Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
RESPON MASYARAKAT DALAM PERKEMBANGAN
PARIWISATA DI KELURAHAN LABUAN BAJO,
KABUPATEN MANGGARAI BARAT
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
PROYEK AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Program Diploma IV
Program Studi Manajemen Destinasi Pariwisata
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
Disusun oleh:
Kareldus Agas
NIM.201520415
MANAJEMEN DESTINASI PARIWISATA
JURUSAN KEPARIWISATAAN
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA
BANDUNG
2019
LEMBAR ’PENGたSAHAN
PROYEK AHKIR
RESPON MASYARAKAT DAU州PERKEMBANGAN PARIWISATA DI KEしURAHAN山鳩UAN
BAJO′ KABUPA「EN MANGGARAI BARAl“I NUSA TENGGARA TIMUR
Nama : Kareldus Agas
NIM : 201520415
P「ogram Studi : Manajemen Destinasi Pariwisata
Pembimbing I,
圃圏圏Dra。 Yanthi Andriani. M.Si
NIP: 19580426 199203 2 001
Pembimbing II,
enq Hermanto. S。Sos.. MM,Pa「
NIP: 19与80之12 199303 1 00宣
Bandung, … Agustus 2019
iv
HALAMAN MOTO
“Education is foundation upon which we build our future”
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Penulisan Proyek Akhir Ini dipersembahkan kepada:
1. Tuhan Maha Agung, sumber kekuatan hidup yang tidak pernah padam dan
meninggalkan setiap umat-Nya dalam kesedihan.
2. Swisscontact Wisata yang selalu memberikan dukungan setiap waktu dan atas
perjuangannya dalam membiayai pendidikan selama ini.
3. Orang tua atas kasih sayang yang telah diberikan, doa, kekuatan serta
kepercayaannya selama ini dan yang selalu memberikan semangat dalam
pengerjaan Proyek Akhir ini. Serta keluarga besar yang selalu memberikan
motivasi dan semangat agar penulis dapat menyelesaikan Proyek Akhir tepat
pada waktunya.
4. Dosen pembimbing Ibu Dra.Yanthi Adriani,M.Si.dan Bapak Sugeng
Hermanto, S.Sos., MM.Par yang selalu mendukung dan membimbing serta
memberikan ilmunya kepada penulis, sehingga proyek akhir ini selesai tepat
waktu.
5. Keluarga besar Manajemen Destinasi Pariwisata angkatan 2015, atas
kebersamaan dan kehangatan selama 4 tahun mencari ilmu.
6. Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Barat, Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kab. Manggarai Barat, Kelurahan Labuan Bajo dan seluruh
Instasi yang telah mendukung dalam mengkaji Respon Masyarakat Labuan
Bajo dalam perkembangan pariwisata.
N劉na
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
PERNYATAAN MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini, Saya :
: KareldusAgas
Tempat/Tanggal Lahir ‥ Wetik, 27 Mei 1995
NIM : 201520415
Program Studi : ‘ Manajemen Destinasi Pariwisata (MDP)
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1・ Proyek Akhir yang be可dul: Respon Masyarakat dalam Perkembangan
Pariwisata di Kelurahan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa
Nusa Tenggara Timur adalah merupakan hasil karya dan hasil penelitian saya
Sendiri, bukan merupakan hasil pe坤plakan, Pengutipan, PenyuSunan Oleh orang
atau pihak lain atau cara-Cara lain yang tidak sesuai dengan ketentum akademik
yang berlaku di STP Bandung dan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan
kecuali arahan dah Tim Pembimbing.
2・ Proyek Akhir ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang atau pihak lain kecuali secara te血Iis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan sumber, nama
Pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
3. Surat Pemyataan ini saya b面dengan sesunggu血ya, apabila dalan naskah
Proyek Akhir ini ditemukan adanya pelanggaran atas apa yang saya nyatakan di
atas, atau Pelanggaran atas etika keilmuan’dan/atau ada klaim te血adap keaslian
naska血ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik benxpa pencabutan
gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi laimya sesuai dengan
noma yang berlaku di Seko皿Tinggi Pahwisata Bandung ini serta peraturan-
Peraturan terkait laimya.
4. Demikian Surat Pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benamya un血k dapat
dipergu皿akan sebagaimana mestinya.
Bandung, Agustus 2019
vii
ABSTRAK
Perkembangan pariwisata merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi perkembangan pariwisata ini menimbulkan
respon yang beragam dari masyarakat. Respon masyarakat dalam perkembangan
pariwisata sangat penting untuk dikaji, karena akan menentukan keberhasilan
perkembangan pariwisata di Labuan Bajo. Respon masyarakat dikaji menggunakan
teori irritation index oleh Doxey (1976) yang terdiri empat fase yaitu respon
euphoria, apathy, annoyance, dan antagonism. Metode penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui In-Depth Interview
(35 responden) dengan latar belakang pekerjaan dan observasi dengan masyarakat
lokal yang tinggal di Kelurahan Labuan Bajo. Data analisis menggunakan
Triangulasi Miles & Huberman (reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan atau Verivikasi), Uji keabsahan data menggunakan Triangulasi sumber.
Respon masyarakat dalam perkembangan pariwisata di Labuan Bajo cendrung
merespon Positif yaitu berada pada fase Euphoria dan Apathy yang mana mayoritas
masyarakat sudah terbiasa dengan kegiatan pariwisata dan menerima kehadiran
pariwisata dan investor, sektor pariwisata telah menjadi pemasukan utama bagi
masyarakat lokal, selian itu perkembangan pariwisata menciptakan lapangan
pekerjaan yang luas serta peluang usaha yang banyak. Namun di sisi lain terdapat
respon negatif yang timbul akibat perkembangan pariwisata yang berada pada fase
annoyance dan antagonism disebabkan oleh kebijakanan pemerintah, selian itu
dampak negatif lainya seperti kebisingan, lunturnya kebudayaan lokal, perubahan
gaya hidup masyarakat. Maka dengan itu perlu adanya arahan kebijakan dalam
meningkatkan Awareness and Appreciations masyarakat Lokal dalam melestarikan
budaya lokal serta memaksimalkan komunikasi dan koordinasi antara pemerintahan
dengan masyarakat lokal.
Kata Kunci: Respon Masyarakat, Perkembangan Pariwisata, Irritation Index,
Kebijakan,
viii
ABSTRACT
The tourism development is one of the efforts to increase the community
welfare. However, The tourism development has led to a diverse response from the
community. Community response in The tourism development is very important to
study, because it will determine the success of tourism development in Labuan Bajo.
Community responses were examined using the irritation index theory by Doxey
(1976) which consisted of four phases: the euphoria, apathy, annoyance, and
antagonism responses. This research method is descriptive qualitative with data
collection through In-Depth Interview (35 respondents) and observations with local
people living in Labuan. Data analysis using Miles & Huberman Triangulation
(data reduction, data presentation and conclusion drawing or Verification), data
validity using sources triangulation
The community response of tourism development in Labuan Bajo tends to
positively respond which is in the Euphoria and Apathy phase, the majority of
resident are familiar with tourism activities and accept the presence of tourism and
investors, the tourism sector has become the main income for the local community,
besides that tourism development has created extensive employment opportunities
and many business opportunities. But on the other hand there are negative
responses arising from the tourism development which is in the annoyance and
antagonism phases caused by government policies, and other negative impacts such
as noise, the fading of local culture, changes in people's lifestyles. So Tourism
development need policy direction in increasing the awareness and appreciations
of local communities in preserving local culture and maximizing communication
and coordination between government and local communities.
Keywords : Community responses, Tourism development, Irritation Index,
Policies.
ix
KATA PENGANTAR
Penelitian Proyek Akhir mengenai Respon Masyarakat dalam perkembangan
Pariwisata merupakan salah satu upayah peneliti dalam mengkaji mengenai respon
masyarakat lokal terhadap dampak perkembangan pariwisata. Hal ini bertujuan
untuk melihat bagaimana Respon masyarakat dalam menerima kegiatan pariwisata
yang berlangsung.
Penulisan Proyek Akhir ini dengan judul “ Respon Masyarakat dalam
Perkembangan Pariwisata di Kelurahan Labuan Bajo,Kabupaten Manggarai Barat,
Nusa Tenggara Timur” sebagai salah satu syarat akademik bagi Mahasiswa
Diploma IV, Program Studi Manajemen Destinasi Pariwisata, Sekolah Tinggi
Pariwisata Bandung. Penelitian ini telah berlangsung selama satu bulan yang
berlangsung dari bulan Mei 2019, berlokasi di Kelurahan Labuan Bajo, Kabupaten
Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Penulisan Proyek Akhir terselesaikan atas bantuan dan masukan dari berbagai
pihak. Maka dengan ini, Pertama-tama, Penulis mengucapakan terima kasih kepada
Tuhan yang Maha Kuasa atas segala bentuk penyertaan dan Perlindungan-Nya
dalam menyelesaikan Penulisan Usulan Penelitian ini. Ucapana terima kasih tak
terhingga dengan tulus disampakan kepada :
1. Bapak Faisal, MM.Par,.CHE. selaku Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata
Bandung.
2. Bapak Andar Danova L. Goeltom,S.Sos.,M.Sc.,selaku Kepala Bagian
Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Pariwisata
Bandung
3. Bapak Sugeng Hermanto, S.Sos,.MM.Par.,selaku Ketua Program Studi
Manajemen Destinasi Pariwisata, dan sekaligus selaku Pembimbing II.
4. Ibu Dra. Yanthi Adriani, M.Si.,selaku Dosen Pembimbing I
x
5. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat, telah
memberikan pengantar dalam melakukan penelitian.
6. Kelurahan Labuan Bajo, Sebagai pemberi Izin dalam melakukan penelitian di
Keluarahan Labuan Bajo.
Akhir kata, Penulis mengharapkan masukan dari pembaca berupa kritikan
maupun saran mengenai isi dari usulan penelitian Proyek Akhir ini. Selain itu penulis
mengharapkan bantuan dari pembaca agar penelitian ini dapat berjalan sesuai rencana
dan dapat memberikan masukan kepada pihak terkait.
Bandung, Agustus 2019
Penulis
xi
DAFTAR ISI
xii
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR TABEL
xv
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Labuan Bajo merupakan sebuah kelurahan yang ada di Kecamatan Komodo,
Kabupaten Manggarai Barat. Labuan Bajo menjadi pusat kegiatan industri
pariwisata di pulau Flores bagian Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Perkembangan pariwisata di Labuan Bajo sudah berlangsung Tahun 1987 sampai
sekarang. Perkembangan pariwisata berawal dari penetapan taman nasional
Komodo sebagai cagar biosfer oleh UNESCO pada tahun 1987. Dalam
perkembangannya telah mendatangkan kunjungan wisatawan Asing. Pada tahun
1989 - 1996 jumlah kunjungan wisatawan berkisar 4.934 -28.991 orang, dengan
jumlah kunjungan wisatawan yang terus meningkat pada era tersebut, maka
terdapat pula perkembangan fasilitas pariwisata seperti terdapat 7 hotel dan 20
restaurant tersebar di kota Labuan Bajo dengan karyawan sebanyak 420 orang
pada tahun 1996. Pada tahun 2008 Komodo dijadikan sebagai kandidat The new
seven Wonder hingga pada tahun 2013 ditetapkan one of the new seven wonder,
sekaligus terlaksananya sail komodo. Faktor tersebut turut telah mendatangkan
banyak investor lokal dan asing serta meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan
ke Labuan Bajo. Selain itu didukung juga kebijakan pemerintah menjadikan
Labuan Bajo sebagai badan otoritas pariwisata Nasional. Perkembangan
pariwisata tersebut turut memberikan perubahan terhadap pekerjaan masyarakat
lokal. Pada mulanya sebelum pariwisata berkembang di Labuan Bajo, masyarakat
2
bekerja sebagai nelayan, petani, dan buruh. Dalam kurun waktu 30 tahun
pekerjaan masyarakat tersebut berubah diantaranya tahun sebelum sampai 1980
pekerjaannya meramu, berburu, dan melaut, Tahun 1980-1996 pekerjaan
masyarakat hanya melaut, dan pada tahun 1996 sampai sekarang pekerjaan
tersebut berubah menjadi pekerja di bidang jasa wisata (menjual souvenir, patung,
mutiara dan homestay), Pemandu wisata lokal. Di sisi lain perkembangan
pariwisata terus memberikan dampak terhadap budaya masyarakat. Sharpley
(2008:175) menyatakan konsekuensi dari perkembangan pariwisata berupa
dampak negatif dan positif, dampak ditanggapi dengan bervariasi bergantung
perkembangan pariwisata berpengaruh pada masyarakat. Dampak positif
perkembangan pariwisata berupa meningkatnya pendapatan masyarakat lokal,
peluang usaha semakin luas, dan bertambahnya kesempatan berusaha. Sementara
dampak negatif berupa berkurangnya lahan pertanian, perubahan terhadap mata
pencaharian masyarakat, perilaku masyarakat menjadi lebih konsumtif, perubahan
terhadap gaya hidup masyarakat ( Spillane, 2003: 47-48)
Berdasarkan pada penjelasan di atas, dampak-dampak tersebut sudah terjadi
di Labuan Bajo, hal ini diduga adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan
dan peningkatan jumlah investor asing yang membuka usaha dan membeli lahan
masyarakat lokal, yang mengakibatkan meningkatnya jumlah lahan yang terjual,
harga bahan baku meningkat, dan harga lahan meningkat pula (Stefanie,2017;63).
Selain itu pariwisata memberikan dampak terhadap perubahan gaya hidup
masyarakat, perubahan pola kerja, Perubahan mata pencaharian, perilaku
masyarakat Lokal yang konsumtif, persaingan usaha yang kurang baik (Stefanie,
3
2017:50). Berdasarkan pada data bahwa masyarakat mulai memberikan tanggapan
atau respon terhadap perkembangan pariwisata yang berlangsung.
Berdasarkan pada kronologis data pada tabel 1 dibawah ini, bahwa
masyarakat mulai menujukan sikap penolakan pada perkembangan pariwisata di
Labuan Bajo. Sikap penolakan tersebut dikarenakan pariwisata itu memberikan
dampak yang buruk terhadap kondisi lingkungan dan sosial budaya masyarakat
Labuan Bajo. Menurut Jafari (2001:32) menyatakan perkembangan pariwisata
dapat memberikan dampak yang bermanfaat bagi masyarakat namun dapat pula
menimbulkan dampak negatif yang sangat luas sehingga direspon dengan cara
yang berbeda pula oleh masyarakat. Hal tersebut tercermin dari sikap dan
tingkah laku masyarakat terhadap wisatawan. Beberapa reaksi masyarakat
Labuan Bajo mengenai penolakan pariwisata diantaranya:
Tabel 1. Bentuk Reaksi Masyarakat Pada Pariwisata
Reaksi Masyarakat Labuan Bajo terhadap Pariwisata Sumber
Informasi Tahun Keterangan
Forum
Masyarakat
Penyelamat
Pariwisata
Manggarai
Barat
(FORMAPP
MABAR)
12 Mei 2016
Masyarakat melakukan demo terhadap penolakan
investor yang membuka usaha akomodasi di
kawasan ruang publik pantai Pede. Hal ini
dikarenakan masyarakat Labuan Bajo tidak bisa
bermain kawasan tersebut.
6 Agustus
2018
Menolak perkembangan rest area dan fasilitas
pariwisata di kawasan konservasi Taman Nasional
Komodo
10
Oktober2018
Penolakan tempat hiburan di pantai pede karena
menggagu masyarakat sekitar
18 Oktober Menolak kapal feri untuk mengangkut wisatawan,
karena para pengusaha jasa sewa kapal dirugikan.
(Sumber : http://www.indonesiakoran.com, http://kupang.tribunnews.com/2018/07/31 )
Perkembangan pariwisata telah memberikan perubahan terhadap kondisi
sosial budaya, ekonomi dan lingkungan. Perubahan tersebut menimbulkan
4
tanggapan atau respon dari masyarakat setempat. Intensitas dan dampak
pariwisata sangat tergantung dari kecepatan yang dilingkupi oleh perkembangan
pariwisata, faktor tersebut dapat mempengaruhi reaksi masyarakat lokal (Pitana,
2009:209). Dilanjutkan oleh Doxey dalam Pitana, (2009:209) yang
mengembangkan Irridex (Irritation Index) sebagai alat ukur yang digunakan
untuk mengukur kecenderungan sikap masyarakat terhadap aktivitas pariwisata.
Melihat fenomena yang sudah terjadi di Kelurahan Labuan Bajo, Maka
perlu mengkaji penelitian dengan judul Respon Masyarakat dalam
Perkembangan Pariwisata di Kelurahan Labuan Bajo Nusa Tenggara
Timur.
B. Fokus Penelitian
Kementerian Pariwisata Indonesia sedang fokus dalam perkembangan
sarana dan prasarana pariwisata demi terwujudnya visi yaitu menjadikan Labuan
Bajo sebagai Bali Baru dan terwujudnya target kunjungan 20 juta wisatawan tahun
2019. Labuan Bajo dijadikan sebagai pusat bisnis pariwisata dan memiliki potensi
pariwisata yang sudang berkembang, sehingga banyak wisatawan yang
berkunjung ke Labuan Bajo, hal ini yang membuat perkembangan pariwisata di
Labuan Bajo terus berkembang. Berdasarkan informasi yang didapat sebelumnya,
terdapat variasi respon yang disampaikan oleh masyarakat, baik berupa respon
positif dimana masyarakat mendapatkan keuntungan dari perkembangan
pariwisata, sehingga masyarakat tersebut mendukung terhadap perkembangan
pariwisata yang berlangsung, selain itu terdapat respon negatif, hal ini
dikarenakan masyarakat setempat tidak merasakan langsung manfaat dari
perkembangan pariwisata yang menimbulkan penolakan, bahkah masyarakat
5
merasa terganggu akibat dari perkembangan pariwisata. Respon masyarakat akan
menentukan besarnya tingkat partisipasi masyarakat yang akhirnya dapat
berpengaruh terhadap keberlangsungan Perkembangan Pariwisata. Maka dengan
itu, dalam penelitian ini berfokus pada Respon Masyarakat yang ada di kelurahan
Labuan Bajo. Dalam meninjau variasi respon masyarakat di Kelurahan Labuan
Bajo, akan dikaji menggunakan teori Irritation Index yang dikemukakan oleh
Doxey dalam Piatana (2009:209) menyatakan bahwa respon masyarakat dapat
dilihat melalui empat tingkatan respon yaitu Euphoria, Apathy, Annoyance and
Antagonism”.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Doxey (1976) dalam Pitana
(2009:209) diatas penelitian ini akan melihat bagaimana respon masyarakat
dalam perkembangan pariwisata di Kelurahan Labuan Bajo, Kabupaten
Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan
sebagai berikut:
1. Menenukenali respon masyarakat Kelurahan Labuan Bajo, Kabupaten
Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur dalam perkembangan pariwisata
baik yang bersifat positif maupun negatif.
