22
BAB I PENDAHULUAN Setiap melakukan aktivitas fisik khususnya berolahraga selalu dihadapkan kemungkinan cedera dan cedera ini akan berdampak pada gangguan aktifitas fisik. Salah satu anggota tubuh yang paling sering mengalami cedera adalah pada bagian sendi pergelangan kaki. Cedera ini dapat terjadi karena terkilir secara mendadak ke arah lateral atau medial yang berakibat robeknya serabut ligamentum pada sendi pergelangan kaki. Ditiap persendian terdapat serabut-serabut otot yang menghubungkan tulang satu dengan tulang yang lainnya. Serabut otot ini disebut Ligamentum. Cedera yang mengenai pada daerah ligamentum ini sering disebut SPRAIN, sedangkan cedera yang mengenai pada unit musculo tendinous disebut STRAIN. Sprain adalah bentuk cedera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Kerusakan parah pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat berupa nyeri, inflamasi/peradangan, dan pada beberapa kasus terjadi ketidakmampuan menggerakkan tungkai. Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi 1

Referat Strain and Sprain

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat ortopedi dan traumatologi

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

Setiap melakukan aktivitas fisik khususnya berolahraga selalu dihadapkan kemungkinan cedera dan cedera ini akan berdampak pada gangguan aktifitas fisik. Salah satu anggota tubuh yang paling sering mengalami cedera adalah pada bagian sendi pergelangan kaki. Cedera ini dapat terjadi karena terkilir secara mendadak ke arah lateral atau medial yang berakibat robeknya serabut ligamentum pada sendi pergelangan kaki. Ditiap persendian terdapat serabut-serabut otot yang menghubungkan tulang satu dengan tulang yang lainnya. Serabut otot ini disebut Ligamentum. Cedera yang mengenai pada daerah ligamentum ini sering disebut SPRAIN, sedangkan cedera yang mengenai pada unit musculo tendinous disebut STRAIN.Sprainadalah bentuk cedera berupa penguluran atau kerobekan padaligament(jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Kerusakan parah padaligamentatau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat berupa nyeri, inflamasi/peradangan, dan pada beberapa kasus terjadi ketidakmampuan menggerakkan tungkai.Sprainterjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang normal, seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki.Strainadalah bentuk cedera berupa penguluran atau kerobekan pada strukturmuskulo-tendinous(otot dan tendon).Strainakutpada strukturmuskulo-tendinousterjadi pada persambungan antara otot dan tendon.Strainterjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak, seperti pada pelari atau pelompat. Tipe cedera ini sering terlihat pada pelari yang mengalamistrainpada otot-otothamstring-nya. Beberapa kali cedera terjadi secara mendadak ketika pelari dalam langkah penuh. Gejala pada strainotot yang akut bisa berupa nyeri,spasmeotot, kehilangan kekuatan, dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Strain kronisadalah cedera yang terjadi secara berkala oleh karena penggunaan berlebihan atau tekakan berulang-ulang, menghasilkantendonitis(peradangan pada tendon). Sebagai contoh, pemain tennis bisa mendapatkantendonitispada bahunya sebagai hasil tekanan yang terus-menerus dari servis yang berulang-ulang.Walaupun sendi pergelangan kaki merupakan persendian yang tidak begitu besar dalam tubuh, kenyataannya pada sendi pergelangan kaki mudah sekali terserang cedera traumatik. Persendian ini mudah cedera karena kurang mampu melawan kekuatan medial, lateral, tekanan, dan rotasi karena lemahnya otot atau lapisan lemak. Kesemuanya ini terjadi karena adanya perintah gerak untuk merubah secara cepat sedangkan kondisi permukaan tanah tidak memungkinkan, kontak langsung dengan kaki pemain lain juga dapat mengganggu keseimbangan dalam melompat atau mendarat, contoh konkrit sewaktu berolahraga adalah pada permainan basket, voly, bulutangkis, tenis dan sepakbola.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiStrain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung (overloading). Cidera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah, kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi, otot belum siap, terjadi pada bagian groin muscle (otot pada kunci paha), hamstring (otot paha bagian bawah), dan otot quadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cidera memar dan bengkak.Sprain adalah kekoyakan (avulsion) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling sendi, yang disebabkan oleh daya yang tidak semestinya, kebanyakan sprain terjadi pada pergelangan tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki. Pada trauma olahraga (sepak bola) sering terjadi robekan ligament pada sendi lutut. Sendi-sendi lain juga dapat mengalami sprain jika diterapkan daya tekanan atau tarikan yang tidak semestinya tanpa diselingi peredaan.

