Upload
others
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
REKOMENDASI MENTERI KEUANGAN TENTANG KESEIMBANGAN PENDANAAN DI DAERAH TAHUN 2018
Untuk Perencanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2018
i
DAFTAR ISI DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….…... i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….…. ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………….……… iii
LATAR BELAKANG ……………………………………………………….……………….. 1
1.1 DASAR HUKUM ..………………………………………………....….……………. 2
1.2 RUANG LINGKUP REKOMENDASI .……………………………….……………. 4
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN …………………………………………………………... 4
1.4 SISTEMATIKA ..…………………………………………………………………….. 4
BAB II FORMULASI KESEIMBANGAN PENDANAAN DI DAERAH UNTUK
PERENCANAAN LOKASI DAN ANGGARAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS
PEMBANTUAN …………………………………………………………………………...…
5
2.1 VARIABEL-VARIABEL YANG DIGUNAKAN ………………………...………….. 5
2.2 SUMBER DATA ………………………………………………………..……………. 6
2.3 FORMULASI KESEIMBANGAN PENDANAAN DI DAERAH ………………….. 6
BAB III EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENDANAAN
DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN TA 2017 ….………………………
7
3.1 EVALUASI ATAS PELAKSANAAN REKOMENDASI MENTERI
KEUANGAN UNTUK PERENCANAAN DANA DEKONSENTRASI DAN
TUGAS PEMBANTUAN TA 2017 ………………………………………………….
7
3.2 ANALISIS DISTRIBUSI ALOKASI DANA DEKONSENTRASI DAN TUGAS
PEMBANTUAN PER WILAYAH TA 2017 ….…………………..….……………..
14
3.3 ANALISIS JENIS BELANJA ATAS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI
DAN TUGAS PEMBANTUAN TAHUN ANGGARAN 2016 ……..……………...
16
BAB IV REKOMENDASI KESEIMBANGAN PENDANAAN DI DAERAH DALAM
RANGKA PERENCANAAN LOKASI DAN ANGGARAN DEKONSENTRASI
DAN TUGAS PEMBANTUAN TA 2018 …………………………………...…………….
19
LAMPIRAN I A PROVINSI YANG TERMASUK PRIORITAS I …............................ iv
LAMPIRAN I B KABUPATEN/KOTA YANG TERMASUK PRIORITAS I ………….. v
LAMPIRAN II A PROVINSI YANG TERMASUK PRIORITAS II …………………….. xii
LAMPIRAN II B KABUPATEN/KOTA YANG TERMASUK PRIORITAS II ………….. xiii
LAMPIRAN III A PROVINSI YANG TERMASUK NON PRIORITAS ………………… xvii
LAMPIRAN III B KABUPATEN/KOTA YANG TERMASUK NON PRIORITAS …….. xviii
LAMPIRAN IV ISTILAH, DEFINISI, DAN PENGERTIAN …………………………... xxiii
ii
KATA PENGANTAR
Penyelenggaraaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan dimaksudkan untuk
meningkatkan pencapaian kinerja, efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan
pemerintahan, pelayanan publik dan pembangunan di daerah serta mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat di daerah. Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut,
diperlukan keselarasan dan sinergi secara nasional antara program dan kegiatan
dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang didanai dari APBN dengan program dan kegiatan
desentralisasi yang dibiayai dari APBD. Pengalokasian dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan dimaksudkan untuk menjamin tersedianya sebagian anggaran
kementerian/lembaga bagi pelaksanaan program dan kegiatan prioritas yang sudah
ditetapkan dalam Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL) yang mengacu pada
Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Kementerian/Lembaga selaku institusi pemerintah yang menyelenggarakan
dekonsentrasi dan tugas pembantuan perlu mempertimbangkan beberapa aspek dalam
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan agar
pelaksanaannya dapat berjalan efektif, efisien, ekonomis, dan tepat sasaran. Dua hal utama
yang menjadi perhatian adalah: (i) perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi dan
tugas pembantuan harus sesuai dengan Renja-KL dan RKP; dan (ii) rencana lokasi dan
anggaran untuk program dan kegiatan yang akan didekonsentrasikan atau ditugaskan
disusun dengan memperhatikan kemampuan keuangan negara, keseimbangan pendanaan
di daerah, dan kebutuhan pembangunan daerah.
Menteri Keuangan selaku Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik
Indonesia yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pengelolaan fiskal nasional, ikut
bertanggung jawab dalam menyediakan data dan informasi terkini tentang peta
keseimbangan pendanaan di daerah untuk keperluan perencanaan lokasi dan anggaran
dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Menteri Keuangan setiap tahun anggaran wajib
menyediakan dan menyampaikan peta keseimbangan pendanaan di daerah kepada pihak-
pihak yang terkait agar dapat digunakan dalam perencanaan lokasi dan anggaran
dekonsentrasi dan tugas pembantuan di daerah.
Peta keseimbangan pendanaan di daerah yang disusun dalam rekomendasi Menteri
Keuangan memuat informasi terkini mengenai kondisi daerah, yang diukur dari dua variabel,
yaitu Variabel Kemampuan Pendanaan Daerah (KPD) yang menggambarkan potensi
kemampuan keuangan di daerah dalam upaya membangun dan melayani kepentingan
masyarakat dan variabel pembangunan masyarakat di daerah yang direpresentasikan melalui
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Berdasarkan peta keseimbangan pendanaan di daerah
iii
tersebut, daerah yang direkomendasikan untuk mendapat alokasi dana dekonsentrasi
dan/atau dana tugas pembantuan TA 2018 sebagai berikut:
Prioritas 1: Kelompok daerah yang memiliki tingkat kemampuan keuangan (KPD) di
bawah rata-rata nasional, dan tingkat pembangunan masyarakat (IPM) di bawah IPM
nasional. Kelompok daerah ini perlu mendapat intervensi pemerintah pusat melalui
kewenangan yang dimiliki untuk dapat menstimulasi percepatan pembangunan di daerah
tersebut melalui penyelenggaraan program dan kegiatan dekonsentrasi dan tugas
pembantuan.
Prioritas 2: Kelompok daerah yang memiliki tingkat kemampuan keuangan (KPD) di
bawah rata-rata nasional, namun memiliki tingkat pembangunan masyarakat (IPM) di atas
IPM nasional. nasional. Kelompok daerah ini merupakan daerah yang memiliki tingkat
kemampuan keuangan dibawah rata-rata nasional namun masih dapat secara efektif
melakukan pembangunan daerah melalui kegiatan pelayanan terhadap masyarakat dengan
baik. Kelompok ini perlu didorong untuk mempertahankan kinerjanya tersebut, salah satu cara
yang dapat ditempuh adalah dengan diberikan program dan kegiatan Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan.
Hal lain yang disampaikan dalam rekomendasi ini adalah: (i) analisis atas pelaksanaan
rekomendasi Menteri Keuangan tahun 2016; (ii) analisis distribusi alokasi dana dekonsentrasi
dan tugas pembantuan per wilayah tahun 2017; (iii) analisis jenis belanja atas pelaksanaan
dekonsentrasi dan tugas pembantuan tahun 2017; dan (iv) beberapa rekomendasi lain yang
dapat dijadikan acuan bagi kementerian/lembaga agar pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi
dan tugas pembantuan di daerah dapat berjalan dengan efektif, dan tercapai sasaran.
Demikian rekomendasi ini disusun untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
perencanaan lokasi dan anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan TA 2018, sehingga
dapat memberi dampak positif bagi pencapaian salah satu tujuan utama penyelenggaraaan
pemerintahan yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Atas perhatian dan
kerjasamanya diucapkan terima kasih.
Ditetapkan di Jakarta
Tanggal: 2017
MENTERI KEUANGAN
SRI MULYANI INDRAWATI
Halaman 1 dari 20
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa Perimbangan
Keuangan adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis,
transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi dengan
mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan
penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Dana Dekonsentrasi merupakan
dana yang berasal dari anggaran Kementerian/Lembaga (K/L) yang dilaksanakan oleh
gubernur sebagai wakil pemerintah, sedangkan dana Tugas Pembantuan merupakan dana
yang berasal dari anggaran K/L yang dilaksanakan oleh daerah dalam rangka pelaksanaan
tugas pembantuan. Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dapat dimaknai sebagai
bentuk dukungan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dalam rangka mengurangi
kesenjangan pembangunan antardaerah agar terpeliharanya keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Dalam rangka pengalokasian dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, perlu
memerhatikan pembagian kewenangan antarpemerintah. Pendanaan Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan dilaksanakan untuk membiayai kegiatan yang merupakan kewenangan
Pemerintah Pusat di daerah, dengan demikian dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
hendaknya saling melengkapi dengan dana desentralisasi atau dengan kata lain dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tidak digunakan untuk mendanai urusan pemerintah
daerah.
Untuk melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawab pelaksanaan Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan secara efektif, efisien, ekonomis dan tepat sasaran, Menteri
Keuangan dapat menyampaikan rekomendasi kepada K/L sebagai bahan pertimbangan bagi
K/L dalam menyusun perencanaan lokasi dan anggaran kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan untuk setiap tahun anggaran. Bahan pertimbangan tersebut dituangkan dalam
bentuk rekomendasi Menteri Keuangan tentang Keseimbangan Pendanaan di Daerah.
Rekomendasi Menteri Keuangan memuat informasi tentang peta keseimbangan pendanaan
di daerah yang menggambarkan kondisi terkini keadaan suatu daerah, yang diukur dari
tingkat Kemampuan Pendanaan Daerah dan tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah
yang direpresentasikan melalui Indeks Pembangunan Manusia. Rekomendasi Menteri
Keuangan tersebut seyogianya menjadi dasar pertimbangan bagi K/L dalam rangka
perencanaan lokasi dan alokasi dana kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
Halaman 2 dari 20
1.2. DASAR HUKUM
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang mendasari tugas dan fungsi Menteri
Keuangan dalam penyusunan dan penyampaian Rekomendasi Menteri Keuangan dalam
rangka perencanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan adalah sebagai berikut:
1. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
a. Pasal 3 ayat (1)
“Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan”.
Setiap penyelenggara negara wajib mengelola dana Dekonsenstrasi dan dana Tugas
Pembantuan sebagai bagian dari keuangan negara sesuai dengan prinsip
pengelolaan keuangan negara tersebut, mencakup kegiatan perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban.
b. Bagian Penjelasan Butir (5) mengenai Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan
Negara
Dalam penjelasan butir (5) UU 17 tahun 2003 disebutkan bahwa Menteri Keuangan
sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan yang bertanggungjawab dalam
pengelolaan fiskal pada hakekatnya merupakan Chief Financial Officer (CFO)
Pemerintah Republik Indonesia, sementara setiap Menteri/Pimpinan lembaga yang
bertanggungjawab dalam penggunaan anggaran/penggunaan barang pada
hakekatnya merupakan Chief Operational Officer (COO) untuk suatu bidang tertentu
pemerintahan. Pembagian wewenang dan tanggung jawab ini perlu dilaksanakan
secara konsisten agar terwujud mekanisme checks and balances serta untuk
mendorong peningkatan profesionalisme dalam penyelenggaraan tugas
pemerintahan.
Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan fiskal dan
kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan, administrasi
kepabeanan, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan. Terkait dengan fungsi
pengelolaan kebijakan fiskal dan penganggaran, Menteri Keuangan mempunyai
kewenangan untuk memberi bahan pertimbangan/rekomendasi kepada K/L dalam
perencanaan lokasi dan alokasi dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan
a. Pasal 21 ayat (2) dan Pasal 50 ayat (2)
“Rencana lokasi dan anggaran untuk program dan kegiatan yang akan
dilimpahkan/ditugaskan disusun dengan memperhatikan kemampuan keuangan
negara, keseimbangan pendanaan di daerah, dan kebutuhan pembangunan daerah”.
Ketentuan tersebut dimaknai bahwa adanya kewajiban K/L untuk memperhatikan
keseimbangan pendanaan di daerah dalam perencanaan lokasi dan anggaran untuk
program dan kegiatan Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan.
Halaman 3 dari 20
b. Penjelasan Pasal 21 Ayat (2) dan Pasal 50 ayat (2)
Kemampuan keuangan negara dimaksudkan bahwa pengalokasian disesuaikan
dengan kemampuan APBN dalam mendanai urusan pemerintah pusat melalui bagian
anggaran K/L.
Keseimbangan pendanaan di daerah dimaksudkan bahwa pengalokasian
mempertimbangkan kemampuan fiskal daerah.
Kebutuhan pembangunan daerah dimaksudkan bahwa pengalokasian disesuaikan
dengan prioritas pembangunan nasional dan prioritas pembangunan daerah.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman
Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 mengatur beberapa aspek
pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas pembantuan sebagai berikut:
a. Keseimbangan pendanaan dilakukan secara proporsional agar sebaran lokasi dan
alokasi dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tidak terkonsentrasi pada
daerah tertentu.
b. Pengalokasian dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan mempertimbangkan
kemampuan fiskal daerah yang terdiri dari besarnya transfer ke daerah dan
kemampuan keuangan daerah.
