Upload
lenga
View
244
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
REPRESENTASI “KREDIBILITAS PENEGAK HUKUM” DI INDONESIA PADA KARIKATUR MAJALAH TEMPO EDISI
09-15 AGUSTUS 2010
(Studi Semiotik Representasi “Kredibilitas Penegak Hukum” di Indonesia pada Karikatur Iklan Layanan Masyarakat Majalah Tempo Edisi 09-15
Agustus 2010)
SKRIPSI
OLEH: MUTIARA AYU MARTOYO PUTRI
0743010015
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
2010
REPRESENTASI “KREDIBILITAS PENEGAK HUKUM” DI INDONESIA PADA KARIKATUR MAJALAH TEMPO EDISI
09-15 AGUSTUS 2010
(Studi Semiotik Representasi “Kredibilitas Penegak Hukum” di Indonesia pada Karikatur Iklan Layanan Masyarakat Majalah Tempo Edisi 09-15
Agustus 2010)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana pada Fisip UPN “Veteran” Jawa Timur
OLEH: MUTIARA AYU MARTOYO PUTRI
0743010015
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
2010
REPRESENTASI “KREDIBILITAS PENEGAK HUKUM” DI INDONESIA PADA KARIKATUR MAJALAH TEMPO EDISI 09-15
AGUSTUS 2010
(Studi Semiotik Representasi “Kredibilitas Penegak Hukum” di Indonesia pada Karikatur Iklan Layanan Masyarakat Majalah Tempo Edisi 09-15
Agustus 2010)
Mutiara Ayu Martoyo Putri
0743010015
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal : 02 Desember 2010
PEMBIMBING TIM PENGUJI 1.Ketua
Dra.Dyva Claretta,M.Si Dra.Sumardjijati,M.Si
NPT. 366.019.400.251 NIP.196.203.231.993.092.001
2.Sekretaris
Drs.Kusnarto,M.Si
NIP. 195.808.011.984.021.001
3.Anggota
Dra.Dyva Claretta,M.Si
NPT.366.019.400.251
Mengetahui,
DEKAN
Dra. Hj Suparwati. M.Si. NIP.195.507.181.983.022.001
i
Judul :REPRESENTASI “KREDIBILITAS PENEGAK HUKUM” DI INDONESIA PADA KARIKATUR MAJALAH TEMPO EDISI 09-15 AGUSTUS 2010
(Studi Semiotik Representasi “Kredibilitas Penegak Hukum” di Indonesia pada Karikatur Iklan Layanan Masyarakat Majalah Tempo Edisi 09-15 Agustus 2010)
Nama : Mutiara Ayu Martoyo Putri
NPM : 0743010015
Program studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
PEMBIMBING
Dra.Dyva Claretta,M.Si NPT. 366.019.400.251
Mengetahui,
DEKAN
Dra. Hj Suparwati. M.Si. NIP.195.507.181.983.022.001
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul REPRESENTASI “KREDIBILITAS PENEGAK HUKUM” DI
INDONESIA PADA KARIKATUR MAJALAH TEMPO EDISI 09-15
AGUSTUS 2010 (Studi Semiotik Representasi “Kredibilitas Penegak Hukum” di
Indonesia pada Karikatur Iklan Layanan Masyarakat Majalah Tempo Edisi 09-15
Agustus 2010).
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan akademis bagi
mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini atas
bimbingan dan bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat:
1. Dra.Hj.Suparwati, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN
“Veteran” Jawa Timur.
2. Juwito, S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Dra.Dyva Claretta, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa
memberikan waktu pada penulis dalam penysuunan skripsi penelitian ini.
4. Seluruh staf dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
iii
To my Daddy and Mommy
Makasih banget ya mamaku papaku tersayang,dan mbak intan. Terima kasih
kesabarannya untuk selalu mendoakan yang terbaik buat adek. Makasih juga
buat omelannya hehehhee. Banyak terima kasih juga yang tiada hentinya
buat supportnya ya mama baik dan memberikan bantuan baik materiil
maupun moril dengan tulus ikhlas dan tanpa pamrih. Sampai detik ini kalau
tiada doa mama dan papa adek juga gag akan maju dan cepat selesai seperti
sekarang.
To my Lovely and my hubby
Oky Kristanto. Thank you so much sayangku buat semangatnya, dorongan
untuk selalu mengingatkanku akan maju dalam skripsiku. Selalu membantu
dalam pencarian penelitianq juga, selalu ikut repot buat mondar-mandir
kesana kesini juga, terima kasih hubbyku sayang. Hubbyku juga kudu cepet
selesai ngerjain skripsinya yaa. Doaku dan doamu akan selalu didengar dan
diberikan yang terbaik oleh Tuhan. God Bless You
To Daddy and Mommy Oky
Om dan Tante.. Terima Kasih ya terutama untuk doa dan semangatnya. Om
sama tante sudah mutia anggep seperti papa dan mama sendiri. Support
yang kalian berikan sangat berkesan untuk mutia. Makasih tante om. Mutia
sayang sama kalian..