2. Menemukenali kelompok-kelompok masyarakat yang terkena dampak
negatif dari perkembangan pariwisata.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
6
a. Untuk menambah referensi pada kajian perkembangan pariwisata, terkait
dengan kajian respon masyarakat dalam perkembangan pariwisata
b. Sebagai bahan panduan dan acuan bagi para peneliti mengenai dampak
dampak perkembangan pariwisata.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian dapat digunakan oleh para Pemerintah Daerah serta
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat, Nusa
Tenggara Timur, agar dapat memahami jenis-jenis dan bentuk-bentuk
respon masyarakat dalam perkembangan pariwisata, dan menjadi bahan
pertimbangan dalam melakukan perkembangan pariwisata kedepannya
7
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Respon Masyarakat dalam Perkembangan Pariwisata
Respon Berasal dari kata Response berarti balasan atau tanggapan. Dalam
hal ini respon pada dasarnya adalah proses pemahaman dan tingkah laku
masyarakat terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya yang bersifat
timbal balik, saling terkait dan saling mempengaruhi. Respon masyarakat yang
tercermin dari sikap masyarakat terhadap pariwisata merupakan hal yang sangat
penting bagi keberhasilan perkembangan wisata. Jafari (2001) berpendapat “It
has been widely recognized that tourism development is a double-edged sword
for host communities. Not only does it generate benefits, but it also imposes
costs”. Menurut Soekanto (1993) respon sebagai perilaku yang merupakan
konsekuensi dari perilaku yang sebelumnya sebagai tanggapan atau jawaban
suatu persoalan atau masalah tertentu. Sementara itu Susanto (1998) mengatakan
respon merupakan reaksi, artinya penerimaan atau penolakan, serta sikap acuh
tidak acuh terhadap apa yang disampaikan oleh komunikator. Respon dapat
dibedakan menjadi opini (pendapat) dan sikap, dimana pendapat atau opini
adalah jawaban terbuka (overt) terhadap suatu persoalan dinyatakan dengan
kata-kata yang diucapkan atau tertulis.Sedangkan sikap merupakan reaksi positif
atau negatif terhadap orang-orang atau objek atau situasi tertentu. Respon
mempunyai dua bentuk, yaitu :
8
a. Respon positif Yaitu apabila masyarakat mempunyai tanggapan atau
reaksi positif dimana mereka dengan antusias ikut berpartisipasi
menjalankan program yang diselenggarakan oleh pribadi atau kelompok.
b. Respon negatif Yaitu apabila masyarakat memberikan tanggapan yang
negatif dan kurang antusias ikut berpartisipasi menjalankan program yang
diselenggarakan pribadi atau kelompok.
Menurut Walgito (1980) respon adalah salah satu perbuatan yang
merupakan hasil akhir dari adanya stimulus atau rangsangan. Dimana respon
terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Respon atau perbuatan yang reflektif (terjadi tanpa disadari individu)
merupakan reaksi dari stimulus yang diterima tidak sampai ke otak sebagai
pusat kesadaran
b. Respon atau perbuatan yang disadari, yaitu perbuatan organisme atas
adanya motif dari individu yang bersangkutan, dan stimulus yang diterima
individu itu sampai ke otak dan benar-benar disadari oleh individu yang
bersangkutan.
Silviana (2013) berpendapat bahwa respon adalah segala sesuatu yang
dilakukan seseorang terhadap rangsangan. Jadi respon adalah reaksi yang
dilakukan seseorang terhadap rangsangan atau perilaku yang dihadirkan oleh
rangsangan. Respon dibagi menjadi dua kategori, yaitu; Over response (respon
yang dapat dilihat oleh orang lain) dan Covert response ( respon yang tidak dapat
dilihat oleh orang lain dan sifatnya adalah pribadi). Respon yang muncul pada
diri manusia selalu dengan urutan sebagai berikut yaitu sementara, ragu-ragu dan
hati-hati yang dikenal dengan trial response, artinya terpelihara jika organisme
9
merasakan manfaat dari rangsangan yang datang. Sementara itu, respon dapat
menjadi kebiasaan dengan urutan sebagai berikut : Penyajian rangsangan
,Pandangan dari manusia akan rangsangan, Interpretasi dari rangsangan,
Menanggapi rangsangan, Pandangan akibat menanggung rangsangan,
Interpretasi akibat dan membuat tanggapan lebih lanjut, Membangun hubungan
rangsangan-rangsangan yang baik. Respon atau tanggapan adalah kesan-kesan
yang dialami jika perangsang sudah tidak ada, jika proses pengamatan berhenti,
dan hanya tinggal kesan- kesan saja, peristiwa sedemikian ini disebut tanggapan.
Dalam hal ini untuk mengetahui respon masyarakat dapat dilihat melalui
persepsi, sikap, dan partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap
seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang
untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu rangsangan tertentu.
Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau
sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan
atau situasi lain. Menurut Nainggolan (2013) sikap yang muncul dapat positif
yakni cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objektif.
Seseorang disebut mempunyai respon positif dilihat dari tahap kognisi, afeksi,
dan psikomotorik. Sebaliknya seseorang mempunyai respon negatif apabila
informasi yang didengarkan atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi
tindakan atau malah menghindar dan membenci objek tertentu. Respon
seseorang dapat dalam bentuk baik atau buruk, positif atau negatif Azwar (1998).
Apabila respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung untuk
menyukai atau mendekati objek, sedangkan respon negatif cenderung untuk
menjauhi objek tersebut. Menurut Arisandi (2012) respon merupakan reaksi
10
terhadap stimulus yang terbatas pada perhatian persepsi, pengetahuan, kesadaran
dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut. Berdasarkan
teori diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud respon dalam
penelitian ini adalah suatu tanggapan atau reaksi yang merupakan akibat adanya
rangsangan baik positif maupun negatif yang disampaikan oleh komunikator
berupa opini, pesan, maupun sikap dalam diri manusia pribadi maupun
masyarakat umum.
Pada dasarnya perkembangan pariwisata bagaikan pedang bermata dua
bagi masyarakat, walaupun mendatangkan dampak positif yang memberi
manfaat bagi masyarakat namun juga menimbulkan dampak negatif yang sangat
kompleks dan direspon berbeda-beda oleh masyarakat. Selanjutnya menurut
Brunt dan Hooton (2016) “Respon masyarakat terhadap pariwisata dapat
tercermin dari sikap masyarakat terhadap wisatawan”.Terdapat beberapa model
respon atau yang disebut Adjustment Models for Tourism menurut para ahli.
Salah satunya berikut yang diuraikan oleh Doxey (Pitana,2009:209) yaitu Irridex
of Tourists Irritation.
Tabel 2. Model Irritation Indeks
Model Irritation Index (Doxey,1975)
Positif Euphoria
Feelings
Apathy
Annoyance
Negatif Antagonism
Sumber: Adopsi Doxey (Pitana,2009:209)
11
Model pendekatan ini umumnya berfokus pada level sikap dari
masyarakat. Terdapat 4 tingkatan yang dirumuskan oleh Doxey:
a. Euphoria
Menurut Doxey (Pitana,2009:209), masyarakat lokal mendukung
perkembangan pariwisata, dapat ditafsirkan bahwa penduduk lokal sangat
bersemangat dengan adanya pengunjung, berinteraksi dengan wisatawan dan
senang karena pengunjung mengeluarkan uang selama berada diwilayah
mereka. Dalam tahapan ini, perencanaan telah dilakukan dengan harapan
dapat memberikan keuntungan bagi penduduk lokal
b. Apathy
Menurut Doxey (Pitana,2009:209), pertumbuhan pariwisata mulai
mengalami penurunan. Pariwisata dianggap sudah biasa oleh penduduk lokal.
Antusiasme dari tahap euporia telah menghilang. Hubungan diantara
pengnjung dan masyarakat lokal telah berubah menjadi hal yang
dikomersialisasikan. Segala bentuk interaksi dengan pengunjung berubah
dalam bentuk formalitas.
c. Annoyance
Menurut Doxey (Pitana,2009:209), penduduk mulai prihatin, jengkel, dan
jenuh dengan adanya pengunjung hingga akhirnya frustasi bahkan
masyarakat memisahkan wisatawan ditempat-tempat wisata. Dalam hal ini
para penduduk lokal sengaja memberikan ruang tersendiri untuk wisatawan.
d. Antagonism
Menurut Doxey (Pitana,2009:209), Pada level ini rasa tidak suka yang kuat
sudah ditunjukan terhadap pengunjung dan hal ini terasa jauh berbeda bagi
12
penduduk karena dulu mereka sangat terbuka terhadap turis. Pada tahap ini,
gambaran dampak negative terhadap pariwisata dan turis sudah terlihat. Jenis
wisatawan yang datang pun juga berubah. Pada titik ini, biaya yang
dikeluarkan lebih besar dari manfaat.
3. Sikap Masyarakat dalam perkembangan Pariwisata.
Sikap adalah sekumpulan respon yang konsisten terhadap objek sosial dan
merupakan reaksi yang masih ditutup dari seseorang terhadap stimulus atau
Objek (Robbins,2003). Sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap
objek, sikap yang diekspresikan kedalam proses kognitif, efektif (emosi)dan
perilaku (Robbins,2003). Menurut Robbins (2003) sikap dapat diidentifikasikan
sebagai ketersedian untuk bereaksi, secara positif atau secara negatif terhadap
objek-objek tertentu. Beberapa tingkatan sikap seperti: Receiving; menerima
stimulus yang masuk kedalam lingkungannya, Responding; memberikan
tanggapan terhadap sesuatu yang terjadi baik itu tanggapan positif ataupun
negatif.
4. Perkembangan Pariwisata
Dalam pariwisata konsep perkembangan telah muncul sebagai paradigma
baru. Spangenberg (2005:35-38) “Konsep Perkembangan dipertentangkan
secara ideologis dan politis serta mencakup berbagai kepentingan yang tidak
mudah diidentifikasikan”. Perkembangan berkelanjutan harus melihat dari
prospek perkembangan (Development) dalam mendukung pertumbuhan
perkembangan, namun prospek sustainability lebih mempertimbangkan faktor
keselamatan lingkungan. Jadi, perkembangan berkelanjutan lebih menjaga
lingkungan, sosial budaya dan sosial Ekonomi (David Weaver, 2006, 9-11).
13
Konsep perkembangan pariwisata berawal dari konsep perkembangan
berkelanjutan. Menurut Picard (2006:42) “Konsep perkembangan mencakup
usaha untuk melestarikan nilai yang ada serta melibatkan masyarkat / komunitas
pada suatu daerah tertentu dan dapat menciptakan peluang usaha, Peningkatan
kualitas hidup masyarakat dan pemerataan perekonomian”. Sedangkan Ardika
(2007:35) menyebutkan: Perkembangan pariwisata mengimplikasikan pada
batas yang ditentukan organisasi masyarakat dan teknologi serta kemampuan
lingkungan dalam menyerap dampak dari perkembangan tersebut. Picard (2006:
42) melajutkan bahwa perkembangan tersebut akan melibatkan unsur seperti
sosial budaya, lingkungan dan sosial ekonomi.
Berdasarkan Penjelasan di atas, maka perkembangan pariwisata dapat
disebut berkelanjutan apabila dalam pelaksanaanya menghubungkan semua
unsur terkait seperti sosial budaya, lingkungan dan sosial ekonomi dan
penerapannya melibatkan semua stakeholders (masyarakat, swasta, dan
pemerintah) demi terwujudnya pelestarian terhadap kondisi budaya dan
lingkungan masyarakat.
5. Interaksi antara Pariwisata dengan Masyarakat.
Interaksi antara pariwisata dengan masyarakat/ Interaction between
tourism and communities”(Sharpley, 2008:191). Sharpley (2008:191)
melanjutkan industri pariwisata membuka sebuah peluang usaha baru bagi
masyarakat. Di sisi lain Gunn (2002:9) “ konsep pariwisata terus berkembang
dan diperluas menjadi intrepretasi yang holistik sehingga melahirkan model
pariwisata sebagai sebuah sistem”. Selanjutnya Gunn (2002: 15) menjelaskan
perkembangan pariwisata harus dilakukan secara seksama dan komprehensif.
14
Aktivitas kunci dalam perkembangan pariwisata terletak pada perencanaan.
Tujuan perkembangan pariwisata tidak hanya untuk meningkatkan kunjungan
wisatawan dengan memberikan kepuasan terhadap wisatawan melalui produk-
produk wisata yang ada, namun juga harus ditujukan untuk menjaga kebudayaan
masyarakat lokal serta kesejahteraan masyarakat lokal di tempat wisata.
Berdasarkan penjelasan Gunn, dapat dijelaskan bahwa perkembangan
pariwisata sangat ditentukan oleh interaksi antara wisatawan dengan masyarakat
lokal. Perkembangan dapat dilakukan untuk meningkatkan unsur-unsur
pariwisata antara lain sarana dan prasarana, Atraksi wisata, informasi, dan
layanan wisata. Selain itu, Perkembangan akan efektif apabila dalam
perkembangannya melibatkan peran dari pemerintah, masyarakat, dan investor.
15
B. Kerangka Pemikiran
Perkembangan Pariwisata
Respon Masyarakat dalam Perkembangan Pariwisata
Irridex of Tourists Irritation
Doxey (Pitana, 2009:209)
Mathieson 1982)
)
Euphoria
1. Fase awal
kedatangan
pariwisata
2. Kedatangan
wisatawan dan
investor disambut
baik
3. Kedatangan
wisatawan dan
Investor membawa
manfaat
4. Perencanaan
perkembangan
pariwisata
Apathy
1. Masyarakat sudah
terbiasa dengan
kegiatan Pariwisata.
2. Terciptanya peluang
dan lapangan
pekerjaan bagi
masyarakat
3. Bidang Pariwisata
sebagai sumber
penghasilan bagi
masyarakat
4. Perencanaan
Pariwisata
difokuskan pada
pemasaran
Annoyance
1. Masyarakat mulai
jenuh dengan
kehadiran
wisatawan
2. Masyarakat mulai
terganggu dengan
kegiatan
pariwisata
3. Perencanaan
difokuskan pada
peningkatan
sarana dan
prasarana
Antagonism
1. Masyarakat
menunjukan
ketidaksukaanya
pada Pariwisata
2. Pariwisata
dianggap sumber
masalah
3. Pengkajian ulang
perencanaan
Pariwisata
Metode : Kualitatif Deskritif
Pengeumpulan Data: Wawancara dan observasi
Analisis : Miles&Huberman
)
Respon Positif
Tabel 3. Kerangka Pemikiran
Respon Negatif
Kebijakan perkembangan Pariwisata
Mathieson 1982)
)
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian merupakan sebuah rencana atau prosedur penelitian
yang meliputi ansumsi-amsumsi luas sehingga metode-metode lebih rinci dalam
pengumpulan data dan analisis data ( Cresswell,2010:3). Rancangan penelitian
mengacu pada strategi untuk mengintegrasikan berbagai komponen penelitian
secara kohesif dan koherensi. Fungsi rancangan penelitian adalah untuk
memastikan bahwa bukti yang diperoleh memungkinkan peneliti dalam
mendapatkan data yang jelas. Pendekatan pada penelitian tersebut adalah
deskriptif Kualitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif Silalahi (2010:27)
menjelasakan penelitian deskriptif berupaya untuk mendeskripsikan dan
menyajikan objek secara terperinci tentang suatu yang dirasakan oleh orang-
orang dalam kondisi sosial yang dijalani”. Selanjutnya Moleong (2009:11)
menjelaskan bahwa data deskripsi kualitatif berupa kata-kta, gambar, dan bukan
angka, maka dengan ini laporan penelitian akan berisi data yang memberikan
gambaran penyajian tersebut. Maka dengan itu penelitian deskriptif kualitatif
digunakan menemukenali jenis-jenis dan bentuk-bentuk respon masyarakat
dalam perkembangan pariwisata di Kelurahan Labuan Bajo, Kabupaten
Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
17
B. Partisipan dan Tempat Penelitian
1. Partisipan
Partisipan dalam penelitian adalah objek yang penelitian. Partisipan
menurut Soewandi,(2012:129) sekelompok unsur atau elemen yang dapat
berbentuk manusia atau individu, Lembaga atau Instansi, Dokumen, kejadian
atau gejala atau berbentuk konsep yang menjadi objek penelitian. Berdasarkan
tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui respon masyarakat pada
perkembangan pariwisata di Kelurahan Labuan Bajo, maka yang menjadi
Partisipan adalah warga Kelurahan Labuan bajo. Selain itu Peneliti
menggunakan sampling. Sampling menurut Ibrahim (2018:71) Perwakilan dari
jumlah keseluruhan obyek yang berpeluang menjadi sumber data. Ibrahim
(2018:71) melanjutkan bahwa teknik dalam penentuan sumber data dilakukan
dengan menggunakan non-probability sampling dengan teknik purposive
sampling. Purposive sampling dapat digunakan dalam situasi seorang peneliti
memilih responden dengan tujuan tertentu.
Berdasarkan Penjabaran diatas maka sampel yang akan diambil dalam
penelitian ini adalah masyarakat yang mempunyai mata pencaharian sebagai
pedagang lokal, nelayan, pemandu wisata, kepala rumah tangga, karyawan hotel
dan restoran, pns, tokoh pemuda/ komunitas, tokoh agama, dan tokoh adat yang
tinggal dan bekerja Kelurahan Labuan Bajo. Berikut jumlah responden Alasan
memilih semua sampel diatas karena sampel tersebut dianggap berpotensi untuk
mewakili masyarakat Labuan Bajo serta kehidupannya berhadapan langsung
dengan kegiatan pariwisata.
18
Tabel 4. Detail Responden
Profesi Jumlah (Orang) Persentase
Nelayan 4 11%
Jasa Penyewa 4 11%
Pedagang 4 11%
Pemandu Wisata 4 11%
PNS 3 9%
Pengusaha 3 9%
Ibu Rumah Tangga 2 6%
Karyawan Swasta 6 17%
Tokoh Budaya 1 3%
Komunitas 1 3%
Tokoh Agama 3 9%
Total 35 100% (Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019)
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di Kelurahan Labuan Bajo, Kecamatan
Komodo, Kabupaten Manggarai Barat . Kelurahan Labuan Bajo termasuk kota
yang cukup terkenal yang didiami oleh 7.360 Penghuni dengan total luas wilayah
1.100 Hektar, Selain itu Kelurahan Labuan Bajo terletak di pinggir pantai dengan
jarak 0-450 Mdpl (BPS Kecamatan Komodo dalam Angka, 2017).
Kelurahan Labuan Bajo merupakan pusat dari aktivitas wisaat pantai dan
kuliner serta, Pusat Usaha bisnis Pariwisata ( Hotel, Travel Agent, Restaurant,
Rental Peralatan Diving dan Snoerkelling, money changer, homestay, Guest
House dll). dikarenakan letaknya dekat dengan pelabuhan laut, Fish Market dan
Night Market (Swisscontact Wisata, 2017).
19
Gambar 1. Peta Wilayah Penelitian
Sumber: Data Sekunder Kecamatan Komodo,2019
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data salah satu bagian terpenting dari satu suatu penelitian
(Ibrahim,2018:79). Hal ini berhubungan dengan pemilihan strategi untuk dan
melakukan kontak dengan subjek. Ibrahim, 2018:82) menjelaskan “Teknik
Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif berupa observasi wawancara,
dokumentasi dan Focus Group Discussion”. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah observasi dan wawancara (In Depth Interview)
1. Observasi
Observasi merupakan peninjauan atau pengamatan secara cermat terhadap
objek yang akan teliti dengan menggunakan panca indera untuk mengetahui
sebuah konteks, kondisi, kebenaran. Pada tahap ini Peneliti merekam,
mencatat dan mendokumentasikan dalam bentuk foto aktivitas
perkembangan pariwisata kawasan kelurahan Labun Bajo.
Lokasi Penelitian
Kelurahan Labuan Bajo
20
2. Wawancara
Wawancara merupakan Percakapan yang melibatkan pewawancara
(Interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan terwawancara
(Interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
(Ibrahim,2018:88). Wawancara pada penelitian ini dilakukan dengan
bertemu, bertatap muka langsung dengan orang yang akan diwawancara
(Responden. Menurut Ibrahim (2018:89) wawancara dilakukan secara
personal antara peneliti atau pewawancara dengan responden. Pada
penelitian ini dilakukan langkah-langkah wawancara yang idaptasi dari
Gunawan (2013: 174) antara lain:
1) Menyusun pertanyaan wawancara yang berhubungan dengan objek
penelitian.
2) Menentukan subjek yang diwawancara
3) Membangun hubungan dengan responden untuk memperkenalkan
diri, penelitian, mengkomunikasikan maksud wawancara, sekaligus
menentukan jadwal, tempat dan sarana wawancara.
4) Uji coba wawancara dengan sampel kecil dari sampel yang telah
ditentukan.
5) Memperbaiki pertanyaan wawancara apabila membingungkan.
6) Melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan.