Hasil rumusan keseimbangan pendanaan di daerah dimaksud dituangkan dalam
Rekomendasi Menteri Keuangan dan disampaikan kepada K/L dengan tembusan kepada
Kepala Bappenas
4. Surat Edaran Bersama Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri Keuangan dan Menteri
Dalam Negeri Nomor : 0442/M.PPN/11/2010, Nomor : SE-696/MK/2010 dan Nomor :
120/4693/SJ tentang Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Program dan
Kegiatan Kementerian/Lembaga di Daerah serta Peningkatan Peran Aktif Gubernur
Selaku Wakil Pemerintah Pusat.
Kementerian/Lembaga diminta untuk memperhatikan rekomendasi Menteri Keuangan
dalam mengalokasikan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan tertuang
dalam Surat Edaran ini pada huruf A butir 2.c.1 yang berbunyi sebagai berikut:
“Dalam pelaksanaan program dan kegiatan yang dilakukan melalui mekanisme
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, Kementerian/Lembaga wajib mengalokasikan
anggaran dengan target kinerja yang jelas dan terukur dengan mengutamakan
pencapaian prioritas pembangunan pada Kementerian/Lembaga serta
mempertimbangkan kemampuan keuangan negara, keseimbangan pendanaan di
daerah sebagaimana tertuang dalam rekomendasi Menteri Keuangan yang
diterbitkan setiap tahun, dan kebutuhan pembangunan daerah yang menjadi urusan
Pemerintah Pusat”.
1.3. RUANG LINGKUP REKOMENDASI
Halaman 4 dari 20
Rekomendasi Menteri Keuangan ini membahas permasalahan sebagai berikut:
1. Latar belakang dan dasar hukum dari rekomendasi Menteri Keuangan.
2. Evaluasi pelaksanaan Rekomendasi Menteri Keuangan dalam alokasi anggaran
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan TA 2017.
3. Formulasi peta keseimbangan pendanaan di daerah untuk perencanaan lokasi dan
alokasi dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan TA 2018 berdasarkan data dan
kondisi terkini.
1.4. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan rekomendasi Menteri Keuangan adalah untuk :
1. Mewujudkan proporsionalitas dalam pengalokasian dana Dekonsentrasi dan dana Tugas
Pembantuan agar sebaran alokasi dana tidak terkonsentrasi di daerah tertentu;
2. Meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas dalam pengelolaan
dana Dekonsentrasi dan dana Tugas Pembantuan;
3. Memberikan masukan kepada K/L dalam merencanakan lokasi dan alokasi dana
Dekonsentrasi dan dana Tugas Pembantuan agar tepat sasaran.
1.5. SISTEMATIKA
Rekomendasi terdiri dari empat bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I Penjelasan mengenai latar belakang dengan landasan hukum, ruang lingkup
rekomendasi, maksud dan tujuan, serta sistematika;
Bab II Penjelasan tentang formulasi keseimbangan pendanaan di daerah untuk
perencanaan lokasi dan alokasi dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
Bab III Penjelasan mengenai evaluasi atas pelaksanaan rekomendasi Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan TA 2017;
Bab IV Rekomendasi Menteri Keuangan dalam rangka perencanaan lokasi dan alokasi dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2018.
Halaman 5 dari 20
BAB II
FORMULASI KESEIMBANGAN PENDANAAN DI DAERAH UNTUK PERENCANAAN LOKASI DAN ANGGARAN DEKONSENTRASI DAN
TUGAS PEMBANTUAN
2.1 VARIABEL-VARIABEL YANG DIGUNAKAN
Keseimbangan pendanaan di daerah ditinjau berdasarkan 2 (dua) jenis variabel, yaitu
variabel Kemampuan Pendanaan Daerah dan variabel Indeks Pembangunan Manusia
dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Variabel Kemampuan Pendanaan Daerah (KPD)
KPD merupakan variabel yang dapat menggambarkan potensi kemampuan keuangan di
daerah dalam upaya membangun dan melayani kepentingan masyarakat. Variabel ini
meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan
yang Sah dengan memperhitungkan belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD).
Variabel ini diasumsikan sebagai gambaran ruang fiskal di daerah, yaitu besaran alokasi
dana yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan dan
pelayanan masyarakat di daerah secara leluasa dan fleksibel.
2. Variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
IPM digunakan sebagai variabel untuk mengukur pembangunan masyarakat di daerah
dengan pertimbangan:
a. Merupakan indikator penting yang digunakan dalam mengukur keberhasilan
pembangunan hidup manusia/masyarakat/penduduk.
b. Digunakan sebagai salah satu ukuran kinerja suatu daerah, khususnya dalam evalusi
proses pembangunan sumber daya manusia.
c. Dapat mengindikasikan tentang bagaimana manusia mempunyai kesempatan untuk
mengakses hasil dari suatu proses pembangunan, sebagai bagian dari haknya seperti
dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan.
Hubungan kedua variabel peta keseimbangan pendanaan di daerah tersebut dapat
dilihat pada Gambar 2.1.1 di bawah ini:
GAMBAR 2.1.1 Variabel Keseimbangan Pendanaan di Daerah
Keseimbangan Pendanaan di
Daerah
Variabel Kemampuan
Pendanaan Daerah (KPD)
Variabel Indeks
Pembangunan Manusia (IPM)
Pendapatan Asli Daerah
Dana Perimbangan
Lain-lain Pendapatan yang
Sah
Belanja PNSD
Pembangunan Masyarakat di Daerah, mencakup bidang: Pendidikan
Kesehatan
Kesejahteraan masyarakat
Halaman 6 dari 20
2.2 SUMBER DATA
Data yang digunakan dalam menyusun formulasi peta keseimbangan pendanaan di
daerah dapat dibedakan dalam 2 jenis: pertama, Data Fiskal terdiri dari data PAD, Dana
Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah dalam APBD, dengan memperhitungkan
Belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD); kedua, data Non-Fiskal terdiri dari Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK), dan Jumlah Penduduk.
Data Fiskal diperoleh dari APBD Provinsi/Kabupaten/Kota yang disampaikan kepada
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan – Kementerian Keuangan, sedangkan data non-
fiskal diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Dalam Negeri yang
digunakan dalam perhitungan alokasi DAU TA 2017.
Jenis data, tahun data, dan sumber data yang digunakan dalam penyusunan
rekomendasi Menteri Keuangan tentang keseimbangan pendanaan untuk perencanaan
dekonsentrasi dan tugas pembantuan TA. 2018 adalah sebagaimana pada Gambar 2.2.1
berikut :
GAMBAR 2.2.1 Jenis, Tahun, dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam formulasi keseimbangan pendanaan di daerah adalah data terkini
yang tersedia. Data fiskal berasal dari data tahun 2016, sedangkan data non fiskal
menggunakan data IPM tahun 2015.
2.3 FORMULASI KESEIMBANGAN PENDANAAN DI DAERAH
Langkah-langkah perhitungan formulasi peta keseimbangan pendanaan adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan Indeks Kemampuan Pendanaan Daerah (IKPD) riil per Kapita:
a. Menghitung KPD, yang merupakan selisih Pendapatan yang diperoleh suatu daerah
(PAD, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah) dengan Belanja
Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD).
APBD
Data Fiskal
Data
Non Fiskal
PAD
Lain-lain pendapatan yang Sah
Dana Perimbangan
Belanja PNSD
IPM
IKK
Jumlah Penduduk
2016
2016
2016
2016
2015
2016
2016
APBD
APBD
DJPK & Daerah
BPS
BPS
Kemendagri
Halaman 7 dari 20
b. Menghitung KPD riil per Kapita, dengan cara membagi KPD suatu daerah dengan
besaran perkalian IKK dengan Jumlah Penduduk. Baik IKK maupun jumlah penduduk
menjadi proxy perbedaan tingkat harga antar daerah per Kapita.
c. Menghitung Indeks KPD (IKPD) riil per Kapita, dengan melakukan penyusunan indeks
nilai besaran IKPD riil per Kapita suatu daerah dengan cara membagi IKPD suatu
daerah dengan rata-rata IKPD seluruh daerah.
2. Menghubungkan IKPD riil per Kapita dengan IPM:
a. Menempatkan masing-masing daerah ke dalam berdasarkan nilai IKPD riil per Kapita
dan IPM.
b. Menentukan 4 (empat ) kuadran dengan menggunakan nilai rata-rata IPFD rill per
kapita sebagai sumbu horisontal, dan IPM Nasional sebagai sumbu vertikal.
c. Pengelompokkan dalam 4 (empat) kuadran tersebut, masing-masing:
Kuadran I untuk daerah yang memiliki IKPD riil per kapita di atas rata-rata nasional
dan IPM di atas IPM nasional (dikategorikan dalam daerah non prioritas);
Kuadran II untuk daerah yang memiliki IKPD riil per kapita di bawah rata-rata
nasional dan IPM di atas IPM nasional, (dikategorikan dalam daerah prioritas II);
Kuadran III untuk daerah yang memiliki IKPD riil per kapita di bawah rata-rata
nasional dan IPM di bawah IPM nasional, (dikategorikan dalam daerah prioritas I);
Kuadran IV untuk daerah yang memiliki IKPD riil per kapita di atas rata-rata
nasional dan IPM di bawah IPM nasional, (dikategorikan dalam daerah non
prioritas).
Pengelompokkan daerah berdasarkan kuadran dan prioritas pendanaan
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dapat dilihat dalam Gambar 2.3.1 sebagai
berikut:
GAMBAR 2.3.1 Pengelompokan Daerah Berdasarkan Kuadran dan Prioritas Pendanaan
Adapun gambaran langkah-langkah formulasi keseimbangan pendanaan di daerah
dapat terlihat pada Gambar 2.3.1 di bawah ini:
Gambar 2.3.1
Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Kemampuan Pendanaan Daerah
Kuadran I Kuadran II
Kuadran III Kuadran IV
Kelompok Daerah Non Prioritas
Kelompok Daerah Non Prioritas
Kelompok Daerah Prioritas II
Kelompok Daerah Prioritas I
Halaman 8 dari 20
Langkah-langkah Formulasi Keseimbangan Pendanaan di daerah
KPD
Lain2
Pendapatan yg Sah
PAD
Pendapatan Daerah
Belanja PNSD
Faktor Pengurang
KPD riil per kapita
Jumlah penduduk
IKK
IKPD riil
per kapita
Peta Keseimbangan Pendanaan di
daerah
IPM Nasional
Hasil Formulasi
Rekomendasi
PAD = Pendapatan Asli Daerah KPD = Kemampuan Pendanaan Daerah IKK = Indeks Kemahalan Konstruksi IPM = Indeks pembangunan Manusia
Dana
Perim-bangan
Halaman 9 dari 20
BAB III EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENDANAAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN TA 2017
3.1. EVALUASI ATAS PELAKSANAAN REKOMENDASI MENTERI KEUANGAN
UNTUK PERENCANAAN DANA DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN
TA 2017
Total pagu anggaran dana Dekonsentrasi dan dana Tugas Pembantuan Tahun
Anggaran 2017 adalah sebesar Rp18.336,48 miliar sebagaimana dapat dilihat pada pada
Tabel 3.1.1, yang terdiri atas :
a) Pagu anggaran dana Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2017 sebesar Rp6.737,52 miliar atau
mengalami penurunan sebesar 29,5% dibandingkan dengan Tahun Anggaran 2016
sebesar Rp 9.562,17 miliar.
b) Pagu anggaran dana Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2017 sebesar Rp11.598,95
miliar atau mengalami penurunan sebesar 43,6% dibandingkan dengan Tahun Anggaran
2016 sebesar Rp20.567,21 miliar, dengan distribusi alokasi dana Tugas Pembantuan
Tahun Anggaran 2017 sebagai berikut :
Untuk Pemerintah Provinsi dialokasikan sebesar Rp9.488,91 miliar atau terjadi
penurunan sebesar 25,6% dibandingkan dengan alokasi Tahun Anggaran 2016.
Untuk Pemerintah Kabupaten/Kota dialokasikan sebesar Rp2.110,04 miliar atau
mengalami penurunan sebesar 72,9% dibandingkan dengan alokasi Tahun Anggaran
2016.
TABEL 3.1.1 Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
Tahun Anggaran 2016 dan Tahun Anggaran 2017 (dalam Miliar Rupiah)
Sumber: Tahun 2016 : DJA, Pagu RKA/KL DIPA per Februari 2016 Tahun 2017 : DJA, Pagu RKA/KL DIPA per Maret 2017
Pada Tahun 2016 Menteri Keuangan telah mengeluarkan Rekomendasi tanggal 9
Juni 2016 Nomor: S-474/MK.07/2016 tentang Keseimbangan Pendanaan di Daerah untuk
Perencanaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2017 yang
merekomendasikan tiga kelompok daerah yaitu:
a) Kelompok daerah Prioritas I adalah daerah yang terdapat pada kuadran III
b) Kelompok daerah Prioritas II adalah daerah yang terdapat pada Kuadran II
TA Dekonsentrasi Tugas Pembantuan Jumlah
Keseluruhan Provinsi Kab/.Kota Jumlah
2016 9.562,17 12.758,71 7.808,50 20.567,21 30.129,38
2017 6.737,52 9.488,91 2.110,04 11.598,95 18.336,48
Halaman 10 dari 20
c) Kelompok daerah non prioritas adalah daerah yang terdapat pada Kuadran I dan Kuadran
IV.
