Upload
hoangdan
View
239
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032,
KAJIAN BIOLOGI POPULASI DAN ASPEK PERIKANAN IKAN CAKALANG
DI PERAIRAN SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN
Achmar Mallawa, Musbir, Faisal Amir, Farida Sitepu
ABSTRAK
Ikan cakalang merupakan komoditas penting di WPP RI 713. Penelitian tentang ikan
cakalang di perairan Selat Makassar dilakukan dari bulan April – Oktober 2014. Tujuan
penelitian yaimenganalisis aspeb biologi populasi meliputi struktur ukuran, kelompok
umur dan pertumbuhan menurut musim, daerah dan teknologi penangkapan
menganalisis aspek biologi meliputi fekunditas, TKG, kebiasaan makan, dan
menganlisis aspek perikanan meliputi spesifikasi alat tangkap, produksi dan
produktivitas alat tangkap dan ukuran layak tangkap. Penelitian menggunakan metoda
survei, data primer dikumpulakn melalui pengamatan lapangan, wawamcara dan data
sekunder melaui desk studi. Struktur ukuran dianalisis secara deskriptif menggunakan
histogram, perbedaan struktur ukuran menurut daerah, musim dan teknologi
penangkapan menggunakan uji t-Student. Kelompok umur dianalisis dengan metoda
Bhattacharya, hubungan umur–panjang dengan metoda “Back xalculation”
pertumbuhan dihitung dengan metoda Von Vertalanffy, fekunditas dengan metoda
volumetrik, TKG diduga secara histologi, kebiasaan makanan (IRP) dengan metoda
Yesaki, rantai makanan dengan “Upside Down Ecosystem Simulation” persentase
ukuran layak tangkap dengan metoda Mallawa, produksi dan produktivitas secara
deskriptif menggunakan histogram. Hasil penelitian bahwa struktur ukuran bervariasi
dan berbeda menurut musim, daerah dan tekonologi penangkapan. Kelompok umur
dalam hasil tangkapan komersial bervariasi antara satu sampai tiga , dan berbeda
menurut daerah, musim dan teknologi penangkapan. Ikan cakalang di perairan Selat
Makassar dapat mecapai panjang asimptot 80,0 cm FL, laju pertumbuhan tergolong
rendah (K< 0,5), mulai matang gonad pada ukuran 45 cm FL dan memijah pertama kali
pada ukuran 55 cm FL betina dan 60 cm FL jantan, fekunditas berkisar 600.000–
1.100.000 butir telur, makanan utama ikan cakalang adalah ikan kecil, cumi-cumi, dan
krustasea. % layak tangkap sangat rendah dan bervariasi menurut musim, daerah dan
teknologi penangkapan. Produksi mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir,
musim puncak penangkapan yaitu April–Juni dan Juli–September, produktivitas
bervariasi menurut musim dan daerah penangkapan, pukat cincin dan pancing tangan
merupakan alat tangkap dengan produktivitas tertinggi. Kesimpulan bahwa struktur
ukuran dan kelompok umur ikan cakalang di perairan Selat Makassar bervariasi
menurut daerah, musim dan teknologi penangkapan, Laju pertumbuhan tergolong
rendah, aspek biologi sama dengan ikan cakalang di WPP 713 Ukuran layak tangkap
masih sangat rendah. Produksi dan produk tivitas bervariasi menurut musim dan
daerah penangkapan, pukat cincin dan pancing tangan merupakan alat dominan dan
penyumbang produksi tertinggi, musim puncak penangkapan terjadi pada bulan April –
September setiap tahunnya.
Kata Kunci : Ikan cakalang, biologi populasi, aspek perikanan, Selat Makassar.
ABSTRACT
Skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) is one of fish important economically among of big
pelagic fishes in WPP-RI 713. Research about skipjack tuna has been done from April
until October, 2014 in Makassar Strait waters. The objectives of the research were to
analyze population biological aspects such as size structure, cohort and growth
according to fishing ground, fishing season, and fishing technology. to determine of
some biological characteristics such as fecundity, food habit and food chain,, gonad
maturity stage and, first spawning length, to analyze trend of total annual production,
productivity according to fishing season and fishing technology. The method of
research was method of survey. Primary data was ccllected by field direct observation
and involved in fishing process, while secondary data was collected by desk study.
Size structure was analyzed by column diagram, cohort by Bhattacharya method,
relationship between age and length of fish by back calculation and, population growth
by Von Bertalanffy method. Fecundity be calculated by volumetric method, Stage of
gonad maturity by histology approach, food habit and food web Yesaki method and
Upside down ecosystem simulation method respectively, Trend production, production
and productivity per fishing effort be analyzed by pie diagram according to the fishing
season and fishing technology. The result of the research showed that the size structure
of fishes in capture was varie and its was different according to the fishing ground,
fishing season, and fishing technology. The number of cohort also varie and its different
according to the fishing ground fishing season and fishing ground. The skipjack can be
80 cm of length, and growth rate was low (K<0,5). The maturity of gonad of skipjack
begun in 45 cm of length, and have been spawned in 55 cm of length for female and 60
cm for male. Fecundity variec smafrom 600.000 eggs until more than 1.000.000 eggs,
the main food was crustacean, squid, pelagic small fishes, Percentage of suitable
capture length was low, Production has a trebd increasing in five year, peak of fishing
season was in April – June and July until September yearly where purse seine and
hand line have high productivity than others.
Conclusion that size structure and cohort in capture were varie and different according
to the fishing area, fishing season, and fishing technology , population growth rate was
low. Biological characteristics of skipjack in Makassar Strait was similar in the others
waters at WPP 713. Annual production has increased in five years, there were two
peak fishing season yearly, and the productivity of purse seine and hand line were
higher than other fishing technology.
Key Word : Skipjack tuna, biology and population aspect, Makassar Strait.
ABSTRAK PENELITIAN RUTINTahun 2014
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032,
MODEL MULTI KRITERIA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAERAH TANGKAPAN HUJAN (DTH) UNTUK MENURUNKAN LAJU SEDIMENTASI PADA WADUK
SUMBER AIR UNTUK PERTANIAN
Ahmad Munir, Suhardi, Haerani dan Olly Sanny Hutabarat
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar, Jl. P.Kemerdekaan Km 11 Tamalanrea Makassar
ABSTRAK
DAS Jeneberang terletak di Sulawesi Selatan, Indonesia. Pada beberapa tahun terakhir
ini, DAS ini tidak dapat berfungsi secara optimal untuk mempertahankan fungsi
hidrologisnya, terutama untuk mempertahankan fungsi hidrologi Bendungan
Jeneberang (Bili Bili). Untuk mempertahankan fungsi hidrologis tersebut maka
diperlukan formulasi kesesuaian penggunaan lahan terutama untuk mereduksi
masukan sedimen kedalam bendungan tersebut. Perhitungan erosi pada penelitian ini
menggunakan RUSLE (Revised Universal Soil Loss Equation). Penggunaan lahan
yang optimal didapatkan dengan menggunakan Fuzzy Multi Attribute Decision Making
(FMADM) dan Analytic Hierarchy Process (AHP) yang dikombinasikan dengan
Geographical Information System (GIS). AHP digunakan untuk mendapatkan weighting
factor. Alternative konservasi yang diteliti adalah penggunaan mulsa alami,
penggunaan plastik, strip cropping, rotasi tanaman, tanaman penutup, pengolahan
tanah sejajar kontur, terrasering, agroforestry, penanaman pohon dan penghijauan.
Kriteria konservasi yang dievaluasi adalah ketersediaan bahan, tingkat pengetahuan
petani, tingkat penerimaan terhadap teknologi, dukungan institusi, kecocokan sistim
pertanian, kemampuan pembiayaan dan kriteria lainnya. Hasil studi menunjukkan
bahwa nilai interseksi 0,799 didapatkan pada rotasi tanaman yang merupakan
alternative konservasi yang paling sesuai. Terbukti bahwa benerapan FMADM dapat
menurunkan sedimentasi 18.43 m3/km2/tahun menjadi 4.63 m3/km2/tahun.
Kata kunci: GIS, Fuzzy, penggunaan lahan, DAS, sedimen.
ABSTRACTJeneberang Basin is situated in South Sulawesi, Indonesia. In the recent years, the
function of this basin could not be performed optimally in maintaining sustainability
hydrologic function of Jeneberang dam. Therefore, in order to maintain the hydrologic
function of the dam, it is necessary to formulate suitable land use at upstream of the
river basin. This research is objected to formulate policy for the suitable land use, in
term of reducing sedimentation rate in Jeneberang Dam. This study employed RUSLE
(Revised Universal Soil Loss Equation) for calculating of erosion as well as
sedimentation rate. Fuzzy Multi Attribute Decision Making (FMADM) and Analytic
Hierarchy Process (AHP) which is combined with Geographical Information System
(GIS) were employed for obtaining the formulation. AHP was applied for obtaining of
weighting factor that ware used to formulate optimum land use at the upstream. There
are ten conservation alternatives were observed (natural mulch, plastic mulch, strip
cropping, crop rotation, cover crops application, plough paralleled with contour, terrace,
agro forestry, tree cultivation and replanting) by considering seven criteria (material
availability, farmer knowledge, acceptance level of technology, supporting of institution,
suitability of farming system, financial affordability, others criteria). The result of this
study indicated that, the value of intersection vector of 0.799 is attributed to the
conservation practice of crop rotation. From the research, it was proved that by applying
of FMADM, sedimentation rate can be reduced of 18.43 m3/km2/year becomes 4.63
m3/km2/year.
Keywords: GIS, Fuzzy, land use, river basin, sediment.
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN
Tahun 2014
KAJIAN EKOLOGI KUSKUS BERUANG (Ailurops ursinus)
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032,
UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI HUTAN PENDIDIKAN UNHAS
Amran Achmad1, Putu Oka Ngakan1, Risma Illa Maulany 1, dan Asrianny 1
1Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan km 10, Makassar. Tlp. 0411-585917
Fax 0411-589592 Email:[email protected]
Abstrak
Kuskus Beruang sangat potensial sebagai objek ekowisata karena memiliki morfologi
yang unik serta mempunyai pergerakan yang lambat. Satwa ini merupakan salah satu
satwa langka sulawesi yang endemik dan dilindungi. Penelitian ini bertujuan bertujuan
untuk mengetahui karakteristik ekologi (populasi, pergerakan harian, prilaku harian,
jenis pakan dan habitat) kuskus beruang. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Lapangan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Hutan Pendidikan Unhas.
Variabel yang dikumpulkan meliputi populasi, jenis kelamin, struktur umur, pergerakan
harian, pemanfaatan strata hutan, perilaku makan, istirahat, berpindah tempat dan
membersihkan diri. Juga dikumpulkan data vegetasi, pohon sarang, pemilihan pohon
sarang, jenis tumbuhan pakan dan preferensi pakan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa populasi kuskus yang ditemukan sebanyak tujuh ekor, yakni tiga jantan dewasa,
dua betina dewasa, satu jantan remaja dan satu bayi. Pergerakan Kuskus yang tercatat
paling jauh 78 m dalam satu hari. Kuskus beruang menghabiskan waktunya sebesar 10
% pada ketinggian tajuk 5-10 m, 6,45 % pada ketinggian 10-15 m, 40,44% pada
ketinggian 15-20 m, 20,24% pada ketinggian 20-25m dan 14,81% pada ketinggian 25-
30 m. Kuskus beruang menghabiskan waktunya sebesar 70 % pada tajuk pohon yang
tingginya lebih 15 m. Perilaku istirahat adalah perilaku yang paling banyak
menghabiskan waktu, yakni sebesar 82,17%. Kegiatan makan sebanyak 11,7%,
bergerak sebanyak 4,38%, serta membersihkan sebanyak 1,67%. Habitat Kuskus
Beruang berupa hutan alam campuran. Semua pohon yang digunakan bersarang oleh
Kuskus Beruang, juga merupakan pohon pakan. Dari 26 jenis tumbuhan yang tercatat
dalam plot sampel, hanya 15 % (4 jenis) yang merupakan pakan kuskus. Tumbuhan
pakan yang paling disenangi oleh Kuskus Beruang adalah Dracontomelon dao, dan
Palaquium obovatum. Penelitian berikutnya adalah mempelajari areal jelajah Kuskus
Beruang dengan alat bantu transmitter. Signifikansinya penelitian tersebut, karena
dengan mengetahui areal jelajah, maka luas kebutuhan minimum satwa tersebut dapat
diketahui, dan ini adalah dasar yang penting untuk melakukan rencana konservasi yang
efektif.
Kata kunci: Ekologi, Kuskus Beruang, Ekowisata
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032,
ECOLOGYCAL STUDY OF THE BEAR CUSCUS (Ailurops ursinus)FOR ECOTOURISM DEVELOPMENT AT THE UNHAS EDUCATIONAL FOREST
Amran Achmad1, Putu Oka Ngakan1, Risma Illa Maulany 1, and Asrianny 1
1Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan km 10, Makassar. Tlp. 0411-585917
Fax 0411-589592 Email:[email protected]
Abstract
Bear Cuscus is very potential to be used as an eco-tourism object because it has a
unique morphology and have a slow movement. This animal is one of the Sulawesi
endangered species, which is endemic and protected. This study aims to determine the
ecological characteristics (population, daily movement, daily behavior, type of diet, and
habitat of the bear cuscus (Ailurops ursinus). Field research was conducted at the Field
Laboratory of Conservation and Ecotourism, Unhas Educational Forest. Variables
collected include population, gender, and age structure, daily movements, use of forest
strata, feeding behavior, recess, moves and self-cleaning. In addition, also collected
vegetation data at Cuscus habitat, nest tree, nest tree selection, as well as plant
species feed and feed preferences. The results showed that the Cuscus population
encountered during the study were seven individuals. Three adult males, two adult
females, one juvenile male, and one baby. Cuscus movements recorded at maximum
78 m distance in one day. Bears Cuscus spend their time by 70% in the canopy of trees
taller than 15 m. Rest, is the behavior of the most time-consuming, which is equal to
82.17%. Eat activity as much as 11.7%, move 4.38%, and the cleaning up 1.67%. Bear
cuscus habitat in the form of a mixture of natural forests. All trees used nesting, was
also as feeding trees. Of the 26 of tree species that recorded within the sample plots,
only 15% (4 species) are eaten by Cuscus. Feeding tree that most liked by Bear
Cuscus, is Dracontomelon dao and Palaquium obovatum. Further research, will study
the Bear Cuscus home range by using transmitter tool. Significance of the study,
because by knowing the home range, the minimum area requirements of these animals
can be known, and this is an important basis to conduct an effective conservation plan.
Keywords: Ecology, Bear Cuscus, Ecotouris
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032,
SKREENING ANTIBAKTERI ASOSIASI KARANG KERAS SEBAGAI ALTERNATIF PENGENDALIAN PENYAKIT KARANG BROWN BAND (BrB) DAN
ORGANISME BUDIDAYAArniati Massinai, Shinta Werorilangi, Rastina, Abdul Haris
Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea, Makassar, Indonesia
ABSTRAK
Kematian karang Acropora sp. yang terinfeksi penyakit brown band di Pulau
Barranglompo adalah sebesar 1,58 – 6,11 cm/hari. Kematian dan laju infeksi penyakit
BrB pada karang Acropora lebih cepat dibanding dengan laju pertumbuhan karang
Acropora sendiri, dengan lebar rata-rata 6,38 mm/bulan dan tinggi rata-rata 5,53
mm/bulan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan penelitian penggunaan
bakteri yang berasosiasi dengan karang, sebagai penghasil antibakteri melawan
penyakit brown band pada karang dan bakteri patogen pada organisme budidaya.
Metode yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari beberapaa tahap, yaitu :
pengambilan sampel karang sehat Stylophora sp, Acropora sp dan Seriatopora sp dan
karang terinfeksi penyakit BrB, Isolasi dan identifikasi bakteri asosiasi karang,
pengujian aktivitas antibakteri dengan metode diffusi agar, penentuan konsentrasi
hambat minimum dengaan MTT-test, dan uji toksisitas dengan brine shrimp lethality test
(BSLT). Hasil isolasi dan identifikasi bakteri asosiasi karang diperoleh 5 genus bakteri,
yaitu Acinetobacter, Chromobacterium, Bacillus, Flavobacteriun dan Pseudomonas.