To my Best Friends Teroreth Jungkir Baligh
Mami meyenk (Maria Meilinda), Tancong buntil (Tania R.N), Jupe (Mey
Fitria Z), Sasyong (Marsha F.) banyak-banyak terima kasih ya teman-
temanku..Perjalanan pertemanan kita selama kurang lebih 2tahun kita kenal
bener-bener sangan berkesan dan tidak akan aku lupakan..Semoga tetep
berlanjut sampai kerja dan punya anak ya..Love you my best friends..
iv
Buat semua orang yang Mutiara kenal maaf gag bisa disebutin satu-satu.
Memeku Prita, Anindita UWM, Annisa yang di Batam, buat keluarga
Marching Band GWA aku akan selalu kangen buat ikut latihan CG
hehehhee dan semua yang kenal dech.. Thank you so much buat doa dan
supportnya ya..
Semoga Tuhan YME melimpahkan rahmat serta karuniaNya atas jasa-
jasanya yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Karena
apabila terdapat kekurangan didalam menyusun skripsi ini, peneliti dengan senang
hati menerima segala saran dan kritik demi sempurnanya skripsi ini.
Surabaya, Desember 2010
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………….. ii
KATA PENGANTAR……………………………………………... iii
DAFTAR ISI……………………………………………………….. vi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………….. ix
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… x
ABSTRAKSI………………………………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………. 1
1.2 Perumusan Masalah…………………………………............... 16
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………... 17
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………….... 17
1.4.1. Kegunaan Teoritis…………………………………….. ...17
1.4.2. Kegunaan Praktis…………………………………….... 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori……………………………………………….. 18
2.1.1. Media Cetak…………………………………………... 18
2.1.2. Majalah……………………………………………...... 18
2.1.3. Representasi…………………………………….......... 19
2.1.4. Kredibilitas……………………………………………. 22
2.1.5. Hukum………………………………………….......... 24
2.1.6. Hukum dan Peradilan di Indonesia…………………… 26
2.1.7. Pengadilan…………………………………………….. 27
2.1.8. Peradilan………………………………………………. 28
vi
2.1.9. Lemahnya Penegakan Hukum di Indonesia…………... 29
2.1.10 Permasalahan Hukum di Indonesia………………… 30
2.1.11. Korupsi………………………………………………. 33
2.1.12. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)……………... 36
2.1.13. Iklan Layanan Masyarakat………………………… 37
2.1.14. Konsep Makna………………………………………. 38
2.1.15. Pemaknaan Warna…………………………………... 41
2.1.16. Karikatur…………………………………………….. 45
2.1.17. Semiotika……………………………………………. 46
2.1.18. Semiotik Charles Sanders Peirce……………………. 47
2.2. Kerangka Berpikir…………………………………………. 51
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian…………………………………………. 53
3.2. Kerangka Konseptual………………………………………… 54
3.2.1. Corpus………………………………………………… 54
3.2.2. Unit Analisis…………………………………………... 55
3.2.2.1. Ikon (icon)…………………………………………… 55
3.2.2.2. Indeks (index)………………………………………... 56
3.2.2.3. Simbol (symbol)……………………………………... 56
3.3. Teknik Pengumpulan Data……………………………………. 56
3.4. Teknik Analisis Data………………………………………….. 57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian………………..……….... 60
4.1.1. Sejarah Majalah Tempo…………………...………....…. 60
4.1.2. Pemaknaan Terhadap Karikatur
“Kredibilitas Penegak Hukum” ………...…………....…. 65
4.2. Penyajian dan Analisis Data……………...………………....... 66
4.2.1 Klasifikasi Tanda …………………………………….......70
4.3. Analisis Pemaknaan Karikatur
“Kredibilitas Penegak Hukum”…………………………...…... 72
4.3.1. Ikon…………………………………………………...…..73
vii
4.3.2. Indeks………………………………………………….....79
4.3.3. Simbol………………………………………………........86
4.4. Makna Keseluruhan Pemaknaan Representasi “Kredibilitas
Penegak Hukum” di Indonesia pada Karikatur Majalah Tempo
edisi 09-15 Agustus 2010……………………………………….. 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan …………………………………………………….. 100
5.2. Saran …………………………………………………….......…. 102
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..... 103
LAMPIRAN………………………………………………………………... 105
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Model Semiotik Peirce……………………………….. 49
Gambar 2.2 Model Kategori Tanda Oleh Peirce…………………. 50
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir……………………………………. 52
Gambar 4.1 Gambar Karikatur “Kredibilitas Penegak Hukum”
dalam kategori tanda Pierce ……………………...…..... 69
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Gambar Karikatur “Kredibilitas Penegak Hukum”
di Indonesia…………………………………………….. 105
x
xi
ABSTRAKSI
Mutiara Ayu Martoyo Putri, Representasi “Kredibilitas Penegak Hukum” di Indonesia pada Karikatur Majalah Tempo Edisi 09-15 Agustus 2010 (Studi Semiotik Representasi “Kredibilitas Penegak Hukum” di Indonesia pada Karikatur Iklan Layanan Masyarakat Majalah Tempo Edisi 09-15 Agustus 2010 ).
