2
7/21/2019 RESPINA 2013 http://slidepdf.com/reader/full/respina-2013 1/2 870 LAPORAN KHUSUS CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 B ertempat di JW Marriott Hotel, 11-12 Oktober 2013, telah terselenggara sebuah kegiatan ilmiah berskala internasional—The 15th International Meeting on Respiratory Care Indonesia (RESPINA) 2013—yang pada tahun ini mengusung tema “Respiratory Care: Journey to the Future”. Didahului dengan Workshops on Respiratory Care di tempat yang sama, 9-10 Oktober 2013, acara simposium dalam rangkaian RESPINA 2013 ini tetap menyedot atensi banyak praktisi klinis, mulai dari dokter umum hingga spesialis. Sebagaimana tahun- tahun sebelumnya, RESPINA 2013 juga menghadirkan sejumlah pembicara asing yang notabene merupakan pakar-pakar pulmonologi dan ilmu kedokteran respirasi di seluruh dunia. Hari pertama simposium, InteractiveDiscussion, Meet the Expert, dan Satellite Symposium digelar secara simultan di tiga ruangan, mengawali keseluruhan program ilmiah RESPINA 2013. Usai opening ceremony  yang berlangsung meriah, dengan tari tradisional Indonesia dan pemberian apresiasi kepada perwakilan asosiasi bidang ilmu terkait yang sama-sama berkepentingan dalam meningkatkan mutu layanan respirologi, di antaranya Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia, Perhimpunan Ahli  Telinga Hidung dan Tenggorok, Kepala dan Leher, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Berikut ikhtisar dari sejumlah materi yang dibawakan para pembicara sepanjang simposium RESPINA 2013. The Challenge of Exacerbation Prevention in COPD Pompini Agustina – Department of Pulmonology and Respiratory Medicine, Sulianti Saroso Hospital, Jakarta, Indonesia  Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD), ditandai dengan hambatan aliran udara persisten yang umumnya progresif, disebabkan oleh inamasi. Proses peradangan mengakibatkan perlengketan alveol pada saluran pernapasan yang kecil dan menurunkan daya rekoil paru; perubahan- perubahan ini mengurangi kemampuan jalan napas untuk tetap terbuka sewaktu ekspirasi.  Penyakit paru obstruktif kronik terjadi akibat pajanan kumulatif terhadap asap rokok, polusi udara di dalam maupun luar ruangan, atau gas hasil pembakaran kayu dan bahan bakar biomassa lainnya. Pajanan kumulatif terhadap partikel atau gas berbahaya tersebut menyebabkan ketidakseimbangan oksidan danantioksidan,merangsang aktivitas elastase, mengaktifkan faktor transkripsi dan transduksi sinyal, menginisiasi ekspresi gen proinamasi, yang pada akhirnya menimbulkan inamasi  jalan napas dan sistemik yang bermakna.  Eksaserbasi merupakan kejadian penting dalam perjalanan penyakit PPOK, yang memicu penurunan fungsi paru, peningkatan morbiditas dan mortalitas, perburukan kualitas hidup, serta peninggian risiko kejadian kardiovaskuler.  Stres oksidatif berperan penting dalam proses terjadinya inamasi jalan napas pada eksaserbasi PPOK. Pada permulaan eksaserbasi, penanda stres oksidatif—seperti hidrogen peroksida dan 8-isoprostana— meningkat, begitu pula dengan penanda inamasi sputum (IL[interleukin]6, IL8, dan mieloperoksidase [MPO]).  Hambatan aliran udara yang persisten pada PPOK—disebabkan oleh banyak faktor, meliputi stres oksidatif, hipersekresi mukus, dan inamasi jalan napas—dapat mengakibatkan kerusakan dan penurunan fungsi paru secara progresif.  Dua studi terkini, membuktikan manfaat karbosistein pada eksaerbasi akut PPOK (studi PEACE-Preventive effects on acute exacerbations of COPD with carbocisteine) dan menyediakan data objektif mengenai efek N-asetilsistein (NAC) dosis tinggi jangka panjang dalam pencegahan eksaserbasi PPOK (studi PANTHEON-Placebo-controlled study on efficacy and safety of high dose N-acetylcysteine in exacerbations of chornic obstructive  pulmonary disease). Pneumococcal Vaccination: Why, Who, When and How? Dianiati Kusumo Sutoyo – Department of Pulmonology and Respiratory Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia, Persahabatan Hospital, Jakarta, Indonesia  Penyakit pneumokokal (invasif dan noninvasif) merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan kematian yang dapat dicegah di seluruh dunia, terutama menjangkiti anak, individu dengan penyakit kronik dan luluh imun (immunocompromised ) untuk semua golongan umur, serta orang tua.  Bentuk klinis penyakit pneumokokal invasif (invasive pneumococcal disease, IPD) meliputi bakteremia, meningitis, dan pneumonia dengan bakteremia; 80% berupa pneumonia bakteremik. Sementara itu, bentuk klinis penyakit pneumokokal noninvasif dapat berupa pneumonia tanpa bakteremia, sinusitis, dan otitis media akut (khususnya pada anak).  Terapi antibiotik yang luas pada penatalaksanaan infeksi pernapasan menimbulkan masalah resistensi, menyulitkan penanganan pneumonia, sehingga meningkatkan risiko terjadinya komplikasi, bahkan kematian.  Vaksin pneumokokal polisakarida (  pneumococcal polysaccharide vaccine, PPSV) dan vaksin pneumokokal konjugat (  pneumococcal conjugate vaccine, PCV) adalah dua vaksin yang paling sering digunakan di dunia, khususnya di negara berkembang. Data epidemiologis menunjukkan bahwa angka kejadian IPD menurun setelah vaksinasi PCV pada anak kecil (≤5 tahun) dan orang lanjut usia (≥65 tahun).  Kelompok individu yang berisiko tinggi terjangkit IPD atau pneumonia merupakan kandidat untuk mendapat vaksinasi pneumokokal. Prioritas pertama adalah anak kecil, diikuti individu luluh imun, pengidap penyakit kronik (pernapasan, kardiovaskuler, neurologis, metabolik, dll.), dan orang lanjut usia. Orang dewasa yang sehat tampaknya masuk dalam kelompok yang tidak membutuhkan vaksinasi pneumokokal, The 15  th  International Meeting on Respiratory Care Indonesia (RESPINA) 2013

