101
REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA(1966-1998) Skripsi Oleh: AHMAD AINUT TAUFIQ 1112032100003 PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

  • Upload
    vophuc

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

REGULASI PEMERINTAH

ORDE BARU TERHADAP AGAMA

KHONGHUCU DI INDONESIA(1966-1998)

Skripsi

Oleh:

AHMAD AINUT TAUFIQ

1112032100003

PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019

Page 2: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP

AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA (1966 – 1998)” telah diujikan dalam sidang

munaqasah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus

pada 22 Oktober 2018 di hadapan dewan penguji. Skripsi ini diterima sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) pada Jurusan Studi Agama-Agama.

Jakarta, 28 Januari 2019

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Sekretaris

Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA

NIP 19751019 200312 1 003 NIP 19590413 199603 1 001

Anggota

Penguji I Penguji II

Di bawah bimbingan

Prof. Dr. H. M. Ridwan Lubis

NIDK 8821280018

Page 3: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA KHONGHUCU DI

INDONESIA (1966 – 1998)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh:

Ahmad Ainut Taufiq

NIM: 1112032100003

Di bawah Bimbingan:

Prof. Dr. H. M. Ridwan Lubis

NIDK. 8821280018

PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018 M

Page 4: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ahmad Ainut Taufiq

NIM : 1112032100003

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Regulasi Pemerintah

Orde Baru Terhadap Agama Khonghucu di Indonesia (1966-1998)” adalah

benar merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat

dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini

telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan

proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika

ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang

lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan semestinya.

Jakarta, 15 Oktober 2018

Ahmad Ainut Taufiq

1112032100003

iv

Page 5: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

ABSTRAK

Ahmad Ainut Taufiq Judul Skripsi : Regulasi Pemerintah Orde Baru Terhadap Agama Khonghucu Di Indonesia (1966-1989) Negara menjamin kebebasan memeluk agama menurut kepercayaan masing-masing. Hal ini dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Pasal 28 E ayat (1) menjelaskan bahwa setiap orang bebas memeluk dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Didalam falsafah bangsa sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, hal ini memperlihatkan bahwa masyarakat Indonesia menjunjung tinggi nilai ketuhanan.

Kajian pokok penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana Regulasi Pemerintah Orde Baru Terhadap Agama Konghucu serta dampak kebijakan tersebut. Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian ini adalah keluarnya Regulasi Pemerintah Orde baru terhadap Agama Konghucu serta bagaimana dampak kebijakan tersebut terhadap Agama Khonghucu di Indonesia.

Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Orde Baru yang di nilai mengandung makna diskriminatif terhadap kelompok tertentu dalam hal ini agama Khonghucu. sedangkan objek kajiannya adalah Regulasi Pemerintah Orde Baru terhadap Agama Konghucu Di Indonesia (1966-1998) mengunakan metode kualitatif dengan menggunakan studi kepustakaan. Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu dengan pendekatan fenomenologis dan pendekatan historis.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Orde Baru terhadap Agama Konghucu di Indonesia di nilai sangat diskriminatif, dampaknya sehingga kebebasan agama Konghucu di ruang publik di batasi aktivitasnya.

Kata kunci: Regulasi, Orde Baru, Agama Khonghucu.

v

Page 6: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat serta berkahnya sehingga penulis telah menyelesaikan skripsi

ini. Dalam pengantar skripsi ini penulis hendak memberikan serangkaian terima

kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu penulisan

menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat menempuh Strata 1 (S1) ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ushuluddin Prof. Dr. Masri

Mansoer dan Kajur Bapak Media Zainul Bahri, MA serta Sekjur Ibu Halimah,

Jurusan Studi Agama-Agama atas semua bimbingan dari beliau menyelesaikan

tahap demi tahap mengajukan proposal hingga berlanjut dengan penulisan skripsi.

Berikutnya terima kasih sedalam-dalamnya saya tunjukan kepada

Pembimbing Skripsi, Bapak Prof. Dr. H.M. Ridwan Lubis, MA yang senantiasa

mengarahkan serta membimbing sampai terselesaikannya skripsi ini, tanpa ada

bimbingan serta arahan dari beliau penulis belum tentu bisa menyelesaikan

skripsi.

Ungkapan terima kasih setulus hati juga tak lupa penulis sampaikan kepada

kedua orang tua, yang tidak ada henti-hentinya mendidik penulis karena dari

didikan kedua orang tua penulis bisa menempuh pendidikan sampai jenjang S1,

bahwa Bapak AH. Mizan dan Ibu Masri’ah selalu mendidik penulis dengan penuh

kesederhanaan dan rendah hati, mendorong secara moril maupun materil sehingga

semangat penulis untuk bias berbakti dan bias membahagiakannya menjadikan

candu dalam menjalani masa depan serta cita-cita sebagai anak terdepan yang bias

mengangkat nama baik keluarga.

Tidak lupa juga penulis sampaikan terima kasih kepada senior-guru serta

orang tua kedua penulis, Bapak Firman Seobagyo SE, MH. DPR RI Komisi II dan

Bupati Pati, Bapak Haryanto SH, MM, MSi yang selalu mengarahkan serta

membimbing penulis dalam menjalankan kesibukannya di luar kuliah. Kedua

tokoh Kabupatan Pati ini yang selalu menjadi panutan langkah pengabdian

vi

Page 7: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

penulis, serta tak lupa jajaran IKKP Jakarta (Ikatan Keluarga Kabupaten Pati);

FORMASI PATI (Forum Koordinasi Mahasiswa Pati Se-Jabodetabek); IMPSI

(Ikatan Mahasiswa Pati Se-Indonesia).

Kepada Sri Endah Sariningsih, S.Pd, yang telah menemani, membantu,

memberikan motivasi serta nasehat, kasih sayang, kesabaran, dan selalu menekan

serta mengingatkan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Tak

lupa juga rekan-rekan seperjuangan, Faridur Rahman, Kholis, Nadhif, Abdillah,

Adi, Rifai, Ardin, Wakid (UI), Tomy, Arga, Jihan, Angga, (STAN), Puguh,

Anggit, Zaenuri, Saik, Habib (IPB), Ketua Umum Mahasiswa Pati, Jakarta,

Bandung, Jogja, Solo, Salatiga, Semarang, Malang, Surabaya, dan Pati. Tak lupa

kepada Presma IPMAFA PATI, Presma STAIP PATI, Presma STIMIK PATI,

KMF Jakarta Wiwit Piko, Iqbal, Cecep, Wafa, Akib, KPA (Keluarga

Perbandingan Agama), Jamil, Guruh, Ijank, Mardi, Gilang, Eky, Lia, Sairi, dan

lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu. Dema Universitas Syarif

Hidayatullah Jakarta 2016, Darda, Ova, Abun, Pasha, Bama, Khotib, Irvan,

Gunawan, Niha, Jaja, Awalludin, Irfan, Baharrudin dan Keluarga Compass

Center.

Dalam perjalanan Intelektual di Program Studi Agama-Agama penulis

banyak termotivasi dari kawan-kawan Angkatan 2012, kepada MATAKIN dan Js.

Sugiandi Surya Atmaja yang telah memberikan informasi serta refensi sehingga

penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lulus di waktu yang tepat.

Jakarta, Januari 2019

Penulis

vii

Page 8: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

viii

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...............................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................iii

LEMBAR PERNYATAAN ..............................................................................iv

ABSTRAK .........................................................................................................v

KATA PENGANTAR .......................................................................................vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................7

C. Pembatasan Masalah ...............................................................................8

D. Rumusan Masalah ...................................................................................8

E. Tujuan Penelitian.....................................................................................9

F. Kajian Terdahulu .....................................................................................10

G. Kajian Teoretis ........................................................................................11

1. Teori Pemerintahan ...........................................................................11

a. Pengertian Pemerintahan Secara Umum .....................................11

b. Pengertian Pemerintahan dalam Agama Khonghucu ..................13

2. Teori Kebijakan Publik .....................................................................14

a. Pengertian Kebijakan ..................................................................14

b. Pengertian Kebijakan Publik .......................................................16

3. Teori Orde Baru ................................................................................17

4. Teori Agama Khonghucu ..................................................................18

a. Pengertian Agama Khonghucu....................................................18

H. Metodologi Penelitian .............................................................................20

1. Jenis Penelitian ..................................................................................20

2. Teknik Pengumpulan Data ................................................................20

3. Pendekatan Penelitian .......................................................................21

I. Manfaat Penelitian...................................................................................22

J. Sistematika Penulisan ..............................................................................22

BAB II KEBERADAAN AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA .........24

Page 9: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

ix

A. Kedudukan Khonghucu: Agama dan Budaya .........................................24

B. Ajaran Agama Khonghucu ......................................................................29

1. Ajaran tentang Tuhan Yang Maha Esa .............................................34

2. Thian Li .............................................................................................35

3. Thian Ming ........................................................................................35

4. Ajaran tentang Keimanan ..................................................................36

5. Ajaran tentang Hidup Sesudah Mati .................................................37

C. Perkembangan Umat Khonghucu di Indonesia .......................................38

D. Tantangan yang Dihadapi Umat Khonghucu ..........................................47

BAB III REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA

KHONGUCU DI INDONESIA (1966-1988) ...................................................53

A. Ketetapan MPRS RI Nomor XXVII/MPRS/1966 ..................................53

B. Intruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, Tentang Agama, Kepercayaan,

dan Adat Istiadat Cina yang Melarang Segala Aktivitas Berbau Tionghoa

.................................................................................................................56

C. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 6 Tahun 2000, Tentang

Pencabutan Instruksi Presiden No. 14 Tahun 1967 Tentang Agama,

Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina ......................................................58

BAB IV DAMPAK KEBIJAKAN DISKRIMINASI TERHADAP AGAMA

KHONGHUCU ..................................................................................................61

A. Administrasi Kependudukan ...................................................................61

B. Kelembagaan Agama Khonghucu...........................................................66

C. Keberadaan Agama Khonghucu dalam Organisasi Pemerintah .............78

D. Alasan Orde Baru Mengeluarkan Agama Khonghucu dari Agama yang

Dilayani Pemerintah ................................................................................82

E. Tanggapan Umat Khonghucu terhadap Kebijakan Pemerintah ..............84

BAB V PENUTUP .............................................................................................87

A. Kesimpulan .............................................................................................87

B. Saran ........................................................................................................88

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................90

Page 10: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Memeluk suatu agama adalah salah satu bentuk Hak Asasi Manusia. Hal

tersebut dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, pasal 28 E ayat (1) menjelaskan bahwa setiap orang bebas

memeluk dan beribadat menurut agamanya.1Indonesia yang terbentang dari

Sabang hingga Merauke menunjukkan keberagaman kekayaan yang sangat luar

biasa. Suku bangsa, ras, agama dan budaya menjadikan sebuah kekuatan yang

besar bagi negara Indonesia. Dalam ideologi bangsa, sila pertama yang berbunyi

“Ketuhanan Yang Maha Esa” memperlihatkan betapa masyarakat Indonesia

yang menjunjung tinggi adanya ketuhanan.

Agama merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan bahkan

sebagai pedoman/pegangan yang pasti bagi suatu individu dalam menjalani

kehidupan. Oleh karena itu, keberagaman agama perlu dipahami mengingat

pentingnya arti toleransi antar sesama umat manusia demi terciptanya kehidupan

yang rukun dan damai.

Pergantian Orde Baru ke Era Reformasi, melalui Undang-Undang Nomor

20 Tahun 1999, meratifikasi Kovenan Internasional tentang Penghapusan

Diskriminasi Rasial. Akibatnya memang terjadi perubahan yang signifikan

dalam hal eksistensi warga keturunan Tionghoa. Ratifikasi ini merupakan

1Lihat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pasal 28 E ayat (1).

1

Page 11: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

2

langkah lanjutan yang ditempuh Habibie setelah sebelumnya ia sempat membuat

pengakuan dan penyesalan tentang Peristiwa Mei 1998.2

Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang menggantikan Habibie pada tahun

1999, pada tahun 2000 mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000

yang memperbolehkan orang Tionghoa menjalankan segala bentuk ekspresi

kebudayaan Tionghoa, termasuk mempelajari bahasa Mandarin beserta

aksaranya. Bukan hanya itu, perayaan Imlek juga dinyatakan sebagai hari libur

nasional.3

Dalam perspektif historis, Agama Khonghucu masuk ke Indonesia

berdasarkan bukti-bukti sejarah dapat diketahui bahwa hubungan antara

Tiongkok dan Indonesia sudah terjadi pada zaman prasejarah sehingga mencapai

akulturasi yang relatif sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa kedatangan orang-

orang Tiongkok ke-Nusantara diterima secara terbuka. Oleh karena itu sejak

tahun 136 S.M Agama Kongfusius ditetapkan sebagai agama negara, maka

orang-orang Cina yang datang ke Indonesia pada masa-masa sesudahnya juga

membawa sistem budaya dan religi Konfusianisme, yang di Indonesia dikenal

dengan sebutan Khong Hu Cu. Para perantau Cina ini menyebar di beberapa

kepulauan Nusantara, dan mendirikan lembaga-lembaga agama seperti rumah

abu untuk menghormati arwah leluhur dan kelenteng-kelenteng. Demikianlah, di

Ujung Pandang, Manado, Jakarta, Tuban, Rembang, Lasem dan sebagainya

2I. Wibowo dan Thung Jua Lan, Setelah Air Mata Kering, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010) h. 169 – 170.

3I. Wibowo dan Thung Jua Lan, Setelah Air Mata Kering, h. 170.

Page 12: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

3

dapat ditemukan kelenteng-kelenteng yang usianya sudah sangat tua.4 Pada

zaman penjajah perkembangan agama khongfusius di Indonesia ditandai dengan

berdirinya beberapa organisasi yang berusaha untuk memejukan agama tersebut

dikalangan para pemeluknya pada tahun 1918 berdiri sebuah lembaga

khonghucu yang disebut dengan Khong Kauw Hwee, yang pada tahun 1925

mendirikan sebuah lembaga agama. Untuk mempersatukan paham konfusius di

Indonesia dilakukan Konferensi-konferensi yang diselenggarakan di beberapa

kota seperti Yogyakarta dan Bandung dan sebagainya. Akan tetapi, dengan

meletusnya perang dunia II dan masuknya Jepang di Indonesia, kegiatan-

kegiatan Khong Kauw Hwee secara nasional menjadi praktis berhenti.

Setelah zaman kemerdekaan lembaga-lembaga agama Khonghucu yang

pada masa sebelumnya yang hampir lumpuh mulai memperlihatkan

keaktifannya kembali. Dalam konferensi yang diselenggerakan di Solo pada

tahun 1954 diputuskan untuk membangkitkan kembali organisasi Khong Kauw

Hwee yang pernah dibentuk pada tahun1923. Konferensi berikutnya yang

dilakukan di kota yang sama tepatnya di Solo membentuk sebuah lembaga

tertinggi agama Khonghucu di Indonesia dengan nama “Perserikatan Kung

Chiao Hui Indonesia (PKCHI)”. Terbentuknya organisasi ini menandakan awal

babak baru dalam sejarah agama Khonghucu di Indonesia.

Dalam kongresnya keempat diselenggarakan padatahun 1961, PKCHI

memutuskan untuk mengirim utusan menghadap Menteri Agama R.I pada waktu

itu untuk memohon bahwa agama Khonghucu diakui dalam Kementerian

4Simuh, “Agama Khonghucu,” dalam Mukti Ali, Edisi., Agama-Agama Dunia (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1998, Cet. Pertama), h. 229.

Page 13: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

4

Republik Indonesia, di samping merubah nama PKCHI menjadi Agama Sang

Khonghucu Indonesia” disingkat LASKI. Namun nama tersebut tidak lama

kemudian di ubah menjadi “Gabungan Perkumpulan Agama Khonghucu

Indonesia” di singkat GAPAKSI pada tahun 1963. Satu tahun berikutnya

diselenggarakan Musyawaroh Nasional Rohaniawan 1 Agama Khonghucu di

Ciamis, yang membahas tata cara Agama dan penyeragamannya diseluruh

Indonesia. dalam kongres yang kelima tahun 1964 nama GAPAKSI di ubah

menjadi “Gabungan Perhimpunan Agama Khonghucu se- Indonesia” dengan

singkatan yang sama. Tetapi tiga tahun kemudian nama GAPAKSI di ubah

kembali menjadi “ Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia” disingkat

MATAKIN sampai sekarang.5

Dalam Perspektif Regulasi Negara, pada masa Orde Lama keberadaan

agama Khonghucu diakui seperti tercantum dalam UU No 1/Pn.Ps/1965

menyatakan bahwa agama-agama yang banyak pemeluknya di Indonesia antara

lain Islam,Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan Khonghucu.6 Agama

Khonghucu sempat mengalami hambatan dalam perkembangannya namun pada

masa pemerintahan Orde Baru, agama Khonghucu dilarang oleh

pemerintah,sehingga aktivitas keagamaan umat Khonghucu menjadi terhambat.

Diskriminasi umat Khonghucu mulai dirasakan dengan diterbitkannya Instruksi

Presiden Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Agama, Kepercayaan,dan Adat Istiadat

Cina yang melarang segala aktivitas berbau Tionghoa, Intruksi Presiden

Republik Indonesia No.14 Tahun 1967 menimbang: agama kepercayaan dan

5Simuh, “Agama Khonghucu,” h. 229 – 230. 6Lihat UU No 1/Pn.Ps/1965.

Page 14: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

5

adat istiadat Cina di Indonesia yang berpusat di leluhurnya, yang dalam

manifestasinya dapat menimbulkan pengaruh psikologis, mental dan moral yang

kurang wajar. Presiden mengintruksikan Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri

dan segenap badan alat pemerintah pusat maupun daerah utuk melaksanakan

kebijakan pokok mengenai agama kepercayaan dan adat istiadat Cina sebagai

berikut: Pertama,tanpa mengurangi jaminan keleluasaan memeluk agama dan

menunaikan ibadahnya, tata cara ibadat Cina yang memiliki aspek afinitas

culturil yang berpusat pada negeri leluhurnya, pelaksanaannya harus dilakukan

secara intern dalam hubungan keluarga atau perorangan; Kedua, perayaan-

perayaan pesta dan adat istiadat Cina dilakukan secara tidak menyolok di depan

umum, melainkan dilakukan dalam lingkungan keluarga; Ketiga:penentuan

kategori agama dan kepercayaan maupun pelaksanaan cara-cara ibadat agama,

kepercayaan dan adat istiadat Cina di atur oleh Menteri Agama setelah

mendengar pertimbangan Jaksa Agung (PAKEM); Keempat, pengamanan dan

penertiban terhadap pelaksanaan kebijaksanaan pokok ini diatur oleh Menteri

Dalam Negeri bersama-sama Jaksa Agung; Kelima, intruksi ini mulai berlaku

pada hari di tetapkan pada tanggal 6 Desember 1967 (terhadap warga Indonesia

sehingga merupakan hambatan asimilasi, perlu diatur serta di tempatkan

fungsinya pada proporsi yang wajar.7

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 447/74054/BA.01.2/4683/95

Tanggal 18 November 1978 yang menyebutkan bahwa agama yang diakui oleh

pemerintah adalah Islam, Kristen, Khatolik, Hindu dan Buddha. Maka mulai saat

7Lihat Intruksi Presiden Republik Indonesia No 14 Tahun 1967.

Page 15: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

6

itu agama Khonghucu mulai tidak jelas keberadaan statusnya di Indonesia, hal

ini menyebabkan penganut agama Khonghucu pindah ke agama lain seperti

Kristen, Khatolik dan Buddha.8

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai

suku bangsa, budaya, bahasa dan agama yang berbeda-beda. Kedatangan mereka

ke Indonesia menjadi sebuah proses alami yang akhirnya membuat mereka

memutuskan untuk menetap di Indonesia.

Nampak bahwa agama Khonghucu di Indonesia memiliki kegiatan-

kegiatan yang tidak pernah berhenti sejak awal kedatangannya di Indonesia.

berbeda dengan kebanyakan agama di Indonesia. Karena agama Konghucu

hanya memiliki satu naungan organisasi yang sangat kuat dan solid selain itu,

fasilitas yang cukup menjadikan agama Khonghucu tetap hidup meskipun

beberapa terpaan dari luar yang mengakibatkan agama ini fakum namun bisa di

perbaiki sehingga bisa berkembang sampai sekarang. 9

Dari paparan latar belakang diatas, maka penulis akan mengkaji

“Regulasi Pemerintah Orde Baru Terhadap Agama Khonghucu Di

Indonesia (1966-1998)”.

