Referat Rheumatoid-Artritis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

RA

Citation preview

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    1/30

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Rheumatoid Arhritis (RA) adalah penyakit inflamasi kronis yang

    belum diketahui pasti sebabnya yang ditandai dengan poliarthritis simetris

    dan perifer. Hal itu merupakan akibat dari inflamasi arthritis kronis dan

    sering menimbulkan kerusakan sendi dan kelemahan fisik. Karena RA

    merupakan penyakit sistemik, RA dapat menimbulkan berbagai

    manifestasi dari ekstraartikulasi, termasuk kelemahan, nodul

    subcutaneous, pericarditis, neuropati perifer, vasculitis, dan abnormal

    hematologi (Braunwald, 2012).

    Pemahaman yang diperoleh dari sejumlah hal mendasar dan

    penelitian kesehatan selama lebih dari dua dekade telah merubah

    paradigma tentang diagnosis dan manajemen RA saat ini. Serum antibodi

    untuk cyclic citrullinated peptides (anti-CCPs) sekarang telah menjadi

    penanda penting dari diagnosis dan prognosis. Selain itu, kemajuan akan

    penggunaan suara ultrasonik dan resonansi magnetik dapat meningkatkan

    kemampuan kita untuk mendeteksi inflamasi dan kerusakan sendi pada

    Rheumatoid Arthritis. Ilmu pengetahuan mengenai RA telah mengambil

    lompatan besar dengan mengidentifikasi penyakit baru yang berhubungan

    dengan genetik dan menguraikan lebih lanjut mengenai jalur molekuler

    dari patogenesis penyakit. Hal yang relatif penting dari beberapa

    perbedaan mekanisme telah digambarkan melalui penelitian baru

    mengenai terapi biologis dengan target tinggi. Disamping kemajuan

    tersebut, pemahaman yang belum sempurna mengenai pengenalan jalur

    patogen dari RA menjadi penghalang yang cukup besar dalam pengobatan

    dan pencegahan (Braunwald, 2012).

    Pada dua dekade terakhir terlihat peningkatan hasil yang luar biasa

    dari Rheumatoid Arthritis. Deskripsi mengenai kelumpuhan persendian

    pada saat ini telah jarang ditemukan. Banyak dari kemajuan tersebut yang

    dapat ditelusuri untuk terapi yang lebih luas dan mengadopsi terkait

    pengobatan dini. Perubahan strategi pengobatan menentukan pemikiran

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    2/30

    2

    baru pada praktisionerprimary care, salah satu yang menuntut penyerahan

    pasien dengan inflamasi arthritis untuk rheumatologist dengan tujuan

    mendukung diagnosis dan permulaan terapi. Dan kemudian mereka akan

    memperoleh hasil yang terbaik dari beberapa strategi pengobatan tersebut

    (Braunwald, 2012).

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    3/30

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Definisi

    Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi kronik yang

    tidak diketahui pasti penyebabnya yang ditandai dengan poliarthritis

    perifer dan simetris. Keduanya pada umumnya merupakan akibat dari

    inflamasi arthritis dan kerusakan sendi, serta gangguan fisik. Karena RA

    merupakan penyakit sistemik, RA menimbulkan berbagai manifestasi

    ekstraarticular, termasuk kelelahan, nodul pada lapisan subcutaneous, lung

    involvement, pericarditis, neuropati perifer, vaskulitis, dan keabnormalan

    dari hematologi. (Braunwald, et.al., 2012)

    B. Etiologi dan Predisposisi

    1. Faktor Genetik

    Penyebab penyakit rheumatoid arthritis (RA) belum

    diketahui secara pasti. Terdapat interaksi yang kompleks antara

    faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik berperan penting

    terhadap kejadian RA, dengan angka kepekaan dan ekspresi

    penyakit sebesar 60%. Hubungan HLA class II histocompatibility

    antigen, DRB1-9 beta chain (HLA-DRB1) dengan kejadian RA

    telah diketahui dengan baik, walaupun beberapa lokus non-HLA

    juga berhubungan dengan RA seperti daerah 18q21 dari gen

    TNFRSR11A yang mengkode aktivator reseptor nuclear factor

    kappa B (NF-B) (Suarjana, 2009).

    Gen ini berperan penting dalam resorpsi tulang pada RA.

    Faktor genetik juga berperanan penting dalam terapi RA karena

    aktivitas enzim seperti methylenetetrahydrofolate reductase dan

    thiopurine methyltransferase untuk metabolisme methoraxate dan

    azathioprine ditentukan oleh faktor genetik. Pada kembar

    monozigot mempunyai angka kesesuaian untuk berkembangnya

    RA lebih dari 30% dan pada orang kulit putih dengan RA yang

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    4/30

    4

    mengekspresikan HLA-DL1 atau HLA-DR4 mempunyai angka

    kesesuain sebesar 80% (Suarjana, 2009).

    2. Hormon Seks

    Prevelansi RA lebih besar pada perempuan dibandingkan

    dengan laki-laki, sehingga diduga hormon seks berperanan dalam

    perkembangan penyakit ini. Pada observasi didapatkan bahwa

    terjadi perbaikan gejala RA selama kehamilan. Perbaikan ini

    diduga karena adanya aloantibodi dalam sirkulasi maternal yang

    menyerang HLA-DR sehingga terjadi hambatan fungsi epitop

    HLA-DR yang mengakibatkan perbaikan penyakit. Selain itu,

    terdapat juga perubahan profil hormon. Placental corticotropin

    releasing hormone secara langsung menstimulasi sekresi

    dehidroepiandrosteron (DHEA), yang merupakan androgen utama

    pada perempuan yang dikeluarkan oleh sel-sel adrenal fetus

    (Suarjana, 2009).

    Androgen bersifat imunosupresi terhadap respon imun

    selular dan humoral. DHEA merupakan substrat penting dalam

    sintesis estrogen plasenta. Estrogen dan progesteron menstimulasi

    respon imun humoral (Th2) dan menghambat respon imun selular

    (Th1). Oleh karena pada RA respon Th1 lebih dominan sehingga

    estrogen dan progesteron mempunyai efek yang berlawanan

    terhadap perkembangan RA. Pemberian kontrasepsi oral

    dilaporkan mencegah kemungkinan RA atau berhubungan dengan

    penurunan insiden RA yang lebih berat (Suarjana, 2009).

    3.

    Faktor InfeksiBeberapa virus dan bakteri diduga sebagai agen penyebab.

    Organisme diduga menginfeksi sel induksi sel (host) dan merubah

    reaktivitas atau respon sel T sehingga mencetuskan timbulnya

    penyakit. Walaupun belum ditemukan agen infeksi yang secara

    nyata terbukti sebagai penyakit (Suarjana, 2009).

