Upload
muhammad-abdul-latif
View
571
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
REMISI BUKU
TerjemahTARIKH TASRI’ Al - ISLAMI
( Sejarah Pembinaan Hukum Islam )
HUDHARI BIK
DI SUSUN OLEH :IRFAN YUSRI 308. 241FIRMAN DONI 308. 291ZULFADLI 308. 277FAUZI ISWARI 306. 034MUHAMMAD ABDUL LATIF 308. 097SUDIRMAN SISWANTO 304. 227HENDRI 306. 040RIRI RAHMANIA 308. 295
Dosen pembimbing : Drs. ADITIAWARMAN, M. Ag
JURUSAN JINAYAH SIYASAHFAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERIIMAM BONJOL PADANG
2008 MASEHI
PERIODE PERTAMA
PEMBINAAN HUKUM PADA MASA
RASULULLAH SAW
AL QUR’AN DAN AS SUNNAH
Al kitab atau Al Qur’an adalah suatu kitab yang sudah dikenal, diturunkan
kepada Muhammad SAW, dengan berkelompok-kelompok sejak dari malam tanggal
17 Ramadhan tahun 41 kelahiran beliau.
Masa antara mulai diturunkannya Al Qur’an dan yang terakhir (penutupnya)
adalah 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Malam mulai diturunkannya Al Qur’an adalah
malam Qadar (Lailatul Qadar).
Adapun malam mulai diturunkannya wahyu maka terdapat banyak
perselisihan. Ibnu Ishak cendrung bahwa malam itu tanggal 17 bulan Ramadhan, dan
Al Qur’an telah menunjukkannya dalam firman Allah ta’ala surat Al Anfal yang
artinya : “Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan
kepada hamba kami (Muhammad) di hari Furqan, di hari bertemunya dua pasukan”.
Yang dimaksudkan dengan hari bertemunya dua pasukan adalah hari
bertemunya kaum muslimin dengan orang-orang musyrik di Badar yaitu hari Jum’at
tanggal 17 Ramadhan tahun kedua Hijriah. Hari Furqan (pembeda) adalah hari mulai
diturunkannya Al Qur’an.
Turunnya Al Qur’an berkelompok-kelompok adalah orang-orang musyrik. Al
Qur’an telah menyebutkan hal itu dan menjawabnya. Dalam surat Al Furqan ayat 32
yang artinya: “Berkatalah orang-orang kafir : mengapakah Al Qur’an itu tidak
diturunkan kepadanya sekali turun saja ? demikianlah, sepaya Kami perkuat hatimu
dengannya dan kami (menurunkannya dan) membacakannya sekelompok demi
kelompok”.
Masa turunnya Al Qur’an terbagi menjadi dua bagian yang berbeda-beda, yaitu :
1. Masa beliau SAW diam di Mekkah yakni selama 12 tahun 15 bulan dan 3
hari. Ayat-ayat tersebut dinamakan ayat-ayat Makkiyah.
2. Masa sesudah hijrah beliau yakni selama 9 tahun 9 bulan dan 9 hari. Ayat-
ayat tersebut dinamakan ayat-ayat Madaniyyah.
Ayat-ayat Al Qur’an Makkiyah sekitar 19/30 Al Qur’an, dan yang
Madaniyyah sekitar 11/30 Al Qur’an.
Di dalam Al Qur’an terdapat 35 surat yang di namakan dengan sesuatu yang
tidak disebutkan pada awal suratnya. Al Qur’an turun kepada Nabi SAW per lima
ayat, sepuluh ayat dan kadang-kadang lebih banyak atau lebih sedikit dari pada itu.
Keadaan Nabi SAW itu ummi, tidak dapat membaca dan tidak dapat menulis. Karena
itu beliau menerima Al Qur’an dari malaikat dengan hafalan. Sebagaimana firman
Allah dalam surat Al Qiyamah ayat 16 yang artinya : “Janganlah kamu gerakkan
lidahmu untuk (membaca) Al Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatumu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya
maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian atas tanggungan kami penjelasannya”.
Apabila beliau telah memahami dan telah menghafalnya maka ayat-ayat itu
disampaikan kepada manusia dan beliau menyuruh salah seorang dari para penulis
wahyu (kuttabul wahyi) untuk menuliskan di hadapan beliau pada pelepah kurma,
adakalanya pada batu tipis atau pada kertas. Penulisan Al Qur’an itu selalu di
kediaman Nabi SAW di samping para penulis wahyu itu juga menulis untuk dirinya
sendiri. Masa ini telah lewat tapi Al Qur’an belum terkumpul dalamsatu mush-haf.
BAGAIMANA TURUNNYA AL QUR’AN
Ayat-ayat pembinaan hukum adalah ayat-ayat hokum yang turun atas
Rasulullah SAW. Ayat-ayat itu pada umumnya merupakan jawaban peristiwa-
peristiwa dalam masyarakat Islam. Peristiwa-peristiwa itu diketahui dengan Asbabun
Nuzul (sebab-sebab turunnya Al Qur’an). Kadang-kadang ayat-ayt itu turun sebagai
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan oleh sebagian orang mu’min.
PERBEDAAN-PERBEDAAN MAKKI DAN MADANI
1. Secara global, ayat-ayat Makkiyah itu pendek-pendek, tidak seperti ayat-ayat
Madaniyah. Perbedaan ini secara umum, dimana kadang-kadang terdapat ayat
yang panjang dalam sebagian ayat-ayat Makkiyah dan kebanyakan pada surat-
surat yang panjang.
2. Khithab (pembicaraan) kepada orang banyak dalam ayat-ayat Madaniyah
biasanya dengan firman Allah.
3. Dalam ayat-ayat Makki sedikitpun tidak ada pembinaan hukum yang
terperinci.
ASA PEMBINAAN HUKUM ISLAM DALAM AL QUR’AN
Al Qur’an mempermaklumkan bahwa Al Qur’an itu diturunkan hanyalah untuk
memperbaiki hal ihwal manusia. Dalam pembinaan hokum Islam telah dipelihara tiga
dasar (asa) :
a) Tidak menyulitkan
b) Menyediakan beban
c) Berangsur-angsur dalam membina hokum
MENYEDIKITKAN BEBAN
Menyedikitkan beban itu merupakan hasil yang mesti bagi tidak adanya
menyulitkan, karena didalam banyaknya bebanan berakibat menyempitkan. Masalah-
masalah yang dilarang ini adalah sesuatu yang telah dimaafkan oleh Allah yakni
didiamkan pengharamannya.
BERANGSUR ANGSUR DALAM MEMBINA HUKUM
Ketika Nabi SAW dating, pada bangsa Arab telah kokoh adat istiadat mereka
yang sebagian diantaranya baik (pantas). Kebijaksanaan syari’ dalam menghadapi hal
ini dengan berangsur angsur, sedikit demi sedikit dalam menjelaskan hukumNya dan
untuk menyempurnakan agamaNya.
Atas dasar berangsur angsur dalam membina hokum maka didapati pokok lain
yaitu global kemudian detail. Ini akan terllihat jelas mana kala membandingkan
antara pembinaan hukum menurut Makki dan Madani.
KEHUJJAHAN AL QUR’AN
Pengertian Nasakh
Menurut istilah fuqaha, masalah itu dimutlakkan atas dua ma’na :
1) Membatalkan hukumyang diperoleh dari nash yang terdahulu dengan nash
yang datang kemudian.
2) Menghilangkan umum nash yang terdahulu atau membatasi kemutlakannya.
Sesungguhnya pembatalan nash yang terkemudian terhadap nash yang terdahulu
adalah terhenti atas dua hal :
1) Bahwasanya nash yang terkemudian itu mensahkan bahwa ia mengahapus
yang terdahulu.
2) Diantara dua nash itu terdapat perlawanan yang tidak mungkin untuk
mengumpulkan anatara keduanya.
GAYA BAHASA AL QUR’AN DALAM MENUNTUT (THALAB)
DAN MENYURUH UNTUK MEMILIH (TAKHYIR)
Al Qur’an tidak tetap pada satu gaya bahasa dalam menuntut danmenyuruh untuk
memilih. Al Qur’an dalam menuntut perbuatan-perbuatan (amal) mempunyai gaya
bahasa, yaitu:
a) Perintah yang jelas,
b) Pemberitaan bahwa perbuatan itu diwajibkan atas orang yang diajak bicara,
c) Pemberitahuan bahwa pekerjaan itu wajib atas manusia pada umumnya atau
atas sekelompok khusus,
d) Membebankan perbuatan yang dituntut atas orang yang dituntut daripadanya,]
e) Menuntut dengan bentuk tuntunan,
f) Menungkapkan dengan fardlu,
g) Menyebutkan perbuatan sebagai balasan (jawab) bagi syarath, dan ini tidak
’am,
h) Menyebutkan perbuatan disertai lafadz kebaikan,
i) Menyebutkan perbuatan disertai dengan janji,
j) Mnesifati perbuatan bahwa perbuatan itu baik atau dihubungkan dengan
kebaikan.
Demikianjuga dalam mencegah perbuatan, Al Qur’an mempunyai beberapa gaya
bahasa, yaitu :
a) Larangan yang jelas,
b) Mengharamkan,
c) Tidak halal,
d) Bentu larangan, yaitu fi’il mudlari’ yang didahului la nahi, atau fi’il amar
yang menunjukkan atas tuntunan mencegah,
e) Meniadakan kebaikan dari suatu perbuatan,
f) Meniadakan suatu perbuatan,
Dalam hal seseorang mukalaf boleh melakukan atau meninggalkannya, Al Qur’an
mempunyai beberapa gaya bahasa, seperti :
a) Lafazh halal yang disandarkan atau dihubungkan kepada suatu perbuatan,
b) Meniadakan dosa,
AS SUNNAH
Kami maksudkan dengan sunnah Rasulullah SAW adalah kumpulan
perkataan, perbuatan atau ketetapan yang keluar adri beliau, dan tidak ragu bahwa
Rasulullah SAW adalah penyampaian dari Allah.
Rasulullah SAW selalu menjelaskan apa yang dikehendaki oleh Al-Qur’an,
kadang-kadang dengan perkataan saja, kadang-kadang dengan perbuatan saja dan
kadang-kadang dengan keduanya bersama-sama, sebagaimana beliau shalat dan
bersabda :
أصلى. الكمارأيتموني صلوArtinya : Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kamu sekalian melihat saya
shalat.
Sunnah itu adalah penjelas dari Al-Qur’an, menjelaskan globalnya, membatasi
kemutlakaknya dan menta’wili kesamarannya. Dalam as sunnah tidak ada sesuatu
kecuali Al-Qur’an telah menunjukkan pengertiannya dengan penunjukkan
(dilalah), global (ijmaliyah) atau terperinci ( tafsiliyah).
Segi yang masyur dikalangan ulama seperti hadits-hadits dalam menerangkan
hukum-hukum yang disebut secara global, adakalanya menunjukkan syarat-
syaratnya, atau penghalang-penghalangnya atau susulan-susulannya atau yang
menyerupainya seperti keterangan hadits-hadits tentang shalat, zakat dan
sebagainya. Pemikiran lapangan ijtihad dalam sesuatu yang ada diantara dua
ujung yang jelas dan lapangan qiyas yang beredar diantaranya pokok dan cabang.