8Lihat Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 447/74054/BA.01.2/4683/95 Tanggal 18 November 1978.

9Simuh, “Agama Khonghucu”, h. 230.

Page 16: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

7

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah diperlukan untuk memperjelas permasalahan

penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Warga Negara Indonesia merupakan warga negara yang terdiri dari

berbagai suku bangsa, budaya, bahasa dan agama yang berbeda-beda.

2. Pada masa orde baru, hak untuk hidup etnis Tionghoa di Indonesia sangat

dibatasi oleh pemerintah. Dapat dilihat dalam Instruksi Presiden Nomor

14 Tahun 1967 Tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina

yang melarang segala aktivitas berbau Tionghoa sehingga segala macam

kegiatan ibadah tidak bisa sembarangan dilakukan ditempat ibadah

mereka hanya bisa menjalankan diruang lingkup keluarganya (didalam

rumah).

3. Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 yang memperbolehkan orang

Tionghoa menjalankan segala bentuk ekspresi kebudayaan Tionghoa

yang dikeluarkan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

4. Kebijakan Pemerintah setelah tahun 2006 dengan keluarnya Surat Menag

kepada Mendagri dan Mendiknas tanggal 24 Februari 2006, surat ini

keluar sebagai tindaklanjut dari surat Menteri Agama, yang mana

ditunjukkan kepada gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia.

Page 17: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

8

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka ruang lingkup masalah

hanya dibatasi sebagai berikut:

1. Negara Indonesia sangat menjunjung tinggi adanya perbedaaan.

2. Segala bentuk aktivitas yang berbau Tionghoa dilarang di ruang publik,

hanya bisa dijalankan diruang lingkup keluarganya (di dalam rumah).

3. Kebebasan etnis tionghoa menjalankan aktivitasnya diruang publik.

4. Institusi negara melayani warga agama Konghucu yang ingin mempunyai

kartu keluarga, kartu tanda penduduk, serta mencatatkan pernikahannya.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka

penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana regulasi pemerintahan pada era orde baru (1966-1998)

terhadap Agama Khonghucu di Indonesia?

2. Apa dasar kebijakan Pemerintahan Orde Baru terhadap Agama

Konghucu pada era Orde Baru?

3. Bagaimana dampak regulasi Pemerintahan pasca Orde Baru terhadap

penganut Agama Konghucu di Indonesia?

Page 18: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

9

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Pemerintah orde baru mengeluarkan regulasi, Inpres, Keppres dan surat

edaran melalui beberapa kementerian untuk menutup ruang gerak Agama

Konghucu di Indonesia.

2. Dasar kebijakan Pemerintah Orde Baru terhadap Agama Konghucu

adalah pada tahun 1965 umat konghucu dianggap pro terhadap organisasi

terlarang Partai Komunis Indonesia meskipun sampai saat ini tidak ada

satupun yang bisa membuktikan bahwa Agama Konghucu atau Etnis

Tionghoa terlibat dalam kerusuhan G30S. Sedang yang kedua, Agama

Konghucu dianggap pro dengan Pemerintah Cina.

3. Dampak regulasi Orde Baru terhadap Agama Konghucu di Indonesia,

umat Konghucu mengalami trauma yang sangat mendalam, salah satu

bukti bahwa umat Konghucu mengalami trauma ialah hampir dalam

masa Orde Baru Etnis Tionghoa tidak ada satupun orang tua yang

mengarahkan anak-anaknya untuk mengambil jurusan politik dan

pemerintahan. Kedua mereka mengalami penyakit asosial yang

diperspsikan didalam lingkungan masyarakat. Ketiga segala aktifitas

ibadah dan budaya yang berbau Cina dilarang dan dibatasi ruang

geraknya.

Page 19: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

10

F. Kajian Terdahulu

Sebelum melakukan penelitian tentunya peneliti mencari terlebih dahulu

penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai Regulasi

Pemerintahan Orde Baru terhadap Agama Khonghucu di Indonesia, agar

memiliki dasar pemikiran yang cukup kuat. Dengan pertimbangan tersebut,

maka peneliti menuliskan berbagaipenelitian yang telah dilakukan sebelumnya

antara lain:

Pertama, Politik Hukum Pemerintahan Indonesia Terhadap Agama

Khonghucu Era Orde Baru Hingga Era Reformasi (1967-2014). Merupakan

penelitian tesis yang ditulis oleh Sugiandi Surya Atmaja, Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Jurusan Perbandingan Agama Tahun 2015. Tesis ini

menjelaskan bagaimana perjalanan Agama Khonghucu dari tahun 1967 hingga

tahun 2014.

Kedua, sejarah agama Khonghucu dari masa Orde Baru sampai Masa

Reformasi hingga perkembangannya setelah diakui sebagai agama di Indonesia

dengan menggunakan metode deskriptif analisis yang di tulis oleh Gunawan

Saidi mahaiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Perbandingan Agama tahun

2009. Skripsi ini menjelaskan sejarah agama Khonghucu dari masa Orde Baru

sampai masa Reformasi hingga perkembangannya setelah diakui sebagai agama

di Indonesia.

Ketiga, Dampak Perkembangan Agama Khonghucu Pasca Reformasi

(Studi Kasus Pindah Agama Umat Budha di Tangerang). Penelitian oleh Sabar

Sukarno, S.Ag., M.Pd.B., M.M. Menjelaskan bagaimana dampak perkembangan

Page 20: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

11

Agama Khonghucu terhadap agama Buddha di Tangerang dalam aspek pemeluk

agama, tempat ibadah, organisasi, dan sosial.

G. Kajian Teoretis

1. Teori Pemerintahan

a. Pengertian Pemerintahan Secara Umum

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) pengertian pemerintah

adalah sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur kehidupan

sosial, ekonomi dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya; (2) sekelompok

orang yang secara bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas untuk

mengunakan kekuasaan; (3) penguasa suatu negara (bagian negara).10

Sistem Pemerintahan dapat diartikan sebagai suatu struktur yang terdiri

dari fungsi-fungsi legislatif, eksekutif dan yudikatif yang saling berhubungan,

bekerja sama dan memperngaruhi satu sama lain. Secara demikian sistem

pemerintahan adalah cara kerja lembaga-lembaga negara satu sama lainnya.

Menurut Jimly Asshidiqie, sistem pemerintahan dapat diartikan sebagai suatu

sistem hubungan antara lembaga-lembaga negara. Sedangkan menurut Sri

Soemantri, Sistem Pemerintahan adalah hubungan antara lembaga legislatif dan

eksekutif.11 Berikut beberapa pengertian Pemerintahan menurut para ahli:12

Menurut, J.S.T. Simorangkir Pemerintahan adalah sebagai organ (alat)

negara yang menjalankan tugas (fungsi) dan pengertian pemerintahan sebagai

10Sutan Mohammad Zain, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), h.131.

11Jurnal Konstitusi, Volume 10, Nomor 2, Juni 2013, h. 337. 12Anonim, Definisi Pemerintahan Menurut Para Ahli, 19 Maret 2014,

https://idtesis.com/pemerintahan_menurut_para_ahli/, (Diakses pada tanggal, 02 Maret 2018, Pukul 18.34 WIB).

Page 21: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

12

fungsi daripada pemerintah.. Muh. Kusnardi berpendapat, pemerintahan adalah

segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam menyelenggarakan

kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan yang tidak hanya menjalankan tugas

eksekutif saja melainkan juga meliputi tugas-tugas lainya, termasuk legistlatif

dan yudikatif. Selanjutnya, U. Rosenal, Pemerintahan adalah ilmu yang

menggeluti studi tentang penunjukan cara kerja kedalam dan keluar struktur dan

proses pemerintahan umum. Menurut H.A. Brasz, Pemerintahan diartikan

sebagai ilmu yang mempelajari tentang cara bagaimana lembaga pemerintahan

umum itu disusun dan difungsikan baik secara kedalam maupun keluar terhadap

warganya.W.S. Sayre berpandangan, Pemerintahan definisinya sebagai

organisasi dari negara yang memperlihatkan dan menjalankan kekuasaannya.. R.

Mac Iver, Pemerintahan adalah ilmu tentang bagaimana cara manusia-manusia

dapat diperintah. dan bagi Syafie Inu Kencana, Pemerintahan adalah ilmu yang

mempelajari bagaimana melaksanakan pengurusan (eksekutif), pengaturan

(legistlatif), kepemimpinan dan koordinasi pemerintahan (baik pusat dengan

daerah maupun rakyat dengan pemerintahnya) dalam berbagai peristiwa dan

gejala pemerintahan, secara baik dan benar.

Pemahaman pemerintah dalam arti sempit ditunjukan kepada lembaga

eksekutif yaitu Presiden dan wakilnya. Sedangkan pemerintah sebagai segala

kegiatan lembaga negara yang terdiri dari lembaga-lembaga eksekutif, legislatif

dan yudikatif. Disamping itu dari segi struktural fugsionalnya pemerintah dapat

didefinisikan pula sebagai suatu sistem struktur dan organisasi dari berbagai

macam fungsi yang dilaksanakan atas dasar-dasar tertentu untuk, fungsi, tugas

Page 22: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

13

dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga eksekutif. Sedangkan dalam arti

luas, pengertian pemerintah mencakup aparatur negara yang meliputi semua

organ-organ, badan-badan dan lembaga-lembaga perlengkapan negara yang

melaksanakan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan negara. Dalam arti luas

pengertian pemerintah adalah segala kegiatan yang terorganisir yang bersumber

pada kedaulatan dan kemerdekaan, berlandaskan pada dasar negara, rakyat atau

penduduk dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara.13

Dari beberapa pengertian pemerintahan dari beberapa ahli, maka dapat

disimpulkan bahwa, pemerintahan adalah sistem kekuasaan yang digunakan

untuk mengatur dan menjalankan sebuah negara.

b. Pengertian Pemerintahan dalam Agama Khonghucu

Dalam bingkai Khonghucu, inti ajaran Khonghucu terpilah atas empat

dimensi, yaitu: 1. Reliji, 2. Filosofi, 3. Pendidikan dan Pemerintahan. Dari

dimensi keempat itulah banyak ajaran Khonghucu yang menjabarkan tentang

peran pemerintah dalam membangun negara dan menjalankan pemerintahan yang

baik demi kesejahteraan rakyat. Pemerintah dan pemerintahan sebenarnya sebuah

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, meskipun memang ada sebuah perbedaan.

Pemerintah merujuk pada sosok pemimpin, sedangkan pemerintahan adalah

bidan tugas yang diemban seorang pemimpin. Untuk itu, didalam pemerintahan

perlu adanya pemimpin yang beretika, bermoral, berintregritas, arif dan

13Sugiandi Surya Atmaja, Politik hukum pemerintah Indonesia terhadap Agama Khonghucu, h. 57-58.

Page 23: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

14

bijaksana, yang memiliki sifat-sifat junzi (insan kamil) menjadi sangat penting,

demi mewujudkan tercapainya good gavernment di dalam sebuah negara.

Menurut ajaran Khonghucu, untuk menciptakan pemerintahan yang baik

dan teratur dalam sebuah negara harus diisi oleh manusia-manusia yang

berkualitas, memiliki leadership yang teruji dengan melewati sebuah proses dari

memegang jabatan rendah kemudian tinggi, dari kesulitan yang sederhana

hingga kesulitan yang komplek. Sesuai dengan sabda Nabi Kongzi, “.....untuk

mencapai 1000 li perjalanan harus dimulai dari 1 langka.....”. Ini dapat

dibuktikan bagaimana seorang pemimpin dalam memimpin diri sendiri dan

keluarga. Hal tersebut dapat kita pelajari Sishu bagian kitab Ajaran Besar bab

utama ayat 4 yang menjelaskan bagaimana langkah orang-orang jaman dahulu

melakukan hal tersebut.14

2. Teori Kebijakan Publik

a. Pengertian Kebijakan

Duun menjelaskan bahwa secara etimologis, istilah kebijakan atau policy

berasal dari bahasa Yunani, Sansekerta, dan Latin. Akar kata dalam bahasa

Yunani dan Sansekerta polis (negara kota) dan pur (kota) yang dikembangkan

dalam bahasa Latin menjadi politia (negara) dan akhirnya dalam bahasa Inggris

policy, yang berarti menangani masalah-masalah publik atau administrasi

pemerintahan.15

14Sugiandi Surya Atmaja, Politik Hukum Pemerintah Indonesia Terhadap Agama Khonghucu, (Surabaya: PT. REVKA PETRA MEDIA), h. 59-60.

15Moh. Alifuddin, Kebijakan Pendidikan Nonformal Teori, Aplikasi dan Implikasi, (Jakarta: MAGNA Script Publishing), h. 5.

Page 24: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

15

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kebijakan berasal dari

kata bijak, yang berarti pandai, mahir, selalu mengunakan akal budi. Kata bijak

ini diberi imbuhan ke-an menjadi kebijakan yang berarti kepandaian,

kemahiran.16

Sejalan dengan itu, kebijakan memberikan prinsip pedoman bagi bidang

pembuatan dan pengalihan keputusan. Misalnya, keputusan khusus yang

menyangkut kebijakan HRM (Human Resources Management) dapat mencakup:

memberikan prioritas pada promosi dari dalam organisasi; menerapkan usia

pensiun; kapan saja, hanya mempekerjakan akuntan sarjana atau yang bermutu

secara profesional; dan mengizinkan manajer garis depan melalui konsultasi

dengan manajer HRM untuk mengangkat staf menurut tingkat gaji/upah

tertentu.17

Dari batasan pengertian atau definisi tersebut dapat disarikan bahwa

kebijakan merefleksikan pedoman bertindak yang menguraikan sasaran penting

dan secara luas menunjukkan bagaimana aktivitas dapat dikerjakan serta

menunjukkan bagaimana aktivitas dapat dikerjakan serta menunjukkan standar

tingkah laku yang mengakibatkan orang-orang mengambil tindakan dengan cara

tertentu.18

16Sutan Mohammad Zain, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), hlm 131.

17Moh. Alifuddin, Kebijakan Pendidikan Nonformal Teori, Aplikasi dan Implikasi, h. 6. 18Moh. Alifuddin, Kebijakan Pendidikan Nonformal Teori, Aplikasi dan Implikasi, h. 7.

Page 25: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

16

b. Pengertian Kebijakan Publik

Solichin Abdul Wahab mengemukakan bahwa istilah kebijakan sendiri

masih menjadi silang pendapat dan merupakan ajang perdebatan para ahli. Maka

untuk memahami istilah kebijakan, Solichin Abdul Wahab (2008: 40-50)

memberikan beberapa pedoman sebagai berikut:

- Kebijakan harus dibedakan dari keputusan;

- Kebijakan sebenarnya tidak serta merta dapat dibedakan dari administrasi;

- Kebijakan mencakup perilaku dan harapan-harapan;

- Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan atau pun adanya tindakan;

- Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai;

- Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik eksplisit maupun

implisit;

- Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang waktu;

- Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjnag waktu;

- Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar-organisasi dan

yang bersifat intra organisasi;

- Kebijakan publik meski tidak eksklusif menyangkut peran kunci lembaga-

lembaga pemerintah; dan

- Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif.

Lingkup dari studi kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai

bidang dan sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, dan

sebagainya. Di samping itu dilihat dari hirarkinya, kebijakan publik dapat

bersifat nasional, regional maupun lokal seperti undang-undang, peraturan

pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan pemerintah

Page 26: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

17

daerah/provinsi, keputusan gubernur, peraturan daerah kabupaten/kota, dan

keputusan bupati/walikota. Secara terminologi pengertian kebijakan publik

(public policy) itu ternyata banyak sekali, tergantung dari sudut mana kita

mengartikannya.19

3. Teori Orde Baru

Orde Baru adalah sebutan bagi pemerintahan Presiden Soeharto, Orde

Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada pemerintahan Soekarno.

Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya surat perintah 11 Maret 1966

oleh Presiden Seokarno kepada Jendral Soeharto. Keluarnya Supersemar (surat

perintah sebelas Maret) terjadi pada serangkaian peristiwa pada tanggal 11 Maret

1966. Dengan Supersemar inilah Presiden Seoharto mengatasi keadaan yang

serba tidak menentu dan sulit terkendali.20 Supersemar menjadi alat legitimasi

yang sangat efektif bagi angkatan darat dipanggung politik. Dengan

mengeluarkan Surat Perintah ini Presiden Soekarno praktis kehilangan kekuasaan

meskipun masih resmi menjabat, kekuasaannya beralih kepada Soeharto sebagai

pemegang tampuk pemerintahan sementara. Maka saat itulah dimulainya babak

baru sejarah Orde Baru.21

Orde baru memiliki keinginan sebagai upaya mencapai tatanan kehidupan

seluruh rakyat, bangsa, dan negara yang diletekkan pada kemurnian pelaksanaan

Pancasila dan UUD 1945 secara konsekuen, atau sebagai upaya perbaikan

19Taufiqurokhman, Kebijakan Publik, (Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Moestopo Beragama (Pers)), h. 2-3.

20Sugiandi Surya Atmaja, Politik hukum pemerintah Indonesia terhadap Agama Khonghucu, (Surabaya pt revka petra media, 2015), h. 141-142.

21Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persabda, 2012), h. 197.

Page 27: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

18

terhadap penyelewengan-penyelewengan yang terjadi pada masa demokrasi

terpimpin atau Orde Lama. Sebagaimana dirumuskan dalam Seminar II Angkatan

Darat. Orde Baru berlangsung dari Tahun 1966 sampai dengan 1998, tepatnya

dimulai dari tahun 1967 dan tahun 1968 dalam sidang MPRS Presiden Soeharto

dilantik dengan masa jabatan 5 tahun. Kemudian berturut-turut menjabat sebagai

Presiden, dari tahun 1973, 1978, 1988, 1993, dan pada tahun 1998 terjadi krisis

moneter, kerusuhan dimana-mana, ketidakstabilan negara dan semaraknya demo-

demo mahasiswa yang memaksa mundur Presiden Seoharto serta didudukinya

gedung DPR, kondisi tersebut yang akhirnya membuat Presiden Soeharto

terpaksa mundur dari jabatannya. Orde Baru mengandung arti tatanan yang baru,

menuju harapan yang baru. Akan ada perubahan baik dari masa yang lama

menuju masa yang baru.22

4. Teori Agama Khonghucu

a. Pengertian Agama Khonghucu

Dalam Agama Khonghucu, definisi agama adalah sebagai bimbingan

manusia di dunia untuk menempuh Jalan Suci, sebagaimana disabdakan sebagai

berikut:

tiān mìng zhī wèi xìng shuài xìng zhī wèi

天命之谓性率性之谓

dào xiū dào zhī wèi jiào

22Sugiandi Surya Atmaja, Politik hukum pemerintah Indonesia terhadap Agama Khonghucu. h. 142-143

Page 28: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

19

道修道之谓教

“Firman Tian – Thian itulah dinamai Watak Sejati. Hidup mengikuti Watak

Sejati itulah dinamai menempuh Jalan Suci. Bimbingan menempuh Jalan Suci

itulah dinamai Agama.”23

Ayat tersebut dapat dotafsirkan bahwa Tian, Tuhan Yang Maha

memberikan firmanNya kepada manusia berupa benih-benih sifat yang baik

berupa; Cinta Kasih, Susila, Kebenaran, dan Bijaksana. Perilaku ke empat benih

sifat baik Tian dalam diri manusia ini dapat kita sebut Watak Sejati.

Menjalankan hidup sebagai Watak Sejati adalah kodrat manusia agar dapat

menempuh Jalan Suci. Manusia sering kali tidak sadar untuk menjalankan

kodratnya ini, untuk itu diperlukan agama sebagai pembimbing manusia agar

tetap hidup di dalam Jalan Suci. Selain Tian memberikan Watak Sejati, Tian

juga memberikan keinginan nafsu sebagai penyeimbang daya hidup jasmani

yang berupa sifat; Gembira, Sedih, Marah, dan Senang. Keempat benih nafsu ini

tidak seharusnya dituruti keinginanya, akan tetapi dikendalikan dengan benih-

benih Watak Sejati.