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    5/30

    5

    Tabel 1.Agen Infeksi yang Diduga sebagai Penyebab RA

    Agen infeksi Mekanisme patogenik

    Mycoplasma Infeksi sinovial langsung,superantigen

    Parvovirus B19 Infeksi sinovial langsung

    Retrovirus Infeksi sinovial langsung

    Enteric bacteria Kemiripan molekul

    Mycobacteria Kemiripan molekul

    Epstein-Barr Virus Kemiripan molekul

    Bacterial Cell Walls Aktivasi mikrofag

    4. Protein heat shock (HSP)

    HSP adalah protein yang diproduksi oleh sel pada semua

    spesies sebagai respon terhadap stress. Protein ini mengandung

    untaian (sequence) asam amino homolog. HSP tertentu manusia

    dan HSP mikobacterium tuberkulosis mempunyai untain 65% yang

    homolg. Hipotesisnya dalah antibodi dan sel T mengenali epitop

    HSP pad agen infeksi dan sel host. Hal ini memfasilitasi reaksi

    silang limfosit dengan sel host sehingga mencetuskan reaksi

    imunologis. Mekanisme ini dikenal sebagai kemiripan molekul

    (molecular mimcry) (Suarjana, 2009).

    C. Anatomi dan Fisiologi sendi

    Beberapa komponen penunjang sendi:

    Kapsula sendi adalah lapisan berserabut yang melapisi sendi. Di bagian

    dalamnya terdapat rongga.

    Ligamen(ligamentum) adalahjaringan pengikat yang mengikat luar ujung

    tulang yang saling membentuk persendian. Ligamentum juga berfungsi

    mencegah dislokasi.

    Tulang rawan hialin(kartilago hialin) adalah jaringan tulang rawan yang

    menutupi kedua ujung tulang. Berguna untuk menjaga benturan.

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jaringan_penyambung&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jaringan_penyambung&action=edit&redlink=1
  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    6/30

    6

    Cairan sinovialadalah cairan pelumas pada kapsula sendi.

    Macam-macam persendian berdasarkan pergerakannya :

    SinartrosisAdalah persendian yang tidak memperbolehkan pergerakan.

    Dapat dibedakan menjadi tiga:

    1. Sinartrosis sinfibrosis (sindemosis): sinartrosis yang tulangnya

    dihubungkan jaringan ikat fibrosa. Contoh: persendian tulang tengkorak,

    antara gigi dan rahang, antara radius dan ulna

    2. Sinartrosis sinkondrosis: sinartrosis yang dihubungkan oleh tulang rawan.

    Contoh: hubungan antarsegmen padatulang belakang.

    3.

    Sinostosis : Persambungan tulang dipisahkan oleh jaringan tulang

    misalnya persambungan pada os ilium, os iskium,dan os pubikum

    Diartrosis

    Diartrosis adalah persambungan antara dua tulang atau lebih yang

    memungkinkan tulang-tulang bergerak satu sama lain. Diantara tulang-tulang

    yang bersendi tersebut terdapat rongga yang disebut kavum artikulare.

    Diartrosis ini juga disebut sebagai sendi sinovial yang tersusun atas bonggol

    sendi (kapsul retikuler), bursa sendi dan ikat sendi (ligamentum).

    Dapat dikelempokkan menjadi:

    Sendi peluru: persendian yang memungkinkan pergerakan ke segala arah.

    Contoh: hubungantulang lengan atas dengantulang belikat.

    Sendi pelana: persendian yang memungkinkan beberapa gerakan rotasi,

    namun tidak ke segala arah. Contoh: hubungan tulang telapak tangan dan

    jari tangan.

    Sendi putar: persendian yang memungkinkan gerakan berputar (rotasi).

    Contoh: hubungan tulang tengkorak dengan tulang belakang I (atlas).

    Sendi luncur: persendian yang memungkinkan gerak rotasi pada satu

    bidang datar. Contoh: hubungan tulang pergerlangan kaki.

    Sendi engsel: persendian yang memungkinkan gerakan satu arah. Contoh:

    sendi siku antaratulang lengan atas dantulang hasta.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Tengkorakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tulang_belakanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Tulang_lengan_atashttp://id.wikipedia.org/wiki/Tulang_belikathttp://id.wikipedia.org/wiki/Tulang_lengan_atashttp://id.wikipedia.org/wiki/Tulang_hastahttp://id.wikipedia.org/wiki/Tulang_hastahttp://id.wikipedia.org/wiki/Tulang_lengan_atashttp://id.wikipedia.org/wiki/Tulang_belikathttp://id.wikipedia.org/wiki/Tulang_lengan_atashttp://id.wikipedia.org/wiki/Tulang_belakanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Tengkorak
  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    7/30

    7

    Amfiartosis

    Persendian yang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan sehingga

    memungkinkan terjadinya sedikit gerakan. Misalnya sendi sacro iliaka dan

    sendi- sendi antara corpus vertebra. Sendi sinovial umumnya dijumpai pada

    ekstremitas. Pada sendi ini ditemukan adanya celah sendi, rawan sendi,

    membran sinovium serta kapsul sendi

    Simfisis

    Tulang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan yang berbentuk seperi

    cakram. Contoh: hubungan antara ruas-ruas tulang belakang. (Velyn C. Pearce.

    2006)

    Gambar 1. Sendi synovial

    D. Peran Sinovium Dalam Kerusakan Sendi

    Sinovium merupakan bagian penting dari sendi diartrodial dan secara

    fisiologis berfungsi dalam transpor nutrien ke dalam rongga sendi serta

    mengeluarkan sisametabolismenya, membantu stabilitas sendi dan bersifat low-

    friction lining. Secara normal, sinovium diharapkan mampu memelihara,

    mendukung dan mengganti substansiyang diperlukan dalam kerja sendi sebagai

    suatu organ sepanjang hidup individu yang bersangkutan. Perubahan- perubahan

    yang terjadi pada sinovium tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap sendi.