7) Membangun komunkasi efektif selama wawancara (termasuk tahap
uji coba)
8) Melakukan probing untuk mengkonfirmasi jawaban dan untuk
mendapat informasi yang luas.
Wawancara pada penelitian ini berlangsung pada bulan Mei tahun 2019
di Kelurahan Labauh Bajo, Kabupaten Manggarai,Nusa Tenggara Timur.
Dalam penelitian ini peneliti tidak mendapatkan kendala yang berarti,
karena semunya sudah di koordinasi dengan baik.
21
D. Analisis Data
Analisis data merupakan Proses menyikapi data, memilah , menyusun, dan
mengolahnya ke dalam satu susunan yang yang sistematis dan bermakna
(Ibrahim,2018:103) . Ibrahim (2018:103) melanjutkan, analisis data dikaitkan
dengan upaya untuk memahami, menjelaskan,menafsirkan, dan mencari
hubungan antara data-data yang telah diperoleh. Pada penelitian ini teknik
analisis data dilakukan dengan tiga yang harus dikerjakan yaitu; Koleksi Data,
reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi, Miles &
Huberman (Gunawan,2013:210).
Tabel 5. Analisis Data Menurut Miles & Huberman
a. Penyajian data
Penyajian data merupakan proses menyajikan sekumpulan informan
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data penelitian kualitatif dilakukan
dalam berbagai bentuk antara lain text naratif, matriks, grafik, jaringan,
dan bagan.
22
b. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan analisis yang ketiga. Kegiatan
ini dilakukan apabila semua data telah terkumpul dan telah terperinci.
Penarikan kesimpulan tergantung pada besarnya kumpulan-kumpeulan
catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan, metode pencarian ulang
yang digunakan, kecakapan peneliti.
E. Pengujian Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan melaui proses penyuntingan atau memeriksa
kembali kualitas data dalam instrument. Uji keabsahan data dilakukuan untuk
menguji menjamin bahwa penelitian yang penelitian yang dilakukan berkualitas
dan berasal dari data-data yang valid (Gunawan,2013:229). Dalam mengecek
derajat keterpercyaaan data terdapat Ragam Teknik pemeriksaan keabsahan data
menggunakan triangulasi sumber. Menurut Ibrahim (2018:124), Trianggulasi
sumber, ialah salah satu teknik yang dilakukan dlaam memeriksa keabsahan data
dengan cara membandingkan data-data yang diperoleh dari masing masing
narasumber. Hal ini bertujuan untuk melihat kelengkapan, akurasi, konsistensi,
keseragaman,dan relevansi dari data yang diperoleh
Pengujian keabsahan data pada penelitian ini, digunakan untuk melihat
relevan antar pertanyaan dengan jawaban yang diberikan oleh setiap responden.
23
F. Jadwal Peneltian
Dalam melakukan penelitian perlu membuat jadwal penelitian, berikut
dibawah ini jadwal yang akan penelitian lakukan
Tabel 6. Jadwal Penelitian
I II III IV1 Pengumpulan Topik Awal Januari2 Penyusunan UP Februari3 Bimbingan UP Maret4 Pengumpulan UP Maret5 Melaksanakan Seminar UP April 6 Revisian UP April 7 Pengumpulan Data Lapangan Mei8 Pengolahan dan Analisis Data Mei9 Penyusunan Proyek Akhir Juni
10 Bimbingan PA Juni11 Pengumpulan PA Juli12 Sidang PA Juli13 Revisian PA Agustus
MingguBulan Nama KegiatanNo
Sumber: Olahan Peneliti 2019
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Kelurahan Labuan Bajo.
a. Kondisi Geografis
Kelurahan Labuan Bajo terletak pada bagian barat pulau Flores. Kelurahan
Labun Bajo merupakan salah satu desa/ kelurahan yang ada di Kecamatan
Komodo, Kabupaten Manggarai Barat. Wilayah Kelurahan Labuan Bajo berada
diantara 080.140 dan 090.000 lintang selatan dan 1190.210 dan 1200.200 bujur
timur (BPS Kecamatan Komodo,2019). Adapun batas administratif kelurahan
Labuan Bajo yaitu:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Gorontalo
• Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sape
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Wae Kelambu
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Wae Kelambu.
Kelurahan Labuan Bajo memiliki Luas wilayah 1.100 Hektar dengan
presentasi 1,58 % dari total luas seluruh desa di Kecamatan Komodo Kabupaten
Manggarai Barat, dengan kondisi ketinggian kurang lebih 0-100 mdpl
(Kelurahan Kecamatan Komodo,2019).
25
Kondisi Iklim kelurahan Labuan Bajo bertipe tropis dengan curah hujan
yang sangat rendah. Besarnya curah hujan tahunan rata-rata sekitar 500
mm/tahun, dengan suhu 27 -34 derajat Celsius. Sementara kondisi musim di
kelurahan Labuan Bajo hampir sama dengan wilayah di Kabupaten Manggarai
Barat yaitu musim kering mulai pada bulan April sampai dengan November,
sementara musim basah atau hujan berlangsung dari bulan Januari sampai Maret,
kemudian dilanjutkan dengan bulan Desember. Kelurahan Labuan Bajo
memiliki 2 karakter fisik wilayah yaitu pantai dan berbukit.
Gambar 2. Peta Administrasi Kelurahan Labuan Bajo
Sumber : Data Sekunder, Kecamatan Komodo,2019
b. Masyarakat Kelurahan Labuan Bajo
1) Penduduk
Kelurahan Labuan Bajo dihuni oleh tiga suku besar seperti suku
Manggarai, Bugis dan Bima selain itu, ada beberapa etnis lainnya seperti
Maumere, Ngada, Tionghoa dan Ende. Kelurahan Labuan Bajo
berpenghuni sekitar 1.942 Kepala Keluarga pada tahun 2018 dengan total
26
penduduk berjumlah 7.360 jiwa dengan jumlah Laki-laki 3.814 jiwa dan
perempuan 3.546 jiwa. Selanjutnya jumlah penduduk Kelurahan Labuan
Bajo dirinci dalam tabel 7 sebagai berikut;
Tabel 7. Penduduk Kelurahan Labuan Bajo berdasarkan Umur
Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa)
0-4 tahun 441
5-14 tahun 1,556
15-24 tahun 1,201
25-34 tahun 1,425
35-44 tahun 1,274
45-54 tahun 789
55-59 tahun 198
< 60 tahun 476
Total 7,360 Sumber : Data Sekunder, BPS Kecamatan Komodo 2018
Berdasarkan tabel 7 di atas jumlah usia produktif penduduk
Labuan Bajo berusia 15 tahun sampai 44 tahun dengan jumlah 3.900
jiwa atau 52,98% dari total seluruh penduduk.Selain itu masyarakat
Labuan Bajo memiliki kepercayaan seperti Katolik, Protestan, Islam,
Hindu, Budha, dan Konghucu dengan presentasi sebagai berikut;
Gambar 3. Kepercayaan (Agama) Masyarakat Labuan Bajo Agama Presentase (%)
Katolik 41.20%
Protestan 3.23%
Islam 55.17%
Hindu 0.36%
Budha 0.02%
Konghucu 0.02%
100.00%
Katolik
41.20 %
Protestan
3.23 %
Islam
55.17 %
Hindu
0.36 %
Budha
0.02 %
Konghucu
0.02 %
Agama
Katolik Protestan Islam Hindu Budha Konghucu
Sumber : Data Sekunder BPS Kecamatan Komodo, 2018
27
Berdasarkan gambar 3 di atas menujukan bahwa mayoritas
kepercayaan penduduk yang tinggal di kelurahan Labuan Bajo adalah Islam
sebesar 55,17% kemudian disusul oleh kepercayaan Katolik sebesar
42.20%, Protestan sebesar 3,23%, Hindu sebesar 0.36%, dan Budha dan
Konghucu masing-masing sebesar 0.02%. Keberagaman agama bukan
menjadi penghalang bagi masyarakat Labuan Bajo untuk saling
menghormati dan membantu antar umat beragama, serta hidup
berdampingan dengan rukun dan damai.
c. Kondisi Perekonomian di Kelurahan Labuan Bajo
Potensi Perekonomian di Kelurahan Labuan Bajo sebelum pariwisata
adalah sebagai nelayan, buruh, Perikanan,dan berburu. Pada tahun 1996
sumber penghasilan masyarakat berubah menjadi sektor Industri pariwisata,
akan tetapi selain pariwisata, Labuan Bajo juga memiliki sektor lain yang
potensial antara lain Peternakan, dan Perikanan (Swisscontact Wisata, 2017).
Berikut dibawah ini sumber penghasilan utama masyarakat di Kelurahan
Labuan Bajo.
1) Pariwisata
Labuan Bajo menjadi pusat dari kegiatan pariwisata di Kabuapten
Manggarai barat. Pariwisata telah menjadi Potensi terbesar bagi
perkonomian masyarakat di Kelurahan Labuan Bajo. Pariwisata yang
terdiri dari indutri Pariwisata dan Objek/ daya Tarik wisata. Potensi objek
wisata diantanya wisata bahari, alam, belanja dan kuliner yang akan dirinci
pada tabel 8 berikut:
28
Tabel 8. Potensi Pariwisata Kelurahan Labuan Bajo
No Kategori Nama obyek Aktivitas
1. Wisata
Bahari
Pantai Binongko Berenang, Sunset View
Pantai Wae Cecu Berenang, Snorkeling,
dan Relaxing
Pantai Wae Rana Berenang, Snorkeling,
dan Relaxing
Kelumpang
Berenang, Penambang
Mutiara, dan Snorkeling,
Pulau Bidadari Berenang, Snokelling,
dan Relaxing.
2. Wisata
Alam
Bukit Silvia Sunset View dan
Panorama
Bukit Cinta Sunset View dan
Panorama
3. Wisata
Kuliner Kampung Ujung
Merasakan makanan
Seafood dan makanana
Tradisional khas
Manggarai Barat
4. Wisata
Belanja
Exotic Shop
Membeli oleh oleh khas
manggarai Barat (tenuan
lokal, handycraf, dan lain
lain
Kampung Ujung (TPI)
City Sightseeing dan
berbelanja hasil laut
Labuan Bajo.
Sumber : Data Sekunder, Disparbud Kab. Manggarai Barat,2019
Sementara usaha jasa pariwisata di Labuan Bajo mulai berkembang
pesat setelah terpilihnya Taman Nasional Komodo menjadi salah satu dari
tujuh keajaiban dunia. Adapun perkembangan usaha jasa pariwisata di
Labuan Bajo seperti Pengusaha Suvernir, Biro Perjalanan Wisata dan
Asosiasi wisata, Dive Center, Travel Agent, Hotel atau Penginapan,
Restoran atau Warung Makan, dan SPA (Reflexiology). Daftar usaha
pariwisata akan dirinci pada tabel 9 berikut:
29
Tabel 9. Daftar Usaha Jasa Pariwisata
Usaha Jasa
Pariwisata Nama Brand
Hote
l d
an
Pen
gin
ap
an
• Hotel Pelangi
• Hotel Exotic
• Centro Bajo Hotel
• Sun Rise
• Blessing
• Bayview Garden
• Seirama Alam
• Aulia Hotel
• Sylvia
• Wae Cecu Eden
Beach
• Plataran Indonesia
• Gardena
• Hotel Puri Komodo
• Kembang Ragi
• Kharisma
• Rama Minang
• Manta-manta
• Puncak Waringin
• Chez Felix
• Hotel Surya
• CF Komodo Hotel
• Bajo Beach
• Pantai Mutiara
• Green Hill Inn
• Blue Marin Komodo
• Casa Celini on the
Hill
• Komodo Indah
• Cahaya Mandiri
• Restu Bundo
• Dragon Komodo
• Beta Bajo
• Bajo Dive Coconut
• La Pirate
• Blue Ocean Hotel
• Diaz
• Ayana Hote
Tra
vel
Agen
t
• Getrudis Tours
• Manumadi Tours
• Lintas Flores
• Flores Trails Tours
• Flores Remo Tours
• Flores Tours
• Persada Lestari Tours
• Floressa Tours
• Peramasawara Tours
• Khatulistiwa
Nusantara
• Eriksa Antaiksawan
• Flores Lantan Tours
• Grand Komodo Tours
• BCB Tours
30
Bir
o P
erja
lan
an
Wis
ata
dan
Aso
sisa
si W
isata
• PT. Biro Perjalanan
Persada Lestari
Jaya
• PT. Flores Remo
Tour
• PT.Berlayarku
Beda
• PT. Wisata Elianor
• PT. Hanrin
• PT Jelajah Alam
Flores
• PT. Flores Charm
Tours and travel
• PT.Flores Trail
Wisata
• PT. Golo Hill Top
• Jasa Astra Wisata
Komodo
• PT. Komodo
Panorama Indah
• PT. Komodo Mega
Wisata
• PT. Komodo Eco
Wisata
• PT. Flores Lantana
Tour & Travel
• PT. Flores Revinco
Lobu Tour
• PT.Ficko Cahaya
Komodo
• PT. Katulistiwa Hijau
Nusantara
• PT. Komodo Escape
Prawara
• PT. Tasya Media Jaya
• PT.Oceanic Komodo
Diving
• PT.Situju Tujuh Cruise
• PT. Adikarya Wisata
Indah
• Getrudis Tours
• Manumadi Tours
• PT.Suramanik Kencana
• PT.Erika Antariksawan
• PT.Komodo Indonesia
Tours & Travel
• PT.Thomas Adventure
• PT.Travindi Jaya Bajo
• Manta Tours & Travel
PT.Komodo Anugerah
Semesta
• PT.Indonesia Juara
Wisata
• PT.Viro Myra Komodo
• PT.Grand Komodo
Tour
• PT.Afrilia Mega
Wisata
•
Div
e C
ente
r
• Komodo Dive
• CN. Dive
• Blue Marin Dive
• Bajo Dive
• Ora Dive
• Divine Dive
• Surface Interval
• Dive Komodo
• Grand Komodo
• Reef Seaker
• Alexsa Dive
• Red While Diving
• Flores Diving
Center
• Wicked Diving
31
• Neren Dive Dragon
Dive Komodo
• Amalia Scuba
• Komodo Scuba
Junkee
SPA dan
Reflexiology • Flores SPA Wae Molas SPA
Hiburan
Umum
• Paradise Bar
&Resto
• Pantai Pijat Mandiri
• Café in Hit
• Bajo Mandiri Jaya
Transportasi
Wisata
• Lintar Flores
Wisata
Alba Jasa Wisata Kapal
Layar Indonesia
Res
tau
ran
t /
Ru
mah
Mak
an
• Made In Italy
Restaurant
• Mediteraneo
Restaurant
• Prima Jasa
Restaurant
• Pesona Bali
• The Corner
Restaurant
• Gelato Frech
Quality
• Valentine
• Alam Brewes
Restaurant
• The Lodge
Restaurant
• Blue Marlin
Komodo Restaurant
• Bajo Bakery
perdana
• Matahari
Restaurant
• Oi Jaya Restaurant
• Tree Top
Restaurant
• Maci Prima Restoran
• Dapur Lezat Komodo
Restoran
• Bottle Resto &Café
• Happy Banana Resto &
Cafe
• RM.Rama
• RM.Sayo
• RM.Garuda
• RM.Minang Asli
• RM.Pancoran
• RM.Minang Indah
• RM.Sinar Padang
• RM.Rahayu
• RM.Sari Minang
• RM.Setia Baru
• RM.Arto Moro
• RM.Restu Bundo
• RM.Garuda II
• RM.Aermartonis
• RM.Pusako Minang
• La Pirate Restaurant
• Paradise Resto & Bar
• Atlantis Resto & Bar
Toko Suvernir • Exotic suvernir
shop • Komodo Suvernir Shop
Sumber : Data Sekunder Disparbud Kab. Manggarai Barat,2019
32
Jenis Usaha Pariwisata seperti yang telah dirincikan pada tabel 9 di
atas telah memberikan peluang kepada masyarakat di Kelurahan Labuan
Bajo untuk berkerja serta mendapatkan penghasilan dari usaha pariwisata
tersebut. Selain itu masyarakat di Labuan Bajo bekerja di usaha jasa
pariwisata yang dekat dengan tempat mereka yang berlokasi berlokasi di
kelurahan sekitar Labuan Bajo seperti Kelurahan Wae Kelambu, Desa
Gorontalo, Desa Batu Cermin dan desa terdekat lainnya.
Berdasarkan penyebaran Usaha Jasa Pariwisata di Labuan Bajo
diatas mayoritas masyarakat lokal bekerja sebagai karyawan swasta,
namun ada juga yang membuka usaha sendiri seperti jasa penyewaan
Kapal wisata, jasa penyewaan ( motor dan mobil), pengelola Homestay
dan Freelance Guide.
2) Peternakan.
Populasi Peternakan besar ( Sapi dan Kerbau) dan peternakan kecil
(Unggas, Babi, dan Kambing) di Kelurahan Labuan Bajo tahun 2017
dengan total 4.682 ekor dengan rincian pada gambar 4 dibawah ini :
Gambar 4. Peternakan di Kelurahan Labuan Bajo
(Sumber :Data Sekunder, BPS Kecamatan Komodo, 2018)
Kerbau Sapi Babi Kambing Unggas
Jumlah (Ekor) 20 161 97 71 4513
20 161 97 71
4513
0
1000
2000
3000
4000
5000
Peternakan
Peternakan di Kelurahan Labuan Bajo
33
Berdasarkan data pada gambar 4 diatas menunjukan bahwa sektor
peternakan juga berpotensi untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat di kelurahan Labuan Bajo, walapun presentase peternakan
tidak banyak dan hanya di dominasi oleh peternakan unggas dengan
persentase sebesar 92,82% dari total, kemudian disusul dengan peternakan
sapi sebesar 3,31%, Kambing sebesar 1,46%, Babi sebesar 1,99% dan
Kerbau sebesar 0,41%.
3) Perikanan
Labuan Bajo memiliki wilayah laut yang cukup luas. Maka tidak
heran jika sebagian masyarakat Labuan Bajo berprofesi sebagai Nelayan
dan Petani Ikan. Jumlah masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan
sebanyak 146 orang dan Petani Ikan sebanyak 20 orang.Adapun
pengasilan ikan yang didapat oleh para nelayan sebesar 25.550,58 ton
Pertahun. Sebuah potret yang cukup menjajikan untuk dikelola dan mampu
meningkatkan taraf hidup penduduk di Kelurahan Labuan Bajo.
d. Sarana Transportasi:
Sarana transptotasi yang ada di Labuan Bajo berupa Laut, Darat, dan
Udara
1) Tranportasi Darat berupa Bus, Angkot ( Bemo) dan Ojek. Selian itu
Trasportasi yang menggubungkan antar kecamatan, kota, dan provinsi
menggunakan Bus.
2) Transporasi laut berupa kapal penumpang, Kapal barang, dan kapal
wisata. Yang menghubungkan Labuan Bajo dengan Sulawesi Selatan,
Bali dan Nusa Tenggara Barat.
34
3) Transportasi Udara. Labuan Bajo memiliki Bandar Udara dengan nama
Bandara Komodo yang merupakan gerbang masuk utama ke wilayah
Flores. Adapun rute penerbangan ke Labuan Bajo adalah Jakarta -Labuan
Bajo (P/P) , Bali- Labuan Bajo (P/P) , Lombok- Labuan Bajo (P/P), dan
Kupang- Labuan Bajo (P/P), dengan maskapai penerbangan Garuda
Indonesia, Citilink, NAM Air, Wings Air, dan Batik Air.
e. Perkembangan Pariwisata di Labuan Bajo
Perkembangan pariwisata di Kelurahan Labuan Bajo mempunyai
peranan penting dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja, mendorong
pemerataan kesempatan berusaha, mendorong pemerataan perkembangan
nacional, dan memberikan kontribusi dalam penerimaaan devisa negara
yang dihasilkan dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, serta
berperan dalam mengentaskan kemiskinan yang pada akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pariwisata juga berperan dalam upaya
meningkatkan jati diri bangsa dan mendorong kesadaran dan kebanggaan
masyarakat terhadap kekayaan alam dan budaya.