Negara Indonesia saat ini memiliki sistem hukum yang sangat lemah. Dengan adanya fenomena yang terjadi saat ini yaitu dengan banyaknya para penegak hukum yang begitu mudahnya menerima suap dari berbagai kalangan masyarakat dan tidak memperdulikan lagi hukum yang sudah dibuat untuk ditegakkan. Maka tak heran perilaku suap-menyuap di negeri ini menjadi budaya yang dilestarikan. Hukum pun bisa dipermainkan oleh penguasa atau mereka yang punya uang yang menjadikannya berkuasa. Dengan uang dan kekuasaan hukum bisa mengubah yang salah jadi benar dan yang benar disalahkan. Bahkan, dengan uang dan kekuasaan para penguasa dan pengusaha korup ini tak tersentuh oleh hukum.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Representasi dari Kredibilitas Penegak Hukum pada Karikatur Majalah Tempo edisi 09-15 Agustus 2010.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Semiotika Charles Sanders Peirce. Dalam semiotik Peirce membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi tiga kategori yaitu ikon, indeks, dan simbol.
Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis semiotika pada corpus penelitian pada Karikatur “Kredibilitas Penegak Hukum” setelah melalui tahapan pengkodean maka selanjutnya peneliti akan menginterpretasikan tanda-tanda tersebut untuk diketahui maknanya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kredibilitas yang berarti kualitas dan kekuatan seorang hakim untuk suatu kepercayaan sangat sulit lagi untuk ditemukan. Banyak dari penegak hukum terutama hakim saat ini untuk bersikap jujur dan menjalankan tugasnya sesuai dengan hukum yang sudah ditegakkan. Karena saat ini yang mempunyai uang banyaklah yang berkuasa dan yang miskin akan selalu lemah dan tertindas. Hanya dengan segenggam uang hukum dapat dibeli dan dinikmati secara pribadi tanpa harus melihat mana yang benar dan yang salah.
Kata Kunci: Kredibilitas, Penegak Hukum, Karikatur, Pierce, Semiotik.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan
pesan dari komunikator kepada khalayak. Masyarakat haus akan informasi,
sehingga media massa sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Media massa
terdiri dari media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa
cetak terdiri dari majalah, surat kabar, dan buku. Sedangkan media massa
elektronik terdiri dari televisi, radio, film, internet, dan lain-lain. Media
cetak seperti majalah, surat kabar, dan buku justru mampu memberikan
pemahaman yang tinggi kepada pembacanya, karena ia sarat dengan analisa
yang mendalam dibanding media lainnya (Cangara,2005 : 128).
Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi
antar manusia media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah
panca indera manusia seperti mata dan telinga. Pesan-pesan yang diterima
panca indera selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol
dan menentukan sikapnya terhadap suatu hal sebelum dinyatakan dalam
tindakan. Media cetak sebagai salah satu media massa memiliki fungsi
utama yaitu memberikan informasi kepada khalayak. Media cetak
khususnya majalah berbentuk seperti buku. Memiliki kualitas yang baik dan
dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama sehingga informasi yang
terkandung didalamnya dapat dibaca berulang kali.
2
Kehadiran media massa merupakan salah satu gejala yang menandai
kehidupan masyarakat modern dalam menyampaikan informasinya, media
mempunyai cara pengemasan yang fariatif dan beragam yang disesuaikan
dengan segmentasi, konsumen, orientasi internal diri media itu sendiri dan
banyak faktor-faktor kepentingan yang lain.
Media massa merupakan bidang kajian yang kompleks, media massa
bukan berarti hanya satu variasi media yang menyajikan informasi kepada
khalayak, tetapi khalayak juga yang menggunakan media untuk
mendapatkan informasi, ada juga yang menggunakan media untuk
mendapatkan hiburan atau mengisi waktu.
Media massa adalah penyaji realita. Para pengelola media massa di
ibaratkan koki yang memproses peristiwa menjadi berita, features,
investigative reporting, artikel, dialog interaktif, gambar bergerak dan suara
penyiar untuk disajikan kepada khalayak. Sang koki seharusnya merujuk
pada fakta, akurasi, aktualitas, kaidah bahasa dan etika. Namun ia boleh
memasukkan subyetivitas dengan menentukan mana yang diletakkan pada
bagian yang “sangat penting” agar mendapat perhatian dan minat khalayak
(Pareno, 2005 : 6).
Media massa menurut Defleur dan Denia merupakan suatu alat yang
digunakan untuk komunikasi dalam penyampaian pesan yang
ditransmisikan dengan menggunakan suatu tehnologi, dimana sasaran media
tersebut merupakan khalayak yang besar dan misal yang menyimak dan
merasakan terpaan pesan dengan caranya sendiri (Winarso, 2005 : 171).