    Sebagian besar perubahan tersebut disebabkan oleh peningkatan dari volume

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    8/30

    8

    sinovium itu sendiri seperti perubahan dari jumlah dan komposisi dari sel yang

    secara normal ditemukan pada sinovium yaitu sinoviosit, fibroblast, makrofag, sel

    mast, sel vaskular dan sel limfatik ataupun adanya infiltrasi sel- sel tertentu ke

    dalam sinovium .Peranan sinovium dalam kerusakan sendi pada berbagai penyakit

    memiliki mekanisme yang berbeda. Pada RA ditemukan pada sinovium adanya

    hyperplasia yang didominasi oleh sel sinoviosit A dan sinoviosit B pada bagian

    luar. Selain hyperplasia sinovium ditemukan juga vaskularisasi yang meningkat

    dan infiltrasi sel-sel inflamasi terutama sel limfosit T CD4, yang merupakan peran

    utama pada respon imun seluler. Daerah utama terjadinya kerusakan sendi terletak

    pada pertemuan jaringan sinovium yang meradang (pannus) dengan rawan sendi

    dan tulang. Pada stadium lanjut terdapat kerusakan periartikuler dan erosi tulang

    (16).(Bermawan, Penyakit Radang Sendi 2011)

    E. Patofisiologi

    Peranan sinovial mediator pada AR Synovial mediator ataupun sitokin

    yang dihasilkan akibat adanya aktivasi berbagai sel imunokompeten mengaktivasi

    endotel vaskuler, dan sel-sel inflamasi lainnya yang akhirnya sel-sel tersebut

    mensekresi sitokin. Pada AR tampak gangguan keseimbangan sitokin pro

    inflamasi dan anti inflamasi yang menyebabkan otoimunitas berjalan. Berbagai

    sitokin terlibat pada kerusakan dan inflamasi sinovium. Interleukin-1 dan TNF-

    merupakan sitokin yang memiliki peran penting dalam pathogenesis AR. Kedua

    sitokin ini merupakan stimulator yang kuat sel-sel fibroblastsinovium, osteoklas

    dan kondrosit.( Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007)

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    9/30

    9

    Tabel 1. Sitokin- sitokin yang terlibat dalam patologi RA

    Suatu antigen penyebab AR yang berada pada membran sinovial, akan diproses

    oleh antigen presenting cells(APC) yang terdiri dari berbagai jenis sel seperti sel

    sinoviosit A, sel dendritik atau makrofag yang semuanya mengekspresi

    determinan HLA-DR pada membran selnya. Antigen yang telah diproses akan

    dikenali dan diikat oleh sel CD4+ bersama dengan determinan HLA-DR yang

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    10/30

    10

    terdapat pada permukaan membran APC tersebut membentuk suatu kompleks

    trimolekular. Kompleks trimolekular ini dengan bantuan interleukin-1 (IL-1) yang

    dibebaskan oleh monosit atau makrofag selanjutnya akan menyebabkan terjadinya

    aktivasi sel CD4+.

    Pada tahap selanjutnya kompleks antigen trimolekular tersebut akan

    mengekspresi reseptor interleukin-2 (IL-2) Pada permukaan CD4+. IL-2 yang

    diekskresi oleh sel CD4+ akan mengikatkan diri pada reseptor spesifik pada

    permukaannya sendiri dan akan menyebabkan terjadinya mitosis dan proliferasi

    sel tersebut. Proliferasi sel CD4+ ini akan berlangsung terus selama antigen tetap

    berada dalam lingkunan tersebut. Selain IL-2, CD4+ yang telah teraktivasi juga

    mensekresi berbagai limfokin lain seperti gamma-interferon, tumor necrosis

    factor (TNF-), interleukin-3 (IL-3), interleukin-4 (IL-4), granulocyte-

    macrophage colony stimulating factor (GM-CSF) serta beberapa mediator lain

    yang bekerja merangsang makrofag untuk meningkatkan aktivitas fagositosisnya

    dan merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi antibodi.

    Produksi antibodi oleh sel B ini dibantu oleh IL-1, IL-2, dan IL-4.

    Setelah berikatan dengan antigen yang sesuai, antibodi yang dihasilkan akan

    membentuk kompleks imun yang akan berdifusi secara bebas ke dalam ruang

    sendi. Pengendapan kompleks imun akan mengaktivasi sistem komplemen yang

    akan membebaskan komponen-komplemen C5a. Komponen-komplemen C5a

    merupakan faktor kemotaktik yang selain meningkatkan permeabilitas vaskular

    juga dapat menarik lebih banyak sel polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke arah

    lokasi tersebut. Pemeriksaan histopatologis membran sinovial menunjukkan

    bahwa lesi yang paling dini dijumpai pada AR adalah peningkatan permeabilitasmikrovaskular membran sinovial, infiltrasi sel PMN dan pengendapan fibrin pada

    membran sinovial.

    Fagositosis kompleks imun oleh sel radang akan disertai oleh pembentukan

    dan pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrien, prostaglandin dan protease

    neutral (collagenasedanstromelysin)yang akan menyebabkan erosi rawan sendi

    dan tulang. Radikal oksigen bebas dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi

    hialuronat sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas cairan sendi.

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    11/30

    11

    Selain itu radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan

    sendi.

    Prostaglandin E2(PGE2) memiliki efek vasodilator yang kuat dan dapat

    merangsang terjadinya resorpsi tulang osteoklastik dengan bantuan IL-1 dan

    TNF. Rantai peristiwa imunologis ini sebenarnya akan terhenti bila antigen

    penyebab dapat dihilangkan dari lingkungan tersebut. Akan tetapi pada AR,

    antigen atau komponen antigen umumnya akan menetap pada struktur persendian,

    sehingga proses destruksi sendi akan berlangsung terus. Tidak terhentinya

    destruksi persendian pada AR kemungkinan juga disebabkan oleh terdapatnya

    faktor reumatoid. Faktor reumatoid adalah suatu autoantibodi terhadap epitopfraksi Fc IgG yang dijumpai pada 70-90 % pasien AR. Faktor reumatoid akan

    berikatan dengan komplemen atau mengalami agregasi sendiri, sehingga proses

    peradangan akan berlanjut terus. Pengendapan kompleks imun juga menyebabkan

    terjadinya degranulasi mast cell yang menyebabkan terjadinya pembebasan

    histamin dan berbagai enzim proteolitik serta aktivasi jalur asam arakidonat.

    (Kumar, 2007), (velyn,c pearce,2006)

    Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat pengendapan

    kompleks imun menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen yang

    paling destruktif dalam patogenesis AR. Pannus merupakan jaringan granulasi

    yang terbentuk dari makrofag dan sel-sel radang lainnya, factor pertumbuhan

    (Fibroblast Growth Factor, FGF) yang menyebabkan proliperasi fibroblast serta

    faktor angiogenesis (Vascular Endothelial Growth Factor, VEGF) yang

    membentuk pembuluh darah baru ( neovaskularisasi).

    Secara histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus

    terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan

    kolagen dan proteoglikan. Kumar, 2007), (velyn,c pearce,2006)

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    12/30

    12

    Gambar 2. Mekanisme erosi sendi oleh osteoklast pada AR

    Gambar 3. Peran sentral IL-1 dan TNF- dalam pathogenesis AR

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    13/30

    13

    F. Klasifikasi Rheumatoid Arthritis

    Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe,

    yaitu:

    1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria

    tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling

    sedikit dalam waktu 6 minggu.