Pada pelaksanaan perkembangan pariwisata di Kelurahan Labuan
Bajo, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat
berperan penting sebagai penyelenggaraan perkembangan kepariwisataan
yang terintegrasi dalam perkembangan daerah yang dilakukan secara
sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan dan bertanggung jawab
dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai kearifan lokal
yang hidup di dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup
serta peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
35
2. Data Temuan Hasil Wawancara Berdasarkan Pekerjaan
a. Data Temuan Hasil Wawancara Pedagang di Kelurahan Labuan Bajo.
Setelah melakukan penelitian di lapangan dalam kurun waktu kurang lebih
3 minggu dan melakukan wawancara dengan masyarakat lokal yang tinggal di
kelurahan Labuan Bajo. Peneliti mencoba mengetahui respon masyarakat dalam
perkembangan pariwisata di Labuan Bajo. Rangkuman hasil wawancara
disajikan dalam beberapa tabel dibawah ini.
Tabel 10. Rangkuman Hasil Wawancara dengan Pedagang,
Pertanyaan
Penelitian
Jawaban Pedagang
Fase Awal kedatangan
pariwisata
Perkembangan Pariwisata di Labuan Bajo sudah berada
cukup lama sejak tahun 1990-an, dengan
perkembangnya masyarakat sangat mendukung dengan
perkembangan tersebut, karena Industi pariwisata telah
memberikan pemasukan tambahan dari hasil penjualan
mereka
Kedatangan
Wisatawan dan
Investor di sambut
baik
Kehadiran investor dan wisatawan di sabut baik oleh
para pedagang di labuan Bajo. Karena Pengusaha Hotel
dan restoran membeli kebutuhan sehari-hari dari
pedagang lokal tersebut.
Kehadiran Pariwisata
membawa manfaat
Kehadiran Pariwisata juga telah memberikan banyak
manfaat bagi masyarakat seperti : Sebagian anggota
keluarga mereka bekerja di usaha pariwisata, dan
memudahkan masyarakat menjual hasil dagangannya.
Perencanaan
Perkembangan
Pariwisata
Mayoritas pedagang di Labuan Bajo mendukung
perencanan perkembangan pariwisata. Namun
masyarakat mengharapkan supaya pemerintah bisa
mengakomodir para pengerajin patung dan penjual kain
tenun lokal,agar bisa di alokasikan ketempat yang
layak.
36
Masyarakat sudah
terbiasa dengan
pariwisata
Kehadiran pariwisata dianggap sebagai hal yang biasa
oleh masyarakat. Indutri pariwisata dengan masyarakat
memiliki hubungan symbiosis mutualisme (saling
menuntungkan) yang menyebabkan masyarakat tidak
merasa asing dengan kegiatan pariwisata. Hal tersebut
juga mendorong masyarakat untuk terus memasarkan
produk lokal seperti kain tenun songket dan patung
Komodo kepada wisatawan. Selain itu perkembangan
juga sudah mengubah pekerjaan dari masyarakat lokal.
terciptanya peluang
dan lapangan
pekerjaan bagi
masyarat
Perkembangan pariwisata di Labuan Bajo juga
menciptakan peluang dan lapangan pekerjaan yang
sangat besa, seperti : Pengusaha Kuliner, Pengerajin
Patung, penjual Kain Tenun, Karyawan Hotel,
Karyawan Restoran, Usaha Warung.
Industri Pariwisata
sebagai sumber
penghasilan utama
masyarakat.
Beberapa masyarakat menyatakan bahwa penghasilan
utamanya dari Pariwisata seperti dari hasil tenunan dan
Pengerajin Patung.
Beberapa yang lain mengatakan bahwa sebagian besar
keluarga mereka bekerja di industry pariwisata.
Masyarakat mulai
jenuh dengan kegiatan
pariwisata.
Perkembangan pariwisata turut membuat masyarakat
merasa jenuh. Kejenuhan masyarakat terjadi karena
mengunggu wisatawan untuk membeli barang
dagangan, seperti: kain tenun, pedagang Mutiara dan
patung Komodo. Masyarakat menilai bahwa
keuntungan besar akan didapat pada saat pick season ,
sementara untuk low season mereka harus rela
menunggu sampai ada yang membeli dagangan mereka.
Masyarakat mulai
merasa terganggu
dengan kegiatan
pariwisata.
Masyarakat tidak merasa terganggu dengan
perkembangan pariwisata di Labuan Bajo. Sebuah
perubahan pasti ada seperti pergeseran nilai budaya
Lokal dan gaya hidup masyarakat. Perubahan tersebut
sebagai sebuah konsekuensi yang harus di terima dari
perkembangan pariwisata.
Pembangunan
difokuskan pada
peningkatan
Infrastruktur, serta
sarana dan prasarana
Masyarakat sangat setuju dengan pembanguan
infrastruktur, sarana dan prasarana. Pembangunan
tersebut turut mempermudah aktivitas masyarakat serta
memperlancar pemerataan ekonomi. Pembangunan
tersenut berupa: Pelebaran dan perbaikan Jalan raya,
Rumah sakit, Bandara, pelabuhan, Hotel-hotel, restoran
37
Travel Agent, Pusat Kuliner, Perbaikan Tempat
pelelangan ikan dan lainnya. Masyarakat
mengharapkan ada pembangunan tempat khusus untuk
para pedagang kain tenun, pedagang Mutiara, dan
pengerajin patung.
Masyarakat
menunjukan ketidak
sukaanya pada
pariwisata
Masyarakat tidak pernah melakukan penolakan
terhadap pariwisata.
Pariwisata dianggap
sebagai sumber
masalah
Tidak ada
Pengkajian Ulang
terhadap perencaan
pariwisata
Masyarakat menilai tidak perlu mengkaji ulang
mengenai perencanaan yang sudah dilakukan. Namun
masyarakat mengharapakan pemerintah menjalakannya
sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal.
Sember : Data Primer Hasil Wawancara dengan Pedagang,2019
Berdasarkan hasil wawancara dengan para pedagang (Kain tenun lokal,
pedagang sayur, dan pedagang Mutiara) di Kelurahan Labuan Bajo, mengatakan
bahwa perkembangan pariwisata sudah cukup lama di Labuan Bajo.
Perkembangan pariwisata mendapat dukungan dari masyarakat lokal. Kehadiran
pariwisata (Investor dan wisatawan) juga dimbut baik oleh masyarakat. Dari sisi
pedagang menilai bahwa kehadiran investor dan wisatawan turut memberikan
peluang usaha dan lapangan pekerjaan bagi keluarga dan masyarakat Labuan
Bajo pada umumnya. Sehingga dengan peluang tersebut juga memberikan
manfaat yang besar bagi pedagang seperti memudahkan pedagang dalam
menjual barang dagangannya. Maka dengan itu secara langsung juga para
pedagang mengaku setuju dengan rencana perkembangan pariwisata yang telah
dilakukan oleh pemerintah.
38
Perkembangan pariwisata sudah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan
pedagang di Labuan Bajo, hal ini dibuktikan dengan munculnya hubungan
symbiosis mutualisme yang menyebabkan masyarakat tidak merasa asing
dengan kegiatan pariwisata. Hal tersebut juga mendorong masyarakat untuk
terus memasarkan produk lokal seperti kain tenun songket dan patung Komodo
kepada wisatawan. Selain itu perkembangan juga sudah mengubah pekerjaan
dari masyarakat lokal. Perkembangan pariwisata di Labuan Bajo juga
menciptakan peluang dan lapangan pekerjaan yang sangat besar, seperti;
Pengusaha Kuliner, Pengerajin Patung, penjual Kain Tenun, Karyawan Hotel,
Karyawan Restoran, Usaha Warung. Bedasarkan hasil wawancara dengan
pedagang menemukan bahwa penghasilan utamanya dari Pariwisata seperti dari
hasil tenunan dan Pengerajin Patung. Beberapa yang lain ( pedagang sayuran)
mengatakan bahwa pendapatanya bersumber dari penjualn sayuran, namun
sebagian besar keluarga pedagang tersebut bekerja di industry pariwisata.
Dampak perkembangan pariwisata telah mengakibatkan munculnya
kejenuhan serta timbulnya gangguan yang dirasakan oleh para pedagang.
Kejenuhan lebih cendurung dirasakan oleh pedagang kain tentun dan pedagang
Mutiara. Kejenuhan pedagang terjadi karena mengunggu wisatawan untuk
membeli barang dagangan, seperti: kain tenun, pedagang Mutiara dan patung
Komodo. Masyarakat menilai bahwa keuntungan besar pada saat peak season ,
sementara untuk low season pedagang harus rela menunggu sampai ada yang
membeli dagangannya. Di sisi lain perkembangan pariwisata memberikan
perubahan terhadap pergeseran nilai budaya lokal dan gaya hidup masyarakat.
Perubahan tersebut sebagai sebuah konsekuensi dari perkembangan pariwisata.
39
Walaupun perubahan terus tejadi di Kelurahan Labuan Bajo, namun
terdaapt pula peningkatan infrastruktur, sarana dan prasarana untuk mendukung
perkembangan pariwisata serta memperlancar pemerataan ekonomi.
Pembangunan tersebut berupa: Pelebaran dan perbaikan jalan raya, rumah sakit,
bandara, pelabuhan, hotel-hotel, restoran travel agent, pusat kuliner, perbaikan
tempat pelelangan ikan dan lainnya. Para Pedagang (kain tenun, dan Mutiara)
mengharapkan ada pembangunan tempat khusus untuk para pedagang kain
tenun, pedagang Mutiara, dan pengerajin patung.
Melihat segala perkembangan pariwisata yang ada di Labuan Bajo para
pedagang menanggapi bahwa pariwisata tidak memberikan masalah yang berarti
bagi masyarakat, namun masyarakat mengharapkan supaya semua kebijakan
yang dibuat pemerintah harus berlandaskan pada kebutuhan masyarakat lokal.
b. Data Temuan Hasil Wawancara Pemandu Wisata di Kelurahan Labuan
Bajo
Tabel 11. Rangkuman Hasil Wawancara dengan Pemandu Wisata
Pedoman Pertanyaan Jawaban Pemandu Wisata
Fase Awal kedatangan
pariwisata
Perkembangan Pariwisata di Labuan Bajo sudah tahun
1987 awalnya. Tahun 1991 terdapat sedikit tingkat
kunjungan wisatawan dan sedikit hotel, tahun 2013
diadakanya sail Komodo, pada saat ini jumlah
kunjungan wisatawan terus meningkat sehingga saat
ini. Peningkatan tersebut disambut baik oleh pemandu
wisata, karena Industi pariwisata telah memberikan
peluang dan pemasukan tambahan bagi usahanya
Kedatangan Wisatawan
dan Investor di sambut
baik
Kehadiran investor dan wisatawan di sabut baik
pemandu wisata karena pemasukan mereka hanya
bersumber dari kedatangan wisatawan.
40
Kehadiran Pariwisata
membawa manfaat
Kehadiran Pariwisata juga telah memberikan banyak
manfaat bagi masyarakat seperti : memberikan
peluang usaha, memberikan pemasukan tambahan
buat usahnya dan lapangan pekerjaan bagi anggota
keluarganya.
Perencanaan
Perkembangan
Pariwisata
Mayoritas pemandu wisata mendukung perencanan
perkembangan pariwisata. Namun masyarakat
mengharapkan supaya pemerintah untuk membuat
peraturan khusus untuk semua travel agent agar
wisatawanya harus bisa menyebar jangan hanya tidur
di Laut, karena akan merugikan bagi agent yang
menjual paket di darat.
Masyarakat sudah
terbiasa dengan
pariwisata
Kehadiran pariwisata dianggap sebagai hal yang biasa
oleh masyarakat sehingga menyebabkan masyarakat
tidak merasa asing dengan kegiatan pariwisata. Dan
bahkan pariwisata telah menjadi bagian dari hidupnya.
Hal ini dibuktikan dengan para pemandu wisata
tersebut membuat program khusus untuk melakukan
kegiatan bersih panatai dan lingkungan tempat tinggal,
serta tetap mempromosikan budaya lokal dan potensi
wisatawa lain kepada wisatawan.
terciptanya peluang dan
lapangan pekerjaan bagi
masyarat
Perkembangan pariwisata di Labuan Bajo juga
menciptakan peluang dan lapangan pekerjaan yang
sangat besa, seperti : Pengusaha Kuliner, Pengerajin
Patung, penjual Kain Tenun, pembuat suvernir,
Karyawan Hotel, Karyawan Restoran, sebagai
pemandu wisata, dan Karyawan SPA.
Industri Pariwisata
sebagai sumber
penghasilan utama
masyarakat.
Pemandu wisata menyatakan bahwa sumber
penghasilan utamanya adalah ari usaha pariwisata (
pemandu wisata).
Perencanan pariwisata
difokuskan pada
pemasaran
Selain itu mereka mendukung pemasaran yang
dilakukan oleh pemenrintah karena hal tersebut akan
berdampak langsung terhadap pekerjaan mereka.
Masyarakat mulai jenuh
dengan kegiatan
pariwisata.
Para Pemandu wisata mengaku tidak pernah merasa
jenuh dan bosan dengan kegiatan pariwisata di Labuan
Bajo
41
Masyarakat mulai
merasa terganggu
dengan kegiatan
pariwisata.
Sebagian Pemandu Wisata mengaku merasa tergangu,
karena banyak lahan yang sudah menjadi hak milik
investor, hilangnya budaya lokal. Namun sebagian
juga merasa bahwa pariwisata bukan hal yang
menggagu, tetapi itu sebagai akibat dari sebuah
perkembangan pariwisata.
Pembangunan
difokuskan pada
peningkatan
Infrastruktur, serta
sarana dan prasarana
Masyarakat sangat setuju dengan pembanguan
infrastruktur, sarana dan prasarana. Pembangunan
tersenut berupa: Manrina Bay, Pelebaran dan
perbaikan Jalan raya, Rumah sakit, Bandara,
pelabuhan, Hotel-hotel, restoran Travel Agent, Pusat
Kuliner, Perbaikan Tempat pelelangan ikan dan
lainnya. Masyarakat mengharapkan ada penguatan
jaringan internet.
Masyarakat
menunjukan ketidak
sukaanya pada
pariwisata
Mayoritas pemandu wisaat tidak pernah melakukan
penolakan terhadap pariwisata. Namun dua diantarnya
mengaku pernah penolakan karena pembangunan
hotel di Pantai Pede dan kenaikan harga tiket masuk
taman nasional Komodo, yang nantinya kaan
berdampak juga terhadap pekerjannya. Hal terbut
mereka tunjukan dengan mengikuti tindakan unjuk
rasa kepada pihak pemerintah.
Pariwisata dianggap
sebagai sumber masalah
Tidak ada
Pengkajian Ulang
terhadap perencaan
pariwisata
Perlu mengkaji ulang terkait dengan kenaikan tiket
masuk taman nasional Komodo, peraturan paket
wisaat live on board.
(Sumber : Data Primer Hasil Wawancara dengan Pemandu Wisata, 2019)
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemandu wisata di Kelurahan
Labuan Bajo menyatakan bahwa perkembangan pariwisata di Labuan Bajo
sudah tahun 1987 awalnya. Tahun 1991 terdapat sedikit tingkat kunjungan
wisatawan dan sedikit hotel, tahun 2013 diadakanya sail Komodo, pada saat ini
jumlah kunjungan wisatawan terus meningkat sehingga saat ini (Wawancara
pemandu wisata,2019). Pemandu wisata mengaku peningkatan tersebut
disambut baik oleh pemandu wisata, karena Industi pariwisata telah
42
memberikan peluang dan pemasukan tambahan bagi usahanya. Kehadiran
Pariwisata juga telah memberikan banyak manfaat bagi masyarakat seperti;
memberikan peluang usaha dan lapangan pekerjaan. Selain itu perencanaan
perkembangan pariwisata mendapat mendukung pemandu wisata. Namun
pemandu wisata mengharapkan supaya pemerintah untuk membuat peraturan
khusus untuk semua travel agent agar wisatawanya harus bisa menyebar jangan
hanya tidur di Laut, karena akan merugikan bagi agent yang menjual paket di
darat.
Kehadiran pariwisata dianggap sebagai hal yang biasa oleh pemandu
wisata sehingga menyebabkan pemandu wisata tidak merasa asing dengan
kegiatan pariwisata. Kegiatan pariwisata telah menjadi bagian dari hidupnya.
Hal ini dibuktikan dengan membuat program khusus untuk melakukan kegiatan
bersih pantai dan lingkungan tempat tinggal, serta tetap mempromosikan budaya
lokal dan potensi wisata lain kepada wisatawan.
Menurut Pemandu Wisata Labuan Bajo menjelaskan bahwa
perkembangan pariwisata di Labuan Bajo juga menciptakan peluang dan
lapangan pekerjaan yang sangat besar, seperti; pengusaha kuliner, pengerajin
patung, penjual kain tenun, pembuat suvernir, karyawan hotel, karyawan
restoran, pemandu wisata, dan karyawan SPA. Selain itu, industri pariwisata
menjadi sumber penghasilan utama bagi para pemandu wisata. Perkembangan
pariwisata Labuan Bajo turut memberikan gangguan kepada pemandu wisata
seperti; harga lahan meningkat, hilangnya budaya lokal sehingga masyarakat
lokal tidak bisa menjangkau dengan harga yang sangat tinggi.
43
Menurut Pemandu wisata menyatakan bahwa pembanguan infrastruktur,
sarana dan prasarana Labuan Bajo sangat mengikat setelah terpilinya Taman
Nasional Komodo menjadi The New Seven Wonder tahun 2013. Peningkatan
infrastruktur, sarana dan prasarana berupa: Manrina Bay, Pelebaran dan
perbaikan Jalan raya, Rumah sakit, Bandara, pelabuhan, Hotel-hotel, restoran
Travel Agent, Pusat Kuliner, Perbaikan Tempat pelelangan ikan dan lainnya.
Pekembangan pariwisata yang semakin maju tentu menjadi perhatihan
juga bagi para pemandu wisata Labuan Bajo. Berdasarkan kebijakan pemerintah
Kabupaten Mangarai Barat mengenai pembangunan hotel di Pantai Pede dan
kenaikan harga tiket masuk taman nasional Komodo mendapat penolakan dari
Para pemandu wisata yang bekerjasama dengan tokoh agama, budaya, dan
Himpunan Masyarakat Penyelamat Pariwisata. Pemandu Wisata menilai hal itu
berdampak terhadap karir masyarakat lokal. Maka dengan itu, menurut pemandu
wisata dianggap perlu untuk mengkaji ulang terkait dengan kenaikan harga
masuk taman nasional Komodo, dan juga Peraturuan paket wisata live on Board.
c. Data Temuan Hasil Wawancara Pemandu Wisata di Kelurahan Labuan
Bajo
Tabel 12. Rangkuman Hasil Wawancara dengan Pengusaha
Pedoman Pertanyaan Jawaban Pengusaha
Fase Awal kedatangan
pariwisata
Mayoritas responden menjawab Sangat menerima
kehadiran pariwisata yang mana perkembangnya
berawal dari tahun 1990an sampai sekarang.
Kedatangan Wisatawan
dan Investor disambut
baik
Responden mengaku sangat senang. Karena turut
memberikan keuntungan bagi usahanya.
Kehadiran Pariwisata
membawa manfaat
Manfaat bagi pengusaha adalah memudahkan
mereka dalam memasarkan produk usahnya.
44
Perencanaan
Perkembangan
Pariwisata
Perencanaan dari pemerintah diharapkan perlu
melihat kebutuhan masyarakat.