3
Fungsi media massa menurut Jay Black dan F.C Whitney, yaitu
media massa memberikan hiburan, melakukan persuasi dan sebagai
transmisi budaya atau tempat berlalunya nilai-nilai budaya dan sosial diluar
kita (Winarso, 2005 : 28). Fungsi media massa secara umum dalam berbagai
wacana ada empat fungsi yaitu fungsi penyalur informasi, fungsi untuk
mendidik, fungsi untuk menghibur dan fungsi untuk mempengaruhi.
Keempat fungsi tersebut sangat melekat erat dalam media massa secara utuh
dan fungsi-fungsi tersebut saling berhubungan, mempengaruhi atau
mendukung satu dengan yang lainnya sehingga pelaksanaannya harus
dilakukan secara bersama-sama, tanpa mengesampingkan salah satu
diantaranya.
Media cetak bisa dipakai untuk mentransmisikan warisan sosial dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Karena memiliki kemampuan
membawa pesan yang spesifik dengan penyajian yang mendalam. Majalah
berbentuk seperti buku yang mempunyai kualitas permanent sehingga bisa
disimpan dalam waktu yang lama.
Majalah yang ada saat ini, seiring dengan perkembangan jaman telah
mengalami banyak kemajuan. Jika pada mulanya kehadiran majalah dalam
bentuk cetak sederhana, dicetak diatas kertas dengan kualitas apa adanya.
Maka saat ini hadir dalam bentuk dan sajian yang lebih bagus dan menarik.
Karena dicetak dengan kualitas yang tinggi. Macam-macam majalah yang
beredar saat ini sangat beraneka ragam seperti majalah anak-anak, remaja,
dewasa, olahraga, keluarga, politik, bisnis, pria dan wanita. Semakin banyak
4
jumlah majalah yang beredar di masyarakat secara otomatis akan membuat
pembaca menjadi selektif dalam memilih majalah sesuai dengan kebutuhan
mereka akan informasi dan hiburan, baik majalah dalam negeri maupun
majalah luar negeri.
Majalah merupakan media yang terbit secara berkala, yang isinya
meliputi bermacam-macam artikel, cerita, gambar dan iklan (Djuroto, 2002 :
32). Majalah mempunyai fungsi menyebarkan informasi yang ada disekitar
lingkungan masyarakat. Dalam buku Desain Komunikasi Visual, Kusmiati
(1999:36), mengatakan bahwa Visualisasi adalah cara atau sarana untuk
membuat sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas secara visual yang
mampu menarik emosi pembaca, dapat menolong seseorang untuk
menganalisa, merencanakaan dan memutuskan suatu problema dengan
mengkhayalkannya pada kejadian yang sebenarnya. Media verbal gambar
merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman.
Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi tertulis
karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Gambar berdiri
sendiri, memiliki subjek yang mudah dipahami dan merupakan “symbol”
yang jelas dan mudah dikenal (Waluyanto, 2000:128).
Karikatur sebagai wahana penyampai kritik sosial seringkali kita
temui didalam berbagai media cetak, di dalam media ini karikatur menjadi
pelengkap terhadap tajuk rencana, opini, serta artikel pilihan lainnya.
Keberadaannya biasanya disajikan sebgai selingan atau dapat dikatakan
sebagai penyejuk setelah para pembaca menikmati rubrik-rubrik atau
5
artikel-artikel yang lebih serius dengan sederetan huruf yang cukup
melelahkan mata dan pikiran. Meskipun sebenarnya pesan-pesan yang
disampaikan dalam sebuah karikatur sama seriusnya dengan pesan-pesan
yang disampaikan lewat berita dan artikel namun pesan-pesan dalam
karikatur lebih mudah dicerna karena sifatnya yang menghibur. Seringkali
gambar itu terkesan lucu dan menggelikan sehingga membuat kritikan yang
disampaikan oleh karikatur tidak begitu dirasakan melecehkan atau
mempermalukan.
Kesengajaan dalam membentuk sebuah pesan menggunakan bahasa
simbol atau non verbal ini juga bukanlah tanpa maksud, penggunaan bentuk
non verbal dalam karikatur lebih diarahkan kepada pengembangan
interpretasi oleh pembaca secara kreatif, sebagai respon terhadap apa yang
diungkapan melalui karikatur tersebut. Dengan kata lain, meskipun dalam
suatu karya karikatur terdapat ide dan pandangan-pandangan seorang
karikaturis, namun melalui suatu proses interpretasi muatan makna yang
terkandung didalamnya akan dapat berkembang secara dinamis, sehingga
dapat menjadi lebih kaya serta lebih dalam pemaknaannya.