Hasil pengujian aktivitas antibakteri memperlihatkan hanya bakteri asosiasi
Chromobacterium sp. yang memiliki aktivitas antibakteri, baik terhadap bakteri patogen
BrB maupun patogen pada organisme budidaya (Vibrio harveyi dan Aeromonas
hydrophila). Pengujian toksisitas dengan metode BSLT mengindikasikan isolat bakteri
asosiasi Chromobacterium sp. tidak bersifat toksik
Kata Kunci : Skrining, antibakteri, bakteri asosiasi, karang keras, patogen, organisme
budidaya
ABSTRACTDeath rate of Acropora sp infected by brown bands disease on Barranglompo Island is
1.58 - 6.11 cm per day. Death rate and infection rate of Acropora sp infected BrB
disease faster than the growth of the coral Acropora nobilis, that is 6.38 mm per month
for the average width and 5.53 mm per month for the average lenght. Therefore, this
study aimed to identify types of bacteria associated with some branching corals, which
have bioactivity against pathogens and potential fish diseases and get the correct
dosage to be applied on infected coral with brown band disease. A sample of healthy
coral and coral infected by BrB was carried out by scuba diving. Bacterial isolates was
innoculated in marine agar, testing the antimicrobial activity and minimum inhibitory
concentration was performed by High Throughput Screening (HTS) method with MTT
reagent, antimicrobial potency test performed by the agar diffusion method, and the
toxicity test was conducted using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) . Based on the
observation of colony morphology, gram staining and biochemical tests of the bacterial
symbionts of corals, 5 genera of bacteria are identified , i.e. Acinetobacter,
Chromobacterium, Bacillus, Pseudomonas and Flavobacterium. Of the five types of
bacteria, only Chromobacterium sp, which is symbiont of coral Stylophora sp, that
have antibacterial activity against Vibrio Harveyi, Aeromonas hydropila, and Vibrio sp
(pathogen BrB), but based on the positive control, bacterial extract of
Choromobacterium sp only have the potential as an antibacterial against Aeromonas
hydropila pathogens in fish. Based on BSLT results, LC50 Choromobacterium sp
bacterial extract against Artemia salina are > 1000 ppm, which indicates there is no
potential for toxicity in this isolate. These results can be continued to a determination
test for the right concentration prior to the challenge test on fish infected with bacteria
pathogent A. hydrophila.
Keywords : Screening test, antibacterial, bacterial symbiont, hard corals,
cultured fish pathogens, baterial pathogens
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032,
ASPEK SILVIKULTUR TEGAKAN MULTISTRATA DI HUTAN PENDIDIKANUNIVERSITAS HASANUDDIN MAROS
(SILVICULTURE ASPECT OF MULTISTORIED STAND OF HASANUDDIN UNIVERSITY EXPERIMENTAL FOREST IN MAROS)
Baharuddin Nurkin, Anwar Umar, Beta Putranto, dan Samuel A. Paembonan
ABSTRACTMultistoried stand is more attractive to be developed in area where local people need a
variety products from tree plantation for both to meet their daily basic need and to earn
additional income.The products include wood, food, and fuel wood provided by a
various trees species in mixed, multistoried stand.This research is made in attempt to
provide base line data of multistoried stand characteristic in Hasanuddin University
Experimental Forest located in Maros. Field survey for collecting data were made in 30
square plots of 20 x 20 meters. Plots were laid out within three parallel lines, each line
consists of ten plots. Data records including species composition, vertical and
horizontal structure, potential volume of wood, and natural regeneration condition. In
addition species utilization for wood, food, and energy of local people were also record.
Results showed that stands is composed of 31 species and characterized by three
distinct layers composed by variety of species. Pinang (Areca catechu), aren (Arenga
pinnata), and ebony (Diopyros celebica) are the three species that dominant in stands.
Other important species are mango (Mangifera sp.) nyatoh (Palaquium obovatum),
langsat (Lansium dometicum) and nangka (Artocarpus heterophylla). Stand volume of
stand is considered lower compared to those of natutral producing forest stand.
Regeneratgion is poor and unbalance in size distribution of seedling, sapling, and pole.
Silviculture formulation was made to improve stand productivity with application of
enrichment planting with valuable species. Tending of stand through thinning program is
also recommended.
Key words: multistoried stand, vertical structure, horizontal structure, natural
regeneration, silviculture formulation
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032,
ABSTRAKTegakan multistrata menarik masyarakat lokal untuk dikembangkan dan dipertahankan
karena dapat menghasilkan berbagai produk untuk memenuhi keperluan hidup sehari-
hari dan menambah pendapatan mereka. Produk-produk tersebut termasuk kayu,
pangan dan kayu bakar yang dihasilkan dari berbagai species dari tegakan campuran
yang menyusun strata tajuk. Penelitian ini merupakan kajian pendahuluan untuk
mendapatkan informasi dan data dasar atau base line dari hutan alam tegakan
multistrata Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin, Maros. Base line yang
merupakan kajian silvikultur tersebut mencakup komposisi, struktur, potensi produksi
kayu dan non kayu, serta kondisi permudaan alam. Berdasarkan hasil kajian ini
kemudian dibuat formulasi silvikultur sebagai dasar untuk melaksanakan pengelolaan
tegakan yang produktif dan berkelanjutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah berupa survei hutan dalam tiga jalur. Dalam setiap jalur yang lebarnya 20 m
dibuat masing-masing 10 plot. Data yang dikumpulkan dalam plot mencakup
pencatatan species, dimensi pohon (tinggi dan diameter). Struktur tegakan secara
horizontal dan vertikal dideskripsikan pada lokasi tegakan multistrata yang ditemukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tegakan multistrata pada hutan alam ini
mempunyai komposisi jenis yang terdiri dari 31 species pohon, dua diantaranya adalah
jenis palem. Tegakan multistrata terdiri dari tiga lapisan dimana pinang (Areca catechu),
aren (Arenga pinnata) dan eboni (Diospyros celebica) merupakan tiga species yang
dominan. Jenis-jenis penting lainnya penyusun tegakan multistrata adalah mangga
hutan (Mangifera sp.), nyatoh (Palaquium obovatum), langsat (Lansium domesticum),
dan nangka (Artocarpus heterophylla). Potensi kayu dari tegakan rendah dibandingkan
dengan tegakan multistarata pada hutan produksi alam. Permudaan jenis-jenis pohon
utama penyusun tegakan yang juga bernilai ekonomis tinggi tidak mencukupi dan tidak
berimbang dalam fase-fase pertumbuhannya mulai dari semai, pancang, dan tiang.
Berdasarkan hasil penelitian ini dirumuskan formulasi silvikultur yang menekankan agar
dilakukan pengayaan, dan pemeliharaan tegakan untuk meningkatkan produktivitasnya.
Kata kunci: tegakan multistrata, struktur vertikal, struktur horizontal, permudaan alam,
formulasi silvikultur.
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032,
PERCEPATAN PROSES PRODUKSI DAN PENINGKATAN KUALITAS PAPAN SEMEN KOMPOSIT BERBAHAN BAKU BAMBU MELALUI INJEKSI
KARBONDIOKSIDA
Bakri*, Musrizal Muin, Baharuddin, Sahriyanti Saad*e-mail korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Injeksi CO2 pada fase dan waktu tertentu merupakan gagasan yang relatif baru untuk
meningkatkan sifat fisik dan mekanik papan semen. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa injeksi CO2 pada fase cair dan waktu injeksi 60 menit merupakan
perlakuan terbaik untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanik papan semen yang dibuat
dari campuran partikel batang bamboo tallang (Gigantochloa atter). Beberapa peneliti
menemukan bahwa penambahan bahan-bahan aditif pada campuran juga dapat
meningkatkan sifat fisik dan mekanik papan semen. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi pengaruh penambahan beberapa bahan aditif (CaCl2, MgCl2, dan
Ca(OH)2) pada campuran terhadap sifat fisik dan mekanik papan semen yang dibuat
dari partikel-partikel batang bambu tallang sebelum diinjeksi oleh CO2 pada fase cair
dan waktu 60 menit. Campuran partikel-partikel batang bamboo, semen, dan air pada
rasio of 1: 2.5 : 1.25 dari berat semen ditambahkan masing-masing CaCl2, MgCl2,
Ca(OH)2 sebanyak 2% dari berat semen, dicetak pada cetakan besi berukuran 25 x 25
x 1 cm3, dikempa selama 24 jam untuk mendapatkan con toh uji papan semen yang
memiliki target kerapatan sebesar 1 g/cm3. Contoh uji dipotong sesuai ukuran yang
tercantum pada pengujian sifat fisik dan mekanik papan semen JIS A 5417-1992
kemudian diinjeksi oleh CO2 pada fase cair selama 60 menit.Pengujian sifat fisik dan
mekanik contoh uji-contoh uji papan semen dilakukan berdasarkan standar pengujian
Japanese Industrial Standard (JIS) A 5417-1992. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan aditif MgCl2 pada campuran menghasilkan sifat fisik dan mekanik yang
terbaik dan memenuhi syarat mutu yang tercantum pada standar JIS A 5417-1992. Nilai
sifat fisik papan semen melalui penambahan aditif MgCl2 sebesar 2% dari berat semen
terdiri atas kadar air sebesar 4,06%, kerapatan sebesar 1,10 g/cm3, daya serap air
selama 24 jam sebesar 22,55%, pengembangan linear pada perendaman 24 jam
sebesar 4,06% dan pengembangan tebal pada perendaman 24 jam sebesar 0,44%.
Nilai sifat mekanis terdiri atas keteguhan rekat sebesar 7.47 kg/cm2, MOE sebesar
24.514 kg/cm2 dan MOR sebesar 91,65 kg/cm2. Untuk menyakinkan kelebihan-
kelebihan produk papan semen ini maka sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan,
terutama yang berhubungan dengan aspek finansial.
Kata kunci: injeksi CO2, papan semen, aditif MgCl2, sifat fisik dan mekanis
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032,
APPLICATION OF CARBON DIOXIDE INJECTION TECHNOLOGY IN BAMBOO CEMENT BOARD PRODUCTION
Bakri*, Musrizal Muin, Baharuddin, Sahriyanti Saad*e-mail korespondensi: [email protected]
ABSTRACT
Injection of CO2 at certain phase and time period is relatively novel idea to improve
physical and mechanical properties of the cement board. It was found in the previous
study that injection of CO2 at liquid phase and 60 minutes of the injection time period
was the best treatment to improve physical and mechanical properties of the cement
board made from mixture of cement and culm particles of tallang bamboo (Gigantochloa
atter). Some researchers found that adding the additives to the mixture was also able to
improve physical and mechanical properties of the cement board. The objective of this
study was to evaluate the effect of adding of some additives (CaCl2, MgCl2, and
Ca(OH)2) in the mixture to the physical and mechanical properties of the cement board
made from culm particles of tallang bamboo before injected by CO2 at liquid phase and
60 minutes of the injection time period. Mixtures of bamboo culm particles, cement, and
water in the ratio by weight of 1: 2.5 : 1.25 were added by CaCl2, MgCl2, Ca(OH)2 of 2
% of cement weight, cast in the iron plate mold of 25 x 25 x 1 cm3, pressed and then
hold for 24 hours to obtain the targeted density of cement board samples of 1 g/cm3.
Samples were cut in accordance with the size of physical and mechanical testing of JIS
A 5417-1992 and then injected by CO2 in liquid phase at 60 minutes of the injection
time period. Samples of the cement board were tested for physical and mechanical
properties according to Japanese Industrial Standard (JIS) A 5417-1992. Results
showed that adding MgCl2 to the mixture indicates the best physical and mechanical
properties of the cement board and meets a requirement of JIS A 5417-1992. Physical
properties of the cement board by adding MgCl2 of 2% by weight of cement consisted
of moisture content of the boards was 4.06 %, density was 1.10 g/cm3, water
absorption for 24 hours was 22.55%, linear expansion for 24 hours was 0.23% and
thickness swelling for 24 hours was 0.44 %. Mechanical properties consisted of internal
bond was 7.47 kg/cm2, MOE was 24.514 kg/cm2 and MOR was 91.65 kg/cm2. To
ensure the advantages of this board cement product it should to conduct a next
research, especially to the financial aspect of the product.
Keywords: injection of CO2, cement board, additive of MgCl2, physical and mechanical
properties.
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032,
PEMETAAN POTENSI ENERGI BIOMASSA HUTAN RAKYAT BAMBU DI KECAMATAN TANRALILI KABUPATEN MAROS
Dr. Ir. Beta Putranto, MSc.
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi energi biomassa yang tersimpan
dalam hutan rakyat bambu dan mengetahui model-model pengelolaan tegakan bambu
dalam kaitannya dengan potensi biomassa bambu. Penelitian dilakukan dengan
melakukan inventarisasi luas hutan rakyat bambu dengan menggunakan data citra
dengan luas minimal 0.25 ha. Biomassa bambu ditentukan dengan persamaan allometri
w = 0,348 x D1,830 (Baharuddin, 2013). Nilai kalor ditentukan dengan menggunakan bom
calorimeter. Potensi energi bambu ditentukan dengan mengalikan nilai kalor dengan
biomassa bambu/ha. Hasil menunjukkan bahwa luas hutan rakyat bambu kurang lebih
2832.34 ha., tersebar secara mengelompok dengan luas minimal 0.26 ha dan
hamparan dengan luas 202.13 ha. Potensi hutan rakyat bambu di Kecamatan Tanralili
adalah 184 rumpun per ha, dengan jumlah batang per rumpun berkisar antara 27 – 63
batang dengan rata-rata 41 batang per rumpun. Secara keseluruhan jumlah batang
6161 batang per ha. Terjadi perbedaan potensi bambu yang sangat signifikan dari
peneliti sebelumnya dan masih menggambarkan pengelolaan tegakan bambu hutan
rakyat di Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros tidak mengikuti pengelolaan hutan
lestari (suistainable forest management). Hasil perhitungan biomassa setiap batang
berdasarkan umur diperoleh secara berturut-turut 16.12 kg, 17.77 kg, dan 19.95 kg,
dengan rincian biomassa umur 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun diperoleh secara secara
berturut-turut 34225.52 kg (34.23 ton), 48328.97 (48.33 ton), dan 26292.68 (26.29
ton/ha). Secara keseluruhan diperoleh 108847.17 kg (108.85 ton/ha). Nilai kalor bambu
berumur 1 tahun adalah 4292 kalori, umur 2 4371 kalori, dan umur 3 tahun 4172 kalori.
Potensi energi bambu kelas umur 1 tahun 1.46896E+11 kalori/ha, umur 2 tahun
2.11246E+11 kalori/ha, dan umur 3 tahun 1.09693E+11 kalori/ha. Total nilai kalor
seluruh tegakan bambu adalah 4.67835E+11 kalori/ha. Potensi bambu di Kecamatan
Tanralili Kabupaten Maros cukup luas namun jumlah rumpun dan jumlah batang/ha
menurun. Hal ini diakibatkan karena pengelolaan hutan rakyat bambu tidak mengikuti
prinsip pengelolaan yang lestari (maximum suistainable yield).
Kata kunci: hutan rakyat, bambu, potensi, biomassa, energi. Suistainable
Abstract
This research aims to find out the potential of biomass energy stored in the social forest
bamboo stands and to identify management models bamboo stands in relation to the
potential biomass of bamboo. The study was conducted with inventory bamboo stands
by using image data with an area of at least 0:25 ha. Bamboo biomass is determined by
the allometric equation w = 0.348 x D1,830 (Baharuddin, 2013). The calorific value is
determined using a bomb calorimeter. The potential energy is determined by multiplying
the bamboo biomass bamboo/ha with a calorific value. The results showed that the area
of social forest of bamboo approximately 2832.34 ha., Widely dispersed cluster with a
minimum of 0.26 ha and with a broad expanse of 202.13 ha. The potential of forests
bamboo stand in the district Tanralili bamboo is 184 clump per ha, the number of culms
per clump ranged between 27-63 culms, with an average culms 41 per clump. The
total number of culms 6161/ha. There is a difference is very significant of potential of
bamboo from earlier research and still explains the management of community forest
bamboo stands in District Tanralili Maros not be a result sustainable forest
management. The results of calculations based on the age of each culms biomass
obtained successively 16:12 kg, 17.77 kg and 19.95 kg, with details of the biomass of
age 1 year, 2 years, 3 years and obtained successively 34225.52 kg (34.23 tons),
48328.97 (48.33 tons), and 26292.68 (26.29 ton / ha). Overall acquired 108847.17 kg
(108.85 tons / ha). Calorific values of 1 year old bamboo is 4292 calories, 4371 calories
aged 2 and 3 years old 4172 calories. The potential energy of 1 year age class bamboo
1.46896E + 11 calories/ha, age 2 years 2.11246E + 11 calories / ha, and the age of 3
years 1.09693E + 11 calories/ha. The total calorific value of the stand of bamboo is
4.67835E + 11 calories/ha. The potential of bamboo in District Tanralili Maros quite
extensive but the number of clumps and the number of culms/ha is run down. This is
caused by the bamboo forest management do not follow the principles of sustainable
management yield.