    2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria

    tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling

    sedikit dalam waktu 6 minggu.

    3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria

    tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling

    sedikit dalam waktu 6 minggu.

    4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria

    tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling

    sedikit dalam waktu 3 bulan.

    G. Penegakan Diagnosis

    Rheumatoid arthritis umumnya hadir dengan nyeri dan kekakuan

    pada beberapa sendi, biasanya pasien mengalami gejala awalnya hanya di

    satu lokasi atau beberapa lokasi persendian (Harris, 2005).

    Sendi yang paling sering terkena adalah persendian dengan rasio

    tertinggi sinovium pada tulang rawan artikular. Peradangan sinovium

    dapat menyerang dan merusak tulang dan kartilago. Sel penyebab radang

    melepaskan enzim yang dapat mencerna tulang dan kartilago. Sehingga

    dapat terjadi kehilangan bentuk dan kelurusan pada sendi, yang

    menghasilkan rasa sakit dan pengurangan kemampuan bergerak (Harris,

    2005).

    Atritis Reumatoid biasanya mengalami kekakuan, bengkak, dan

    eritematosa. Akibat artritis, timbul inflamasi umum yang dikenal sebagai

    artritis reumatoid yang merupakan penyakit autoimun. Beberapa pasien

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    14/30

    14

    mengeluh "bengkak" pada persendian tangan, bengkak tersebut terjadi

    dikarenakan untuk peningkatan aliran darah ke daerah meradang. Otot di

    dekat sendi meradang sering atrofi. Kekakuan pada pagi hari yang

    berlangsung setidaknya 45 menit sebelum melakukan aktivitas. Pada

    umunya persendian dengan posisi fleksi dapat meminimalkan distensi

    menyakitkan dari kapsul sendi. Beberapa penelitian mengatakan,

    Seseorang dapat didiagnosis AR jika onsetnya telah 6 bulan dengan

    beberapa kriteria gejala AR. Biasanya diagnosis disertai dengan gejala-

    gejala non spesifik seperti, malaise, kelemahan otot, berat badan turun,

    demam ringan, kelelahan, dan keluhan sistemik lainnya mungkin timbul,

    terutama dalam presentasi akut (Chan, 2004 ; Harris, 2005).

    Kurang lebih 70% penderita AR mengalami erosi tulang dalam 2

    tahun pertama penyakit , dimana hal ini menunjukan penyakit berjalan

    progresif. Keterlibatan sendi pergelangan tangan, metacarpophalangeal

    (MCP) dan proximal inter phalangeal (PIP) hampir selalu dijumpai,

    sementara keterlibatan distal interphalangeal (DIP) lebih jarang dijumpai.

    Bentuk awal dari deformitas adalah tenosinovitis yang menyebabkan

    tendon menjadi lemah, memanjang, bahkan ruptur. Selain itu, penderita

    AR dengan keterbatasan mobilitas memiliki kemungkinan terjadinya

    penurunan kekuatan otot sebesar 30-70% dibandingkan orang normal,

    dengan penurunan endurans mencapai 50% (Widiani, 2011).

    1. Anamnesis :

    Beberapa pemeriksaan anamnesis yaitu (Daud, 2006):

    a. Riwayat penyakit, diperlukan riwayat penyakit yang deskriptif dan

    kronologis.

    b. Umur, penyakit reumatik dapat menyerang semua umur, tetapi

    frekuensi penyakit terdapat pada umur tertentu, penyakit

    rheumatoid atritis banyak ditemukan pada usia lanjut.

    c. Jenis kelamin, penyakit rheumatoid arthritis lebih banyak diderita

    oleh wanita dari pada pria dengan perbandingan 3:1.

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    15/30

    15

    d. Nyeri sendi, nyeri merupakan keluhan utama pada pasien dengan

    reumatik.. Pada pasien RA, nyeri paling sering terjadi pada pagi

    hari, membengkak disiang hari, dan sedikit lebih berat dimalam

    hari.

    e. Kaku sendi, merupakan rasa seperti diikat, pasien merasa sukar

    untuk menggerakan sendinya. Keadaan ini biasanya akibat desakan

    cairan yang berada disekitar jaringan yang mengalami inflamasi.

    f. Bengkak sendi dan deformitas, pasien sering mengalami bengkak

    sendi, perubahan warna, perubahan bentuk, dan perubahan posisi

    struktur ekstremitas (dislokasi atau sublukasi).

    g.

    Disabilitas dan handicap, disabilitas terjadi apabila suatu jaringan,

    organ, atau sistem tidak dapat bekerja secara adekuat. Handicap

    adalah apabila disabilitas menyebakan aktivitas sehari-hari

    terganggu, termasuk aktivitas sosial.

    h.

    Gejala siskemik, penyakit sendi inflamator baik yang disertai

    maupun tidak disertai keterlibatan multisystem akan menyebabkan

    peningkatan reaktan fase akut seperti peninggian LED atau CRP.

    Selain itu akan disertai dengan gejala siskemik seperti panas,

    penuruanan berat badan, kelelahan, lesu, dan mudah terangsang.

    Kadang-kadang pasien mengeluhkan hal yang tidak spesifik seperti

    merasa tidak enak badan. Pada orang tua disertai dengan gangguan

    mental.

    i. Gangguan tidur dan depresi, ganguan tidur dapat disebabkan oleh

    adanya nyerikronik, terbentuknya fase reaktan, obat anti inflamasi

    nonsteroid.

    2. Pemeriksaan Fisik :

    Pemeriksaan fisik pada sistem musculoskeletal meliputi:

    1)

    Gaya berjalan yang abnormal pada pasien RA yaitu pasien akan

    segera mengangkat tungkai yang nyeri atau deformasi,

    sementara tungkai yang nyeriakan lebih lama diletakkan

    dilantai, biasanya diikut oleh gerakan lengan yang asimetris,

    disebut gaya berjalan antalgik.

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    16/30

    16

    2) Sikap/postur badan, pasien akan berusaha mengurangi tekanan

    artikular pada sendi yang sakit dengan mengatur posisi sendiri

    tersebut senyaman mungkin, biasanya dalam posisi fleksi.

    3)

    Deformasi, akan lebih terlihat pada saat bergerak.

    4) Perubahan kulit, kemerahan disertai dengan kemerahan disertai

    deskuamasi pada kulit disekitar sendi menunjukan adanya

    inflamasi pada sendi.

    5) Kenaikan suhu sekitar sendi, menandakan adanya proses

    inflamasi di daerah sendi tersebut.

    6) Bengkak sendi bisa disebabkan karena cairan, jaringa lunak,

    atau tulang.

    7) Nyeri raba

    8) Pergerakan sinovitis menyebabkan berkurangnya luas gerak

    sendi pada semua arah.