Termasuk yang pertama ialah :
1) Allah menghalalkan barang-barang ynag baik dan mengharamkan barang-
bangan yang buruk.
2) Allah menghalalkan minuman yang tidak memabukkan dan Allah
mengharamkan minuman yang memabukan.
3) Allah membolehkan binatang buruan yang ditangkap oleh binatang buas yang
diajar.
4) Dilarangnya orang yang ihram untuk membunuh buruan secara mutlak dan
mewajibkan ganti atas orang yang membunuhnya secara sengaja dan
diperbolehkannya membunuh buruan bagi orang yang halal (tidak ihram =
pent) secara mutlak.
Adapun lapangan qiyas, maka sesungguhnya di dalam Al-Qur’anul karim
terdapat dasar-dasar (pokok-pokok) yang menunjuk kearahnya :
1. Allah mengharamkan riba dan riba Jahiliyah adalah menghapus hutang
dengan hutang.
2. Allah mengharamkan untuk mengumpulkan antara ibu dan anaknya dan
antara dua wanita bersaudara.
… …
Artinya : … Dan Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian itu … (QS. An-Nisa’ : 24)
3. Allah menyebutkan diyat jiwa dan tidak menyabutkan diyat ujung-ujung
badan dan itu termasuk sesuatu yang sulit atas akal untuk mengkiaskannya.
Asas pembinaan hukum pada periode ini :
1. Al-Qur’an karim yang disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada manusia,
dimana mereka menghafalkan dan menuliskannya. Jumlah ayat-ayat ahkam
hampir tidak lebih dari 200 ayat, dimana sebagian besarnya akan engkau
jumpai.
2. keterangan yang diberikan oleh Rasulullah SAW itulah yang dikenal dengan
As Sunnah. Sahabat-sahabat beliau menerimanya secara lansung dan pada
periode itu penulisannya tidak tersebar seperti penulisan Al-Qur’an.
Dan akan kami sajikan dengan global tentang hukum-hukum Al-Qur’an
disertai dengan keteranagn As Sunnah yang periwatannya telah disepakati oleh
jumhur umat islam.
Disini akan kami terangkan hukum-hukum yang datang dalam Al-Qur’an
karena Al-Qur’an itu merupakan asas (dasar).
SEMBAHYANG
Kata shalat ini bukan berasal dari Islam, karena kata-kat tersebut telah
digunakan oleh bangsa Arab sebelum Islam datang dengan arti do’a dan minta
ampun.
Pergertian shalat itu adalah do’a untuk khamer agar tidak masam dan tidak
rusak.
Dasar pengambilan kata shalat ini ada dua macam, yaitu :
1. Dari kata shalat dengan arti tetap. Dikatakan :
إذاازم. واصطلى صلىArtinya : Ia shalat dan melakukan shalat apabila ia tetap (pada sesuatu).
2. Dari Shalawin yaitu dua alat yang melingkari ekor onta dan lainnya. Dan
pada manusia ialah permulaan pertemuan dua pupunya yang seolah-olah
kedua alat itu mengapit tulang sunggingnya.
3. pendapat ketiga menyatakan bahwa asal kata shalat adalah mu’arrab (bahasa
asing yang di Arabkan) dari shaluta yang menurut bahasa Ibrani berati tempat
shalat. Allah Ta’ala befirman :
Artinya : Dan mendo’alah untuk mereka : karena do’a kamu itu (menjadi) ketenraman jiwa bagi mereka.
Tidak ada perintah-perintah yang disungguhkan oleh Al-Qur’an seperti
menyungguhkan shalat, dimana Al-Qur’an telah menerangkan fardhunya shalat
dengan beberapa gaya bahasa yang bermacam-macam. Suatu kali dengan perintah
yang jelas, suatu kali dengan memuji orang yang mengerjakannya dan mencela
orang-orang yang meninggalkannya sehinggaorang yang mengikuti tempat-
tempat ini menjadi faham bahwa shalat itu tiang Islam, dan Al-Qur’an mengecam
orang-orang yang meninggalkan atau lupa atau munafik terhadap shalat.
Al-Qur’an tidak menerangkan secara jelas bilangan shalat dan bilangan
raka’at-rakaatnya, Al-Qur’an hanya menyabutkan waktu-waktunya secara global.
Artinya : Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh. Dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu Zuhur.( QS. Ar Ruum : 17-18)
Artinya : Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (QS. Al-Isra’ : 78)
Al-Qur’an mewajibkan berhias karena mau shalat : …
Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan … ( QS. Al A’raf : 31)
Al-Qur’an mewajibkan atas setiap orang yang shalat untuk mengarahkan
mukanya kearah Masjid Al Haram ketika ia bershalat. Nabi SAW pada mulanya
menghadap ke Baitul Maqdis, kemudian Al-Qur’an menyuruh untuk menghadap
ke Masjidil Haram yang merupakan rumah yang pertama yang diletakkan (dibuat)
oleh manusia, itulah rumah Ibrahim dan puteranya Ismail yang menjadi nenek
moyang bangsa Arab.
PUASA
Arti puasa menurut bahasa Arab adalah mengekang dan meninggalkan
sesuatu. Dari inilah timbulnya pengertian yang dikenal yanitu mengekang dua
syahwat (yaitu syahwat perut dan syahwat sex = pent).
Puasa itu sudah dikenal dikalangan bangsa Arab sebelum Islam. Al Bukhari
meriwayatkan dengan sanadnya dari ‘Aisyah r.a. bahwa orang-orang Quraisy
pada masa Jahiliyah selalu berpuasa pada hari Asyura. Kemudian Rasulullah
SAW memerintahkan untuk berpuasa pada hari itu, sampai difardhukannya
ramadhan dan Rasulullah SAW bersabda :
أفطر شاء ومن فليصمه شاء منArtinya : Barang siapa yang mau berpuasa pada hari “Asyura” berpuasalah
dan barang siap yang mau berbuka, berbukalah.
Ibnu Ishaq meriwayatka dalam hadits tentnag permulaan wahyu :
مم**ا وك**ان ش**هرا سنة كل من رحراء غا يجاورفى وكان يج**ا فك**ان الت**برر والتحنث الجاهلية فى قريش به تحنث
المس**اكين. من ج**اءه من يطعم س**نة كل الشهر ورذلكالح.
Artinya : Beliau selalu menghampiri (tinggal) di goa Hira selama satu bulan pada tiap-tiap tahun. Demikian itu sebagian peribadatan adalah bebuat baik. Beliau selalu menghampiri bulan itu setiap tahun dengan memberi makan orang-ornag miskin yang datang pada beliau …… akhir hadits.
Bulan itu adalah bulan ramadhan yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an.
Dari yang demikian itu difahamkan bahwa puasa itu adalah termasuk peribadatan
oorang-orang Quraisy pada msa Jahiliyah.
Allah Yang Maha Suci telah memilih bulah itu yang mana beliau SAW selalu
menghampirinya pada setiap tahun, dan dalam bulan itu beliau dimulaikan oleh
Allah denagn pengutusan (risalah), Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah :183
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Dan Rasulullah telah menentukan jumlah hari-hari puasa sunat diluar bulan
Ramadhan dan difardukannya puasa itu pada tahun kedua dari hijrah.
HAJI DAN UMRAH
Seluruh bangsa-bangsa yang berkebudayaan mempunyai tempat tertentu
untuk berkumpul serta ibadah kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Allah berfirman :
…
Artinya : Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka …
…
Artinya : Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari'at tertentu yang mereka lakukan …
Demikianlah bangsa Arab itu mempunyai tempat beribadah yaitu Baitul
Haram yang dibina oleh nenek moyang mereka bersama ayahnya Ibrahi untuk
mereka.
Atas yang demikian itulah perjalanan bengsa Arab sejak Ibrahim dan Ismail
sampai Allah mengutus Muhammad SAW. Tetapi mereka telah banyak merobah
terhadap apa yang dijalankan oleh Ibrahim dan Ismail, mereka mensekutukan
patung-patung and berhala-berhala kepada Allah, dan mereka letakkan berhala-
berhala di dalam Baitullah disamping-sampingnya, Shafa dan Marwah. Meerka
mendekatkan diri kepada Allah dengan berhala-berhala merobah tempat-tempat
melakukan ibadah haji, menyebut nama selain Allah atas binatang ternak yang
dikaruniakan kepada mereka.
Ketika diutusnya Muhammad itu menjadi pembaharu bagi syari’at Ibrahim
yang benar dan berserah diri (kepada Allah) dan orang-orang yang musyrik
tidaklah menjadikan Baitul Haram tempat peribadatan umat manusia, maka Allah
menyuruh untuk melakukan haji dan umrah.
…
Artinya : … Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
...
Artinya : Allah telah menjadikan Ka'bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia, dan (demikian pula) bulan Haram, had-ya, qalaid. (QS. Al-Maidah : 97)
Aturan haji itu mempunyai kaidah-kaidah yang banyak bagi kaum muslimin
yaitu:
1. Faidah yang kembali kepada penduduk Mekkah dari para jamaah haji dan
umrah, karena Mekkah bukan lembah yang bertanaman. Itu adalah
terkabulnya do’a Ibrahim a.s kekasih Allah :
Artinya : Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim : 37)
2. Faidah yang kembali kepada bangsa Arab dimana meerka mendapat
kemanfaatan dan keperluan-keperluan hidup karena orang-orang yang berhaji
pada musin itu membawa harta benda mereka sehingga orang yang
memerlukan dapat membelinya. Masing-masing dan mereka aman atas diri
dan hartanya karena ada dalam bulan yang mulia dan negeri yang mulia.
Artinya : Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka (QS. Al Hajj : 28)
3. Faidah yang kembali kepada seluruh kaum muslimin karena meerka dapat
berkumpul, dan saling kenal mengenal, serta satunya ibadah dan kiblat
mereka. Dengan demikian Mekkah itu menjadi tempat berkumpulnya
penghuni Timur dan Barat, mereka menerobos kesana dari setiap jalan di
celah-celah bukit yang dalam, dan setiap manusia dapat mengambil kebutuhan
ilmu, agama dan dunis.
Dan tidak heran bahwa hari raya hajji besar adalah hari raya bagi seluruh
kaum muslimin karena hari itu mengingatkan persatuan itu. Sebagaimana hari
raya fitrah menjadi peringatan bagi turunnya Al-Qur’an, demikian juga hari raya
hajji besar itu menjadi penutup turunnya Al-Qur’an. Dalam bulan ramadhan mulai
diturunkannya Al-Qur’an dan hajji besar ditutupnya penurunan Al-Qur’an.
ZAKAT
Pengertian zakat menurut bahasa adalah suci, tumbuh, berkah dan pujian.
Selurutnya itu telah dipergunakan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Dalam zakat itu
telah dipergunakan juga bagi ukuran harta yang disedekahkan oleh orang kaya
karena hal itu menzakati hartanya yaitu mensucikan dan menumbuhkannya.
Sebagimana Al-Qur’an menggunakan pengertian ini, ia menggunakan
penggertiannya dengan sedekah. Al-Qur’an memperhatikan terhadap zakat
sebagaimana memperhatikan shalat. Seringkali keduanya di sebut bersama-sama.
Kadang-kadang zakat itu disebut sendirian dengan lafazh zakat atau shadaqah.