Memahami makna karikatur sama rumitnya dengan membongkar
makna sosial dibalik tindakan manusia, atau menginterpretasikan maksud
dari karikatur sama dengan menafsirkan tindakan sosial. Menurut Heru
Nugroho, bahwa dibalik tindakan manusia ada makna yang harus ditangkap
dan dipahami, sebab manusia melakukan interkasi sosial melalui saling
memahami makna dari masing-masing tindakan (Indarto, 1999 : 1).
6
Dalam sebuah karikatur yang baik, kita menemukan perpaduan dari
unsur-unsur kecerdasan, ketajaman dan ketepatan berpikir secara kritis serta
ekspresif melalui seni lukis dalam menanggapi fenomena permasalahan
yang muncul dalam kehidupan masyarakat luas, yang secara keseluruhan
dikemas secara humoris. Dengan demikian memahami karikatur juga perlu
memiliki referensi-referensi sosial agar mampu menangkap pasan yang
ingin disampaikan oleh karikaturisnya. Tokoh, isi, maupun metode
pengungkapan kritik yang dilukiskan secara karikatural sangat bergantung
pada isu besar yang berkembang yang dijadikan headline.
Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa karikatur merupakan salah satu
wujud lambang (symbol) atau bahasa visual yang keberadaannya
dikelompokkan dalam kategori komunikasi non verbal dan dibedakan
dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan atau ucapan. Karikatur
merupakan ungkapan ide dan pesan dari karikaturis kepada publik yang
dituju melalui simbol yang berwujud gambar, tulisan dan lainnya.
Gagasan menampilkan tokoh atau simbol yang realistis diharapkan
membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah dimengerti
dibandingan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar merupakan pesan
non verbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan tertentu
pada isi pesan. Gambar dalam karikatur dangat berpengaruh, karena gambar
lebih mudah diingat daripada kata-kata, paling cepat pemahamannya dan
mudah dimengerti. Karena terkait dengan maksud pesan yang terkadung
dalam isi dan menampilkan tokoh yang sudah dikenal. Gambar mempunyai
7
kekuatan berupa fleksibilitas yang tinggi untuk menghadirkan bentuk atau
perwujudan gambar menurut kebutuhan informasi visual yang diperlukan.
Simbol atau tanda pada sebuah karikatur mempunyai makna yang dapat
digali kandungan faktualnya. Dengan kata lain, bahasa simbolis
menciptakan situasi yang simbolis pula. Dimana didalamnya terkandung
makna, maksud dan arti yang harus diungkap.
Simbol pada gambar merupakan simbol yang disertai maksud (signal).
Sobur (2003:163) menyatakan bahwa pada dasarnya simbol adalah sesuatu
yang berdiri atau ada untuk sesuatu yang lain, kebanyakan di antaranya
tersembunyi atau tidak jelas. Sebuah symbol dapat berdiri untuk institusi,
ide, cara berpikir, harapan dan banyak hak lain.
Dapat disimpulkan bahwa simbol atau tanda pada sebuah gambar
memiliki makna yang dapat di gali. Dengan kata lain, bahasa simbolis
menciptakan situasi yang simbolis pula. Atau memiliki sesuatu yang pasti
diungkap maksud dan artinya.
Karikatur sebenarnya memiliki arti sebagai gambar yang
didistorsikan, diplesetkan atau dipelototkan secara karakteristik tanpa
bermaksud melecehkan si pemilik wajah. Karikatur membangun masyarakat
melalui pesan-pesan sosial yang dikemas secara kreatif dengan pendekatan
simbolis. Jika dilihat dari wujudnya, karikatur mengandung tanda-tanda
komunikatif. Lewat bentuk-bentuk komunikasi itulah pesan tersebut
menjadi bermakna. Disamping itu, gabungan antara tanda dan pesan yang
ada pada karikatur diharapkan mampu mempersuasi khalayak yang dituju.
8
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tanda verbal (terkait dengan judul,
subjudul dan teks) dan tanda visual (terkait dengan ilustrasi, logo, tipografi
dan tata visual) karikatur dengan pendekatan semiotika.
Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam pesan karikatur,
disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar,
tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual.
Tanda vebal akan didekati dari ragam bahasanya, tema dan pengertian yang
didapatkan, sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara
menggambarkannya apakah secara ikon, indeks maupun simbolis.
Hal tersebut tercermin pada Karikatur Layanan Masyarakat pada
Majalah Tempo edisi 09-15 Agustus 2010 mengenai Kredibilitas Penegak
Hukum yang saat ini bisa dibilang tidak bisa dipercaya lagi kebenarannya
sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku di Indonesia. Iklan Layanan
Masyarakat ini menyampaikan pesan bahwa “Keadilan Tak Berpihak,
Keadilan Tak Bisa Dibeli”. Pesan ini menyampaikan bahwa keadilan tidak
bisa disuap, memberikan keputusan yang benar adalah menjadi hal yang
terbaik. Keadilan juga tidak memihak siapapun, semuanya harus
berdasarkan hukum secara tertulis.