Bila kita mendapatkan kegembiraan atas berkah yang kita dapat sudah

seharusnya diikuti dengan perbuatan Cinta Kasih; Bila kita mendapat musibah

kesedihan, misalkan sanak saudara kita meninggal; sudah seharusnya

dikendalikan dengan batasan Kesusilaan. Jangan pula berlarut-larut di dalam

kesedihan; bila marah terhadap sesuatu hal, sering kali tidak terkendali sehingga

23Sishu bagian Tengah Sempurna bab utama ayat 1.

Page 29: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

20

melakukan tindakan yang tidak terkendali. Ini bertentangan dengan Watak Sejati

manusia dari sebuah benih kebaikan Tuhan yang disebut Kebenaran.24

H. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode (Yunani = Methodos) artinya cara atau jalan. Metode merupakan

cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu pengetahuan yang

bersangkutan. Metode penelitian ialah cara kerja meneliti, mengkaji dan

menganalisis objek sasaran penelitian untuk mencari hasil atau kesimpulan

tertentu.25 Melalui studi kepustakaan dan wawancara. Melalui studi kepustakaan

inilah peneliti mengumpulkan data dan informasi terkait bahan-bahan yang

diteliti, baik dari perpustakaan pribadi, perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Perpustakaan Kementerian Agama RI. Sumber-sumber kepustakaan

dapat berupa: Undang-undang yang dikeluarkan pemerintah, buku, jurnal dan

lain sebagainya.

2. Teknik Pengumpulan Data

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif dengan menggunakan metode penelitian deskriptif melalui studi

kepustakaan, yaitu metode yang membicarakan beberapa kemungkinan untuk

memecahkan masalah aktual dengan jalan mengumpulkan data, menyusun atau

mengklasifikasinya, menganalisis, dan menginterpretasikannya.

24Sugiandi Surya Atmaja, Politik Hukum Pemerintah Indonesia terhadap Agama Khonghucu, h. 63-64.

25Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 1993) h. 87.

Page 30: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

21

Studi kepustakaan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,

gambar maupun elektronik.

3. Pendekatan Penelitian

Pertama, Analisis Kualitatif berakar pada pendekatan fenomenologis.

Pendekatan fenomenologis yang bermula dari cara berfilsafat yang didirikan

oleh Edmund Husserl kemudian hari dipergunakan pula dalam berbagai bidang

disiplin lain, termasuk Perbandingan Agama. Joachim Wach mengatakan bahwa

Fenomenologi Agama bertujuan memahami ide-ide, kegiatan-kegiatan, tingkah

laku, dan pranata-pranata keagamaan dengan menangkap maksudnya tanpa

mendasarkan diri pada teori-teori yang sudah dipergunakan sebelumnya entah

itu teori teologis, filosofis, metafisis, atau psikologis.26

Kedua, Pendekatan Historis bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa

lampau, secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan,

mengevaluasi, memverifikasi, dan mensistesiskan bukti-bukti untuk

menegakkan fakta-fakta dan bukti-bukti guna memperoleh kesimpulan yang

akurat.27 Pendekatan historis adalah salah satu pendekatan yang cukup “favorit”

dalam Studi Agama dan Perbandingan Agama. Pendekatan ini merupakan

pendekatan yang paling tua dan dipakai pertama kalinya untuk mempelajari,

menyelidiki, dan meneliti agama-agama baik sebelum ilmu agama menjadi

disiplin yang berdiri sendiri (otonom) atau sesudahnya. Dengan pendekatan

26Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 15.

27Suryana, Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Universitas Pendidikan Indonesia, 2010), h. 18.

Page 31: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

22

historis, suatu studi berusaha menelusuri asal-usul dan pertumbuhan ide-ide dan

pranata-pranata keagamaan melalui periode-periode perkembangan historis

tertentu dan menilai peranan kekuatan-kekuatan yang dimiliki agama untuk

memperjuangkan (mempertahankan) dirinya selama periode-periode itu.28

I. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang berjudul “Regulasi Pemerintah

Orde Baru Terhadap Agama Khonghucu Di Indonesia (1966-1998)”, yaitu

sebagai berikut:

1. Memahami lebih lanjut mengenai dampak permasalahan dari kebijakan-

kebijakan pada masa orde baru (1966-1998) yang mendiskriminasi

Agama Khonghucu.

2. Memberikan gambaran mengenai dampak dari kebijakan-kebijakan pada

masa orde baru dan setelah masa orde baru (1966-1998).

J. Sistematika Penulisan

Skripsi ini penulis bagi empat bab yaitu:

BAB I: PENDAHULUAN, yang berisi:

1. Latar Belakang Masalah,

2. Rumusan Masalah,

3. Pembatasan Masalah,

4. Tujuan Penelitian,

5. Kajian Terdahulu,

28Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama, h. 15.

Page 32: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

23

6. Kajian Teoritis,

7. Metode Penelitian,

8. Manfaat Penelitian,

9. Sistematika Penulisan.

BAB II: Membahas sejarah agama Khonghucu di Indonesia.

BAB III: Membahas dasar-dasar kebijakan diskriminatif orde baru

terhadap Agama Khonghucu di Indonesia (1966-1998) yang mencakup

pengertian, undang-undang, pasal, keppres, inpres dan permen yang

mendiskriminasikan agama Khonghucu di Indonesia.

BAB IV: Membahas bagaimana dampak kebijakan-kebijakan

diskriminatif yang dilakukan orde baru terhadap agama Khonghucu di

Indonesia.

1. Dasar Kebijakan,

2. Dampak Kebijakan,

3. Tanggapan Umat Konghucu Terhadap Kebijakan.

BAB V: Berisi penutup yang terdiri dari dua point:

1. Kesimpulan,

2. Saran.

Page 33: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

BAB II

KEBERADAAN AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA

A. Kedudukan Khonghucu: Agama dan Budaya

Ajaran Konfusius telah membentuk aspek filsafat Cina yang paling

penting pada 2.000 tahun yang lalu. Walaupun pada masa-masa pemerintah

komunis dan revolusi kebudayaan(1966-1969), pengaruh ajaran Konfusius di

Cina tetap penting. Dikatakan dengan tegas bahwa Konfusianisme bukanlah

suatu agama, melainkan kode etik, suatu cara hidup di dunia ini. Hukum moral

ini dinyatakan oleh Kung Fu-Tzu pada tahun 551-479 BCE, di barat dikenal

sebagai Konfusius.29.

Dr. Th Sumartana, Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan

Drs. Djohan Effendi, peneliti utama pada Litbang Departemen Agama Jakarta,

mengatakan bahwa Khonghucuisme atau agama Khonghucu tidak ubahnya

seperti agama lainnya di Indonesia. Menurut mereka, agama Khonghucu

mempunyai unsur ibadah atau ritual, mengajarkan moral dan etika, dan ada

dukungan dari umat yang menganut ajaran dalam melaksanakan kehidupan

sehari-hari. Menurut Sumartana, jika ada orang yang mengatakan bahwa

Khonghucu itu bukan agama, ia dapat dikatakan sebagai orang yang tidak

memahami agama tersebut atau ia salah informasi. Agama tidaklah ditentukan

29Michel Keene, “Agama-Agama Dunia”, (Yogyakarta: Konisius, 2006), h. 170.

24

Page 34: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

25

oleh negara, tetapi bertolak dari keyakinan seseorang untuk mempertahankan

haknya yang paling asasi.30

Th Sumartana dan H. M. Nahar Nachrowi SH, peneliti utama untuk

aliran kepercayaan dan staff ahli Menag, berbeda pandangan dengan Djohan

Efendi. Menurut Nachrowi, Khonghucu tidak dapat dikatakan agama, ia lebih

tepat dikatakan “Millah. Artinya bukan agama tapi kepercayaan”, katanya.

Menurutnya di Indonesia Khonghucu berkembang dengan rekayasa dan

ditambah-tambah. Seperti ada kitab dan organisasi yang disebut Majelis Tinggi

Agama Khonghucu. Pendapat tersebut dibantah keras oleh Abdurrahman

Wahid (Gusdur), mantan ketua NU dan Presiden ke-4 RI. Menurutnya kata

milah itu bukan berarti kepercayaan tetapi agama. Seperti di Turki, Iran

maupun negara islam lainnya menyebut agama dengen kata Millah. Hal ini

didukung oleh intelektual, ulama besar mengatakan hal yang sama bahwa

Khonghucu itu agama bukan budaya. Nurcholis Madjid (Cak Nur) sependapat

dengan Abdul Hamid, Hakim ulama besar asal Padang Panjang Sumatra Barat,

yang dalam salah satu kitabnya menyatakan bahwa Khonghucu adalah agama.

Menurut Cak Nur, Khonghucu harus diakui sebagai salah satu ajaran agama.31

Khonghucu di Indonesia pada awal perkembangannya, ajaran-ajarannya

di praktekkan terbatas seperti dalam lingkungan keluarga-keluarga keturunan

China. Ajaran Khonghucu ini diterapkan secara lisan turun temurun dan

akhirnya menjadi tradisi yang melekat pada masyarakat Tionghoa. Oleh karena

30M. Ikhsan Tanggok, “Mengenal Lebih Dekat “Agama Khonghucu” di Indonesia”, (Jakarta: Pelita Kebajikan, 2005), h. 202.

31M. Ikhsan Tanggok, “Mengenal Lebih Dekat “Agama Khonghucu” di Indonesia”, (Jakarta: Pelita Kebajikan, 2005), h. 202.

Page 35: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

26

itu dimungkinkan antara yang satu dengan lainnya belum mencerminkan

adanya keseragaman mereka melakukan berbagai tata cara keagamaan dan

ritual. Perkembangan selanjutnya keberadaan Khonghucu ditopang dengan

kehidupan berorganisasi, dengan maksud agar dapat lebih teratur dan lebih

baik sesuai dengan penghayatan keagamaan dan kepercayaan tertentu atau

justeru dalam rangka meningkatkannya dalam segala aspek kehidupan umat

manusia. Agama Khonghucu dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu mereka

yang tergabung dalam Tri Dharma ( Budhisme, Taoisme, dan Konfisianisme)

dan yang tergabung dalam MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu

Indonesia) dengan organisasi-organisasi yang benaung dibawahnya yaitu:

Matakin Propinsi, Makin-Makin, Yakin dll. MATAKIN atas nama umat

Khonghucu Indonesia telah menerima Pancasila sebagai asas organisasinya

tahun 1987 seperti tercantum dalam Anggaran Dasar Pasal 2 Bab 2

(MATAKIN,1987:2). Pada tahun 1983 MATAKIN atas nama umat

Khonghucu Indonesia telah menyatakan kebulatan tekad untuk menerima

Pancasila sebagai asas tunggal dalam lembaga keagamaan mereka.Pengakuan

nilai-nilai ajaran Khonghucu di Indonesia mengalami pasang surut seiring

dengan perubahan kebijakan politik pemerintah. Dalam Undang-undang

Nomor 1/ Pn.Ps/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan atau Penodaan

Agama dalam penjelasan pasal demi pasal antara lain tersurat, agama-agama

yang dipeluk oleh penduduk Indonesia ialah Islam, Kristen, Katholik, Hindu,

Budha dan Khonghucu.

Page 36: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

27

Hal ini dapat dibuktikan dalam sejarah perkembangan agama-agama di

Indonesia. Enam agama ini adalah agama-agama yang dipeluk hampir seluruh

penduduk Indonesia maka kecuali mereka mendapat jaminan seperti yang

diberikan oleh pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945, juga mereka mendapat

bantuan-bantuan dan perlindungan seperti yang diberikan oleh pasal ini.

Kemudian setelah marak isu pembauran dan agama Khonghucu dianggap

menghambat proses pembauran, maka aktifitas lembaga Khonghucu mulai

dibatasi. Dikatakan bahwa Khonghucu atau konfusianitas itu bukan agama

hanya semata-mata ajaran etika dan moral.21 Hal tersebut sebagai upaya

pemerintah Orde Baru untuk membatasi ruang gerak agama Khonghucu .

Padahal agama Khonghucu telah eksis jauh sebelum Indonesia merdeka.

Bahkan sejak pemerintahan Orde Lama, agama Khonghucu mendapatkan

tempat yang layak di Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila ini.Orang-

orang keturunan China yang umumnya menerima ajaran Khonghucu sebagai

standard atau norma kehidupannya, menghayati ajaran Khonghucu sebagai

agamanya tanpa keraguan akan kebenarannya dan penuh ketulusan dan

ketaqwaan. Mereka menyatakan anggapan bahwa agama Khonghucu sebagai

“isme” tidaklah tepat. Etika yang terdapat dalam agama Khonghucu walaupun

banyak yang bersifat sosiologis, tetapi senantiasa dilandasi nilai-nilai abadi

yang bersifat agamis.

Pengakuan ajaran Khonghucu sebagai agama menurut pandangan

pengikut Khonghucu bertolak dari Kitab Tiong Yong I; 1 (Kitab Tengah

Sempurna) yang menyatakan bahwa “Firman Thian (Tuhan Yang Maha Esa)

Page 37: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

28

itulah dinamai watak sejati. Hidup mengikuti watak sejati itulah dinamai Jalan

Suci. Bimbingan menempuh Jalan Suci itulah dinamakan agama”.

Pengikut Khonghucu mengakui adanya Thian (Tuhan Yang Maha Esa),

sebagai Maha Tidak Terbatas dan manusia adalah makhluk yang terbatas.

Mereka mengakui Khonghucu adalah seorang Nabi yang telah menerima

firman Thian. Kitab Suci yang Lima (Ngoking) dan Kitab suci yang Empat (Su

Si), mereka imani sebagai kitab yang membawa kebenaran yang Esa.Gus Dur

mengatakan bahwa : “Segala sesuatu itu di sebut agama atau filsafat bukan

menjadi urusan Negara, tetapi menjadi urusan orang per orang atau lebih bijak

serahkan saja semuanya kepada umatnya “ .

Khonghucu adalah agama yang diaanut oleh sebagian masyarakat

Indonesia dimana memiliki tempat ibadah, memiliki Nabi, Memiliki Kitab Suci

dan memiliki ajaran Ketuhanan, maka ditinjau dari segi apapun Khonghucu

adalah agama yang hidup di Negara Indonesia secara real.32

Pro-kontra pandangan tokoh-tokoh diatas mengenai Konghucu sebagai

agama dan budaya dapat saya simpulkan bahwa Konghucu lebih pantas

dikatakan sebagai agama. Dalam KBBI, Agama adalah sistem yang mengatur

tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa

serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergulatan manusia dan manusia

dan lingkungan. Huston Smith dalam bukunya The Religion of Men

mengatakan bahwa bahwa jika agama di artikan secara luas, suatu cara hidup

yang dirangkai sekitar perhatian terakhir manusia, jelas sekali agama

32Dr. Ongky Setio Kuncono” artikel diakses pada tanggal 12 April 2018 dari http://www.spocjournal.com/hukum/350-legalitas-agama-khonghucu-di-indonesia-keberadaan-agama-khonghucu.html

Page 38: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

29

Khonghucu memenuhi syarat sebagai agama. Apabila agama diartikan secara

lebih sempit, yaitu sebagai perhatian untuk meluruskan manusia dengan

landasan eksistensinya yang melampaui kemanusiaan ajaran Khonghucu pun

dapat dikatakan sebagai agama.

B. Ajaran Agama Khonghucu

Agama Khonghucu dikenal pula sebagai Ji Kauw (dialek Hokian) atau

Ru Jiao (Hua Yu), yang berarti agama yang mengajarkan kelembutan atau agama

bagi kaum terpelajar. Agama ini sudah dikenal sejak 5.000 tahun lalu, lebih awal

2.500 tahun di banding usia Kongzi sendiri.

Kongzi (Hua Yu) atau Khongcu (dialek Hokian) atau Confucius (Latin)

adalah nama nabi terakhir dalam agama Konghucu. Ia lahir tanggal 27, bulan

8, tahun 0001 Imlek atau 551 SM. Kongzi adalah nabi terbesar dalam agama

Konghucu dan oleh sebab itu banyak orang yang kemudian menamai Ru Jiao

sebagai Confucianism, yang kemudian di Indonesia dikenal sebagai Agama

Konghucu. Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (Kong Fu Tze) atau

Konfusius dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Ru Jiao yang berarti

agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur.

Dalam agama Khonghucu terdapat ritual yang harus dilakukan oleh para

penganutnya. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan

antar sesama manusia atau disebut ‘Ren Dao’ dan bagaimana cara melakukan

hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut

dengan istilah ‘Tian’atau ‘Shang Di’. Konfusianisme mementingkan akhlak yang

Page 39: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

30

mulia dengan menjaga hubungan antara manusia di langit dengan manusia di

bumi dengan baik. Penganutnya diajar supaya tetap mengingat nenek moyang

seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan susunan falsafah

dan etika yang mengajar bagaimana manusia bertingkah laku. Gery

mengemukakan intisari ajaran Khonghucu adalah Delapan Pengakuan Iman (Ba

Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:

a) Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)

b) SepenuhIman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)

c) Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)

d) Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)

e) Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)

f) Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun

Mu Duo)

g) Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing

Shu)

h) Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)

Di dalam budaya religius Ru Jiao diajarkan adanya Lima Hubungan

Kemanusiaan (Wu Lun) yang dikenal juga sebagai Lima Jalan Suci

Bermasyarakat (Wu Da Dao). Ke lima Jalan Suci Bermasyarakat tersebut

meliputi:

a) Jun Chen = hubungan Jalansuci antara atasan dan bawahan

b) Fu Zi = hubungan Jalan suci antara orangtua dan anak

c) Fu Fu = hubungan Jalan suci antara suami dan isteri

Page 40: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

31

d) Xiong Di = hubungan Jalan suci antara kakak dan adik

e) Peng You = hubungan Jalansuci antara kawan dan sahabat

Sedangkan, menurut Sou’yb (1996: 177) menyatakan ajaran Khonghucu

sebagai berikut:

a) Jen (bersikapasih) yaitu hasrat untuk melakukan hal-hal yang membawa

kebajikan bagi bawahan.

b) Bersikap adil, yakni jangan melakukan tindakan yang tidak disenangi bawahan

atau untuk orang lain melainkan diri sendiri.

c) Bersikapramah terhadap bawahan,yaknijangan bersikap angkuh sombong dan

congkak.

d) Chin (bersikap bijaksana)yaknimenetapkan sesuatukeputusanberdasarkan atas

pengetahuan dan hikmah.

e) Hsin (bersikap jujur) karena tanpa kejujuran pihak yang berkuasa akan rusak.

Sedangkan Tanggok (2005: 68) mengemukakan Chang (lima sifat mulia) yaitu:

a) Ren/Jin, yaitu cinta kasih, rasa kebenaran, kebajikan, tahu diri, halus budi

pekerti (sopan santun) rasa tepo sliro, serta dapat menyelami kebenaran.

b) Gi,yaitu rasa solidaritas, senasib, sepenanggungan, dan rasa menyelami

kebenaran.

c) Li atau Lee, yaitu sopan santun, tata krama, dan budi pekerti.

d) Ce atau Ti, yaitu bijaksana atau kebijaksanan (wisdom), pengertian dan

kearifan.

e) Sin yaitu kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya oleh orang lain serta dapat

memegang janji Konfusius tidak menghalangi orang Tionghoa menyembah

Page 41: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

32

keramat dan penunggu tapi hanya yang patut disembah, bukan menyembah

barang-barang keramat atau penunggu yang tidak patut disembah, yang

dipentingkan dalam ajarannya adalah bahwa setiap manusia perlu berusaha

memperbaiki moral.