RESPINA 2013

Embed Size (px)

DESCRIPTION

respina

Citation preview

Page 1: RESPINA 2013

7212019 RESPINA 2013

httpslidepdfcomreaderfullrespina-2013 12

870

LAPORAN KHUSUS

CDK-210 vol 40 no 11 th 2013

Bertempat di JW Marriott Hotel 11-12

Oktober 2013 telah terselenggara

sebuah kegiatan ilmiah berskala

internasionalmdashThe 15th International

Meeting on Respiratory Care Indonesia

(RESPINA) 2013mdashyang pada tahun ini

mengusung tema ldquoRespiratory Care Journey

to the Futurerdquo Didahului dengan Workshops

on Respiratory Care di tempat yang sama

9-10 Oktober 2013 acara simposium dalam

rangkaian RESPINA 2013 ini tetap menyedot

atensi banyak praktisi klinis mulai dari dokter

umum hingga spesialis Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya RESPINA 2013 juga

menghadirkan sejumlah pembicara asing

yang notabene merupakan pakar-pakar

pulmonologi dan ilmu kedokteran respirasi di

seluruh dunia

Hari pertama simposium Interactive Discussion

Meet the Expert dan Satellite Symposium digelar

secara simultan di tiga ruangan mengawali

keseluruhan program ilmiah RESPINA 2013

Usai opening ceremony yang berlangsung

meriah dengan tari tradisional Indonesia

dan pemberian apresiasi kepada perwakilanasosiasi bidang ilmu terkait yang sama-sama