2.2 Etiologi sprain dan strainSprain dan strain disebabkan oleh trauma langsung atau tidak langsung, misalnya terjatuh atau terbentur, yang menyebabkan sendi tidak pada posisi normal sehingga terjadi tarikan yang berlebihan. Pada kasus berat dapat terjadi rupture ligament. Jaringan lunak terbuat dari kumpulan serat. Otot dan tendon mengandung sel-sel yang memonitor tingkat kontraksi dan peregangan. Dengan aktifitas sehari-hari, otot dan tendon menggunakan kontraksi ringan untuk melawan peregangan yang berlebihan. Namun gerakan mendadak dengan intensitas kuat dapat memberikan tekanan terlalu intens pada jaringan. Serat lalu meregang melebihi kapasitasnya dan robek. Pendarahan dari pembuluh darak akibat perobekan inilah yang menyebabkan ada bengkak.Sprain dan strain sering terjadi ketika seseorang bekerja terlalu berat atau robeknya ligament sering terjadi karena adanya stress yang berulang, sprain sering terjadi pada keadaan berikut: 1. Ankle joint : berjalan atau exercise pada jalan yang tidak rata2. Knee joint : gerakan berputar pada seorang olahragawan3. Wrist joint : terjatuh dengan tangan yang terlebihdahulu menopang beban tubuh4. Thumb : pada olahragawan yang biasa menggunakan raket, misalnya pemain tenis .Strain sering terjadi pada keadaan berikut :1. Tergelincir di atas es2. Berlari, melompat atau melempar3. Mengangkat benda berat atau mengangkat dalam posisi canggung

2.3 EpidemiologiSprain ankle merupakan tipe injury ankle yang paling banyak terjadi pada olahragawan. Sprainadalah overstretchdan kerobekan pada ligamentum. Hampir 85%sprain ankleterjadipada struktur jaringan bagian lateral ankle yaitu ligamentum lateral complex.

2.4 Anatomi ankle jointPergelangan kaki dankaki merupakan anggota ekstremitas bawah yang berfungsisebagai stabilisasi dan penggerak. Di mana terdiri dari 28 tulangdanpaling sedikit 29 sendi,yang mana memiliki fungsi utama sebagai membentuk dasar penyangga, sebagai peredam kejut,dan sebagai penyesuai mobilitas. Struktur Tulang Pada ankle terdiri atas pengelompokan , diantaranya :1. Fore foot, terdiri dari: Ossa metatarsalia dan Ossa phalangea2. Mid foot, terdiri dari: Os. Navicularis, Os Cuboid dan Ossa Cuneiforme.3. Rear foot, terdiri dari: Os, Talus dan Os Calcaneus (Subtalar joint/Talo calcanel joint).