Buanadjaja (2004) mengemukakan bahwa dalam Tata Agama dan Tata

Laksana Upacara Agama Khonghucu, sesuai yang dituliskan di dalam Kitab Suci

Ru Jiao (Wujing dan Sishu), ditetapkan sebagai Rumah Ibadah agama

Khonghucu, sebagai berikut:

a). Tian Tan Tempat ibadah untuk bersujud kepada Tian YME.

b). Kong Zi Miao Komplek bangunan Kong Miao berkebaktian bagi Nabi Kong Zi

dan menempatkan Jin Shen Nabi Kong Zi pada altarnya.

c). Wen Miao Kong Miao dan meletakkan Shen Zhu Nabi KongZi pada altarnya.

d). Kong Miao Litang Ruang kebaktian, tempat segenap umat agama Khonghucu

melaksanakan ibadah bersama.

e). Zhong Miao/Zu Miao Rumah Abu leluhur, tempat umat agama Khonghucu

berdoa memuliakan arwah leluhurnya.

f). Xiang Wei Altar leluhur di dalam keluarga, tempat umat agama Khonghucu

berdoa memuliakan arwah leluhur bersama keluarganya.

g). Kelenteng/Miao Rumah ibadah kepada Tian YME, Nabi Kong Zi,untuk berdoa

memuliakan para malaikat dan arwah suci agama Khonghucu.

h). Jiao Altar sembahyang kepada Tian Yang Maha Esa.

i). She Altar sembahyang bagi Malaikat Bumi. Sistem altar dan tata ibadah di

semua Kelenteng atau Miao apapun nama atau sebutannya, kapanpun dan

Page 42: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

33

dimana pun dia dibangun, bersumber pada sebuah Kelenteng untuk

memuliakan Nabi Kong Zi (551-479SM). Priastana (2004:139) mengemukakan

bahwa Confucianist mengandung semua unsur kunci yang secara umum dapat

dipahami yang membentuk semua agama, Confucianist memiliki system yang

luas tentang kepercayaan-kepercayaan yang menerangkan kedudukan

kemanusiaan di dalam jagat raya dan melengkapi norma-norma perilaku

manusia. Memiliki guru-guru teladan, kitab-kitab suci, bahkan tempat ibadah

(temple) dan ritual-ritual. Hal-hal yang terpenting dalam agama Khonghucu

yaitu:

1). Mengangkat Konfusius sebagai salah satu nabi.

2). Menetapkan Litang (Gerbang Kebajikan) sebagai tempat ibadah resmi,

namun dikarenakan tidak banyak akses ke Litang, masyarakat umumnya

menganggap klenteng sebagai tempat ibadah umat Khonghucu.

3). Menetapkan Sishu Wujing sebagai kitab suci resmi.

4). Menetapkan tahun baru Imlek, sebagai hari raya keagamaan resmi.

5). Hari-hari raya keagamaan lainnya; Imlek, Hari lahir Khonghucu (27-8

Imlek), Hari Wafat Khonghucu (18-2-Imlek), Hari Genta Rohani

(Tangce) 22 Desember, Chingming (5 April), Qing Di Gong (8/9-1

Imlek).

6). Rohaniwan; Jiao Sheng (Penyebar Agama), Wenshi (Guru Agama),

Xueshi (Pendeta), Zhang Lao (Tokoh/Sesepuh).

Page 43: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

34

7). Kalender Imlek terbukti dibuat oleh Nabi Khongcu (Konfusius). Nabi

Khongcu mengambil sumbernya dari penangalan dinasti Xia (2200 SM)

yang sudah ditata kembali oleh Nabi Khongcu.33

Umat Khonghucu di Indonesia, selain menyakini empat kitab (SuSi)

juga menyakini lima kitab yang lain (Ngo King) sebagai landasan dari ajaran-

ajaran agama Khonghucu. Di samping sebagai acuan dan pandangan hidup

para umat Khonghucu, kitab-kitab ini juga menjadi bahan kajian bagi ilmuan

timur maupun barat sampai sekarang ini. untuk mengetahui ajaran Khonghucu

secara mendalam, maka tidak ada jalan lain kecuali harus mempelajari kitab-

kitab tersebut. Kitab-kitab tersebut selain memuat ajaran tentang Tuhan,

keimanan, hidup setelah mati, juga memuat ajaran-ajaran tentang manusia,

alam semesta dan hubungan dengan anak dan bapak, serta antara raja dan

bawahannya.34

Ajaran-ajaran agama Khonghucu memiliki penyembahan dan tata cara

menjalankan ritual untuk kehidupan,

1. Ajaran tentang Tuhan Yang Maha Esa

Dalam Agama Khonghucu istilah Tuhan disebut dengan (Thian) bukan

Allah seperti yang terdapat dalam ajaran agama Kristen dan Islam. Dalam kitab

Agama Khonghucu terdapat banyak berbicara tentang Thian atau Tuhan Yang

Maha Esa, diantaranya terdapat dalam kitab She Cing (kitab puisi) dalam kitab ini

banyak berbicara tentang Tuhan Yang Maha Esa,yang disebut Thian dan Sang Ti.

33Sabar Sukarno, Laporan Penelitian dengan judul “ Dampak Perkembangan Agama Khonghucu Pasca Reformasi”, (Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya, 2014), h. 6-10.

34M. Ikhsan Tanggok, “Mengenal Lebih Dekat “Agama Khonghucu” di Indonesia”, (Jakarta: Pelita Kebajikan, 2005), h.43.

Page 44: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

35

Syair-syair tersebut adalah sebagai berikut: “Kekuasaan dan bimbingan dari Thian

(Tuhan Yang Maha Esa) sangat luas dan dalam hal ini diluar jangkauan suara,

sentuhan, atau penciuman” (She Cing IV Wen Wang I/7).

Thian (Tuhan Yang Maha Esa) menciptakan umat manusia dan

melengkapinya dengan sifat yang soleh dan luas. Dengan fungsi-fungsi dari

badan, kekuatan, dan pikiran: tugas-tugas mereka untuk dilaksanakan. (She Cing

IV/ Thang VI/I).35

2. Thian Li

Thian adalah Tuhan Yang Maha Esa atau suatu yang abdolut, yang mutlak

dan tidak dijadikan oleh siapa pun. Sesuatu yang berada dialam semesta ini

berjalan menurut hukum-hukumnya. Pengetahuan hukum itu disebut Thian Li

(Kebenaran yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa) istilah Thian Li ini

sebenarnya bersumber pada pengetahuan. Thian yang mengalami perluasan pada

masa Neo Khongfusianisme. Jadi Thian Li itu sendiri bukanlah nama lain dari

Thian, tetapi lebih deket dengen pengetahuan firman Thian atau hukum-hukum

yang besumber dari Thian.

3. Thian Ming

Thian Ming dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah dijadikan atau

sesuatu yang telah terjadi. Pangeran Chou pernah mengajarkan Thian Ming (The

Mandate of Heaven) yang isinya bahwa Thian memberikan dekrit (ketetapan)

35M. Ikhsan Tanggok , “Mengenal Lebih Dekat “Agama Khonghucu” di Indonesia”, (Jakarta: Pelita Kebajikan, 2005), h.43-44.

Page 45: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

36

kepada seseorang untuk memimpin bangsa atau negara. Oleh kerena itu seseorang

atau manusia harus menjalankan tugas dan kewajiban sesuai dengan kehendak

Tuhan atau Thian. Kunci untuk menjalankan Thian Ming adalah kebijakan

(virtue) siapa yang gagal dalam menjalankan tugasnya berarti ia kehilangan

mandat (amanat atau tugas). Sedangkan orang yang menumbuhkembangkan

kebijakan akan hidup harmonis dan akan berhasil hidupnya. Sebenarnya

pengertian Thian Li dan Thian Ming tidak jauh berbeda, namun pengertian Thian

Ming lebih diarahkan kepada perbuatan yang dilakukan oleh manusia sesuai

dengan mandat atau perintah yang berasal dari Thian.

4. Ajaran Tentang Keimanan

Ajaran tentang keimanan terdapat dalam kitab Su Si, oleh umat

Khonghucu di Indonesia ajaran yang terdapat dalam kitab Su Si yang

berhubungan dengan keimanan dijadikan landasan utama dalam menetapkan

konsep keimanan umat Khonghucu di Indonesia. Ungkapan-ungkapan Khonghucu

yang erat hubungannya dengan keimanan, yang terdapat dalam kitab Su Si adalah

sebagai berikut:

“Iman itu jalan suci Tuhan, Tuhan Yang Maha Esa; berusaha ber-oleh iman, itulah

jalan suci manusia; yang beroleh iman ialah orang yang setelah memilih kepada

yang baik lalu didekap sekokoh-kokohnya. (Bingcu IVA, 12:3)”.36 Agama

Khonghucu mempercayai keimanan atau keesaan, mereka percaya ada suatu yang

maha suci atau jalan suci yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

36M. Ikhsan Tanggok, “Mengenal Lebih Dekat “Agama Khonghucu” di Indonesia”, (Jakarta: Pelita Kebajikan, 2005), h. 48-52.

Page 46: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

37

5. Ajaran Tentang Hidup Sesudah Mati

Menurut Lie Kim Hok tentang hidup setelah mati, tapi ia percaya akan

keberadaan roh-roh dan roh-roh yang berhubungan dengan keluarga, maka

anggota keluarga yang masih hidup harus mempersembahkan korban kepadanya.

Dalam bagian dari upacara korban disajikan sebuah pesta atau sesajian,

karena diyakini bahwa roh-roh leluhur akan menikmati sajian itu.

Dalam tradisi masyarakat China di Indonesia khusunya dalam kehidupan

sehari-hari, setiap keluarga memiliki meja sembahyang atau altar untuk keluarga.

Meja sembahyang inilah yang mereka gunakan sebagai media atau sarana untuk

menghormati atau menyembah roh leluhurnya. Mereka percaya bahwa roh leluhur

mereka dapat mengawasi kehidupan keluarga dalam rumah tangga.

Dalam kitab Su Si tidak banyak kita jumpai uangkapan-ungkapan

Khonghucu tentang roh-roh. Meskipun demikian bukan berarti Khonghucu tidak

percaya tentang dunia setelah kematian, namun bagi dia dunia setelah kematian itu

dapat diketahui kalau manusia sudah mengenal kehidupan. Bagi Khonghucu

mengenal arti kehidupan itu lebih penting untuk diketahui sebelum kita mengenal

arti kematian.

“Hwan Thi (salah seorang murid Khonghucu) bertanya tentang orang

bijaksana. Khonghucu menjawab, ia mengabdi kepada rakyat berlandaskan

kebenaran. Ia menghormati roh-roh tapi dari jauh (dengan hormat yang murni).

Demikianlah seseorang yang bijaksana.” (Lun Gi, jilid VI: 22)37

37M. Ikhsan Tanggok, “Mengenal Lebih Dekat “Agama Khonghucu” di Indonesia”, (Jakarta: Pelita Kebajikan, 2005), h. 54-55.

Page 47: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

38

Agama Khonghucu mempercayai Hidup setelah mati mereka percaya

bahawa orang yang sudah mati bisa melihat keluarganya yang masih hidup bahkah

dalam kepercayaan Tionghoa di Indonesiasetiap keluarga mempunyai meja

sembahyang atau Altar sebagai bentuk pelantara penghormatan keluarganya yang

sudah meninggal karena mereka percaya bahwa orang yang sudah meninggal

rohnya bisa melihat dan mengawasi keluarga yang masih hidup.

C. Perkembangan Umat Khonghucu Di Indonesia

Pada zaman penjajahan, perkembangan agama Konfusius di Indonesia

ditandai dengan berdirinya beberapa organisasi yang berusaha untuk memajukan

agama tersebut di kalangan para pemeluknya. Sebagai misal, pada tahun 1918 di

Sala berdiri sebuah lembaga agama Khong Hu Cu yang disebut Khong Kauw

Hwee, yang pada tahun 1925 mendirikan suatu lembaga pendidikan agama. Usaha

untuk memajukan dan mempersatukan paham Konfusius di Indonesia ini pada

tahun-tahun berikutnya tetap giat dilakukan melalui konferensi-konferensi yang

diselenggarakan di beberapa kota, seperti Sala, Yogyakarta, Bandung, dan

sebagainya. Tetapi, dengan meletusnya Perang Dunia II dan masuknya bala tentara

Jepang ke Indonesia, kegiatan-kegiatan Khong Kauw Hwee secara nasional

menjadi praktis berhenti.

Setelah zaman kemerdekaan, lembaga-lembaga agama Khong Hu Cu

yang pada masa sebelumnya hampir-hampir lumpuh mulai memperlihatkan

keaktiannya kembali. Dalam konprensi yang diselenggarakan di Sala pada thun

1954 diputuskan untuk membangkitkan kembali organisasi Kong Kauw Tjong

Page 48: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

39

Hwee (Lembaga Pusat Agama Khong Hu Cu) yang pernah dibentuk pada tahun

1923. Pada tahun berikutnya, juga dalam konprensi di Sala, diputuskan untuk

membentuk lembaga tertinggi agama Khong Hu Cu di Indonesia dengan nama

“Perserikatan K’ung Chiao Hui Indonesia”, disingkat PKCHI. Terbentuknya

organisasi ini menandai awal dari babak baru dalam sejarah agama Konfusius di

Indonesia.

Dalam kongresnya yang keempat, yang diselenggarakan pada tahun 1961,

PKCHI memutuskan untuk mengirimkan utusan menghadap Menteri Agama RI

pada waktu itu untuk memohon agar agama Khong Hu Cu dikukuhkan

kedudukannya dalam Kementerian Agama Republik Indonesia, di samping

memutuskan mengubah nama PKCHI menjadi “Lembaga Agama Sang Khongcu

Indonesia”, disingkat LASKI. Nama tersebut akhir ini kemudian diubah lagi pada

tahun 1963 menjadi “Gabungan Perkumpulan Agama Khong Hu Cu Indonesia”,

diisngkat GAPAKSI. Satu tahun berikutnya diselenggarakan Musyawarah

Nasional Rokhaniawan I Agama Khong Hu Cu di Ciamsi, yang membahas tentang

Tata Agama dan penyeragaman di seluruh Indonesia. dalam kongres yang kelima,

tahun 1964, nama GAPAKSI dirubah menjadi “Gabungan Perhimpunan Agama

Khong Hu Cu se-Indonesia” dengan singkatan yang sama. Tetapi, tiga tahun

kemudia nama ini diubah kembali menjadi “Majlis Tinggi Agama Khong Hu Cu

Indonesia”, disingkat MATAKIN. Nama terakhir ini tetap dipergunakan hingga

sekarang.38

38Simuh, “Agama Khonghucu,” dalam Mukti Ali, Edisi., Agama-Agama Dunia (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1998, Cet. Pertama), h. 229-230.

Page 49: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

40

Agama Khonghucu sudah dikenal di Indonesia sebelum abad ke-19, tetapi

belum berupa agama yang terorganisasi. Pada tahun 1900 organisasi pertama

orang Tionghoa yang pertama, yaitu Tiong Hoa Hwee Koan. Didirikan di Batavia

(Jakarta) memakai agama (ajaran) Khonghucu sebagai landasan organisasi. Pada

tahun 1918, Tiong Hoa Hwee Koan kemudian berkembang menjadi lembaga

pendidikan dan bergeser dari tujuan semula untuk menyebarluaskan agama

Khonghucu. Lalu didirikanlah Khong Kauw Hwee pada 1918 di Solo.

Pada 1923 berbagai organisasi dengan ciri Konfusian berkumpul di

Yogyakarta untuk mengadakan kongres. Hasilnya adalah berdirinya Organisasi

Umum Khong Kauw Hwee (Sam Kauw Tjong Hwee), dengan markas besar di

Bandung.

Seusai Perang Dunia II, Khong Kauw Hwee dan Sam Kauw Hwee hidup

terus. Pada Soekarno pengaruh komunis meningkat dan begitu pula kelompok

militer. Yang disebut belakangan ini ingin memakai kekuatan agama untuk

membasmi komunisme. Soekarno yang mendapat tekanan dari kelompok militer

menerbitkan sebuah peraturan pada 1965 yang mengakui enam agama di

Indonesia, yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu.

Namun, tidak lama setelah diundangkan, pecah kudeta pada 30 September 1965.

Kudeta ini menyebabkan dibubarkannya Partai Komunis Indonesia, jatuhnya

Soekarno, dan kemenangan kelompok militer dibawah pimpinan Soeharto.

Pada bulan Agustus 1967 Khong Kauw Hwee mengadakan kongres yang

keenam di Solo, yang dihadiri oleh pejabat-pejabat pemerintah, bahkan Presiden

Soeharto dan Jenderal A.H. Nasution mengirimkan pesan tertulisnya

Page 50: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

41

mengucapkan selamat dan sukses. Banyak pejabat negara, termasuk militer,

menghadiri kongres-kongres berikutnya, mendukung agama Khonghucu.

Kongres yang keenam mempunyai makna yang penting karena pada saat

itulah nama dari perkumpulan agama Kong Kauw Hwee ditetapkan menjadi

Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin).39

Selama pemerintahan Presiden B.J. Habibie (Mei 1998-Oktober 1999),

Menteri Agama menyatakan secara lisan bahwa agama Khonghucu karena

peraturan-peraturan yang membatasi dan melarang tradisi Tionghoa belum

dicabut. Di lingkungan yang lebih demokratis, para pemimpin agama Khonghucu

bisa memperjuangkan hak-haknya, tetapi tidak banyak yang dicapai selama masa

kepresidenan Habibie.

Antara tahun 1979 dan tahun 1998 Matakin tidak diizinkan untuk

menyelenggarakan kongres. Tapi, begitu Soeharto turun, Matakin tidak hanya

diizinkan untuk menyelenggarakan kongres, tetapi juga diizinkan untuk

mengadakan kongres di dalam lingkungan Kantor Departemen Agama.

Tampaknya banyak orang Islam bersimpati pada penganut agama Khonghucu

yang telah ditindas selama masa Soeharto. Hubungan itu tetap pada tingkat

simpati.

Ketika Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi preside, Gus Dur

menyatakan bahwa pemerintahannya mengakui keberadaan mereka. Gus Dur juga

membatalkan Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 1967 yang melarang orang

Tionghoa merayakan hari raya mereka di tempat umum. Pada 32 Maret 2000,

39I. Wibowo dan Thung Ju Lan, “SETELAH AIR MATA KERING”, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), h. 80-82.

Page 51: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

42

Menteri Agama Surjadi menerbitkan sebuah instruksi (Nomor 477/805/Sj) yang

membatalkan surat edaran tahun 1978 yang hanya mengakui lima agama, tidk

mengakui agama Khonghucu. Semuanya ini memperlihatkan bahwa setelah

lengsernya Soeharto, negara memberikan pengakuan kembali kepada agama

Khonghucu.40

Keberadaan umat beragama Khonghucu beserta lembaga-lembaga

keagamaannya di Nusantara atau Indonesia ini sudah ada sejak berabad-abad yang

lalu, bersamaan dengan kedatangan perantau atau pedagang-pedagang Tionghoa

ke tanah air ini. Mengingat sejak zaman Sam Kok yang berlangsung sekitar abad

ke-3 Masehi, Agama Khonghucu telah menjadi salah satu di antara Tiga Agama

Besar di China waktu itu, sejak zaman dinasti Han, atau tepatnya tahun 136

sebelum Masehi telah dijadikan agama negara. Di Tiongkok sejak tahun 136 SM,

Khonghucu ditetapkan sebagai agama resmi,maka dengan demikian orang-orang

Tionghoa datang ke Indonesia membawa sistem dan nilai-nilai religius agama

Khonghucu. Pada abad ke-17 sebutan resmi bagi agama Kong Fu Ji adalah agama

Ru Jiao. Kehadiran Agama Khonghucu di Indonesia telah berlangsung berabad-

abad lamanya, Kelenteng Ban Hing Kiong di Manado didirikan pada tahun 1819.

Di Surabaya didirikan tempat ibadah agama Khonghucu yang disebut mula-mula

Boen Tjhiang Soe, kemudian dipugar kembali dan disebut sebagai Boen Bio pada

tahun 1906. Sampaidengan sekarang Boen Bio yang terletak di Jalan Kapasan 131,

Surabaya masih terpelihara dengan baik dibawah asuhan Majelis Agama

Khonghucu (MAKIN) Boen Bio Surabaya.

40I. Wibowo dan Thung Ju Lan, “SETELAH AIR MATA KERING”, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), h. 94-95.

Page 52: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

43

Di Solo didirikan Khong Kauw Hwee sebagai Lembaga Agama

Khonghucu pada tahun 1918.Pada tahun 1923 telah diadakan Kongres pertama

Khong Kauw Tjong Hwee (Lembaga Pusat Agama Khonghucu) di Yogyakarta

dengan kesepakatan memilih kota Bandung sebagai Pusat. Pada tanggal 25

September 1924 di Bandung diadakan Kongres ke dua yang antara lain membahas

tentang Tata Agama Khonghucu supaya seragam di seluruh kepulauan Nusantara.

MATAKIN menyatakan berdasarkan sensus penduduk yang diadakan

lembaga resmi pemerintah yaitu Biro Pusat Statistik Indonesia 14 pada tahun 1976

penduduk Indonesia yang beragama Khonghucu mencapai 0,7% yang berarti lebih

dari 1 juta jiwa Sementara data Biro Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk 2010,

pemeluk agama Khonghucu di Indonesia berjumlah 117.091 jiwa atau sebesar

0,05% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia Pembinaan di tingkat pusat

dilakukan oleh Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) dan

tingkat lokal oleh Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN), Kebaktian

Agama Khonghucu Indonesia (KAKIN) atau wadah umat Khonghucu lainnya.