Keywords: community forests, bamboo, potential, biomass, energy. Suistainable
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032,
ISOLASI, KLONING DAN SINTESIS SENYAWA BIOAKTIF DARI ALGA LAUT SEBAGAI BAHAN OBAT ANTI-OKSIDAN DAN ANTI-KANKER
Ahyar Ahmad1*, Hanapi Usman1, Hasnah Natsir1, and Abdul Karim1
ABSTRAKTelah dilakukan penelitian tentang isolasi fraksi protein dan pigmen karotenoid alga
hijau Halimeda macrobola dari perairan kepulauan Selayar dan Kapoposang Sulawesi
Selatan sebagai antioksidan dan antikanker. Fraksi protein dan pigmen karotenoid
masing-masing diisolasi dengan pelarut buffer Tris (hydroxymethyl) amino methana dan
etil asetat. Pemurnian awal protein dengan metode fraksionasi dan proses dialisis.
Konsentrasi protein ditentukan dengan metode Lowry. Aktivitas antioksidan diuji dengan
metode DPPH. Aktivitas antikanker diuji dengan metode BSLT, selanjutnya dikonfirmasi
dengan uji antimitosis menggunakan sel sigot bulubabi. Hasil penelitian menunjukan
konsentrasi protein tertinggi ditemukan pada fraksi 40-60% dan ekstrak kasar masing-
masing sebesar 1,015 mg/mL dan 0,920 mg/mL. Persentase rendamen ekstrak kasar
pigmen karotenoid alga hijau Halimeda macrobola diperoleh sebesar 0,67 % dan 0,35
% dari masing-masing fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat. Hasil uji bioaktivitas
menunjukan fraksi protein 0-20% paling kuat antioksidantnya dengan nilai IC50 sebesar
0,110 mg/mL. Hasil uji BSLT dan uji antimitosis fraksi protein 0-20% memiliki potensi
sebagai antikanker dengan nilai LC50 dan IC50 masing-masing sebesar 55,62 mg/mL
dan 53,80 mg/mL. Tingkat inhibisi proliferasi sel kanker serviks HeLa dari fraksi protein
0-20% yaitu sebesar 42,5% melalui aktivasi anti-onkogen polypeptide 53 (p53) dan
represi proto-onkogen Bcl-2. Pigmen karotenoid yang diisolasi dari alga hijau Halimeda
macrobola memiliki aktivitas antioksidan tertinggi yang diperoleh pada fraksi etil asetat
dengan nilai IC50 sebesar 0,0354 mg/mL. Fraksi protein 0-20% memiliki potensi untuk
dikembangkan sebagai alternatif agen antioksidan dan antikanker. Perlu dikembangkan
penelitian lanjutan tentang pemurnian, karakterisasi, dan kloning dari protein bioaktif
yang diperoleh.
Kata Kunci: Alga hijau, Fraksi protein, Pigmen, Antioksidan, Antikanker, Kloning gen
ABSTRACT
A protein fraction and carotenoid pigment isolated from green algae Halimeda
macrobola taken from the sea of Selayar and Kapoposang Island in South Sulawesi
was tested for antioxidant and anticancer properties has been carried out. The protein
and pigment was isolated using buffer Tris (hydroxymethyl) amino methane and ethyl
acetate, respectively. Initial purification of protein uses conducted by using the
fractionation method with ammonium sulphate, followed by a dialysis process. The
protein concentration was determined by Lowry method. The antioxidant assay was
done by using DPPH method and the anticancer activity test by Brine Shrimp Lethality
Test (BSLT) methods. Anticancer activity was further confirmed by antimitotic test using
urchin zygote cells. The results showed that the highest protein concentration was
found in the fractions 40-60% and crude extract with 1.015 mg/mL and 0.920 mg/mL,
respectively. Rendement percentage of carotenoid pigment whole extract of green
algae Halimeda macrobola with 0.67 % and 0.35 % in n-hexane and ethyl acetate
fraction, respectively. The strong antioxidant activity was shown in the protein fraction of
0-20% saturation with IC50 values of 0.110 mg/mL. The highest activity in the
anticancer tests was shown in fractions 0-20% saturation with LC50 values of 0.29
μg/mL and IC50 value of 53.80 μg/mL. Proliferation inhibition using HeLa cervix cancer
cell in protein fraction 0-20% saturation with 42.5% by activation of polypeptide 53 (p53)
anti-oncogene and repression of proto-oncogene Bcl-2. The highest activity in the
antioxidant tests of carotenoid pigment whole extract of green algae Halimeda
macrobola was shown in ethyl acetate fraction with IC50 values of 0.0354 mg/mL. The
protein fraction 0-20% saturation had a potential to be developed as an alternative
antioxidant and anticancer agent. Purification, characterization, and cloning of isolated
proteins should be performed in the future research.
Keywords: Green algae, Protein fraction, Pigment, Toxicity, Antioxidant, Anticancer,
Gene cloning.
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032,
EVALUASI MODEL CROPWAT/CROPSYST DAN SIMULASI TANAMAN KEDELAI DIBAWAH KONDISI PERUBAHAN IKLIM
DI SULAWESI SELATAN.
Kaimuddin, Hernusye Husni, Rafiuddin dan Suardy Mandung
ABSTRAK
Sektor yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim ekstrim ini ialah sektor
pertanian, khususnya ekosistem kedelai. Sedangkan di Indonesia penelitian tentang
perubahan iklim dan besar kecilnya dampak keragaman dan perubahan iklim pada
suatu sistem yang bergantung pada sensitivitas, kemampuan adaptif, resiliensi dan
kerentanan dari sistem tersebut terhadap keragaman dan perubahan iklim, masih
sangat terbatas, sementara informasi ini sangat diperlukan untuk membantu berbagai
sektor, khususnya sektor pertanian, dalam meningkatkan kemampuan dalam mengelola
risiko iklim. Menurunnya luas panen dan produktivitas kedelai karena adanya kejadian
anomali iklim (kekeringan dan kebanjiran) dan perubahan iklim. Untuk menilai dampak
perubahan iklim diperlukan perkiraan bagaimana iklim itu berubah pada tingkat lokal
dan regional, serta bagaimana perubahan tersebut mempengaruhi ekosistem dan
kehidupan manusia. Salah satunya menggunakan model tanaman (crop modelling) dan
integrasi model tanaman dengan general circulation models (GCMs). Penelitian-
penelitian tentang kerentanan pada ekosistem kedelai dan pemanfaatan pemodelan
tanaman (crop modeling) untuk menilai sistem adaptasi dan pengelolaannya pada
ekosisten kedelai secara terintegrasi belum dilakukan. Pada penelitian ini akan
digunakan model CropSyst sebagai alat untuk melihat dampak perubahan iklim
terhadap ekosistem yang berbasis kedelai. Tujuan dari penelitian adalah untuk: (a)
membangkitkan nilai Thermal Time dan Fenologi tanaman kedelai, (b) memverifikasi
dan memvalidasi model Cropwat/CropSyst dari data hasil percobaan tanaman kedelai,
(c) menganalisis sifat hujan ekstrim pada sentra produksi kedelai di Sulawesi Selatan,
(d) menganalisis tingkat kerentanan petani terhadap perubahan iklim, dan (d) untuk
mempelajari dan menganalisis dampak perubahan iklim terhadap tingkat produktivitas
tanaman kedeleai. Luaran penelitian ini akan diperoleh nilai-nilai thermal time dan
fenologi tanaman kedelai yang bermanfaat sebagai input/masukan terhadap model
tanaman (crop models, Cropwat/CropSyst). Juga menghasilkan model tanaman kedelai
yang telah di kalibrasi dan di validasi. Penelitian ini dilaksanakan selama dua tahun,
dimana tahun I terbagi atas tiga tahap yaitu (1) survai lapang di daerah sentra produksi
kedelai di Kabupaten Maros, Barru, Wajo, dan Soppeng dengan tujuan mengumpulkan
data-data tentang lokasi penelitian yang akan dimasukkan kedalam program, (2)
rangkaian percobaan yang dilaksanakan di screen house dan di Kabupaten Jeneponto.
(3) pengolahan data (desk studi) dengan mengumpulkan data-data hasil survai lapang
dan hasil percobaan lapangan. Pada tahun kedua dilaksanakan penelitian dalam
bentuk aplikasi model CropSyst yang telah di kalibrasi dan divalidasi pada tahun
pertama pada berbagai level percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fenologi
tanaman kedelai (jumlah hari yang dibutuhkan untuk mencapai fase tertentu) berbeda
antara percobaan Screen House dengan percobaan di Kabupaten Jeneponto. Thermal
time yang dibutuhkan untuk setiap fase juga berbeda. Rendahnya produktivitas yang
diperoleh pada percobaan lapangan (0,342 t ha-1) disebabkan tanaman mengalami
cekaman kekeringan dan juga intensitas radiasi yang tinggi dan sejalan dengan hasil
yang diperoleh pada luaran CropSyst (0,445 t ha-1). Hasil kalibrasi model cropSyst
terhadap parameter biomassa tanaman dan ILD menunjukkan bahwa luaran model
menghasilkan biomassa sebesar 6.65 t ha-1 dibandingkan dengan hasil yang diamati
sebesar 6.71 t ha-1. Nilai RMSE adalah 8% dari rata-rata hasil yang diamati. Demikian
pula dengan ILD, luaran model menghasilkan nilai sebesar 2.16 cm2 cm-2 sedangkan
hasil pengamatan menunjukkan nilai sebesar 2,12 cm2 cm-2. Hasil ini menunjukkan
bahwa model tersebut akurat dan dapat merespon terhadap kondisi cuaca dan air di
lokasi percobaan..
Kata kunci: kedelai, perubahan iklim, Cropwat, CropSyst, Fenologi Tanaman, Thermal
Time.
ABSTRACT
Evaluation of Crowat/Cropsyst Models and Simulation of Soybean crop under
conditions of climate change in South Sulawesi (Kaimuddin, Hernusye Husni, Rafiuddin
and Suardy Mandung) The most vulnerable sector to this extreme climate change
impacts is the agricultural sector, particularly the soybean ecosystem. Recently in
Indonesia, researches on climate change and the size of the climate variability impact
and changes to a system that relies on the sensitivity, adaptive capacity, resilience and
vulnerability of these systems to climate variability and change, are still very limited,
while this information is necessary to assist the various sectors, particularly the
agricultural sector, in improving the ability to manage climate risks. Decline in harvested
area and productivity of soybean are due to the occurrence of climate anomalies
(droughts and floods) and climate changes. In order to assess the impact of the climate
changes it is necessary to estimates how the climate changes at local and regional
levels, as well as how these changes affect the ecosystem and human life. One way to
estimate is by using the model plant (crop modeling) and the integration of the plant
model into a general circulation models (GCMs). Studies on susceptibility of soybean
ecosystem and utilization of plant model (crop modeling) to assess the adaptation and
management of the system in an integrated soybean ecosystem have not been made.
This research will use model CropSyst as a tool to assess the impact of climate change
on soybean-based ecosystem. The aims of the study were to: (a) raise the value of
Thermal Time and soybean crop phenology, (b) verify and validate the model CropWat /
CropSyst using an experimental data of soybean plants, (c) analyze the properties of
extreme rainfall on soybean production center in South Sulawesi, (d) analyze the
vulnerability of farmers to climate change, and (d) to study and analyze the impact of
climate change on soybean crop productivity levels. Outcomes of this study will be
values of thermal time and phenology of soybean plants that are useful as inputs to the
model plant (crop models, CropWat / CropSyst). In addition, a calibrated and validated
model for soybean plant will be obtained. This study was conducted over two years, of
which the first year is divided into three stages: (1) soil survey in soybean production
areas in Maros, Barru Wajo and Soppeng with the aim of collecting data on the study
site to be incorporated into the program, (2) a series of experiments were conducted in
the screen house and in the field in Jeneponto. (3) data processing (desk study) to
collect the data of the field survey and the results of field experiments. In the second
year of research carried out in the application form of CropSyst models that have been
calibrated and validated at the various levels of experiments carried out in the first year.
The results showed that the soybean crop phenology (the number of days required to
reach a certain phase) differed between trials conducted in the Screen House and in the
field at Jeneponto. Thermal time required for each phase is also different. Low
productivity obtained in field trials (0.342 t ha-1) caused crops suffer drought stress and
high radiation intensity which is in accordance with the results obtained on the outpit of
CropSyst (0.445 t ha-1). The results of the model calibration parameters of CropSyst for
plant biomass and LAI showed that output the model produces biomass of 6.65 t ha-1
compared to observed results of 6.71 t ha-1. RMSE value was 8% of the average
observed outcomes. Similarly with ILD, outputs of the model showed a value of 2:16
cm2 cm-2 while observations showed the value of 2.12 cm2 cm-2. These results
indicate that the model is accurate and can respond to the weather and water conditions
at the site of the experiment.
Keywords: soybean, climate change, CropWat, CropSyst, Plant phenology, Thermal
Time.
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032,
KEANEKARAGAMAN JENIS DAN SEBARAN TUMBUHANBAWAH HUTAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDIN
(Ngakan Putu Oka, Amran Achmad, Usman Arsyad, Andang Suryana Soma)
ABSTRAK
Spesimen herbarium dan buku flora merupakan instrumen pokok yang harus disiapkan
0leh Hutan Pendidikan Unhas dalam rangka menyediakan informasi dasar kepada
pengunjung tentang keanekaragaman tumbuhan yang ada di hutan
tersebut.Sehubungan dengan hal itu, penelitian ini bertujuan untuk mengoleksi
specimen herbarium tumbuhan bawah sebagai data dasar untuk menyusun buku flora
dari hutan pendidikan tersebut. Bersamaan dengan itu, penelitian ini juga dimaksudkan
untuk mengetahui sebaran tumbuhan bawah di antara berbagai tipe hutan yang ada.
Untuk penelitian ini, 6 transek masing-masing dengan lebar 20 m dibuat melintang dari
sisi Timur sampai ke sisi Barat wilayah hutan tersebut. Sampel tumbuhan bawah
dikumpulkan dari dalam transek tersebut. Untuk mengetahui sebaran jenis tumbuhan
bawah, sebanyak 47 plot berukuran 5 m x 5 m disebar di sepanjang jalur pada 3 posisi
topografi yang berbeda: lereng bawah, tengah dan atas. Setiap individu tumbuhan
bawah yang ditemukan di dalam plot diukur penutupan tajuknya dengan menggunakan
“quarter charting method”. Melalui penelitian ini berhasil dikumpulkan sebanyak 243
sampel tumbuhan bawah di dalam jalur dan lebih dari 39 sampel di luar jalur. Hasil
analisis data menunjukkan bahwa jumlah jenis tumbuhan bawah paling banyak
ditemukan di bawah tegakan hutan alam (102 jenis), disusul oleh jenis-jenis di bawah
hutan tanaman pinus (83 jenis), di bawah hutan tanaman akasia (38 jenis), dan di
bawah hutan tanaman mahoni (34 jenis). Terdapat sejumlah jenis yang diketahui
memiliki nilai ekonomi sebagai bahan obat-obatan, sayuran, tanaman ornament, dan
bahan kerajinan tas yang benilai ekonomi tinggi.