Al-Qur’an tidak menerangkan secara detail harta yang wajib dizakati, tidak
pula ukuran yang wajib dikeluarkannya. As Sunnah telah menerangkan hal itu
dalam surat yang di buat Rasulullah SAW kepada orang yang diserahi urusan
zakat dan Al-Qur’an karim menerangkan orang yang menerima zakat dengan
firman Allah :
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah :60 )
Sesuatu yang dipersamakan dengan ibadat yang diterangkan oleh Al-Qur’an
ialah :
1. Aturan sumpah, Allah berfirma dalan surat Al- Baqarah : 224
2. keterangan makanan yang halal dan yang haram, dan Al-qur’an benar-benar
telah merincinya. Allah SWT berfirman dalalm mensifati Nabi SAW pada
surat Al a’ Raf : 157
Artinya : Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk
PERANG
Perang disyari`atkan oleh Allah adalah pada permulaan kedatangan beliau
kemadinah. Dalam beberapa tempat dalam Al-Quran meberangkan sebabnya orang-
orang mukmin diizinkan untuk berperang:
1. mempertahankan diri ketika diserang
2. mempertahankan dakwah karena difitnah oleh orang-orang yang beriman,
yakni ujian dengan bermacam-macam siksaan, sehingga orang itu
meninggalkan Aqidah yang telah dipilih bagi dirinya atau mencegah orang
yang hendak masuk islam, atau mencegah seorang Da`I dari menyampaikan
dakwah. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surah Al-Hijr 39-42 dan
Syura 41-42, Al-Baqarah 190-194, Al-Anfal 39-40, An-Nisa 75, An-Nissa 90-
91, Al-Anfal 61-62, At-taubah 12-13,29,36, Al-Mutahannah 8-9.
PERJANJIAN-PERJANJIAN
Termasuk hal yang sangat diperhatikan oleh Al-Quran ialah urusan perjanjian
dan dibencinya pencatatan janji. Atas yang demikian Al-Quran menashkan dengan
beberapa nashnya yang menguatkan. Sebagian Nast itu ada yang bersipat umum dan
ada yang bersipat khas. firman Allah dalam Al-Quran Surah Al-Maidah 1,QS An-
Nahl 91-92¸ QS Al-Isra` 34, Qs At-Taubah 1,4,7, QS Al-Anfal 58,61,72 QS Annisa
90,92.
TAWANAN PERANG
Al-Quran menerangkan secara jelas hukum tawanan perang beberapa surah
didalam Al-Quran antara lain: QS. Muhammad 4. allah mencela kaum muslimin
dalam mengambil tebusan sebelum musuh itu berhasil dilumpuhkan. QS Al-Anfal 67.
dan Rasulullah telah memerintahkan sebagian tawanan karena sebsb-sebab tertentu.
Pembahasan tentang hamba dan penghambaan
Ketika Islam datang, dikalangan bangsa arab telah ada hamba maka Islam
mengakui terhadap apa yang telah ada dikalangan mereka. Firman Allah QS Al-
Mu`minin 5-6. kemudian Allah sangat gemar mereka untuk memerdekakan Hamba
dan menghilangkan beberapa hambatan dengan beberapa cara:
1. Bahwasanya dalam Surah Makiyyah Allah menjadikan kewajiban pertama
kepada manusia apabila mau bersyukur kepada Allah atas Nikmatnya. QS An
nisa 3.
2. Bahwasanya Allah menjadikan memerdekakan budak pada bagian depannya
dari beberapa kafarat dari pidana yang dilakukan. QS An nisa 92. tentang
kafarat zihar Allah berfirman QS Al-Mujadalah 3. dan kafarat sumpah QS Al-
Maidah 89.
3. Bahwasanya ketika Allah menerangkan tempat-tempat penyerahan zakat
maka Allah menjadikan seperdelapan untuk hamba yakni imam yang
mengambil yang mengambil dan mengumpulkan zakat dari kaum muslimin
agar menyampaikan seperdelapan harga zakat untuk memerdekakan Hamba.
4. Memerintahkan untuk mengabulkan orang yang menuntut janji kemerdekaan
anak dengan mengembalikan uang pengembaliannya dan diperintah untuk
menolong mereka dalam menunaikan apa yamg dituntut. Firman Allah QS
An-Nur 33. seluruhnya itu selain dari dorongan Nabi untuk memerdekakan
anak dan pesan yang berulang kali untuk mengasihi hamba yang ada pada
mereka. Dan dalam Al-Quran hanya ada satu Nash tentang memperhamba
yaitu membuat hamba terhadap tawanan perang.
RAMPASAN PERANG
Bangsa arab mengambil rampasan dan membagi atas mereka yang berperang,
dan memberikan bagian yang besar atas pemimpin. Ketika Islam datang, rampasan
pertama adalah rampasan yang diperoleh dari perang Badar dan mereka ingin
mengetahui cara pembagiannya. Firman Allah QS Al-Anfal 1. kemudian Allah
menjelaskan tentang pembagiannya, Firman Allah QS Al-Anfal 41. Maka Rasulullah
mengambil seperlima rampasan kemudian beliau membagikan atas orang-orang yang
disebut dalam Firman Allah QS Al-ANfal 41.
Allah berfirman tentang Fa`I harta yang diperoleh dari orang kafir tanpa
dengan perang Firman Allah QS Al-Hasyr 7-10.
Adapun peperangan yang diceritakan adalah sebagai berikut:
1. Perang badar yang terjadi pada tahun kedua Hijriyah tercantum dalam Firman
Allah QS Al-Anfal 5. dan disebut juga dalam Firman Allah QS Al-Imran
123.
2. perang Uhud yang terjadi pada yahun ketiga hijriyah yang tercantum dalam
Firman Allah QS Al-Imran 138.
3. Perang Hamba Ul Asad dalam tahun itu juga dijelaskan dalam Firman Allah
QS Al-Imran 172.
4. Perang Badar lain yang terjadi pada tahun keempat Hijriyah. Firman Allah QS
Al-Imran 173.
5. Perang Bani Nadhir yang terjadi pada tahun keempat H. Firman Allah QS Al-
Hasyr 2.
6. Perang Al Ahzab pada tahun kelima H. Firman Allah QS Al-Ahzab 9.
7. Perang Bani Quraizhah yang terjadi pada tahun itu juga. Firman Allah QS Al-
Ahzab 26-27.
8. Perang Hudaibiyah yang terjadi pada tahun keenam H. Firman Allah QS Al-
Fath 10.
9. Perang Khaibar yang terjadi pada tahun ketujuh H. Firman Allah QS Al-Fath
18.
10. Penaklukan kota Mekkah yang terjadi pada tahun kedelapan H. Firman Allah
QS Al-Hadid 10 dan Firman Allah QS An-Nashr 1.
11. Perang Hunain yang terjadi pada tahun itu juga. Firman Allah QS At-Taubag
26-27.
12. Perang Tabuk, yaitu perang yang sulit yaitu yang terjadi pada tahun
kesembilan H dan telah diperinci panjang lebar dalam Firman Allah QS At-
Taubah 38.
Peperangan itu seluruhnya telah berlalu sebagai penerapan kaidah-kaidah Al-
Quranul karim yang telah disebutkan, yaitu mempertahankan diri dari musuh,
mengamankan dakwah, dan cendrung menyelamatkan orang yang mau damai.
Kehidupan Nabi Saw. Berakhir setelah seluruh semenanjung arab berkumpul atas
Islam.
ATURAN RUMAH TANGGA
Sebagaian yang diperincikan Al-Quran adalah aturan rumah tangga, dan
ambillah apa yang telah disyari`atkannaya.
PERJODOHAN (PERKAWINAN)
Al-Quran mensyari`atkan perkawinan, dan akadnya disebut janji yang berat.
Firman Allah QS An-Nisa 21. dan Allah memberikan Anugrah kepada manusia
dengan menjadikan cinta dan kasih sayang diantara suami Istri. Firman Allah QS Ar-
Rum 21. dan Allah menjadikan masing-masing suami istri sebagai pakaian dari yang
lain. Firman Allah QS Al-Baqarah 187. pengertiannya adalah tenang hatimu
bersamanya dan tenang hati mereka bersamamu. Firman Allah QS Al-Furqan 47. Dan
Al-Quran mendorong untuk menikah dengan Firman Allah QS An-Nur 32.
sedangkan dikalangan arab tidak ada batas tertentu dalam bilangan istri. Barang kali
diantara mereka ada yang beristri sepuluh orang. Maka Al-Quran memberikan
batasan pertengahan. Firman Allah QS An-Nisa 3. Al-Quran melarang seorang
muslim memperistrikan wanita musyrik atau sebaliknya. Firman Allah QS Al-
Baqarah 221. As Sunnah melarang mengumpulkan antar seorang wanita dengan
bibinya (dari pihak bapak), seorang wanita dari pihak ibunya, dan As Sunnah
mengharamkan wanita yang sesusuan seperti haramnya wanita yang karma Nasab.
Islam menghalalkan wanita yang ahli kitab. Firman Allah QS Al-Maidah 5. dan Al-
Quran mengharamkan untuk memperistrikan wanita Mukhsanah dengan laki-laki
pezina atau sebaliknya. Firman Allah QS An-Nur 3. dan Al-Quran memperkenankan
kepada orang yang tidak mampu mengawini wanita mereka untuk mengawini budak
wanita. Firman Allah QS An-Nisa 25. As Sunnah telah meletakkan sebagian Qayi-
qayid bagi akad nikah. Dan telah diwajibkan bagi laki-laki untuk memberikan mahar
bagi seorang wanita. Firman Allah QS An-Nisa 27. Al-Quran menerangkan
kedudukan seorang lelaki terhadap istrinya. Firman Allah QS Al-Baqarah 228, dan
surah An-Nisa 34,128-129.
Dan keadaan Al-Quran meletakkan asas-asas persamaan hak antara laki-laki
dan wanita, maka Al-Quran memberikan kepemimpinan rumah tangga kepada suami,
dan dia pula sebanyak-banyaknya orang untuk berbuat baik sebagaimana As-
Sunnahpun memperbanyak perintah dalam pergaulan tersebut.
PERIODE KETIGA
PEMBINAAN HUKUM PADA MASA SAHABAT
KECIL DAN TABIIN YANG MENJUMPAI MEREKA
GAMBARAN POLITIK
Periode ini dimulai dari bersatunya pendapat jamhur Islam pada Muawiyah
Bin Abu Sufyan. Oleh karena itu tahun empat puluh satu disebut amul jama’ah
( tahun persatuan islam ). Hanya saja benih perselisihan politik tidak padam yaitu
antra Khawarij dan Si’ah
Keistimewaan-keistimewaan periode ini :
1. Pendukung Ali mempunyai kecendrungan kepada Ali dan keluarganya dan
setiap orang yang ada pada partainya. Khawarij selalu cendrung kepada Abu
Bakar, Umar dan orang-orang yang mengikutinyadan mereka yang
melepaskan diri dari Utsman, Ali, dan Muawiyah serta orang orang yang
mengikuti mereka. Pendukung muawiyah atau jamhur Islam lari dari dua
golongan itu dan tidak menempatka timbangan untuk mereka.
2. Tepisah-pisahnya ulama muslimin dalam Negara-negara besar Islam, karena
para sahabat pindah dari ke tempat-tempat tinggal baru pada Negara-Negara
besar.