Gambar 1. Pengelompokkan tulang pedis

Struktur sendi ankle :a. Distal Tibio Fibular Joint Merupakan Syndesmosis joint dengan satu kebebasan gerak kecil, membuka dan menutup garpu. Diperkuat anterior dan posterior tibiofibular ligament dan interroseum membrane/ligament. Arthokinematik dan osteokinematik adalah gerak geser dalam bidang sagital sangat kecildan gerak angulasi dalam bidang frontal sebagai membuka dan menutup garpu .b. Ankle Joint ( Talo Crural Joint ) Merupakan hinge joint yang dibentuk oleh cruris ( tibia dan fibula ) dan os. Talus diperkuat oleh ligament tibio fibular ligament sisi superior, juga posterior , inferior dan anterior, Tibiotalar ligament serta posterior, inferior dan anterior Talofibular ligament. Arthrokinematik dan osteokinematiknya adalah gerakan hanya plantar flexi ( ROM : 40 500 hard end feel ), Dorsal fleksi ( ROM : 20-300 elastic end feel ). Traksi terhadap talus selalu kearah distal. Translasi untuk gerak dorsal fleksi kearah posterior dan gerak plantarfleksi kearah anterior.c. Subtalar Joint ( Talo Calcaneal Joint ) Merupakan jenis sendi plan joint, dibentuk oleh os. Talus dan Calcaneus. Diperkuat oleh Talocalcaneal ligament. Arthrokinematik dan osteokinematik adalah gerakan yang terjadi berupa adduksi ( valgus) dan adduksi ( varus ), yang ROM keduanya adalah hard end feel.d. Inter Tarsal Joint Talo Calcaneo Navicular joint, memiliki cekungan permukaan sendi yang kompleks,termasuk jenis sendi plan joint. Diperkuat oleh plantar calcaneonavicular ligament. Calcaneo cuboid joint, merupakan plan joint, bersama alonavicularis membentuk transversetarsal (mid tarsal joint). Diperkuat ligament: Spring ligament, Dorsal talo navicular ligamnet, Bifurcatum ligament, Calcaneo cuboid ligamnet, Plantar calcaneocuboid ligament. Cuneo navicular joint,navicular bersendi dengancuneiforme I, II, III ,berbentuk konkaf.Cuneiforms bagian plantar berukuran lebih kecil , bersama cuboid membentuk transverse arc.Gerak utama ; plantar dorsal fleksi. Saat plantar fleksi terjadi gerak luncur cuneiform keplantar.e. Cuboideocuneonavicular joint, sendi utamanya adalah cuneiform II-cuboid berupa plan joint. Gerak terpenting adalah inverse dan eversi. Saat inverse cuboid translasi ke plantar medial terhadap cuneiform III .f. Intercuneiforms joint, dengan navicular membentuk transverse arc saat inversi-eversi terjadi pengurangan-penambahan arc. Arthrokinematiknya berupa gerak translasi antar os. Tarsal satu terhadap lainnya. g. Tarso Metatarsal Joint. Cuneiforms I-II-III bersendi dengan metatarsal I-II-III, cuboid bersendi dengan metatarsalIV-V, Metatarsal II ke proximal sehingga bersendi juga dengan Cuneiforms I-III, sehinggasendi ini paling stabil dan gerakannya sangat kecil. Arthrokinematiknya berupa traksi gerakMetatrsal ke distal Struktur ligament ankleLigamentum pada ankle jointdapat dibagi dalam beberapa bagian yaitu ligamentumtalonaviculare, ligamentum talocalcaneum lateral, ligamentum talocalcaneum medial, dan ligamentum talocalcaneum posterior. Ligamentum tarsi dorsal termasuk ligamentum bifurcatum dengan serabut ligamentum calcaneocuboid, ligamentum intercuneiform dorsal, ligamentum cuneocuboid dorsal, ligamentum cuboidonaviculare dorsal, ligamentum cuneonavicular dorsal, dan ligamentum calcaneocuboid dorsal. Ligamentum tarsi plantaria menghubungkan masing-masing ossa tarsi pada permukaan plantaris. Ligamentum tersebutmeliputi ligamentum plantar longum yang berjalan dari tuberositas calcanei ke cuboid danossi metatarsal. Ligamentum calcaneinavicular plantar atau spring ligamentum sangat pentinguntuk stabilisasi kaki. Pars medial ligamentun plantar longum, ligamentum calcaneocuboideum plantar merupakan bagian yang sangatpenting.Selain itu juga terdapat ligamentum cuneonavicular plantar, ligamentum cuboideonavicular plantar, ligamentum intercuneiform plantar, ligamentum cuneocuboid plantar dan ligamentum interrosea yaitu ligamentum cuneocuboideum interossum dan ligamentum intercuneiform interrosea. Pada ligamentum antara tarsal dan metatarsal terdapatligamentum tarsometatarso dorsal, ligamentum tarsometatarso plantar dan ligamentumcuneometatarsal interrosea. Diantara ossa metatarsal terdapat ligamentum metatarsalinterrosea dorsal dan plantar yang terletak pada basis metatarsal. Ligament pada lateral kaki antara lain adalah ligamentum talofibular anterior yang berfungsi untuk menahan gerakan kearah plantar fleksi. Ligamentum talofibular posterior yang berfungsi untuk menahangerakan kearah inverse. Ligamentum calcaneocuboideum yang berfungsi untuk menahangerakan kearah plantar fleksi. Ligamentum talocalcaneus yang berfungsi untuk menahangerakan kearah inversi dan ligamentum calcaneofibular yang berfungsi untuk menahangerakan kearah inversi.