Berdasarkan data dalam Tabel 3.1.2 terlihat bahwa untuk rekomendasi pada tahun
2017 terjadi peningkatan jumlah daerah pada kelompok Prioritas dari semula 242 daerah
menjadi 259 daerah, namun di sisi lain terjadi penurunan jumlah daerah pada kelompok
Prioritas II dari semula 148 menjadi 114 daerah.
TABEL 3.1.2 Rekomendasi Menteri Keuangan untuk Perencanaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan TA 2016 dan TA 2017
KUADRAN
2016 2017
Provinsi Kab./Kota Jumlah Provinsi Kab./Kota Jumlah
1 4 50 54 2 47 49
2 12 136 148 7 107 114
3 15 227 242 19 240 259
4 3 92 95 6 114 120
Jumlah 34 505 539 34 508 542
Selanjutnya dilakukan analisa untuk mengetahui apakah kebijakan pengalokasian
dana Dekonsentrasi dan dana Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2017 sudah
memperhatikan keseimbangan pendanaan di daerah sebagaimana tertuang dalam
Rekomendasi Menteri Keuangan untuk Perencanaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan Tahun Anggaran 2017. Rekomendasi Menteri Keuangan tentang Keseimbangan
Pendanaan di Daerah dalam Rangka Perencanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
diterbitkan setiap tahunnya agar lokasi dan alokasi dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan menjadi lebih efektif, efisien, dan tidak terkonsentrasi pada suatu daerah
tertentu. Penyusunan rekomendasi terutama terkait dengan pengalokasian dana pada
kelompok daerah prioritas yang berada di Kuadran III dan Kuadran II, baik untuk Pemerintah
Daerah Provinsi maupun Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Gambaran penerapan
Rekomendasi Menteri Keuangan tentang Keseimbangan Pendanaan dapat dilihat pada
Gambar 3.1.1 (untuk Pemerintah Daerah Provinsi) dan Gambar 3.1.2 (untuk Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota).
Halaman 11 dari 20
GAMBAR 3.1.1 Proporsi dan Rata-rata Alokasi Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Per Kuadran
untuk daerah Provinsi Tahun Anggaran 2017
Sumber : RKA-KL(DIPA per Maret 2017) DJA.
Rekomendasi Menteri Keuangan untuk perencanaan alokasi Tahun Anggaran 2017: jumlah Pemerintah Daerah
Provinsi yang berada pada kuadran I sebanyak 2 provinsi, kuadran II sebanyak 7 provinsi, kuadran III sebanyak
19 provinsi dan kuadran IV sebanyak 6 provinsi
Dari Gambar 3.1.1 tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa kebijakan pengalokasian
dana Dekonsentrasi untuk daerah provinsi pada tahun anggaran 2017 secara umum sudah
memperhatikan keseimbangan pendanaan di daerah sebagaimana tertuang dalam
Rekomendasi Menteri Keuangan tahun 2017. Hal ini dapat terlihat dari besarnya alokasi
untuk daerah-daerah yang berada pada kuadran III dan kuadran II yang merupakan kuadran
untuk prioritas 1 dan prioritas 2. Rata-rata besaran alokasi untuk daerah-daerah pada kuadran
III sebesar Rp238,72 Miliar sedangkan untuk daerah yang berada pada kuadran II sebesar
Rp141,73 Miliar. Jika dilihat secara besaran alokasinya, sebesar 67,32% berada pada
kuadran III dan sebesar 14,72% berada pada kuadran II, atau dengan kata lain, dana
Dekonsentrasi untuk provinsi sebesar 82,04% sudah tepat dialokasikan pada daerah prioritas.
Sementara itu, daerah-daerah yang berada pada kuadran I dan IV masih
dialokasikan oleh K/L, namun porsinya relatif sedikit jika dibandingkan dengan daerah-daerah
prioritas. Porsi alokasi untuk daerah-daerah yang berada pada kuadran I sebesar 3,56% dan
pada kuadran IV sebesar 14,40%. Rata-rata alokasi per daerah untuk kuadran I sebesar
Jenis Dana
Alokasi (Rp miliar)
Rata-rata
%
Dekon 239,83 119,91 3,56
TP 201,89 100.95 2.13
Jenis Dana
Alokasi (Rp miliar)
Rata-rata
%
Dekon 992,10 141,73 14,72
TP 1.223,14 174,73 12,89
Jenis Dana
Alokasi (Rp miliar)
Rata-rata
%
Dekon 4.535.62 238,72 67,32
TP 6.759,18 355,75 71,23
Jenis Dana
Alokasi (Rp miliar)
Rata-rata
%
Dekon 959,97 161,66 14,40
TP 1,304.70 217,45 13,75
Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Kemampuan Pendanaan Daerah
Rekomendasi: 7 Provinsi
Rekomendasi: 19 Provinsi
Rekomendasi: 6 Provinsi
Rekomendasi: 2 Provinsi
Kuadran II
Daerah Prioritas II
Kuadran III
Daerah Prioritas I
Kuadran IV
Daerah Non Prioritas
Kuadran I
Daerah Non Prioritas
Halaman 12 dari 20
Rp119,91 Miliar, sedangkan rata-rata alokasi per daerah untuk kuadran IV sebesar Rp161,6
Miliar.
Dari pengalokasian dana Dekonsentrasi untuk provinsi Tahun 2017 diatas, terlihat
bahwa secara rata-rata alokasi per daerah, 19 (sembilan belas) daerah yang berada pada
kuadran III mempunyai rata-rata alokasi terbesar. Daerah yang berada pada kuadran III
adalah daerah yang mempunyai kemampuan pendanaan dibawah rata-rata nasional dan
mempunyai IPM yang berada dibawah IPM nasional. Daerah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Provinsi Sumatera Utara
2. Provinsi Jambi
3. Provinsi Sumatera Selatan
4. Provinsi Bengkulu
5. Provinsi Lampung
6. Provinsi Jawa Barat
7. Provinsi Jawa Tengah
8. Provinsi Jawa Timur
9. Provinsi Kalimantan Barat
10. Provinsi Gorontalo
11. Provinsi Sulawesi Tengah
12. Provinsi Sulawesi Selatan
13. Provinsi Sulawesi Barat
14. Provinsi Sulawesi Tenggara
15. Provinsi Nusa Tenggara Barat
16. Provinsi Nusa Tenggara Timur
17. Provinsi Maluku
18. Provinsi Maluku Utara
19. Provinsi Papua
Dari 19 daerah tersebut di atas, terdapat lima provinsi penerima alokasi terbesar
dana Dekonsentrasi yang dapat dilihat dalam tabel 3.1.3 sebagai berikut:
TABEL 3.1.3 Alokasi Terbesar Dana Dekonsentrasi TA 2017
miliar rupiah
No Provinsi Alokasi Kuadran
1 Jawa Timur 509,43 III
2 Jawa Tengah 452,57 III
3 Jawa Barat 443,53 III
4 Papua 353,45 III
5 Sumatera Utara 338,99 III
Sumber : RKA-KL(DIPA per Maret 2017) DJA, diolah
Untuk pengalokasian dana Tugas Pembantuan pada provinsi, sebagaimana dapat
dilihat pada Gambar 3.1.1, secara umum kebijakan pengalokasiannya sudah sesuai dengan
Rekomendasi Menteri Keuangan. Baik porsi alokasi maupun rata-rata besaran untuk daerah-
daerah yang berada pada kuadran III sebagai prioritas utama lebih besar jika dibandingkan
dengan daerah-daerah yang berada pada kuadran II. Secara rata-rata per kuadran, daerah-
daerah yang berada pada kuadran III dialokasikan sebesar Rp355,75 miliar sedangkan
kuadran II sebesar Rp174,73 Miliar. Jika dilihat dari besaran alokasinya, sebesar 84,12%
alokasi berada pada daerah-daerah prioritas.
Adapun alokasi dana Tugas Pembantuan untuk daerah-daerah non prioritas masih
dilakukan dengan porsi alokasi yang relatif kecil. Porsi alokasi untuk daerah-daerah non
prioritas adalah sebesar 2,13% untuk kuadran I dan 13,75% untuk kuadran IV. Rata-rata
Halaman 13 dari 20
alokasi per daerah untuk kuadran I sebesar Rp100,95 miliar, sedangkan rata-rata alokasi per
daerah untuk kuadran IV sebesar Rp217,45 miliar.
Kebijakan pengalokasian dana Tugas Pembantuan untuk kabupaten/kota pada
tahun anggaran 2017 dapat dilihat pada Gambar 3.1.2. Kebijakan pengalokasian dana Tugas
Pembantuan pada umumnya telah memperhatikan keseimbangan pendanaan di daerah
sebagaimana tertuang dalam Rekomendasi Menteri Keuangan tahun 2016. Proporsi alokasi
untuk kabupaten/kota yang masuk ke dalam Kuadran III (prioritas 1) sebesar 54,79% lebih
besar dibanding Kabupaten/Kota yang masuk kedalam Kuadran II (prioritas 2) sebesar
27,35%. Namun demikian, jika dilihat dari rata-rata alokasi per kuadran, rata-rata alokasi untuk
kuadran III sebesar Rp4,82 miliar, masih lebih kecil jika dibanding rata-rata alokasi untuk
daerah-daerah yang berada pada kuadran II sebesar Rp5,39 miliar.
GAMBAR 3.1.2 Proporsi dan Rata-rata Alokasi Tugas Pembantuan Per Kuadran
untuk daerah Kabupaten/Kota TA.2017
Sumber : RKA-KL(DIPA per Maret 2017) DJA, diolah Rekomendasi Menteri Keuangan untuk perencanaan alokasi Tahun Anggaran 2017: jumlah Pemerintah Daerah Kab./Kota yang berada pada kuadran I sebanyak 47 daerah, kuadran II sebanyak 107 daerah, kuadran III sebanyak 240 daerah dan kuadran IV sebanyak 114 daerah
Untuk daerah-daerah non prioritas (kuadran I dan kuadran IV), K/L mengalokasikan
dana Tugas Pembantuan dengan porsi sebesar Rp1.506,59 miliar atau 17,86% (3,59% pada
kuadran I dan 14,27% pada kuadran IV) yang jumlahnya lebih kecil bila dibandingkan dengan
porsi daerah prioritas secara keseluruhan.
Jenis Dana
Alokasi (Rp miliar)
Rata-rata
%
TP 577,10 5,39 27,35
Jenis Dana
Alokasi (Rp miliar)
Rata-rata
%
TP 75,72 1,61 3,59
Jenis Dana
Alokasi (Rp miliar)
Rata-rata
%
TP 1.156,13 4,82 54,79
Jenis Dana
Alokasi (Rp miliar)
Rata-rata
%
TP 301,10 2,64 14,27
Indeks Kemampuan Pendanaan Daerah
Indeks Pembangunan Manusia
Rekomendasi: 107 Kab./Kota
Rekomendasi: 47 Kab./Kota
Rekomendasi: 240 Kab./Kota
Rekomendasi: 114 Kab./Kota
Kuadran II
Daerah Prioritas II
Kuadran III
Daerah Prioritas I
Kuadran IV
Daerah Non Prioritas
Kuadran I
Daerah Non Prioritas
Halaman 14 dari 20
3.2. ANALISIS DISTRIBUSI ALOKASI DANA DEKONSENTRASI DAN TUGAS
PEMBANTUAN PER WILAYAH TA 2017
Besaran pagu anggaran dan distribusi keseluruhan alokasi dana dekonsentrasi dan
dana tugas pembantuan dalam TA 2017 dapat dilihat pada Grafik 3.2.1 dan Grafik 3.2.2 .
Distribusi alokasi dana tersebut merupakan data konsolidasi pada wilayah Jawa - Bali,
wilayah Sumatera, wilayah Kalimantan, wilayah Sulawesi dan wilayah Nusa Tenggara -
Maluku - Papua.
Rincian alokasi dana Dekonsentrasi dapat dilihat pada Grafik 3.2.1. Wilayah Jawa-Bali
untuk tahun 2017 secara proposional mendapat alokasi yang terbesar dengan proporsi
sebesar 28,47% atau Rp1.918 miliar, sedangkan untuk wilayah Sumatera sebesar 27,90%
atau Rp1.880 miliar. Secara keseluruhan, alokasi dana Dekonsentrasi per wilayah maupun
secara total nasional untuk tahun 2017 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2016.
GRAFIK 3.2.1
Alokasi Dana Dekonsentrasi per Wilayah Tahun Anggaran 2016-2017 miliar Rupiah
*RKA-KL (DIPA per Maret 2017)
Distribusi alokasi dana Tugas Pembantuan TA 2017 dapat dilihat pada Grafik 3.2.2.
Pada tahun 2017 sebagian besar tersebar di wilayah Sumatera sebesar 25,80% dengan nilai
Rp2.992 miliar dan wilayah Jawa-Bali sebesar 23,23% atau sebesar R2.695 miliar,
sedangkan alokasi terendah ada di wilayah Kalimantan sebesar Rp 1.563 miliar dengan porsi
13,48%. Sejalan dengan alokasi dana Dekonsentrasi, alokasi dana Tugas Pembantuan untuk
tahun 2017 mengalami penurunan dibandingkan alokasi tahun 2016.