berkepentingan dalam meningkatkan mutu

layanan respirologi di antaranya Perhimpunan

Dokter Paru Indonesia Perhimpunan Dokter

Spesialis Radiologi Indonesia Ikatan Dokter

Anak Indonesia Perhimpunan Dokter Spesialis

Kardiovaskuler Indonesia Perhimpunan Ahli

Telinga Hidung dan Tenggorok Kepala dan

Leher Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf

Indonesia

Berikut ikhtisar dari sejumlah materi yang

dibawakan para pembicara sepanjang

simposium RESPINA 2013

The Challenge of Exacerbation

Prevention in COPD

Pompini Agustina ndash Department of Pulmonology

and Respiratory Medicine Sulianti Saroso

Hospital Jakarta Indonesia

bull Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)

atau chronic obstructive pulmonary disease

(COPD) ditandai dengan hambatan aliran

udara persisten yang umumnya progresif

disebabkan oleh in1047298amasi Proses peradangan

mengakibatkan perlengketan alveol

pada saluran pernapasan yang kecil dan

menurunkan daya rekoil paru perubahan-

perubahan ini mengurangi kemampuan jalan

napas untuk tetap terbuka sewaktu ekspirasi

bull Penyakit paru obstruktif kronik terjadi

akibat pajanan kumulatif terhadap asap rokok

polusi udara di dalam maupun luar ruangan

atau gas hasil pembakaran kayu dan bahan

bakar biomassa lainnya Pajanan kumulatif

terhadap partikel atau gas berbahaya tersebutmenyebabkan ketidakseimbangan oksidan

dan antioksidan merangsang aktivitas elastase

mengaktifkan faktor transkripsi dan transduksi

sinyal menginisiasi ekspresi gen proin1047298amasi

yang pada akhirnya menimbulkan in1047298amasi

jalan napas dan sistemik yang bermakna

bull Eksaserbasi merupakan kejadian penting

dalam perjalanan penyakit PPOK yang

memicu penurunan fungsi paru peningkatan

morbiditas dan mortalitas perburukan

kualitas hidup serta peninggian risiko kejadian

kardiovaskuler

bull

Stres oksidatif berperan penting dalamproses terjadinya in1047298amasi jalan napas

pada eksaserbasi PPOK Pada permulaan

eksaserbasi penanda stres oksidatifmdashseperti

hidrogen peroksida dan 8-isoprostanamdash

meningkat begitu pula dengan penanda

in1047298amasi sputum (IL[interleukin]6 IL8 dan

mieloperoksidase [MPO])

bull Hambatan aliran udara yang persisten

pada PPOKmdashdisebabkan oleh banyak

faktor meliputi stres oksidatif hipersekresi

mukus dan in1047298amasi jalan napasmdashdapat

mengakibatkan kerusakan dan penurunan

fungsi paru secara progresif

bull Dua studi terkini membuktikan manfaat

karbosistein pada eksaerbasi akut PPOK

(studi PEACE-Preventive effects on acute

exacerbations of COPD with carbocisteine)

dan menyediakan data objektif mengenai

efek N-asetilsistein (NAC) dosis tinggi jangka

panjang dalam pencegahan eksaserbasi PPOK

(studi PANTHEON-Placebo-controlled study on

effi cacy and safety of high dose N-acetylcysteine

in exacerbations of chornic obstructive

pulmonary disease)

Pneumococcal Vaccination Why Who

When and How

Dianiati Kusumo Sutoyo ndash Department of

Pulmonology and Respiratory Medicine

Faculty of Medicine University of Indonesia

Persahabatan Hospital Jakarta Indonesia

bull Penyakit pneumokokal (invasif dan

noninvasif) merupakan salah satu penyebab

utama morbiditas dan kematian yang

dapat dicegah di seluruh dunia terutama

menjangkiti anak individu dengan penyakit

kronik dan luluh imun (immunocompromised )untuk semua golongan umur serta orang

tua

bull Bentuk klinis penyakit pneumokokal

invasif (invasive pneumococcal disease

IPD) meliputi bakteremia meningitis dan

pneumonia dengan bakteremia 80 berupa

pneumonia bakteremik Sementara itu bentuk

klinis penyakit pneumokokal noninvasif

dapat berupa pneumonia tanpa bakteremia

sinusitis dan otitis media akut (khususnya

pada anak)