Gambar 2. Struktur anatomi ankle joint

2.4 Mekanisme cideraTerkilir pada pergelangan kaki biasanya disebabkan oleh gerakan ke sisi luar/samping (lateral) atau ke sisi dalam/tengah (medial) dari pergelangan kaki yang terjadi secara mendadak. Terkilir secara inversi yaitu kaki berbelok dan atau membengkok ke dalam dan terbalik. Tipe ini merupakan cedera yang paling umum terjadi pada pergelangan kaki. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tulang penstabil pada sisi sebelah samping yang mengakibatkan tekanan pada kaki menjadi terbalik. Jika kekuatan tersebut cukup besar, pembengkokan dari pergelangan kaki terjadi sampai medial malleolus kehilangan stabilitasnya dan menciptakan titik tumpu untuk lebih membalikkan pergelangan kaki.Ketika serabut otot ligamentum untuk eversi tidak cukup kuat untuk menahan atau melawan kekuatan inversi, maka serabut ligamentum sisi sebelah samping menjadi tertekan atau robek.Biasanya terkilir pada kaki bagian samping meliputi satu atau dua robekan pada serabut ligamentum. Jika satu ligamentum robek, biasanya termasuk juga ligamentum calcaneal fibular akan robek pula.Tekanan yang kuat pada tumit menekan kaki menjadi inversi, membuatnya lebih mungkin untuk terjadi sprain pada sisi sebelah luar/samping. Kebalikannya, kaki yang pronasi, kelebihan gerakan atau adanya tekanan dari telapak kaki sisi sebelah dalam/tengah secara longitudinal lebih memungkinkan untuk terjadi eversi sebagai salah satu pola sprain pada pergelangan kaki.Cedera sprain pada pergelangan kaki dengan pola eversi lebih jarang terjadi daripada cedera sprain dengan pola inversi. Mekanisme yang biasa terjadi adalah olahragawan yang tiba-tiba menapakkan kakinya pada lubang di lapangan olahraga. menyebabkan kaki tergerak dengan paksa dan menanamkan kaki pada gerakan yang eksternal. Dengan mekanisme ini ligamentum anterior tibiofibular, ligamentum interosseous, dan ligamentum deltoid menjadi robek. Dengan perobekan pada ligamentum tersebut menyebabkan talus bergerak secara lateral, terutama mengakibatkan degenerasi pada persendian, dan juga berakibat adanya ruangan abnormal antara medial malleolus dan talus

2.4 Gejala klinik Pada sprain dan strain memiliki gejala klinik :1. Pada sprain : nyeri, bengkak, memar, keterbatasan melakukan gerakan pada sendi yang cedera, 2. Pada strain : nyeri, bengkak, spasme otot, keterbatasan pergerakan pada otot yang cederaSemua tanda-tanda di atas akan mempengaruhi pada daerah yang cedera. terkilir atau keseleo paling sering terjadi pada bagian ankle/pergelangan kaki, pergelangan tangan, dan ruas2 jari.

Gambar 3. Strain dan sprain

2.5 Tingkat cideraSpraindanstrainlevel akut dapat dikategorikan menurut tingkat keparahan : Tingkat I sejumlah serat robek dan anggota tubuh yang terkena cidera terasa sedikit sakit dan bengkak, tapi fungsi dan kekuatan dari anggota tubuh tersebut tidak berkurang. Tingkat II serat yang robek lebih banyak dan area cidera terasa lebih sakit dan bengkak, dengan pengurangan fungsi dan kekuatan. Tingkat III jaringan lunak robek seluruhnya, dengan pengurangan fungsi dan kekuatan secara signifikan. Tingkat III seringkali membutuhkan tindakan operasi.

Gambar 4. Grade cidera2.6 Tes dan diagnostikUntuk menentukan diagnosa, dilakukan anamnesis bagaimana mekanisme trauma tersebut, dari pemeriksaan fisik dapat dilihat adanya pembengkakan atau memar pada daerah yang dicurigai mengalami cidera, bias dilakukan palpasi untuk lebih mengspesifikkan lokasi nyeri. X-ray dapat membantu menyingkirkan kemungkinan fraktur atau cedera tulang lainnya sebagai sumber masalah. Magnetic resonance imaging (MRI) juga dapat digunakan untuk membantu mendiagnosa tingkat cedera.