Kata Kunci: tumbuhan bawah, Hutan Pendidikan Unhas, tipe hutan, posisi topografi,
sebaran jenis
ABSTRACT
Herbarium specimens and flora checklist are the most essential instruments having to
be provided by the Hasanuddin University Teaching Forest in order to serve visitors with
basic information on plant diversity of the forest. This research was aimed to collect
herbarium specimens of understory plant species as data base to compile flora check
list of the forest. This research was also aimed to know the distribution pattern of the
understory species among different forest types. Six transects (20 m wide) were set
laying from the East to the West sides of the forest. Samples of understory plant
species were collected along the transects. In order to know the distribution pattern of
the understory plant species, as many as 47 of 5 m x 5 m sized plots were distributed
along the 6 transects on 3 different topographical positions: lower-, middle-, and upper-
slope. Every individual of understory plant found in the plot was recorded its species
name and measured its canopy cover using “quarter charting method”. This research
had successfully collected 243 samples of understory species in all the 6 transects. In
addition, more than 39 samples were also collected from the forest area outside of the
transects. The results of data analyses indicated that the number of species of
understory plant was found to be the highest under the canopy of natural forest (102
species), followed by that under the canopy of pine forest (83 species), acasia forest (38
species), and mahogany forest (34 species). Some species were known to be
economically valuable as material for medicine, food in particular vegetable, ornamental
plant, or even as material for producing economically high value handicraft.
Keyword: understory plant, Hasanuddin University Teaching Forest, forest type,
topographical position, species distribution
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032,
APLIKASI METODE MULTICRITERIA DECISION MAKING (MCDM) DENGAN TEKNIK PEMBOBOTAN DALAM MENGIDENTIFIKASI DAN MENDESAIN
KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH DI KABUPATEN LUWU UTARA, PROVINSI SULAWESI SELATAN
Chair Rani1), M.Natsir Nessa1), Ahmad Faizal1), M. Farid Samawi 1)
1). StafPengajarJurusanIlmuKelautan, FIKP Unhas
ABSTRAKKompleksnya masalah dalam penentuan kawasan konservasi maka dalam
pengambilan keputusan spasial juga harus menggunakan metode yang kompleks.
Salah satu metode yang sering digunakan dalan pengambilan keputusan dalam bidang
manajemen dan pengelolaan sumberdaya alam adalah metode Multicriteria Decision
Making (MCDM). Pada penelitian tahun 2012, telah berhasil dirumuskan teknik
pembobotan dengan MCDM untuk setiap alokasi ruang dalam peruntukan Kawasan
Konservasi Perairan Daerah-KKPD (zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona
pemanfaatan, dan zona lainnya). Oleh karena itu, teknik tersebut perlu diujicoba dan
diimplementasikan dalam mengidentifikasi dan mendesain suatu kawasan konservasi.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan memetakan kondisi biofisik dan potensi
sumber daya alam pesisir dan laut pada area calon kawasan konservasi perairan di
Kabupaten Luwu Utara; mengidentifikasi kawasan yang sesuai untuk KKPD
berdasarkan teknik pembobotan dengan metode MCDM; dan mengevaluasi potensi
calon kawasan konservasi perairan di wilayah pesisir Kabupaten Luwu Utara.
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu pengukuran beberapa parameter fisik-
kima perairan secara in situ, melakukan survei ekosistem pesisir dengan metode
transek (English dkk.,1997) dan analisis sosial ekonomi masyarakat pesisir dengan
menggunakan kuisioner. Kondisi biofisik perairan dan sumberdaya ekosistem dianalisis
secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Penentuan kawasan
dan desain kawasan dilakukan berdasarkan petunjuk Kelautan dan Perikanan (2010)
dengan teknik pembobotan berdasarkan MCDM seperti yang disarankan oleh Faizal
dkk., (2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa calon kawasan yang dikaji memiliki
kekayaan ekosistem pesisir yang lengkap, namun kondisi ekosistem padang lamun dan
terumbu karang sudah dalam kategori rusak. Untuk ekosistem mangrove, kondisi
ekosistemnya masih dalam kategori baik dengan kerapatan sedang sampai padat.
Jumlah jenis lamun sebanyak 6 jenis, mangrove 6 jenis, dan ikan karang sebanyak 71
jenis. Berdasarkan teknik pembobotan, 2 kawasan teridentifikasi sesuai untuk
peruntukan Zona Inti, yaitu pada Kawasan I dan Kawasan III dengan total luasan
654,22 Ha. Untuk Zona Perikanan Berkelanjutan, Kawasan II dan Kawasan IV menjadi
pilihan utama dengan total luasan sebesar 620,27 Ha. Sedangkan untuk Zona
Pemanfaatan berada di Kawasan V dengan total luasan 480,66 Ha. Kawasan
konservasi perairan daerah Kab. Luwu Utara diarahkan untuk perlindungan ekosistem
pesisir (mangrove, padang lamun, dan terumbu karang) dan biota asosiasinya,
khususnya perlindungan daerah feeding ground dari beberapa jenis penyu dan dugong
Kata Kunci: Kawasan Konservasi, Multi Criteria Decision Making, Luwu Utara,
Sulawesi Selatan.
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032,
APLICATION OF MULTICRITERIA DECISION MAKING (MCDM) METHOD BY WEIGHTING TECHNIC USING IN IDENTIFYING AND DESIGNING
MARINE PROTECTED AREA IN NORTH LUWU, SOUTH SULAWESI PROVINCE.
Chair Rani1), M.Natsir Nessa1), Ahmad Faizal1), M. Farid Samawi 1)
1). Lecturer of Marine Science Department, Faculty of Marine Science and Fishery,
Hasanuddin University
ABSTRACTThe complexity of the problem in the conservation area determination in spatial decision
making must also use a complex method. One method that is often used in the
decision-making role in the field of management and natural resource management is a
method of multicriteria Decision Making (MCDM). The study, in 2012, has
successfullyformulatedwithMCDMfor eachallocation ofspaceinthe KKPD allotment(core
areas, sustainable fisherieszone, used zone, andother zones). Therefore, this weighting
techniquesneed to be tested and implemented in identifyinganddesigningKKPDinan
area.This study aimsto identifyandmap thebiophysical conditionsandthe potential of
coastalandmarinenatural resourcesinmarine conservation area candidate, North Luwu
Regency; identifyareassuitableforKKPDbasedweightingtechniquewiththe MCDMmethod;
and to evaluatepotentialcandidates formarine protected areasin the coastal regionof
NorthLuwu Regency. This study consists of several stages, namely the measurement in
situ of physical and chemical waters, conducted a survey of coastal ecosystems by
transect method (English et al., 1997), and socio-economic analysis of coastal
communities by using a questionnaire. Water bio-physical conditions and resources
descriptively analyzed and displayed in the form graph and table. Determination of
regional and area design is done based on the instructions of the Ministry of Maritime
Affairs and Fisheries, KKP (2010) with weighting based on MCDM techniques as
suggested by Faizal et al. (2012). The results showed that the candidate region studied
has a rich diversity of coastal ecosystems, but the condition of the seagrass beds and
coral reefs have been in damaged category. For the mangrove ecosystem that was still
in well condition category with moderate-to-heavy level of density. There were 6 species
of seagrasses, 6 species of mangroves, and 71 species of reef fish. It was discovered 2
regions corresponding to the allotment ofthe Core Zone, which is in RegionI and Region
III with a total area of654.22hectares. For sustainable fisheries zone, Region II and IV
be the first choice with a total area of 620.27 hectares. As for theUsed Zoneis in Region
V with a total area of 480.66 hectares.The total area of the region is equal to1755.15
hectares. Marine protected areas of North Luwu is directed to the protection of coastal
ecosystems (mangroves, seagrass beds, and coral reefs) and its associated biota,
especially the protection of local feeding ground of several species of sea turtles and
dugongs.
Keywords: Conservation area, Multi Criteria Decision Making, North Luwu, South
Sulawesi
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
KAJIAN MANAJEMEN DANAKSI PENDAMPINGAN PEMASARANKENTANGANTAR PULAUDARI KAWASAN MALINO– SULAWESI SELATAN
KE KABUPATEN TANAH BUMBU –KALIMANTAN SELATAN
(Darwis Ali, MS, Didi Rukmana, Mahyuddin, Idris Summase)
ABSTRAK
Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah : (1) tertata dan menguatnya lembaga
pemasaran komoditas kentang antar pulau untuk menunjang kesinambungan distribusi
kentang dari Kawasan Malino – Propinsi Sulawesi Selatan ke luar Pulau Sulawesi ; (2)
merintis jejaring mitra bisnis kentang antar pulau melalui aksi pendampingan dan
pengembangan distribusi kentang Propinsi Sulawesi Selatan. Adapun target khusus
adalah : (1) terbangunnya jejaring bisnis kentang yang berkesinambungan untuk
meningkatkan pendapatan petani kentang di Kawasan Malino, Kabupaten Gowa –
Propinsi Sulawesi Selatan ; dan (2) meningkatkan daya saing dan terdistribusinya
produk kentang petani di Kawasan Malino, Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan;
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032,
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif-deskriptif. Metode penelitian survey
digunakan sebagai dasar desain penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan wawancara individual dan wawancara mendalam (indept) melalui FGD
(focus group discussion) bagi lembaga sosial ekonomi petani kentang, penentu
kebijakan dan stakeholder. Untuk wawancara individu, responden dikelompokkan ke
dalam kelompok petani, pedagang atau unit usaha ekonomi. . Lokasi penelitian dipilih
secara sengaja (purposive sampling) dengan alasan bahwa Kawasan Malino –
Sulawesi Selatan merupakan sentra produksi kentang, sedangkan Kabupaten Tanah
Bumbu – Kalimantan Selatan merupakan daerah tambang batu bara yang tidak
memiliki wilayah produksi kentang, dan sekaligus juga merupakan sentra konsumen.
Kegiatan penelitian pada Tahun I ini (Tahun 2014), yaitu : (1) menyusun rancangan
solusi permasalahan lembaga pemasaran antar pulau komoditas kentang dari Kawasan
Malino – Sulawesi Selatan ke Kabupaten Tanah Bumbu – Kalimantan Selatan, dan
menjalin kemitraan dengan pihak yang terlibat dengan sistim distribusi kentang
tersebut, dan (2) melakukan manajemen pendampingan kepada kelompok tani kentang
di Kawasan Malino dalam pemasaran komoditas kentang antar pulau dari Kawasan
Malino ke Kabupaten Tanah Bumbu. Hasil penelitian ini: (1) Kentang dibeli dari petani
anggota Kelompoktani seharga Rp. 7.500,-/kg dengan cara tunda bayar; biaya angkut
kentang dari Kanreapia sampai Kota Makassar adalah Rp. 200,-/kg. sedangkan biaya
pengiriman Makassar ke Batu Licin adalah Rp. 1.200,- / kg, biaya bongkar dari kapal di
Batu Licin ditanggung oleh Pedagang Pengecer, yaitu sebesar Rp. 2.000,-/karung atau
per 60 – 70 kg,; (2) Kentang yang masuk ke pasar tradisional di Kabupaten Tanah
Bumbu bahwa kentang dari Sulawesi Selatan cenderung kalah bersaing dari kentang
yang berasal dari Malang karena kentang dari Sulawesi Selatan mengandung kadar air
yang lebih tinggi; jika kentang Sulawesi Selatan disimpan selama dua hari maka terjadi
penyusutan berat 1,0 kg per karung, sedangkan kentang Malang menyusut 0,5 kg per
karung atau setara per 65 kg; selain itu, konsumen menilai kentang Sulawesi Selatan
kurang pulem, tidak renyah kalau dibikin gorengan, dan lebih cepat rusak disbanding
kentang dari Malang ; (3) Tingkat harga kentang di pasar tradisional Kabupaten Tanah
Bumbu Harga bahwa dasar dari agen untuk kentang Sulawesi Selatan cenderung lebih
tinggi dari pada Kentang Malang, jika harga kentang Malang Rp. 10.000,- /kg. maka
harga kentang Sulawesi Selatan adalah Rp. 11.000,-/kg, hal ini disebabkan karena
biaya angkut dari Malang melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya lebih kecil dari
pada biaya angkut dari Makassar melalui Pelabuhan Soekarno-Hatta. Sedangkan
rekomendasi yang ditawarkan : (1) Perlu dirancang sinergitas dan terobosan
pengembangan kapasitas kelompok tani kentang Kawasan Malino – Kabupaten Gowa,
Provinsi Sulawesi Selatan – dengan mitra usaha dalam memasarkan hasil produksinya
antar pulau, seperti kontrak supply kentang untuk berbagai usaha hotel, dan restoran di
Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Sulawesi Selatan ; (2) Merancang pola pemasaran
kentang antar pulau yang efisien dan efektif untuk meningkatkan daya saing mutu dan
ekonomi – dapat melalui efisiensi biaya pengiriman atau memilih jenis kentang yang
lain, misalnya kentang varietas Atlantik, atau kentang Kalosi – untuk mencapai
kesinambungan pasokan ke pasar tradisional di Kalimantan Selatan ; dan (3)
Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu perlu suatu regulasi yang mengatur tentang
jaminan kualitas sayuran – termasuk komoditas kentang – yang dipasok ke dalam
wilayah Kabupaten Tanah Bumbu agar masyarakat mendapat informasi label sehat dari
sayuran – khususnya untuk komoditas kentang — yang dikonsumsinya. Penelitian ini
selain diharapkan memberikan kontribusi pada ketahanan pangan, juga diharapkan
memberikan manfaat bagi pemangku kepentingan atau stakeholder dan kelompok tani
kentang, yaitu : (1) terbangunnya jejaring bisnis produk kentang yang efektif dan efisien
berbasis partisipatif kelompok tani dalam pengembangan pemasaran kentang antar
pulau; dan (2) adanya tawaran akan alternatif pola kebijakan pemasaran komoditas
kentang antar pulau yang berasal dari Propinsi Sulawesi Selatan ke wilayah di luar
Pulau Sulawesi.
Kata kunci: pemasaran antar pulau, pendampingan, pemasaran kentang.
ABSTRACT
The long term goal of this research were: (1) organized and stronger potatoes
marketing agencies to support the continuation of inter-island distribution of potatoes
Malino Regions - South Sulawesi Province outside Sulawesi; (2) pioneered the potatoes
business partner networks between islands through the action of mentoring and
development of potatoes distributions of South Sulawesi province. The specific targets
are: (1) the establishment of a sustainable business networking potatoes farmers to
increase income in the region Malino, Gowa - South Sulawesi Province; and (2) improve
the competitiveness and product distributions potato farmers in the area Malino, Gowa
in South Sulawesi Province; This research is qualitative-descriptive. Survey research
method is used as the basics of design research. The data was collected using
individual interviews and in-depth interviews (indept) FGDs (focus group discussions)
for socioeconomic institutions potato farmers, policy makers and stakeholders. For
individual interviews, respondents were grouped into groups of farmers, traders or
economic business unit. . Locations were selected intentionally (purposive sampling) on
the grounds that the Malino Region - South Sulawesi is a center of potatos production,
while Tanah Bumbu - South Kalimantan coal mines is an area that does not have the
potato production area, and is also the center for consumers. Research activities on this
first year (2014), namely: (1) draft a solution to the problems of inter-island marketing
agencies potato from Malino Regions - South Sulawesi to Tanah Bumbu - South
Kalimantan, and partnerships with the parties involved in the distribution system
potatoes, and (2) perform management assistance to farmer groups in Central Malino
potatoes in potato marketing between islands of Malino area to Tanah Bumbu regency.
The results of this study: (1) Potato of farmer groups purchased from member farmers
for Rp. 7.500, - / kg by means of delay pay; freight cost of potatoes Kanreapia to
Makassar is Rp. 200, - / kg. while the cost of shipping to Slippery Rock Makassar is Rp.
1.200, - / kg, the cost of unloading from ships at Slippery Rock borne by Dealer Retailer,
is Rp. 2.000, - / sacks or per 60-70 kg,; (2) The potatoes that go into traditional markets
in Tanah Bumbu regency of South Sulawesi that potatoes tend to compete on potatoes
from Malang because the potato from South Sulawesi contains a higher water content;
if South Sulawesi potatoes stored for two days then shrinks weight of 1.0 kg per bag,
while potatoes Malang shrank 0.5 kg per bag or equivalent per 65 kg; in addition,
consumers assess South Sulawesi less pulem potatoes, not crispy when fried contrived,
and more easily damaged than the potatoes of Malang; (3) The level of the price of
potatoes in the traditional market Tanah Bumbu price that the basis of an agent for the
South Sulawesi potatoes tend to be higher than the Potato Malang, Malang potatoes if
the price of Rp. 10.000, - / kg. the price of potatoes in South Sulawesi is Rp. 11.000, - /
kg, and this is because the cost of transportation from Malang through the Port of
Tanjung Perak less than the cost of transport from Makassar through Soekarno-Hatta.