Nyaris setahun terakhir ini, kondisi peradilan di Indonesia menjadi
sorotan banyak pihak akibat berbagai kasus yang mencuat. Persoalan
makelar kasus, korupsi dan suap yang melibatkan penegak hukum, serta
mafia peradilan yang lebih dikenal sebagai mafia hukum. Semua ini
9
menyisakan ketakutan dalam hati setiap warga masyarakat Indonesia.
Karena itu, sebagai lembaga independen yang bertugas mengawasi jalannya
peradilan di Indonesia, Komisi Yudisial kembali menegaskan status dan
wewenang yang ada sesuai dengan undang-undang. Dilihat dari
kewenangan yang diberikan oleh konstitusi setidaknya ada dua tugas
Konstitusi Yudisial yaitu sebagai lembaga pengawas peradilan. Undang-
Undang Dasar amandemen ketiga pasal 24B menyebutkan dengan jelas
bahwa Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan keluhuran martabat, serta perilaku
hakim. (majalah Tempo Rubrik Komisi Yudisial edisi 09-15 Agustus 2010).
Menjadi penegak hukum yang terpilih tidaklah mudah, mereka yang
akan mengabdi kepada kebenaran hukum ini harus melalui seleksi
persyaratan yang ketat. Yang bisa menjadi nomine hakim terbaik adalah
mereka yang telah bekerja sebagai hakim lebih dari lima tahun, tidak pernah
tersangkut penyalahgunaan kode etik, pernah menangani kasus yang
menyita perhatian publik, punya terobosan dalam pertimbangan hukum, dan
bersih. Singkatnya, integritas calon penegak hukum haruslah teruji dan
diakui. Peserta seleksi calon hakim agung tidka bisa datang dari usulan
mereka sendiri, tidak seperti seleksi anggota lembaga negara lainnya. Para
calon hakim agung ini mesti diusulkan oleh pihak lain. Proses seleksi hakim
agung ini memang sangat ketat, karena calon hakim agung yang terpilih
diharapkan menjadi ujung tombak pembaruan di Mahkamah Agung
10
sehingga penegakkan hukum dan keadilan yang kita harapkan dapat segera
terwujud (majalah Tempo Rubrik Komisi Yudisial edisi 09-15 Agustus
2010).
Dilihat dari fenomena yang ada saat ini keseriusan aparat pun
dipertanyakan dalam memproses hukum orang-orang yang terlibat.
Kebenaran dan keadilan pun dipertanyakan dalam memproses hukum orang-
orang yang terlibat. Keadilan ini memiliki dengan dua timbangan seimbang
melambangkan bahwa hukum dibuat untuk menciptakan keteraturan dalam
lingkungan sosial. Aturan mencakup semua aspek kehidupan berdasarkan
norma, etika, adat istiadat, dan pandangan logis. Kenyataan di lapangan
aparat penegak hukum seperti polisi, jaksa, hakim, dan pengacara sering
main mata. Keberadaan pengadilan hanya formalitas untuk legalitas vonis
yang sudah tidak murni lagi. Jatuhnya vonis pengadilan bisa diatur sesuai
imbalan yang diberikan. Jangan heran bila banyak terdakwa yang terlibat
kasus kelas kakap mendapat vonis ringan bahkan bebas. Hukum berlaku
tegas, keras, dan memaksa kepada masyarakat lemah yang buta hukum.
Jauh dari itu aparat sering menindas masyarakat dengan memanfaatkan
faktor kebutaan pengetahuan tentang hukum. Berbanding 180 derajat hukum
melempem menghadapi orang dengan kekuatan kekuasaan dan financial
besar. Patokan palu hakim terdengar manis bagi pembeli keputusan dan
terdengar pahit bagi pencari kebenaran hakiki. Karena itu, masyarakat
sangat phobia berhubungan dengan hukum.
11
(http://kampus.okezone.com/index.php/ReadStory/2009/12/24/95/287881/9
5/palu-hakim-untuk-siapa ).
Mereka menganggap mengurus suatu perkara sama dengan buang-
buang uang, tenaga, waktu, dan membuka pintu penjara sendiri. Palu meja
hijau selalu bermata hijau kepada limpahan uang sehingga uang adalah raja
dan keadilan keberpihakan kepada uang. Kerjasama antara polisi, jaksa,
hakim, dan pengacara dalam bersandiwara di pengadilan sudah berlangsung
lama. Mereka hidup disana, mereka membawa nama besar institusi penegak
hukum, dan mereka pula yang mencoreng-coreng muka sistem peradilan.
Image kotor ini karena aparat tunduk pada kekuasaan dan materi belaka.
Sedangkan keadilan untuk rakyat kecil diabaikan. Keadilan telah
bermetamorfosa menjadi barang langka dengan melawan common sense
(proses politik yang dipenuhi dengan hal-hal yang logis dan bisa dinalar
secara sederhana oleh “subjek sadar” secara luas dan umum). Pengadilan
bahkan lebih banyak mengorbankan kebaikan dan fakta kebenaran,
meringankan timbangan kesalahan dan menghilangkan fakta kebenaran
merupakan perilaku tercela yang merendahkan martabat pengadilan.
