10
 REISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR (Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tanaman) Oleh Jamil Rendyka Pratama 1314121092 Kelompok 3 JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2014

reisolasi jamur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

.

Citation preview

REISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR (Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tanaman)

OlehJamil Rendyka Pratama1314121092Kelompok 3

JURUSAN AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG2014I.

II. PENDAHULUAN

2.1 Latar BelakangPada proses pengidentifikasi patogen pada tanaman dilakukan dengan menggunakan metode postulat koch yang dimulai dengan tahapan berasosiasi, isolasi, reinokulasi, dan reisolasi. Pada praktikum yang lalu telah dilakukan tahapan berupa isolasi sehingga untuk tahapan selanjutnya dilakukan dengan reisolasi patogen dengan tujuan menguji apakah patogen yang menyerang dapat tumbuh kembali pada media buatan yang telah disediakan.Reisolosi dilakukan dengan cara yang tidak begitu jauh berbeda dengan isolasi hanya saja pada reisolasi menggunakan suatu alat yang bernama borh untuk mengambil patogen yang telah diisolasi sebelumnya. Patogen yang diambil harus patogen yang berada dipingiran koloninya. Ini karena patogen yang berada dipanggir koloni masih aktif bereproduksi sehingga masih dapat tumbuh pada media baru.

2.2 Tujuan PraktikumAdapun tujuan dari praktikum ini adalah1. Mengetahui cara reisolasi patogen.2. Mengidentifikasi suatu patogen.3. Mengetahui fungsi dari reisolasi.

4. III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan BahanAdapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah borh, Laminar Air Flow (LAF), jarum oose, bunsen, dan mikroskop.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah media baru (PDA), jamur, asam laktat, dan alcohol.

3.2 Prosedur PraktikumAdapun prosedur yang dilakukan pada praktikum ini adalah1. Jamur biakan minggu lalu disiapkan.2. Reisolasi dilakukan di dalam Laminar Air Flow (LAF).3. Jamur biakan, media PDA, dan borh dipanaskan didekat Bunsen.4. Diambil jamur biakan dengan menggunakan borh dan dipindahkan ke media baru.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil PengamatanTable 1. Hasil pengamatan praktikumNoGambarKeterangan

1.

Pengamatan hari ke-2 pada hari jumat tanggal 25 Oktober 2014.

2.

Pengamatan hari ke-5 pada hari senin tanggal 27 Oktober 2014.

3.

Pengamatan specimen (gloeosporioides) dibawah mikroskop.

4.2 PembahasanSiklus hidup dari jamur Colletotrichum capsici yang terdapat pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu berawal dari buah masuk menginfeksi biji. Pada umumnya jamur ini menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur ini juga menyerang daun dan batang, hingga buah tanaman dan dapat mempertahankan dirinya dalam sisa-sisa tanaman sakit. Kemudian konidium dari jamur ini akan disebarkan oleh angin (Musthofa, 2010).

Mekanisme Jamur Colletotrichum capsici menyerang pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi buah-buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau. Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa-sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin (Musthofa, 2010).

Gejala serangan yang ditimbulkan oleh jamur Collectotrichum capsici yang terdapat pada tanaman cabai yaitu mula-mula berbentuk bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk, pada buah yang masih hijau atau yang sudah masak. Bintik-bintik ini tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang. Bagian tengahnya menjadi semakin gelap (Semangun, 2001).

Pengendalian yang dapat dilakukan pada tanaman cabai yang terserang Collectotrichum capsici yaitu sanitasi, memperbaiki pengairan, menggunakan benih sehat, pergiliran tanaman, memenfaatkan Trichoderma dan Gliocladium serta dapat pula dengan menggunakan varietas tahan (Suryanto , 2010).