bull Terapi antibiotik yang luas pada

penatalaksanaan infeksi pernapasanmenimbulkan masalah resistensi menyulitkan

penanganan pneumonia sehingga

meningkatkan risiko terjadinya komplikasi

bahkan kematian

bull Vaksin pneumokokal polisakarida

( pneumococcal polysaccharide vaccine

PPSV) dan vaksin pneumokokal konjugat

( pneumococcal conjugate vaccine PCV) adalah

dua vaksin yang paling sering digunakan di

dunia khususnya di negara berkembang Data

epidemiologis menunjukkan bahwa angka

kejadian IPD menurun setelah vaksinasi PCV

pada anak kecil (le5 tahun) dan orang lanjut

usia (ge65 tahun)

bull Kelompok individu yang berisiko tinggi

terjangkit IPD atau pneumonia merupakan

kandidat untuk mendapat vaksinasi

pneumokokal Prioritas pertama adalah anak

kecil diikuti individu luluh imun pengidap

penyakit kronik (pernapasan kardiovaskuler

neurologis metabolik dll) dan orang

lanjut usia Orang dewasa yang sehat

tampaknya masuk dalam kelompok yang

tidak membutuhkan vaksinasi pneumokokal

The 15 th International Meeting onRespiratory Care Indonesia (RESPINA) 2013

7212019 RESPINA 2013

httpslidepdfcomreaderfullrespina-2013 22

871

LAPORAN KHUSUS

CDK-210 vol 40 no 11 th 2013

tetapi tidak sepenuhnya benar mengingat

insidens pneumonia terbilang tinggi terlebih

di beberapa negara seperti Indonesia Hal

ini berarti bahwa risiko terjangkit infeksi

pneumokokal tetap tinggi terutama di negara

berpendapatan per kapita rendahmenengah

yang sarat akan masalah sistem dan kondisi

kesehatan dengan status kesehatan individual

rendah Dengan begitu risiko terjangkit

pneumonia tidak hanya pada kelompok risiko

tinggi

GOLD Strategy 2013 Update

Amira Permatasari Tarigan ndash Department of

Pulmonology and Respiratory Medicine Faculty

of Medicine University of North Sumatera H

Adam Malik Hospital Medan Indonesia

bull Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)masih merupakan salah satu masalah

kesehatan utama di masyarakat Pada

tahun 2020 diprediksikan PPOK akan

menempati peringkat kelima dalam burden

of disease menurut sebuah studi yang

dipublikasikan oleh World BankWorld

Health Organization

bull Pada tahun 1998 Global Initiative for

Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)

terbentuk yang bertujuan meningkatkan

kesadaran akanburdenPPOK serta memperbaiki

pencegahan dan penatalaksanaan PPOK

melalui upaya terencana berskala global yangmelibatkan orang-orang dari semua bidang

layanan kesehatan termasuk para penentu

kebijakan

bull Global Initiative for Chronic Obstructive

Lung Disease merekomendasikan spirometri

untuk diagnosis klinis PPOK guna menghindari

kekeliruan diagnosis dan menjamin ketepatan

evaluasi derajat keparahan hambatan aliran

udara

bull Pada setiap pasien PPOK penilaian yang

harus dilakukan meliputi

gejala

derajat keparahan hambatan aliran udara

riwayat eksaserbasi

komorbiditas

Tiga poin pertama bisa digunakan untuk

mengevaluasi berat ringannya gejala dan

risiko akan ekserbasi berikutnya Terapi

nonfarmakologik dan farmakologik pada

PPOK selaras dengan penilaian tersebut lewat

usaha berbasis-bukti dalam rangka meredakan

gejala dan memperkecil risiko eksaserbasi

Tidak boleh dilupakan identi1047297kasi dan

penanganan komorbiditas harus mendapat

prioritas utama

Bronchodilators are Central to Symptom

Management in COPD Why LABALAMA

Combination is Better Option

Faisal Yunus ndash Head of Asthma COPD Division

Pulmonology Department Faculty of Medicine

University of Indonesia Persahabatan Hospital

Jakarta Indonesia

bull Bronkodilator merupakan fondasi

dalam terapi farmakologis PPOK Obat-obat

golongan bronkodilator seperti agonis beta-2

antikolinergik dan metilxantin berperan

sentral dalam penatalaksanaan PPOK

Bronkodilator kerja panjang (long acting)