    9)

    Krepitus, merupakan bunyi yang dapat diraba sepanjang

    gerakan struktur yang diserang.

    10)Atrofi dan penurunan kekuatan otot.

    11)

    Ketidakstabilan.

    12)Gangguan fungsi, gangguan fungsi sendi dinilai dengan

    observasi pada penggunaan normal seperti bangkit dari kursi

    atau kekuatan menggenggam.

    13)Nodul sering ditemukan dalam berbagai atopic, umunya

    ditemukan pada permukaan ekstensor (punggung tangan, siku,

    tumit belakang, sacrum).

    14)

    Perubahan kuku, adanya jari tangan, timble pitting onycholysisatau serpihan darah.

    15)Pemeriksaan sendi satu persatu, meliputi pemeriksaan rentang

    pergerakan sendi, adanya bunyi krepitus dan bunyi lainnya.

    16)

    AR mempengaruhi berbagai organ dan sistem lainnya yaitu :

    a) Kulit : nodul subkutan (nodul rheumatoid) terjadi pada

    banyak pasien dengan RA yang nilai RF-nya normal, sering

    lebih dari titik-titik tekanan (misalnya, olekranon. Lesi kulit

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    17/30

    17

    dapat bermanifestasi sebagai purpura teraba atau ulserasi

    kulit).

    b)

    Jantung : morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler yang

    meningkat pada pasien RA. Faktor resiko non tradisional

    tampak memainkan peran penting. Serangan jantung,

    disfungsi miokard, dan efusi perikrdial tanpa gejala yang

    umum dan gejala perikarditis konstriktif jarang.

    Miokarditis, vaskulitis koroner, penyakit katup, dan cacat

    konduksi kadang-kadang diamati.

    c) Paru : RA mempengaruhi paru-paru dalam beberapa bentuk

    termasuk efusi pleura, fibrosis interstisial, nodul (Caplan

    sindrom), dan obliterans bronchiolitis-pengorganisasian

    pneumonia.

    d) Ginjal : ginjal biasanya tidak terpengaruh oleh RA

    langsung. Umumnya akibat pengaruh obat-obatan

    (misalnya : obat anti-inflamatory peradangan

    (amyloidosis)).

    e)

    Vascular : lesi vaskuler dapat terjadi diorgan mana saja

    namun yang paling sering ditemukan di kulit. Lesi dapat

    hadir sebagai perpura gambling, borok kulit, atau infak

    digital.

    f) Hematologi : sebagian besar pasien aktif memiliki penyakit

    anemia kronis, termasuk anemia normokromik-normositik,

    trombositiosis, dan eosinofilik, meskipun yang terakhir ini

    sering terjadi. Leukopenia ditemukan pada pasien dengansindrom Felty.

    g) Neurologis : biasanya saraf jeratan, seperti padasaraf

    median di carpal, lesi vasculitis, multiple mononeuritis, dan

    myelopathy leher rahim dapat menyebabkan konsekuensi

    serius neurologis.

    h) Okular : keratoconjunctivitis siscca adalah umum pada

    orang dengan RA dan sering manifestasi awal dari sindrom

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    18/30

    18

    Sjogren sekunder. Mata mungkin juga episkleritis uveitis,

    dan scleritis nodular yang dapat menyebabkan

    scleromalacia.

    1.

    Pemeriksaan Penunjang

    a. Pemeriksaan Laboratoris

    Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik

    untuk mendiagnosis artritis reumatoid. Beberapa hasil uji

    serologis laboratorium menunjukan adanya kenaikan titer

    antibodi IgM yang bereaksi terhadap perubahan IgG -1

    dan IgG -2 yang juga meningkat. Faktor reumatoid (RF)

    ditemukan negatif (0,7 pg/mL (Suarjana, 2009).

    Pada pemeriksaan darah rutin sering ditemukan

    kenaikan laju endap darah (LED) hingga >30mm/jam.

    Kenaikan CRP atau LED dapat digunakan untuk

    memonitor perjalanan penyakit (Suarjana, 2009). Pada AR

    sering pula ditemukan penurunan kadar Hb yang bila

    kemudian diperiksa melalui apusan darah tepi menunjukan

    anemia normositik normokrom akibat pengaruhnya pada

    sumsum tulang (Price, 2005). Hitung sel leukosit (WBC)

    meningkat mencapai 2000/L dengan lebih dari 75%

    leukosit PMN, hal ini merupakan karakteristik peradangan

    pada artritis, namun hal tersebut tidak mendiagnosis RA

    (Kasper et al., 2005).

    Pemeriksaan cairan sinovial diperlukan bila

    diagnosis meragukan. Pada AR tidak ditemukan kristal,

    kultur negatif, dan kadar glukosa rendah (Suarjana, 2009).

    Analisi cairan sinovial tidak menunjukkan satupun temuan

    spesifik untuk artritis reumatois, namun menunjukkan

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    19/30

    19

    keadaan inflamasi pada sendi. Cairan sinovial biasanya

    keruh, dengan kekentalan yang menurun, dan peningkatan

    kandungan protein (Kasper et al., 2005).

    b.

    Pemeriksaan Radiologis

    Foto polos sendi mungkin normal atau tampak

    adanya osteopenia atau erosi dekat celah sendi pada

    stadium dini penyakit, Foto pergelangan tangan dan

    pergelangan kaki penting untuk data dasar, sebagai

    pembanding dalam penelitian selanjutnya (Suarjana, 2009).

    Setelah sendi mengalami kerusakan yang lebih berat, dapat

    terlihat penyempitan ruang sendi karena hilangnya struktur

    rawan sendi. Juga dapat terjadi erosi tulang pada tepi sendi

    dan penurunan densitas tulang. Perubahan-perubahan ini

    biasanya irreversibel (Price, 2005).

    c. Pemeriksaan MRI

    Magnetic Resonance Imaging (MRI) memberikan

    gambaran yang jelas dari perubahan jaringan lunak,

    kerusakan kartilago, dan erosi tulang-tulang yang

    dihubungkan dengan artritis reumatoid. MRI mampu

    mendeteksi adanya erosi sendi lebih awal dibandingkan

    dengan foto polos dan dilengkapi dengan tampilan struktur

    sendi yang lebih rinci (Suarjana, 2005).

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    20/30

    20

    Gambar 1. Pasien RA menunjukkan adanya penebalan jaringan ikat

    dan penyempitan celah sendi interphalanx proksimal

    (sumber: American Journal of Roentgenology)

    Gambaran patognomonik artritis reumatoid

    Patognomonik adalah tanda atau gejala khas yang tipikal

    tehadap suatu penyakit sehingga dapat dijadikan tolak ukur dan

    spesifikasi penyakit tersebut. Patognomonik RA adalah munculnya

    nodul-nodul reumatoid yang merupakan massa jaringan lunak yang

    biasanya tampak diatas permukaan ekstensor pada aspek ulnar

    pergelangan tangan atau pada olekranon, namun adakalanya

    terlihat diatas prominensia tubuh, tendon, atau titik tekanan.