Keberadaan organisasi ini bukanlah mendasarkan pada wilayah administratif

kepemerintahan, tetapi berdasarkan pada konsentrasi umat dan tempat ibadah yang

ada. MATAKIN berdasarkan Pancasila, independen dan tidak berafiliasi dengan

atau kepada organisasi sosial politik manapun, baik di dalam maupun luar negeri.

Pada masa Orde Lama, keberadaan agama Khonghucu diakui seperti

tercantum dalam UU No 1/Pn.Ps/1965 yang menyatakan bahwa agama-agama

yang banyak pemeluknya di Indonesia antara lain Islam,Kristen, Katholik, Hindu,

Buddha dan Khonghucu. Agama Khonghucu sempat mengalami hambatan dalam

Page 53: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

44

perkembangannya. Pada masa pemerintahan orde baru, agama Khonghucu

dilarang oleh pemerintah, sehingga aktivitas keagamaan umat Khonghucu

menjadi terhambat. Diskriminasi umat Konghuchu mulai dirasakan dengan

diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Agama,

Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cinayang melarang segala aktivitas berbau

Tionghoa. Kemudian disusul pada tahun 1978 diterbitkan Surat Edaran Menteri

Dalam Negeri No. 477/74054/ BA.01.2/4683/95 tanggal 18 November 1978

antara lain menyatakan bahwa agama yang diakui oleh pemerintah yaitu Islam,

Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha, sehingga mulailah keberadaan umat

Khonghucu dipinggirkan. Umat Khonghucu di Indonesia hidup dalam tekanan

dan pengekangan sebagai akibat tindakan represif dan diskriminatif sehingga

mempunyai dampak negatif bagi perkembangannya.Sebagai akibat dilarangnya

agama Khonghucu, banyak pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa menjadi

tidak berstatus sebagai pemeluk salah satu dari lima agama yang diakui. Untuk

menghindari permasalahan politis (dituduh sebagai atheis dan komunis), pemeluk

kepercayaan tadi kemudian diharuskan untuk memeluk salah satu agama yang

diakui, mayoritas menjadi pemeluk agama Kristen atau Buddha. Demikian juga

dengan tempat ibadah yaitu Klenteng yang merupakan tempat ibadah kepercayaan

tradisional Tionghoa juga terpaksa mengubah nama dan menaungkan diri menjadi

vihara yang merupakan tempat ibadah agama Buddha. Hak kependudukan

penganut agama Khonghucu juga dilanggar. Penganut agama Khonghucu tidak

bisa membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP) dengan agama Khonghucu. Pada

akhirnya mereka biasanya memilih agama Buddha atau Kristen untuk

Page 54: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

45

dicantumkan dalam KTP. Tri Dharma adalah salah satu aliran dalam agama

Buddha di Indonesia. Tri Dharma berasal dari kata Tri dan Dharma. Tri berarti

tiga dan Dharma berarti ajaran kebenaran. Jadi secara harfiah Tri Dharma berarti

tiga ajaran kebenaran yang terdiri dari Buddhisme, Konfusianisme, dan Taoisme.

Karena alasan inilah banyak pemeluk agama Khonghucu bernaung dalam aliran

agama Buddha Tri Dharma. Namun tidak tertutup kemungkinan bahwa umat

Khonghucu juga masuk ke aliran agama Buddha lain.

Umat agama Khonghucu kembali mendapatkan hak kebebasan

beragamanya setelah rezim orde baru berakhiratau memasuki era

reformasi.Reformasi secara bahasa berarti perubahan pada proses bergulirnya

sejarah perpolitikan Indonesia. Masa reformasi di Indonesia terjadi setelah

berakhirnya pemerintahan Orde Barudi bawah pimpinan Presiden Soeharto. Masa

Reformasi dimulai di bawah pimpinan Presiden BJ Habibie, kemudian diteruskan

oleh Abdurrahman Wahid (Gusdur), Megawati Soekarno Putri, dan Susilo

Bambang Yudoyono. Di era Reformasi, Presiden K.H. Abdurrahman Wahid

menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan

Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat

Istiadat Cina. Dengan adanya Keppres ini, penyelenggaraan kegiatan keagamaan,

kepercayaan, dan adat istiadat Cina dilaksanakan tanpa memerlukan izin khusus

sebagaimana berlangsung sebelumnya. Keputusan tersebut berlaku sejak 17

Januari 2000. Keppres ini mempunyai dampak yang sangat signifikan terhadap

perkembangan kebebasan beragama maupun kebebasan untuk berekspresi. Agama

Konghuchu sekarang ini bebas untuk dianut oleh Warga Negara Indonesia.

Page 55: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

46

Banyak kebijakan pemerintah pasca reformasi yang mengakomodasi kepentingan

umat Khonghucu dan etnis Tionghoa. Bentuk pengakuan agama Khonghucu

yanglain pasca reformasi adalah dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah

Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.

Dalam PP ini salah satu isinya diamanatkan mata pelajaran agama Konghuchu

dapat diselenggarakan di jalur pendidikan formal. Upaya penghapusan

diskriminasi terhadap etnis Tionghoa juga tertuang dalam Undang-Undang yang

mengatur mengenai kependudukan. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006

tentang Kewarganegaraan, pasal 2 dan penjelasan undang-Undang ini

mendefinisikan bahwa orang Tionghoa adalah orang Indonesia asli. Kemudian

dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Pendudukan,

pasal 106 dinyatakan pencatatan perkawinan agama Khonghucu di Kantor Catatan

Sipil. Sebelumnya Kantor Catatan Sipil tidak mau mencatat pernikahan agama

Khonghucu.Para pemeluk agama Khonghucu mempunyai altar keluarga atau altar

leluhurnya yang disebut Kongpo, Hiolo (Xiang Lu), Lingwei. Mereka juga

beribadat di altar sembahyang Tuhan YME yang menghadap ke langit lepas di

dalam keluarga masing masing. Keluarga Khonghucu di Indonesia sudah

memiliki tradisi beribadah kepada Tuhan YME yang disebut Thikong (Tian

Gong), kepada para suci (Shen Ming), terutama leluhur masing masing. Tata

ibadah agama ini diajarkan oleh Nabi Besar Kong Zi, yang dapat dilihat pada

kitab suci Catatan Kesusilaan Li Ji. Ibadah telah menjadi bagian keseharian

pemeluk agama Khonghucu, yang diwariskan dari generasi ke generasi.Sebuah

sistem altar di rumah ibadah Kelenteng (Miao), tempat kebaktian agama

Page 56: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

47

Khonghucu (Kong Miao Litang), bersumber pada sebuah Kong Zi Miao dan Wen

Miao. Semua Kelenteng di seluruh dunia termasuk di Indonesia pasti mempunyai

standar sistem altar dan perlengkapan, serta tata ibadah / ritual maupun ornamen

keagamaan kompleks bangunan Kongzi Miao dan Wen Miao.41

Perkembangan agama Khonghucu di Indonesia menurut data dari Biro

Pusat Statistik pada tahun 1976 penduduk Indonesia yang beragama Khonghucu

mencapai 0,7% yang berarti lebih dari 1 juta jiwa Sementara data Biro Pusat

Statistik dalam Sensus Penduduk 2010, pemeluk agama Khonghucu di Indonesia

berjumlah 117.091 jiwa atau sebesar 0,05% dari jumlah seluruh penduduk

Indonesia, dari data diatas dapat disimpulkan bahwa jumplah penduduk Indonesia

yang beragama Khonghucu semakain mengurang akibat kebijakan orde baru yang

sangat diskriminatif terhadap agama Konghucu dengan adanya kebijakan yang

melarang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina yang di tuangkan dalam

Intruksi Persiden N0 14 tahun 1967 tidak berhenti disitu saja menurut catatan I

Wibowo dalam bukunya yang berjudul “Setelah Air Mata Kering” ada 63 Produk

hukum yang dihasilkan oleh orde baru untuk melarang agama Khonghucu dan

etnis Tionghoa di Indonesia. hal ini berdampak berkurangnya perkembangan

agama Konghucu di Indonesia.

D. Tantangan yang Dihadapi Umat Khonghucu

Sejak Proklamasi Republik Indonesia, etnis Thionghoa dianggap senantiasa

menimbulkan ‘’masalah’: tetapi, “masalahnya” tidak selalu sama, mula-mula pada

41Sabar Sukarno, Laporan Penelitian dengan judul “ Dampak Perkembangan Agama Khonghucu Pasca Reformasi”, (Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya, 2014), h .12-18

Page 57: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

48

zaman kolonial mereka dianggap pro-Belanda dan antinasionalisme Indonesia,

eksklusif dan kerjannya hanya mencari keuntungan, kemudian dianggap unsur

komunis atau simpatisan komunis. Akhir-akhir ini mereka dianggap sebagai

kapitalis dan konglomerat yang mengeruk kekayaan negara tanpa perasaan

patriotisme. Kerusuan yang belum lama ini terjadi, yang ditujukan kepada warga

keturunan Thionghoa, tidak terlepas dari persepsi negatif itu.

Indonesia sudah merdeka selama lebih dari setengah abad, tetapi “masalah

Thionghoa” masih tidak kunjung selesai. Ada yang berpendapat, ini karena orang

Tionghoa masih mempertahankan kebudayaan asing dan tidak memiliki identitas

Indonesia. ada juga yang mengatakan orang Tionghoa hanya “setengah terbaur”,

belum 100 persen, dengen kata lain mereka masih belum menjadi pribumi. Pada

pandangan banyak kalangan pribumi, orang Tionghoa harus menjadi pribumi dulu

baru bisa diterima sebagai orang Indonesia. Masalahnya, seakan-akan, persoalan

identitas merupakan kunci untuk memecahkan “masalah Tionghoa” itu.

Pada pendapat penulis, sebenarnya, ini bukan saja masalah identitas,

melainkan juga maslaah politik, ekonomi, dan hubungan internasional. Namun,

soal identitas itu memang penting, dan faktor ini merupakan sebagian dari

pemecahan “masalah Tionghoa” di Indonesia. Kerusuhan Mei 1998 yang

menggemparkan dunia memang membawa penderitaan yang luar biasa. Bukan

hanya kepada pribumi, tetapi juga kelompok Tionghoa sendiri. Bahkan banyak

Page 58: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

49

orang Tionghoa yang merasa, merekalah yang menjadi sasaran tindak kekerasan

yang dilakukan pribumi.42

Peristiwa Mei 1998 yang menimbulkan reaksi internasional pada

hakikatnya membawa kesadaran kepada warga etnis Tionghoa terhadap

“masalah”-nya sebagai bukan lagi sekedar sentimen anti-Tionghoa yang muncul

dalam bentuk kekerasan pada waktu-waktu tertentu, sebagaimana yang terjadi

dalam peristiwa Malari 1974, kerusuhan 1980, dan seterusnya. Ada hal yang lebih

mendasar yang harus diselesaikan, atau pilihan lainnya adalah orang Tionghoa

meninggalkan Indonesia dan mencari tempat lain yang lebih “aman”.

Pada waktu itu banyak orang Tionghoa-terutama yang cukup berada-

memilih jalan kedua, karena jalan pertama sepertinya tidak memungkinkan,

terutama ketika kebanyakan orang Tionghoa melihat kunci dari permasalahan

mereka adalah kebijakan pemerintah yang diskriminatif. Jadi, mereka berpendapat

bahwa tanpa kemauan politik dari pemerintah, adalah tidak mungkin bagi warga

Tionghoa untuk mengubah nasibnya. Dalam hal ini jelas bahwa warga Tionghoa,

sebagaimana yang terjadi selama masa Orde Baru, merasa dan bersikap sebagai

“obyek”, yang nasibnya ditentukan oleh kelompok di luarnya, dalam hal ini

pemerintah.

Kenyataannya, tidak semua orang Tionghoa bisa meninggalkan Indonesia,

dan 80-90 persen dari mereka harus tetap di Indonesia apa pun situasinya, baik

ataupun buruk. Mereka lahir dan besar di Indonesia, dan barangkali selama

hidupnya sebagian besar dari mereka bahkan belum pernah meninggalkan

42Leo Suryadinata, “Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia”, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), h. 184-185.

Page 59: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

50

Indonesia atau daerah tempat tinggal mereka. Dengan demikian, hanya

Indonesialah yang mereka kenal sebagai tempat kelahiran dan tempat kehidupan

mereka.

Keterikatan sebagian besar warga Tionghoa terhadap Indonesia kian jelas

ketika setelah sebagian dari mereka yang “lari” meninggalkan Indonesia pada

waktu peristiwa tragis Mei 1998 juga harus kembali ke Indonesia. Ternyata,

“melarikan diri” bukan jalan keluar terbaik. Tampaknya tidak ada pilihan lain bagi

mereka yang tinggal dan yang kembali selain bertahan dan melakukan resistensi.

Upaya yang kemudian mereka lakukan adalah mencoba mengubah

kebijakan pemerintah yang diskriminatif melalui pendekatan-pendekatan politik,

baik oleh individu-individu tertentu maupun oleh perkumpulan-perkumpulan etnis

Tionghoa yang bertumbuh setelah Peristiwa Mei 1998, seperti Perhimpunan

Indonesia Tionghoa (INTI) dan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia

(PSMTI). Dicabutnya Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang

Pelarangan Ekspresi Kebudayaan Cina di Ruang Publik oleh Keputusan Presiden

Nomor 6 Tahun 2000 oleh Presiden Abdurrahman Wahid, serta dikeluarkannya

UndangUndang Kewarganegaraamn Indonesia (yang baru) Nomor 12 Tahun 2006

yang, menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menempatkan warga

Tionghoa dalam persamaan dan kesetaraan dengan warga negara yang lain dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.

Permasalahannya sekarang, seperti sering kali diingatkan oleh beberapa

pengamat masalah Tionghoa, adalah bahwa masih banyak undang-undang

diskriminatif-termasuk syarat Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

Page 60: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

51

(SBKRI) yang masih diminta oleh beberapa instansi pemerintah-yang masih

berlaku dan sama sekali sekali tidak jelas apakah semua itu akan bisa dihapuskan

dan bila peristiwa tragis Mei 1998 yang memakan banyak korban-baik orang

Tionghoa maupun warga non-Tionghoa-juga belum pernah diselesaikan secara

hukum; walaupun seperti dikatakan oleh Tim Lindsey, orang Tionghoa sendiri

tidak pernah mencoba melakukan tuntutan hukum sebagaimana seharusnya.

Ganjalan inilah yang bagi sebagaian orang bisa diinterpretasikan sebagai tanda

bahwa “orang Tionghoa belum sepenuhnya diterima”, atau bahwa “masih ada

kemungkinan orang Tionghoa diperlakukan secara tidak adil sebagaimana yang

mereka alami sebelumnya”.

Kekhawatiran ini sepertinya terbukti ketika ada pernyataan dari Wakil

Presiden Jusuf Kalla pada tanggal 12 Oktober 2004-yang mengacu pada

Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan APBN khususnya

Pasal 21 Ayat 5 tentang perusahaan golongan ekonomi lemah yang dikatakan

sebagian besar terdiri dari orang Indonesia asli-mengenai akan dibedakannya

perlakuan terhadap kelompok pengusaha. Pernyataan tersebut oleh kalangan

(pengusaha) Tionghoa dianggap sebagai pernyataan yang diskriminatif. Begitu

pula dengan peristiwa Garut tanggal 3 Juli 2002. Waktu itu orang Tionghoa

diminta menanggung renteng utang Acun-agar “tidak menimbulkan kerusuhan-

memperlihatkan bahwa warga Tionghoa masih menjadi target perlakuan

diskriminatif secara hukum.

Demikian juga dengan peristiwa Pontianak pada acara peringatan Imlek

tahun 2008. Saat itu Walikota Pontianak mengeluarkan Surat Keputusan Nomor

Page 61: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

52

127 Tahun 2008 tentang pelaksanaan prosesi naga yang dibatasi hanya di Stadion

Sultan Syarif Abdurrahman. Oleh banyak warga Tionghoa, hal itu cenderung

diinterpretasikan sebagai perlakuan diskriminatif. Sebagian lagi mengaitkannya

dengan insiden perusakan rumah-rumah, kelenteng, dan kendaraan bermotor yang

terjadi pada Kamis, 6 Desember 2007, setelah Christiandi Sanjaya, seorang warga

etnis Tionghoa, terpilih sebagai Wakil Gubernur Kalimantan Barat.

Dari ketiga kasus tersebut, pada hakikatnya apa yang bisa dikatakan

tentang kedudukan atau posisi warga Tionghoa di tengah masyarakat Indonesia

hari ini, 10 tahun setelah peristiwa Mei 1998? Barangkali jawaban yang tepat

adalah bahwa secara politis posisi warga Tionghoa di Indonesia masih belum

banyak berubah. Hubungan yang ada antara warga Tionghoa dan warga non-

Tionghoa masih sangat rapuh dan cenderung diterjemahkan atas dasar apa yang

tampak saja. Dengan kata lain, setelah peristiwa tragis Mei 1998, warga Tionghoa

berhasil mengubah posisinya dari “obyek” menjadi “subyek”.43

Tantangan yang dihadapi Umat Konghucu untuk kedepannya ialah

bagaimana menghadapi dan mengantisipasi konflik identitas karena dari zaman

penjajah hingga sekarang ini yang rawan dan sering terjadi ialah mengenai konflik

identitas dalam masa penjajah dianggap sebagai pro-terhadap penjajah lalu pada

masa orde baru mengalami trauma yang sangat dalam yang di derita oleh umat

Konghucu di Indonesia akibat dari kebijakan-kebijakan Orde Baru yang sangat

diskriminatif, sehingga mereka hidup bermasyarakat seperti orang yang buta

meskipun mereka tidak mengalami kebutaan.

43I. Wibowo dan Thung Ju Lan, “SETELAH AIR MATA KERING”, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), h. 3-7.

Page 62: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

BAB III

REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA

KHONGHUCU DI INDONESIA (1966-1998)

A. Ketetapan MPRS RI Nomor XXVII/MPRS/1966

Tentang Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan, yang melarang Etnis

Tionghoa pemeluk agama Tao beribadah di depan umum, serta melarang adanya

pendidikan dan huruf yang bercirikan budaya Tiongkok dalam ketetapan MPRS

RI No. XXVII/MPRS/1966 bahwa kebijakan tersebut melarang budaya serta

pendidikan yang berbau Cina. Bahwa kebijakan tersebut mengandung makna

diskriminatif terhadap warga Etnis Tionghoa, melanggar UUD 1945 Pasal 28 C

ayat 1 Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan

dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu

pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitashidupnya

dan demi kesejahteraan umat manusia.44 Undang-undang No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional bab V pasal 12 ayat 1 (a), Setiap peserta didik

pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai

dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.45

Untuk menindaklanjuti UU tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional No. 47 dan 48 Tahun 2008 tertanggal 1 September

2012, yang mana Pendidikan Agama Khonghucu memiliki tujuannya adalah:

44Lampiran Ketetapan MPRS RI Nomor XXVII/MPRS/1966. 45Lampiran Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

53

Page 63: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

54

i. Menumbuhkembangkan iman melalui pemahaman, pengembangan

pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik

tentang Watak Sejati-Nya sehingga menjadi manusia berbudi luhur (Junzi);

ii. Mewujudkan manusia Indonesia yang sadar akan tugas dan

tanggungjawabnya baik secara vertikal kepada Tian, maupun secara

horizontal kepada sesama manusia dan alam semesta.

Permen Diknas 47 berisikan tentang Standar Isi Pendidikan Agama

Khonghucu (SI) dan Permen Diknas 48 berisikan Standar Kompetensi

Lulusan (SKL), yang mana Ruang lingkup pendidikan Agama Khonghucu

menurut Permen Diknas tersebut mencakup lima aspek;

1. Keimanan

2. Perilaku Junzi

3. Tata Ibadah

4. Kitab suci Agama Khonghucu (Sishu dan Wujing)

5. Sejarah Suci

Untuk memenuhi pendidikan Agama Khonghucu di sekolah maka

diperlukan kurikulum dan buku-buku pelajaran Agama Khonghucu. Untuk itu,

pemerintah dalam hal ini Kemendikbud memfasilitasi umat Khonghucu dalam

penulisan kurikulum dan buku-buku pelajaran Agama Khonghucu. Bagi buku-

buku yang lolos Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) akan diterbitkan

Page 64: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

55

serta diperbanyak agar dapar dipergunkaan murid-murid Khonghucu di sekolah-

sekolah seluruh Indonesia.46

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama

dan Pendidikan Keagamaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4769); pada

Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 dikatakan;

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan

membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam

mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya

melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan.