lebih efektif dan lebih nyaman digunakan

ketimbang bronkodilator kerja singkat (shortacting)

bull Indacaterol adalah obat baru golongan

LABA (long acting beta-2 agonist ) yang

diindikasikan untuk PPOK sebagaimana

tercantum dalam panduan GOLD tahun

2010 Indacaterol dianggap lebih efektif

dibanding obat golongan LABA lainnya

dengan lama kerja 24 jam dan mula kerja

yang cepat

bull Penggunaan indacaterol menghasilkan

peringanan gejala pengurangan eksaserbasi

perbaikan fungsi paru penambahan hari

bebas obat ldquopenyelamatrdquo (rescue medication)dan peningkatan kualitas hidup

bull Tonus koline rgik merupak an

mekanisme (cenderung) reversibel yang

memengaruhi bronkokonstriksi pada

PPOK Antimuskarinik kerja panjang (long

acting antimuscarinic LAMA) menghasilkan

perbaikan fungsi paru kualitas hidup

mengurangi eksaserbasi dan ketahanan

berjalan pada pasien PPOK Tiotropium

salah satu obat golongan LAMA secara

bermakna lebih efektif dalam mencegah

eksaserbasi PPOK dibanding salmeterol

obat golongan LABA dan pencegahan

eksaserbasi oleh tiotropium saja tampaknya

sudah cukup Obat ini terbukti meringankan

gejala dan memperkecil risiko eksaserbasi

PPOK sebagaimana disebutkan dalam

GOLD Revision 2011

bull Pada pasien PPOK derajat sedang dan

berat (Grup C dan D pada klasi1047297kasi PPOK

menurut GOLD) pemberian LABA dan

atau LAMA direkomendasikan Penggunaan

kombinasi LABA dan LAMA untuk pasien PPOK

akan membuahkan prognosis yang lebih baik

meringankan gejala mengurangi eksaserbasi

memperkecil penurunan FEV1 (forced expired

volume in one second ) dan meningkatkan

kualitas hidup

Targeted Treatment Beyond First-Line

EGFR TKI in Advanced Non-Small Cell

Lung Cancer

Lim Hong Liang ndash Parkway Cancer Centre

Singapore

bull Inhibitor tirosin kinase (tyrosine kinase

inhibitors TKI) oral terhadap epidermal

growth factors (EGFR) telah diterima sebagai

terapi lini pertama untuk non-small cell

lung cancer (NSCLC) dengan mutasi EFGR

tersensitisasi Pada beberapa randomised

trial angka respons EFGR TKI lebih tinggi

dan durasi progression f ree survival lebih lamabila dibandingkan dengan kemoterapi lini