    Karakteristik nodul ini berkembang sekitar 20% pada penderita

    artritis reumatoid dan tidak terjadi pada penyakit lain, sehingga

    membantu dalam menegakkan diagnosis (Eisenberg RL, Johnson

    NM, 2003). Kekakuan selama minimal 1 jam dan artritis yang

    simetrk juga menjadi gejala khas dari RA (Suarjana, 2009).

    Gambar 2. Nodul reumatoid di zona persendian lutut (sumber: University of

    California, Sandiego)

    2. Gold Standart Diagnosis atau Kriteria Diagnosis

    Untuk menegakkan diagnosis dapat berdasarkan kriteria

    ARA (American Rheumatism Association), yaitu (Daud, 2006):

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    21/30

    21

    a. Kaku pagi hari di sendi dan sekitarnya, sekurangnya selama

    1 jam sebelum perbaikan maksimal.

    b.

    Pembengkakan jaringan lunak atau persendian (arthritis) 3

    daerah sendi atau lebih secara bersamaan yang diobservasi

    oleh dokter.

    c.

    Artritis pada persendian tangan sekurang-kurangnya terjadi

    satu pembengkakan persendian tangan yaitu PIP (proximal

    interphalangeal), MCP (metacarpophalangeal), atau

    pergelangan tangan.

    d. Artritis simetris, keterlibatan sendi yang sama pada kedua

    belah sisi misalnya PIP (proximal interphalangeal), MCP

    (metacarpophalangeal), atau MTP (metatarsophalangeal).

    e. Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan

    tulang atau permukaan ekstensor atau daerah juksta

    artikuler yang diobservasi dokter.

    f. Faktor rheumatoid serum positif, terdapat titer abnormal

    faktor rheumatoid serum yang diperiksa dengan cara yang

    membrikan hasil positif kurang dari 5% kelompok kontrol

    yang diperiksa.

    g. Perubahan gambaran radiologis, perubahan gambaran

    radiologis yang khas pada AR pada pemeriksaan sinar X

    tangan posterior atau pergelangan tangan yang harus

    menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang

    berlokasi pada sendi atau daerah yang berdekatan sendi.

    Diagnosa AR, jika sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria

    di atas dan kriteria 1 sampai 4 harus ada minimal 6 minggu.

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    22/30

    22

    H. Diagnosis Banding

    Gambaran

    RadiologiArtritis

    ReumatoidGout Osteoartritis

    Soft tissueswelling

    Periartrikular,simetris

    Esentrik,tophi

    Intermitten,tidak sejelas

    yang lain

    Subluksasi Ya Tidak biasa Kadang-kadang

    MineralisasiMenurun di

    periartrikularBaik Baik

    Kalsifikasi Tidak

    Kadang-

    kadang pada

    tophi

    Tidak

    Celah sendi MenyempitBaik hingga

    menyempitMenyempit

    Erosi Tidak

    Punched out

    dengan garis

    sklerotik

    Ya, pada

    intraartikular

    Produksi

    tulangTidak

    Menjalar ke

    tepi korteksYa

    SimetriBilateral,

    simetriAsimetri Bilateral, simetri

    LokasiProksimal ke

    distal

    Kaki,

    pergelangan

    kaki, tangandan siku

    Distal ke

    proksimal

    Karakteristik

    yang

    membedakan

    PoliartrikularPembentukan

    kristal

    Seagull

    appearance pada

    sendi

    interfalangeal

    I. Penatalaksanaan

    1. Non-farmakologis

    a.

    Edukasi

    Edukasi yang cukup penting bagi pasien, keluarga, dan orang-

    orang yang berhubungan dengan penderita.:

    1) Pengertian tentang patofisiologi

    2)

    Penyebab penyakit

    3) Prognosis penyakit

    4) Semua komponen program penatalaksanaan termasuk

    regimen obat yang kompleks

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    23/30

    23

    5) Sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini

    6) Metode-metode efektif tentang penatalaksanaan yang

    diberikan oleh tenaga kesehatan (Price,2005)

    b.

    Istirahat

    Perencanaan aktivitas mutlak diperlukan bagi pasien

    rheumatoid arthritis karena penderita biasanya disertai dengan rasa

    lelah yang hebat. Kekakuan dan rasa kurang nyaman biasanya

    dapat diperingan dengan beristirahat (Price,2005).

    c.

    Latihan-latihan spesifik

    Latihan spesifik ini dapat berupa :

    1) Gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit,

    minimal dua kali dalam sehari.

    2) Kompres panas pada sendi. Tujuan dari kompres panas ini

    untuk mengurangi nyeri pada sendi.

    3)

    Mandi parafin dengan suhu yang dapat diatur. Latihan ini

    paling baik diatur dan diawasi oleh tenaga kesehatan yang

    sudah mendapat latihan khusus, seperti fisioterapi

    atauterapis kerja.

    Latihan latihan ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi

    sendi (Price,2005)

    d. Alat pembantu dan adaptif

    Alat pembantu dan adaptif ini mungkin diperlukan saat

    melakukan aktivitas sehari-hari, seperti tongkat untuk membantu

    berdiri dan berjalan (Price,2005)

    e. Terapi yang lain

    Terapi lain yang dimaksud yaitu : terapi puasa, suplementasi asam

    lemak esensial, terapi spa dan latihan, suplementasi minyak ikan

    (cod liver oil)sebagai NSAID-sparing agent(Suarjana, 2009).

    2. Farmakologis

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    24/30

    24

    a. Aspirin dan semua golongan obat-obatan antiinflamasi nonsteroid

    (OAINS)

    Tujuan : terapi awal untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan

    (Suarjana, 2009).

    b. Glukokortikoid

    Steroid dengan prednisone dengan dosis kurang 10 mg/hari.

    Mekanisme kerja : untuk meredakan gejala dan memperlambat

    kerusakan sendi. Pemberian glukokortikoid harus disertai

    pemberian kalsium 1500 mg dan vitamin D 400-800 IU/hari

    (Suarjana, 2009).

    c.

    DMARD (Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs)

    Pemberian DMARD harus mempertimbangkan aspek :

    1) Kepatuhan pasien

    2) Beratnya penyakit

    3)

    Pengalaman dokter

    4) Adanya penyakit penyerta

    Table 2. DMARD yang paling banyak digunakan (Suarjana, 2009).