C. gloeosporioides umumnya mempunyai konidium hialin berbentuk silinder dengan ujung-ujung tumpul, kadang-kadang berbentuk agak jorong dengan ujung agak membulat dengan pangkal yang agak sempit terpancung, tidak bersekat, berinti satu, panjang 9 24 x 3 - 6 m, terbentuk pada konidiofor seperti fialid berbentuk silinder, hialin berwarna agak kecoklatan. Ordo dari kelas Deutromycetes ini mempunyai konidiofor yang pendek dan beregresi (berkumpul) pada permukaan yang tipis dari perenkhimoid dan stroma (satu aservulus). Konidia terbentuk tunggal pada ujung-ujung konidiofor, konidiofor pendek, tidak berwarna, tidak bercabang, tidak bersekat. Adanya bercak coklat kehitaman, tepi daun menggulung merupakan gejala serangan Colletorichum. Pada daun umur lebih dari 10 hari terdapat bercak coklat dengan halo warna kuning, selanjutnya bercak tersebut berlubang (Pracaya, 2007).

Serangan C. gloeosporioides pada daun muda menimbulkan bercak berwarna coklat kehitaman pada bagian tengahnya, yang berturut-turut diikuti oleh mengeriputnya lembaran daun, timbulnya busuk kebasahan pada bagian yang terinfeksi dengan akibat yang lebuh jauh gugurnya daun. Pada daun tua (umur daun lebih dari 10 hari) serangan C. gloeosporioides, bercak daun berwarna coklat dengan warna kuning dan permukaan daun menjadi kasar. Serangan lebih lanjut menyebabkan bercak tersebut menjadi berlubang (Pracaya, 2007).

Pengendalian penyakit C. gloeosporioides ini dengan sanitasi pohon, yaitu dengan membuat atau memotong bagian tanaman yang teserang penyakit. Selain itu tidak menanam tanaman lain sebagai inang bagi penyakit ini. Jarak tanam juga harus diperhatikan jangan terlalu rapat, menghindari terjadinya luka pada tanaman, dan melakukan penyemprotan fungisida pada tanaman (Soesanto, 2006).

Dalam pemurnian mikroba dikenal istilah yaitu isolasi mikroba dan kultur murni. Isolasi mikroba adalah memindahkan mikroba dengan lingkungannya dengan mengisolasi mikroba bakteri yang diperlukan atau dengan kata lain mikroba yang tidak kita butuhkan segera di singkirkan, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni (Dwidjoseputro, 1994).

Kultur murni adalah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal, artinya mikroba ditumbuhkembangkan dari bakteri yang dihomogenkan dengan kata lain bakteri di isolasikan agar didapatkan bakteri murni yang dibutuhkan nantinya dalam kegiatan praktikum. Objek yang harus diperhatikan adalah bakteri (Surbakti, 2010).

Di dalam mengisolasi mikroorganisme digunakan berbagai cara, antara lain dengan cara goresan (streak plate), cara taburan/tuang (pour plate) cara sebar (spread plate), cara pengenceran (dilution method), serta mikromanipulator (micromanipulator method). Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah teknik cawan tuang dan cawan gores. Kedua metode ini didasarkan pada prinsip yang sama yaitu mengencerkan organisme sedemikian rupa sehinga individu atau spesies dapat dipisahkan dari lainnya (Hadioetomo, 1993).

V. VI. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah1. Capsici menimbulkan gejala berupa bintik-bintik hitam pada tanaman.2. Pengendalian pada jamur capsici berupa sanitasi, memperbaiki pengairan, menggunakan benih sehat, pergiliran tanaman, memenfaatkan Trichoderma dan Gliocladium serta dapat pula dengan menggunakan varietas tahan.3. Jamur capsici bila diamati dibawah mikroskop memiliki bentuk berupa bulan sabit.4. Jamur gloeosporioides bila diamati dibawah mikroskop memiliki bentuk berupa bulir padi.5. Pengendalian jamur gloeosporioides berupa sanitasi pohon, mengatur jarak tanam, menghindari tejadi luka pada tanaman, penyemprotan menggunakan fungisida.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.Musthofa. 2010. http://thegloryofunited.blogspot.com diakses pada hari selasa 28 Oktober 2014 pada pukul 08.08 WIB.Pracaya, 2007. Hama Dan Penyakit Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya.Semangun, 2001. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University.Soesanto. 2006. Penyakit Pasca Panen. Yogyakarta : Kanisius.Subakti, T. 2010. Pemurnian Mikroba. Bandung : UNPAD.Suryanto. 2010. Hama Dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta : Kanisius.

LAMPIRAN