(http://kampus.okezone.com/index.php/ReadStory/2009/12/24/95/287881/9
5/palu-hakim-untuk-siapa ).
Berbicara tentang relasi antara hukum dan politik adalah berbicara
bagaimana hukum bekerja dalam sebuah situasi politik tertentu. Dalam hal
ini yang dimaksud adalah hukum sebagai perwujudan dari nilai-nilai yang
berkembang dan nilai-nilai yang dimaksud adalah keadilan. Dengan
12
demikian idealnya hukum dibuat dengan mempertimbangkan adanya
kepentingan untuk mewujudkan nilai-nilai keadilan tersebut. Dengan ciri-
ciri mengandung perintah dan larangan, menuntut kepatuhan dan adanya
sangsi, maka hukum yang berjalan akan menciptakan ketertiban dan
keadilan di masyarakat. Hukum sebagai salah satu kaidah yang dipositifkan
secara resmi oleh penguasa negara adalah sebuah produk dari kegiatan
politik, yang dapat terbaca dari konteks dan kepentingan yang melahirkan
hukum itu dan bagaimana hukum tersebut dijalankan. Berbeda dengan
kaidah agama yang didasarkan pada ketaatan individu pada Tuhan atau
kaidah kesusilaan dan kesopanan yang didasarkan pada suara hati atau
dasar-dasar kepatutan dan kebiasaan, kaidah hukum dibuat untuk
memberikan sangsi secara langsung yang didasarkan pada tindakan nyata
atas apa yang disepakati/ditetapkan sebagai bentuk-bentuk pelanggaran
berdasarkan keputusan politik.
Dengan dasar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keadilan akan
dapat terwujud apabila aktifitas politik yang melahirkan produk-produk
hukum memang berpihak pada nilai-nilai keadilan itu sendiri. Terlepas
bahwa dalam proses kerjanya lembaga-lembaga hukum harus bekerja secara
independen untuk dapat memberikan kepastian dan perlindungan hukum,
dasar dari pembentukan hukum itu sendiri yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga politik juga harus mengandung prinsip-prinsip membangun
supremasi hukum yang berkeadilan.
13
Beberapa contoh bahwa saat ini terjadi kekotoran institusi penegakan
hukum adalah terjadinya korupsi. Korupsi sampai saat ini semakin lama
semakin merajalela dikalangan pengusaha besar maupun untuk oknum-
oknum pemerintahan itu sendiri. Salah satu contoh kasus korupsi yang
sedang hangat-hangatnya adalah kasus penanganan kasus money laundring
oknum pegawai pajak bernama Gayus Halomoan Tambunan. Gayus telah
dijerat dengan tiga pasal berlapis yakni pasal korupsi, pencucian uang, dan
penggelapan. Karena Gayus seorang pegawai negeri yang hanya golongan
III A dan memiliki dana Rp. 25 miliar di Bank Panin. Sangat tidak mungkin
dan tidak logis jika Gayus memiliki uang sebanyak itu. Setelah diteliti oleh
jaksa, terbukti terindikasi kejahatan dan dapat dilimpahkan ke Pengadilan,
yaitu penggelapannya. terkait dana Rp.25 milliar itu tidak dapat dibuktikan
sebab dalam penelitian ternyata uang sebesar itu merupakan produk
perjanjian Gayus dengan Andi Kosasih. Pengusaha garmen asal Batam ini
mengaku pemilik uang senilai hampir Rp.25 miliar di rekening Bank Panin
milik Gayus. Kasus korupsi lainnya adalah jaksa agung Syahril Johan
dituntut hukuman dua tahun penjara dan denda 75 juta rupiah, dalam sidang
kasus dugaan mafia hukum yang mendudukkannya di kursi terdakwa di
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Karena berdasarkan fakta di
persidangan, Syahril Johan terlibat dalam kasus suap dengan menyerahkan
uang sebesar 500 juta rupiah, dari kuasa hukum pemilik PT HU, Haposan
Hutagalung kepada mantan Kabareskrim Komjen Polisi Susno Duaji untuk
penanganan kasus PT Salman Arwana Lestari. Terdakwa juga diminta
14
oleh Haposan untuk menyampaikan pesan kepada Susno terkait kasus pajak
Gayus Tambunan.
Dengan adanya kasus-kasus korupsi yang sudah menjadi kegiatan
kebiasaan ini dikarenakan adanya kenakalan para penegak hukum dan
adanya permainan dari keterlibatan penegak hukum dengan para pejabat
tinggi atau pemerintahan. Masyarakat Indonesia menantikan langkah
konkret rehabilitasi kekotoran institusi penegakan hukum. Pertama,
pengadilan sebagai institusi netral harus menegakkan independensi. Kedua,
pengadilan menggunakan dua mata keadilan dalam menilai kebenaran dan
kebohongan. Ketiga, institusi ini harus menimbang tinggi kejujuran fakta
sehingga keadilan bisa diperoleh siapapun. Terakhir, penegak hukum harus
memenangkan kebenaran dan menghukum tegas kebatilan.