2.7 Penatalaksanaan Beberapa langkah sebagai tindakan pertolongan pertama bila mengalamisprainataustrainadalah: REST (istirahat)Tindakan Rest artinya pasien harus mengistirahatkan dan melindungi wilayah otot yang cedera. Jika terasa sakit saat menahan beban, gunakanlah penopang, dan jika terasa sakit untuk menggerakan bagian yang cedera, lindungi dengan splint atau kayu belat.Kurangi aktifitas sehari-hari sebisa mungkin. Jangan menaruh beban pada tempat yang cedera selama 48 jam. Dapat digunakan alat bantu seperticrutch(penopang/penyangga tubuh yang terbuat dari kayu atau besi) untuk mengurangi beban pada tempat yang cedera. Aktivitas yang berlebih pada bagian tubuh yg terkena akan memicu terjadinya komplikasi lebih lanjut, misal ligamen yang robek akan semakin parah, bahkan seringkali terkilir disertai pula dengan fraktur/patah/retak pada tulang.

ICEs (kompres es)Kompres dingin atau es akan menghasilkan vasokontriksi untuk mengurangi pembengkakan dengan meletakkan di bagian yang terluka selama 2-3 menit tiga kali sehari dalam 24 jam pertama. kita harus menempatkan kain di atas daerah yang cidera dengan kantong es untuk menghindari luka akibat suhu rendah. Terapi dengan kompres dingin ini harus dimulai dengan segera dan diteruskan sampai 24-36 jam setelah luka terjadi

Gambar 5. Penaanganan strain dan sprain dengan kompres es

COMPRESS ( Kompres atau penekanan pada daerah yang cedera)Tindakan Compress artinya menekan bagian yang mengalami cedera dengan menggunakan perban khusus (ace bandage). Perban ini di harapkan juga dapat mengikatkan kantong es di tempatnya dan tetap di lanjutkan setelah terapi dingin ingin menghindari serta mengurangi pembengkakan. Meskipun balutan ini harus rapi, pastikan bahwa perban ini tidak terlalu ketat karena dapat menimbulkan mati rasa, geli atau bahkan menambah rasa sakit.

Gambar 6. Kompresi cidera

ELEVATION ( Posisi )Pada tindakan Elevation, pasien sebisa mungkin harus mengangkat bagian cedera lebih tinggi di atas jantung atau dada selama 24-36 jam pertama untuk memudahkan kembalinya darah dan untuk mengurangi pembengkakan. Misalnya jika yang cedera lutut, upayakan pasien dalam posisi tidur kemudian lutut diangkat atau ditopang dengan alat supaya posisinya lebih tinggi dari jantung. Teknik ini mengacu pada prinsip bejana berhubungan dan berguna untuk mengurangi pembengkakan pada bagian cedera. Hindari aktifitas olahraga, konsumsi alcohol dan pijat atau urut area cidera karena dapat memperburuk pembengkakan.Penatalaksanaan sprain dan strain tergantung pada sendi yang terlibat dan keparahan cedera.PengobatanUntuk sprain ringan dan strain, dpat diberi pereda over-the-counter nyeri seperti ibuprofen (Advil, Motrin IB, dll) atau acetaminophen (Tylenol).TerapiDalam kasus sprain ringan atau sedang, penatalaksanaan menggunakan kompres es ke daerah sesegera mungkin untuk meminimalkan pembengkakan. OperasiDalam beberapa kasus, seperti dalam kasus robek ligamen atau otot, operasi dapat dipertimbangkan

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjad, Chairuddin. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Edisi 3. Penerbit Yarsif Watampone: Makassar; 2007.2. AAOS. Sprain and strain [series online] 2015 [October 2007]. Available from: URL: http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A001113. Anonym. Disease and condition sprain and strain [series online] 2015 [Jan. 24, 2015]. Available from: URL: http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sprains-and-strains/basics/treatment/con-200209584. Prionoadi B. pengelolaan cidera sprain tingkat II [series online] 2015. Available from: URL: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131453189/Sprain%20II%20Ankle.pdf 5. Peterson, L., dan Renstrom, P., (1990). Sports Injuries: Their Prevention and Treatment. London: CIBA-GEIGY. 15