3. Tersiarnya riwayat hadits.
Manusia mempunyai kebutuhan baru yang mana mereka terpaksa untuk
membahas hukum-hukum karena luasnya kota, dan tempat perlindungan
mereka hanyalah sahabat dan tabi’in-tabi’in besar yang dipenuhi mereka
untuk berfatwa. Mereka berfatwa dengan hadis yang mereka hafal.
Sebagianya hadis yang mereka dengar dari Rasulullah S.A.W. dengan
langsung dan sebagian hadis yang mereka dengar dari Sahabat sahabat besar.
4. Munculnya dusta pada hadis Rasulullah S.A.W. itulah hal ditakutkan oleh
Abu Bakar dan Umar r.a.
5. Munculnya sejumlah besar dari para maula ( budak yang sudah merdeka )
yang belajar. Banyak putra-putri Persi, Romawi, dan Mesir telah masuk Islam,
mereka dikenal sebagai maula karena orang yang menyerahkan diri pada
seseorang maka dia adalah maula.
6. Mulainya pertentangan antara pendapat dan hadis merta munculnya penolong
bagi masing-masingnya. Para sahabat besar pada masa pertama selalu
menyandakan fatwa kepada Alqur’an kemudian kepad Assunnah. Jika tidak
dapat demikian mereka berfatwa dengan ra’yu (pendapat) yaitu qiyas dengan
pengertian-pengertian yang paling luas
IJTIHAD PADA PERIODE INI
ALQUR’AN DAN ASSUNNAH
Adapun Alqur’an, maka Allah Yang Maha Suci telah menyempurnakan
pemeliharaannya dengan apa yang dijalankan oleh kalifah Rasyidin. Al Qur’an itu
dibaca menurut apa yang tertulis dalam mushaf Utsman, dan dari mushaf ini
disalinkan kepada mushaf-mushaf lain.
Adapun assunah karena banyak periwayatan pada periode ini dan terputusnya
segolongan ulama tabi’in karena riwayatnya tidak memperoleh perhatian untuk
dibukukan. Orang yang pertama kali memperhatikan ini adalah Imam Umar Bin
Abdul Aziz pada awal abat kedua hijriah.
MUFTI-MUFTI YANG TERKENAL
PADA PERIODE INI
Dari penduduk Madinah :
1. Ummul mu’minin Aisyah Ash sidiqah. Dia adalah Aisyah Binti Abu Bakar
Ash Sidiq dan istri Rasulullah S.A.W yang dinikahkan dua tahun sebelum
hijriah menurut riwayat umurnya baru tujuh tahun dan dia mengumpulinya
pada umur sembilan tahun. Banyak dari sahabat dan tabiin yang
meriwayatkan hadis dari padanya. Orang yang paling banyak riwayatnya
dari aisyah adalah Urwah Bin Zubair anak saudara perempuannya dan
Qasim bin Muhammad anak saudara laki-lakinya. Aisyah wafat tahun 57
Hijriah
2. Abdullah Bin Umar. Dia adalah Abdullah bin umar bin khathab al’adawi al-
Quraysi, masuk islam bersama ayahnya, sedang ia masih kecil. Perang yang
pernah diikutinya adalah perang khandak dan perang yarmuk ia juga pernah
menaklukkan Mesir dan daerah lain di Afrika. Ia adalah imam-imam kaum
muslimin dan salah satu tokoh-tokoh fatwa. Ibnu umar adalah orang yang
bagus dalam hadis dan dan tidak ahli dalam fiqih. Ia waafat pada tahun 73 H.
3. Abu Hurairah. Dia adalah Abu Hurairah Abdur rahman bin Syakaraddusi.
Pada tahun 4 Hijriah ia menemui Nabi Muhammad S.A.W untuk
mempelajari Islam dan menghafal hadis-hadis Rasulullah. Semenjak itulah
dia bersama Rasulullah. Banyak hadis yang diriwayatkan olehnya dan
darinya banyak tabi’in yang meriwayatkan hadis. Ia meninggal tahu 59 H.
Tiga orang inilah sahabat dari penduduk madinah yang banyak
meriwayatkan hadits dan fatwanya.
4. Sa’id Al musyayab Al makhzumi. Dia dilahirkan dua tahun sesudah khalifah
Umar, ia mendengar hadis dari sahabat besar. Ia luas ilmunya, sempurna
kehormatannya dan kuat agamanya. Sebagian hadis riwayatnya adalah
musnad dari Abu Hurairah. Ia wafat pada tahun 94 H.
5. Urwah Bin Zubair Bin awam Al Asadi. Ia dilahirkan pada masa khalifah
Utsman. Ia adalah seorang penghafal dan periwayat hadis yang teguh
pendirian. Ia maninggal tahun 94 H.
6. Abu Bakar bin abdur rahman bin harits bin hisyam al mahzumi. Ia dilahirkan
pada masa khalifah Umar. Ia adalah orang terpercaya dan ahli hujjah, ahli
fiqih, imam yang banyak riwayatnya dan dermawan. Ia disebut sebagai
rahib (pendeta) quraisy dan wafat di madinah tahun 94 H
7. Ali Bin husain Bin Ali Bin Abu Thalib Al Hasyimi. Ia adalah imam ke
empat dari imam-imam Si’ah dan dikenal dengan nama Zainul Abidin.
8. Ubaidillah bin abdillah bin utbah bin mas’ud. Ia belajar hadis pada Aisyah,
Abu hurairah, Ibnu Abbas dan sahabat-sahabat lain. Ia meninggal pada tahun
98 H.
9. Salim bin abdullah bin umar.
10. sulaiman bin yasar maulana ummil mu’minin Maimunah.
11. Qasim Bin Muhammad Bin abu Bakar
12. Nafi’ Maulana Abdullah Bin Umar
13. Muhammad Bin Muslim yang terkenal dengan Ibnu Syihab Az-zuhri. Ia
dilahirkan tahun 50 H dan wafat pada tahun 124 H
14. abu ja’far bin Muhammad bin Ali bin Husain yang terkenal dengan Al-
Baqir. Ia adalah imam ke lima dari imam-imam syi’ah imamiyah pada
masanya dia adalah tuan bani hasyim. Ia meninggal pada tahun 114 H.
15. Abu Zunad Abdullah bin Dzakwan, ahli fiqih Madinah.
16. Yahya bin sa’id Al Bushiri.
17. Rabi’ah bin Abdur Rahman Faruh. Dia adalah Guru fiqh Imam Malik Bin
Annas ia meninggal tahun 136 H.
Dari penduduk Mekah :
1. Abdullah Bin Abbas bin Abdul Muthalib. Ia dilahirkan dua tahun sebelum
hijriah. dia adalah seorang penerjemah Alqur’an dan dan dia adalah orang
yang sangat pandai dalam beragama.ia meninggal pada tahun 68 H.
2. Mujahid bin jabr maula bani Mahzum.
3. Ikrimah maula Ibnu abbas.
4. Atha bin Abu Rabah Maula Quraisy. Ia dilahirkan pada masa khalifah Umar.
Dia seorang yang hitam, keriting, fasih, banyak Ilmu dari Markas tentara.Dia
adalah seorang yang pendiam dan meninggal pada tahun 114 H.
5. Abu Zubir Muhammad Bin Muslim bin tadarus maula hakim bin hazm.
Dari penduduk kufah :
1. Alqamah bin qais an Nakha’i
2. Masruq bin ajda’Al hamdani
3. Ubaidah bin amr As silmani al muradi
4. Al Aswad bin yazid an Nakha’i
5. Syuriah Bin Harits Al kindi
6. Ibrahim bin yazid An Nakha’i.
7. Sa’id Bin Jubair Maula Walibah.
8. Amir Bin Syarahil Asy Sya’bi.
Dari penduduk Basyrah :
1. Anas bin malik al anshari
2. Abu ‘aliyah Rafi’ bin mahram Ar Rayani
3. Hasan Bin Hasan Yasar maula Zaid bin Tsabit.
4. Abu Sya’tsa’ bin Zaid teman ibnu abas.
5. Muhammad bin Sirin maula anas bin malik
6. qatadah bin Diamah ad Dausi.
Dari penduduk Syam :
1. Abdur Rahman bin Ghunmim Al-asy’ari.
2. Abu idris al kaulani Aidzullah bin Abdullah.
3. Qabishah bin Ddzuaib
4. Mak-hul bin Abu muslim
5. Raja’ bin Hayah Al Kindi.
6. Umar bin Abdul Aziz bin marwan.
Dari Penduduk Mesir :
1. Abdullah bin Amr bin Ash.
2. Abul khair Martsad bin Abdullah Al yazini
3. Yazid bin Abu Habib maula azdi.
Dari penduduk Yaman :
1. Tahawus bin Kaisan Al Jundi dari abna’
2. wahab bin munabbih Ash Shan’ani
3. Yahya bin abu katsir maula Thayi’.
Pada periode ini muncul suatu golongan yang disebut Khawarij. Kaumnya
adalah suatu kelompok yang keluar dari Utsman Bin Affan. Setelah keluar dari
kelompok Utsman lalu mereka membunuh utsman. Khawarijlah yang menghasut Ali
dan Muawiyah sehingga timbullah perperangan antara Ali dan Muawiyah yang di
sebut perang Shifin
PERIODE KE EMPAT
PEMBINAAN HUKUM PADA MASA AWAL ABAT KE DUA SAMPAI
PERTENGAHAN ABAT KE EMPAT HIJRIAH
GAMBARAN POLITIK
Pada permulaan periode ini sukseslah perkumpulan rahasia yang di bentuk
untuk memindahkan ke khalifahan dari bani umayah kepada keluarga Muhammad
SAW. Akhirnya kekhalifahan itu beralih ke Bani Abas Bin Abdul Muthalib.
Keistimewaan pada periode ini adalah :
1. Meluasnya kebudayaan
Ketika abu bakar al – mansyur menjabat sebagai khalifah dia membangun kota
bagdad sebagai ibukota Negara-negara Islam dan dari pembangunan kota nya sangat
memperlihatkan kebudayaan islam yang sangat indah.
2. Gerakan Ilmiah di Negara – Negara Islam
Gerakan ilmiah sebenarnya telah di mulai dari periode masa lampau dan pada periode
inilah berkembang sangat pesat. Hal ini mempunyai dua unsur :
Unsur pertama adalah maula. Ditandai dengan sejumlah besar dari persi,
romawi dan mesir telah masuk agama Islam.
Penerjemahan kitab-kitab Persia dan romawi ke dalam bahasa arab yang
membaewa pengaruh besat terhadap pemikiran Islam.
3. Bertambahnya para penghafal Alqur’an
Bertambahnya para penghafal alqur’an ditandai dengan munculnya penghafal-
penghafal al’qur’an di setiap daerah seperti : di Madinah : Nafi bin Abu nu’aim
maula ju’nah. Di Mekkah : Abdullah bin katsir. Di basrah : abu amr bin Ali al mazini.
Di Damaskus : Abdullah bin amir. Di Kuffah : Abu Bakar hasyim bin Alki Bin Abu
Nujud, Hamzah Bin habib Azzayat, Abdul Hasan Ali bin Hamzah Al-kisa’i
4. Pembukuan Assunnah
Orang yang membukukan assunnah pada tahap pertama pada masa ini adalah
imam malik bin annas di madinah Abdul malik bin abdul aziz di makkahsyufyan bin
bin tsauri di kufah, hamad bin salmah dan said bin Arubah di basrah.