GRAFIK 3.2.2 Alokasi Dana Tugas Pembantuan per Wilayah Tahun Anggaran 2016-2017
2016 2017
2.685,5
1.879,9
2.425,5
1.918,4
1.079,1703,0
1.575,0
987,6
1.797,1
1.248,6
SUMATERA JAWA-BALI KALIMANTAN SULAWESI NT,MALUKU,PAPUA
Halaman 15 dari 20
miliar Rupiah
*RKA-KL (DIPA per Maret 2017)
Komposisi besaran alokasi dana Dekonsentrasi per wilayah pada 3 (tiga) K/L terbesar,
dapat terlihat pada Grafik 3.2.3. Grafik tersebut menunjukkan wilayah Sumatera dan wilayah
Jawa & Bali menerima alokasi dana Dekonsentrasi yang terbesar.
GRAFIK 3.2.3 Alokasi Dana Dekonsentrasi Per Wilayah Per K/L TA 2017
miliar Rupiah
Sumber: RKA-K/L (DIPA Maret 2017) DJA (diolah)
Pada tahun 2017 terdapat 21 (dua puluh satu) K/L yang mengalokasikan dana
Dekonsentrasi dengan pagu keseluruhan Rp6.737,52 miliar. Kementerian Desa, PDT, dan
Transmigrasi adalah Kementerian yang paling besar mengalokasikan dana Dekonsentrasi
pada TA 2017. Berikut daftar 3 (tiga) besar K/L dengan alokasi dana Dekonsentrasi tertinggi:
1) Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi : Rp1.886,14 miliar atau 27,99%
2) Kementerian Pertanian : Rp1.512,71 miliar atau 22,45%
3) Kementerian Kesehatan : Rp1.377,18 miliar atau 20,44%
Ketiga K/L terbesar yang mengalokasikan Dekonsentrasi tersebut tercermin dalam distribusi
per wilayah walaupun bervariasi dalam urutannya.
Untuk dana Tugas Pembantuan, pada tahun 2017 dialokasikan oleh 7 (tujuh) K/L
dengan pagu keseluruhan Rp11.598,95 miliar. Kementerian Pertanian merupakan
2016 2017
5.278,4
2.992,1
4.804,3
2.694,82.512,0
1.563,1
4.728,4
2.493,7
3.308,5
1.855,2
SUMATERA JAWA-BALI KALIMANTAN SULAWESI NT,MALUKU,PAPUA
SUMATERA JAWA-BALI KALIMANTAN SULAWESI NT,MALUKU,PAPUA
437,2
528,4
143,7
200,2 203,2
382,3 373,4
159,2216,7
245,6
527,2
468,1
185,4
248,2
457,2
KEMENTAN KEMENKES KEMEN DES PDTT
Halaman 16 dari 20
Kementerian yang mengalokasikan dana terbesar dengan proporsi alokasi sebesar 77,13%
dari seluruh alokasi tugas pembantuan TA 2017 atau sebesar Rp8.946,34 miliar. Berikut 3
(tiga) besar K/L yang mengalokasikan dana Tugas Pembantuan:
1) Kementerian Pertanian : Rp8.946,34 miliar atau 77,13%
2) Kementerian PU dan Perumahan Rakyat : Rp1.851,97 miliar atau 15,97%
3) Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi : Rp468,76 miliar atau 4,04%
Distribusi dana Tugas Pembantuan untuk setiap wilayah dapat dilihat dalam Grafik 3.2.4
sebagai berikut:
GRAFIK 3.2.4
Alokasi Dana Tugas Pembantuan Per Wilayah Per K/L TA 2017 miliar Rupiah
Sumber: RKA-K/L (DIPA Maret 2017) DJA (diolah)
3.3. ANALISIS JENIS BELANJA ATAS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI DAN
TUGAS PEMBANTUAN TAHUN ANGGARAN 2016
Analisis terhadap proporsi masing-masing jenis belanja dalam total alokasi dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dapat memberikan indikasi apakah karakteristik
kegiatan telah diterapkan sesuai prinsip-prinsip pendanaan Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan. Karakteristik kegiatan dengan pendanaan Dekonsentrasi adalah berupa
kegiatan nonfisik yang menghasilkan keluaran (indikator output) yang tidak menambah aset
tetap, misalnya: kegiatan pelatihan dan penyuluhan, fasilitasi dan bimbingan teknis, dan
pembinaan dan pengawasan. Di sisi lain, karakteristik kegiatan dengan pendanaan Tugas
Pembantuan adalah berupa kegiatan fisik yang dapat menghasilkan keluaran (indikator
output) berupa aset tetap dan dimungkinkan untuk pengadaan barang habis pakai, misalnya:
pengadaan tanah, pembangunan irigasi, dan pengadaan pupuk/bibit. Namun demikian,
proporsi jenis belanja tersebut tidak dapat digunakan secara mutlak untuk menentukan tepat
SUMATERA JAWA-BALI KALIMANTAN SULAWESI NT,MALUKU,PAPUA
2.402,9
1.981,2
1.173,3
1.944,8
1.444,1
454,1
669,1
236,1317,4
175,3106,7
0,0 97,1 156,5 108,5
KEMENTAN KEMEN PU & PERA KEMEN DES PDTT
Halaman 17 dari 20
atau tidaknya pelaksanaan kegiatan dan pengalokasian dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan selama ini.
Pada TA 2017, proporsi masing-masing jenis belanja dalam alokasi dana
Dekonsentrasi adalah belanja barang yaitu sebesar 97,94%, belanja modal sebesar 0,30%
dan belanja bantuan sosial 1,75%, sedangkan dalam alokasi dana Tugas Pembantuan
masing-masing adalah belanja barang sebesar 91,54% belanja modal sebesar 7,65% dan
belanja bantuan sosial sebesar 0,81%. Rincian besaran alokasi dana Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan di TA 2017 dapat dilihat dalam Grafik 3.3.1 di bawah ini:
GRAFIK 3.3.1 Alokasi Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
berdasarkan Jenis Belanja TA 2017 miliar Rupiah
Sumber: RKA-K/L (DIPA Maret 2017) DJA (diolah)
Besarnya dana alokasi pada jenis belanja barang baik dalam alokasi dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, mengindikasikan kegiatan utama bersifat non-fisik.
Untuk dana dekonsentrasi hal ini memang sesuai dengan karakteristik jenis pendanaannya.
Kecenderungan ini juga merupakan pengaruh dari pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 156/PMK.07/2008 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 248/PMK.07/2010 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan. Peraturan Menteri Keuangan tersebut mengatur tentang penggunaan belanja
barang untuk belanja barang penunjang kegiatan dekonsentrasi. Meskipun dana penunjang
dekonsentrasi tersebut dialokasikan untuk belanja berupa pengadaan peralatan dan mesin,
tidak lagi menggunakan akun belanja modal.
Besarnya komposisi belanja barang pada alokasi dana Tugas Pembantuan dapat
berindikasi 2 kemungkinan, yaitu pertama bahwa dana Tugas Pembantuan lebih banyak
dialokasikan untuk kegiatan yang bersifat belanja fisik lainnya sehingga tidak menambah aset
tetap atau digunakan sebagai bantuan operasional kegiatan; yang kedua, kegiatan
PEGAWAIBARANG
MODALBANTUAN
SOSIAL
0,2
6.599,0
20,2118,1
10.617,3
887,594,2
Dekonsentrasi Tugas Pembantuan
Halaman 18 dari 20
pendukung/penunjang seperti dalam pengadaan barang/jasa maupun kegiatan penunjang
lainnya lebih banyak dialokasikan untuk kegiatan pendukung atas kegiatan non-fisik.
Halaman 19 dari 20
BAB IV REKOMENDASI KESEIMBANGAN PENDANAAN DI DAERAH DALAM RANGKA PERENCANAAN LOKASI DAN ANGGARAN
DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN TA 2018
Pokok-pokok rekomendasi keseimbangan pendanaan Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan adalah sebagai berikut:
1. Daerah yang direkomendasikan untuk diprioritaskan mendapat alokasi dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan TA 2018 adalah sebagai berikut:
a. Kelompok Prioritas 1
Merupakan kelompok daerah yang mempunyai IKPD riil per Kapita di bawah rata-rata
Nasional dan IPM daerah di bawah IPM Nasional (Rincian daerah pada Lampiran I.A
dan I.B)
b. Kelompok Prioritas 2
Kelompok daerah yang mempunyai IKPD riil per Kapita di bawah rata-rata Nasional
dan IPM daerah di atas IPM Nasional (Rincian daerah pada Lampiran II.A dan II.B)
Dasar pertimbangan rekomendasi daerah prioritas sebagai berikut:
1) Kelompok daerah prioritas 1, daerah yang mempunyai tingkat kemampuan keuangan
di bawah rata-rata nasional, dan tingkat pembangunan kesejahteraan masyarakat
(IPM) dibawah IPM Nasional. Kelompok daerah ini perlu mendapat perhatian melalui
intervensi pemerintah pusat melalui kewenangan yang dimiliki sehingga dapat
menstimulasi percepatan pembangunan di daerah tersebut melalui penyelenggaraan
program dan kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
2) Kelompok daerah prioritas 2, daerah yang mempunyai tingkat kemampuan keuangan
di bawah rata-rata nasional, namun memiliki tingkat pembangunan kesejahteraan
masyarakat (IPM) di atas IPM nasional. Kelompok daerah ini merupakan daerah yang
memiliki tingkat kemampuan keuangan dibawah rata-rata nasional namun masih
dapat secara efektif melakukan pembangunan daerah melalui kegiatan pelayanan
terhadap masyarakat dengan baik. Kelompok ini perlu didorong untuk
mempertahankan kinerjanya tersebut, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah
dengan diberikan program dan kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yang
berkesinambungan.
Sebaran daerah berdasarkan posisi dalam kuadaran keseimbangan pendanaan daerah
dapat dilihat dalam Gambar 4.1 untuk wilayah provinsi dan gambar 4.2 untuk wilayah
kabupaten/kota.
Halaman 20 dari 20
Gambar 4.1
Peta Keseimbangan Pendanaan per Provinsi Tahun 2018
Gambar 4.2 Peta Keseimbangan Pendanaan per Kabupaten/Kota Tahun 2018
2. Kementerian/Lembaga memerhatikan urusan pemerintahan dalam merumuskan
program/kegiatan yang akan didanai melalui mekanisme Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan secara tertib, dan taat pada peraturan perundang-undangan.
3. Kementerian/lembaga memerhatikan Rekomendasi Menteri Keuangan mengenai
keseimbangan pendanaan di daerah dalam menentukan lokasi dan alokasi dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
4. Kementerian/Lembaga melakukan koordinasi dengan kepala daerah sebelum
penyusunan Rencana Kerja K/L dalam rangka sinergi kebijakan Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan.
5. Kementerian/Lembaga meningkatkan sinkronisasi dan sinergi perencanaan
program/kegiatan baik dengan K/L di tingkat pusat maupun dengan Pemerintah Daerah.