While the recommendations are offered: (1) It should be designed synergy and
breakthrough capacity building of farmer groups potato Malino Region - Gowa, South
Sulawesi province - with business partners in the inter-island market their products,
such as potato supply contracts for a variety of business hotels, and restaurants Tanah
Bumbu regency, South Sulawesi Province; (2) Designing the pattern of inter-island
potato marketing efficiently and effectively to improve the quality and competitiveness of
the economy - can be through efficient shipping or choose another type of potato, for
example potato varieties Atlantic, or Kalosi potatoes - to achieve continuity of supply to
the traditional markets in South. Kalimantan; and (3) the Government of Tanah Bumbu
need a regulation that regulates the quality assurance of vegetables - including potato -
supplied to the Tanah Bumbu regency so that people get healthy the label information
of vegetables - particularly potatoes commodity - is consumed. This study is expected to
provide benefits to local stakeholders and potato farmer groups, namely: (1) the
establishment of business networking products are effective and efficient potato-based
participatory farmer groups in the development of inter-island marketing of potatoes;
and (2) the availability of alternatives will offer marketing policy patterns between
islands potato originating from South Sulawesi province to the region outside the island
of Sulawesi.
Keywords: inter-island marketing, mentoring of marketing potatoes.
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
POTENSI WHEY LIMBAH DANGKE SEBAGAI BAHANDASAR EDIBLE FILM
Fatma1, Ratmawati Malaka1, Hajrawati1,Endah Murpiningrum1,
1Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin,Makassar
Email : [email protected]
ABSTRAK
Whey dangke merupakan produk samping dangke dan umumnya dibuang.Whey
dangke dapat dibuat edible film. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik whey
yang dihasilkan dari proses pembuatan dangke dan mengetahui karakteristik edible film
berbahan whey dangke dengan penambahan jenis dan konsentrasi plasticizer yang
berbeda. Parameter yang diukur adalah ketebalan, rendemen, kekuatan tarik,
kemuluran, warna, laju transmisi uap air dan scanning electron microscopy. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimental di laboratorium.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032,
lengkap pola faktorial dengan 5 kali ulangan. Faktor pertama adalah jenis plasticizer
dan faktor kedua konsentrasi plasticizer. Whey dangke dapat dibuat edible film jika
dikompositkan dengan agar. Perlakuan jenis dan konsentrasi plasticizer serta interaksi
antara jenis dan konsentrasi berpengaruh nyata (0<0,05) terhadap ketebalan,
rendemen, kekuatan tarik (N), kemuluran, warna (L,a dan b), dan laju transmisi uap air.
Perlakuan jenis dan konsentrasi plasticizer juga memperlihatkan perbedaan
mikrostruktur permukaan edible film dengan scanning electron microscopy.
Penggunaan gliserol 35% menurunkan kekuatan tarik dan nilai warna b, selain itu
meningkatkan kemuluran dan laju transmisi uap air. Penggunaan sorbitol 35%
meningkatkan rendemen dan kemuluran serta penurunan nilai warna (a dan b) dan laju
transmisi uap air. Selain itu penggunaan sorbitol menghasilkan kekuatan tarik yang
lebih tinggi dibandingkan gliserol dan PEG. Penggunaan polietilen glikol 35%
meningkatkan rendemen, kemuluran, dan nilai warna a, serta menurunkan kekuatan
tarik, kemuluran, dan nilai warna b. Kesimpulan penelitian bahwa whey dangke memiliki
kadar protein 9,76%, serta jenis dan konsentrasi plasticizer akan menentukan
karakterisitik edible film berbahan komposit whey dangke dan agar.
Kata kunci : whey dangke, potensi, edible film, plasticizer, karakteristik.
ABSTRACT
Whey is a by-product dangke dangke and generally not utilized.Whey dangke can be
made edible film. This research aims to investigate the characteristics of whey resulting
from the manufacturing process dangke and know the characteristics of edible films
made from whey dangke with the addition of the type and concentration of different
plasticizers. Parameter measured was the thickness, yield, tensile strength, elongation,
color, water vapor transmission rate and scanning electron microscopy. The method
used in this research is the experimental method in the laboratory. The first factor is the
type of plasticizer, and the second factor is the concentration of plasticizer. Whey of
dangke can be made into edible film when composited with agar. Treatment of type,
concentration of plasticizer and also the interaction between type and concentration of
plasticizer significant (0 <0.05) on the thickness, yield, tensile strength (N), elongation,
color (L, a and b), and the water vapor transmission rate. Treatment of type and
concentration of plasticizer also showed differences in the microstructure of the surface
of the edible film by scanning electron microscopy. The use of glycerol 35% decrease of
tensile strength and color of values b, beside that increase the elongation and water
vapor transmission rate. The use of sorbitol 35% increase of yield and elongation
otherwise decrease the color of values (a and b) and the water vapor transmission rate.
In addition, the use of sorbitol resulted in a higher tensile strength than glycerol and
PEG. The use of polyethylene glycol 35% the increase were yield, elongation, and color
of value a, otherwise the decrease were tensile strength, elongation, and color of values
b. The research concluded that content of whey protein dangke was 9.76%, type and
concentration of plasticizer will determine the characteristics of edible films based on
the composite whey dangke and agar.
Keywords : Whey dangke, potential, edible film, plasticizer, chararacteristics
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
EVALUASI RESPONS LARVA KEPITING BAKAU (Scylla olivacea) TERHADAP PAKAN BUATAN
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032,
Haryati, Edison Saade, Yushinta Fujaya, Zainuddin, Margaretha Bunga
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10, Telp.0411-586025/Fax.586025
E mail : [email protected]
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan waktu penggantian pakan alami dengan
pakan buatan dalam pemeliharaan larva kepiting bakau (Scylla olivacea). Rancangan
percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap, dengan empat perlakuan
dan tiga kali ulangan, perlakuannya adalah: a) larva diberi pakan alami mulai stadia
zoea-1 sampai megalopa, larva diberi pakan buatan mulai b) stadia zoea -2, c) stadia
zoea -3 dan d) stadia zoea -4. Brachionus sp dan nauplius Artemia salina digunakan
sebagai pakan alami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas enzim tripsin, α
amylase dan lipase nyata lebih rendah pada larva kepiting bakau yang diberi pakan
buatan mulai stadia zoea 2. Penggunaan pakan buatan mulai stadia zoea 3 dan 4
maupun yang hanya diberi pakan alami memberikan respon yang sama terhadap
aktivitas ketiga enzim tersebut. Perbedaan stadia pemberian pakan buatan
memberikan respons yang sama terhadap laju metamorphosis, kandungan glikogen
dan pertumbuhan bobot individu rata-rata spesifi. Pertumbuhan lebar dan panjang
karapas tertinggi nampak pada larva yang diberi pakan buatan mulai stadia zoea 4 dan
terendah pada larva yang diberi pakan buatan mulai stadia zoea 2. Tingkat
kelangsungan hidup larva dari stadia zoea 1 ke megalopa tertinggi pada larva yang
diberi pakan buatan mulai stadia zoea 4 (84,40%), diikuti larva yang diberi pakan
buatan mulai stadia zoea 3 (72,2%) dan yang diberi pakan alami mulai stadia zoea 1
sampai megalopa (62,4%). Tingkat kelangsungan hidup terendah pada larva yang
diberi pakan buatan mulai stadia zoea 2 (12,13%). Berdasarkan hasil penelitian ini
pakan buatan dapat digunakan mulai stadia zoea 3.
Kata-kata kunci: larva, pakan alami, pakan buatan, penggantian, Scylla olivacea
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN
Tahun 2014
EVALUATION OF MANGROVE CRAB (Scylla olivacea)
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032,
LARVA RESPONSE TO ARTIFICIAL FEEDS
Haryati, Edison Saade, Yushinta Fujaya, Zainuddin, Margaretha Bunga
Faculty of Marine Sciences and Fisheries, Hasanuddin University
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10, Telp.0411-586025/Fax.586025
E mail : [email protected]
ABSTRACTThe objectives of this research was to determine the weaning period of mangrove crab
(Scylla olivaceae) larvae from live to artificial diet. The study was conducted in
randomized completed design with four treatments and three replications, the
treatments were: a) larva fed with natural feed from zoea-1 to megalopa stage, larvae
fed with artificial diet started from b) zoea-2 stage, c) zoea-3 stage, and d) zoea 4
stage. Brachionus sp and nauplii of Artemia salina were used as live feeds. The result
of the study showed that activities of trypsin, α amylase and lipase enzymes were
significantly lower in mangrove crab larva fed with artificial feed started from zoea-2
stage. The use of artificial feed started from zoea-3 and -4 stage resulted in similar
response to the activities of the three enzymes. The substitution of the natural feed with
artificial feed at different mangrove crab stages resulted in similar responses to average
individual specific weight growth and glycogent content at megalopa stage. The highest
carapace width and length growth were observed in larva fed with artificial feed started
at zoea-4 stage, and the lowest was observed in larva fed with artificial feed started
from zoea-2 stage. The survival rate of larva from zoea-1 to megalopa stage was
highest at larva fed with artificial feed started from zoea 4 stage (84.40%), followed by
larva fed with artificial feed started from zoea-3 stage (72.2%) and those fed with natural
feed started from zoea-1 to megalopa stage (62.4%). The lowest survival rate was
observed in larva fed with artificial feed started from zoea-2 stage (12.13%). Based on
this research artificial diet can be used starting zoea 3 stage.
Keywords: Larva, natural feed, artificial feed, substitution, Scylla olivacea
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
Inayah Yasir*1), Budimawan1), Supriadi1), Ahmad Bahar1), dan A. Iqbal Burhanuddin1)
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032, 584024
ac.id/lppm email : [email protected]
1) Staf pengajar pada Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP, Universitas Hasanuddin
* Contact person: Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP, Universitas Hasanuddin. Jl.
Perintis Kemerdekaan Km. 10, Tamalanrea-90245. Email: inayah.yasir@mar-
sci.unhas.ac.id
ABSTRAKKepiting genus Thalamita berpotensi menjadi komoditas yang dapat dikembangkan
seperti halnya kepiting genus Scylla yang selama ini telah dimanfaatkan untuk kepiting
soka. Berdasarkan potensi ini, tujuan penelitian diarahkan untuk mengkaji keragaman
jenis dan distribusi kepiting Portunid (Scylla dan Thalamita), dan untuk kajian struktur
populasi, pertumbuhan, nisbah kelamin dan tingkat kematangan gonad (TKG) pada
kepiting Thalamita. Pengambilan sampel pada tanggal 13-15 Juni 2014 di Kabupaten
Luwu Utara dan 18-19 Oktober 2014 di daerah Tongketongke, Kabupaten Sinjai.
Kepiting ditangkap dengan Rakkang berukuran mata-jaring 20,00 mm. Analisis
keragaman dan distribusi dilakukan dengan tabulasi, struktur populasi dengan
menggunakan Piranti FISAT. Hasil penelitian menunjukkan di kedua lokasi ditemukan
dua jenis kepiting yaitu Thalamita crenata dan Scylla serrata. Thalamita crenata
cenderung ditemukan pada habitat dengan kerapatan mangrove lebih tinggi dan kondisi
dasar perairan yang tidak kering saat surut, sementara Scylla serrata cenderung
ditemukan pada daerah yang cenderung kering saat surut tiba. Thalamita crenata
hanya memiliki 1 kohor jantan dan 1 kohor betina, masing-masing dengan ukuran 56,35
dan 51 mm. Parameter pertumbuhan von Bertalanffy (L∞ dan K) jantan dan betina
secara berurut masing masing 95,75 mm; 0,25 per tahun dan 112,0 mm; 0,35 pertahun.
Nisbah kelamin (jantan/betina) Thalamita crenata pada Bonebone dan Tanralili 11/20
sementara Tongketongke 95/79. TKG Thalamita crenata dari Kab. Sinjai untuk
tingkatan 0, I dan II masing masing 10, 6 dan 9 individu.
Kata kunci: Thalamita crenata, kepiting duri, bioekologi, mangrove
DIVERSITY AND BIO-ECOLOGY OF PORTUNID CRABS (PORTUNIDAE) IN ORDER TO SUPPORT SOFTSHELL CRABS COMMODITY
Inayah Yasir*1), Budimawan1), Supriadi1), Ahmad Bahar1), dan A. Iqbal Burhanuddin1)
1) Marine Sciences Department, Faculty of Marine Science and Fisheries,
Hasanuddin University.
*) Contact person: Marine Sciences Department, FIKP, Hasanuddin University. Jl.
Perintis Kemerdekaan Km. 10, Tamalanrea-90245. Email: inayah.yasir@mar-
sci.unhas.ac.id
ABSTRACTPortunid crabs genus Thalamita are potential candidate for softshell commodity, despite
its size that much smaller than Scylla. Based on this fact, the present research was
aimed to analyse the Portunid crabs (Thalamita and Scylla) diversity and their
distribution as well as the growth of its population structure, sex ratio and gonad
maturity index for Thalamita in East coast of South Sulawesi. Sampling was done at
two district area, namely North Luwu District and Sinjai District, during 13-15 of June
2014 and 18-19 of October 2014, respectively. The crab was captured using rakkang
with net size was 20mm in diameter. Diversity analysis and distribution was done using
table, while poopulation structure was obtained using software FISAT-II. The result
showed that both site were inhabited by Scylla serrata and Thalamita crenata.
However, both crabs have different habitat preference in mangrove areas. Thalamita
crenata prefer area with high density of mangrove tree and habitat that never or only
slightly dry during low tide. In contrary, Scylla serrata tend to be found in ‘drier’ area,
without any tree. Male and female Thalamita crenata has one cohort with size 56.35
and 51mm respectively. Von Bartalanffy growth parameter (L∞ and K) was 95.75mm
and 0.25 per year for male, and 112,0 and 0,35 per year for female. Ratio male/female
for T. Crenata was 11/20 for North Luwu District and 95/79 for Sinjai Distrik. Gonad
Maturation Index for Thalamita crenata were 0, I, and II with 10, 6 and 9 individu
respectively.
Keywords: Thalamita crenata, spiny crab, bio-ecology, mangrove
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032, 584024
ac.id/lppm email : [email protected]
ANALOG BAKSO SEHAT DARI PROTEIN KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L)
Jalil Genisa
Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia
ABSTRAK
Kacang merah (Phaseolus vulgaris L) mengandung protein tinggi sehingga dapat
dibuat analog atau mirip dengan bakso daging hewan atau ikan. Kacang merah
memilki protein yang hampir sama dengan daging, selain memiliki protein yang tinggi,
kacang merah juga merupakan sumber karbohidrat, mineral dan vitamin. Kelebihan
menggunakan kacang merah, sebagai bahan baku pembuatan daging sehat adalah
sebagai alternative. Keunggulan dari pengolahan tepung kacang merah adalah
meningkatkan daya guna yaitu lebih mudah diolah atau diproses menjadi produk yang
memiliki nilai ekonomi tinggi, lebih mudah dicampur dengan tepung-tepung dan bahan
lainnya (Marlinda, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk proses pembuatan produk bakso
sehat dari kacang merah dengan tepung terigu sehingga menghasilkan produk bakso
sehat, serta untuk mendapatkan hasil analisa proksimat dan sensori produk bakso
sehat yang dihasilkan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan
Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Tahapan penelitian secara umum yaitu
penyiapan bahan baku, pengolahan kacang merah menjadi tepung kacang merah,
penghalusan bumbu bakso dan pencampuran adonan, pencetakan, pengukusan dan
bakso siap saji. Hasil penelitian dari produk bakso sehat diperoleh kadar air berkisar
3,8 - 3,24%, Kadar Abu 0,8- 1,24%, Kadar Protein 10,43 - 10,54%, Kadar Lemak 0,52
- 0,58%, Kadar Karbohidrat 81,45 - 81,57%, Hasil Uji organoleptik terhadap bakso
sehat pada Warna, Aroma dan Rasa rata-rata diperoleh 3.37 (Agak suka).