Masyarakat sudah
terbiasa dengan
pariwisata
Para pengusaha mengaku sudah terbiasa dengan
kehadiran pariwisata, dan membuat mereka
berusaha untuk merasa tidak asing dengan
wisatawan dengan cara mengerti dengan bahasa
yang digunakan oleh wisatawan. Selian itu bentuk
partisipasi dari pengusaha berupa menjaga
keamanan dan kebersihan dilingkungan serta
ramah kepada wisatawan.
terciptanya peluang dan
lapangan pekerjaan bagi
masyarat
Peluang usaha seperti pedagang kuliner, ABK
Penyedia jasa sewa kapal wisata, karyawan
(hotel,restoran), tour guide, pengusaha homestay,
karyawan took suvernir.
Industri Pariwisata
sebagai sumber
penghasilan utama
masyarakat.
Bagi pengusaha sewa kapal dan rental motor
mengaku bahwa pendapatanya bergantung dari
pariwisata. Namun Bagi pengusaha toko barang
mengaku pendapatannya bersember dari usahnya,
tapi pemasukan tambahan dari usaha homestay.
Perencanan pariwisata
difokuskan pada
pemasaran
Pemasaran pariwisata mendapat dukungan dari
masyarakat, karena pemasaran tersebut turut
memberikan kemudahan bagi mereka dalam
mendapatkan keuntungan
Masyarakat mulai jenuh
dengan kegiatan
pariwisata.
Tidak pernah
Masyarakat mulai merasa
terganggu dengan
kegiatan pariwisata.
Tidak pernah
Pembangunan
difokuskan pada
peningkatan
Infrastruktur, serta sarana
dan prasarana
Sangat setuju dengan Pembangunan Infrastruktur,
serta sarana dan prasarana Adapun Infrastruktur,
serta sarana dan prasarana seperti: jalan raya,
rumah sakit, TPI, Travel Agent, Pelabuhan, pusat
kuliner, dan dermaga putih dan pink..
Masyarakat menunjukan
ketidak sukaanya pada
pariwisata
Tidak ada
Pariwisata dianggap
sebagai sumber masalah
Tidak ada
45
Pengkajian Ulang
terhadap perencaan
pariwisata
tidak perlu.
(Sumber : Data Primer Hasil Wawancara dengan Pengusaha, 2019)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pengusaha (Homestay) menyatakan
bahwa awal kedatangan pariwisata tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap penjualnya. Namun beberapa tahun terahir setelah pemerintah Pusat
dan Daerah melakukan promosi pariwisata, sehingga banyak wisatawan dan
investor yang datang ke Labuan Bajo. Kehadiran Wisatawan dan Investor telah
memberikan kemudahan bagi para pengusaha dalam memasarkan produk
usahanya.
Menurut para pengusaha mengaku perkembangan pariwisata di Labuan
Bajo sudah menjadi hal biasa, dan tidak merasa asing ,meskipun tidak
melakukan komunikasi yang sering dengan wisatawan. Di sisi lain
perkembangan pariwisata menjadi salah satu pemasukan utama bagi pengusaha
kapal wisata dan pengusaha homestay, namun bagi pengusaha toko barang
mengaku pariwisata mejadi penghasilan tambahan dalam dunia usahnya.
Perkembangan pariwistaa juga telah memberikan peluang bagi masyarakat di
Labuan Bajo seperti pedagang kuliner, ABK Penyedia jasa sewa kapal wisata,
karyawan (hotel,restoran), tour guide, pengusaha homestay, karyawan toko
suvernir. Hal ini sebagai hasil dari pemasaran pariwisata yang telah dilakukan
oleh pemerintah.
Menurut pengusaha (Homestay dan kapal) mengaku bahwa sejauh
perkembangan pariwisata berlangsung di Labuan Bajo belum merasakan adanya
46
dampak yang mengakibatkan masyarakat merasa jenuh dan juga terganggu.
Namun masyarakat mendapat perubahan yang positif seperti pembangunan
infrastruktur, serta sarana dan prasarana .Adapun Infrastruktur, serta sarana dan
prasarana seperti: jalan raya, rumah sakit, TPI, Travel Agent, Pelabuhan, pusat
kuliner, dan dermaga putih dan pink.
d. Data Temuan Hasil Wawancara PNS di Kelurahan Labuan Bajo
Tabel 13. Rangkuman Hasil Wawancara dengan PNS
Pedoman Pertanyaan Jawaban PNS
Fase Awal kedatangan
pariwisata
Para PNS mengaku cukup senang dengan
kehadiran wisatawan, walupun kegiatan
pariwisata tidak berdampak langsung dengan
pekerjaannya.
Kedatangan Wisatawan
dan Investor di sambut
baik
Kehadiran investor dan wisatawan diterima
dengan sangat baik, namum sebagai akibatnya
slaah satu reponden mengaku tidak terlalu senang
karena hal ini mengakibatkan harga bahan baku
menjadi mahal dan banyak tanah yang terjual.
Kehadiran Pariwisata
membawa manfaat
Pariwisata memberikan cukup banyak manfaat
bagi Labuan Bajo dan masyarakat seperti
lapangan pekerjaan, aksesibilitas semakin mudah,
mengurangi pengagguran.
Perencanaan
Perkembangan
Pariwisata
Mayoritas responden mendukung perencanan
pemerintah, namun rensponden menyarankan
untuk mengurai penjualan lahan, mengurangi
harga bahan baku, lebih banyak melakukan
koordinasi dengan masyarakat dalam membuat
kebijakan.
Masyarakat sudah
terbiasa dengan
pariwisata
Walaupun pekerjaan respon bukan dibidang
pariwisata, tetapi mereka menyadari mereka
adalah bagian dari masyarakat, sehingga mereka
tetap menajil hubungan baik dengan para
pengunjung, serta tidak merasa asing dengan
keberasaan pengunjung. Adapun bentuk
partisipasi dari PNS adalah menjaga kebersihan
lingkungan, turut menjaga keamanan, dan melatih
siswa-siswi soal budaya lokal.
47
terciptanya peluang dan
lapangan pekerjaan bagi
masyarat
Peluang usaha seperti karyawan hotel, pengusaha,
pedagang, dan karyawan restoran.
Industri Pariwisata
sebagai sumber
penghasilan utama
masyarakat.
Tidak. Namun ada keluarga yang bekerja di usaha
jasa pariwisata.
Perencanan pariwisata
difokuskan pada
pemasaran
Responden mengaku setuju dengan program
pemasaran tersebut, dengan harapan dapat
memberikan keuntungan bagi masyaraakt lokal,
serta menciptakan pleuang usaha yang cukup
banyak.
Masyarakat mulai jenuh
dengan kegiatan
pariwisata.
Tidak pernah
Masyarakat mulai merasa
terganggu dengan
kegiatan pariwisata.
Perkembangan pariwisata turut menggagu
masyarakat seperti kebisingan suara music dari
bara dan restoran, perubahan terhadap gaya hidup
anak muda ( mengikuti gaya wisatawan asing),
anak muda lebih suka menggunakan bahasa
inggris.
Pembangunan
difokuskan pada
peningkatan
Infrastruktur, serta sarana
dan prasarana
Pembangunan Infrastruktur, serta sarana dan
prasarana telah mendapatkan respon positif dari
masyarakat. Adapun Infrastruktur, serta sarana
dan prasarana seperti: jalan raya, rumah sakit,
TPI, Travel Agent, Pelabuhan, dan pusat kuliner.
Masyarakat menunjukan
ketidak sukaanya pada
pariwisata
Tidak ada
Pariwisata dianggap
sebagai sumber masalah
Tidak ada
Pengkajian Ulang
terhadap perencaan
pariwisata
Tidak perlu mengkaji ulang.
(Sumber : Data Primer Hasil Wawancara dengan PNS, 2019)
Para PNS mengaku cukup senang dengan kehadiran wisatawan, walupun
kegiatan pariwisata tidak berdampak langsung dengan pekerjaannya.
48
Perkembangan pariwisata di Labuan Bajo turut memberikan manfaat dan
perubahah yang sangat besar bagi Labuan Bajo. Adapun manfaat yang dirasakan
seperti pembangunan infrastruktur dan mengurangi angka pengangguran di
Labuan Bajo.
Perkembangan pariwisata turut mendapatkan perhatian dari para PNS.
Menurutnya, walaupun pekerjaan mereka bukan dibidang pariwisata, tetapi
mereka tetap menjalin hubungan baik dengan para pengunjung. Adapun bentuk
partisipasi dari PNS adalah menjaga kebersihan lingkungan, turut menjaga
keamanan, dan melatih siswa-siswi soal budaya lokal, selain itu bentuk peluang
yang diciptakan setelah adanya pariwisata seperti; karyawan hotel, pengusaha,
pedagang, karyawan restoran dan lainnnya. Meskipun penghasilan utamanya
bukan dari pariwisata, tetapi mereka tetap merasa bangga karena masyaraakt lain
dapat merasakan manfaat dari perkembangan pariwisata.
Menurut Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kelurahan Labuan Bajo selain
dampak positif yang dirasakan adapula dampak negatif seperti; Kebisingan,
penjulan lahan yang massif, dan perubahan terhadap gaya hidup anak muda di
Labuan Bajo. Beriringan dengan dampak Positif dan negatif yang terjadi maka
terdapat juga pembanguan Infrastruktur, serta sarana dan prasarana untuk
kepentingan masyarakat umum di Labuan Bajo. Adapun Infrastruktur, serta
sarana dan prasarana seperti: jalan raya, rumah sakit, TPI, Travel Agent,
Pelabuhan, dan pusat kuliner. Selian itu responden mengaku tidak pernah
melakukan penolakan terhadap perkembangan pariwisata, karena bagi
responden pariwisat bukan sumber masalah utama dari dampak negatif
melainkan dari masyarakat itu sendiri.
49
e. Data Temuan Hasil Wawancara Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Labuan
Bajo
Tabel 14.Rangkuman Hasil Wawancara dengan Ibu Rumah Tangga
Pedoman Pertanyaan Jawaban Ibu Rumah Tangga
Fase Awal kedatangan
pariwisata
Sangat senang. Karena terkadang wisatatwan
datang kerumah warga dan ngoborol dengan
warga.
Kedatangan Wisatawan
dan Investor di sambut
baik
Responden mengaku menerima wisatawan dan
investor . karena memberikan manfaat bagi
keluarganya.
Kehadiran Pariwisata
membawa manfaat
Manfaat yang dirasakan adalah lapangan
pekerjaan sperti membuka usaha homestay,
warung makan sambil menjaga keluarganya.
Perencanaan
Perkembangan Pariwisata
Sangat mendukung. Walaupun dengan
perkembangan pariwisata membuat harga bahan
baku rumah tangga semakin naik.
Masyarakat sudah terbiasa
dengan pariwisata
Responden dengan pekerjaan Ibu Rumah
Tangga mengaku sudah terbiasa dengan
kehadiran wisatawan, hal ini dibuktikan dengan
mereka selalu menyapa wisatawan dan
memperbolehkan wisatawan untuk masuk
kerumahnya.
terciptanya peluang dan
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Peluang yang diperoleh seperti menjadi
pengusaha homestay, usaha warung, jasa sewa
kapal wisata, dan ABK
Industri Pariwisata sebagai
sumber penghasilan utama
masyarakat.
Ya. Dari usaha homestay dan juga warung serta
pendapatan keluarga dari sewa kapal wisata dan
tour guide.
Perencanan pariwisata
difokuskan pada
pemasaran
Sangat mendukung demi kemanjuan pariwisata
labuan Bajo.
Masyarakat mulai jenuh
dengan kegiatan
pariwisata.
Tidak pernah
50
Masyarakat mulai merasa
terganggu dengan kegiatan
pariwisata.
Perkembangan pariwisata turut menggagu
masyarakat seperti kebisingan suara music dari
bara dan restoran, perubahan terhadap gaya
hidup anak muda ( mengikuti gaya wisatawan
asing), anak muda lebih suka menggunakan
bahasa inggris.
Pembangunan difokuskan
pada peningkatan
Infrastruktur, serta sarana
dan prasarana
Setuju dengan pengembangan infrastruktur
seperti perbaikan TPI, bandara, rumah sakit ,dan
tempat kuliner
Masyarakat menunjukan
ketidak sukaanya pada
pariwisata
Tidak ada
Pariwisata dianggap
sebagai sumber masalah
Tidak ada
Pengkajian Ulang terhadap
perencaan pariwisata
Tidak perlu mengkaji ulang.
(Sumber : Data Primer Hasil Wawancara dengan Ibu Rumah Tangga, 2019)
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Rumah Tangga di Kelurahan
Labuan Bajo menyatakan bahwa kehadiran pariwisata turut mendapatkan respon
positif dari masyarakat lokal. Selain itu responden mengaku menerima
Kehadiran pariwisata (Investor dan wisatawan),karena memberikan manfaat
bagi masyarakat lokal. Manfaat yang dirasakan adalah lapangan pekerjaan
seperti membuka usaha homestay, warung makan sambil menjaga keluarganya.
Perkembangan pariwisata tersebut sudah menjadi hal biasa bagi Ibu Rumah
tangga di Labuan Bajo. Interaksi antara masyarakat dengan wisatawan telah
menjadi hubungan yang saling melengkapi.
Dampak Perkembangan pariwisata menurut Ibu Rumah Tangga yaitu
dampak positif yaitu terciptanya peluang usaha seperti pengusaha homestay,
51
usaha warung, jasa sewa kapal wisata, dan ABK. Sementara dampak negatif
yaitu masyarakat merasa tergganggu seperti kebisingan, perubahan pada gaya
hidup anak muda (mengikuti gaya hidup wisatawan asing). Walaupun pekerjaan
utama responden sebagai ibu Rumah tangga penghasilan utamanya bersumber
dari industry pariwisata. Rencana perkembangan pariwisata di Labuan Bajo turut
memberikan perubahan terhadap harga bahan baku rumah tangga yang
meningkat. Menurut Ibu Rumah tangga mengaku bahwa turut mendukung
rencana perkembangan, pemasaran pariwisata di Labuan Bajo, serta
pengingkatan infrasruktur, sarana dan prasarana. pengembangan infrastruktur
seperti perbaikan TPI, bandara, rumah sakit ,dan tempat kuliner. Peningkatan
infrastruktur, sarana dan prasarana tersebut bertujuan untuk mempercepat
pertumbukan ekonomi di labuan Bajo.
f. Data Temuan Hasil Wawancara Karyawan Swasta di Kelurahan Labuan
Bajo
Tabel 15. Rangkuman Hasil Wawancara dengan Karyawan Swasta
Pedoman Pertanyaan Jawaban Karyawan Swasta
Fase Awal kedatangan
pariwisata
Melihat perkembangan pariwisata di Labuan
Bajo yang sudah berdiri dari tahun 1987 hingga
sekarang, dengan segala pekembanganya
Mengaku senang dengan kehadiran pariwisata.
Keberadaan pariwisata sangat menjanjikan
dalah hal penyedian lapangan pekerjaan,
sehingga dengan mudah bagi masyarakat untuk
mendapatkan pekerjaan
Kedatangan Wisatawan
dan Investor di sambut
baik
Kehadiran investor dan wisatawan turut
mendapatkan tanggapan yang baik dari
masyarakat yang berprofesi sebagai karyawan
swasta. Pariwisata telah memberikan lapangan
pekerjaan bagi mereka, selian mereka adapula
52
yang bekerja di travel agent, tour guide dan
lainnya.
Kehadiran Pariwisata
membawa manfaat
Perkembangan pariwisata turut memberikan
manfaat bagi masyarakat seperti
mengingkatkan pendapatan bagi masyarakat
yang bekerja sebagai pelayan restoran,
karyawan hotel dan juga pemandu wisata.
Perencanaan
Perkembangan Pariwisata
Perkembangan pariwisata mendapat dukungan
penuh dari karyawan swasta. Walupun
demikian responden mengharapakn supaya
pemerintah lebih tegas kepada masyarakat
dalam menjaga kebersihan lingklungan serta
mengurangi penjualan lahan.
Masyarakat sudah terbiasa
dengan pariwisata
Melihat perkembanganya, mayoritas
responden mulai merasa terbisa dengan
kehadiran wisatawan, hal ini di dukung dengan
mereka sudah terbiasa berbicara dengan
wisatawan. Serta responden turut ikut dalam
menjaga kebersihan lingkungan dengan
mengurangi penggunaan sampah plastik (Go
Green). Karen pariwisata sudah dianggap biasa
oleh masyarakat mengakibatkan masyarakat
juga mulai mengikuti gaya hidup wisatawan
terciptanya peluang dan
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Perkembangan pariwisata turut memberikan
peluang usaha kepada masyarakat sehingga
masyarakat menggantungkan harapan pada
pariwisata. Adapun lapangan pekerjaan seperti
karyawan hotel, karyawan travel agent, dan
juga jasa penyewa motor, kapal wisata dan
karyawan Bar.
Industri Pariwisata
sebagai sumber
penghasilan utama
masyarakat.
Sumber penghasilan utama responden berasal
dari pariwisata (sebagai kjaryawan hotel,
restoran, bar, dna SPA
Perencanan pariwisata
difokuskan pada
pemasaran
Sangat mendukung. Hal ini bertujuan untuk
mendatangkan wisatawan sebanyak-
banyaknya ke Labuan Bajo , di sisi lain
responden merasa bangga karena daerahnya
53
menjadi bagus dan terkenal di seluruh dunia.
Pemasaran yang dilakukan seperti promosi
paket wisata di Situs Internet, Media Sosial dan
juga di TV.
Masyarakat mulai jenuh
dengan kegiatan
pariwisata.
Tidak perah
Masyarakat mulai merasa
terganggu dengan
kegiatan pariwisata.
Perkembangan pariwisata turut memberikan
dampak negative bagi sebagian responden.
Salah satu dari 6 responden mengaku merasa
terganggu seperti kebanyakan anak muda
sekarang lebih suka berbahasa inggris dari pada
bahasa daerahnya.sementara 5 diantaarnya
tidak.
Pembangunan difokuskan
pada peningkatan
Infrastruktur, serta sarana
dan prasarana
Setuju dengan pengembangan infrastruktur
seperti money changer, TIC, Rumah sakit, TPI,
Hotel-hotel, Bandara, pelabuhan, dan pusat
kuliner
Masyarakat menunjukan
ketidak sukaanya pada
pariwisata
Tidak
Pariwisata dianggap
sebagai sumber masalah
Tidak ada
Pengkajian Ulang
terhadap perencaan
pariwisata
Tidak perlu mengkaji ulang.
(Sumber : Data Primer Hasil Wawancara dengan Karyawan Swasta, 2019)
Berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan ( Hotel, Restoran, Travel
Agent dan SPA) menjelaskan bahwa perkembangan pariwisata sudah berdiri
dari tahun 1987 hingga sekarang. dengan segala pekembanganya responden
mengaku senang dengan kehadiran pariwisata. Keberadaan pariwisata sangat
menjanjikan dalam hal penyedian lapangan pekerjaan, sehingga dengan mudah
bagi masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan. Selain itu, kehadiran investor
dan wisatawan turut mendapatkan tanggapan yang baik dari masyarakat yang
54
berprofesi sebagai karyawan swasta. Pariwisata telah memberikan lapangan
pekerjaan bagi mereka, selian itu adapula yang bekerja di travel agent, tour guide
dan lainnya. Manfaat dari pelaung usaha dan penyedian lapangan pekerjaan
tersebut dapat mengingkatkan pendapatan bagi masyarakat yang bekerja sebagai
pelayan restoran, karyawan hotel dan juga pemandu wisata.
Perkembangan pariwisata di Labuan Bajo tidak terlepas dari perencanaan
perkembangan yang dilakukan oleh pemerintah. Perkembangan pariwisata
mendapat dukungan penuh dari karyawan swasta. Walupun demikian responden
mengharapakn supaya pemerintah lebih tegas kepada masyarakat dalam
menjaga kebersihan lingklungan serta mengurangi penjualan lahan.
Menurut Responden Karyawan swasta menjelaskan bahwa Perkembangan
pariwisata turut memberikan peluang usaha kepada masyarakat sehingga
masyarakat menggantungkan harapan pada pariwisata serta menjadikan sektor
pariwisata sebagai sumber penghasilan utama.