iv
LAMPIRAN I A
TABEL PROVINSI YANG TERMASUK PRIORITAS I
NO Nama daerah IPM IKFD Kuadran Prioritas
1 Provinsi Lampung 66.95 0.48 Kuadran 3 Prioritas 1
2 Provinsi Kalimantan Barat 65.59 0.62 Kuadran 3 Prioritas 1
3 Provinsi Sulawesi Tengah 66.76 0.93 Kuadran 3 Prioritas 1
4 Provinsi Sulawesi Barat 62.96 0.84 Kuadran 3 Prioritas 1
5 Provinsi Nusa Tenggara Barat 65.19 0.67 Kuadran 3 Prioritas 1
6 Provinsi Nusa Tenggara Timur 62.67 0.57 Kuadran 3 Prioritas 1
7 Provinsi Maluku 67.05 0.90 Kuadran 3 Prioritas 1
8 Provinsi Maluku Utara 65.91 0.97 Kuadran 3 Prioritas 1
9 Provinsi Papua 57.25 0.46 Kuadran 3 Prioritas 1
v
LAMPIRAN I B
TABEL KABUPATEN/KOTA YANG TERMASUK PRIORITAS I
NO Nama daerah IPM IKFD Kuadran Prioritas
1 Kab. Aceh Timur 63.57 0.77 Kuadran 3 Prioritas 1
2 Kab. Aceh Utara 65.93 0.66 Kuadran 3 Prioritas 1
3 Kab. Bireun 68.71 0.81 Kuadran 3 Prioritas 1
4 Kab. Pidie 67.87 0.83 Kuadran 3 Prioritas 1
5 Kab. Aceh Tamiang 66.09 0.94 Kuadran 3 Prioritas 1
6 Kab. Asahan 67.51 0.37 Kuadran 3 Prioritas 1
7 Kab. Dairi 67.91 0.49 Kuadran 3 Prioritas 1
8 Kab. Langkat 68.00 0.36 Kuadran 3 Prioritas 1
9 Kab. Mandailing Natal 63.42 0.50 Kuadran 3 Prioritas 1
10 Kab. Nias 57.98 0.96 Kuadran 3 Prioritas 1
11 Kab. Tapanuli Selatan 67.22 0.76 Kuadran 3 Prioritas 1
12 Kab. Tapanuli Tengah 66.16 0.56 Kuadran 3 Prioritas 1
13 Kota Tanjung Balai 66.05 0.90 Kuadran 3 Prioritas 1
14 Kab. Nias Selatan 57.78 0.49 Kuadran 3 Prioritas 1
15 Kab. Humbang Hasundutan 65.59 0.87 Kuadran 3 Prioritas 1
16 Kab. Serdang Bedagai 67.78 0.42 Kuadran 3 Prioritas 1
17 Kab. Samosir 67.80 0.91 Kuadran 3 Prioritas 1
18 Kab. Batubara 65.50 0.56 Kuadran 3 Prioritas 1
19 Kab. Padang Lawas 65.50 0.57 Kuadran 3 Prioritas 1
20 Kab. Padang Lawas Utara 66.50 0.53 Kuadran 3 Prioritas 1
21 Kab. Labuhanbatu Selatan 68.59 0.52 Kuadran 3 Prioritas 1
22 Kab. Nias Utara 59.18 0.94 Kuadran 3 Prioritas 1
23 Kota Gunungsitoli 65.91 0.95 Kuadran 3 Prioritas 1
24 Kab. Lima Puluh Kota 66.78 0.65 Kuadran 3 Prioritas 1
25 Kab. Padang Pariaman 67.56 0.53 Kuadran 3 Prioritas 1
26 Kab. Pasaman 63.33 0.63 Kuadran 3 Prioritas 1
27 Kab. Pesisir Selatan 67.75 0.53 Kuadran 3 Prioritas 1
28 Kab. Sijunjung 64.95 0.80 Kuadran 3 Prioritas 1
29 Kab. Solok 66.44 0.59 Kuadran 3 Prioritas 1
30 Kab. Tanah Datar 68.51 0.63 Kuadran 3 Prioritas 1
31 Kab. Pasaman Barat 64.56 0.48 Kuadran 3 Prioritas 1
32 Kab. Solok Selatan 66.29 0.89 Kuadran 3 Prioritas 1
33 Kab. Indragiri Hilir 63.80 0.60 Kuadran 3 Prioritas 1
34 Kab. Indragiri Hulu 67.11 0.67 Kuadran 3 Prioritas 1
35 Kab. Kuantan Singingi 67.47 0.85 Kuadran 3 Prioritas 1
36 Kab. Pelalawan 68.67 0.90 Kuadran 3 Prioritas 1
37 Kab. Rokan Hilir 66.22 0.64 Kuadran 3 Prioritas 1
38 Kab. Rokan Hulu 67.02 0.52 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi Aceh
Provinsi Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Barat
Provinsi Riau
vi
NO Nama daerah IPM IKPD Kuadran Prioritas
Provinsi Kepulauan Riau
39 Kab. Karimun 68.72 0.87 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi Jambi
40 Kab. Batanghari 67.68 0.68 Kuadran 3 Prioritas 1
41 Kab. Bungo 67.93 0.74 Kuadran 3 Prioritas 1
42 Kab. Kerinci 67.96 0.88 Kuadran 3 Prioritas 1
43 Kab. Merangin 66.21 0.76 Kuadran 3 Prioritas 1
44 Kab. Muaro Jambi 65.71 0.66 Kuadran 3 Prioritas 1
45 Kab. Sarolangun 67.67 0.67 Kuadran 3 Prioritas 1
46 Kab. Tanjung Jabung Barat 64.04 0.64 Kuadran 3 Prioritas 1
47 Kab. Tanjung Jabung Timur 59.88 0.92 Kuadran 3 Prioritas 1
48 Kab. Tebo 66.63 0.64 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi Sumatera Selatan
49 Kab. Lahat 64.52 0.68 Kuadran 3 Prioritas 1
50 Kab. Musi Banyuasin 64.93 0.85 Kuadran 3 Prioritas 1
51 Kab. Musi Rawas 63.19 0.76 Kuadran 3 Prioritas 1
52 Kab. Musi Rawas Utara 61.34 0.81 Kuadran 3 Prioritas 1
53 Kab. Muara Enim 65.02 0.80 Kuadran 3 Prioritas 1
54 Kab. Ogan Komering Ilir 63.87 0.51 Kuadran 3 Prioritas 1
55 Kab. Ogan Komering Ulu 66.21 0.60 Kuadran 3 Prioritas 1
56 Kab. Penukal Abab Lematang Ilir 59.89 0.91 Kuadran 3 Prioritas 1
57 Kota Pagar Alam 64.75 0.96 Kuadran 3 Prioritas 1
58 Kab. Banyuasin 63.21 0.40 Kuadran 3 Prioritas 1
59 Kab. Ogan Ilir 64.49 0.46 Kuadran 3 Prioritas 1
60 Kab. Ogan Komering Ulu Timur 66.74 0.42 Kuadran 3 Prioritas 1
61 Kab. Ogan Komering Ulu Selatan 61.94 0.51 Kuadran 3 Prioritas 1
62 Kab. Empat Lawang 63.17 0.48 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi Bangka Belitung
63 Kab. Bangka Barat 66.43 1.00 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi Bengkulu
64 Kab. Bengkulu Selatan 68.28 0.88 Kuadran 3 Prioritas 1
65 Kab. Bengkulu Utara 67.27 0.77 Kuadran 3 Prioritas 1
66 Kab. Rejang Lebong 66.55 0.64 Kuadran 3 Prioritas 1
67 Kab. Seluma 62.94 0.81 Kuadran 3 Prioritas 1
68 Kab. Mukomuko 65.31 0.92 Kuadran 3 Prioritas 1
vii
NO Nama daerah IPM IKPD Kuadran Prioritas
Provinsi Lampung
69 Kab. Lampung Barat 63.54 0.71 Kuadran 3 Prioritas 1
70 Kab. Lampung Selatan 63.75 0.26 Kuadran 3 Prioritas 1
71 Kab. Lampung Tengah 67.07 0.29 Kuadran 3 Prioritas 1
72 Kab. Lampung Utara 64.89 0.26 Kuadran 3 Prioritas 1
73 Kab. Lampung Timur 66.42 0.35 Kuadran 3 Prioritas 1
74 Kab. Pesisir Barat 59.76 0.95 Kuadran 3 Prioritas 1
75 Kab. Tanggamus 62.67 0.38 Kuadran 3 Prioritas 1
76 Kab. Tulang Bawang 65.83 0.52 Kuadran 3 Prioritas 1
77 Kab. Way Kanan 64.32 0.50 Kuadran 3 Prioritas 1
78 Kab. Pesawaran 61.70 0.40 Kuadran 3 Prioritas 1
79 Kab. Pringsewu 66.58 0.50 Kuadran 3 Prioritas 1
80 Kab. Mesuji 58.71 0.52 Kuadran 3 Prioritas 1
81 Kab. Tulang Bawang Barat 62.46 0.84 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi Jawa Barat
82 Kab. Bogor 67.36 0.32 Kuadran 3 Prioritas 1
83 Kab. Ciamis 67.64 0.38 Kuadran 3 Prioritas 1
84 Kab. Cianjur 62.08 0.29 Kuadran 3 Prioritas 1
85 Kab. Cirebon 65.53 0.31 Kuadran 3 Prioritas 1
86 Kab. Garut 62.23 0.30 Kuadran 3 Prioritas 1
87 Kab. Indramayu 63.55 0.32 Kuadran 3 Prioritas 1
88 Kab. Karawang 67.08 0.41 Kuadran 3 Prioritas 1
89 Kab. Kuningan 66.63 0.43 Kuadran 3 Prioritas 1
90 Kab. Majalengka 64.07 0.44 Kuadran 3 Prioritas 1
91 Kab. Pangandaran 65.29 0.66 Kuadran 3 Prioritas 1
92 Kab. Purwakarta 67.32 0.55 Kuadran 3 Prioritas 1
93 Kab. Subang 65.80 0.27 Kuadran 3 Prioritas 1
94 Kab. Sukabumi 64.07 0.28 Kuadran 3 Prioritas 1
95 Kab. Sumedang 68.76 0.44 Kuadran 3 Prioritas 1
96 Kab. Tasikmalaya 62.79 0.30 Kuadran 3 Prioritas 1
97 Kota Banjar 68.34 0.79 Kuadran 3 Prioritas 1
98 Kab. Bandung Barat 64.27 0.27 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi Banten
99 Kab. Lebak 61.64 0.42 Kuadran 3 Prioritas 1
100 Kab. Pandeglang 62.06 0.37 Kuadran 3 Prioritas 1
101 Kab. Serang 63.97 0.36 Kuadran 3 Prioritas 1
viii
NO Nama daerah IPM IKPD Kuadran Prioritas
Provinsi Jawa Tengah
102 Kab. Banjarnegara 63.15 0.32 Kuadran 3 Prioritas 1
103 Kab. Batang 64.07 0.41 Kuadran 3 Prioritas 1
104 Kab. Blora 65.84 0.39 Kuadran 3 Prioritas 1
105 Kab. Brebes 62.55 0.28 Kuadran 3 Prioritas 1
106 Kab. Cilacap 67.25 0.34 Kuadran 3 Prioritas 1
107 Kab. Grobogan 67.77 0.30 Kuadran 3 Prioritas 1
108 Kab. Kebumen 65.67 0.33 Kuadran 3 Prioritas 1
109 Kab. Kendal 68.46 0.35 Kuadran 3 Prioritas 1
110 Kab. Magelang 66.35 0.36 Kuadran 3 Prioritas 1
111 Kab. Pati 66.99 0.29 Kuadran 3 Prioritas 1
112 Kab. Pekalongan 66.98 0.41 Kuadran 3 Prioritas 1
113 Kab. Pemalang 62.35 0.25 Kuadran 3 Prioritas 1
114 Kab. Purbalingga 66.23 0.34 Kuadran 3 Prioritas 1
115 Kab. Rembang 67.40 0.46 Kuadran 3 Prioritas 1
116 Kab. Tegal 64.10 0.36 Kuadran 3 Prioritas 1
117 Kab. Temanggung 65.97 0.40 Kuadran 3 Prioritas 1
118 Kab. Wonogiri 66.77 0.36 Kuadran 3 Prioritas 1
119 Kab. Wonosobo 65.20 0.35 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi DI Yogyakarta
120 Kab. Gunung Kidul 67.03 0.39 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi Jawa Timur
121 Kab. Bangkalan 60.71 0.30 Kuadran 3 Prioritas 1
122 Kab. Banyuwangi 67.31 0.35 Kuadran 3 Prioritas 1
123 Kab. Blitar 66.88 0.42 Kuadran 3 Prioritas 1
124 Kab. Bojonegoro 65.27 0.51 Kuadran 3 Prioritas 1
125 Kab. Bondowoso 63.43 0.45 Kuadran 3 Prioritas 1
126 Kab. Jember 62.64 0.29 Kuadran 3 Prioritas 1
127 Kab. Kediri 68.44 0.34 Kuadran 3 Prioritas 1
128 Kab. Lumajang 62.33 0.34 Kuadran 3 Prioritas 1
129 Kab. Madiun 68.60 0.48 Kuadran 3 Prioritas 1
130 Kab. Malang 65.59 0.29 Kuadran 3 Prioritas 1
131 Kab. Ngawi 67.78 0.37 Kuadran 3 Prioritas 1
132 Kab. Pacitan 63.81 0.47 Kuadran 3 Prioritas 1
133 Kab. Pamekasan 62.66 0.40 Kuadran 3 Prioritas 1
134 Kab. Pasuruan 64.35 0.33 Kuadran 3 Prioritas 1
135 Kab. Ponorogo 67.40 0.41 Kuadran 3 Prioritas 1
136 Kab. Probolinggo 63.04 0.40 Kuadran 3 Prioritas 1
137 Kab. Sampang 56.98 0.39 Kuadran 3 Prioritas 1
138 Kab. Situbondo 63.91 0.47 Kuadran 3 Prioritas 1
139 Kab. Sumenep 61.43 0.35 Kuadran 3 Prioritas 1
140 Kab. Trenggalek 66.16 0.44 Kuadran 3 Prioritas 1
141 Kab. Tuban 64.58 0.34 Kuadran 3 Prioritas 1
ix
NO Nama daerah IPM IKPD Kuadran Prioritas
Provinsi Kalimantan Barat
142 Kab. Bengkayang 64.40 0.69 Kuadran 3 Prioritas 1
143 Kab. Landak 63.59 0.54 Kuadran 3 Prioritas 1
144 Kab. Ketapang 63.27 0.55 Kuadran 3 Prioritas 1
145 Kab. Mempawah 62.78 0.60 Kuadran 3 Prioritas 1
146 Kab. Sambas 63.28 0.39 Kuadran 3 Prioritas 1
147 Kab. Sanggau 62.06 0.53 Kuadran 3 Prioritas 1