Kata Kunci : Kacang merah, bakso sehat ABSTRACT
Red beans (Phaseolus vulgaris L) contains high protein that can be made analogous or
similar to animal meat or fish meatballs. Kidney beans have protein similar to meat, in
addition to having a high protein, beans also as raw material for the manufacture of
meat is a healthy alternative that is more easily processed or proceed into the product,
so it has a high economic value, moreeasily mixed.with.flour.and.other.ingredients.
(Marlinda,2012). This study aimed to obtain a healthy product of red bean meatballs
with flour to produce a material that varies. This research was conducted at the
Laboratory of Food Processing, Study Prog- ram Food Science and Technology,
Department of Agricultural Technology, Faculty of Agricul- ture, University of
Hasanuddin. Stages of research in general, namely the preparation of raw ma-terials
(red beans, wheat flour, spices / herbs), red bean processing into flour red beans,
spices smoothing meatballs and dough mixing, molding, steaming and healthy ready to
eat meatballs. The results of the study of healthy meatball products were analyzed in
order to obtain the water content ranged from 3.8 to 3.24%, Ash content levels from 0,8
to 1,24%), Protein levels from 10.43 to 10.54%, Fat content from 0.52 to 0,58%,
Carbohydrate levels from 81.45 to 81.57%, Organoleptic test results to healthy
meatballs in color, odor and Flavor average obtained 3,37 (Somewhat like).
Keywords: Red beans, flour healthy meatballs
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
KAJIAN SPASIAL SEBARAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032, 584024
ac.id/lppm email : [email protected]
(Conopomorpha Cramerella Snellen) DAN IMPLEMENTASIPENGELOLAAN DENGAN MENGGUNAKANANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
DI KABUPATEN LUWU
Laode Asrul, H. Kahar Mustari, Nurariaty Agus, Roland A. Barkey
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mengkaji dan menganalisis faktor-faktor penyebab
munculnya hama Penggerek Buah Kakao serta intensitas serangan dan kerusakan
buah di pertanaman kakao, (2) Menganalisis dan menentukan zonasi sebaran hama
Penggerek Buah Kakao serta menyajikan data dan informasi berupa peta yang
menggambarkan penyebaran hama Penggerek Buah Kakao pada wilayah pertanaman
kakao, (3) Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh
untuk menanggulangi serangan hama PBK berdasarkan faktor-faktor penyebabnya
sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman kakao secara berkelanjutan.
Keluaran penelitian ini, yaitu : (1) Terwujudnya zona siwilayah yang sesuai dalam
menekan tingkat serangan hama sehingga dapat mendukung efisiensi usaha tani
karena dapat menekan biaya, (2) Dihasilkannya peta yang dapat memberikan informasi
dan data untuk mendukung pengambilan keputusan dan kebijakan perkakaoan , (3)
Alternatif strategi manajemen yang terbaik dalam pengendalian hama Penggerek Buah
Kakao berdasarkan struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh
untuk menanggulangi serangan hama PBK sesuai faktor-faktor penyebabnya, (4) Karya
tulis ilmiah yang dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasional yang terakreditasi.
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan
dalam program peningkatan produktivitas kakao khususnya managemen pengendalian
serangan hama PBK secara spasial dengan karakteristik zona yang berbeda. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa Faktor-faktor penyebab adanya serangan hama PBK
yaitu pengelolaan tanaman yang belum optimal. Tingkat intensitas serangan pada
Kecamatan Kamanre dan Larompong di Kabupaten Luwu digolongkan menjadi dua ,
yaitu : (1) Tingkat Kerusakan Ringan (jika tingkat kerusakan < 12 %) di Desa Kamanre
9,30% dan Desa Libukang 6,51% Kecamatan Kamanredan Desa Komba 5,52
Kecamatan Larompong Selatan, 2) Tingkat Kerusakan Sedang (jika tingkat kerusakan >
12 % - < 54 %), yang terdapat pada Desa Saluparemang 14,25% Kecamatan Kamanre
dan Desa Binturu 38,08% dan Desa Lumaring 24% di Kecamatan Larompong. Sebaran
hama PBK di Kabupaten Luwu ditentukan dengan menggunakan data tingkat serangan
dan tingkat kerusakan kakao oleh hama PBK. Dalam strategi pengelolaan PBK kriteria-
kriteria yang ditetapkan adalah (1) aspek budidaya; (2) Dukungan Prasarana; (3) Aspek
Kelembagaan Petani; (4) Perbaikan Sistem Pengendalian hama PBK ; (5)
Memperhatikan Kondisi Lingkungan lahan kakao.
Kata Kunci :Kakao, PBK, peta, AHP (Analysis Hierarchical Process)
ABSTRACT
A research was carried out to: (1) review and analyze the causing factors cocoa pod
borer attacks, the intensity of infestation and its effect on fruit damage in cocoa
cultivation, (2) to analyze and determine the Cocoa Pod Borer (CPB) distribution zone
and provide data and information on maps which describes CPB infestation area over
cocoa a plantation region, (3) to make an overall hierarchical structure using Analysis
Hierarchical Process (AHP) from the management point of view to cope with CPB
based on its causal factors In order to increase sustainable productivity of cocoa plants.
Research output would be: (1) realization of appropriate zoning in suppressing CPB
pest in order to support farming efficiency to reduce the cost, (2) produce maps that can
provide information and data to support policies and decision-making on cocoa, (3)
alternative management strategies best in CPB pest control based on the hierarchical
structure of the overall management point of view to cope with CPB and their
contributing factors. The results of this study can be used as a basis for policy decisions
making in particular cocoa productivity improvement programs in CPB pest control
management spatially with different characteristic zoning. Results indicated that the
factors causing the presence of CPB non optimal crop management. The level of
intensity of the attacks in Kamanre and Larompong District of Luwu were classified into
two level, namely: (1) Light Damaging Level (level of damage <12%) found in the village
of Kamanre (9.30%) and Libukang Village Subdistrict (6.51%) in Village Kamanre. In
Komba District of South Larompong 5.52%); 2) Medium level of damage (level of
damage >12% - <54%), which was found in the Village District of Kamanre
Saluparemang (14.25%) and Binturu village (38.08%) and Village Lumaring (24%) in
the District of Larompong. Distribution of CPB in Luwu was determined by using rate of
attack and the extent of damage by CPB. In the CPB management strategies, the
specified criteria used were (1) aspects of cultivation; (2) infrastructure support; (3)
farmer’s institutional aspects; (4) CPB Pest Control System Improvement; (5)
environmental conditions of the cacao plantation.
Key words: Cacao, Cacao Pod Borer (CPB), Maps, Analysis Hierarchical Process
(AHP)
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032, 584024
ac.id/lppm email : [email protected]
PENGEMBANGAN TRANSFORMASI CITRA LANDSAT-8 UNTUK PEMETAAN KAWASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT
Muhammad Anshar Amran, Amir Hamzah Muhiddin, Wasir Samad, Abdul Rasyid Jalil
ABSTRAKBudidaya rumput laut telah dilakukan di perairan pantai Kabupaten Bantaeng. Untuk
kebutuhan pengelolaan dan pengembangan kawasan budidaya rumput laut perlu
diketahui luasan dan jumlah produksi rumput laut per tahun. Data tersebut perlu
diperbaharui secara periodik. Teknologi penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi permasalahan tersebut terutama dalam mempercepat waktu pengumpulan
data mengenai kondisi kawasan budidaya. Selain itu, perekaman data penginderaan
jauh bersifat periodik sehingga dapat dimanfaatkan untuk pemantauan kondisi kawasan
budidaya. Salah satu jenis citra penginderaan jauh multispektral yang dapat digunakan
adalah citra Landsat-8. Oleh karena itu diperlukan suatu metode pengolahan citra yang
dapat digunakan untuk membedakan rumput laut terhadap obyek lainnya. Metode
pengolahan citra tersebut dapat berupa model transformasi matematis dari band-band
citra Landsat-8. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mem-validasi
transformasi citra untuk pemetaan kawasan budidaya rumput laut menggunakan citra
Landsat-8. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei
menggunakan data penginderaan jauh dengan analisis digital dan kerja lapangan.
Analisis digital mencakup manipulasi dan interpretasi citra Landsat-8. Kerja lapangan
dilakukan untuk mengukur koordinat sampel yang dipilih. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa transformasi citra Landsat-8 yang dapat digunakan untuk
pemetaan kawasan budidaya rumput laut adalah transformasi Diff_1245. Transformasi
tersebut adalah gabungan dari selisih antara reflektansi pada band-3 terhadap
reflektansi pada band-band lainnya. Citra hasil transformasi tersebut digunakan secara
bersama-sama dalam klasifikasi citra.
Kata kunci : Landsat-8, transformasi citra, rumput laut
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
DEVELOPMENT OF LANDSAT-8 IMAGE TRANSFORMATION FOR MAPPING OF SEAWEED CULTURE AREAS
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032, 584024
ac.id/lppm email : [email protected]
Muhammad Anshar Amran, Amir Hamzah Muhiddin, Wasir Samad, Abdul Rasyid Jalil
ABSTRACT
Bantaeng coastal waters has been used as seaweed farming area. For the
management and development of seaweed cultivation area needs to know the extent
and amount of seaweed production per year. These data should be updated
periodically. Remote sensing technology can be used to overcome these problems,
especially in accelerating the timing of data collection. One type of remote sensing
multispectral imagery that can be used is Landsat-8 imagery. Utilization of Landsat-8
imagery for mapping seaweed cultivation area is strongly influenced by the physical
properties of water. Therefore we need an image processing method that can be used
to distinguish seaweed against other objects. The image processing method can be a
mathematical transformation model of the bands of Landsat-8 imagery. This study
aimed to develop and validate image transformations for mapping of seaweed
cultivation area using Landsat-8. The method used in this study is a survey method
using remote sensing data with digital analysis and field work. Digital analysis includes
manipulation and interpretation of Landsat-8 imagery. Field work was conducted to
measure the coordinates of the selected sample. The results of this study indicated that
the transformation of Landsat-8 that can be used for mapping of seaweed cultivation
areas is Diff_1245. The transformation is a combination of the difference between the
reflectances in band-3 and the other bands. The image of the transformation proceeds
are used together in image classification.
Keywords: Landsat-8, image transformation, seaweed.
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
PENGEMBANGAN SISTEM PERINGATAN DINI BENCANA BANJIR DENGAN PENELUSURAN MUSKINGUM-CUNGE
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032, 584024
ac.id/lppm email : [email protected]
Mahmud Achmad, Daniel Useng, Totok Prawitosari, M Tahir Sapsal
Email: [email protected] Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar
Jl Perintis Kemerdekaan km 10 Tamalanrea Makassar
ABSTRAK
Banjir merupakan suatu bencana yang terkadang datang secara tiba-tiba karena
kejadian banjir dapat terjadi akibat banjir kiriman, banjir lokal maupun banjir pasang. Hal
ini menyulitkan masyarakat dalam mengantisipasi resiko yang ditimbulkan oleh
bencana banjir. Salah satu kejadian banjir yang paling sering terjadi adalah banjir
kiriman dari hulu daerah aliran sungai (DAS). Pengurangan dampak bencana
banjir dapat dilakukan dengan membuat sistem peringatan dini (EWS) yang mengacu
pada system penelusuran aliran dimana hidrograf debit atau tinggi air di DAS hulu
dijadikan acuan untuk menduga hidrograf di wilayah hilir. Tujuan penelitian ini adalah
untuk membangun EWS. Tinggi air ini dapat direkam oleh sensor tinggi air kemudian
diolah oleh mikrokontroller sebagai informasi kedatangan banjir kiriman melalui sistem
Short Message Service (SMS). Alat ini telah dibangun di Laboratorium Teknik Tanah
dan Air (Hidrologi dan Mekanika Fluida) bekerjasama dengan Laboratorium Elektronika
dan Kontrol, Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Unhas dan
ditempatkan di pinggir Sungai Tadeang. Sistem dengan menggunakan kontrol rotary
encoder dibangun dengan tingkat ketepatan pengukuran tinggi sebesar 0,0028 m pada
pengujian yang dilakukan dengan elevasi maksimum 2 m. Untuk ketinggian 2 m
pelampung dapat bergerak dan mampu memutar pulley yang tehubung dengan rotary
encoder. Baik dalam posisi pelampung dinaikkan maupun diturunkan. Bila dibandingkan
dengan perbedaan waktu puncak hidrograf hulu dan hilir di Sub-Das Tadeang yang
rata-rata satu jam maka nilai kesalahan waktu kurang satu menit tidak mempengaruhi
kinerja sistem yang telah dibangun. Apalagi sistem ini bekerja pada derajat signal yang
sedang (band 2 dari skala 4). Pengiriman data dari sistem di sungai belum memberikan
suatu bentuk hidrograf karena debit masih berada pada kondisi minimum.
Kata Kunci: Banjir, Muskingum-Cunge, Rotary encoder, Sistem Peringatan Dini
ABSTRACT
Flooding is a disaster that sometimes come unexpectedly because flooding events can
occur due to flooding from upstream, local flooding, and backwater flooding from the
sea. It is difficult to anticipate the risks posed by floods. One of the most frequent flood
events occur is flood from upstream watersheds (catchment area). Reducing the impact
of flooding can be done by creating an early warning system that refers to the flood
routing system where discharge or water elevation hydrographs in the upstream are
used as a reference for determining the hydrograph in the downstream region. The aim
of this study is to develop an early warning system for floods. Water elevation can be
recorded by a water elevation sensor, then data will be processed by the microcontroller
as flood arrival information via the Short Message Service (SMS) indicated as early
warning system. This instrument has been built at the Laboratory of Soil and Water
Engineering (Hydrology and Fluid Mechanics) in collaboration with the Laboratory of
Electronics and Control, Agricultural Engineering Program, Faculty of Agriculture,
Unhas and was located in the side of Ta’deang River. The instrument with two rotary
encoder sensors have been built with a water level of accuracy of 0.0028 m for
measuring maximum water level of 2m in condition of increasing and decreasing float
position. Compared with the different time between the peak of upstream and
downstream hydrograph in Sub-Das Ta’deang with an average of one hour, then time
delay value less than 1 minute does not affect the performance of the system that has
been built. Moreover, this system works on the degree of signal that is being averagely
medium (band 2 of the scale of 4). The hydrograph data sent by the instrument is flat
during the low flow season.
Keywords: Flood, Muskingum-Cunge, Rotary encoder, Early Warning System.
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
PENGEMBANGAN MODEL PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK USAHA BUDIDAYA AIR TAWAR DI KABUPATEN SOPPENG
Mardiana E.Fachry, Sri Suro Adhawaty, Firman, Hamzah
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032, 584024
ac.id/lppm email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1). Menemukan berbagai model pendekatan
pemberdayaan kelompok pada usaha budidaya ikan air tawar yang telah diterapkan di
Kabupaten Soppeng (2). Menemukan kekuatan dan kelemahan dari model pendekatan
kelompok yang sudah atau sedang berjalan (3). Menerapkan model penguatan
kelembagaan yang lebih optimal pada kelompok pembudidaya ikan air tawar di
Kabupaten Soppeng . Kegiatan di laksanakan di Kecamatan Liliriaja pada 2 kelompok
pembudidaya. Jumlah sampel adalah 20 orang masing-masing 10 orang dari tiap
kelompok. Analisis data secara deskriptif korelasi dan menggunakan pendekatan
ujicoba penguatan secara teknis budidaya dan penguatan pada SDM anggota
kelompok. Hasilnya menunjukkan bahwa beberapa model pemberdayaan kelompok
seperti PNPM Mandiri. KUB , dan PUMP tidak berjalan efektif karena rendahnya
komunikasi antar anggota kelompok. Model pendekatan yang efektif apabila kelompok
memiliki peran sebagai media belajar yang terjadwal dan mampu membangun jaringan
usaha yang terkait dengan aspek produksi.