    DMARD Mekanisme

    kerja

    Dosis Waktu

    timbulnya

    respon

    Efek

    samping

    Hidroksiklor

    -okuin

    (Plaquenil),

    klorokuinfosfat

    Menghambat

    sekresi sitokin,

    enzim lisosomal,

    dan fungsimakrofag

    200-400

    mg p.o.

    per hari

    250 mg

    p.o. per

    hari

    2-6 bulan Mual,

    sakit

    kepala,

    sakitperut,

    myopati,

    toksisitas

    pada

    retina

    Methorexate

    (MTX)

    Inhibitor

    dihidrofolat

    7,5-25

    mg p.o,

    1-2 bulan Mual,

    diare,

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    25/30

    25

    reduktase,

    hambat

    kemotaksis, efek

    anti inflamasi

    IM atau

    SC per

    minggu

    kelemahan

    , ulkus

    mulut,

    gangguan

    fungsi

    hati, dll

    sulfasalazin Menhambat

    respon sel B dan

    hambat

    angiogenesis

    2-3 gr

    p.o. per

    hari

    1-3 bulan Mual,

    diare,

    leukopeni,

    gangguan

    fungsihati, dll

    Azathioprin

    e(Imuran)

    Mengahambat

    sintesis DNA

    50-150

    mg p.o.

    per hari

    2-3 bulan Mual,

    leukopeni,

    sepsis,

    limfoma

    cyclosporine Menghambat

    sintesis IL-2 dan

    sitokin sel T

    lainnya

    2,5-5

    mg/kgBB

    p.o. per

    hari

    2-4 bulan Mual,

    parestesia,

    gangguan

    ginjal,

    hipertensi,

    sepsis, dll

    d. Terapi kombinasi

    Kombinasi terbukti memiliki efikasi terapi yang lebih tinggi

    daripada terapi tunggal. Beberapa kombinasi yang sudah banyak

    diteliti dan memiliki efektivitas yang lebih besar yaitu :

    1) MTX + hidroksiklorokuin

    2) MTX + hidroksiklorokuin + sulfasalazine

    3)

    MTX + sulfasalazine + prednisolon

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    26/30

    26

    4) MTX + leflunomide

    5) MTX + infiximab

    6)

    MTX + etanercept

    7)

    MTX + adalimumab

    8) MTX + anakinra

    9)

    MTX + rituximab

    Terapi kombinasi ini memberikan respon yang lebih baik dan

    efektif dalam menghambat progresivitas penyakit dan kerusakan

    radiografi (Suarjana, 2009).

    e.

    Emas

    Natrium auritiomalat diberikan melalui injeksi IM dengan dosis 50

    mg/minggu sampai terdapat bukti remisi (biasanya setelah

    pemberian 500 mg). pasien yang memberikan respons, interval

    dosis ditingkatkan secara bertahap setiap bulan. Pengobatan bisa

    dilanjutkan sampai mencapai 5 tahun. Diperlukan pemeriksaan

    darah dan urinalisis rutin. Leucopenia dan trombositopenia atau

    proteinuria biasanya bersifat reversible jika pemberian emas

    dihentikan (Rubenstein, David. et al., 2005).

    f. Penatalaksanaan bedah

    Tindakan bedah perlu dipertimbangkan bila :

    1) Terdapat nyeri berat yang berhubungan dengan kerusakan sendi

    yang ekstensif

    2) Keterbatasan gerak yang bermakna atau keterbatasan fungsi

    yang berat3) Ada ruptur tendon

    (Suarjana, 2009).

    Sinovektomi, khususnya pada sendi lutut berguna untuk

    meluruskan kembali dan memperbaiki tendon. Sendi buatan dapat

    dilakukan misalnya pada sendi panggul, lutut, jari-jari tangan.

    Artrodesis mungkin perlu dilakukan pada nyeri atau deformitas

    yang berat (Rubenstein, David. et al., 2005).

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    27/30

    27

    J. Kriteria Remisi

    K. Prognosis

    Perjalanan penyakit dan hasil pengobatan artritis reumatoid pada

    setiap pasien tidak dapat di prediksi. Faktor-faktor yang menjadikan

    prognosis buruk

    1. Poliartritis generalisata (jumlah sendi yang terkena > 20)

    2. LED dan CRP yang tinggi walaupun sudah menjalani terapi

    3.

    Manifestasi ekstraartikuler, misalnya nodul/vaskulitis

    4. Ditemukannya erosi pada radiografi polos dalam kurun waktu 2

    tahun sejak onset

    L. Komplikasi

    Terjadinya penyakitRheumatoid Arthritis (RA)akan meningkatkan

    resiko timbulnya berbagai komplikasi seperti :

    1.

    Osteoporosis

    Osteoporosis merupakan komplikasi yang paling sering

    dialami oleh penderita RA. Hal ini terjadi karena kurangnya

    aktivitas tubuh terutama tulang akibat nyeri yang dirasakan.

    Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh

    penurunan densitas masa tulang dan perburukan mikroarsitektur

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    28/30

    28

    tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah (Sudoyo,

    2009).

    Menurut National Institute of Health (NIH), 2001

    Osteoporosis adalah kelainan tulang, ditandai dengan kekuatan

    tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya

    risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan

    gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang

    (Junaidi, 2007).

    2.

    Carpal Tunnel Sydrome(CTS)

    Carpal tunnel syndrome, atau neuropati saraf medianus di

    pergelangan tangan, adalah kondisi medis di mana saraf median

    dikompresi di pergelangan tangan, menyebabkan parestesia, mati

    rasa dan kelemahan otot di tangan. Bangun di malam hari

    merupakan karakteristik gejala carpal tunnel syndrome (Shiel,

    2006).

    Pengobatan definitif untuk sindrom carpal tunnel adalah

    rilis operasi dekompresi saraf. Metode ini efektif menghilangkan

    gejala dan mencegah kerusakan saraf lebih lanjut, hanya saja

    disfungsi saraf biasanya dalam bentuk statis (konstan) mati rasa,

    atrofi, atau kelemahan yang bersifat permanen (Shiel, 2006).

    Kebanyakan kasus CTS adalah idiopatik (tanpa alasan

    tertentu). Beberapa pasien secara genetik cenderung untuk

    mengembangkan kondisi tersebut. Diagnosis CTS sering

    dihubungkan pada pasien yang memiliki aktivitas yang

    berhubungan dengan nyeri lengan, seperti RA (Shiel, 2006).

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    29/30

    29

    BAB III

    KESIMPULAN

    1. Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi kronik yang

    tidak diketahui pasti penyebabnya yang ditandai dengan poliarthritis

    perifer dan simetris.

    2. Beberapa faktor yang menjadi etiologi dan predisposisi dari

    Rheumatoid Arthritis (RA) adalah faktor genetik, hormon seks, faktor

    infeksi, serta Protein heat shock (HSP).