Melihat perkembanganya, mayoritas responden mulai merasa terbisa
dengan kehadiran wisatawan, hal ini di dukung dengan mereka sudah terbiasa
berbicara dengan wisatawan. Serta responden turut ikut dalam menjaga
kebersihan lingkungan dengan mengurangi penggunaan sampah plastik (Go
Green). Karena pariwisata sudah dianggap biasa oleh masyarakat
mengakibatkan masyarakat juga mulai mengikuti gaya hidup wisatawan. Selain
itu berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan swasta menilai bahwa
mendukung pemasaran pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah. Hal ini
bertujuan untuk mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya ke Labuan Bajo,
55
di sisi lain responden merasa bangga karena daerahnya menjadi bagus dan
terkenal di seluruh dunia. Pemasaran yang dilakukan seperti promosi paket
wisata di Situs Internet, Media Sosial dan TV.
Menurut responden, meskipun perkembangan pariwisata memberikan
peluang usaha yang banyak dan lapangan pekerjaan yang menjanjikan, namun
terdapat pula perubahan yang dianggap menggagu oleh responden seperti
hilangnya kebudayaan lokal, hilangnya tradisi kebudayaan lokal, populasi
masyaraakt labuan bajo semakin meningkat setiap tahunya, dan gaya hidup
masyarakat di Labuan Bajo. Dengan perubahan tersebut responden mengaku
tidak melakukan penolakan terhadap pariwisata.
Selain itu, pemerintah terus fokus pada peningkatan Infrastruktur, serta
sarana dan prasarana. Hal ini merupakan manfaat balik dari kegiatan pariwisata.
Adapun pengembangan infrastruktur seperti money changer, TIC, Rumah sakit,
TPI, Hotel-hotel, Bandara, pelabuhan, dan pusat kuliner. Pembangunan tersebut
bertujuan untuk memercepat pertumbuhan dan pemerataan ekomoni di Labaun
Bajo dan sekitarnya.
g. Data Temuan Hasil Wawancara Tokoh Budaya di Kelurahan Labuan Bajo
Tabel 16. Rangkuman Hasil Wawancara dengan Tokoh Budaya
Pedoman Pertanyaan Jawaban Tokoh Budaya
Fase Awal kedatangan
pariwisata
Menerima kehadiran pariwisata. Perkembangan
pariwisata berawal dari tahun 1990an- sekarang.
Kedatangan Wisatawan
dan Investor di sambut
baik
Sangat menerima dan setuju.
56
Kehadiran Pariwisata
membawa manfaat
Perkembangan pariwisata yang sangat lama
tentu memberikan manfaat bagi masyarakat,
Seperti menjadi karyawan di usaha jasa
pariwisata dan hal itu juga pernah dirasakan oleh
responden dan karyawanya dalam menujukan
tarian lokal kepada wisatawan.
Perencanaan
Perkembangan Pariwisata
Responden mengaku tidak mendukung
perencanaan perkembangan pariwisata di
Labuan Bajo. Perkembangan tersebut hanya
memikirkan kepentiangan pihak tertentu saja.
Dari sisi budaya, responden melihat kebudayaan
lokal sudah mulai hilang, karena kurangnya
partisipasi dari masyarakat untuk melestarikan
kebudayaan lokal selain itu pemerintah daerah
juga tidak membuat kebijakan khusus untuk
budaya. Responden mengharapkan supaya
pemerintah membuat kebijakan seperti
menggunakan pakaian adat dihari-hari tertentu
bagi karyawan, siswa-siswi, pegawai agar tetap
menanamkan budaya lokal di kehidupan
masyarakat.
Masyarakat sudah terbiasa
dengan pariwisata
Melihat perkembangan pariwisata di Labuan
Bajo yang sudah lama telah menumbuhkan
hubungan saling ketergantungan antara
masyarakat dengan Pariwisata. Dan masyarakat
menganggap pariwisata sebagai suatu hal yang
biasa dan tidak asing. Responden menyatakan
bahwa, beliau tetap berusaha untuk
mengumpulkan anak muda yang ingin belajar
budaya dan kemudian di pertujukan kepada
wisatawan. Hal ini dikarekan perubahan gaya
generasi muda yang mengikuti kebiasaan
wisatawan, dari segi bahasa dan pergaulan.
terciptanya peluang dan
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Responden menjelaskan bahwa perkembangan
pariwisata telah menciptakan lapangan
pekerjaan yang sangat banyak serta peluang
usaha. Mayoritas usaha jasa pariwisata di
Labuan Bajo lebih banyak mempekerjakan
masyarakat lokal.
57
Industri Pariwisata sebagai
sumber penghasilan utama
masyarakat.
penghasil utama Responden bukan dari
pariwisata. Responden bekerja sebagai guru.
Perencanan pariwisata
difokuskan pada
pemasaran
Pemasaran dari pemerintah terlalu massif,
walaupun masyarakat mengaku senang akan
tetapi lambat laun akan menimbulkan kejenuhan
karena semunya akan di dominasi oleh orang
luar.
Masyarakat mulai jenuh
dengan kegiatan
pariwisata.
Tidak perah
Masyarakat mulai merasa
terganggu dengan kegiatan
pariwisata.
Tidak
Pembangunan difokuskan
pada peningkatan
Infrastruktur, serta sarana
dan prasarana
Responden menyatakan sangat setuju dengan
pembanunan infratruktur karena hal tersebut
akan membantu mempercepat pertumbukan
ukonomi. Adapun infrastruktur yang dibangun
seperti jalan raya, Hotel, Rumah sakit dan
Lainnya. Namun responden mengharapakan
tempat pertujukan kebudayaan lokal.
Masyarakat menunjukan
ketidak sukaanya pada
pariwisata
Kebijakan pemerintah telah menimbukan reaksi
dari masyarakat lokal. Maryarakat melakukan
demo kepada pemerintah mengenai
pengoperasian kapal Feri yang mengangkut
wisatawan ke Taman Nasional Komodo dengan
harga yang murah, Investor yang membuka
usaha hotel di Kawasan publik. Semunya terjadi
karena kebijakan dari pemerintah yang salah
tanpa memikirkan masyaraakt lokal sebagai
tuan rumah.
Pariwisata dianggap
sebagai sumber masalah
Tidak ada
Pengkajian Ulang terhadap
perencaan pariwisata
Perlu melakukan pengkajian ulang dalam
membuat kebijakan perkembangan pariwisata.
(Sumber : Data Primer Hasil Wawancara dengan Tokoh Budaya, 2019)
58
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh budaya menjelaskan bahwa
responden menerima pariwisata sejak awal kedatangan pariwisata hingga
munculnya investor dan wisatawan. Perkembangan pariwisata yang sangat lama
tentu memberikan manfaat dari usaha atau bisnis pariwisata bagi masyarakat,
seperti menjadi karyawan di usaha jasa pariwisata dan hal itu juga pernah
dirasakan oleh responden dan karyawanya dalam menujukan tarian lokal kepada
wisatawan. Di sisi lain responden mengaku tidak mendukung perencanaan
perkembangan pariwisata di Labuan Bajo. Perkembangan tersebut hanya
memikirkan kepentingan pihak tertentu saja. Dari sisi budaya, responden melihat
kebudayaan lokal sudah mulai hilang, karena kurangnya partisipasi dari
masyarakat untuk melestarikan kebudayaan lokal selain itu pemerintah daerah
juga tidak membuat kebijakan khusus untuk budaya. Responden mengharapkan
supaya pemerintah membuat kebijakan seperti menggunakan pakaian adat
dihari-hari tertentu bagi karyawan, siswa-siswi, pegawai agar tetap menanamkan
budaya lokal di kehidupan masyarakat.
Melihat perkembangan pariwisata di Labuan Bajo responden mengaku
perkembangan pariwisata telah menumbuhkan hubungan saling ketergantungan
antara masyarakat dengan Pariwisata. Hal ini dikarenakan pariwisata dapat
memberikan pekerjaan serta peluang usaha masyarakat lokal. Responden
mengaku, meskipun sektor pariwisata bukan sebagai sumber penghasilannya,
namun responden sangat peduli dengan pariwisata dan kebudayaan lokal. Maka
dengan itu responden menilai pemasaran dari pemerintah terlalu massif,
walaupun masyarakat mengaku senang akan tetapi lambat laun akan
menimbulkan kejenuhan karena semunya akan di dominasi oleh orang luar.
59
Perkembangan pariwisata, sementara perkembangan infratruktur, sarana dan
prasarana Responden menyatakan sangat setuju karena hal tersebut akan
membantu mempercepat pertumbukan ekonomi. Adapun infrastruktur yang
dibangun seperti jalan raya, Hotel, Rumah sakit dan Lainnya. Namun responden
mengharapakan tempat pertujukan kebudayaan lokal.
Perkembangna pariwisata yang lama turut mendapatkan reaksi negatif
(penolakan) dari tokoh budaya. Penolakan tersebut bukan karena pariwisata
namun Kebijakan pemerintah. Maryarakat melakukan demo kepada pemerintah
mengenai pengoperasian kapal Feri yang mengangkut wisatawan ke Taman
Nasional Komodo dengan harga yang murah, Investor yang membuka usaha
hotel di Kawasan publik. Semunya terjadi karena kebijakan dari pemerintah
yang salah tanpa memikirkan masyaraakt lokal sebagai tuan rumah. Maka
dengan itu masyarakat menilai harus melakukan pengkajian ulang dalam
membuat kebijakan perkembangan pariwisata.
h. Data Temuan Hasil Wawancara Komunitas Pariwisata di Kelurahan
Labuan Bajo
Tabel 17. Rangkuman Hasil Wawancara dengan Komunitas Pariwisata
Pedoman Pertanyaan Jawaban Komunitas Pariwisata
Fase Awal kedatangan
pariwisata
Menerima kehadiran pariwisata. Perkembangan
pariwisata berawal dari tahun 2013 - sekarang.
Kedatangan Wisatawan
dan Investor di sambut
baik
Sangat menerima kehadiran wisatawan dan
investor, responden menilai perkembangan
pariwisata tanpa adanya wisatawan dan investor
pasti tidak akan berjalan, semunya saling
melengkapi.
Kehadiran Pariwisata
membawa manfaat
Perkembangan Pariwisata telah memberikan
manfaat bagi masyarakat Labuan Bajo. Pariwisata
60
telah menjadi penghasilan utama mereka dan
masyarakat sekarang banyak yang membuka
usaha Homestay, sewa kapal, penjual di kampung
usaha kuliner. Himpunan Masyarakat
Penyelamat pariwisata sebagai mediator dari
masyarakat kepada pemerintah supaya pariwisata
itu dapat dirasakan oleh semua masyarakat.
Perencanaan
Perkembangan
Pariwisata
HIMAPPAR tidak mendukung rencana
pemerintah karena semua rencana pemerintah
tidak berlandaskan pada kebutuhan masyarakat
Contohnya Badan Otoritas Pariwisata. Desain
badan otoritas pariwisata di Labuan Bajo tidak
bertumpu pada masyarakat, tapi hanya
kepentingan kapitalistik dari pemerintah.
pembentukan kepengurusan badan otoritas
pariwisata Labuan Bajo sangat otoriter tanpa uji
kelayakan terlebih dahulu HIMAPPAR harap
pemerintah kementerian pariwisata harus
mempertimbangkan lagi mengenai badan otoritas
pariwisata ini HIMAPPAR sebagai masyarakat
tidak tinggal diam dengan kebijakan yang
bertentangan.
Masyarakat sudah
terbiasa dengan
pariwisata
Perkembangan pariwisata menimbukan hal baik
dan buruk. Kedatangan investor tentu membeli
lahan masyarakat lokal sehingga lahan banyak
yang habisselian itu banyak pulau yang beralih
fungsi sebagai private island, dan juga timbul
persaingan antara masyarakat lokal. Tetapi semua
hubungannya terjalin dengan baik.
terciptanya peluang dan
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Iya. kalau soal lapangan pekerjaan pariwisata
memang sangat menjanjikan di Labuan Bajo
seperi karyawan Hotel, travel agent,sebagai ABK,
dan lain
Industri Pariwisata
sebagai sumber
penghasilan utama
masyarakat.
Bukan. Mayoritas masyarakat menjadikan
pariwisata sebagai penghasilan utama, seperti
karyawan hotel, travel agent, penyewa kapal dan
lainnya.
61
Perencanan pariwisata
difokuskan pada
pemasaran
kalau soal pemasaran HIMAPPAR mendukung
sekali. tetapi pemasaran itu jangan hanya tentang
komodo kalau bisa semua objek wisata yang ada
di Labuan Bajo baik budaya maupun alamnya.
Masyarakat mulai jenuh
dengan kegiatan
pariwisata.
Tidak Pernah
Masyarakat mulai
merasa terganggu
dengan kegiatan
pariwisata.
Tidak pernah
Pembangunan
difokuskan pada
peningkatan
Infrastruktur, serta
sarana dan prasarana
Setelah tahun 2013 pembangunan pariwisata
sangat masif dilakukan di Labuan Bajo maka
mulai juga Perbaikan infrastruktur yang sangat
banyak seperti hotel, restoran, semakin banyak
Café, tempat kuliner, pelebaran jalan,
pembangunan rumah sakit, klinik, pelabuhan, dan
bandara.
Masyarakat
menunjukan ketidak
sukaanya pada
pariwisata
Iya. HIMAPPAR ingin pariwisata dapat menjadi
lebih baik dan kerjasama antara semua
stakeholder. Adapun bentuk kegiatan yang kamu
lakukan kemarin seperti penolakan kapal Feri
yang beroperasi ke Taman Nasional Komodo,
pembangunan hotel di Pantai Pede, pembangunan
rest area di Taman Nasional Komodo, penolakan
soal badan otoritas pariwisata.
alasan penolakannya, HIMAPPAR menilai
bahwa Taman Nasional Komodo itu taman
konservasi bukan untuk pembangunan, kapal Feri
yang beroperasi dengan harga murah akan
merugikan masyarakat yang membuka usaha jasa
sewa kapal, pembentukan kepengurusan dari
badan otoritas pariwisata itu tidak dilakukan uji
kelayakan terlebih dahulu dan hanya pihak yang
tidak berkepentingan.
Bentuk Penolakan yang dilakukan berupa Demo
dan diskusi dengan pemerintah daerah.
62
Pariwisata dianggap
sebagai sumber masalah
Tidak ada
Pengkajian Ulang
terhadap perencaan
pariwisata
Perlu. Soal kebijakan BOP dan kenaikan harta
masuk taman nasional Komodo.
(Sumber : Data Primer Hasil Wawancara Komunitas Pariwisata, 2019)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Himpunan Masyarakat Penyelamat
Pariwisata (HIMAPPAR) Kabupaten Manggarai Barat merespon menerima
kehadiran pariwisata. Perkembangan pariwisata berawal dari tahun 2013 setelah
terpilihnya hewan purba Komodo menjadi salah satu the new seven wonder.
Perkembangan tersebut terus berjalan hingga banyak mendatangkan
wisatwan dan investor. Peran investor sangat penting dalam mendukung
perkembangan pariwisata Labuan Bajo dalam hal ini adalah penyedian lapangan
pekerjaan. Selian itu setelah 2013 pembangunan pariwisata sangat masif
dilakukan di Labuan Bajo dapat meningkatkan pembangunan infrastruktur yang
sangat banyak seperti hotel, restoran, semakin banyak Café, tempat kuliner,
pelebaran jalan, pembangunan rumah sakit, klinik, pelabuhan, dan bandara.
Perkembangan pariwisata menimbukan hal baik dan buruk. Kedatangan
investor tentu membeli lahan masyarakat lokal. Selian itu banyak pulau yang
beralih fungsi sebagai private island, dan juga timbul persaingan antara
masyarakat lokal. Tetapi semua hubungannya terjalin dengan baik. Pariwisata
juga telah menyediakan lapangan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat
lokal seperi karyawan Hotel, travel agent,sebagai ABK, dan lain. Pemasaran
pariwisata di Labuan Bajo menurut HIMAPPAR mendukung sekali. tetapi
63
pemasaran itu jangan hanya tentang komodo kalau bisa semua objek wisata yang
ada di Labuan Bajo baik budaya maupun alamny.
Perkembangan pariwisata dan pemasaran terus berjalan namun
HIMAPPAR tidak mendukung rencana kebijakan pemerintah karena semua
rencana pemerintah tidak berlandaskan pada kebutuhan masyarakat. Contohnya
Badan Otoritas Pariwisata. Desain badan otoritas pariwisata di Labuan Bajo
tidak bertumpu pada masyarakat, tapi hanya kepentingan kapitalistik dari
pemerintah. pembentukan kepengurusan badan otoritas pariwisata Labuan Bajo
sangat otoriter tanpa uji kelayakan terlebih dahulu HIMAPPAR harap
pemerintah kementerian pariwisata harus mempertimbangkan lagi mengenai
badan otoritas pariwisata ini HIMAPPAR sebagai masyarakat tidak tinggal
diam dengan kebijakan yang bertentangan. HIMAPPAR ingin pariwisata dapat
menjadi lebih baik. Adapun bentuk kegiatan yang kamu lakukan yaitu
mengadakan demonstrasi penolakan kapal Feri yang beroperasi ke Taman
Nasional Komodo, pembangunan hotel di Pantai Pede, pembangunan rest area
di Taman Nasional Komodo, penolakan soal badan otoritas pariwisata, dengan
harapan supaya pemerintah harua mengkaji lagi soal kebijakan yang bermasalah
tersebut
i. Data Temuan Hasil Wawancara Tokoh Agama di Kelurahan Labuan Bajo
Tabel 18. Rangkuman Hasil Wawancara dengan Tokoh Agama
Pedoman Pertanyaan Jawaban Tokoh Agama
Fase Awal kedatangan
pariwisata
Menurut tokoh Agama di Kelurahan Labuan Bajo
menyatakan bahwa pariwisata telah menjadi
paradigma baru bagi masyarakat seteleh penetapan
Komodo sebagai taman nasional oleh UNESCO
pada tahun 1987, kemudian dilanjutkan dengan
64
penetapan taman nasional Komodo menjadi salah
atu dari tujuh keajaiban dunia, dilanjutkan dengan
kegiatan sail Komodo tahun 2013.
Melihat perjalan tersebut responden mengaku
sangat menerima kehadiran pariwisata, karena
telah memberikan perubahan pada lingkungan
masyarakat di Labuan Bajo.
Kedatangan Wisatawan
dan Investor di sambut
baik
Kehadiran Investor dan wisatawan disambut
dengan baik oleh responden. Mayoritas responden
mendukung dengan perkembangan industri
pariwisata. Kehadiran investor turut mendorong
kemajuan perekonomian daerah dan masyarakat di
Labuan Bajo. Namun disisi lain perkembangan
pariwisata (Investor) ini telah menyebabkan
banyak lahan di Labuan Bajo yang terjual.
Kehadiran Pariwisata
membawa manfaat
Responden mengatakan bahwa perkembangan
pariwisata yang cukup lama di Labuan Bajo turut
memberikan manfaat yang sangat besar bagi
masyarakat Labuan Bajo dan sekitarnya. Adapun
manfaatnya seperti Lapangan pekerjaan (
Karyawan hotel, Karyawan restoran, Anak Buah
Kapal Wisata, Karyawan Bar, dan Karyawan SPA).
Selain itu peluang usaha seperti Jasa Penyewa
Trasportasi (Kapal wisata, Motor, dan mobil),
Pengusaha Travel Agent (Land Tour dan Diving),
pengusaha homestay, Pedagang (Kuliner, Kain
tenun, Mutiara, patung Komodo dan kerajian
tangan lainnya)
Perencanaan
Perkembangan
Pariwisata
Mayoritas tokoh agama mengaku tidak
mendukung rencana perkembangan pariwisata
yang dilakukan oleh pemerintah. Hal mendasar
yang membuat responden tidak mendukung adalah
kurangnya perhatian pemerintah daerah pada
perkembangan pariwisata, perkembangan
pariwisata di Labuan Bajo hanya berorientasi pada
profit sementara di sisi lain kebudayaan lokal
semakin hilang.