2. Pendidikan Keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta

didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan

pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan

mengamalkan ajaran agamanya.

Pada Bab III Pasal 9 dikatakan bahwa pendiidkan keagamaan meliputi

Pendidikan Keagamaan Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu,

serta pada Pasal 47 dikatakan bahwa Pendidikan Guru dan Rohaniawan Agama

Khonghucu adalah pendidikan formal dan nonformal yang diselenggarakan di

46Sugiandi Surya Atmaja, Politik hukum pemerintah Indonesia terhadap Agama Khonghucu, h. 118 - 119.

Page 65: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

56

Shuyuan atau lembaga pendidikan lainnya dan oleh yayasan yang bergerak dalam

pendidikan atau perkumpulan umat Khonghucu.47

B. Intruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, Tentang Agama,

Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina yang melarang segala aktivitas

berbau Tionghoa

Menimbang : Bahwa agama kepercayaan dan adat istiadat Cina di

Indonesia yang berpusat pada negeri leluhurnya, yang dalam

manifestasinya dapat menimbulkan pengaruh psychologis, mental dan

moril yang kurang wajar terhadap warga Indonesia sehingga merupakan

hambatan terhadap proses asimilasi, perlu diatur serta ditetapkan fungsinya

pada proporsi yang wajar. Inpres No. 14 Tahun 1967, tentang Agama,

Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina, dalam isinya disebutkan bahwa

segala aktivitas dan budaya yang berbau Cina tidak diperbolehkan

diseluruh negara kesatuan Republik Indonesia, karena dikhawatirkan akan

menimbulkan paham-paham komunis melihat Cina menganut paham

komunis.48 Tidak diperbolehkannya segala macam kegiatan maupun

aktivitas yang berbau Cina di ruang publik yang dapat menimbulkan

pengaruh dan menghambat terjadinya proses asimilasi. Inpres No. 14 tahun

1967 ini sangat membatasi aktivitas agama khonghucu, dalam menjalankan

ibadah, ritual keagamaan hanya diperbolehkan dalam ruang lingkup

47Sugiandi Surya Atmaja, Politik hukum pemerintah Indonesia terhadap Agama Khonghucu, h. 120-121.

48Lampiran Intruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, Tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina yang melarang segala aktivitas berbau Tionghoa.

Page 66: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

57

keluarga, karena dikeluarkannya agama Konghucu dari agama resmi yang

diakui oleh pemerintah melalui Inpres tersebut.

Sebagai penganut Khonghucu sudah seharusnya tidak ragu lagi

untuk mengimani dan menjalankan agamanya secara terbuka di muka

umum. Jaminan secara hukum dan peraturan bagi masyarakat Khonghucu

sesungguhnya sudah terpenuhi oleh pemerintah. Kalaupun ada

permasalahan di akar rumput itu hanya masalah teknis yang dapat

diselesaikan dengan komunikasi yang baik dan pendekatan

berkesinambungan kepada petugas pelaksana di lapangan. Hal ini diperkuat

dengan adanya UUD 1945-BAB XI Agama Pasal 29:

1. Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya

dan kepercayaannya itu.

Dalam pasal 1 di atas, negara kita negara yang meyakini adanya

Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi bukan diartikan sebagai negara agama,

apalagi milik satu agama. Negara memberikan kebebasan dan jaminan bagi

setiap warganya untuk memeluk Agama Khonghucu. atau warganya hanya

meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana para penganut

Kepercayaan Kepada Tuhan YME (agama-agama lokal), negara tetap

memberikan jaminan hukum seperti pada pasal 2 di atas.

Pernyataan “Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”

terdapat pada pembukaan UUD RI 1945, Romawi II angka 4 menunjukkan

Page 67: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

58

bahwa NKRI yang menganut prinsip teokrasi (theocracy) mengakui bahwa

manusia mempunyai kedudukan yang sama dihadapan Tuhan Yang Maha

Esa. Prinsip ini yang memberikan kewajiban kepada pemerintah dan

penyelenggara negara untuk bersikap adil dan beradab kepada setiap

warganya, memelihara budi pekerti kemanusiaan sesuai yang dicita-citakan

bersama.49

C. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 6 Tahun 2000, Tentang

Pencabutan Instruksi Presiden No. 14 Tahun 1967 Tentang Agama,

Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina

Menimbang : a. Bahwa penyelenggaraan kegiatan agama, kepercayaan

dan adat istiadat, pada hakikatnya merupakan bagian tidak

terpisahkan dari hak asasi manusia:

b. Bahwa pelaksanaan Intruksi Presiden No 14 Tahun 1967

tentang Agama, kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina,

dirasakan oleh warga negara Indonesia keturunan Cina telah

membatasi ruang geraknya dalam menyelenggarakan

kegiatan keagamaan, kepercayaan dan adat istiadatnya:

c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut dalam huruf a

dan b, dipandang perlu mencabut Intruksi Presiden No 14

49Sugiandi Surya Atmaja, Politik hukum pemerintah Indonesia terhadap Agama Khonghucu, h. 107-109.

Page 68: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

59

Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan danAdat Istiadat

Cina dengan Keputusan Presiden.50

Dalam keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 ini, mencabut Intruksi

Presiden No 14 Tahun 1967 yang membatasi ruang gerak etnis tionghoa dalam hal

ini agama khonghucu lalu diganti dengan Keputusan Presiden N0. 6 Tahun 2000

yang dikeluarkan pada pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sehingga

agama konghucu tidak perlu bersembunyi-sembunyi melakukan aktivitasnya.

Keputusan Presiden ini mencabut Inpres No. 14 Tahun 1967 tentang

agama, kepercayaan dan adat istiadat Cina. Dengan Keppres ini maka

penyelenggaaan keagamaan, kepercayaan dan adat istiadat Cina dapat

dilaksanakan tanpa memerlukan izin khusus sebagaimana berlangsung selama ini.

Keppres ini adalah hadiah yang sangat berharga bagi umat Khonghucu yang

diberikan oleh Presiden Kyai Haji Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil

Gus Dur, lahir di Jombang, Jawa Timur pada tanggal 7 September 1940. Kiranya

sebutan sebagai Bapak Khonghucu menjadi tepat bagi Gus Dur yang telah

memberikan hadiah berupa regulasi Keppres No. 6 Tahun 2000.

Hal ini diperkuat dengan Surat Menteri Dalam Negeri No. 470/336/SJ

Tahun 2006, yang dikeluarkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid, kemudian

ditindaklanjuti oleh Mendagri yang menginstruksian kepada seluruh

Gubernur/Walikota di sleuruh Indonesia untuk memberikan pelayanan

administrasi kependudukan kepada penganut agama Khonghucu. dengan

menambha keterangan agama Khonghucu pada dokumen administrasi

50Lampiran Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 6 Tahun 2000, Tentang Pencabutan Instruksi Presiden No. 14 Tahun 1967 Tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina.

Page 69: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

60

kependudukan yang digunakan selama ini. Dengan keluarnya surat Menteri Dalam

Negeri tertanggal 24 Februari 2006 ini, maka semua hal yang berhubungan

pelayanan administrasi Kependudukan Penganut Agama Khonghucu maka

mengacu kepada surat tersebut.51

51Sugiandi Surya Atmaja, Politik hukum pemerintah Indonesia terhadap Agama Khonghucu, h. 111-115.

Page 70: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

BAB IV

DAMPAK KEBIJAKAN DISKRIMINASI TERHADAP AGAMA

KHONGHUCU

A. Administrasi Kependudukan

Sejak Proklamasi Republik Indonesia, etnis Thionghoa dianggap oleh

penduduk Indonesia non Tionghoa senantiasa menimbulkan ‘’masalah’: tetapi,

“masalahnya” tidak selalu sama, mula-mula pada zaman kolonial mereka

dianggap pro-Belanda dan antinasionalisme Indonesia, eksklusif dan kerjannya

hanya mencari keuntungan, kemudian dianggap unsur komunis atau simpatisan

komunis. Akhir-akhir ini mereka dianggap sebagai kapitalis dan konglomerat

yang mengeruk kekayaan negara tanpa perasaan patriotisme. Kerusuhan yang

belum lama ini terjadi, yang ditujukan kepada warga keturunan Tionghoa, tidak

terlepas dari persepsi negatif itu.

Indonesia sudah merdeka selama lebih dari setengah abad, tetapi “masalah

Thionghoa” masih tidak kunjung selesai. Ada yang berpendapat, ini karena orang

Tionghoa masih mempertahankan kebudayaan asing dan tidak memiliki identitas

Indonesia. ada juga yang mengatakan orang Tionghoa hanya “setengah terbaur”,

belum 100 persen, dengen kata lain mereka masih belum menjadi pribumi. Pada

pandangan banyak kalangan pribumi, orang Tionghoa harus menjadi pribumi

dulu baru bisa diterima sebagai orang Indonesia. Masalahnya, seakan-akan,

persoalan identitas merupakan kunci untuk memecahkan “masalah Tionghoa”

itu.

61

Page 71: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

62

Pada pendapat penulis, sebenarnya, ini bukan saja masalah identitas,

melainkan juga maslaah politik, ekonomi, dan hubungan internasional. Namun,

soal identitas itu memang penting, dan faktor ini merupakan sebagian dari

pemecahan “masalah Tionghoa” di Indonesia. Kerusuhan Mei 1998 yang

menggemparkan dunia memang membawa penderitaan yang luar biasa. Bukan

hanya kepada pribumi, tetapi juga kelompok Tionghoa sendiri. Bahkan banyak

orang Tionghoa yang merasa, merekalah yang menjadi sasaran tindak kekerasan

yang dilakukan pribumi.52

Upaya yang kemudian mereka lakukan adalah mencoba mengubah

kebijakan pemerintah yang diskriminatif melalui pendekatan-pendekatan politik,

baik oleh individu-individu tertentu maupun oleh perkumpulan-perkumpulan

etnis Tionghoa yang bertumbuh setelah Peristiwa Mei 1998, seperti Perhimpunan

Indonesia Tionghoa (INTI) dan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia

(PSMTI). Dicabutnya Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang

Pelarangan Ekspresi Kebudayaan Cina di Ruang Publik oleh Keputusan Presiden

Nomor 6 Tahun 2000 oleh Presiden Abdurrahman Wahid, serta dikeluarkannya

UndangUndang Kewarganegaraan Indonesia (yang baru) Nomor 12 Tahun 2006

yang, menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menempatkan warga

Tionghoa dalam persamaan dan kesetaraan dengan warga negara yang lain dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.53Surat Menteri Dalam Negeri N0.

52Leo Suryadinata, Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), h. 184-185.

53I. Wibowo dan Thung Ju Lan, SETELAH AIR MATA KERING, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), h.4-5

Page 72: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

63

470/336/SJ Perihal Pelayanan Administrasi Kependudukan Penganut Agama

Konghucu, tanggal 24 Februari 2006.54

Penganut Agama Khonghucu pada 23 Juli 1995 menyelenggarakan upacara

pernikahan di kelenteng Boen Bio, Surabaya. mereka lalu mendaftarkan diri ke

Kantor Catatan Sipil Surabaya. menurut Undang-Undang Perkawinan, pengikut

agama yang bukan Islam diwajibkan untuk mencatatkan perkawinannya pada

Kantor Catatan Sipil supaya tidak dinyatakan illegal. Seperti yang telah terjadi

pada masa lampau, Kantor Catatan Sipil menolak mencatat perkawinan Budi-

Lany karna tidak lagi mengakui Agama Khonghucu. Dengan alasan bahwa

agama Konghucu tdak diakui oleh pemerintah. Sejak dikeluarkannya Intruksi

Presiden No. 14 Tahun 1967, Meski demikian, pegawai kantor mengusulkan

untuk mencatat perkawinannya sebagai perkawinan menurut agama Buddha.

Budi dan Lany menolak untuk menganti agama dan menuntut ke pengadilan

pegawai Kantor Catatan Sipil.

Pengadilan berlangsung beberapa bulan dan sempet menarik banyak

kalangan, baik Tionghoa maupun non Tionghoa. Bahkan Gus Dur yang waktu itu

ketua Nahdhatul Ulama, menghadiri pengadilan itu. Kasus ini penting karna

kasus ini menyangkut hukum agama Konghucu. Keputusan yang diambil akan

membawa akibat bagi kehidupan beragama kaum etnis Tionghoa dan hak-hak

asasi manusia di Indonesia. Para pengacara Budi dan Lany mengajukan pendapat

bahwa Agama Khonghucu adalah agama dan ideology negara Pancasila

mengakui kebebasan beragama, dan setiap warga negara berhak menjalankan

54Emma Nurmawati Hadian, Buku Saku Pembinaan dan Pelayanan Penganut Agama Khonghucu di Indonesia, (Kementrian Agama RI Jakarta, Agustus 2015), h,13.

Page 73: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

64

agamanya. Kantor Catatan Sipil tidak mempunyai hak untuk menolak pencatatan

perkawinan menurut agama Khonghucu. Pengacara pihak pemerintah

berpendapat bahwa agama Khonghucu bukan agama dan bahkan seandainya

agama pun, agama Konghucu tidak lagi diakui sebagai agama. Maka, Kantor

Catatan Sipil mempunyai hak untuk menolak pencatatan itu. Pengadilan

Suarabaya akirnya memutuskan bahwa perkara ini ada diluar kewenangannya

untuk menentukan apakah agama Khonghucuadalah agama atau bukan. Akan

tetepi, karena Menteri Agama tidak lagi mengakui agama Konghucu dengan

melihat Intruksi Presiden N0 14 Tahun 1967, Kantor Catatan Sipil, yang adalah

lembaga negara, harus mengikuti peraturan yang ada. Pengadilan memutuskan

Kantor Catatan Sipil benar.

Keputusan tersebut tidak disambut baik oleh kalangan Tionghoa atau pun

orang non Tionghoa. Beberapa intelektual islam mengkritik bahwa pemerintah

telah melanggar hak-hak asasi manusia dan kebebasan beragama. Gus Dur

mengeluarkan komentar yang menarik ketika ia mengatakan bahwa masalah

apakah agama Konghucu itu agama atau bukan, sebaiknya diserahkan kepada

pengikutnya, negara tidak boleh ikut campur. Dia mengatakan bahwa agama

Konghucu adalah agama dan adalah tidak adil terhadap kelompok etnis Tionghoa

kalau menolak memberikan setatus legal. Budi dan Lany memutuskan untuk naik

banding ke Mahkamah Agung.

Seperti telah ditulis di atas, perkawinan Budi dan Lany disahkan oleh

Mahkamah Agung, walaupun Lany melahirkan anak, yang sampai perkawinan

mereka disahkan, berstatus tidak sah. Setelah agama Konghucu diakui sebagai

Page 74: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

65

agama oleh pemerintah Gus Dur, dalam pelaksanaannya masih kurang mantap,

karena untuk pasangan penganut agama Konghucu tetap tidak dapat

mendaftarkan perkawinan mereka dan harus melewati proses yang panjang

sampai Mahkamah Agung. lebih buruk lagi setelah Gus Dur mundur,

pemerintah daerah melarang memasukkan agama Konghucu pada kartu tanda

penduduk.

Perlawanan terhadap agama Konghucu tampaknya masih sangat besar

dikalangan pemerintah. Rupanya keadaan yang tidak menentu ini berlangsung

untuk beberapa tahun dan baru berubah dua tahun setelah Susilo Bambang

Yudhoyono terpilih menjadi presiden. Menteri Agama mengeluarkan surat No.

MA/12/2006 bertanggal 24 Januari 2006 yang menjelaskan tentang perkawinan

Agama Konghucu dan pendidikan agama Konghucu. Dalam surat yang

ditunjukkan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan ini

menerangkan bahwa pencatatan perkawinan bagi para penganut agama

Konghucu sesuai peraturan perundangan yang ada. Demikian hak-hak sipil

lainnya. Dilanjutkan Pada tanggal 24 Februari Tahun 2006 Menteri Dalam

Negeri mengeluarkan surat edaran yang mengatakan “ memerintahkan seluruh

Dinas Kependudukan, Kantor Catatan Sipil serta yang terletak dibawah

koordinasi Depdagri termasuk kantor kecamatan, kelurahan bahkan ketua

RT/RW untuk melayani warga agama Konghucu yang ingin mempunyai kartu

keluarga, kartu tanda penduduk, serta mencatatkan pernikahannya. Sebelum

tanggal 24/2/2006, Menteri Agama mengirim surat kepada Mendagri dan

Mendiknas.

Page 75: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

66

Sejak adanya suarat edaran itu, eksistensi agama Konghucu secara resmi

diakui dalam administrasi kependudukan, baik dalam kartu tanda penduduk,

kartu keluarga, maupun pencatatan pernikahan. Kabarnya dibeberapa daerah

surat edaran ini segera diaplikasikan, tetapi dibeberapa daerah lain masih

memperlukan waktu untuk proses.55

B. Kelembagaan Agama Khonghucu

Migrasi yang telah membawa peningkatan pada jumlah orang Tionghoa

yang menetap di Indonesia di mulai pada awal perdagangan dengan kapal-kapal

jung (junk trade) oleh para pedagang Tionghoa dari Tiongkok Tenggara. Sebelum

bangsa Eropa, orang Tionghoa sudah beberapa kali mengunjungi Pulau Jawa,

sebuah pulau yang menduduki peran penting dalam banyak aspek, seperti

ekonomi, politik, dan kebangsaan di kemudian hari. Meskipun demikian, bukti-

bukti sejarah mengenai pemukiman menetap permanen di kota-kota sepanjang

pantai utara Jawa tidak ditemukan sampai pada abad ketiga belas.

Kebanyakan orang Tionghoa yang masuk ke Indonesia antara tahun 1860-

an sampai 1920-an didatangkan untuk bekerja di perkebunan dan mengeksploitasi

komoditas produk tambang bagi pasar Barat. Oleh sebab itu, mereka ini

kebanyakan buta huruf dan tidak berpendidikan. Seperti kebanyakan perantau

Tionghoa yang menetap di bagian lain Asia Tenggara, ketika mereka baru tiba di

Indonesia, mereka tidak dapat berbicara bahasa lokal dan memiliki sedikit sanak

saudara atau teman. Dalam usahanya untuk bertahan hidup di tanah asing yang

mereka diami, mereka mencari orang lain yang berbicara dengan dialek yang

55I. Wibowo dan Thung Ju Lan, “SETELAH AIR MATA KERING”, h.96-99

Page 76: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

67

sama, memiliki nama keluarga yang sama, atau berasal dari daerah yang sama di

Tiongkok.

Secara bertahap, organisasi Tionghoa dibentuk atau dasar nilai-nilai tradisi

dan budaya yang mereka yakini bersama. Organisasi Tionghoa yang paling awal

berupa “bang” atau “jiazu” (marga), yang berdasarkan pada kesamaan nama

keluarga, misalnya Paguyuban Marga Huang atau Paguyuban Marga Liem.

Mereka menyediakan bantuan bagi imigran baru dan kehidupan sosial mereka,

dan bahkan menyediakan persahabatan dan bantuan darurat bagi anggotanya.

Pada pokoknya, fungis organisasi tersebut adalah untuk menolong imigran baru

guna bertahan hidup, membantu meningkatkan kesejahteraan mereka, serta

menawarkan perlindungan dan solidaritas yang dibutuhkan.

Selama periode kolonial Belanda (1602 – 1945), masyarakat Tionghoa di

Indonesia dipaksa untuk menuruti sistem kesatuan yang bercirikan otoritarian

yang kuat. Pada masa penuh ketegangan ini, ketika masyarakat dibelah-belah oleh

Belanda menurut sebuah struktur hierarkis, jumlah migran Tionghoa yang datang

ke Indonesia semakin meningkat. Selain buruh dan petani, banyak orang

Tionghoa yang berpendidikan juga dikirim untuk membangun sekolah. Karena

Belanda secara terus-menerus mengabaikan dan menolak permohonan mereka

untuk menyediakan bahan-bahan dan gedung pendidikan yang layak, komunitas

Tionghoa berinisiatif mendirikan organisasi modern pertama untuk

mempromosikan pengajaran Konfusianisme di sekolah Tionghoa menengah.