148 Kab. Sintang 63.19 0.74 Kuadran 3 Prioritas 1
149 Kab. Sekadau 61.98 0.70 Kuadran 3 Prioritas 1
150 Kab. Melawi 62.89 0.93 Kuadran 3 Prioritas 1
151 Kab. Kubu Raya 64.52 0.41 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi Kalimantan Tengah
152 Kab. Kapuas 65.29 0.78 Kuadran 3 Prioritas 1
153 Kab. Kotawaringin Timur 68.45 0.73 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi Kalimantan Selatan
154 Kab. Banjar 65.71 0.64 Kuadran 3 Prioritas 1
155 Kab. Barito Kuala 62.56 0.84 Kuadran 3 Prioritas 1
156 Kab. Tanah Laut 66.50 0.95 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi Sulawesi Utara
157 Kab. Bolaang Mongondow 64.53 0.65 Kuadran 3 Prioritas 1
158 Kab. Kepulauan Sangihe 66.82 0.99 Kuadran 3 Prioritas 1
159 Kab. Minahasa Selatan 68.36 0.79 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi Gorontalo
160 Kab. Gorontalo 62.90 0.56 Kuadran 3 Prioritas 1
161 Kab. Bone Bolango 66.03 0.86 Kuadran 3 Prioritas 1
162 Kab. Gorontalo Utara 61.92 0.99 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi Sulawesi Tengah
163 Kab. Banggai 67.11 0.85 Kuadran 3 Prioritas 1
164 Kab. Toli-Toli 61.91 0.86 Kuadran 3 Prioritas 1
165 Kab. Donggala 63.55 0.99 Kuadran 3 Prioritas 1
166 Kab. Parigi Moutong 62.20 0.62 Kuadran 3 Prioritas 1
167 Kab. Sigi 64.64 0.91 Kuadran 3 Prioritas 1
x
NO Nama daerah IPM IKPD Kuadran Prioritas
Provinsi Sulawesi Selatan
168 Kab. Bantaeng 65.77 0.97 Kuadran 3 Prioritas 1
169 Kab. Bone 62.09 0.46 Kuadran 3 Prioritas 1
170 Kab. Bulukumba 65.24 0.68 Kuadran 3 Prioritas 1
171 Kab. Gowa 66.12 0.42 Kuadran 3 Prioritas 1
172 Kab. Jeneponto 61.45 0.61 Kuadran 3 Prioritas 1
173 Kab. Luwu 67.34 0.72 Kuadran 3 Prioritas 1
174 Kab. Luwu Utara 66.90 0.66 Kuadran 3 Prioritas 1
175 Kab. Maros 66.65 0.69 Kuadran 3 Prioritas 1
176 Kab. Pangkajene dan Kepulauan 66.16 0.82 Kuadran 3 Prioritas 1
177 Kab. Sidenreng Rappang 68.14 0.92 Kuadran 3 Prioritas 1
178 Kab. Sinjai 63.83 0.85 Kuadran 3 Prioritas 1
179 Kab. Soppeng 64.74 0.88 Kuadran 3 Prioritas 1
180 Kab. Takalar 63.53 0.83 Kuadran 3 Prioritas 1
181 Kab. Tana Toraja 65.08 0.71 Kuadran 3 Prioritas 1
182 Kab. Wajo 66.49 0.58 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi Sulawesi Barat
183 Kab. Toraja Utara 66.15 0.68 Kuadran 3 Prioritas 1
184 Kab. Mamuju 64.71 0.78 Kuadran 3 Prioritas 1
185 Kab. Polewali Mandar 60.09 0.45 Kuadran 3 Prioritas 1
186 Kab. Mamasa 62.85 0.78 Kuadran 3 Prioritas 1
187 Kab. Mamuju Utara 64.04 0.79 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi Sulawesi Tenggara
188 Kab. Buton Tengah 61.69 0.56 Kuadran 3 Prioritas 1
189 Kab. Buton Selatan 61.51 0.27 Kuadran 3 Prioritas 1
190 Kab. Konawe 68.68 0.87 Kuadran 3 Prioritas 1
191 Kab. Muna 65.09 0.75 Kuadran 3 Prioritas 1
192 Kab. Konawe Selatan 65.60 0.69 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi Bali
193 Kab. Bangli 65.75 0.60 Kuadran 3 Prioritas 1
194 Kab. Jembrana 68.67 0.56 Kuadran 3 Prioritas 1
195 Kab. Karangasem 64.01 0.44 Kuadran 3 Prioritas 1
196 Kab. Klungkung 68.30 0.80 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi Nusa Tenggara Barat
197 Kab. Bima 62.61 0.55 Kuadran 3 Prioritas 1
198 Kab. Dompu 63.53 0.97 Kuadran 3 Prioritas 1
199 Kab. Lombok Barat 63.52 0.43 Kuadran 3 Prioritas 1
200 Kab. Lombok Tengah 61.88 0.34 Kuadran 3 Prioritas 1
201 Kab. Lombok Timur 62.07 0.39 Kuadran 3 Prioritas 1
202 Kab. Sumbawa 62.88 0.59 Kuadran 3 Prioritas 1
203 Kab. Lombok Utara 60.17 0.82 Kuadran 3 Prioritas 1
xi
NO Nama daerah IPM IKPD Kuadran Prioritas
Provinsi Nusa Tenggara Timur
204 Kab. Alor 58.00 0.77 Kuadran 3 Prioritas 1
205 Kab. Belu 59.72 0.77 Kuadran 3 Prioritas 1
206 Kab. Ende 65.25 0.81 Kuadran 3 Prioritas 1
207 Kab. Flores Timur 60.42 0.57 Kuadran 3 Prioritas 1
208 Kab. Kupang 61.68 0.69 Kuadran 3 Prioritas 1
209 Kab. Lembata 61.45 0.89 Kuadran 3 Prioritas 1
210 Kab. Malaka 56.94 0.74 Kuadran 3 Prioritas 1
211 Kab. Manggarai 60.08 0.65 Kuadran 3 Prioritas 1
212 Kab. Ngada 64.64 0.88 Kuadran 3 Prioritas 1
213 Kab. Sikka 61.36 0.58 Kuadran 3 Prioritas 1
214 Kab. Sumba Barat 60.90 0.99 Kuadran 3 Prioritas 1
215 Kab. Sumba Timur 62.04 0.96 Kuadran 3 Prioritas 1
216 Kab. Timor Tengah Selatan 59.41 0.46 Kuadran 3 Prioritas 1
217 Kab. Timor Tengah Utara 60.41 0.70 Kuadran 3 Prioritas 1
218 Kab. Rote Ndao 57.82 0.91 Kuadran 3 Prioritas 1
219 Kab. Manggarai Barat 59.64 0.71 Kuadran 3 Prioritas 1
220 Kab. Nagekeo 62.71 0.95 Kuadran 3 Prioritas 1
221 Kab. Sumba Barat Daya 59.90 0.60 Kuadran 3 Prioritas 1
222 Kab. Manggarai Timur 56.58 0.65 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi Maluku
223 Kab. Maluku Tengah 68.69 0.49 Kuadran 3 Prioritas 1
224 Kab. Seram Bagian Barat 62.39 0.69 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi Maluku Utara
225 Kab. Halmahera Barat 62.06 0.97 Kuadran 3 Prioritas 1
226 Kota Tidore Kepulauan 66.76 0.95 Kuadran 3 Prioritas 1
227 Kab. Halmahera Selatan 60.34 0.72 Kuadran 3 Prioritas 1
228 Kab. Halmahera Utara 64.18 0.80 Kuadran 3 Prioritas 1
Provinsi Papua
229 Kab. Jayawijaya 53.37 0.48 Kuadran 3 Prioritas 1
230 Kab. Paniai 53.93 0.68 Kuadran 3 Prioritas 1
231 Kab. Puncak Jaya 44.32 0.42 Kuadran 3 Prioritas 1
232 Kab. Yahukimo 46.36 0.50 Kuadran 3 Prioritas 1
233 Kab. Pegunungan Bintang 39.68 0.94 Kuadran 3 Prioritas 1
234 Kab. Tolikara 46.16 0.46 Kuadran 3 Prioritas 1
235 Kab. Yalimo 44.21 0.85 Kuadran 3 Prioritas 1
236 Kab. Lanny Jaya 43.28 0.87 Kuadran 3 Prioritas 1
237 Kab. Nduga 25.38 0.77 Kuadran 3 Prioritas 1
238 Kab. Puncak 38.05 0.55 Kuadran 3 Prioritas 1
239 Kab. Dogiyai 52.25 0.89 Kuadran 3 Prioritas 1
240 Kab. Intan Jaya 43.51 0.77 Kuadran 3 Prioritas 1
xii
LAMPIRAN II A
TABEL PROVINSI YANG TERMASUK PRIORITAS II
NO Nama daerah IPM IKFD Kuadran Prioritas
1 Provinsi Aceh 69.45 0.81 Kuadran 2 Prioritas 2
2 Provinsi Sumatera Utara 69.51 0.53 Kuadran 2 Prioritas 2
3 Provinsi Sumatera Barat 69.98 0.66 Kuadran 2 Prioritas 2
4 Provinsi Jambi 68.89 0.82 Kuadran 2 Prioritas 2
5 Provinsi Sumatera Selatan 67.46 0.64 Kuadran 2 Prioritas 2
6 Provinsi Bengkulu 68.59 0.93 Kuadran 2 Prioritas 2
7 Provinsi Jawa Barat 69.50 0.51 Kuadran 2 Prioritas 2
8 Provinsi Banten 70.27 0.68 Kuadran 2 Prioritas 2
9 Provinsi Jawa Tengah 69.49 0.54 Kuadran 2 Prioritas 2
10 Provinsi DI Yogyakarta 77.59 0.69 Kuadran 2 Prioritas 2
11 Provinsi Jawa Timur 68.95 0.53 Kuadran 2 Prioritas 2
12 Provinsi Sulawesi Utara 70.39 0.82 Kuadran 2 Prioritas 2
13 Provinsi Sulawesi Selatan 69.15 0.63 Kuadran 2 Prioritas 2
14 Provinsi Sulawesi Tenggara 68.75 0.70 Kuadran 2 Prioritas 2
15 Provinsi Bali 73.27 0.90 Kuadran 2 Prioritas 2
xiii
LAMPIRAN II B TABEL KABUPATEN/KOTA YANG TERMASUK PRIORITAS II
NO Nama daerah IPM IKPD Kuadran Prioritas
Provinsi Aceh
1 Kab. Aceh Besar 71.06 0.92 Kuadran 2 Prioritas 2
2 Kota Lhokseumawe 74.44 1.00 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Sumatera Utara
3 Kab. Deli Serdang 71.98 0.36 Kuadran 2 Prioritas 2
4 Kab. Karo 71.84 0.48 Kuadran 2 Prioritas 2
5 Kab. Labuhanbatu 70.06 0.46 Kuadran 2 Prioritas 2
6 Kab. Simalungun 70.89 0.31 Kuadran 2 Prioritas 2
7 Kab. Tapanuli Utara 70.70 0.68 Kuadran 2 Prioritas 2
8 Kab. Toba Samosir 72.79 0.83 Kuadran 2 Prioritas 2
9 Kota Binjai 72.55 0.70 Kuadran 2 Prioritas 2
10 Kota Medan 78.26 0.43 Kuadran 2 Prioritas 2
11 Kota Pematangsiantar 75.83 0.66 Kuadran 2 Prioritas 2
12 Kota Tebing Tinggi 72.13 0.89 Kuadran 2 Prioritas 2
13 Kota Padang Sidempuan 71.88 0.71 Kuadran 2 Prioritas 2
14 Kab. Labuhanbatu Utara 69.15 0.50 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Sumatera Barat
15 Kab. Agam 69.32 0.48 Kuadran 2 Prioritas 2
16 Kota Padang 79.83 0.48 Kuadran 2 Prioritas 2
17 Kab. Dharmasraya 69.27 0.98 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Riau
18 Kab. Kampar 70.72 0.68 Kuadran 2 Prioritas 2
19 Kab. Siak 71.45 1.00 Kuadran 2 Prioritas 2
20 Kota Dumai 71.86 0.78 Kuadran 2 Prioritas 2
21 Kota Pekanbaru 78.42 0.79 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Kepulauan Riau
22 Kota Batam 79.13 0.52 Kuadran 2 Prioritas 2
23 Kota Tanjung Pinang 77.29 0.79 Kuadran 2 Prioritas 2
24 Kota Jambi 74.86 0.55 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Sumatera Selatan
25 Kota Palembang 76.02 0.42 Kuadran 2 Prioritas 2
26 Kota Lubuk Linggau 72.84 0.84 Kuadran 2 Prioritas 2
27 Kota Prabumulih 72.20 0.90 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Bangka Belitung
28 Kab. Bangka 69.79 0.75 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Bengkulu
29 Kota Bengkulu 76.49 0.53 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Lampung
30 Kota Bandar Lampung 74.34 0.44 Kuadran 2 Prioritas 2
31 Kota Metro 74.98 0.97 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Jawa Barat
xiv
NO Nama daerah IPM IKPD Kuadran Prioritas
32 Kab. Bandung 69.06 0.24 Kuadran 2 Prioritas 2
33 Kab. Bekasi 70.51 0.39 Kuadran 2 Prioritas 2
34 Kota Bandung 78.98 0.53 Kuadran 2 Prioritas 2
35 Kota Bekasi 70.51 0.35 Kuadran 2 Prioritas 2
36 Kota Bogor 73.10 0.45 Kuadran 2 Prioritas 2
37 Kota Depok 78.58 0.32 Kuadran 2 Prioritas 2
38 Kota Sukabumi 71.19 0.75 Kuadran 2 Prioritas 2
39 Kota Cimahi 76.06 0.45 Kuadran 2 Prioritas 2
40 Kota Tasikmalaya 69.04 0.42 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Banten