Kata kunci : Pemberdayaan kelompok, budidaya aor tawar, model pemberdayaan
ABSTRACT
This study aims to (1). Find various models of group empowerment approach to the
cultivation of freshwater fish that have been applied in Soppeng (2). To Discover the
strengths and weaknesses of the model group approach that has been or is being run
(3). Applying the model more optimal institutional strengthening in the group of
freshwater fish farmers in Soppeng. Activities carried on in the District Liliriaja in 2
groups of farmers. The number of samples is 20 people 10 people each from each
group. Descriptive data analysis using description correlation and test approach is
technically strengthening cultivation and strengthening of the human resources group
members. The results show that some models of empowerment groups such as PNPM
Mandiri. KUB, and PUMP was not effective because of lack of communication between
group members. Model is an effective approach when the group has a role as a medium
of learning and have the scheduled and hability to build a networking of the
production aspect.
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN
Tahun 2014
EFEKTIVITAS BERBAGAI PELARUT DAN PRESIPITAN DALAM PENGOLAHAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DAN
KARAKTERISTIK KARAGINAN YANG DIHASILKAN
Metusalach1), Fahrul2), E. Zainuddin3), Kasmiati4)
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032, 584024
ac.id/lppm email : [email protected]
1,2,3,4)Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin
Surel : [email protected]
ABSTRAKPenelitian bertujuan untuk menemukan jenis pelarut pengekstrak dan penjendal, rasio
bahan terhadap pelarut yang menghasilikan rendemen tertinggi dan kualitas karaginan
yang memenuhi standar komersil. Pelarut pengekstrak terdiri dari KOH, NaOH dan
akuades, sedangkan larutan penjendal terdiri dari isopropil alkohol (IPA), etanol dan
KCl. Rasio rumput laut terhadap larutan pengekstrak yang digunakan yaitu 1:15, 1:30
dan 1:45, sedangkan pada pengekstrakan dengan air digunakan rasio 1:25. Ekstraksi
dilakukan selama 2 jam pada suhu 85 ± 5ºC dengan pengadukan reguler. Hasil
ekstraksi disaring dengan kain saring No. 120 dan filtrat yang diperoleh dijendalkan
dalam kondisi masih panas (60-65ºC). Hasil penjendalan lalu disaring menggunakan
kain saring No. 160 dan karaginan yang diperoleh didehidrasi dengan cara diperas
(dipress) dalam balutan kain saring No.160. Karaginan kemudian dikeringkan dalam
oven pada suhu 55ºC. Rendemen karaginan dihitung lalu dianalisa karakteristiknya
yang meliputi kadar air, kadar abu total, kadar abu tak larut asam dan kadar sulfat. Hasil
penelitian menunjukkan rendemen karaginan yang diperoleh dengan pengekstrak KOH
dan NaOH dengan penjendal IPA, etanol dan KCl berkisar antara 25.39-69.72%
dengan rendemen tertinggi dihasilkan dari penggunaan kombinasi pengekstrak KOH
dengan penjendal KCl. Semua perlakuan kombinasi pelarut KOH dan NaOH dengan
penjendal IPA, etanol dan KCl yang diuji menghasilkan karaginan dengan rendemen
yang meningkat seiring dengan menurunnya rasio berat rumput laut dengan volume
larutan pengekstrak, kecuali pada penggunaan pelarut NaOH dengan presipitan IPA
yang memberikan hasil rendemen yang menurun dengan menurunnya rasio bahan
dengan pelarut pengekstrak. Rendemen karaginan yang dihasilkan dengan
pengekstrak air berkisar antara 46.43-71.67%. Proses desulfatasi dengan larutan KOH
0.4N selama 40 menit terhadap karaginan yang diekstrak dengan air memberikan
efektifitas terbaik dengan rendemen 70.26%, sedangkan desulfatasi dengan larutan
KOH 0.7N memberikan efektifitas terbaik pada tiga titik waktu pemanasan yaitu 40, 100
dan 120 menit dengan rendemen karaginan 69.85, 71.67 dan 69.13%. Untuk larutan
KOH 1.0N efektifitas terbaiknya dicapai pada lama pemanasan 100 menit dengan
rendemen 70.42%. Kadar air karaginan berkisar 11.85-19.28%, kadar abu total 19.01-
37.79%, kadar abu tak larut asam 0.11-0.29% dan kadar sulfat 3.30-5.72%.
Kata Kunci: Ekstraksi karaginan, kappaphycus, karakteristik, penjendal, rendemen.
ABSTRAK
Wilayah DAS Budong-budong rentan terhadap tanah longsor akibat kondisi geologi,
geomorfologi dan curah hujan. Tahun 2013 terjadi tanah longsor yang menutup badan
sungai di bagian hulu DAS Budong-budong. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan
kejadian bencana berikutnya berupa banjir bandang dengan membawa material hasil
longsor. Hal ini menimbulkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Tanah longsor
masih berpotensi terjadi di masa akan datang. Oleh karena itu sangat penting
dilakukan penelitian untuk membangun peta kerentanan longsor di wilayah tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode Proses Hirarki Analitik (PHA) untuk membangun
peta kerentanan longsor. Data SIG (Sistem Informasi geografis) seperti elevasi, aspek
lereng, kemiringan lereng, jarak dari jalan, jarak dari sungai, litologi, pelurusan, tekstur
tanah, curah hujan, penggunaan lahan atau penutupan lahan dan inventarisasi di
ekstrak dari berbagai sumber dan digunakan untuk menghitung indeks kerentanan
longsor.
Kata kunci: DAS, longsor, PHA, SIG
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN
Tahun 2014
PENGEMBANGAN MODEL TERRAIN BENTIK UNTUK ESTIMASI RUAYA JUVENIL IKAN KARANG
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032, 584024
ac.id/lppm email : [email protected]
Muhammad Banda Selamat1,2, Andi Iqbal Burhanuddin1, Amir Hamzah Muhiddin1,
Marzuki Ukkas1
1) Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
2) email: [email protected]
ABSTRAK
Studi tentang distribusi ikan pada berbagai zona geomorfologi di pulau-pulau kecil
dapat menjadi kunci untuk memahami dinamika sumberdaya ikan. Studi ini dilakukan
untuk melihat hubungan spasial dan temporal juvenil ikan dengan substrat bentik di
rataan terumbu Pulau Bonetambung, Makassar, Sulawesi Selatan. Pengumpulan data
meliputi pasang-surut, arus, kualitas air, batimetri, sedimen, tutupan lamun, survei
substrat menggunakan video dan citra Worldview2. Sampel juvenile ikan diambil pada
substrat karang, lamun dan pasir menggunakan alat sesere. Sejumlah 14.273 titik
perum digunakan untuk membangun model batimetri hingga diperoleh root mean
square 0.3 m. Indeks similaritas Bray Curtis digunakan untuk mengelompokkan tipe
substrat dari citra satelit Worldview 2. Hasil studi memperlihatkan bahwa substrat di
zona rataan terumbu adalah karang, makroalga, lamun, dan pasir. Akurasi tematik citra
yang dihasilkan adalah 92%. Secara umum tipe sedimen permukaan dasar untuk
rataan terumbu di sisi timur dan utara pulau adalah pasir halus, sementara di sisi barat
ditemukan sedimen pasir sedang. Padang lamun di Bonetambung ada di semua sisi
kecuali pada bagian barat daya hingga barat laut. Tingkat penutupan lamun di sisi-sisi
pulau relatif sama yaitu antara 43% hingga 54%. Jenis-jenis lamun yang dijumpai
adalah Enhalus acroides, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis, Halophila minor,
Halodule uninervis dan Thalassia hemprichii dengan sedikit variasi komposisi di setiap
sisi. Sampling di rataan terumbu berhasil menangkap sejumlah 1.223 ekor juvenil ikan
yang terdiri atas 23 spesies. Terdapat 4 jenis juvenil ikan target yang mendominasi dari
segi kuantitas tertangkap yaitu Parupeneus barberius, Gerres oyena, Siganus
Canaliculatus dan Stolephorus indicus. Terlihat adanya pertumbuhan yang signifikan,
karena ukuran ikan yang tertangkap cenderung meningkat selama periode sampling.
Beberapa jenis ikan ditemukan menempati semua wilayah rataan terumbu, seperti
Gerres oyena dan Parupeneus barberius., sementara ada jenis ikan yang lebih
menyenangi lokasi tertentu yang di dominasi substrat lamun seperti juvenil dari jenis
Siganus Canaliculatus.
Kata kunci: Distribusi juvenil ikan, Model terrain bentik, Citra worldview2, Ikan karang,
siganidae
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
TRANSFORMASI SISTEM NAFKAH GANDA RUMAH TANGGA PETANI BERBASIS MODAL SOSIAL UNTUK PEMBERDAYAAN PETANI GUREM DI SEKITAR AREAL
TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG KECAMATAN CAMBA
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032, 584024
ac.id/lppm email : [email protected]
KABUPATEN MAROS
H. A. Mujetahid, H. Muh. Dassir, Iswara Gautama, A. Sadapotto,
Abstrak
Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah terjadinya
transformasi sistem nafkah ganda petani gurem di sekitar areal TN BABUL, meliputi
diferensiasi sosial, terinstitusinya kelembagaan akomodatif koperasi Padi Tuo yang
merupakan perpaduan norma sosial lokal dengan organisasi modern. Target khusus
yang ingin dicapai yaitu berkembangnya aneka usaha kehutanan, meliputi (a)
perubahan pada wanatani dari ladang menjadi menjadi agroforestry. Penelitian ini
direncanakan 2 tahun untuk mencapai tujuan jangka penjang tahap pertama
pengembangan aneka usaha hutan, tahun ke dua peningkatan performansi aneka
usaha kehutanan (AUK) menyangkut peningkatan keterampilan lembaga koperasi
dalam pengelolaan usaha organisasi yang mengurusi PLTMH secara otonomi desa dan
peningkatan usaha bagi petani gure serta pembukaan sistem nafkah ganda sehingga
dalam peningkatan performansi tersebut diharapkan terjadi transformasi sistem
produksi. Manfaat penelitian ini bagi stakeholder adalah pemberdayaan masyarakat.
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032, 584024
ac.id/lppm email : [email protected]
PENINGKATAN EFEKTIVITAS MANAJEMEN SUMBER DAYA LAHAN PANGAN DI WILAYAH BERIKLIM KERING SULAWESI SELATAN
Muh. Nathan, Rismaneswati, Sumbangan Baja, Andi Ramlan
Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan km 10, Kampus UNHAS Tamalanrea
Telp/Fax: 0411-587076, email: [email protected]
Abstrak
Pengaturan penggunaan lahan secara spasial perlu dilakukan untuk mengantisipasi laju
invasi lahan-lahan produktif kelas satu untuk kepentingan penggunaan non-pertanian.
Untuk itu, sangat diperlukan penelitian mengenai model spatial terintegrasi evaluasi
sumberdaya lahan dalam rangka meningkatkan ketersediaan data lahan dan petunjuk
operasional penilaian kualitas lahan pangan pada wilayah rawan pangan, agar lahan
pertanian pada kawasan itu dapat berproduksi secara optimum sesuai dengan daya
dukungnya dan berdayaguna bagi masyarakat secara berkelanjutan. Tujuan penelitian
ini adalah mengetahui potensi agro-ekologis (lahan dan iklim) bagi pengembangan
tanaman pangan utama wilayah penelitian (jagung), mengetahui daya dukung lahan
dalam kaitannya jumlah kalori yang dapat disediakan per satuan unit lahan dalam
hubungannya dengan kebutuhan kalori perkapita, dan mendapatkan angka kehilangan
pendapatan usaha tani bersih (net agricultural income loss, NAIL) akibat pembatas
lahan dan akibat pengurangan input pertanaman menurut sebaran ruang dalam wilayah
penelitian untuk mengembangkan model berbasis spasial melalui riset terintegrasi
evaluasi sumberdaya lahan biofisik dan sosial ekonomi wilayah rawan pangan,
sehingga dapat dibuat arahan pemanfaatan lahan (berdasarkan sistem zonasi) secara
efektif guna menunjang program ketahanan pangan daerah, baik jangka pendek,
menengah, dan panjang. Penelitian ini akan dilakukan dalam 2 tahap yaitu Tahap
I:Evaluasi Lahan dan Pemetaan Landuse; Tahap II: Analisis Sosial Ekonomi (Analisis
NAIL). Hasil evaluasi biofisik lahan menunjukkan bahwa lokasi penelitian tergolong
cukup sesuai (S2) dan sesuai marjinal (S3) untuk tanaman jagung dengan faktor
pembatas iklim utamanya curah hujan dan lama penyinaran matahari dan faktor fisik
tanah utamanya kedalaman solum dan persentase batuan di permukaan. Hasil analisis
NAIlL menunjukkan bahwa semakin tinggi kelas lahan, maka pendapatan juga semakin
tinggi, namun berpeluang semakin besar untuk kehilangan pendapatan jika lahan tidak
mendapat perlakukan apa-apa (manajemen).
Kata kunci: Manajemen Lahan Pangan, Evaluasi Lahan, NAIL, Jeneponto
ABSTRACTTo arrange spatial land use needs to anticipate the rate of invasion of productive land
for the benefit of a class of non-agricultural use. Therefore, it is necessary spatial model
of integrated research on the evaluation of land resources in order to improve data
availability of land and operating instructions food land quality assessment of food
insecurity in the region, so that agricultural land in the region can produce optimally
according to its carrying capacity and efficient for society as a sustainable. The purpose
of this study was to determine the potential of agro-ecological (soil and climate) for the
development of major food crops research area (corn), determine the carrying capacity
of the land in relation to the amount of calories that can be supplied per unit of land in
relation to the per capita caloric needs, and getting the numbers loss of net farm income
(net loss of agricultural income, NAIL) as a result of the barrier due to the reduction of
land and crop inputs according to the distribution of space within the study area to
develop a research-based model through an integrated spatial land resource evaluation
of the biophysical and socio-economic area of food insecurity, so that referrals can be
made land use (based on a zoning system) effectively to support regional food security
programs. This study will be conducted in two phases, namely Phase I: Evaluation of
Land and Landuse Mapping; Phase II: Socio-Economic Analysis (Analysis NAIL). The
evaluation results show that the biophysical suitability are quite suitable (S2) and the
marginally suitable (S3) for corn with the main limiting factors of climate and soil
physical factors. NAIL analysis results showed that the higher the grade of land, then
the income is also higher, but the greater chance for loss of income if the land did not
receive any treatment (management).
Keywords: Food-Land Management, Land Evaluation, NAIL, Jeneponto.
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032, 584024
ac.id/lppm email : [email protected]
POTENSI PENGEMBANGAN UDANG MANTISDI KEPULAUAN SPERMONDE, INDONESIA
Nadiarti Nurdin1,2, Joeharnani Tresnati1, Irmawati1, Ambo Tuwo1
1Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin
2Alamat email: [email protected]
ABSTRAK
Udang Mantis adalah salah satu jenis krustasea laut yang termasuk dalam ordo
Stomatopoda. Udang jenis ini telah banyak diekspor ke beberapa negara di Eropa,
namun informasi tentang keberadaannya di perairan Indonesia masih sangat terbatas.
Diharapkan hasil studi ini dapat sebagai rujukan dalam pengelolaan pemanfaatan
udang mantis dan sebagai informasi dasar dalam penelitian bio-ekologis udang mantis.
Identifikasi habitat dan substrat, kualitas air serta spesies udang mantis diuraikan
secara deskriptif. Ukuran partikel substrat dianalisis menggunakan one-way ANOVA
dilanjutkan dengan uji lanjut Tukey HSD post-hoc. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
udang mantis hidup pada berbagai jenis habitat dengan substrat pasir halus. Diameter
lubang udang mantis berkisar 4 – 8 cm. Kualitas air (suhu dan salinitas) relatif sama
antara kolom air di luar dan di dalam lubang udang mantis, namun pH dan oksigen
terlarut sedikit lebih rendah di dalam lubang mantis. Udang mantis terdiri dari 3 jenis
(Lysiosquillina maculata, Lysosquilla sulcata, dan Gonodactylaceus glabrous) dan
didominasi oleh Lysiosquillina maculata. Ukuran partikel substrat di luar lubang tidak
berbeda dengan ukuran partikel material yang melapisi dinding lubang mantis. Hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa kepulauan Spermonde memiliki potensi untuk
pengembangan udang mantis.