Organisasi modern pertama ini adalah Tiong Hoa Hwee Koan.

Page 77: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

68

Tiong Hoa Hwee Koan dibentuk pada 17 Maret 1900 “untuk menjadi

pusat bagi keseluruhan pergerakan (Tionghoa) untuk reformasi adat istiadar dan

tradisi Tionghoa”. Perkumpulan ini mendirikan sekolah yang dibuka di Jakarta

tahun 1901. Mereka membentuk sekolah Tionghoa modern dengan tiga cara.

Pertama, bahasa pengajaran adalah bahasa Mandarin, bukan Hokkian atau dialek

Tiongkok selatan lainnya. Kedua, mereka menggunakan kurikulum dari

pendidikan Barat modern. Ketiga, kelas untuk perempuan segera dibuka dan,

tahun 1928, sekolah di Batavia (dahulu disebut Jayakarta) menjadi sekolah untuk

para pelajar laki-laki dan perempuan.

Tiong Hoa Hwee Koan, bersama dengan Siang Hwee (perkumpulan bisnis

Tionghoa atau kamar dagang), Soe Po Sia (klub membaca yang fokus pada politik

dan revolusi), dan Sin Po (dinamakan setelah surat kabar pro Tiongkok dijalankan

oleh Tionghoa peranakan) berjuang untuk memperbaiki posisi komunitas

Tionghoa secara keseluruhan dan menguatkan perasaan afiliasi dengan Tiongkok.

Mereka membentuk pergerakan Tionghoa nasionalis dengan orientasi yang jelas

kepada Tiongkok.

Kelompok-kelompok tersebut bukan satu-satunya yang mewakili

komunitas Tionghoa selama periode kolonial. Komunitas Tionghoa di Indonesia

adalah kelompok yang heterogen yang memiliki banyak perbedaan cara dalam

berpikir, berdasarkan pada perbedaan latar belakang budaya mereka.

Selama periode kolonial, ada dua kelompok Tionghoa yang berbeda di

Indonesia, yakni totok dan peranakan. Totok adalah mereka yang lahir di

Tiongkok, berbicara dalam bahasa Mandarin, dan secara jelas berorientasi kepada

Page 78: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

69

Tiongkok atau Taiwan. Adapun peranakan adalah mereka yang lahir di Indonesia

dan biasanya tidak berbicara dalam bahasa Mandarin. Di antara kedua kelompok

ini, bagaimanapun, terdapat garis-garis demarkasi. Dari sudut profesi, Tionghoa

totok lebih memilih menjadi pedagang ketimbang Tionghoa peranakan.

Dari segi politik, ada pula perbedaan di antara Tionghoa totok dan

Tionghoa peranakan. Tiong Hoa Hwee Koan dan Sin Po pada hakikatnya

merupakan organisasi sosial-politik yang pro-Tiongkok. Organisasi kaum

peranakan adalah Chung Hwa Hui yang mendukung Belanda dan Parta i

Tionghoa Indonesia yang menganut nasionalisme Indonesia. Di antara kelompok

totok, Siang Hwee, Soe Po Sia, dan “kelompok pidato” merupakan kelompok

yang berada di belakang Gerakan Tiongkok Nasionalis (Chinese Nationalist

Movement). Selain itu, ada pula kelompok yang mendukung Taiwan, berdasarkan

Kongres Nasional Kuo Min Tang.

Selama masa pendudukan Jepang (1942 – 1945), kelompok-kelompok

yang sangat beragam ini dipaksa untuk bersama-sama di bawah satu

perkumpulan. Ketika Jepang menginvasi Indonesia, pasukan Jepang menghina

kaum Tionghoa dan mencoba untuk menaburkan perpecahan di antara komunitas

totok dan peranakan dengan cara membawa mereka bersama-sama ke dalam

Huaqiao zhonghui. Jepang dengan sengaja memilih kata “huaqiao” (Tionghoa

perantauan) untuk nama federasi tersebut ketimbang “zhonghua” (Tiongkok)

karena mereka sedang berperang dengan Tiongkok.

Alih-alih menjadi terpecah, kedua kelompok tersebut malah berkolaborasi.

Para peranakan lebih berkeinginan bersekutu dengan komunitas totok daripada

Page 79: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

70

bersekutu dengan Jepang. Permulaan tahun 1942, jumlah anak-anak peranakan

yang memasuki sekolah yang dikelola komunitas totok meningkat dengan cepat,

dan komunitas pan-Tiongkok mengalami revitalisasi. Namun, semangat unifikasi

ini tidak berlangsung lama karena perubahan kebijakan di Republik Indonesia

pada tahun 1945.

Pada saat Indonesia bergerak maju menuju demokrasi konstitusional,

setelah proklamasi pada 17 Agustus 1945, komunitas Tionghoa menghadapi

persoalan baru berkenaan dengan isu-isu kewarganegaraan. setelah masa

pendudukan Jepang berakhir tahun 1945, eksistensi kelompok totok dan

peranakan tidak lagi diperlukan di bawah federasi yang disebut di atas. Jadi,

timbullah keretakan di antara kedua komunitas tersebut.

Republik yang masih berusia muda di bawah Soekarno sadar bahwa ada

masalah di antara kaum Tionghoa menyangkut isu kewarganegaraan. Konferensi

Meja Bundar tahun 1949 untuk pertama kalinya mengangkat masalah

kewarganegaraan penduduk Tionghoa di Indonesia. Ditetapkan bahwa semua

orang Tionghoa kelahiran Indonesia diberikan hak untuk memilih

kewarganegaraan Indonesia dengan tanpa melakukan apa pun atau mereka bisa

menetapkan status mereka sebagai warga negara Tiongkok dengan secara resmi

menolak kewarganegaraan Indonesia dalam masa dua tahun (1949 – 1951).

Timbul situasi rumit akibat dari Resolusi 1949. Kaum Tionghoa yang lahir

di Indonesia, yang tidak menolak kebangsaan Indonesia dan tidak juga memilih

kewarganegaraan Tiongkok, adalah warga negara legal, baik di Tiongkok maupun

di Indonesia. Namun, hal itu diakhiri dengan adanya penandatanganan Perjanjian

Page 80: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

71

Dwi kewarganegaraan pada tahun 1955 oleh Pemerintah Indonesia dan

Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok. Data tahun 1962 menunjukkan terjadi

penurunan jumlah kaum Tionghoa yang memilih kewarganegaraan Indonesia

karena ada syarat kaum Tionghoa harus membuat pilihan aktif, di samping juga

hambatan hukum dan birokratis. Akibatnya, sebagai orang asing, mereka

mengalami kesulitan ketika mereka membutuhkan bantuan pemerintah, fasilitas

kredit, lisensi impor dan pabrik, hak berdagang grosir, dan devisa.

Charles Coppel mengamati diskriminasi terhadap orang asing dan warga

Tionghoa meningkat. Pada tahun 1954 berdirilah sebuah organisasi massa yang

disebut Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia atau Baperki.

Ketuanya yang pertama adalah Siauw Giok Tjhan. Organisasi yang didukung oleh

organisasi-organisasi Tionghoa lokal ini berhasil menjangkau seluruh Indonesia.

Ketika diadakan pemilihan umum pada tahun 1955 untuk memilih anggota Dewan

Perwakilan Rakyat dan anggota Konstituante, Baperki berhasil memperoleh satu

kursi di DPR dan Siauw Giok Tjhan duduk sebagai wakilnya. Untuk Konstituante,

Baperki diwakili oleh Siauw Giok Tjhan, Oei Tjoe Tat, Yap Thiam Hien, Go Gien

Tjwan, Liem Koen Seng, dan Oei Poo Djiang.

Ketika Indonesia memasuki periode pergolakan politik dan krisis di tahun

1965, semua organisasi Tionghoa, termasuk Baperki dibubarkan. Tahun 1965

Soeharto mengambil alih kekuasaan setelah percobaan kudeta gagal, kudeta yang

menurut banyak orang diprakarsai oleh PKI. Menyusul percobaan kudeta (dis ebut

juga Gerakan 30 September), Soeharto memutuskan hubungan diplomatic dengan

Tiongkok, lalu mengimplementasikan kebijakan asimilasi yang mengakibatkan

Page 81: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

72

erosi bahasa dan budaya Tionghoa. Penutupan organisasi dan seolah-sekolah

berbahasa Mandarin terkait dengan kebijakan asimilasi ini.

Selama masa Orde Baru ini hanya organisasi keagamaan dan rumah abu

yang diperbolehkan untuk terus beroperasi. Leo Suryadinata mencatat bahwa

negara memperkuat agama untuk melawan komunisme dan gerakan sayap kiri

karena komunis dipercayai berciri ateis dan antireligius, Oleh karena itu, semua

organisasi keagamaan menjadi lebih aktif daripada sebelumnya. Dari kalangan

masyarakat Tionghoa, satu yang paling terkenal dari organisasi-organisasi ini

adalah Khong Kauw Hwee atau Perkumpulan Konfusian. Di samping itu terdapat

perkumpulan keagamaan Tionghoa lain yang disebut Sam Kauw Hwee,

Perkumpulan Tiga Agama, yang dimaksudkan untuk memajukan Konfusianisme,

Taoisme, dan Buddhisme. Sam Kauw Hwee kemudian dikenal sebagai Tridharma.

Situasi orang Tionghoa di Indonesia berubah secara radikal setelah rezim

Soeharto jatuh, yang didahului oleh kerusuhan Mei 1998. Instruksi Presiden

Nomor 6 Tahun 2000 secara resmi menghapus Instruksi Presiden Nomor 14

Tahun 1967 yang membatasi dijalankannya adat istiadat dan agama Tionghoa ke

dalam lingkup wilayah privat. Pada tahun 2001, Tahun Baru Imlek menjadi hari

libur fakultatif (Surat Keputusan Menteri Agama RI Nomor 13 Tahun 2001), dan

dua tahun kemudian Tahun Baru Imlek ditetapkan sebagai hari libur nasional. Di

samping perayaan resmi Tahun Baru Imlek, mucul sekolah tiga bahasa (san yu

xuexiao) yang menawarkan bahasa Mandarin bersama dengan bahasa Indonesia

dan bahasa Inggris.Masyarakat Indonesia juga menyaksikan berdirinya organisasi-

organisasi Tionghoa yang telah sekian lama tertidur pada masa Soeharto. Di

Page 82: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

73

antara organisasi pertama yang menegaskan kembali eksistensi dirinya adalah

organisasi-organisasi keagamaan. Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia

(Matakin), yang sudah berdiri pada tahun 1967, adalah organisasi yang paling

pertama bangkit dan mengadakan kongres pada tahun 1998. Kongres tersebut

menjadi pemicu kebangkitan organisasi-organisasi Tionghoa di Indonesia.

Buddhisme tidak mengalami pembatasan selama Orde Baru, bahkan diakui

sebagai satu dari lima agama resmi. Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi)

sudah didirikan sejak masa Orde Baru.

Sejalan dengan munculnya organisasi keagamaan itu, muncullah banyak

sekali organisasi yang didirikan oleh kaum Tionghoa pasca jatuhnya Soeharto

tahun 1998. Menurut satu-satunya buku yang memuat daftar organisasi Tionghoa

di Jakarta, Daftar Marga Tionghoa di Jakarta, yang dipublikasikan oleh

Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), terdapat 176 organisasi

sosial Tionghoa di Jakarta. Pembagian organisasi-organisasi sosial tersebut adalah

sebagai berikut:

Page 83: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

74

JENIS ORGANISASI JUMLAH

Organisasi Berdasarkan Marga Tionghoa 78

Organisasi Daerah Leluhur di Tiongkok 19

Organisasi Daerah Leluhur di Indonesia

Yayasan Belitung Mulia 1

Alumni Sekolah Tionghoa 19

Alumni Sekolah National University of Singapore (NUS) 1

Alumni Sekolah di Taiwan 1

Alumni Sekolah di Tiongkok 1

Organisasi Masyarakat

Organisasi Bidang Ekonomi 5

Lembaga Penelitian Masyarakat Tionghoa Indonesia 8

TOTAL 176 Sumber: Daftar Marga Tionghoa di Indonesia dipublikasikan oleh Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), 28 September 2007.

1. Organisasi yang berdasarkan nasionalisme: Organisasi ini ditujukan

untuk menyatukan, memajukan, dan mengarahkan potensi dari semua

WNI atau warga negara Indonesia untuk mencurahkan diri bagi cita-

cita kaum nasionalis. Organisasi tersebut terbuka bagi semua orang

Indonesia, tidak hanya kelompok etnis Tionghoa. Semua warga negara

RI dapat menjadi anggotanya. Contoh, Perhimpunan Indonesia-

Tionghoa (INTI), Suara Kebangsaan Indonesia, Lembaga Pengkajian

Kebangsaan Indonesia Bersatu, dan Forum Demokrasi Kebangsaan.

2. Partai-partai politik, seperti Partai Reformasi Tionghoa dan Partai

Bhinneka Tunggal Ika, yang ditujukan untuk mencapai kekuasaan

eksekutif dan legislatif.

Page 84: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

75

3. Organisasi yang berdasarkan kelompok bahasa, seperti Hakka,

Hokkian, Kanton, dan Perkumpulan Teochew.

4. Organisasi yang berdasarkan atas kesamaan nama keluarga, seperti

Perkumpulan Marga Huang, Wu, Lim, Tan, dan Oey.

5. Organisasi yang berdiri atas kesamaan daerah asal di Tiongkok, seperti

Meizhou, Fuqing, dan Perkumpulan Nanan.

6. Organisasi yang berdasarkan pada ikatan kuat Indonesia-Tionghoa di

dalam visi mereka bahwa Indonesia Tionghoa sebaiknya memiliki

kesamaan hal sebagaimana kelompok etnis lain di Indonesia.

Dalam memiliki persamaan hak-hak, mereka harus berkontribusi sama

banyaknya dengan kelompok etnis lain dalam memajukan negara yang

demokratis dan aman. Paguyubab Sosial Marga Tionghoa Indonesia

adalah sebuah contoh dari organisasi tipe ini.

7. Organisasi alumni sekolah menengah Tionghoa, seoerti Ba Zhong dan

Hua Zhong. Organisasi ini mengambil guru-guru lama di bawah sayap

mereka, menyiapkan dan mempromosikan beasiswa, membangun

sekolah tiga bahasa, dan ikut serta dalam kegiatan lain yang terhubung

dengan pendidikan.

8. Perkumpulan keagamaan seperti yang sudah dibahas di atas, seperti

Matakin, Walubi, dan Majelis Tao Indonesia. Perkumpulan keagamaan

lainnya termasuk kelompok Muslim-Tionghoa, Pembina Iman Tauhid

Islam, dan organisasi Kristen-Tionghoa.

Page 85: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

76

9. Organisasi yang berdasarkan pada kesamaan minat dan aktivitas,

seperti paduan suara, klub olahraga (tenis meja dan bulu tangkis menjadi

yang paling terkenal), kelompok catur Tiongkok, klub apresiasi seni

Tionghoa, dan lainnya.

Daftar di atas tidak dimaksudkan secara mendalam, tetapi di dalamnya

terindikasi adanya pergerakan dari orang Tionghoa. Sebuah tambahan yang

menarik bagi daftar tersebut mungkin adalah organisasi sosial yang dibentuk

berdasarkan kesamaan daerah asal mereka di Indonesia. Yayasan Belitung Mulia,

misalnya, adalah yayasan yang terdiri dari warga Indonesia-Tionghoa yang

berasal dari Belitung, Sumatera Timur; Yayasan Bumi Khatulistiwa, yang

membawa kebersamaan Indonesia-Tionghoa yang berasal dari Kalimantan Barat

(Pontianak dan Singkawang); dan Yayasan Bina Sejahtera Aceh, yang anggotanya

berasal dari Aceh.

Ada juga tipe lain dari perkumpulan-perkumpulan yang berfungsi secara

formal dan informal sebagai federasi. Federasi perkumpulan Guang Dong

Indonesia adalah sebuah contoh federasi formal yang secara resmi diluncurkan

pada 13 November 2007 di Jakarta. Federasi ini mencakup delapan organisasi,

yakni Hakka, Guangzhou (orang Kanton), Chaozhou (Teochew), Hainan,

Meizhou, Jiaoling, Huizhou, dan warga Belitung. Adapun organisasi Hakka,

Guangzhou, dan Chaozhou (Teochew) adalah perkumpulan kelompok bahasa

yang leluhurnya berasal dari Provinsi Guandong di Tiongkok.

Perkumpulan Hainan termasuk ke dalam federasi ini karena Hainan, yang

sekarang merupakan provinsi, semula merupakan bagian dari Provinsi Guandong.

Page 86: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

77

Perkumpulan Mei Zhou, Jiaoling, dan Huizhou semuanya berdasarkan pada

daerah-daerah di Provinsi Guandong, sementara perkumpulan warga Belitung

berdasarkan pada tempat di dalam Indonesia yang memiliki populasi besar kaum

Tionghoa yang berbicara dalam bahasa Hakka. Kebanyakan federasi Tionghoa

memiliki karakteristik global.

Federasi Guandong Indonesia mempertahankan hubungan tertutup dengan

federasi dan perkumpulan Guandong lainnya di seluruh dunia. Federasi ini

berencana mengadakan Kongres Internasioanl Federasi Dunia Guandong

Dwitahunan Kelima di Jakarta.

Federasi Guandong Indonesia adalah sebuang intitusi formal, sedangkan

Perkumpulan Fujian adalah sebuah contoh federasi informal. Perkumpulan Fujian,

atau lebih spesifik Perkumpulan Warga Fujian Peduli Bencana Alam, dibentuk

pada akhir tahun 2004 untuk mengumpulkan bantuan bagi korban tsunami di

Aceh. Organisasi ini bekerja sama dengan perkumpulan Fuzhou, Fuqing,

Shandong, Xingan, Nanan, Yongchun, Anqi, Jinjiang, Dunghuang, Tungan,

Longyuan, Yongding, Jinmen, dan Persatuan Marga Lim. Perkumpulan ini

memayungi orang yang mempunyai nama keluarga yang sama, dalam hal ini Lim.

Lim Sioe Liong adalah salah satu anggotanaya, merupakan orang Tionghoa paling

makmur di Indonesia selama pemerintahan Orde Baru. Dia adalah pendiri aktif

dan penyokong Perkumpulan Fuqing (Provinsi Fujian) adalah kota kelahirannya.

Meskipun Perkumpulan Fujian tidak berdiri secara resmi, para pemimpin

dari 14 organisasi anggota mengadakan pertemuan-pertemuan dan acara-acara

secara teratur. Tujuan utamanya adalah mempromosikan harmoni sosial di

Page 87: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

78

Indonesia ketimbang memberikan bantuan kepada korban bencana alam, dengan

mengontribusikan upaya mereka dalam usaha-usaha sosial yang beragam, seperti

membangun sekolah dan mendistribusikan bahan pokok kepada yang

membutuhkan selama perayaan hari raya Tionghoa, seperti Tahun Baru Imlek.56

Kelembagaan agama Khonghucu di Indonesia pada tahun 1918 Khong

Kauw Tjong Hwee (Kong Jiao Zong Hiu) di Yongyakarta. Bandung dipilih sebagi

kedudukan pusat organisasi dan Poei Kok Gwan terpilih sebagai ketua Umum.

keputusan ini didukung oleh Khong Kauw Hwee dari kota Surabaya, Sumenep,

Kediri, Surakarta, Semarang, Blora, Purbolinggo, Cicalengka, Wonogiri,

Yogyakarta, Kartasura, Pekalongan. Pada tahun itu pula,diterbitkan majalah

Khong Kauw Gwat Poo atau Kong Jiao Yue Bao. 25 September 1924 diadakan

konggres di Bandung yang tujuannya utamanya membahas lebih lanjut

penyeragaman tata ibadah diseluruh Indonesia. 25 Desember 1938 diadakan

konferensi di Surakarta dan kedudukan pusat dialihkan ke kota Surakarta dengan

ketua Umum orba-pasca tentang organisasi-organisasi agama khonghucu.