41 Kab. Tangerang 69.57 0.35 Kuadran 2 Prioritas 2
42 Kota Cilegon 71.57 0.88 Kuadran 2 Prioritas 2
43 Kota Tangerang 75.87 0.49 Kuadran 2 Prioritas 2
44 Kota Serang 70.26 0.39 Kuadran 2 Prioritas 2
45 Kota Tangerang Selatan 79.17 0.49 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Jawa Tengah
46 Kab. Banyumas 69.25 0.34 Kuadran 2 Prioritas 2
47 Kab. Boyolali 70.34 0.42 Kuadran 2 Prioritas 2
48 Kab. Demak 68.95 0.30 Kuadran 2 Prioritas 2
49 Kab. Jepara 69.61 0.32 Kuadran 2 Prioritas 2
50 Kab. Karanganyar 73.89 0.39 Kuadran 2 Prioritas 2
51 Kab. Klaten 73.19 0.33 Kuadran 2 Prioritas 2
52 Kab. Kudus 72.00 0.46 Kuadran 2 Prioritas 2
53 Kab. Purworejo 70.12 0.49 Kuadran 2 Prioritas 2
54 Kab. Semarang 71.65 0.33 Kuadran 2 Prioritas 2
55 Kab. Sragen 70.52 0.36 Kuadran 2 Prioritas 2
56 Kab. Sukoharjo 73.76 0.40 Kuadran 2 Prioritas 2
57 Kota Pekalongan 71.53 0.69 Kuadran 2 Prioritas 2
58 Kota Salatiga 79.98 0.82 Kuadran 2 Prioritas 2
59 Kota Semarang 79.24 0.47 Kuadran 2 Prioritas 2
60 Kota Surakarta 79.34 0.56 Kuadran 2 Prioritas 2
61 Kota Tegal 72.20 0.68 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi DI Yogyakarta
62 Kab. Bantul 77.11 0.44 Kuadran 2 Prioritas 2
63 Kab. Kulon Progo 70.68 0.63 Kuadran 2 Prioritas 2
64 Kab. Sleman 80.73 0.50 Kuadran 2 Prioritas 2
65 Kota Yogyakarta 83.78 0.76 Kuadran 2 Prioritas 2
xv
NO Nama daerah IPM IKPD Kuadran Prioritas
Provinsi Jawa Timur
66 Kab. Gresik 72.84 0.48 Kuadran 2 Prioritas 2
67 Kab. Jombang 69.07 0.32 Kuadran 2 Prioritas 2
68 Kab. Lamongan 69.42 0.35 Kuadran 2 Prioritas 2
69 Kab. Magetan 70.29 0.45 Kuadran 2 Prioritas 2
70 Kab. Mojokerto 70.22 0.42 Kuadran 2 Prioritas 2
71 Kab. Nganjuk 69.59 0.38 Kuadran 2 Prioritas 2
72 Kab. Sidoarjo 76.78 0.43 Kuadran 2 Prioritas 2
73 Kab. Tulungagung 69.49 0.44 Kuadran 2 Prioritas 2
74 Kota Malang 78.96 0.46 Kuadran 2 Prioritas 2
75 Kota Pasuruan 73.23 0.75 Kuadran 2 Prioritas 2
76 Kota Probolinggo 70.49 0.92 Kuadran 2 Prioritas 2
77 Kota Surabaya 78.87 0.60 Kuadran 2 Prioritas 2
78 Kota Batu 71.89 0.88 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Kalimantan Barat
79 Kota Pontianak 76.63 0.50 Kuadran 2 Prioritas 2
80 Kota Singkawang 69.84 0.67 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Kalimantan Tengah
81 Kab. Kotawaringin Barat 70.14 0.96 Kuadran 2 Prioritas 2
82 Kota Palangkaraya 78.50 0.74 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Kalimantan Timur
83 Kota Banjarmasin 74.94 0.56 Kuadran 2 Prioritas 2
84 Kota Balikpapan 77.93 0.86 Kuadran 2 Prioritas 2
85 Kota Samarinda 78.39 0.79 Kuadran 2 Prioritas 2
86 Kota Tarakan 74.60 0.99 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Sulawesi Utara
87 Kab. Minahasa 72.76 0.62 Kuadran 2 Prioritas 2
88 Kota Bitung 70.88 0.62 Kuadran 2 Prioritas 2
89 Kota Manado 77.27 0.72 Kuadran 2 Prioritas 2
90 Kab. Minahasa Utara 70.54 0.82 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Sulawesi Tengah
91 Kota Palu 79.12 0.91 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Sulawesi Selatan
92 Kab. Enrekang 69.37 0.88 Kuadran 2 Prioritas 2
93 Kab. Pinrang 68.92 0.66 Kuadran 2 Prioritas 2
94 Kota Makassar 79.35 0.49 Kuadran 2 Prioritas 2
95 Kota Palopo 75.65 0.96 Kuadran 2 Prioritas 2
96 Kab. Luwu Timur 69.75 0.93 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Sulawesi Tenggara
97 Kota Kendari 81.30 0.79 Kuadran 2 Prioritas 2
xvi
NO Nama daerah IPM IKPD Kuadran Prioritas
Provinsi Bali
98 Kab. Buleleng 69.16 0.39 Kuadran 2 Prioritas 2
99 Kab. Gianyar 74.29 0.57 Kuadran 2 Prioritas 2
100 Kab. Tabanan 72.68 0.56 Kuadran 2 Prioritas 2
101 Kota Denpasar 81.65 0.61 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Nusa Tenggara Barat
102 Kota Mataram 75.93 0.65 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Nusa Tenggara Timur
103 Kota Kupang 77.58 0.53 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Maluku
104 Kota Ambon 79.09 0.49 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Maluku Utara
105 Kota Ternate 77.15 0.55 Kuadran 2 Prioritas 2
Provinsi Papua
106 Kota Jayapura 77.86 0.45 Kuadran 2 Prioritas 2
107 Kota Sorong 75.78 0.64 Kuadran 2 Prioritas 2
xvii
LAMPIRAN III A
TABEL PROVINSI NON PRIORITAS
NO Nama daerah IPM IKFD Kuadran Prioritas
1 Provinsi Riau 70.84 1.03 Kuadran 1 Non Prioritas
2 Provinsi Kepulauan Riau 73.75 1.06 Kuadran 1 Non Prioritas
3 Provinsi Bangka Belitung 69.05 1.13 Kuadran 1 Non Prioritas
4 Provinsi DKI Jakarta 78.99 4.24 Kuadran 1 Non Prioritas
5 Provinsi Kalimantan Tengah 68.53 1.30 Kuadran 1 Non Prioritas
6 Provinsi Kalimantan Selatan 68.38 1.21 Kuadran 1 Non Prioritas
7 Provinsi Kalimantan Timur 74.17 1.99 Kuadran 1 Non Prioritas
8 Provinsi Kalimantan Utara 68.76 2.28 Kuadran 1 Non Prioritas
9 Provinsi Gorontalo 65.86 1.07 Kuadran 4 Non Prioritas
10 Provinsi Papua Barat 61.73 1.86 Kuadran 4 Non Prioritas
xviii
LAMPIRAN III B
TABEL KABUPATEN/KOTA NON PRIORITAS
NO Nama daerah IPM IKPD Kuadran Prioritas
Provinsi Aceh
1 Kab. Aceh Barat 67.31 1.35 Kuadran 4 Non Prioritas
2 Kab. Aceh Selatan 62.35 1.25 Kuadran 4 Non Prioritas
3 Kab. Aceh Singkil 65.27 1.61 Kuadran 4 Non Prioritas
4 Kab. Aceh Tengah 70.96 1.68 Kuadran 1 Non Prioritas
5 Kab. Aceh Tenggara 65.90 1.28 Kuadran 4 Non Prioritas
6 Kab. Simeulue 62.18 1.91 Kuadran 4 Non Prioritas
7 Kota Banda Aceh 82.22 1.14 Kuadran 1 Non Prioritas
8 Kota Sabang 71.50 3.88 Kuadran 1 Non Prioritas
9 Kota Langsa 73.81 1.00 Kuadran 1 Non Prioritas
10 Kab. Nagan Raya 65.58 1.45 Kuadran 4 Non Prioritas
11 Kab. Aceh Jaya 67.30 2.89 Kuadran 4 Non Prioritas
12 Kab. Aceh Barat Daya 63.08 1.50 Kuadran 4 Non Prioritas
13 Kab. Gayo Lues 63.34 2.54 Kuadran 4 Non Prioritas
14 Kab. Bener Meriah 70.00 1.18 Kuadran 1 Non Prioritas
15 Kota Subulussalam 60.39 2.38 Kuadran 4 Non Prioritas
16 Kab. Pidie Jaya 69.89 1.48 Kuadran 1 Non Prioritas
Provinsi Sumatera Utara
17 Kota Sibolga 71.01 1.46 Kuadran 1 Non Prioritas
18 Kab. Pakpak Bharat 65.06 2.36 Kuadran 4 Non Prioritas
19 Kab. Nias Barat 57.54 1.15 Kuadran 4 Non Prioritas
Provinsi Sumatera Barat
20 Kab. Kepulauan Mentawai 56.73 1.52 Kuadran 4 Non Prioritas
21 Kota Bukittinggi 78.02 1.15 Kuadran 1 Non Prioritas
22 Kota Padang Panjang 75.05 2.18 Kuadran 1 Non Prioritas
23 Kota Payakumbuh 76.49 1.23 Kuadran 1 Non Prioritas
24 Kota Sawahlunto 69.61 2.04 Kuadran 1 Non Prioritas
25 Kota Solok 76.20 1.65 Kuadran 1 Non Prioritas
26 Kota Pariaman 74.66 1.44 Kuadran 1 Non Prioritas
Provinsi Riau
27 Kab. Bengkalis 70.84 1.26 Kuadran 1 Non Prioritas
28 Kab. Kepulauan Meranti 62.91 1.07 Kuadran 4 Non Prioritas
Provinsi Kepulauan Riau
29 Kab. Bintan 71.65 1.11 Kuadran 1 Non Prioritas
30 Kab. Natuna 70.06 2.60 Kuadran 1 Non Prioritas
31 Kab. Lingga 60.75 1.48 Kuadran 4 Non Prioritas
32 Kab. Kepulauan Anambas 65.12 2.79 Kuadran 4 Non Prioritas
Provinsi Jambi
33 Kota Sungai Penuh 72.48 1.54 Kuadran 1 Non Prioritas
xix
NO Nama daerah IPM IKPD Kuadran Prioritas
Provinsi Bangka Belitung
34 Kab. Belitung 69.56 1.35 Kuadran 1 Non Prioritas
35 Kota Pangkal Pinang 76.28 1.01 Kuadran 1 Non Prioritas
36 Kab. Bangka Selatan 63.54 1.07 Kuadran 4 Non Prioritas
37 Kab. Bangka Tengah 68.09 1.10 Kuadran 4 Non Prioritas
38 Kab. Belitung Timur 68.10 1.60 Kuadran 4 Non Prioritas
Provinsi Bengkulu
39 Kab. Kaur 63.75 1.38 Kuadran 4 Non Prioritas
40 Kab. Lebong 63.90 1.27 Kuadran 4 Non Prioritas
41 Kab. Kepahiang 65.22 1.03 Kuadran 4 Non Prioritas
42 Kab. Bengkulu Tengah 64.10 1.34 Kuadran 4 Non Prioritas
Provinsi Jawa Barat
43 Kota Cirebon 72.93 1.01 Kuadran 1 Non Prioritas
Provinsi Jawa Tengah
44 Kota Magelang 75.79 1.38 Kuadran 1 Non Prioritas
Provinsi Jawa Timur
45 Kota Blitar 75.26 1.17 Kuadran 1 Non Prioritas
46 Kota Kediri 74.62 1.13 Kuadran 1 Non Prioritas
47 Kota Madiun 78.81 1.01 Kuadran 1 Non Prioritas
48 Kota Mojokerto 75.04 1.31 Kuadran 1 Non Prioritas
Provinsi Kalimantan Barat
49 Kab. Kapuas Hulu 62.90 1.11 Kuadran 4 Non Prioritas
50 Kab. Kayong Utara 58.52 1.17 Kuadran 4 Non Prioritas
Provinsi Kalimantan Tengah
51 Kab. Barito Selatan 66.61 1.62 Kuadran 4 Non Prioritas
52 Kab. Barito Utara 66.30 1.35 Kuadran 4 Non Prioritas
53 Kab. Barito Timur 69.12 1.61 Kuadran 1 Non Prioritas
54 Kab. Murung Raya 66.10 2.15 Kuadran 4 Non Prioritas
55 Kab. Pulang Pisau 65.00 1.60 Kuadran 4 Non Prioritas
56 Kab. Gunung Mas 68.13 1.37 Kuadran 4 Non Prioritas
57 Kab. Lamandau 67.53 2.82 Kuadran 4 Non Prioritas
58 Kab. Sukamara 64.44 3.03 Kuadran 4 Non Prioritas
59 Kab. Katingan 65.79 1.48 Kuadran 4 Non Prioritas
60 Kab. Seruyan 63.49 1.44 Kuadran 4 Non Prioritas
xx
NO Nama daerah IPM IKFD Kuadran Prioritas
61 Kab. Hulu Sungai Selatan 65.25 1.16 Kuadran 4 Non Prioritas
62 Kab. Hulu Sungai Tengah 65.37 1.01 Kuadran 4 Non Prioritas
63 Kab. Hulu Sungai Utara 61.32 1.12 Kuadran 4 Non Prioritas
64 Kab. Kotabaru 65.76 1.15 Kuadran 4 Non Prioritas
65 Kab. Tabalong 68.36 1.28 Kuadran 4 Non Prioritas
66 Kab. Tapin 66.99 1.70 Kuadran 4 Non Prioritas
67 Kota Banjarbaru 77.30 1.01 Kuadran 1 Non Prioritas
68 Kab. Balangan 64.44 1.72 Kuadran 4 Non Prioritas
69 Kab. Tanah Bumbu 66.94 1.30 Kuadran 4 Non Prioritas
70 Kab. Berau 72.26 2.62 Kuadran 1 Non Prioritas
71 Kab. Kutai Kartanegara 71.20 1.79 Kuadran 1 Non Prioritas