5. Pertentangan tentang materi fiqih.
Pada perioode ini terdapat pertentangan keras oleh ahli syari’ah pokok pokok
yang dari padanya di istimbatkan hokum.
6. Pembukuan Ushul Fiqh
Ilmu ushul fiqh disusun ataupun dibukukan berawal dari pertentangan-
pertentangan dalam materi fiqh. Ilmu ushul fiqh ini adalah kaidah yang wajib diikuti
oleh para mujtahid dalam mengistimbath hukum. Ada beberapa tokoh yang menulis
dan memunculkan ilmu ushul fiqh, akan tetapi kitabnya tidak ada beredar
dikomunitas kita.
Adapun yang beredar disekitar kita dan dianggap sebagai asas yang kuat
adalah kitab Ar-Risalah yang dikarang oleh Muhammad Idris As-Syafi’i. beliau
seorang imam mekah kemudian menjadi imam mesir. Dalam kitab Ar-Risalah
tersebut khusus dibicarakan tentang :
1. Al-Quran
2. As-Sunnah
3. Nasikh dan Mansukh
4. Hadist Ahad
5. Ijma’
6. Qiyas
7. Ijtihad
8. Istihsan
9. Ikhtilaf
Untuk menyelesaikan permasalahan umat yang muncul pada masa itu bisa
diselesaikan dengan memahami seluruh isi kitab Ar-Risalah tersebut, karena
sesungguhnya kitab Ar-Risalah adalah pusaka mulia dari masa kuno bahkan masih
tetap relevan dengan perkembangan zaman.
7. Timbulnya Istilah-Istilah Fiqh.
Istilah-istilah fiqh ini muncul karena alquran menuntut tuntutan yang
dikehendaki dengan memakai berbagai gaya bahasa. Antara gaya bahasa yang satu
tidak mempunyai kelebihan atas yang lain dari segi kekuatan tuntutannya, artinya
semuanya sama.
Demikian juga As-Sunnah dalam menuntut tuntutan yang dikehendakinya.
Ketika tuntutan itu berbeda dikalangan para ulama fiqh, maka mereka perlu dan
membutuhkan untuk memilih nama-nama yang menunjukkan kearah tuntutan
tersebut, seperti fardhu, wajib, sunnah, mandub, dan mustahab.
Fardhu dan wajib adalah dua buah nama bagi sesuatu yang dituntut dengan
tuntutan yang pasti. Hanya saja menurut Hanafiyah tuntutan itu tetap dengan dalil
yang qath’i. dan wajib adalah sesuatu yang tuntutannya itu tetap dengan dalil yang
zanni. Contoh fardhu menurut mereka adalah membaca bacaan alquran yang mudah
ketika dalam shalat. Sementara wajib adalah bacaan yang dibaca dalam dua rakaat
tersebut adalah alfatihah. Meninggalkan yang fardhu mengakibatkan batalnya shalat.
Menunggalkan yang wajib karena lupa maka mengakibatkan sujud syahwi. Dan
meninggalkan secara sengaja mengakibatkan wajib mengulangi, jika tidak maka
merupakan perbuata yang buruk. Menurut pendapat yang lain bahwasanya tidak ada
perbedaan antara fardhu dan wajib, baik dituntut dengan dalil pasti maupun zanni.
Sunnah menurut Hanafiyah adalah sesuatu yang terus dijalankan rasulullah
SAW, namun terkadang beliau tinggalkan dengan tanpa uzur. Mandub dan Mustahab
adalah sesuatu perbuatan yang tidak beliau lakukan secara terus menerus walaupun
beliau sudah menyarankan kepada oang lain untuk melakukannya. Dalam istilah lain,
Sunnah, Mandub, Mustahab adalah satu pengertian, yaitu sesuatu yang dituntut
dengan tuntutan yang tidak pasti, hanya mereka katakan sunnah muakkadah itulah
yang sunnah, sementara mandub dan mustahab mereka katakan juga dengan istilah
sunnah ghairu muakkadah.
Sesuatu yang dituntut oleh syara untuk mencegah adalah dengan haram dan
makruh. Haram menurut hanafiyah adalah kebalikan fardhu. Makruh tahrim adalah
kebalikan wajib, sementara makruh tanzih adalah kebalikan sunnah. Selain hanafiyah
haram adalah kebalikan fardhu dan wajib. Makruh tahrim atau makruh syadidah
adalah sesuatu yang berlawanan dengan sunnah ghairu muakkadah. Sesuatu yang
tidak dituntut dengan syara untuk mengerjakannya dan tidak pula untuk melarang,
mereka sebut dengan mubah.
Termasuk istilah fiqh lainnya adalah fasid dan batal. Yaitu dua nama bagi satu
macam. Menurut sebahagian fuqaha yaitu pelakunya yang tidak diberi balasan dan
juga tidak membawa akibat dari pada perbuatan yang dilakukan. Mereka namakan
batil adalah karena bekasnya tidak membawa akibat serta keburukan. Dan pasid
adalah sesuatu yang membawa pengaruh serta keburukan.
8. Munculnya Para Ulama Bijak
A. Imam Abu Hanifah
Nama lengkapnya adalah Nu’man bin Tsabit bin Zauthi. Lahir dikuffah pada
tahun 80 H. Masa mudanya beliau pergunakan untuk berdagang, lalu diiringi dengan
mempelajari dan mencari ilmu. Selain itu beliau juga banyak belajar kepada para
ulama terkemuka yaitu para tabi’in, seperti Atta’ bin Abu Rabah dan Nafi’ Maula
Ibnu Umar serta Hammad bin Abu Sulaiman.
Abu Hanifah adalah orang yang terpercaya dalam berdagang, tidak pernah
menipu pembelinya, tidak terlalu banyak dalam mengambil untung, selalu
menyebutkan kualitas dan kerusakan barang dagangannya kepada para pembeli. Abu
hanifah sangat berhasil mengkompromikan antara berdagang dengan ilmu.
Abu hanifah tumbuh dikufah, pada masa itu dia menyaksikan revolusi ilmu
pengetahuan yang sangat luar biasa, sehingga wajar kalau dia jenius, cerdas dan
sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.
Pada awalnya Abu Hanifah mempelajari ilmu nahwu, tapi karena nahwu tiada
kiasan untuk mempergunakan akal dan keragaman pendapat, maka Abu Hanifah
meninggalkannya, kemudian belajar ilmu fiqh, karena menurutnya ilmu fiqh
mempunyai kiasan yang memuaskan akal dan kecerdasannya. Selain fiqh, Abu
Hanifah menggeluti ilmu kalam sehingga dalam bidang ini banyak karya yang
ditulisnya.
Pada masa Imam Abu Hanifah ada terdapat empat sahabat Rasulullah, yaitu
Anas Bin Malik, Abdullah bin Aufa, Sahal bin Sa’ad dan abu Thufail, namun abu
Hanifah tidak berguru kepadanya. Abu Hanifah banyak mempunyai guru yang sangat
terkenal seperti Hammad bin Abu Sulaiman, Zaid bin Ali Zainul Abidin, Muhammad
Baqir, Ja’far Shadik, Abdullah bin Hasan, dan Jabir bin Yazid Al-Jufri. Abu Hanifah
menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu sampai umurnya 40 tahun.
Pada masa perpindahan bani Umayah ke bani abbasiyah dan kuffah
merupakan daerah pusat dari pergerakan itu, maka yazid bin hubairah yaiu wali irak
dari pihak Marwan bin Muhammad menawarkan kepadanya jabatan hakim, akan
tetapi beliau menolak. Oleh karena itu beliau disiksa dan dipukuli.
Dasar-dasar mazhab Abu Hanifah adalah gambaran yang hidup serta jelas
bagi relevansi fiqh Islam dengan tuntutan masyarakat akan hukum yang terkait dan
sisinya yang beragam.
Dalam membangun mazhabnya, Abu Hanifah bersandar kepada Alquran,
Sunnah Nabawiyah, Ijma’ dan Qiyas, serta Istihsan. Sehingga bias mencari
kesimpulan dalam mengistimbatkan hukum dari permasalahan yang muncul.
Abu Hanifah wafat pada tahun 150 H. An-Nawawi menegaskan bahwa Abu
Hanifah wafat dalam penjara. Sesaat sebelum meninggal Abu Hanifah berwasiat
supaya dimakamkan ditanah yang baik, tanah yang belum pernah dirampas. Yang
memandikannya adalah Hasan Bin Amarrah, yang menyalatinya sebanyak 50.000
orang, dimakamkan bagian timur kota Baghdad dipekuburan khaizaran.
B. Imam Malik Bin Anas
Imam Malik lahir 13 tahun setelah Abu Hanifah yaitu dimadinah tahun 93 H.
Malik adalah imam madinah, imam penduduk hijaz. Imam Malik adalah ahli fiqh
madinah. Malik juga menyaksikan apa yang terjadi pada masa kekuasaan dua dinasti,
yaitu muawiyah dan Abbasiyah.
Pada masa hidupnya telah menyaksikan pertikaian antara bani Abbas dan
Alawi, pergerakan khawarij dan kekejamannya. Debat antara ahlussunnah dan syiah.
Antara khawarij dan musuh-musuhnya. Imam Malik juga menyaksikan percampuran
etnis dan ras dalam masyarakat Islam, bagaimana timbulnya penyebab ragam
peristiwa diberbagai sector, sehingga banyaknya manusia yang memerlukan jawaban
agama dan fatwa seorang faqih serta lahirnya kodifikasi ilmu seperti hadist, fiqh,
fatwa, dan yurisprudensi.
Imam Malik memulai dengan menghafal alquran, kemudian menghafal hadist,
ingatannya sangat kuat. Malik tidak mempunyai apa-apa sehingga pernah dalam
mencari ilmu Malik mencopoti atap rumahnya dan kayunyapun untuk dijual.
Menurut Imam Nawawi guru Imam Malik sebanyak 900 orang, 300 dari
kalangan tabi’in, 600 dari generasi tabi’ tabi’in. Pada masa belia Malik berguru
kepada Rabiah bin Abdur Rahman Farukh, diantara guru-gurunya adalah Nafi’ budak
Abdullah bin Umar, Ja’far bin Muhammad Baqir, Muhammad Bin Muslim Az zuhri,
Abdurrahman Zakwan, Yahya bin Said Al Anshari, Abu Hasyim Salamah bin Dinar,
Muhammad bin Mukandir, Abdullah bin Dinar, Abdurrahman bin Hurmuz Al-A’raj.
Orang telah mengakui bahwa dia adalah imam dalam permasalahan hadist,
dan terrpercaya kebenaran riwayatnya. Hadis yang paling sahih adalah hadist yang
diriwayatkan oleh malik. Selain itu majlis ilmu yang dipimpin oleh imam malik
adalah majlis yang santun dan terhormat, dia seorang yang berwibawa, dalam
majlisnya tidak ada kepura-puraan dalam permasalahan yang diselesaikan.
Para muhaddisin terkenal banyak yang mempelajari hadist darinya, dan diikuti
juga para ahli fiqh. Malik mempunyai dua kelebihan, yaitu :
1. Seorang ahli hadist
2. seorang mufti dan ahli istimbat
Dalam fatwanya Imam Malik berpegang kepada :
1. Kitabullah
2. Sunnah Rasulullah
3. Qiyas
Mayoritas imam-imam yang terkenal pada masa Malik adalah murid-
muridnya yang berasal dari berbagai negeri. Karena Malik mukim di Madinah jadi
ketika umat islam mengerjakan haji banyak yang menuntut ilmu dengan imam malik
sehingga terkadang menghabiskan waktu sekuan tahun lamanya.