Kata kunci: udang mantis, stomatopoda, kepulauan Spermonde, Lysioquillidae,
Gonodactilidae
ABSTRACT
Mantis shrimps, marine crustaceans belong to the order of Stomatopoda, have been
exported to several countries in Europe. However, studies on the occurrence of these
animals are still limited. The results of this study are important as based line for mantis
shrimp management and is also useful as basic information for future studies, especially
related to bio-ecology of mantis shrimps. Environmental condition of mantis shrimps
related to water quality and their habitat as well as species occurrences were described
descriptively. Grain size composition of substrate where mantis shrimps occur was
analyzed using one-way ANOVA and continued with Tukey HSD post-hoc. The results
of this study showed that water quality (temperature and salinity) was not significantly
different between water column outside burrow and inside burrow of mantis shrimp,
however pH and dissolved oxygen were slightly lower in the inside burrow. Mantis
shrimps live in various habitats with fine sand substrate. Diameter of mantis’ burrow was
ranged from 4 – 8 cm. Grain size composition of sediment (outside of mantis burrow)
were not significantly different with grain size of lining material of inside burrow. There
were three species (Lysiosquillina maculata, Lysosquilla sulcata, and Gonodactylaceus
glabrous) found during the study and was dominated by Lysiosquillina maculata.
Keywords: mantis shrimps, stomatopoda, Spermonde Archipelago, Lysioquillidae,
Gonodactydae
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
DINAMIKA GEOSPASIAL EKOSISTEM PERAIRAN DANGKAL PADA ZONA TERLUAR, KEPULAUAN SPERMONDE, INDONESIA
Nurjannah Nurdin 1, Khaerul Amri 1, Abd.Rasyid Djalil 1 , Ilham Jaya 2
1Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelauatn dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin,
Jl. Perintis Kemerdekaan km 10, Makassar, 90245. Indonesia 2Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelauatn dan Perikanan, Universitas Hasanuddin,
Jl. Perintis Kemerdekaan km 10, Makassar, 90245. Indonesia
ABSTRAKPemetaan dinamika geospasial pada lamun dan terumbu karang diperlukan untuk
mmenghasilkan perencanaan tata ruang yang baik pada daerah pesisir Kepulauan
Spermonde. Ekosistem perairan dangkal di Kepulauan Spermonde mengalami tekanan
secara langsung akibat aktivitas manusia dan juga naiknya suhu permukaan laut.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis distribusi dan dinamika spasial
ekosistem perairan dangkal menggunakan data multitemporal dan multisensor selama
41 tahun. Jenis data citra satelit yang digunakan menganalisis dinamika perubahan
pada lamun dan terumbu karang di dari tahun 1972 sampai 2013 pada pulau pulau kecil
yang berada pada outer zone Kepulauan Spermonde adalah Landsat MSS, Landsat
TM, Landsat ETM, Landsat ETM +, dan Landsat 8 OLI. Penelitian ini dilakukan dalam
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032, 584024
ac.id/lppm email : [email protected]
beberapa langkah : a)ground truth, b) pengolahan citra, c) analisis akurasi , d)
klasifikasi perubahan menggunakan Archmap. Hasil analisis dinamika spasial selama
41 tahun menunjukkan bahwa terjadi penurunan luas karang hidup dan lamun,
sedangkan luas karang mati, pecahan karang dan pasir terus meningkat. Kerusakan
habitat terumbu karang di zona terluar sebagian besar disebabkan oleh aktivitas
manusia. Penurunan luas padang lamun tidak sebesar penurunan luas pada terumbu
karang. Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai dinamika spasial
komunitas bentik wilayah pesisir dan memberi kontribusi penting bagi para perencana
dan ilmuwan karena dapat digunakan sebagai acuan untuk mendeteksi perubahan dan
untuk menyederhanakan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau pulau
kecil.
Kata kunci: Geospasial, Landsat, lamun, terumbu karang
ABSTRACTGeospatial dynamic mapping of seagrass and coral reefs are needed to create good
spatial planning for Spermonde Archipelago coastal area. The ecosystem of shallow
water in Spermonde Archipelago has been directly threatened by human activities and
by rising sea surface temperatures. The objective of this research was to analyze
spatial dynamics and distribution of shallow water ecosystem by using multitemporal
and multisensor for 41 years data. Images of Landsat MSS, Landsat TM, Landsat ETM,
Landsat ETM+, and Landsat 8 OLI data were used to examine changes on seagrass
and coral reefs on the small islands, outer zone Spermonde Archipelago from 1972 to
2013. This research has been conducted in several steps: a) ground truth, b) image
processing, c) confusion matrix, d) post classification by Archmap. The result of
analysis dynamic that occurred during 1972 to 2013 showed live coral and seagrass
area decreased approximately, dead coral, rubble and sand increased. Coral reef
habitat destruction on the outer zone was largely caused by human activities.
Eventhough, seagrass coverage as observed in outer zone Spermonde Archipelago
Island is not so serious compared to coral reef. This research will be contributed to
baseline information on spatial dynamic of coastal benthic communities in tropical area.
It is important for planners and scientists because it can be used to simplify the
management planning and change detection
Keywords: Geospatial, Landsat, seagrass, coral reef
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI“STUDY KASUS KABUPATEN GOWA”
Rahmawaty Nadja1, Jumriah Langkong2,Amrullah3
Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032, 584024
ac.id/lppm email : [email protected]
e-mail: [email protected]
ABSTRAKKemampuan UKM sektor pertanian perkembangan dan bertahan terhadap krisis
perekonomian Indonesia tahun 1997-1998 dan tahun 2007, yang disebabkan oleh
beberapa hal. Salah satu UKM yang mampu bertahan dan terus mengembangkan
usahanya adalah UKM pengolah buah markisa da Kabupaten Gowa. Kemampuan
usaha budidaya dan pengolahan markisa terus bertahan dikarenakan masih adanya
permintaan akan produk. Akan tetapi perkembangan dan pertumbuhan agroindustri
markisa tidak begitu signifikan, dimana kabupaten Gowa sebagai daerah penghasil
markisa di Sulawesi Selatan tidak begitu dikenal oleh Masyarakat sama halnya dengan
Brastagi Medan. Hal ini dikarenakan beberapa aspek. Tujuan penelitian ini adalah 1)
Mengetahui lingkungan Agroindustri markisa di Kabupaten Gowa 2) Merumuskan
strategi pengembangan agribisnis markisa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
agroindustry markisa berada dalam kuadran I dalam matriks space yang berarti posisi
agroindustry markisa di Kabupaten Gowa sedang tumbuh dan perlunya pengembangan
kedepannya melalui intergrasi secara vertical. Agar pengembangan agroindustry
markisa di Kabupaten Gowa dapat berkembang secara vertical maka kombinasi strategi
yang dilakukan sebagai strategi prioritas adalah 1) Melakukan pengembangan aneka
produk turunan markisa; 2)Melakukan Inovasi tampilan kemasan sehingga memiliki ciri
khas kemasan dan menjadi daya tarik tersendiri; 3)penguatan kelembagaan
agroindustry markisa; 4) penggunaan teknologi informasi untuk pemasaran produk; dan
5) Meningkatkan koordinasi antara stakeholder (pemerintah, petani, pedagang,
pengolah).
Kata kunci : Markisa, agroindustry, Markisa, strategi pengembangan, Kabupaten Gowa.
ABSTRACT
The ability of the agriculture sector SMEs to thrive and survive toward the economic
crisis in Indonesia in 1997-1998 and 2007 was caused by several things. One of the
SMEs which was able to survive and continue to develop its business is passion fruit
processing SMEs in Gowa. The ability of passion fruit cultivation and processing
continues to persist due to the persistence of demand for the product. However, the
development and growth of passion fruit agro-industry was not very significant, in which
Gowa regency as passion fruit producing areas in South Sulawesi is not really popular
by the public as well as Berastagi in Medan. This is due to several aspects. The
purpose of this study was 1) to know the passion fruit agro-industry environment in
Gowa, 2) to formulate passion fruit agribusiness development strategy. The results
showed that the passion fruit agro-industry were in quadrant I in the space matrix which
means passion fruit agro-industry potion in Gowa is growing and needs vertical
integration for the future development. In order to develop the passion fruit agro-industry
in Gowa to be grown vertically then several combinations of strategies undertaken as a
strategic priority were 1) developing a variety of passion fruit products; 2) performing
display packaging innovation that characterized the packaging and the main attraction;
3) institutional of passion fruit agro-industry; 4) the use of information technology for
products marketing and 5) improving coordination between stakeholdors (government,
farmers, traders, processors)/
Keywords: agroindustry, strategy, Passion fruits, development Gowa Regency.
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN
Tahun 2014
STATUS KEBERLANJUTAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN KEPITING RAJUNGAN (PORTUNNUS PELAGICUS) MELALUI PENDEKATAN EKOSISTEM DI
SEKITAR PERAIRAN KABUPATEN PANGKEPSyamsu Alam Ali1, Hadiratul Kudsiah2, Dewi Yanuarita 3, dan Abdul Rahim Hade4
1,2,3,4Staf Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032, 584024
ac.id/lppm email : [email protected]
ABSTRAK
Strategi pengelolaan yang tepat dan bijak diperlukan untuk melestarikan sumberdaya
kepiting rajungan agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan di perairan Pangkep.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberlanjutan dimensi sumberdaya, habitat,
teknologi penangkapan, sosial, ekonomi, dan kelembagaan dan keberlanjutan secara
multidimensi. Selain itu, merumuskan beberapa kebijakan pengelolaan kepiting
rajungan di Pangkep. Penelitian dilakukan di sekitar Kabupaten Pangkep pada Maret-
Oktober 2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan Multi-Dimensional Scaling
(MDS) dengan metoda Rapfish (Rapid Assessment Technique for Fisheries). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai keberlanjutan tertinggi adalah dimensi ekonomi
sebesar 42,689 (kurang), dimensi sumberdaya 42,059 (kurang), dimensi kelembagaan
42,011 (kurang), dimensi habitat dan ekosistem 31,054 (buruk), dimensi sosial 25,711
(buruk) dan paling terendah nilai keberlanjutannya adalah teknologi penangkapan
18,707 (buruk). Indeks Keberlanjutan Multidimensi pengelolaan kepiting rajungan di
sekitar perairan kabupaten Pangkep dalam kategori buruk (32,8231). Peningkatan
nilai keberlanjutan pengelolaan kepiting rajungan di Kabupaten Pangkep maka perlu
dilakukan perbaikan sumberdaya seperti pembatasan jumlah effort, pembatasan usaha
pengolah rajungan, pembatasan dan pengawasan kapasitas alat tangkap, pembuatan
peraturan ukuran minimum rajungan yang boleh ditangkap, pengembangan alat
tangkap ramah lingkungan. Berdasarkan dimensi habitat dan ekosistem perlu
dilakukan rehabilitasi dan konservasi hutan mangrove sebagai habitat kepiting rajungan
di wilayah pesisir, penentuan no take zone daerah padang lamun sebagai habitat
rajungan pada fase reproduktif atau fase pertumbuhan.
Kata Kunci : keberlanjutan, pengelolaan, kepiting rajungan (Portunnus pelagicus).
ABSTRACT
Appropriate and wise management strategies are needed to maintain the sustainibility
of swimming crabs in Pangkep. This study aims to analyze the sustainability dimensions
based on resources, habitat, fishing technology, social, economic, and institutional, as
well as multidimensional sustainability. This study also aims to formulate management
policies for the swimming crabs. The research was conducted in Pangkep waters from
March to October 2014. A Multi-Dimensional Scaling (MDS) with RAPFISH (Rapid
Assessment Technique for Fisheries Method) were used in the analysis. Results found
that the highest sustainable value for the economic dimension is of 42,689 (below
average), followed by resource dimension of 42,059 (below average) and institutional
dimension of 42,011 (below average). As for the habitats and ecosystems dimension
the value is 31,054 (bad), while the value for social dimension is 25,711 (bad). The
lowest value is for capturing technology dimension at 17,707 (bad). The multi-
dimensional sustainable value for the swimming crabs management falls under bad
category (32.5995). Therefore, to increase the sustainable management value of the
swimming crabs, there should be: a) restrictions on the total effort and on the number of
crabs processing units, b) limitations and supervision on the capacity of the fishing gear
used, c) a rule for minimum size captured, and d) development of environmentally-
friendly fishing gear. To improve upon the habitat and ecosystems dimension,
rehabilitation and conservation of the mangrove as the habitat of the crabs is necessary,
as well as the establishment of a no take zone of sea-grass bed during the crabs
reproductive phase.
Keywords: Ecosystem Approach, sustainability, management, swimming crabs,
Pangkep
ABSTRAK PENELITIAN RUTIN Tahun 2014
PRODUKSI LARVA KARANG ACROPORA SPP (ORDO : SCLERACTINIA)MELALUI TEHNIK INDUKSI PEMIJAHAN UNTUK MENDUKUNG
RESTORASI EKOSISTEM TERUMBU KARANG
Syafyudin Yusuf, Jamaluddin Jompa, Ambo Tuwo, Aspari Rachman
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas TamalanreaJln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : (0411) 587032, , 582500, 588888 Fax. (0411) 587032, 584024
ac.id/lppm email : [email protected]
Abstract
Penelitian mengenai reproduksi karang secara alami di terumbu karang tropik di
Indonesia masih sangat terbatas, sehingga masih belum cukup untuk menggambarkan
pola reproduksi karang di Indonesia. Informasi reproduksi sebatas menggambarkan
fenomena reproduksi karang di alam. Penelitian ini bertujuan menentukan jenis karang
Acropora yang memijah untuk dijadikan induk karang yang akan dipijahkan,
menentukan metode induksi pemijahan yang terbaik, menentukan tingkat keberhasilan
fertilisasi sel gamet dan sintasan larva dari berbagai perlakuan hingga mengendap ke
substrat. Penelitian ini berlangsung dalam lima tahap yakni : penentuan kematangan
gonad induk karang, induksi pemijahan, fertilisasi sel gamet, dan pemeliharaan larva.
Karang genus Acropora di Kepulauan Spermonde memijahkan gonad pada fase bulan
terang dan gelap, namun pada penelitian ini umumnya memijah pada fase bulan gelap.
Indikasi pemijahan karang metode fotoperiod memberikan rangsangan pemijahan
karang lebih awal dibanding air mengalir dan aerasi kuat. Fertilisasi antar sel gamet
karang berlangsung sempurna 96 persen terjadi pada dua jam setelah fertilisasi. Zigot
karang berkembang hingga larva planula sudah mulai menempel pada substrat.
Selama perkembangan larva, terjadi penurunan jumlah larva akibat ketahanan tubuh
larva sangat rentan terhadap kondisi kualitas air media pemeliharaan.Tidak ada
perbedaan sintasan larva akibat pemberian antibiotik dalam dosis yang berbeda.
Namun terdapat perbedaan sintasan larva karena kepadatannya.
Kata Kunci : reproduksi seksual, Genus Acropora, pemeliharaan larva karang,
Spermonde Indonesia.
ABSTRACT
There has been limited research conducted on natural coral reproduction in the
Indonesian tropical reefs, in which makes it not enough to draw general coral
reproduction pattern. Information available merely limited on the coral reproduction
phenomenon in Indonesia. This research is aimed to identify/determine which species
of Acropora sp. that are potential to be the coral breeders for spawning, to determine
the best induction method for spawning, to estimate succesful rate of gamet fertilization
and survival of larvae under several treatment before settling on the substrates. This
research run in five stages, namely: determining the gonad maturity of the coal
spawner, spawning induction, fertilisation of gametes and larval rearing. Some results
of this research that are Some genus of Acropora from Spermonde Islands took
spawning event on new and full moon, but on this research coral spawning in laboratory
on newmoon especially. In experiment of coral spawning induction, the photoperiod is
one of the successfull method to make the coral spawning respon than hard aeration
and the hard flow water. Fertlisation is become closely perfect 96% at two hour after
spawning. And the coral zygotes were developeing untill planula larvae which have
been settled on substrate. The stock of coral larvae were decreasing effected by
unhelathy water sources. The antibiotic experiment for coral larvae is not significant
affected to coral larvae sirvival.
Keywords : coral reproduction, Acropora, coral larvae rearing, Spermonde Islands,
Indonesia.