65
Masyarakat sudah
terbiasa dengan
pariwisata
Jika melihat kedalam kondisi masyarakat.
Hubungan antar masyarakat saling
bekertergantungan. Dari sisi masyarakat melihat
bahwa pariwisata menjadi sumber pemasukan
utama, namun dari sisi investor dan wisatawan
ketersediaan masyarakat dalam menerima
kehadirannya menjadi hal yang penting, dalam hal
ini adalah keamanan dan kenyanan.
Sebagai akibat dari hubungan tersebut
menimbulkan sikap dimana masyarakat sudah
tidak merasa asing dan segan lagi dengan kehadiran
pariwisata, melainkan terjalin komunikasi yang
cukup intens diantara keduanya..
Responden menyatakan bahwa, terdapat peran
penting yang dilakukan dalam membangkitkan
jiwa sadar wisata kepada masyarakat. Berdasarkan
hasil wawancara dengan Pater Marsel (Sabtu,11
Mei 2019) menjelaskan bahwa dalam mendukung
perkembangan pariwisata perlu adanya pelatihan
atau penyuluhan dari dinas terkait soal sadar
wisata. Salah satu contohnya seperti yang di
program penghijauan. Selian itu peran lain dari
tokoh agama adalah turut ikut menyadarkan
masyarakat supaya tidak terpengaruh dengan
budaya luar (Ustad Komarudin, Jumat,10 Mei 2019
dan Pendeta Yakobus, Jumat, 10 Mei 2019).
Melihat masyarakat Labuan Bajo menganggap
pariwisata sebagai hal yang biasa, justru telah
menjerumuskan mereka kedalam perubahan yang
negatif seperti masyarakat mulai bergantung
kepada pariwisata, masyarakat sudah mengikuti
gaya hidup wisatawan, hilangnnya budaya,
masyarakat mulai acuh tak acuh dengan tetangga
dilingkungan sekitarnya.
terciptanya peluang dan
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
lapangan pekerjaan dari perkembangan pariwisata
di Labuan Bajo seperti Lapangan pekerjaan (
Karyawan hotel, Karyawan restoran, Anak Buah
Kapal Wisata, Karyawan Bar, Pemandu wisata dan
Karyawan SPA). Selain itu peluang usaha seperti
Jasa Penyewa Trasportasi (Kapal wisata, Motor,
66
dan mobil), Pengusaha Travel Agent (Land Tour
dan Diving), pengusaha homestay, Pedagang
(Kuliner, Kain tenun, Mutiara, patung Komodo dan
kerajian tangan lainnya)
Industri Pariwisata
sebagai sumber
penghasilan utama
masyarakat.
Ya. Industri pariwisata telah menjadi sektor utama
bagi perekonomian masyarakat labuan Bajo dan
sekitarnya. Adapun masyarakat tersebut adalah
mayarakat yang bekerja di industri pariwisata
seperti hotel, restoran, café, bar, money changer,
travel agent, penyedia jasa transportasi, pedagang
dan lainnya. Adapun sumber pendapatan lain
masyarakat seperti Pejabat pemerintah, PNS, Guru,
TNI/Polri, namun sebagain besar dari responden
tersebut juga menjadikan pariwisata sebagai
penghasilan tambahan seperti membuka usah
kuliner di kampung ujung dan travel agent dan
lainnya.
Perencanan pariwisata
difokuskan pada
pemasaran
Responden menyatakan bahwa pemasaran
pariwisata suah berjalan dengan sangat baik. Hal
ini dibuktikan dengan banyak investor dan
wisatawan yang datang dan berinvestasi di Labuan
Bajo.Namun pemasaran tersebut cukup massif.
Menurut Ustad Khomarudin, (10 Mei 2019)
pemasaran tersebut telah mengakibatkan hilangnya
budaya lokal.
Masyarakat mulai jenuh
dengan kegiatan
pariwisata.
Tidak Pernah
Masyarakat mulai
merasa terganggu
dengan kegiatan
pariwisata.
Perkembangan pariwisata di Labuan Bajo telah
memberikan perubahan buruk terhadap kehidupan
masyarakat lokal, perubahan tersebut seperti
budaya lokal semakin luntur, sampah semakin
banyak, dan gaya hidup masyarakat yang lebih
kebarat-baratan.
Perubahan tersebut merupakan sebuah konsekuensi
dari perkembangan pariwisata.
Namun responden menegaskan bahwa kehadiran
pariwisata tidak menggagu kehidupan masyarakat.
67
Pembangunan
difokuskan pada
peningkatan
Infrastruktur, serta
sarana dan prasarana
Reponden menjelaskan bahwa perkembangan
Infrastruktur, serta sarana dan prasarana
merupakan salah satu cara yang tepat untuk
mempercepat pemerataan ekonomi bagi masyakat
(Pater Marsel, 11 Mei 2019).
Perkembangan Infrastruktur, serta sarana dan
prasarana seperti pembanguan jalan raya, hotel
restoran, bandara, rumah sakit, travel agent dan
daya tarik wisata buatan seperti jembatan putih
(Sunset dan mangrove), jembatan pink (foto-foto
dan sunset)
Masyarakat
menunjukan ketidak
sukaanya pada
pariwisata
Responden mengaku bahwa perkembangan
pariwisata di Labuan Bajo telah mendapatkan
penolakan dari masyarakat dalam hal ini adalah
Para tokoh agama, tokoh budaya,, Komunitas dan
beberapa dari masyarakat.
Penolakan tersebut dilakukan bukan karena
keberadaan pariwisata, tetapi berkaitan dengan
kebijakan pemerintah yang bertolak belakang
dengan kebutuhan masyarakat lokal.
Bentuk penolakan yang sudah dilakukan oleh
responden dan komunitas adalah Demo dan
Diskusi dengan pemerintah. Adapun demo yang
telah di lakukan seperti; Kebijakan pembanguan
hotel di Kawasan publik pantai pede, Kebijakan
kenaikan harga tiket masuk taman nasional
Komodo, kebijakan pembanguan rest area pada
lahan konservasi taman nasional Komodo.
Sementara diskusi dilakukan terkait dengan
pengoperasian kapal fery yang mengangut
wisatawan ketaman nasional Komodo dengan
harga yang sangat murah.
Pariwisata dianggap
sebagai sumber masalah
Tidak ada
Pengkajian Ulang
terhadap perencaan
pariwisata
Perlu. Penetapan peraturan soal live on board dan
kebijakan kenaikan harga tiket masuk taman
nasional Komodo.
(Sumber : Data Primer Hasil Wawancara dengan Tokoh Agama, 2019)
68
Berdasarkan hasil wawancara dengan Tokoh Agama di Labaun Bajo
menyatakan bahwa pariwisata telah menjadi paradigma baru bagi masyarakat
seteleh penetapan Komodo sebagai taman nasional oleh UNESCO pada tahun
1987, kemudian dilanjutkan dengan penetapan taman nasional Komodo menjadi
salah atu dari tujuh keajaiban dunia, dilanjutkan dengan kegiatan sail Komodo
tahun 2013. Melihat perjalan tersebut responden mengaku sangat menerima
kehadiran pariwisata, karena telah memberikan perubahan pada lingkungan
masyarakat di Labuan Bajo.
Kehadiran Investor dan wisatawan disambut dengan baik oleh responden.
Mayoritas responden mendukung dengan perkembangan industri pariwisata.
Kehadiran investor turut mendorong kemajuan perekonomian daerah dan
masyarakat di Labuan Bajo. Namun disisi lain perkembangan pariwisata
(Investor) ini telah menyebabkan banyak lahan di Labuan Bajo yang terjual. Di
sisi Lain, Responden mengatakan bahwa perkembangan pariwisata yang cukup
lama di Labuan Bajo turut memberikan manfaat yang sangat besar bagi
masyarakat Labuan Bajo dan sekitarnya. Adapun manfaatnya seperti Lapangan
pekerjaan ( Karyawan hotel, Karyawan restoran, Anak Buah Kapal Wisata,
Karyawan Bar, dan Karyawan SPA). Selain itu peluang usaha seperti Jasa
Penyewa Trasportasi (Kapal wisata, Motor, dan mobil), Pengusaha Travel Agent
(Land Tour dan Diving), pengusaha homestay, Pedagang (Kuliner, Kain tenun,
Mutiara, patung Komodo dan kerajian tangan lainnya).
Jika melihat kedalam kondisi masyarakat. Hubungan antar masyarakat
saling bekertergantungan. Dari sisi masyarakat melihat bahwa pariwisata
menjadi sumber pemasukan utama, namun dari sisi investor dan wisatawan
69
ketersediaan masyarakat dalam menerima kehadirannya menjadi hal yang
penting, dalam hal ini adalah keamanan dan kenyanan. Sebagai akibat dari
hubungan tersebut menimbulkan sikap dimana masyarakat sudah tidak merasa
asing dan segan lagi dengan kehadiran pariwisata, melainkan terjalin komunikasi
yang cukup intens diantara keduanya. Responden menyatakan bahwa, terdapat
peran penting yang dilakukan dalam membangkitkan jiwa sadar wisata kepada
masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pater Marsel (Sabtu,11 Mei
2019) menjelaskan bahwa dalam mendukung perkembangan pariwisata perlu
adanya pelatihan atau penyuluhan dari dinas terkait soal sadar wisata. Salah satu
contohnya seperti yang di program penghijauan. Selian itu peran lain dari tokoh
agama adalah turut ikut menyadarkan masyarakat supaya tidak terpengaruh
dengan budaya luar (Ustad Komarudin, Jumat,10 Mei 2019 dan Pendeta
Yakobus, Jumat, 10 Mei 2019). Melihat masyarakat Labuan Bajo menganggap
pariwisata sebagai hal yang biasa, justru telah menjerumuskan mereka kedalam
perubahan yang negatif seperti masyarakat mulai bergantung kepada pariwisata,
masyarakat sudah mengikuti gaya hidup wisatawan, hilangnnya budaya,
masyarakat mulai acuh tak acuh dengan tetangga dilingkungan sekitarnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh agama menjelaskan bahwa
Industri pariwisata telah menjadi sektor utama bagi perekonomian masyarakat
labuan Bajo dan sekitarnya. Adapun masyarakat tersebut adalah mayarakat yang
bekerja di industri pariwisata seperti hotel, restoran, café, bar, money changer,
travel agent, penyedia jasa transportasi, pedagang dan lainnya. Adapun sumber
pendapatan lain masyarakat seperti Pejabat pemerintah, PNS, Guru, TNI/Polri,
namun sebagain besar dari responden tersebut juga menjadikan pariwisata
70
sebagai penghasilan tambahan seperti membuka usah kuliner di kampung ujung
dan travel agent dan lainnya.
Melihat dari sisi pemasaran pariwisata responden menyatakan bahwa
pemasaran pariwisata suah berjalan dengan sangat baik. Hal ini dibuktikan
dengan banyak investor dan wisatawan yang datang dan berinvestasi di Labuan
Bajo.Namun pemasaran tersebut cukup massif. Menurut Ustad Khomarudin, (10
Mei 2019) pemasaran tersebut telah mengakibatkan hilangnya budaya lokal.
Namun dari perencanaan infratruktur sarana dan prasarana Reponden
menjelaskan bahwa perkembangan Infrastruktur, serta sarana dan prasarana
merupakan salah satu cara yang tepat untuk mempercepat pemerataan ekonomi
bagi masyakat (Pater Marsel, 11 Mei 2019). Perkembangan Infrastruktur, serta
sarana dan prasarana seperti pembanguan jalan raya, hotel restoran, bandara,
rumah sakit, travel agent dan daya tarik wisata buatan seperti jembatan putih
(Sunset dan mangrove), jembatan pink (foto-foto dan sunset).
Sementara dalam bidang perencanan mayoritas tokoh agama mengaku
tidak mendukung rencana perkembangan pariwisata yang dilakukan oleh
pemerintah. Hal mendasar yang membuat responden tidak mendukung adalah
kurangnya perhatian pemerintah daerah pada perkembangan pariwisata,
perkembangan pariwisata di Labuan Bajo hanya berorientasi pada profit
sementara di sisi lain kebudayaan lokal semakin hilang. Responden mengaku
bahwa perkembangan pariwisata di Labuan Bajo telah mendapatkan penolakan
dari masyarakat dalam hal ini adalah Para tokoh agama, tokoh budaya,,
Komunitas dan beberapa dari masyarakat. Penolakan tersebut dilakukan bukan
karena keberadaan pariwisata, tetapi berkaitan dengan kebijakan pemerintah
71
yang bertolak belakang dengan kebutuhan masyarakat lokal. Bentuk penolakan
yang sudah dilakukan oleh responden dan komunitas adalah demo dan diskusi
dengan pemerintah. Adapun demo yang telah di lakukan seperti; Kebijakan
pembanguan hotel di Kawasan publik pantai pede, Kebijakan kenaikan harga
tiket masuk taman nasional Komodo, kebijakan pembanguan rest area pada
lahan konservasi taman nasional Komodo. Sementara diskusi dilakukan terkait
dengan pengoperasian kapal fery yang mengangut wisatawan ketaman nasional
Komodo dengan harga yang sangat murah. Penolakan tersebut bukan karena
pariwisata namun kebijakan yang salah dari pemerintah. Maka dengan itu
responden mengaku Perlu melakukan penetapan peraturan soal live on board dan
kebijakan kenaikan harga tiket masuk taman nasional Komodo.
j. Data Temuan Hasil Wawancara Nelayan di Kelurahan Labuan Bajo
Tabel 19. Rangkuman Hasil Wawancara dengan Nelayan
Pedoman Pertanyaan Jawaban Nelayan
Fase Awal kedatangan
pariwisata
Responden mengaku merasa senang dengan
perkembangan pariwisata di Labuan Bajo.
Responden menjelaskan bahwa perkembangan
pariwisata sudah berkembang sejak tahun 1992 dan
pada tahun 2013 pembanguan semakin banyak
wisatawan juga semakin banyak.
Kedatangan
Wisatawan dan
Investor di sambut
baik
Mayoritas responden menyatakan bahwa sebagai
tuan rumah, mereka harus menerima kehadiran
wisatawan dan investor.
Kehadiran Pariwisata
membawa manfaat
Kehadiran Pariwisata turut memberikan manfaat
bagi para nelayan di Labuan Bajo. Para nelayan
melakukan kerjasaan dengan investor atau
pengusaha dalam bidang penyediaan hasil laut
seperti ikan, udang, lobster, dan hasil laut lainnya.
72
Ibrahim 35 tahun dan Jumadin 51 tahun mengaku
bahwa ada sebagian pengusaha yang langsung
datang membeli ikan dibagang, dan sisanya akan
dijual ke pasar.
Hal ini menunjukan bahwa kehadiran pariwisata
telah memberikan kemudahan bagi para nelayan
dalam menjajakan hasil tangkapannya.
Perencanaan
Perkembangan
Pariwisata
Sangat mendukung. Perencanaan perkembangan
pariwisata yang telah dilakukan turut memberikan
kemudahan bagi para responden untuk berusaha dan
dapat meningkatkan pendapatan para nelayan.
Masyarakat sudah
terbiasa dengan
pariwisata
Responden mengaku sudah terbiasa dengan adanya
pariwisata. Keberadan pariwisata bukan sesuatu
yang asing bagi para nelayan, dan bahkan melakukan
komunikasi dengan wisatawan dengan segala
keterbatasan bahasa (Takdirtul 37 tahun).
Perkembangan pariwisata tersebut telah memberikan
perubahan terhadap kehidupan masayrakat di
Labuan Bajo seperti; mengingkatnya harga bahan
baku rumah tangga, terjadi persaingan antar
masyarakat (selalu ingin sama seperti yang dimiliki
oleh orang lain), sikap anak muda yang tidak sopan
dan tidak menghargai orang yang lebih tua.
terciptanya peluang
dan lapangan
pekerjaan bagi
masyarakat
Industri pariwisata turut memberikan peluang usaha
dan lapangan pekerjaan yang besar bagi masyarakat
lokal. Hal ini dirasakan oleh para nelayan selain
pekerjaannya sebagai nelayan keluarganya bekerja
sebagai karyawan di hotel, tour guide, pedagang
jajanan pasar di pantai pede, pedangang kuliner di
kampung ujung
Industri Pariwisata
sebagai sumber
penghasilan utama
masyarakat.
Melihat hasil penjualan sebelumnya responden
menjelaskan penghasil utama mereka lebih besar
dari nelayan dari pada pariwisata.
Perencanan pariwisata
difokuskan pada
pemasaran
Sangat mendukung. Buktinya banyak wisatawan
yang datang ke Labuan Bajo dan juga banyak hotel
dan restoran di Labuan Bajo.
73
Masyarakat mulai
jenuh dengan kegiatan
pariwisata.
Tidak
Masyarakat mulai
merasa terganggu
dengan kegiatan
pariwisata.
Nelayan juga merespon bahwa perkembangan
pariwisata yang cukup lama telah memberikan
perubahan terhadap gaya hidup masyarakat
lokal,kebisingan yang menggagu kenyamanan
masyarakat.
Pembangunan
difokuskan pada
peningkatan
Infrastruktur, serta
sarana dan prasarana
Sangat setuju dengan peningkatan infrastruktur serta
sarana dan prasarana di Labuan Bajo seperti; air
minum sudah lancar, bandara, travel agent, rumah
sakit, pelabuhan hotel, pusat perbelanjaan dan
restoran
Masyarakat
menunjukan ketidak
sukaanya pada
pariwisata
Tidak pernah
Pariwisata dianggap
sebagai sumber
masalah
Tidak
Pengkajian Ulang
terhadap perencaan
pariwisata
Tidak.
(Sumber : Data Primer Hasil Wawancara dengan Nelayan, 2019)
Berdasarakan hasil wawancara dengan Nelayan di Labuan Bajo
menjelaskan Responden mengaku merasa senang dengan perkembangan
pariwisata di Labuan Bajo. Responden menjelaskan bahwa perkembangan
pariwisata sudah berkembang sejak tahun 1992 dan pada tahun 2013
pembanguan semakin banyak wisatawan juga semakin banyak. Mayoritas
responden mengaku bahwa Kehadiran Pariwisata turut memberikan manfaat
bagi para nelayan di Labuan Bajo. Para nelayan melakukan kerjasaan dengan
investor atau pengusaha dalam bidang penyediaan hasil laut seperti ikan, udang,
74
lobster, dan hasil laut lainnya. Ibrahim 35 tahun dan Jumadin 51 tahun mengaku
bahwa ada sebagian pengusaha yang langsung datang membeli ikan dibagang,
dan sisanya akan dijual ke pasar. Hal ini menunjukan bahwa kehadiran
pariwisata telah memberikan kemudahan bagi para nelayan dalam menjajakan
hasil tangkapannya.
Responden mengaku sudah terbiasa dengan adanya pariwisata. Keberadan
pariwisata bukan sesuatu yang asing bagi para nelayan, dan bahkan melakukan
komunikasi dengan wisatawan dengan segala keterbatasan bahasa (Takdirtul 37
tahun).Perkembangan pariwisata tersebut telah memberikan perubahan terhadap
kehidupan masayrakat di Labuan Bajo seperti; mengingkatnya harga bahan baku
rumah tangga, terjadi persaingan antar masyarakat (selalu ingin sama seperti
yang dimiliki oleh orang lain), sikap anak muda yang tidak sopan dan tidak
menghargai orang yang lebih tua.
Menurut responden mengatakan meskipun sumber penghasilanya bukan
dari pariwisata namun responden menjelaskan bahwa perkembangan indutri
pariwisata telah memberikan lapangan pekerjaan yang besar bagi masyarakat
lokal. Hal ini dirasakan oleh para nelayan selain pekerjaannya sebagai nelayan
keluarganya bekerja sebagai karyawan di hotel, tour guide, pedagang jajanan
pasar di pantai pede, pedangang kuliner di kampung ujung.