pertama

bull Afatinib EFGR TKI oral ireversibel generasi

kedua belum lama ini mendapatkan

persetujuan US FDA sebagai terapi lini

pertama untuk NSCLC stadium lanjut dengan

mutasi EGFR positif

bull Kombinasi afatinib dan cetuximab antibodi

anti-EGFR monoklonal memperlihatkan

aktivitas bermakna pada pasien yang pernah

mendapat EGFR TKI generasi pertama dan

menunjukkan kemajuan juga pada pasien

dengan atau tanpa mutasi T790Mbull Meskipun lebih poten dan menunjukkan

aktivitas terhadap tumor dengan T790M

afatinib bersifat non-selektif terhadap EGFR

wide type menghasilkan toksisitas bermakna

termasuk ruam kulit dan diare Hal ini

membatasi kemampuan untuk mencapai

konsentrasi plasma yang cukup tinggi guna

menghambat tumor secara efektif dengan

mutasi T790M

bull Inhibitor EGFR selektif generasi ketiga kini

mulai dikembangkan untuk menghambat

tumor dengan mutasi T790M sekaligus

mempertahankan EGFR wide type sehingga

mencegah timbulnya efek samping

berkenaan dengan inhibisi fungsi reseptor

normal Obat generasi baru tersebut saat ini

tengah memasuki uji klinis fase awal

Dalam simposium RESPINA 2013 ini sejumlah

perusahaan farmasi dan media partner turut

mendukung keberlangsungan salah satu

temu ilmiah akbar di Indonesia tersebut

Sampai jumpa di RESPINA 2014 (AAM)

Page 2: RESPINA 2013

7212019 RESPINA 2013

httpslidepdfcomreaderfullrespina-2013 22

871

LAPORAN KHUSUS

CDK-210 vol 40 no 11 th 2013

tetapi tidak sepenuhnya benar mengingat

insidens pneumonia terbilang tinggi terlebih

di beberapa negara seperti Indonesia Hal

ini berarti bahwa risiko terjangkit infeksi

pneumokokal tetap tinggi terutama di negara

berpendapatan per kapita rendahmenengah

yang sarat akan masalah sistem dan kondisi

kesehatan dengan status kesehatan individual

rendah Dengan begitu risiko terjangkit

pneumonia tidak hanya pada kelompok risiko

tinggi

GOLD Strategy 2013 Update

Amira Permatasari Tarigan ndash Department of

Pulmonology and Respiratory Medicine Faculty

of Medicine University of North Sumatera H

Adam Malik Hospital Medan Indonesia

bull Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)masih merupakan salah satu masalah

kesehatan utama di masyarakat Pada

tahun 2020 diprediksikan PPOK akan

menempati peringkat kelima dalam burden

of disease menurut sebuah studi yang

dipublikasikan oleh World BankWorld

Health Organization

bull Pada tahun 1998 Global Initiative for

Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)

terbentuk yang bertujuan meningkatkan

kesadaran akanburdenPPOK serta memperbaiki

pencegahan dan penatalaksanaan PPOK

melalui upaya terencana berskala global yangmelibatkan orang-orang dari semua bidang

layanan kesehatan termasuk para penentu

kebijakan

bull Global Initiative for Chronic Obstructive

Lung Disease merekomendasikan spirometri

untuk diagnosis klinis PPOK guna menghindari

kekeliruan diagnosis dan menjamin ketepatan

evaluasi derajat keparahan hambatan aliran

udara

bull Pada setiap pasien PPOK penilaian yang

harus dilakukan meliputi

gejala

derajat keparahan hambatan aliran udara

riwayat eksaserbasi

komorbiditas

Tiga poin pertama bisa digunakan untuk

mengevaluasi berat ringannya gejala dan

risiko akan ekserbasi berikutnya Terapi

nonfarmakologik dan farmakologik pada

PPOK selaras dengan penilaian tersebut lewat

usaha berbasis-bukti dalam rangka meredakan

gejala dan memperkecil risiko eksaserbasi

Tidak boleh dilupakan identi1047297kasi dan

penanganan komorbiditas harus mendapat

prioritas utama

Bronchodilators are Central to Symptom

Management in COPD Why LABALAMA

Combination is Better Option

Faisal Yunus ndash Head of Asthma COPD Division

Pulmonology Department Faculty of Medicine

University of Indonesia Persahabatan Hospital

Jakarta Indonesia

bull Bronkodilator merupakan fondasi

dalam terapi farmakologis PPOK Obat-obat

golongan bronkodilator seperti agonis beta-2

antikolinergik dan metilxantin berperan

sentral dalam penatalaksanaan PPOK

Bronkodilator kerja panjang (long acting)

lebih efektif dan lebih nyaman digunakan

ketimbang bronkodilator kerja singkat (shortacting)