Seiring dengan maraknya kasus korupsi yang semakin melebar,
masyarakat sangat merasa resah dan marah. Masyarakat selalu
mengungkapkan rasa resahnya dengan melakukan pemberontakan secara
langsung. Contohnya dengan demonstrasi, banyak sekali masyarakat sering
menyampaikan pendapatnya kepada pemerintah dengan cara demonstrasi
tersebut.
Tidak hanya itu saja, masyarakat maupun pegawai jika merasa tidak
puas dengan keadaan yang telah dijalaninya dan butuh perubahan. Mereka
pun mengikuti cara pemberontakan secara langsung yaitu dengan
demonstrasi. Seperti masyarakat dengan pemerintahan, pegawai dengan
managernya, dan mahasiswa dengan rektor.
15
Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti ingin merepresentasikan
“Kredibilitas Penegak Hukum” di Indonesia yang dapat dipercaya, jujur,
tidak menerima suapan, dapat memberikan kebenaran sesuai hukum yang
berlaku, adil dan bersih. Dalam Iklan Layanan Masyarakat ini penulis
berharap dapat menyampaikan pesan kepada masyarakat di Indonesia bahwa
Keadilan tidak dapat dibeli dan Keadilan tidak memihak siapapun.
Melalui pendekatan teori semiotika diharapkan karikatur mampu
diklasifikasikan berdasarkan tanda, kode, dan makna yang terkandung di
dalamnya. Dengan demikian dapat ditemukan kejelasan mengenai
pertimbangan-pertimbangan estetik pada karikatur dipandang dari hubungan
antara tanda dan pesan. Dengan pendekatan teori semiotika diharapkan
dapat diketahui dasar keselarasan antara verbal dengan tanda visual untuk
mendukung kesatuan penampilan karikatur serta mengetahui hubungan
antara jumlah muatan isi pesan (verbal dan visual) dengan tingkat kreatifitas
pembuatan desain karikatur.
Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam pesan karikatur,
disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar,
tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual.
Tanda verbal akan didekati dari ragam bahasanya, tema, dan pengertian
yang didapatkan. Sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara
menggambarkannya, apakah secara ikonis, indeksikal, atau simbolis, dan
bagaimana cara mengungkapkan idiom estetiknya dimana hal tersebut
terangkum dalam teori Charles Sanders Pierce. Tanda-tanda yang telah
16
dilihat dan dibaca dari dua aspek secara terpisah, kemudian diklasifikasikan
dan dicari hubungan antara yang satu dengan lainnya.
Peneliti memilih majalah Tempo karena melihat dari sejarah dari
majalah Tempo ini telah memiliki keberanian yang sangat kritis dalam
mengangkat fenomena-fenomena yang berkaitan dengan permasalahan
poleksusbudhankam. Salah satunya tentang tokoh-tokoh politik nasional,
dengan adanya penyampaian pesan lewat karikatur akan didapatkan persepsi
yang berbeda-beda dari khalayak sasaran yang memaknainya. Contohnya
yaitu adalah salah satu rubrik liputan khusus terlipih majalah Tempo yang
mengangkat Hakim-Hakim Pilihan Tempo. Liputan khusus ini sangat tidak
mudah menjalaninya seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami, karena
tim ini harus mencari hakim-hakim diseluruh Indonesia yang terbaik dan
benar-benar terpilih. Butuh waktu 8 bulan untuk dapat menyelesaikan
pekerjaan liputan khusus ini.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan sebuah studi yang bertujuan untuk melakukan sebuah studi
semiotika untuk mengetahui Representasi “Kredibilitas Penegak Hukum” di
Indonesia pada Karikatur Iklan Layanan Masyarakat Majalah Tempo Edisi
09-15 Agustus 2010).
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka
perumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :
17
Representasi “Kredibilitas Penegak Hukum” di Indonesia pada Karikatur
Iklan Layanan Masyarakat Majalah Tempo Edisi 09-15 Agustus 2010).
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimanakah Representasi “Kredibilitas Penegak Hukum” di Indonesia
pada Karikatur Iklan Layanan Masyarakat Majalah Tempo Edisi 09-15
Agustus 2010).
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Kegunaan Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan atas wawasan
serta bahan referensi bagi mahasiswa komunikasi pada jenis penelitian
semiotika, serta seluruh mahasiswa pada umumnya agar dapat
diaplikasikan untuk perkembangan ilmu komunikasi pada masa
mendatang.
2. Kegunaan Praktis
Diharapkan dapat menjadi kerangka acuan bagi pihak Editor untuk
menghasilkan karikatur yang lebih inovatif dan variatif dalam
menggambarkan realitas kehidupan, cermin budaya masyarakat,
sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.