Pada masa kekuasaan Abu Ja’far Almansur, malik merasakan pukulan yang
sangat berat, penyiksaan dan penghinaan selalu menghampirinya. Karena
pemikirannya kontroversi dengan pemerintah. Imam Malik semas hidupnya
menerbitka sebuah karya yang sangat besar yaitu kitab Muwatta’.
Imam Malik wafat pada 14 rabiul awal 179 H. An-Nawawi menyebutkan
Malik wafat pada bulan safar , tapi pendapat pertamalah yang masyhur. Malik
dimakamkan dipemakaman baqi’ dan kuburannya terletak dipintu pemakaman baqi’.
C. Imam Syafi’i.
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah bin Muhammad bin Idris bin abbas
bin Ustman bin Syafi’ bin saib bin ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Muthallib
bin abdi Manaf. Nasabnya bertemu dengan rasulullah. Dia lahir di Gaza Palestina
pada tahun 150 H.
Keluarganya adalah keluarga yang sangat fakir dan terusir, mereka tinggal
dipemukiman orang-orang yaman. Namun kemuliaan nasabnya menjadi pengganti
kemiskinannya. Ayahnya meninggal ketika dia masih anak-anak, tatkala berumur dua
tahun ia dibawa ibunya pindah keyaman. Syafi’i adalah imam ketiga setelah imam
malik, dia adalah pembela hadist dan pembaharu abad kedua.
Syafi’i hapal alquran dengan cepat ketika masih belia, lalu ia mulai
menghapal hadist, kemudian pergi belajar dengan kabilah huzail sekitar sepuluh
tahun, huzail adalah kafilah yang terfasih tentang permasalahan syair-syair arab.
Selain itu Syafi’i juga belajar memanah, sehingga mampu memanah sepuluh anak
panah tanpa meleset dari sasaran.
Kemudian syafi’i mempelajari fiqh dan syariat, namun beliau tidak merasa
puas dengan ilmunya maka pergi kemadinah untuk menuntut ilmu dengan Imam
Malik, kitab Muwatta’ Malik telah hafal sebelum bertemu dengan Imam Malik.
Syafi’i berguru kepada Malik sampai Imam Malik wafat, disamping itu syafi’i juga
mendalami fiqh kepada gurunya yang lain yaitu Muslim bin Khalid, dan Hadist pada
Syupyan bin Uyainah, dan Imam Malik itu sendiri.
Asas Mazhab Syafi’i adalah :
1. Al-Quran
2. Sunnah
3. Ijma
4. Qiyas
Teman-teman Syafi’i dan para penerus mazhabnya adalah :
1. Abu Tsaur bin Ibrahimbin Khalid bin Yaman Al kilbi Albaghdadi.
2. Ahmad bin Hambal
3. Hasan bin Muhammad bin Shabah Az-Za’farani Baghdadi.
4. Abu Ali Al Husain bil Ali Alkarabisi
5. Ahmad bin Yahya bin Abdul Aziz Al-baghdadi seorang ahli ilmu kalam.
PERIODE KELIMA
PERIODE MENDIRIKAN DAN MENGUATKAN MAZHAB TERSIARNYA
DISKUSI DAN PERDEBATAN
Mulai dari Vermulaan_Abad ke IV s/d
runtuhnya Daulat Abbasiyyah.
GAMBARAN POLITIK
Pada periode ini ikatan-ikatan politik antara daerah-daerah islam terputus.
Bani Umayah di Andalusia yang dipimpin oleh Abdur Rahman An Nashir yang
disebutkan dengan Amirulu`minin ketika ia merasakan lemahnya llaulat
Abbasiyah. Di Afrika Utara anda jumpai Syi`ah Isma'iliyah telah mendirikan suatu
pemerintahan dengan nama daulat Fathimiah di bawah pimpinan Ubaidullah Al
Mahdi Al Fathimi yang disebut dengan Amirul Mu'minin. Sebagai tempat kedi-
amannya dibuat kota A1 Mahdiyah yang dibina dekat Tunis. Di Mesir anda
dapati Muhammad Al Ikhsyid yang mengaku keturunan Abbas.
Demikianlah, dunia Islam hubungannya terputus , daerahnya terpencar
dan tidak ada kesatuan politik.
Inilah gambaran kecil tentang keadaan politik Islam pada periode ini.
Adapun keadaan ilmu tidak ikut kacau-balau seperti keadaan politik namun tetap
berkembang lebih-lebih pada masa Saljuk di timur dan masa Daulat Fathimiyah di
Mesir.
RUH TAKLID
Taklid adalah menerima hukum-hukum dari imam tertentu dan
menganggap pandapat- pendapatnya seolah-olah nash dari syari’ yang wajib
dikuiti oleh orang bertaklid.
Tidak ragu bahwasannya pada setiap periode dari periode – periode
yang lalu terdapat para mujtahid ( orang – orang yang berij’tihad ) dan para
muqallid ( orang – orang yang mengikut dengan membabi buta ).
Adapun pada periode ini ruh taklid berjalan secara umum, dan dalam hal
itu para ulama dan selainnya dari jumhur bersekutu. Setelah orang yang
menghendaki fiqih pada mulanya sibuk mempelajari Al Qur’an dan wirayat As
Sunnah yang keduanya adalah asas istimbath lalu dia mempelajari kitab – kitab
imam tertentu dan mempelajari jalannya yang dengan jalan itu imam tersebut
membukukan hukum – hukum.
Sebab – sebab hilangnya ruh taklid ini yaitu :
1. Murid – murid yang mulia
Menjalarnya ruh seorang ulama dalam jiwa jumhur lebih lancer dari pada
manakala ia mempunyai murid-murid yang memiliki kekuatan serta
mengikuti jalannya, dan mereka mempunyai kedudukan dikalangan jumhur.
Terpengaruhnya murid-murid itu oleh jalan seorang imam mengajak mereka
untuk mengaguminya, membukukann dan mempertahankannya. Kedudukan
mereka dikalangan jumhur mengajak jumhur untuk belajar kepada mereka
dan mengamalkan fatwanya.
Kepercayaan para raja terhadap murid-muroid para imam menjadikan
mereka meyerahkan pengadilan kepada orang yang diajak musywarah dan
mereka hanya bermusyawarah dengan orang yang dipercayai. Maka hal itu
menjadi unsure yang besar dalam menguatkan asas (dasar) bagi madzhab
orang yang memiliki murid-murid seperti itu. Ketika kepercayaan terhadap
imam – imam itu berakar kuat dalam hati jumhur maka sesudah itu sulitlah
bagi seseorang untuk mendirikan madzab baru dengan mangajak manusia
untuk mengikutinya, karena mereka dianggap keluar dari jama’ah
2. Pengadilan
Pada masa yang lampau para khalifah memilih para hakim dari orang –
orang laki – laki yang memiliki pengetahuan tentag kitabullah ( Al-
Qur’an ), Sunnah Rasulnya, dan untuk mengistimbathkan hukum – hukum
dari keduanya. Para Khalifah membenani mereka untuk memutuskan apa
yang nyata bagi mereka sesudah mereka dituntut untuk mengamalkan nash-
nash dalam suatu yang ada nashnya, atau pendapat yang lebih mendekati
kepada nash-nash itu sebagaimana Umar menulis kepada seorang hakimnya
Abu Masa Al-Asy’ari
“Keputusan adalah kewajiban yang tidak terhapus atau Sunnah yang
diikuti”
TERSIARNYA DISKUSI-DISKUSI DAN PERDEBATAN-PERDEBATAN
Pada periode yang lalu terdapat diskusi-diskusi. Banyak kali As-Syafi'i
menceriterakan sehagian diskusi-diskusi antara dia dan Muhammad bin Hasan
seorang faqih Irak hanya saja hal itu tidak tersiar di kalangan para ulama. Menurut
zhahirnya, tujuan diskusi hanyalah_menyampaikan kepada pengistimbatkan
(mendapatkan) yang benar. Disana tidak ada sesuatu yang menghalngi mereka
merubah pendapat-pendapat mereka apabila tampak kebenaran bagi mereka
karena mereka merdeka dalam berpendapat dan salah seorang dari mereka
tidak terikat dengan suatu madzhab dan tidak pula dengan suatu pendapat.
A1 Ghazali menambahkan sebuah pasal yang menerangkan bahaya-bahaya
diskusi dan dihitungnya :
a. Dengki
b. Sombong dan meninggi atas manusia, sehingga mereka bertengkar di majelis-
majelis, berlomba-lomba dalam. meninggikan dan merendahkan, mendekatkan
terhadap sandaran dan menjauhinya; dan dulu-duluan masuk ketika jalan itu
sempit.
c. Dendam, orang yang berdiskusi hampir tidak terhindar dari padanya.
d. Mengumpat. Sesungguhnya hampir tidak terlepas dari menceriterakan
perkataan musuhnya, dan mencelanya. Tujuann hafalannya untuk membenarkan
apa yang diceriterakannya dan tidak berdusta dalam ceritanya. Ceritanya
pastilah sesuatu yang menunjukkan atas keterlaluan perkataan, lemahan dan
kurangnya keutamaan orang lain, itulah mengumpat.
e. Mengintai-intai dan mengikuti aurat manusia. Orang yang berdsskusi tidak
terlepas dari mencari ketergelinciran teman-temannya dan mengikuti aurat-
aurat lawan bertengkarnya sehingga ia menceritakan datangnya orang yang
berdiskusi kenegerinya.
f. Senang kepada keburukan-keburukan manusia dan gundah terhadap
kesenangan mereka.
g. Nifajk.
h. Menyombongkan diri dan benci terhadap kebenaran ; serta loba kepada
perbantahan hingga sesuatu yang paling dibenci oleh orang yang berdiskusi
adalah munculnya pada lesan lawan bicaranya.
i. Riya` dan memperhatikan makhluk dan sungguh-sungguh dalam menarik
simpati hati mereka dan memalingkan wajah-wajah mereka, padahal riya` itu
penyakit yang tak dapat disembuhkan dan mengajak kepada sebesar-besar
dosa besar. Dan orang yang berdiskusi itu hanya bermaksud untuk menang
disisimahkluk dan mendapat pujian_dari mereka.
Ini adalah hasil-hasil yang besar sekali, menurunkan sekelornpok
fuqaha' dari tempat yang tinggi yang seharusnya mereka tempati karena
mereka adalah pemelihara syariat_dan penjaga agama maka wajib bagi mereka
berbudi pekerti yang sempurna.
MADZHAB ISMA'ILI.
Periode ini memperoleh keistimewaan dengan munculnya madzhab Isma'ili
di Mesir dan beberapa negeri yang mengikutinya . Madzhab Isma’ili adalah salah
satu madzhab Syi'ah yang memangkat Isma'il bin Ja'far bin ash Shadiq dan
mereka tinggalkan saudaranya Musa bin Ja'far yang terkenal dengan Al Kazhim.
dengan demikian dalam dunia Islam ada tiga mazhab yaitu Zaidiyah, Imamiyah dua belas
dan Isma’iliyah.