72 Kab. Kutai Barat 68.91 3.15 Kuadran 1 Non Prioritas
73 Kab. Kutai Timur 70.39 1.76 Kuadran 1 Non Prioritas
74 Kab. Mahakam Ulu 64.32 10.13 Kuadran 4 Non Prioritas
75 Kab. Paser 69.87 1.95 Kuadran 1 Non Prioritas
76 Kota Bontang 78.58 1.97 Kuadran 1 Non Prioritas
77 Kab. Penajam Paser Utara 68.60 1.87 Kuadran 4 Non Prioritas
78 Kab. Bulungan 69.25 1.41 Kuadran 1 Non Prioritas
79 Kab. Malinau 70.00 3.74 Kuadran 1 Non Prioritas
80 Kab. Nunukan 63.13 1.39 Kuadran 4 Non Prioritas
81 Kab. Tana Tidung 64.70 3.95 Kuadran 4 Non Prioritas
82 Kab. Kepulauan Talaud 66.56 1.06 Kuadran 4 Non Prioritas
83 Kota Tomohon 73.56 1.20 Kuadran 1 Non Prioritas
84 Kota Kotamobagu 70.46 1.04 Kuadran 1 Non Prioritas
85 Kab. Bolaang Mongondow Utara 64.24 1.32 Kuadran 4 Non Prioritas
86 Kab. Kepulauan Siau Tagulandang Biaro64.35 1.57 Kuadran 4 Non Prioritas
87 Kab. Minahasa Tenggara 67.86 1.23 Kuadran 4 Non Prioritas
88 Kab. Bolaang Mongondow Selatan 63.57 1.86 Kuadran 4 Non Prioritas
89 Kab. Bolaang Mongondow Timur 63.12 1.40 Kuadran 4 Non Prioritas
90 Kab. Boalemo 62.18 1.13 Kuadran 4 Non Prioritas
91 Kota Gorontalo 74.97 1.05 Kuadran 1 Non Prioritas
92 Kab. Pohuwato 61.74 1.20 Kuadran 4 Non Prioritas
Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Kalimantan Timur
Provinsi Kalimantan Utara
Provinsi Sulawesi Utara
Provinsi Gorontalo
xxi
NO Nama daerah IPM IKPD Kuadran Prioritas
Provinsi Sulawesi Tengah
93 Kab. Banggai Kepulauan 62.33 1.25 Kuadran 4 Non Prioritas
94 Kab. Banggai Laut 62.12 1.98 Kuadran 4 Non Prioritas
95 Kab. Buol 65.41 1.59 Kuadran 4 Non Prioritas
96 Kab. Morowali 67.91 1.78 Kuadran 4 Non Prioritas
97 Kab. Morowali Utara 65.81 1.50 Kuadran 4 Non Prioritas
98 Kab. Poso 67.65 1.05 Kuadran 4 Non Prioritas
99 Kab. Tojo Una Una 61.15 1.50 Kuadran 4 Non Prioritas
Provinsi Sulawesi Selatan
100 Kab. Barru 67.94 1.37 Kuadran 4 Non Prioritas
101 Kab. Kepulauan Selayar 63.66 1.31 Kuadran 4 Non Prioritas
102 Kota Parepare 75.66 1.19 Kuadran 1 Non Prioritas
Provinsi Sulawesi Barat
103 Kab. Majene 63.74 1.12 Kuadran 4 Non Prioritas
104 Kab. Mamuju Tengah 61.48 1.07 Kuadran 4 Non Prioritas
Provinsi Sulawesi Tenggara
105 Kab. Buton 62.31 1.12 Kuadran 4 Non Prioritas
106 Kab. Konawe Kepulauan 61.31 3.65 Kuadran 4 Non Prioritas
107 Kab. Kolaka 70.20 1.33 Kuadran 1 Non Prioritas
108 Kab. Kolaka Timur 62.13 1.17 Kuadran 4 Non Prioritas
109 Kab. Muna Barat 61.92 1.01 Kuadran 4 Non Prioritas
110 Kota Bau-bau 73.13 1.07 Kuadran 1 Non Prioritas
111 Kab. Bombana 63.38 1.24 Kuadran 4 Non Prioritas
112 Kab. Wakatobi 66.95 1.27 Kuadran 4 Non Prioritas
113 Kab. Kolaka Utara 65.76 1.37 Kuadran 4 Non Prioritas
114 Kab. Konawe Utara 66.03 2.53 Kuadran 4 Non Prioritas
115 Kab. Buton Utara 64.65 2.03 Kuadran 4 Non Prioritas
Provinsi Bali
116 Kab. Badung 77.98 1.73 Kuadran 1 Non Prioritas
Provinsi Nusa Tenggara Barat
117 Kota Bima 72.23 1.16 Kuadran 1 Non Prioritas
118 Kab. Sumbawa Barat 67.19 1.41 Kuadran 4 Non Prioritas
Provinsi Nusa Tenggara Timur
119 Kab. Sumba Tengah 57.60 1.48 Kuadran 4 Non Prioritas
120 Kab. Sabu Raijua 52.51 1.32 Kuadran 4 Non Prioritas
xxii
NO Nama daerah IPM IKPD Kuadran Prioritas
Provinsi Maluku
121 Kab. Maluku Tenggara Barat 59.81 1.30 Kuadran 4 Non Prioritas
122 Kab. Maluku Tenggara 62.74 1.11 Kuadran 4 Non Prioritas
123 Kab. Buru 65.15 1.09 Kuadran 4 Non Prioritas
124 Kab. Seram Bagian Timur 59.50 1.38 Kuadran 4 Non Prioritas
125 Kab. Kepulauan Aru 59.91 1.55 Kuadran 4 Non Prioritas
126 Kota Tual 64.95 1.14 Kuadran 4 Non Prioritas
127 Kab. Buru Selatan 60.74 1.94 Kuadran 4 Non Prioritas
128 Kab. Maluku Barat Daya 58.09 2.15 Kuadran 4 Non Prioritas
Provinsi Maluku Utara
129 Kab. Halmahera Tengah 61.49 2.26 Kuadran 4 Non Prioritas
130 Kab. Halmahera Timur 63.26 1.46 Kuadran 4 Non Prioritas
131 Kab. Kepulauan Sula 60.18 1.39 Kuadran 4 Non Prioritas
132 Kab. Pulau Morotai 58.34 2.78 Kuadran 4 Non Prioritas
133 Kab. Pulau Taliabu 57.31 2.17 Kuadran 4 Non Prioritas
Provinsi Papua
134 Kab. Biak Numfor 70.32 1.15 Kuadran 1 Non Prioritas
135 Kab. Jayapura 69.55 1.37 Kuadran 1 Non Prioritas
136 Kab. Merauke 67.33 1.23 Kuadran 4 Non Prioritas
137 Kab. Mimika 70.40 1.11 Kuadran 1 Non Prioritas
138 Kab. Nabire 66.25 1.06 Kuadran 4 Non Prioritas
139 Kab. Kepulauan Yapen 64.89 1.58 Kuadran 4 Non Prioritas
140 Kab. Sarmi 60.48 4.13 Kuadran 4 Non Prioritas
141 Kab. Keerom 62.73 2.26 Kuadran 4 Non Prioritas
142 Kab. Boven Digoel 58.21 2.90 Kuadran 4 Non Prioritas
143 Kab. Mappi 55.74 1.62 Kuadran 4 Non Prioritas
144 Kab. Asmat 45.91 1.77 Kuadran 4 Non Prioritas
145 Kab. Waropen 61.97 4.40 Kuadran 4 Non Prioritas
146 Kab. Supiori 59.70 5.15 Kuadran 4 Non Prioritas
147 Kab. Mamberamo Raya 47.88 4.93 Kuadran 4 Non Prioritas
148 Kab. Mamberamo Tengah 43.19 1.87 Kuadran 4 Non Prioritas
149 Kab. Deiyai 48.12 1.90 Kuadran 4 Non Prioritas
Provinsi Papua
150 Kab. Sorong 61.23 2.48 Kuadran 4 Non Prioritas
151 Kab. Manokwari 69.35 1.14 Kuadran 1 Non Prioritas
152 Kab. Manokwari Selatan 55.32 4.18 Kuadran 4 Non Prioritas
153 Kab. Pegunungan Arfak 53.69 2.67 Kuadran 4 Non Prioritas
154 Kab. Fak-Fak 64.73 2.29 Kuadran 4 Non Prioritas
155 Kab. Sorong Selatan 58.24 3.26 Kuadran 4 Non Prioritas
156 Kab. Raja Ampat 60.86 3.10 Kuadran 4 Non Prioritas
157 Kab. Teluk Bintuni 60.40 4.01 Kuadran 4 Non Prioritas
158 Kab. Teluk Wondama 56.27 3.43 Kuadran 4 Non Prioritas
159 Kab. Kaimana 61.07 3.22 Kuadran 4 Non Prioritas
160 Kab. Tambrauw 49.40 5.03 Kuadran 4 Non Prioritas
161 Kab. Maybrat 55.36 4.45 Kuadran 4 Non Prioritas
xxiii
LAMPIRAN IV Istilah, Definisi, dan Pengertian
Postur Pendapatan dalam APBD – terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. PENDAPATAN :
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
o Pajak Daerah
o Retribusi Daerah
o Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan
o Lain-lain PAD yang sah
Dana Perimbangan
o Dana Bagi Hasil (DBH)
DBH Sumber Daya Alam (SDA) dan DBH Pajak
o Dana Alokasi Umum (DAU)
o Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
o Hibah
o Dana Darurat
o Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya
o Dana Transfer Lainnya (DAK Nonfisik dan Dana Insentif Daerah)
o Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan DIY
o Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya
o Lain-lain
Postur Belanja dalam APBN – terdiri dari Belanja pemerintah Pusat, Transfer Ke
Daerah dan Dana Desa, dan Suspen BELANJA :
Belanja Pemerintah Pusat
o Belanja Kementerian/Lembaga
o Belanja Non Kementerian/Lembaga
Transfer Ke Daerah dan Dana Desa
o Transfer Ke Daerah
Dana Perimbangan
- Dana Transfer Umum (DAU, DBH Sumber Daya Alam, dan DBH Pajak)
- Dana Transfer Khusus (DAK Fisik dan DAK Nonfisik)
Dana Insentif Daerah
Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan DIY
o Dana Desa
Suspen
Belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah – pengertian dalam buku ini adalah Gaji
Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) tidak termasuk tunjangan daerah.
Jumlah Penduduk – Merupakan jumlah penduduk yang digunakan dalam perhitungan
alokasi DAU 2016.
xxiv
IPM – Indeks Pembangunan Manusia (Nasional), Mengukur capaian pembangunan manusia
berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan keempat komponen yaitu angka harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan, harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah mengukur capaian pembangunan bidang pendidikan, dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagi pendekatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak. (BPS)
IKK – Indeks Kemahalan Konstruksi, menggambarkan tingkat kemahalan konstruksi di daerah
atau gambaran tingkat kesulitan geografis di daerah. Diperoleh dari data harga perdagangan besar bahan bangunan/konstruksi dan sewa alat berat yang diperoleh melalui survey di seluruh kabupaten/kota Indonesia. Adapun Jenis barang/bahan bangunan yang digunakan dalam penghitungan IKK terdiri dari 17 jenis barang dan 4 sewa alat berat, yaitu: pasir pasang, batu kali, kayu papan, kayu balok, kayu lapis, cat tembok, cat kayu/besi, aspal, pipa PVC, kaca, batu bata, semen, batu split, lantai keramik, besi beton, seng plat, seng gelombang, sewa alat berat excavator, bulldozer, three wheel roller (mesin gilas), dan dump truck.
Klasifikasi Jenis Belanja Pemerintah – terdiri dari :
1) Belanja Pegawai; 2) Belanja Barang; Pengeluaran untuk pembelian barang dan/atau jasa yang habis pakai
untuk memproduksi barang dan/atau jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat di luar kriteria belanja bantuan sosial serta belanja perjalanan.
3) Belanja Modal; Pengeluaran untuk pembayaran perolehan asset dan/atau menambah nilai asset tetap/asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan melebihi batas minimal kapitalisasi asset tetap/asset lainnya yang ditetapkan pemerintah.
4) Belanja Bunga Utang; 5) Belanja Subsidi; 6) Belanja Hibah; 7) Belanja Bantuan Sosial; Transfer uang atau barang yang diberikan oleh Pemerintah
Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang lain yang berperan untuk melindungi individu, kelompok dan/atau masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.
8) Belanja Lain-Lain.