C. Keberadaan Agama Khonghucu dalam Organisasi Pemerintah

Keberadaan agama Khonghucu di Indonesia sebenarnya sudah eksis sejak

jauh sebelum masa reformasi di mulai yaitu dengan adanya penetapan Presiden

Nomor 1.Pn.Ps. Tahun 1965 yang mengatakan, agama yang dipeluk sebagian

besar penduduk Indonesia adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan

Khonghucu (Confucian). Ini tidak berarti bahwa agama-agama lain misalnya:

56I. Wibowo dan Thung Ju Lan, “SETELAH AIR MATA KERING”, h. 51-67

Page 88: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

79

Yahudi, Zarasustrian, Shinto, Taoisme dilarang di Indonesia. mereka mendapat

jaminan penuh seperti yang diberikan pasal 29 ayat 2 dan mereka di biarkan

adanya, asal tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam peraturan

ini atau peraturan perundangan yang lain.

Setelah rezim orde berakhir, kebebasan beragama di Indonesia mengalami

kemajuan yang sangat berarti. Presiden Indonesia pada waktu itu K.H.

Abdurahman Wahid atau yang biasa disapa Gus Dur menerbitkan Keputusan

Presiden Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Intruksi Presiden Nomor 14

Tahun 1967 Tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina. Dalam diktum

menimbang, disebutkan bahwa selama ini pelaksanaan Intruksi Presiden No 14

Tahun 1967 Tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina dirasa oleh

Warga Negara Indonesia keturunan Cina telah membatasi ruang geraknya dalam

menyelengarakan kegiatan keagamaan, kepercayaan, adat istiadat. Selain itu

disebutkan bahwa penyelenggaraan kegiatan agama, kepercayaan, dan adat

istiadat pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hak asasi

manusia. Dengan adanya Keppres ini, Intruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967

tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina dicabut dan penyelenggaraan

kegiatan keagamaan, kepercayaan dan adat istiadat Cina dilaksanakan tanpa

memperlukan izin khusus sebagaimana berlangsung sebelumnya. keputusan

tersebut berlaku sejak 17 Januari tanun 2000.57

Pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tiga hari sebelum

menyerahkan jabatannya ke Presiden Joko Widodo memberikan hadiah berharga

57Emma Nurmawati Hadian,Buku Saku Pembinaan dan Pelayanan Penganut Agama Khonghucu di Indonesia, h. 03-04

Page 89: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

80

kepada masyarakat Khonghucu berupa peraturan No 135 Tahun 2014, tertanggal

17 Oktober Tahun 2014 tentang pembentukan struktur baru Direktorat Jendral

Khonghucu di Kementrian Agama R.I. dalam pasal 475 bagian I dituliskan bahwa

susunan organisasi eselon I Kementrian Agama terdiri Derektorat Jendral

Bimbingan Masyarakat Konghucu. Dengan dikeluarkannya peraturan ini

diharapkan pemerintah dapat mempercepat pemulihan hak-hak sipil agama

khonghucu.58

Pengakuan pemerintah Indonesia juga diperlihatkan dengan adanya

regulasi atau pelayanan penganut Khonghucu secara resmi, pelayanan hak-hak

sipil penganut Konghucu

a. UUD 1945 Pasal 29 ayat 2, yang mengatakan Negara menjamin kebebasan

setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai keyakinannya.

b. UU No.I tahun 1974 tentang perkawinan pasal 2 ayat 1 menyakatakan

bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-

masing agamanya dan kepercayaannya maka Depertemen Agama

memperlakukan perkawinan para Penganut Agama Khonghucu yang

dipimpin pendeta Khonghucu adalah sah.

c. UU No 1/PNPS/1956 tentang pencegahan penyalahgunaan dan/atau

Pedoman Agama kususnya dalam Pasal 1 berbunyi, Agama-agama yang

dipeluk oleh penduduk Indonesia ialah Islam, Kristen, Khatolik, Hindu,

Budha dan Khonghucu.

58Sugiandi Surya Atmaja,Politik hukum pemerintah Indonesia terhadap Agama Khonghucu (Surabaya pt revka petra media, 2015) h. 195-196

Page 90: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

81

d. Intruksi Mentri Agama Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 tentang

Sosialisasi Status Perkawinan, Pendidikan dan Pelayanan Terhadap

Penganut Agama Khonghucu dijelaskan bahwa pelayanan terhadap

Agama Khonghucu ditingkat pusat dilaksanakan oleh Pusat Kerukukan

Umat Beragama (PKUB) pada Sekertariat Jendral Departemen Agama.

e. Peraturan Menteri Agama (PMA) No 10 Tahun 2010 tentang Organisasi

dan Tata Kerja, membentuk Bidang Bimas Khonghucu pada Pusat

Kerukunan Umat Beragama Sekertariat Jendral.

f. Keputusan Mentri Agama Republik Indonesia No 13 Tahun 2012 tentang

Organisasi Daerah membentuk Kasubag Hukum dan KUB pada Kanwil

Kemenag Propinsi, sehingga pelayanan Umat Khonghucu di propinsi dan

kebupaten/kota pada kasubag hukum KUB

g. Surat Menteri Agama Republik Indonesia N0 : MA/12/2006, tertanggal 24

Januari 2006 Perihal Penjelasan Mengenai Status Perkawinan Menurut

Agama Konghucu dan Pendidikan Agama Konghucu.

h. Surat Menteri Dalam Negeri R.I. N0 470/336/SJ, tertanggal 24 Febuari

2006, Prihal Pelayanan Administrasi Kependudukan Penganut Agama

Khonghucu.

i. UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Bab V pasal 12 ayat 1, yang mengatur

hak peserta didik untuk mendapatkan agama di sekolah sesuai agama yang

dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.

Page 91: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

82

j. PP No 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agamadan Pendidikan

Keagamaan, ditegaskan hak-hak umat Khonghucu, dengan memasukkan

pendidikan agama Khonghucudalam kurikulum nasional.

k. PP No 55 Tahun 2007 Pasal 45 ayat I menyatakan bahwa pendidikan

keagamaan Khonghucu diselenggarakan oleh masyarakat pada jalur

pendidikan formal, non formal, dan informal.

l. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 47 Tahun 2008 tentang

Standar Isi Mata Pelajaran Agama konghucu yang ditetapkan pada tanggal

1 September 2008.

m. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 48 Tahun 2008 tentang

Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Agama Konghucu yang

ditetapkan pada tanggal 1 september 2008.59

D. Alasan Orde Baru Mengeluarkan Agama Khonghucu Dari Agama

yang Dilayani Pemerintah

Berbicara alasan kita memiliki dasar ilmiah yang kuat terkait bukti yang

dijadikan landasan untuk mendorong melakukan tindakan. Alasan yang tidak ada

bukti menjadi sebuah pembenaran sepihak atas seseorang atau sekelompok orang.

Dalam kasus Orde Baru mengeluarkan agama Khonghucu dalam jajaran agama

yang dilayani oleh pemerintah menjadi pertanyaan besar yang ingin diteliti.

Karena bukan hanya melihat dari fenomena-fenomena yang terjadi dimasyarakat,

sebaliknya melihat nomena yang terjadi dibelakangnya.

59Emma Nurmawati Hadian, “ Buku Saku Pembinaan dan Pelayanan Penganut Agama Khonghucu di Indonesia “, h,11-14

Page 92: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

83

Negara Indonesia sebagai negara hukum yang berpedoman Pancasila dan

UUD 1945, segala kebijakan hukum berlandaskan pada hal tersebut. Pemerintah

Orde Baru menganggap orang-orang keturunan Tionghoa terlibat dalam kasus

G30S/PKI Tahun 1965 dan dibelakang gerakan tersebut terdapat campur tangan

Pemerintah RRT, yang mana bertujuan menggulingkan Pemerintahan RI yang

sah. Anggapan-anggapan ini kemudian dimunculkan oeleh Pemerintah Orde Baru

yang mengakibatkan orang-orang Tionghoa menjadi tersudutkan. Alhasil setelah

dua tahun pengumuman tersebut mulai muncul anti Cina diseluruh wilayah

Indonesia, baik dalam bentuk fisik maupun non fisik. Apakah benar tuduhan

keterlibatan Etnis Tionghoa dan negara RRT terhadap gerakan pemberontakan

G30S/PKI sampai sekarang belum ada buktinya. Alasan pemerintah Orde Baru

mengeluarkan larangan terhadap agama Khonghucu selain berlatar belakang

politik atas peristiwa G30S/PKI, ada anggapan bahwa agama atau penganut

Khonghucu masih berafinitas yang berpusat pada negeri leluhurnya pada saat itu

pemerintah dan kelompok Center for Strategic and Internasional Studies(CISS)

yang dipengaruhi negara Amerika Serikat (AS) dan Bakom PKB menganggap

“leluhur” adalah agama leluhur atau Negara RRT, padahal ini tidak sesuai dengan

“leluhur” menurut pemahaman agama Khonghucu diartikan menghormati dan

bentuk prilaku bakti kepada orang yang telah mendahului kita dan telah kembali

kepada Sang Maha Pencipta. Kelompok CSIS dan Kroninya sebenarnya tidak bisa

membedakan pengertian “leluhur” yang dikaitkan dengan nasionalisme terhadap

Page 93: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

84

negara dan “leluhur” dalam pengertian agama sebagai hubungan manusia dengan

Tuhan yang bersifat individual.60

Ada trauma yang mendalam dikalangan warga Tionghoa yang

menyebabkan mereka selalu menghindari keterlibatan mereka dibidang politik,

bahkan berbicara hal-hal yang terjadi pada waktu itu pun masih pada enggan.

Orang Tionghoa dikawatirkan menjadi kuda troya atau koloni kelima RRC yang

komunis dan sampai hari ini hal itu masih sangat menakutkan, bahkan bagi

generasi muda Tionghoa yang tidak tahu apa-apa tentang politik masa lalu.

Terlebih lagi adanya sikap anti komunis masih tinggi dikalangan warga non-

Tionghoa, baik yang sipil maupun militer, yang terekspresikan dengan jelas

melalui pernyataan publik mereka ketika masalah “korban” G30S mulai

pembicaraan umum.

E. Tanggapan Umat Konghucu Terhadap Kebijakan Pemerintah

Bahwa sejak peristiwa G-30-S, Ada trauma yang mendalam dikalangan

warga Tionghoa yang menyebabkan mereka selalu menghindari keterlibatan

mereka dibidang politik, bahkan berbicara hal-hal yang terjadi pada waktu itu pun

masih pada enggan. Orang Tionghoa dikawatirkan menjadi kuda troya atau koloni

kelima RRC yang komunis dan sampai hari ini hal itu masih sangat menakutkan,

bahkan bagi generasi muda Tionghoa yang tidak tahu apa-apa tentang politik

masa lalu. Terlebih lagi adanya sikap anti komunis masih tinggi dikalangan warga

non-Tionghoa, baik yang sipil maupun militer, yang terekspresikan dengan jelas

60Sugiandi Surya Atmaja, Politik Hukum Pemerintah Indonesia Terhadap Agama Khonghucu, Surabaya: PT. REVKA PETRA MEDIA, h.159-162

Page 94: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

85

melalui pernyataan publik mereka ketika masalah “korban” G30S mulai

pembicaraan umum

Trauma tersebut telah menimbulkan kecendrungan dikalangan warga

Tionghoa untuk menyekolahkan anaknya kebidang-bidang studi yang sama sekali

tidak terikat dengan politik ataupun bidang-bidang yang dikuasai negara, sehingga

pada akhirnya orang-orang Tionghoa lebih banyak ditemukan pada bidang-bidang

pekerja yang terkait dengan natural sciences (eksakta), ekonomi dan arsitektur.

Secara kasar bisa diperkirakan bahwa hampir tidak ada generasi yang lahir setelah

tahun 1965 menjadi pegawai negeri atau pegawai pemerintah sehingga

masyarakat umum menilai orang Tionghoa cenderung berkosentrasi pada bidang

ekomomi dan cenderung dipersepsikan a-sosial.61

Sejak dicabutannya Intruksi Presiden No. 14 tahun 1967 melalui

Keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 oleh Presiden Abdurrahman Wakid (Gus

Dur) kemudian dilanjutkan kebijakan-kebijakan Presiden selanjutnya secara

regulasi ditingkat pusat tidak masalah namun ketika dilapangan ditingkat teknis

itu banyak kendala-kendala yang dialami umat Konghucu, ternyata regulasi yang

diberlakukan di tingkat pusat belum maksimal pelaksanaannya terbukti ditingkat

bawah. Pertama siswa-siswi umat konghucu yang melaksanakan ujian sekolah

tidak mendapatkan soal sesuai agamanya sehingga mereka yang tidak

mendapatkan soal yang sesuai agamanya (konghucu) terpaksa mengambil agama

lain. Hal ini tentunga bertentangan dengan UU N0 20 tentang pendidikan

Nasional, kedua ketika umat Konghucu membuat KTP masih mengalami

61I. Wibowo dan Thung Ju Lan, “SETELAH AIR MATA KERING”, h. 8-9.

Page 95: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

86

kesulitan-kesulitan yang dialami, adanya oknum-oknum yang memanfaatkan umat

konghucu yang memiliki tauma masa lalu. Jadi secara umum regulasi yang

dikeluarkan tidak sudah tidak ada masalah karena sudah mencakup semua

agama.62

62Wawancara pribadi dengan Js. Sugiandi Surya Atmaja,S.Kom. M.Ag. Jakarta

Page 96: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada masa Orde Lama pemerintah mengeluarkan Penetapan Presiden RI

Nomor 1/PNPS tahun 1965 oleh Presiden Soekarno tentang pencegahan

penyalahgunaan dan/atau pedoman agama pada pasal 1 dijelaskan: Agama-

agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik,

Hindu, Budha dan Konghucu. Namun ketika Orde Baru berlangsung

mengeluarkan Intruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Agama,

Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina semenjak Inpres No. 14 Tahun 1967 inilah

agama konghucu mengalami pembatasan aktivitas di ruang publik. Tidak

berhenti disitu saja, regulasi baru diterbitkan guna menambah pembatasan

aktivitas umat Khonghucu, Ketetapan MPRS RI No. XXVII/MPRS/1966.

Kebijakan tersebut melarang budaya serta pendidikan yang berbau Cina.

Kebijakan yang mengandung makna diskriminatif dikeluarkan dalam masa

Orde Baru. Baru diera Presiden Abdulrahman Wahid (Gus Dur) mengeluarkan

Keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 untuk mencabut Intruksi Presiden No. 14

tahun 1967 sehingga kebebasan Umat Konghucu untuk beraktivitas diruangan

publik pulih kembali tanpa ada batasan-batasan untuk melapor terlebih dahulu

seperti zaman Orde Baru. Namun hal ini tidak serta merta bisa hilang begitu saja

karna dampaknya dalam kehidupan sehari-hari juga terasa, bahwa masih ada

anggapan bahwa umat Konghucu di republik ini masih dianggap orang asing

87

Page 97: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

88

oleh orang-orang pribumi, a-sosial, kondisi seperti ini yang masih terjadi

dikehidupan masyarakat belum lagi ketika mengurus administrasi

dipemerintahan misalnya mengurus KTP, pernikahan dan lain sebagainya masih

ada oktum-oknum yang memanfaatkan trauma masa lalu yang dialami umat

Konghucu. Alasan orde baru mengeluarkan dari agama resmi yang diakui

pemerintah adalah agama konghucu dianggap terlibat dalam pemberontakan

1965 (G-30-September) meskipun sampai sekarang belum ada yang bisa

membuktikan bahwa agama Konghucu terlibat dalam peristiwa itu, serta agama

konghucu dianggap berafiliasai dengan Negara Cina (Tiongkok) sebagai

penganut sistem komunis pada waktu itu. Anggapan inilah yang menjadi alasan

pemerintah (Orde Baru) untuk mengeluarkan agama Konghucu dari agama resmi

yang dilayani pemerintah.

B. Saran

1. Pemerintah harus berani mengakui kesalahannya dalam memperlakukan

kebijakan yang sangat diskriminatif pada masa Orde Baru terhadap

Agama Konghucu (Etnis Tionghoa) kenapa perlu mengakui

kesalahannya karna sampai saat ini belum ada bukti bahwa Agama

Konghucu terlibat dalam peristiwa Pemberontakan G-30-September

dengan adanya pengakuan secara resmi dari pemerintah maka sedikit

mengurangi persepsi publik (masyarakat) Indonesia bahwa Umat

Konghucu terlibat dalam peristiwa Pemberontakan G-30-September.

Page 98: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

89

2. Umat Konghucu harus aktif dan berbaur dimasyarakat tauma masa lalu

memang sangat berat yang dialami oleh umat Konghucu namun jika

hanya terantuk-antuk dalam tauma masa lalu sembari menunggu

semuanya selesai maka justifikasi masyarakat non Tionghoa terhadap

umat Konghucu selamanya akan ada jika Umat konghucu tidak membaur

di masyarakat.

3. Umat konghucu harus berani membangun dan menatap masa depan

dengan menggelorakan semangat kebangsaan Negara Kesatuan Republik

Indonesia, penting kiranya umat Konghucu lebih Proaktif berbicara

kebangsaan untuk mengurangi justifikasi masyarakat terhadap umat

Konghucu yang hanya mementingkan dirinya sendiri.

4. Umat konghucu harus ikut aktif dan mulai terlibat dalam ranah politik

praktis jangan hanya fokus dalam bidang ekonomi.

Page 99: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

90

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Definisi Pemerintahan Menurut Para Ahli. 19 Maret 2014.

https://idtesis.com/pemerintahan_menurut_para_ahli/, tanggal 02 Maret

2018.

Alifuddin, Moh. Kebijakan Pendidikan Nonformal Teori, Aplikasi dan Implikasi.

Jakarta: MAGNA Script Publishing.

Atmaja, Sugiandi Surya. Politik Hukum Pemerintah Indonesia terhadap Agama

Khonghucu.

Bahri, Media Zainul. Wajah Studi Agama-Agama. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. 2001.

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI. Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta: Departemen Agama RI, 2006.

Hadian, Emma Nurmawati. Buku Saku Pembinaan dan Pelayanan Penganut

Agama Khonghucu di Indonesia. Kementrian Agama RI Jakarta. 2015.

Intruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, Tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat

Istiadat Cina yang melarang segala aktivitas berbau Tionghoa.

Jurnal Konstitusi. Volume 10. Nomor 2. Juni 2013.

Keene, Michel. Agama-Agama Dunia. Yogyakarta: Konisius. 2006.

Kuncono, Ongky Setio. http://www.spocjournal.com/hukum/350-legalitas-agama-

khonghucu-di-indonesia-keberadaan-agama-khonghucu.html, Artikel

diakses pada tanggal 12 April 2018.

Page 100: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

91

Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 6 Tahun 2000, Tentang Pencabutan

Instruksi Presiden No. 14 Tahun 1967 Tentang Agama, Kepercayaan,

dan Adat Istiadat Cina.

Ketetapan MPRS RI Nomor XXVII/MPRS/1966.

MD, Mahfud. Politik Hukum di Indonesia. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

2012.

Simuh. Agama Khonghucu dalam Mukti Ali. Agama-Agama Dunia. Yogyakarta:

IAIN Sunan Kalijaga Press. Cet. 1. 1998.

Sishu bagian Tengah Sempurna Bab Utama Ayat 1.

Sukarno, Sabar. Laporan Penelitian dengan judul “Dampak Perkembangan

Agama Khonghucu Pasca Reformasi”. Sekolah Tinggi Agama Buddha

Negeri Sriwijaya. 2014.

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 447/74054/BA.01.2/4683/95 Tanggal 18

November 1978.

Suryabrata, Sumardi. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali Press. 1993.

Suryadinata, Leo. Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia. Jakarta: PT

Kompas Media Nusantara. 2010.

Suryana. Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif. Universitas Pendidikan Indonesia. 2010.

Tanggok, M. Ikhsan. Mengenal Lebih Dekat “Agama Khonghucu” di Indonesia.

Jakarta: Pelita Kebajikan. 2005.

Taufiqurokhman. Kebijakan Publik. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Moestopo Beragama (Pers).

Page 101: REGULASI PEMERINTAH ORDE BARU TERHADAP AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43938/2/AHMAD...Dr. Media Zainul Bahri, MA Drs. Halimah SM, MA NIP 19751019 200312

92

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28 E Ayat

(1).

UU No 1/Pn.Ps/1965.

Wibowo, I. dan Thung Jua Lan. Setelah Air Mata Kering. Jakarta: PT Kompas

Media Nusantara. 2010.

Zain, Sutan Mohammad. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan. 1994.