
13
dibuka dan dibevel bila diperlukan. Semen dibuang secukupnya dari kontak proksimal untuk
terbentuk daerah kontak dengan resin komposit.
Dinding email dietsa selama kurang lebih 15 detik, cuci dan dikeringkan.3
Resin komposit diaplikasikan selapis demi selapis dengan ketebalan maksimum 2 mm, atau
sesuai dengan petunjuk pabrik. Untuk setiap lapis dilakukan polimerisasi dengan penyinaran.
Penyinaran sebaiknya dilakukan dari tiga arah, yaitu dari arah bukal, lingual/palatal, dan
terakhir dari arah oklusal.
TEKNIK RESTORASI LAMINASI PADA KAVITAS KELAS V
Pada pembuatan restorasi laminasi kelas V diperlukan ketelitian yang lebih karena kecilnya
daerah operasi. Penatalaksanaannya adalah, sebagai berikut:
- Lakukan pemilihan warna semen ionomer kaca dan resin komposit yang sesuai dengan warna
gigi yang direstorasi.
- Lakukan tissue magement sebelum dilakukan aplikasi semen ionomer kaca
- Semen ionomer kaca ditempatkan ke dalam kavitas dengan bentuk permukaan yang miring ke
arah insisal terhadap permukaan kavitas. Dinding gingival yang terletak di bawah gusi terisi
penuh dengan semen ionomer kaca dengan ketebalan makin menipis ke arah dinding insisal.
Tujuan semen ionomer kaca terletak di bawah gusi agar bagian supragingiva dapat direstorasi
dengan resin komposit dengan ketebalan cukup.
BAB V
Ringkasan
14
Bahan-bahan restorasi adhesif berperan penting dalam perkembangan restorasi dengan
prinsip intervensi minimal yaitu tidak membutuhkan pembuangan jaringan gigi terlalu banyak.
Bahan tumpat adhesif seperti semen ionomer kaca, RMGIC, dan resin komposit telah berhasil
mengatasi masalah estetik, retensi dan resistensi terutama pada kavitas kelas II dan kelas V.
Teknik laminasi merupakan restorasi kombinasi antara dua bahan untuk menghasilkan
kombinasi optimal, semen ionomer kaca ataupun RMGIC diletakkan terlebih dahulu karena
kemampuan adhesi terhadap dentin dan pelepasan fluor. Resin komposit kemudian dilaminasi di
atas untuk meningkatkan kekuatan maupun estetik.
Restorasi laminasi dibagi dalam 2 teknik, pertama teknik laminasi tertutup yaitu bahan
restorasi yang digunakan sebagai basis tidak terpapar di rongga mulut tetapi hanya terdapat di
dasar kavitas. Kedua teknik laminasi terbuka yaitu bahan restorasi yang digunakan sebagai basis
tersebut tidak hanya terdapat di dasar kavitas, tetapi juga terpapar di rongga mulut. Pada kedua
teknik laminasi, titik kontak harus dibentuk kembali dengan resin komposit karena tidak mudah
aus dibandingkan dengan semen ionomer kaca.
Teknik laminasi terbuka dapat digunakan untuk kavitas kelas V dan merupakan teknik
alternatif untuk tumpatan kelas II amalgam, bila dinding gingival melewati cemento-enamel
junction (CEJ). Teknik laminasi tertutup dapat digunakan untuk kavitas kelas I. Restorasi
laminasi juga dapat merupakan pilihan bila pasien mempunyai kendala dalam segi ekonomi dan
waktu untuk dibuatkan restorasi indirek dengan biaya lebih mahal, serta prosedur pembuatan
membutuhkan waktu lama.
Penggunaan RMGIC sebagai basis pada restorasi laminasi lebih baik dibandingkan
penggunaan semen ionomer kaca konvensional. Pengerasan RMGIC lebih cepat, adaptasi
interfasial dengan dentin lebih baik, ikatan RMGIC dengan resin komposit terbentuk karena
terjadi reaksi kimia diantara kedua bahan, dan mempersingkat waktu perawatan.
Prognosis teknik laminasi cukup baik, selama teknik dilakukan secara tepat. Restorasi
laminasi optimal dapat dicapai dengan melakukan kecermatan operator dalam teknik preparasi
maupun aplikasi bahan-bahan mengikuti petunjuk pabrik.
15
Daftar Pustaka
16
1. Permatasari R. Concept of Minimal Intervention in Restorative Dentistry. KPPIKG 2009
15th Scientific Meeting & Refresher Course in Dentistry Faculty of Dentistry
UniversityIndonesia: 425-431.
2. Roberson T.M., et al. 2007. Sturdevant’s Art and Science of Operative Dentistry. 5th
edition. Mosby Elsevier. 283,284,318,319.
3. Dharsono H.D.A. Restorasi Resin Komposit dengan Teknik Laminasi.
4. http://www.silmetdental.com/files/CE_Credits_article.pdf
5. Mount G.J., Hume W.R. 2010. Preservation and Restoration of Tooth
Structure.Knowledge. 193-196.
6. http://www.midentistry.org/grid.html
7. Mount G.J. 1990. An Atlas of Glass-Ionomer Cements: A Clinician’s Guide. Martin
Dunitz. 66-71.
8. Katsuyama S., et al. Glass Ionomer Dental Cement – the Materials and Their Clinical
Use. Ishiyaku EuroAmerica Inc. 43,132,166.
17