MULAI KEFANATIKAN MAZHAB
Adapun pada periode ini dimana ruh taklid telah menjalar dan menyeret
mereka untuk mempertahankan masalah-masalah dari imam-imam mereka
sebagaimana telah kami katakan, dan para gubernur meminta mereka untuk
menjelaskan dihadapan mereka dalam lapangan diskusi yang akibatnya
membawa mereka kepada sesuatu yang dibenci oleh Imam Al Ghazali dan
fanatik golongan karena mempertahankan diri dan perdebatan serta
menganggap orang lain sebagai musuh sebagaimana yang diungkapkan oleh Al
Ghazali tentang hal itu.
FUQOHA' PERIODE INI.
1. Abul Hasan Ubaidullah Al Hasan Al Karkhi,
2. Abu Bakar Ahmad bin Ali Ar Razi Al Jashshash
3. Abu Ja'far Muhammad bin Abdillah Al-Balkhi Al-Handawani,
4. Abul Laits Nash bin Muhammad As Samaraandi
5. Abu Abdullah Yusuf bin Muhammad Al Jurjani
6. Dan lain-lain
TOKOH - TOKOH FUGOHA ' MALIKIYAH-
1. Muhammad bin Yahya bin Lubbah Al Andalusi.
2. Bakar bin 'Ala Al Qusyairi ash dari Bashrah
3. Abu_Ishaq Muhammad bin Qasim bin Syu'ban A1 'Ansi.
4. Muhammad bin Harist bin Asad Al-Khasyani
5. Abu Bakar Muhammad bin Abdullah Al Mu'ithi Al-Andalus, dan lain-lain.
6. Yusuf bin umar bin abdul bar
7. Abu Muhammad Abdullah bin zaid Abdurrahman an nafari al Qariawani
8. Abu said khalaf bin abu qasim al adzi
9. Abu bakar Muhammad bin Abdullah al bahri
10. Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah
11. Abdul hasan bin ali bin Muhammad bin kahlaf al mu’fairi
12. Aqadi abdul wahab bin nashir al Baghdadi al maliki.
13. Abdul qasim abdul rahman bin Muhammad al hadrami
14. Abu bakar Muhammad bin Abdullah al abrahi
15. Abdul walid Muhammad sulaiman bin khalaf al waji’.
16. Abdul hasan ali bin ar’rabi’i
17. Abdul walid muahammad bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin
....rusyil al qurdhubi.
18. Abu abdillah Muhammad bin umar at tanimi al mazuri assiqli
19. Abu bakar Muhammad bin abdillah
20. Al qadhi abdul fadhl iyad bin musa bin iyad al yatshibi assatbi
21. Ismail bin Makki Al Aufa putera Abdur Rahman bin ‘Auf. Rumahnya di lorong
Iskandariyah adalah suatu rumah besar yang terkenal tempat ilmu. Dia adalah
pengarang syarah Tahdzib yang terkenal dengan ‘Aufiyah, Ia meninggal pada
tahun 581 H.
22. Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Ahmad bin Rusyd
yang terkenal dengan Al-Hafid. Diantara karangannya yang terbaik adalah
Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid tentang fiqh, di dalam kitab itu ia
menyebutkan sebab-sebab perbedaan pendapat dan iliat-iliatnya maka kitab itu
berfaedah dan menyenangkan. Ia meninggal pada tahun 595 H.
23. Abu Muhammad bin Abdullah bin Abudllah bin Najm bin Syah Al Jadzami As
Sa’di. Dalam madzhab Malik ia mengarang sebuah buku yang baik yang
bertitel Al-Jawahiruts Tsamaniyah fi madzhab ‘alimil Madinah yang
dikarangnya atas dasar urutan yang ringkas menurut Al Ghazali. Orang-orang
Maliki di Mesir menekuninya karena baiknya dan banyak faedahnya. Ia
meninggal tahun 610 H.
Di bawah ini adalah orang-orang cerdik dari kalangan Syafi’iyah yang pada
periode ini mendapat keistimewaan dengan membuat karangan dalam madzhab Asy
Syafi’i, menyelenggarakan penyiarannya dan memperbaiki kitab-kitabnya.
Kebanyakan mereka dari penduduk Irak, Khurasan dan daerah dibalik sungai:
1. Abu Ishak Ibrahim bin Ahmad Al Marzawi seorang Imam pada masanya
dalam berfatwa dan mengajar. Ia belajar fiqh pada Ibnu Surajj dan ia
cemerlang dalam hal itu. Sesudah Ibnu Surajj dia adalah puncak pemimpin di
Irak. Ia mengarang banyak kitab dan syarah Al Muzni. Ia lama menetap di
Baghdad dengan mengajar dan memberi fatwa. Ia mendapat pujian dari
teman-temannya pada akhir umurnya, lalu meninggal di sana tahun 340 H,
dan dimakamkan dekat dengan makam Asy Syafi’i.
2. Abu Ahmad Muhammad bin Sa’id bin Abdul Qadhi Al Khawarizmi dari
suatu keluarga Ihnu. Ia belajar fiqh pada Abu Bakar Ash Shurafi, Abu Ishaq
dan orang-orang yang sederajat. Dia lah pemilik kitab Al Hawi dan ‘Umdatul
Qadimin tentang fiqh Syafi’iyah, Al Marudi dan Al Faurani mengambil dua
nama kitab itu. Ia mempunyai kitab ushul titelnya Al Hidayah . Ia meninggal
pada tahun tiga ratus empat puluh lebih hijriyah.
3. Abu Bakar Ahmad bin Ishaq Adh Dhab’i wan Naisaburi, dalam fiqh ia
mencapai derajat yang tinggi dan mengarang kitab Al Ahkam. Ia meninggal
tahun 432 .
4. Abu Ali Al Husain bin Husin yang terkenal dengan Ibnu Hurairah, salah
seorang Syaikh dan Imam Sayfi’iyah. Ia belajar fiqh pada Ibnu Surajj. Ia
mensyarahi Al Mukhatashar dan meninggal 345 H.
5. Abu Saib “utbah bin Ubaidilah bin Musa Al Qadhi, salah seorang ulama
yang menjadi imam dan orang yang pertama kali menjabat hakim agung di
Baghdad dari Sayfi’iyah. Ia meninggal pada tahun 350 H.
6. Qadhi Abu Hamid Ahmad bin Bisyr Al Marwazi dari teman Abu Ishaq. Ia
mengarang kitab Al Jami’ yang meliputi ushul dan furu’ (ushul fiqh dan fiqh).
Dengan diberi nash-nash dan segi-seginya, yang menjadi pegangan
dikalangan teman-teman Asy Syafi’i. Ia membuat sejarah Mukhtasar Al
Muzni. Ia meninggal pada tahun 362 H.
7. Muhammad bin Isma’il yang terkenal dengan Al Qaffal Al Kabir Asy
Syasyi, Ia mempunyai kitab tentang Ushul fiqh dan syarah Ar Risalah. Dari
padanya tersiar fiqh Asy Syari’I di daerah sebalik sungai. Ia meninggal tahun
365 H.
8. Abu Sahl Muhammad bin Sulaiman Ash Sha’luki. Ia meninggal pada tahun
375 H.
9. Abul Qasim Abdul Aziz bin Abdullah Ad Daroki. Ia meninggal pada tahun
375 H.
10. Abul Qasim Abdul Wahid bin Husain Ash Shaimiri. Ifshafil madzhab,
kitabul kifayah, Kitab fil Qiyas wal’ilal, kitab Shaghir fi Adabil Mufti wal
Mustaiti, kitab Fisy Syuruth. Ia meninggal pada tahun 386 H.
11. Abu Ali Al Husain bin Syu’aib AsSanji, ia mengarang Syarah Al
Mukhtashar. Ia meninggal pada tahun 403 H .
12. Abu Hamid bin Muhammad Al Asfarayini Syaikh Irak, ia meninggal pada
tahun 408 H.
13. Abul Hasan Ahmad bin Muhammad Adh Dhabi yang terkenal dengan Ibnul
Muhamili, Ia mengarang Al Majmu’, Al Muqni’, Al Lubab dan lain-lainnya.
Ia mempunyai komentar yang dinistbatkan kepadanya terhadap Syaikh Abu
Hamid. Ia meninggal pada tahun 415 H.
14. Abdullah bin Ahmad yang terkenal dengan Al Qaffal Ash Shaghir termasuk
pembesar Fuqoha’ Khurasan, Ia meninggal pada tahun 417 H.
15. Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad Al Asfarayini seorang Imam besar dari
imam-imam Syafi’iyah. Ia membuat karangan dalam mengomentari Ushul
Fiqh. Ia meninggal di Naisabur pada tahun 418 H.
16. Abu Thayyib Thahir bin Abdullah Ath Thabari, mengarang banyak kitab
tentang khilaf, madzhab dan perdebatan yang tidak seorangpun
menyamainya. Ia meninggal 450 H.
17. Abu Hasan Ali bin Muhammad Al Mawardi penyusun Al Hawi dan Al
Iqna’fil fiqh, Ia meninggal pada tahun 485 H.
18. Abu Hasim Muhammad bin Ahmad Al Harowi Al Ubbadi, pengarang Az
Zidayat, Al Mabsuth, Al Hadi dan Abdul Qudhah. Ia meninggal pada tahun
458 H.
19. Abul Qasim Abdur Rahman bin Muhammad Al Faurani Al Marwazi,
pengarang Al Ibanah, Al Umdah dan lain-lain karangan. Ia meninggal pada
tahun 476 H.
20. Abu Fadillah Al Qadhi Husain Al Maruruzi. Ia meninggal pada tahun462 H.
21. Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad Al Fairuzabadi, pengarang At Tambih,
Al Muhadzdzab tentang fiqh, An Nukat dalam perbedaan pendapat Al Luma’
dan syarahnya, Al Tabshirah tentang ushul fiqh, Al Mulakhkhash wal
ma’unah tentang perdebatan, dan ia meninggal pada tahun 476 H.
22. Abu Nashr Abdus bin Muhammad yang terkenal dengan Ibnu Shabagh,
pengarang Asy Syamil, Al kamil, Iddatul ‘alim, Ath Thariqus Salim. Ia
meninggal pada tahun 477 H.
23. Abu Sa’id Abdur Rahman bin Ma’mun Al Mutawali, pengarang At
Titimmah yang di karang untuk menjelaskan pada gurunya Al Faurani.
Dalam kitab itu ia mengupas sampai masalah had. Ia mengarang mukhtashar
fil faraidh dan sebuah kitab tentang khilaf (perbedaan pendapat) Ia meninggal
pada tahun 488 H.
24. Abul Ma’ali Abdul Malik bin Abdullah Al Juwaini, ia meninggal pada tahun
487 H.
25. Abul Mahasin Abdul Wahid bin Ismail Ar Rauyani
26. Hujjatul Islam yaitu Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad bin
Muhammad Al Ghazali. Ia mengarang tentang madzhab kitab Al Basith, al
wasith, al wajiz dan al khulashah. Ia meninggal di Thus tahun 505 H. Sesudah
al Ghazali tidak orang yang menyamainya.
27. Abu Ishaq Ibrahim bin Manshur bin Muslim Al Iraqi Al Faqih Al Mishri.
Pembuat Syarah Al Muhadzdzab, ia meninggal pada tahun 596 H.