bull Indacaterol adalah obat baru golongan

LABA (long acting beta-2 agonist ) yang

diindikasikan untuk PPOK sebagaimana

tercantum dalam panduan GOLD tahun

2010 Indacaterol dianggap lebih efektif

dibanding obat golongan LABA lainnya

dengan lama kerja 24 jam dan mula kerja

yang cepat

bull Penggunaan indacaterol menghasilkan

peringanan gejala pengurangan eksaserbasi

perbaikan fungsi paru penambahan hari

bebas obat ldquopenyelamatrdquo (rescue medication)dan peningkatan kualitas hidup

bull Tonus koline rgik merupak an

mekanisme (cenderung) reversibel yang

memengaruhi bronkokonstriksi pada

PPOK Antimuskarinik kerja panjang (long

acting antimuscarinic LAMA) menghasilkan

perbaikan fungsi paru kualitas hidup

mengurangi eksaserbasi dan ketahanan

berjalan pada pasien PPOK Tiotropium

salah satu obat golongan LAMA secara

bermakna lebih efektif dalam mencegah

eksaserbasi PPOK dibanding salmeterol

obat golongan LABA dan pencegahan

eksaserbasi oleh tiotropium saja tampaknya

sudah cukup Obat ini terbukti meringankan

gejala dan memperkecil risiko eksaserbasi

PPOK sebagaimana disebutkan dalam

GOLD Revision 2011

bull Pada pasien PPOK derajat sedang dan

berat (Grup C dan D pada klasi1047297kasi PPOK

menurut GOLD) pemberian LABA dan

atau LAMA direkomendasikan Penggunaan

kombinasi LABA dan LAMA untuk pasien PPOK

akan membuahkan prognosis yang lebih baik

meringankan gejala mengurangi eksaserbasi

memperkecil penurunan FEV1 (forced expired

volume in one second ) dan meningkatkan

kualitas hidup

Targeted Treatment Beyond First-Line

EGFR TKI in Advanced Non-Small Cell

Lung Cancer

Lim Hong Liang ndash Parkway Cancer Centre

Singapore

bull Inhibitor tirosin kinase (tyrosine kinase

inhibitors TKI) oral terhadap epidermal

growth factors (EGFR) telah diterima sebagai

terapi lini pertama untuk non-small cell

lung cancer (NSCLC) dengan mutasi EFGR

tersensitisasi Pada beberapa randomised

trial angka respons EFGR TKI lebih tinggi

dan durasi progression f ree survival lebih lamabila dibandingkan dengan kemoterapi lini

pertama

bull Afatinib EFGR TKI oral ireversibel generasi

kedua belum lama ini mendapatkan

persetujuan US FDA sebagai terapi lini

pertama untuk NSCLC stadium lanjut dengan

mutasi EGFR positif

bull Kombinasi afatinib dan cetuximab antibodi

anti-EGFR monoklonal memperlihatkan

aktivitas bermakna pada pasien yang pernah

mendapat EGFR TKI generasi pertama dan

menunjukkan kemajuan juga pada pasien

dengan atau tanpa mutasi T790Mbull Meskipun lebih poten dan menunjukkan

aktivitas terhadap tumor dengan T790M

afatinib bersifat non-selektif terhadap EGFR

wide type menghasilkan toksisitas bermakna

termasuk ruam kulit dan diare Hal ini

membatasi kemampuan untuk mencapai

konsentrasi plasma yang cukup tinggi guna

menghambat tumor secara efektif dengan

mutasi T790M

bull Inhibitor EGFR selektif generasi ketiga kini

mulai dikembangkan untuk menghambat

tumor dengan mutasi T790M sekaligus

mempertahankan EGFR wide type sehingga

mencegah timbulnya efek samping

berkenaan dengan inhibisi fungsi reseptor

normal Obat generasi baru tersebut saat ini

tengah memasuki uji klinis fase awal

Dalam simposium RESPINA 2013 ini sejumlah

perusahaan farmasi dan media partner turut

mendukung keberlangsungan salah satu

temu ilmiah akbar di Indonesia tersebut

Sampai jumpa di RESPINA 2014 (AAM)