    3. Pada pasien penderita reumatoid artritis, membran sinovial telah

    mengalami hiperplasia, peningkatan vaskulariasi, dan infiltrasi dari

    sel-sel pemicu inflamasi, terutama sel T CD4+. Untuk menegakkan

    diagnosis dapat berdasarkan kriteria ARA (American Rheumatism

    Association), diagnosa AR ditegakkan jika sekurang-kurangnya

    memenuhi 4 dari 7 kriteria dan kriteria 1 sampai 4 harus ada minimal

    6 minggu.

    4. Penatalaksanaan untuk penyakit Rheumatoid Arthritis (RA) dapat

    berupa tatalaksana non- farmakologis dan farmakologis

    a.

    Non-farmakologis : pendidikan, istirahat, latihan-latihan

    fisik, alat-alat pembantu dan adaptif serta terapi-terapi yang

    lain.

    b. Farmakologis : Obat - obatan antiinflamasi

    nonsteroid, glukokortikoid, DMARD, Terapi kombinasi, emas

    serta tatalaksana bedah.

    5. Komplikasi dari Rheumatoid Arthritis (RA) dapat berupa osteoporosis

    dan Carpal Tunnel Sydrome (CTS). Prognosis penyakit ini buruk

    dengan beberapa faktor menjadi penyebabnya.

  • 5/19/2018 Referat Rheumatoid-Artritis

    30/30

    30

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Braunwald, Eugene, et.al. 2012. 18th Edition Harrisons Principles of Internal

    Medicine. United States of America: The McGraw-Hill Companies

    2. Davey, Patrick. 2005.At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga

    3. Eisenberg RL, Johnson NM. 2003. Comprehensive Radiographic Pathology. Ed

    4. Philadelphia: Mosby Elsevier

    4. Juniaidi, Iskandar. 2007. Osteoporosis. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer

    5. Kasper LK, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, and Jameson JL.

    2005.Harrisons Principles of Internal Medicine. Ed 16. New York: McGraw-

    Hill.

    6.

    Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M.. 2005.Patofisiologi Konsep Klinis

    Proses-proses Penyakit.Jakarta : EGC.

    7. Rubenstein, David., Wayne, David. et al. 2006.Lecture Notes Kedokteran Klinis.

    Jakarta : Erlangga.

    8. Schoellnast H et al. Psoriatic Arthritis and Rheumatoid Arthritis: Findings in

    Contrast-Enhanced MRI.American Journal of Roentgenology(2006) Agustus.

    Vol 187 No. 2351-357.

    9. Shiel,W. C. J.2006. Carpal Tunnel Syndrome.Available at:

    http://www.emedicinehealth.com/carpal_tunnel_syndrome/article_em.htm

    10.Shopia, Enny. 2009.Kenali Rheumatoid Actritis. Available at :

    http://medicastore.com/seminar/95/Kenali_Reumatoid_Artritis_Si_Sistem_Imun_

    yang_tak_lagi_Menjalankan_Fungsinya.html

    11.Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. 2009. Buku

    Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta: FKUI

    12.Suarjana IN. 2009.Artritis Reumatoid. Dalam:Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

    Jilid 3. Ed 5. Jakarta: Interna Publishing.13.Velyn C. Pearce. 2006. Sendi atau persambungan pada kerangka dalam Anatomi

    dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

    14.Bermawan. Penyakit Radang Sendi 2011. Diunduh dari :

    http://naturindonesia.com/artikel-berbagai-penyakit-degeneratif/449-artritis-

    reumatoidhttp://cpddokter.com/home/index.php?option=com_content&task=view

    &id=1670&Itemid=1

    15.Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007.BUKU AJAR PATOLOGI Edisi

    7. Jakarta : EGC

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&ei=_vWgUN7HLImsrAfcxICQCg&hl=id&prev=/search%3Fq%3Dcarpal%2Btunnel%2Bsyndrome%2Badalah%26hl%3Did%26safe%3Doff%26biw%3D1024%26bih%3D463%26prmd%3Dimvns&rurl=translate.google.co.id&sl=en&twu=1&u=http://www.emedicinehealth.com/script/main/art.asp%3Farticlekey%3D81556&usg=ALkJrhj2eEJ06m1CvoDJya7rSs2viyVPswhttp://www.emedicinehealth.com/carpal_tunnel_syndrome/article_em.htmhttp://medicastore.com/seminar/95/Kenali_Reumatoid_Artritis_Si_Sistem_Imun_yang_tak_lagi_Menjalankan_Fungsinya.htmlhttp://medicastore.com/seminar/95/Kenali_Reumatoid_Artritis_Si_Sistem_Imun_yang_tak_lagi_Menjalankan_Fungsinya.htmlhttp://naturindonesia.com/artikel-berbagai-penyakit-degeneratif/449-artritis-reumatoidhttp:/cpddokter.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=1670&Itemid=1http://naturindonesia.com/artikel-berbagai-penyakit-degeneratif/449-artritis-reumatoidhttp:/cpddokter.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=1670&Itemid=1http://naturindonesia.com/artikel-berbagai-penyakit-degeneratif/449-artritis-reumatoidhttp:/cpddokter.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=1670&Itemid=1http://naturindonesia.com/artikel-berbagai-penyakit-degeneratif/449-artritis-reumatoidhttp:/cpddokter.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=1670&Itemid=1http://naturindonesia.com/artikel-berbagai-penyakit-degeneratif/449-artritis-reumatoidhttp:/cpddokter.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=1670&Itemid=1http://naturindonesia.com/artikel-berbagai-penyakit-degeneratif/449-artritis-reumatoidhttp:/cpddokter.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=1670&Itemid=1http://medicastore.com/seminar/95/Kenali_Reumatoid_Artritis_Si_Sistem_Imun_yang_tak_lagi_Menjalankan_Fungsinya.htmlhttp://medicastore.com/seminar/95/Kenali_Reumatoid_Artritis_Si_Sistem_Imun_yang_tak_lagi_Menjalankan_Fungsinya.htmlhttp://www.emedicinehealth.com/carpal_tunnel_syndrome/article_em.htmhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&ei=_vWgUN7HLImsrAfcxICQCg&hl=id&prev=/search%3Fq%3Dcarpal%2Btunnel%2Bsyndrome%2Badalah%26hl%3Did%26safe%3Doff%26biw%3D1024%26bih%3D463%26prmd%3Dimvns&rurl=translate.google.co.id&sl=en&twu=1&u=http://www.emedicinehealth.com/script/main/art.asp%3Farticlekey%3D81556&usg=ALkJrhj2eEJ06m1CvoDJya7rSs2viyVPsw