28. Abu Sa’d Abdullah bin Muhammad bin Hibatullah. Ia mengarang banyak
kitab di antara karangannya adalah Shafwatul madzhab ‘ala Nahayati
Mathalib
29. Abul Qasim Abdul Karim bin Muhammad Al Qazwini berjudul Al’Aziz bi
syahril Qajiz
30. Muhyiddin Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf bin Muri An Nawawi. Ia
mengarang kitab Syahrul kabir karya Ar Rafi’I, dan ia membuat ikhtisannya
yang bernama Al Minhaj.
PERIODE KE ENAM
Sejak dari runtuhnya Baghdad di tangan Holako sampai sekarang. Yakni
periode taklid semata.
GAMBARAN POLITIK
Unsur Turki atau Thurani adalah suatu unsur yang besar sekali yang terdiri
dari beberapa kabilah yang berbeda-beda, setelah menyiapkan sarana-sarana
berkelana ia jelajahi negeri Islam untuk menguasai sebagai tambahan atas negeri
asalnya. Pada jalan itu ia tidak terbentur dengan suatu kekuatan manapun yang dapat
merintangi jalannya sehingga mereka sampai ke negeri Syam. Orang-orang Mesir
menerima mereka di mata air Jalut dipimpin oleh Al Muzhaffar, raja yang merajai
kerajaan-kerajaan Bahriyah, Mereka dipatahkan dengan buruk. Mesir dan Syam aman
dari perkosaan mereka, dalam pada itu mereka mendapat kemenangan yang sempurna
dan menguasai sebagain besar negara-negara Islam.
Pada permulaan abad ke 8 di Turki Asia muncul seorang yang besar cita-
citanya dan suka menyerang yaitu Utsman Kajuk kepala suku di Turki. Ia membina
kerajaan kaumnya dari puing-puing tinggalkan keluarga Saljuk yang masih ada di
Asia Tengah.
Adapun Daulat Utsmaniyah berjalan dan kekuatannya bertambah terus
sehingga sebagian besar daerah Islam dibawah kekuasaannya. Pada sebagian besar
waktu kebesarannya, padamlah pelita Islam di negara Andalusia setelah
menyinarinya dengan ilmu dan kebudayaan selama sekitar delapan Abad.
IJTIHAD PADA PERIODE INI
Sebesar-besar keistimewaan periode ini adalah menetapnya ruh taklid semata-
mata pada jiwa para ulama, dan hanya sedikit saja dari kalangan mereka yang sampai
ke derajat ijtihad. Demikian itu pada separuh pertama dari periode ini yaitu di masa
Kairo menempati kedudukan Baghdad dan menjadi pusat kerajaan Islam dan khalifah
Abbasiyah. Pada masa ini muncullah dari waktu ke waktu orang yang sampai ke
tingkat ini (ijtihad=pen). Namun mereka berhenti dengan membangsakan diri kepada
para imam yang terkenal.
Situasi Mesir sebelum kerajaannya jatuh dan khilafah pindah dari padanya.
Kita jumpai nama-nama Al’Izz bin Abdus Salam, Ibnul Hajib, Ibnu Daqiqil ‘Id, Ibnu
Rif’ah, Ibnu Taimiyah, As Subki dan puterinya, Ibnul Qayyim, Al Bulqini, Al
Asnawi, Kamal bin Hamman dan Jalalluddin As Sayuthi. Mereka itu orang-orang
pandai dari mazhab empat.
Ketika Mesir menuntut kembalinya kemuliaan maka terbentur beberapa
penghalang yang akan kami kisahkan kepada anda yaitu:
1. Terputusnya hubungan antara ulama-ulama negara-negara besar Islam.
2. Terputusnya hubungan antara kita dan kitab-kitab para imam.
KELALAIAN DALAM IKHTISAR
Pada akhir periode ini, Pengikhtisaran itu mengarah kepada segi yang asing
yaitu ijtihad untuk mengumpulkan banyak masalah dalam kata-kata yang sedikit.
Ketika naluri Arab itu lemah di sisi mereka maka pembicaraan itu beralih menjadi
serupa jalan yang rumit, seolah-olah pengarang itu menulis bukan untuk dipahami
namun untuk mengumpulkan.
Tiga kitab ini adalah kitab yang termasyur menjadi pasangan para pelajar fiqh
dalam tiga madzhab. Maudhu’ tersebut adalah air yang diperbolehkan untuk bersuci
dan yang tidak dibolehkan.
Khalil dalam muktasharnya berkata:
“Hadats dan sesuatu yang dihukum najis dihilangkan dengan air. Mutalk yaitu
sesuatu yang benar di sebut “air tanpa kayid”. Jika air itu terkumpul dari air hujan
atau barang cair setelah buku, atau sisa binatang ternak atau orang yang haidh atau
orang yang junub atau kelebihan bersuci dari ke duanya (orang yang haidh dan junub
= Pen) atau air banyak yang bercampur dengan najis namun tidak berubah, atau ragu
terhadap sesuatu yang menjadikan berubah itu apakah membahayakan atau berubah
karena berdampingan dengan minyak yang melekat atau bau tetesan bejana orang
yang berpergian (musafir) atau sesuatu yang timbul dari air itu, atau karena diam
(tergenang) atau kejatuhan meskipun disengaja dari tebu atau garam. Dan yang lebih
unggul tidak diikutkannya garam yang tidak merubah pada warna. Rasa atau bau
dengan sesuatu yang berlainan pada umumnya baik dari barang yang suci najis
seperti minyak yang bercampur atau asap yang tetap, hukumnya seperti berubah. Dan
membahayakanlah perubahan karena tali kedua tebingnya seperti kolam yang ada
kotoran binatang ternak atau sumur karena daun pohon atau jerami, dan yang jelas
adalah bolehnya kedua hal itu pada sumur di padang. Menjadikan pencampur yang
sesuai dengan pencampur yang sesuai dengan pencampur yang berlainan ada
pemikiran tersendiri. Membersihkan dengan air yang sudah dimasukkan ke dalam
mulut ada dua pendapat dan makruh pada air yang telah digunakan (musta’mal) untuk
menghilangkan hadits dan yang lain ada sedikit keraguan seperti bejana wudhu,
mencuci najis yang tidak berubah atau jilatan anjing dan air keruh yang untuk mandi,
sisa peminum khomer dan tangan yang dimasukkan dalam air dan air yang tidak
terpelihara dari najis, bukan jika sulit memeliharanya atau seperti air yang kena panas
matahari, meskipun anda lihat pada mulutnya waktu dipergunakannya maka dapat
dipergunakan. Jika yang mempunyai darah mengalir mati pada air yang menggenang
dan tidak berubah maka sunnat menjauhkan dengan sekedarnya bukan jika ia jatuh
dalam keadaan telah menjadi bangkai, meskipun hilang maka air itu berubah menjadi
najis bukan pada air banyak yang mutlak: maka dipandang baik untuk bersuci
dengannya, dan tidak bersuci dengannya adalah lebih utama. Sebelum adanya hadits
ahad jika seginya jelas atau bersesuaian jalannya. Jika tidak maka ia berkata:” Di
pandang baik meninggalkannya, dan datangnya air pada najis adalah seperti
kebalikannya”. Zakariya Al Anshari berkata dan Minhajnya:
“Bersuci itu hanya dengan cairan air mutlak yaitu sesuatu yang disebut air
tanpa kaid”. Air yang berubah serta bercampur karena barang suci sehingga terhalang
untuk disebut air mutlak, maka tidak diperkenankan, tidak termasuk debu dan air
garam meskipun dimasukkan didalamnya. Dan dibenci (makruh) karena terlalu panas
dan dingin dan air panas karena sinar matahari dengan syarat-syaratnya. Air yang
dipergunakan dalam fardhu adalah tidak mensucikan, jika sedikit. Dua kolam air
tidak menjadi najis. Jika air itu berubah maka najis. Jika perubahannya itu hilang
dengan sendirinya atau dengan air suci di bawah dua kolam maka air itu najis seperti
barang basah lain yang mengenainya bukan terkena bangkai hewan yang darahnya
tidak mengalir dan tidak dilemparkan dan terkena najis yang tidak terlihat oleh mata
dan sebagainya.
Jika hal itu mengenai air dan air itu tidak berubah maka air itu suci. Perubahan
yang membawa pengaruh adalah perubahan rasa atau warna, atau bau meskipun
menyerupai barang yang suci atau suci karena lainnya, maka hendaklah bersungguh-
sungguh untuk menjaga dan mengerjakan apa yang dalam sangkaannya mensucikan
atau suci. Bukan air serta air kencing dan bukan air beserta air mawar. Ketika ia
menduga salah satunya itu suci maka disunatkan mengalirkan yang lain. Jika ia
meninggalkannya dan sangkaannya berubah maka ia tidak melakukan yang kedua
namun ia tayamum dan tidak mengulangnya meskipun ia diberi tahu oleh orang yang
adil tentang najisnya air itu dengan riwayat yang menyelesaikan sebabnya, atau oleh
seorang fakih yang sesuai dan dipegangnya.”
An Nasafi dalam Kanzi-nya berkata:
“ Dipergunakan untuk wudhu air hujan, air mata air dan air laut. Jika air yang
suci itu berubah salah satu sifat-sifatnya atau busuk karena diam, bukan air yang
berubah karena banyaknya daun atau dimasak atau perasan pohon atau korma atau
yang lain yang mengalahkannya dan dengan air yang diam yang ada najisnya jika
tidak sampai seperseratusnya, maka ia seperti air yang mengalir yaitu sesuatu yang
hilang dari kendali lalu dipakai untuk wudhu. Jika ia tidak melihat bekasnya yaitu
rasa atau warna atau bau. Bangkai binatang yang tidak ada darahnya, ikan laut, katak
dan rajungan (kepiting) adalah tidak menajiskan.
Air yang dipergunakan untuk taqarrub atau menghilangkan hadats apabila
menetap ditempatnya adalah suci namun tidak mensucikan. Sumur itu diambil airnya
dan karena kejatuhan najis bukan karena kotoran onta dan kambing. Air kencing
binatang yang halal dimakan adalah najis, tidak boleh diminum. Dua puluh ember
sedang karena matinya semisal tikus, empat puluh ember dengan seumpama burung
dara, seluruhnya itu dengan seumpama kambing, hembusan atau kejatuhan hewan
dan dua ratus (ember) seandainya tidak mungkin untuk dihabiskannya. Nafisnya
mulai tiga ekor yang terjatuh dan tidak diketahui waktu terjatuhnya, jika tidak sejaka
sehari semalam. Keringat itu seperti sisa. Sisa manusia, kuda dan binatang yang halal
dimakan dagingnya adalah suci. Sisa anjing, babi hutan dan binatang-binatang
penghuni rumah adalah makruh. Sisa keledai dan bagal adalah diragukan untuk
dipakai wudhu dan boleh tayamun jika tidak ada air. Mana yang dahulu adalah sah
tidak seperti tuak korma.
Tiga kitab inilah yang menyaring seorang pencari ilmu untuk menjadi seorang
yang pandai dalam salah satu madzhab yang tersiar pada masa kita. Dari segi susunan
kalimat, anda lihat hampir tidak dapat dipahami. Oleh karena itu kitab-kitab itu
membutuhkan syarah dan syarah itu membutuhkan kepada hasyiah (kitab yang
menerangkan syarah).