Perkembangan pariwisata di Labuan Bajo berhasil karena pemasaran yang
baik dari pemerintah. Perkembangan pariwisata juga turut meningkat
pembangun peningkatan infrastruktur serta sarana dan prasarana di Labuan Bajo
seperti; air minum sudah lancar, bandara, travel agent, rumah sakit, pelabuhan
75
hotel, pusat perbelanjaan dan restoran. Dengan perkembangan yang semakin
maju telah memberikan dampak yang membuat masyarakat lokal merasa
terggangu. Hal tersebut berupa kebisingan yang menggagu kenyamanan
masyarakat. Namun dampak tersebut bukan suatu masalah yang besar, karena
hal tersebut merupakan konsekuensi dari pembangunan pariwisata.
k. Data Temuan Hasil Wawancara Jasa Penyewa Transportasi di Kelurahan
Labuan Bajo
Tabel 20. Rangkuman Hasil Wawancara Jasa Penyewa Transportasi
Pedoman Pertanyaan Jawaban Jasa PenyewaTransportasi
Fase Awal kedatangan
pariwisata
Kehadiran pariwisata telah memberikan kebanggan
tersendiri bagi penyedia jasa sewa Trasportasi
(Kapal wisata, Motor, dan Mobil)
Kedatangan
Wisatawan dan
Investor di sambut
baik
Responden mengaku senang dengan kehadiran
investor, dengan kehadiran wisatawan tentu akan
memberikan pemasukan buat para penyedia jasa
penyewaan trasportasi
Kehadiran Pariwisata
membawa manfaat
Manfaat dari perkembangan pariwisata bagi
responden berupa memberikan pemasukan bagi
mereka dari penyewaan motor, mobil dan juga
kapal wisata.
Perencanaan
Perkembangan
Pariwisata
Mayoritas responden mengaku mendukung dengan
perencanaan perkembangan pariwisata. Namun
bagi pengusaha sewa kapal mengku tidak setuju
dengan perkembangan pariwisata seperti
pengoperasian kapal fery ke taman nasional
Komodo dengan harga murah tentu merugikan bagi
para penyedian jasa sewa kapal wisata (Robertus
Jemaho, 9 Mei 2019).
Para pengusaha sewa kapal menghapakan supaya
pemerintah membuat kebijakan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
Masyarakat sudah
terbiasa dengan
pariwisata
Para Responden sudah terbiasa hidup
berdampingan dengan perkembangan pariwisata,
keseharian mereka pasti akan bertemu dengan
pelangggannya. Hal tersebut membuat masyarakat
tidak merasa terasingkan dengan kehadiran
76
pariwisata, bahkan kehadiran pariwisata turut
menimbulkan hubungan yang erat antara penyedia
jasa dengan wisatawan.
Hal tersebut telah memberikan kesadaran secara
langsung kepada responden untuk sama-sama
menjaga kebersihan lingkungan dan keamanan.
terciptanya peluang
dan lapangan
pekerjaan bagi
masyarakat
Pelaung usaha setelah adanya pariwisata sangat
banyak seperti menjadi pedagang suvernir,
penyedian jasa sewa kapal ,motor, dan mobil, dan
juga menjadi ABK, Karyawan hotel, restoran dan
lainnya.
Industri Pariwisata
sebagai sumber
penghasilan utama
masyarakat.
Ya, pekerjaan sekarang menjadi sumber
penghasilan utama bagi para responden selain itu
keluarganya bekerja sebagai karyawan hotel,
pengusaha kuliner dan lainnya.
Perencanan pariwisata
difokuskan pada
pemasaran
Pemasaran Pariwisata di Labuan Bajo telah
berjalan hal ini dibuktikan dengan banyaknya
wisatawan asing yang berkunjung kelabuan bajo.
Pemasaran tersebut telah memberikan kebanggan
bagi responden, karena daeranya selalu muncul di
promosi sosial media, tv, dan juga beberapa mobil
di dunia eropa.
Masyarakat mulai
jenuh dengan kegiatan
pariwisata.
Tidak pernah
Masyarakat mulai
merasa terganggu
dengan kegiatan
pariwisata.
Tidak pernah
Pembangunan
difokuskan pada
peningkatan
Infrastruktur, serta
sarana dan prasarana
Responden sangat mendukung peningkatan
Infrastruktur, serta sarana dan prasarana seperti
pebanguan jalan raya, pelabuahan,
bandara,dermaga, rumah sakit dan lainnya.
Masyarakat
menunjukan ketidak
sukaanya pada
pariwisata
Penah. Kapal fery yang beropersi ke taman
nasional Komodo.
Namun penolakan tersebut dilakukan melalui
diskusi bersana dengan pihak terkait.
Pariwisata dianggap
sebagai sumber
masalah
Tidak pernah
77
Pengkajian Ulang
terhadap perencaan
pariwisata
Soal kebersihan lingkungan.
(Sumber : Data Primer Hasil Wawancara Jasa Penyewa Trasportasi, 2019)
Berdasarakan hasil wawancara dengan jasa penyewa trasportasi (Mobil,
Kapal, dan motor) di Labuan Bajo menjelaskan Kehadiran pariwisata telah
memberikan kebanggan tersendiri bagi penyedia jasa sewa Trasportasi (Kapal
wisata, Motor, dan Mobil). Responden mengaku senang dengan kehadiran
investor, dengan kehadiran wisatawan tentu akan memberikan pemasukan buat
para penyedia jasa penyewaan trasportasi. Responden mengaku bahwa
kehadiran investor dan wisatawan telah memberikan manfaat memberikan
pemasukan bagi mereka dari penyewaan motor, mobil dan juga kapal wisata
serta memberikan peluang usaha bagi masyarakat seperti menjadi pedagang
suvernir, penyedian jasa sewa kapal ,motor, dan mobil, dan juga menjadi ABK,
Karyawan hotel, restoran dan lainnya.
Selain itu, Mayoritas responden mengaku mendukung dengan
perencanaan perkembangan pariwisata. Namun bagi pengusaha sewa kapal
mengku tidak setuju dengan perkembangan pariwisata seperti pengoperasian
kapal fery ke taman nasional Komodo dengan harga murah tentu merugikan
bagi para penyedian jasa sewa kapal wisata (Robertus Jemaho, 9 Mei 2019). Para
pengusaha sewa kapal mengharapkan supaya pemerintah membuat kebijakan
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pemasaran Pariwisata di Labuan
Bajo telah berjalan hal ini dibuktikan dengan banyaknya wisatawan asing yang
berkunjung kelabuan bajo. Pemasaran tersebut telah memberikan kebanggan
78
bagi responden, karena daeranya selalu muncul di promosi sosial media, tv, dan
juga beberapa mobil di dunia eropa.
Menurut responden menjelaskan bahwa kehadiran pariwisata telah
memberikan perubahan terhadap peningkatan infratruktur, sarana dan prasarana.
Responden sangat mendukung peningkatan Infrastruktur, serta sarana dan
prasarana seperti pembanguan jalan raya, pelabuahan, bandara,dermaga, rumah
sakit dan lainnya. Namun beberapa kebijakan pemerintah turut membuat
masyarakat tidak setuju seperti Kapal fery yang beropersi ke taman nasional
Komodo. Namun penolakan tersebut dilakukan melalui diskusi bersana dengan
pihak terkait.
3. Rangkuman Hasil Wawancara dengan Masyarakat di Kelurahan Labuan
Bajo dalam Perkembangan Pariwisata
Berdasarkan hasil wawancara masyarakat di Kelurahan Labuan Bajo yang
berlangsung pada bulan Mei 2019, dengan total responden 35 orang dengan latar
belakang pekerjaan yang berbeda seperti pada tabel 21 di bawah. Maka hasil
wawancara tersebut dapat disimpulkan seperti pada tabel 22 di berikut.
Tabel 21. Detail Responden
Profesi Jumlah (Orang) Persentase
Nelayan 4 11%
Jasa Penyewa 4 11%
Pedagang 4 11%
Pemandu Wisata 4 11%
PNS 3 9%
Pengusaha 3 9%
Ibu Rumah Tangga 2 6%
Karyawan Swasta 6 17%
Tokoh Budaya 1 3%
Komunitas 1 3%
Tokoh Agama 3 9%
Total 35 100% (Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019)
79
Tabel 22. Kesimpulan Wawancara Masyarakat di Kelurahan Labuan Bajo
Pedoman
Pertanyaan
Kesimpulan Jawaban Masyarakat Labuan Bajo
Fase Awal kedatangan
pariwisata
Perkembangan pariwisata di Kelurahan Labuan Bajo
berawal dari tahun 1987. Pariwisata terus berkembang
hingga pada tahun 2008 Taman Nasional Komodo di
tetapkan sebagai The Candidat of New Seven Wonder
oleh Seven Wonder Foundations. Kehadiran
pariwisata mulai terlihat sejak saat itu. Pada Tahun
2013, Peresmian Taman Nasional Komodo sebagai
the New Seven Wonder sekaligus penyelengggaraan
event Sail Komodo turut memberikan dampak
terhadap perkembangan pariwisata, yaitu peningkatan
jumlah kunjungan wisatawan dan Investor.
Setelah itu, pariwisata terus berkembang hingga saat
ini, perkembangan tersebut turut mendapatkan respon
positif dari masyarakat yaitu mereka sangat menerima
kehadiran pariwisata di Labuan Bajo.
Kedatangan
Wisatawan dan
Investor di sambut
baik
Kehadiran investor dan wisatawan diterima sangat
baik di lingkungan masyarakat Labuan Bajo.
Keharian investor dan wisatawan menjadi kebutuhan
bagi masyarakat, mengingat sektor pariwisata
menjadi sektor unggulan di Kelurahan Labuan Bajo.
Kehadiran investor turut mendorong kemajuan
ekonomi daerah dan masyarakat lokal.
Menurut responden yang berprofesi sebagai PNS dan
ibu Rumah Tangga mengungkapkan bahwa
kehadiran investor turut memberikan dampak bagi
masayarakat lokal. Adapun dampaknya seperti;
meningkatnya harga bahan baku rumah tangga dan
berkurangnya lahan produktif masyarakat lokal.
Kehadiran Pariwisata
membawa manfaat
Manfaat dari kehadiran pariwisata bagi masyarakat
Labuan Bajo seperti
1) Menciptakan peluang usaha : pengusaha travel
Agent, Pengusaha homestay, Pengusaha
pengerajin ( Mutiara dan Patung Komodo),
Pengusaha Suvernir, Pengusaha Kuliner, dan
lainnya.
2) Menciptakan Lapangan Pekerjaan: Karyawan
(Hotel,restoran, Bar, Café, Money Changer, Travel
Agent, dan SPA), Pamandu Wisata lokal, Penyedia
jasa sewa trasportasi dan lainnya.
80
3) Memudahkan masyarakat dalam mendapatkan
penghasilan. (Nelayan dan pedagang)
Perencanaan
Perkembangan
Pariwisata
Perkembangan pariwisata di Labuan Bajo telah
menimbulkan pro dan kontra. Hal tersebut disebabkan
oleh perencanaan perkembangan pariwisata
pemerintah yang tidak berlandaskan pada kebutuhan
masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat
lokal,mayoritas masyarakat yang tidak setuju dengan
rencana perkembangan pariwisata di Labuan Bajo
yaitu para tokoh masyarakat ( tokoh budaya dan tokoh
agama), komunitas pariwisata (HIMAPPAR) dan
sebagian pemandu wisata, serta penyedia jasa sewa
kapal wisata.
Mayoritas dari responden tersebut menilai bahwa
kebjikan perencanaan perkembangan pariwisata yang
dibuat oleh pemerintah tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat setempat , melainkan hnya mementingkan
keuntungan pihak-pihak tertentu. Hal ini akan
menimbulkan kerugian bagi masyarakat di Labuan
Bajo.
Masyarakat sudah
terbiasa dengan
pariwisata
Perkembangan pariwisata serta kehadiran investor dan
wisatawan sudah menjadi hal biasa oleh masyarakat
lokal. Responden menilai interaksi antara masyarakat
dan pariwisata telah menimbukan hubungan
mutualisme (saling menguntungkan). Ketergantungan
antara masyarakat dengan pariwisata, turut
memberikan kesadaran bagi masayarakat untuk terus
berpartisipasi dalam menjaga keamanan dan
kenyamaan di lingkungannya. Adapun bentuk
partisipasi masyarakat diantaranya;
1) Mengikuti program bersih-bersih pantai bersama
2) Menjaga kebersihan lingkungan
3) Mengikuti Ronda Malam (poskambling)
4) Turut melestarikan budaya lokal (tokoh
masyarakat)
5) Mengkuti program go-green yang dicanangkan
oleh hotel dan restoran di Labuan Bajo.
Selian itu masyoritas responden juga menilai bahwa
kehadiran pariwisata juga turut memberikan
81
perubahan terhadap kehidupan masyarakat di
lingkungan tempat tinggalnya.Perubahan tersebut
seperti;
1) Perubahan terhadap gaya hidup generasi muda di
Labuan Bajo (gaya berpakaian dan gaya bahasa)
2) Timbulnya persaingan tidak sehat antara
masyarakat (saling menyaingi)
3) Lunturnya nilai kebudayan lokal (lebih mengikuti
kebudayan orang luar)
4) Kurangnya komunikasi antara masyarakat karena
pekerjaan.
terciptanya peluang
dan lapangan
pekerjaan bagi
masyarakat
Perkembangan pariwisata yang cukup lama telah
menciptakan peluang dan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat lokal.
lapangan pekerjaan dari perkembangan pariwisata di
Labuan Bajo seperti Lapangan pekerjaan ( Karyawan
hotel, Karyawan restoran, Anak Buah Kapal Wisata,
Karyawan Bar, Pemandu wisata dan Karyawan SPA).
Selain itu peluang usaha seperti Jasa Penyewa
Trasportasi (Kapal wisata, Motor, dan mobil),
Pengusaha Travel Agent (Land Tour dan Diving),
pengusaha homestay, Pedagang (Kuliner, Kain tenun,
Mutiara, patung Komodo dan kerajian tangan lainnya)
Industri Pariwisata
sebagai sumber
penghasilan utama
masyarakat.
industri pariwisata telah menjadi sumber penghasilan
utamanya bagi masyarakat. Mayoritas responden
tersebut adalah masyarakat yang bekerja di industri
pariwisata seperti pengusaha travel agent, penyedia
jasa sewa trasportasi, pengusaha kuliner, pedagang
kain tenun, pedagang Mutiara, pengusaha homestay,
pedagang kerajian, karyawan hotel, karyawan
restoran, bar, café dan lainnya. Sementara responden
lain seperti Tokoh Budaya, Komunitas Pariwisata,
PNS, Tokoh Agama, pedagang sayuran, pengusaha
bidang pertokoan, menjelaskan bahwa sektor
pariwisata menjadi sektor penambah bagi usahnya.
Perencanan pariwisata
difokuskan pada
pemasaran
Pemasaran pariwisata mendapat dukungan penuh dari
masayakat lokal.
82
Masyarakat mulai
jenuh dengan kegiatan
pariwisata.
Mayoritas masayarakat lokal dan tokoh masyarakat
menyatakan bahwa kehadiran pariwisata tidak pernah
membuat mereka merasa jenuh. Namun sebagian
responden yang berprofesi sebagai pedagang kain
tenun, pedagang Mutiara dan pedagang patung
menjelaskan bahwa kejenuhan terjadi karena
mengunggu wisatawan untuk membeli barang
dagangan, seperti: kain tenun, pedagang Mutiara dan
patung Komodo. Masyarakat menilai bahwa
keuntungan besar akan didapat pada saat pick season
, sementara untuk low season mereka harus rela
menunggu sampai ada yang membeli dagangan
mereka.
Masyarakat mulai
merasa terganggu
dengan kegiatan
pariwisata.
Tidak pernah
Pembangunan
difokuskan pada
peningkatan
Infrastruktur, serta
sarana dan prasarana
Perkembangan pariwisata turut meningkatkan
pembanguna infrastruktur, sarana dan prasarana di
Labuan Bajo. Peningkatan infrastruktur, sarana dan
prasarana bertujuan untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi serta pemerataan ekomoni
bagi masyarakat setempat.
Menurut responden menyatakan bahwa pengikatan
infratruktur, sarana dan prasarana telah terlihat pada
tahun 2013 setelah penetapan Taman nasional
Komodo nenjadi the new seven wonder dan
pelaksanaan sail Komodo.
Adapun pembanguan infrastuktur tersebut adalah
1) Perbaikan dan Pelebaran Jalan Raya dalam kota
dan Luar
2) Renovasi Rumah sakit umum
3) Pembangunan Rumah sakit swasta
4) Pembangunan Bandara, Pelabuhan, Dermaga
5) Pembanguan Hotel, Restoran, Café, Bar, SPA,
Travel Agent, Tourism Information Centre, Dive
Center dan Money Changer.
6) Pembangunan Pusat Kuliner Lokal
7) Renovasi pasar tradisional dan Tempat pelelangan
ikan
83
Selian itu masyarakat mengharapkan adanya
pembangunan tempat khusus penjulaan hasil karya
lokal seperti kain tenun, Mutiara, dan kerajian tangan
khas Labuan Bajo, jaringan internet serta
pembanguan tempat khusus untuk pertujukan budaya
lokal.
Masyarakat
menunjukan ketidak
sukaanya pada
perkembangan
pariwisata
Perkembangan pariwisata turut mendapatkan respon
negatif dari para tokoh budaya, komunitas pariwisata,
tokoh agama dan masyarakat yang berusaha di
bidang pariwisata. Respon negatif tersebut
disebabkan oleh kebijakan pemerintah Kabupaten
Manggarai Barat yang tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Adapun penolakan tersebut berupa
1) Penetapan Badan Otoritas Pariwisata
2) Pembanguan rest area di Taman Nasional
Komodo
3) Penutupan Taman Nasional Komodo
4) Kenaikan harga tiket masuk Taman Nasioanl
Komodo
5) Pembangunan Hotel di Pantai Pede
6) Pengoperasian Kapal Fery dengan harga yang
murah ke Taman Nasional Komodo
Menurut tokoh masyarakat kebijakan-kebijakan
tersebut dianggap bertolak belakang dengan
kebutuhan masayrakat yang bergantung pada usaha
pariwisata.
Maka dengan itu, para tokoh masyarakat bekerjasama
dengan masyarakat dan komunitas untuk melakukan
penolakan dalam bentuk unjuk rasa/ demontrasi
kepada pemerintah. Selian unjuk rasa para tokoh
masyarakat juga melakukan diskusi dengan
pemerintah terkait dengan perkembangan pariwisata
di Labuan Bajo. Maka dengan itu masyarakat
mengharapakan supaya pemerintah perlu mengkaji
ulang dan melakukan studi kelayakan soal kebijakan
kebijakan yang sudah dilakukan.
Pariwisata dianggap
sebagai sumber
masalah
Tidak Pernah
Sumber : Data Primer, Rangkuman hasil wawancara masyarakat Labun Bajo,2019
84
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan di Labuan Bajo. Sektor
Pariwisata mulai muncul pada tahun 1987 saat ditetapkan Komodo sebagai cagar
biosfer oleh UNESCO Perkembangan pariwisata terus berjalan hingga
terpilihnya Komodo sebagai salah satu dari The new Seven Wonder Tahun 2008.
Melihat perkembangan tersebut mulai muncul para investor untuk berinvestasi
dengan membeli lahan /tanah kepada masyarakat lokal. Perkembangan
pariwisata dan investor yang semakin meningkat telah memberikan peluang
usaha dan lapangan pekerjaan. Perkembangan tersebut telah memberikan
perubahan terhadap pekerjaan masyarakat lokal hingga beralih usaha ke bidang
jasa pariwisata (Balai Taman Nasional Komodo,2019)..
Perkembangan pariwisata Labuan Bajo pada saat ini semakin gencar dengan
tujuan untuk mengingkatkan perekonomian masyarakat. Bertolak pada visi
pemerintah yaitu terwujutnya kesejahteraan masyarakat melalui perkembangan
kepariwisataan yang berbasis pada masyarakat, serta mengangkat kekhasan
budaya lokal. Berlandaskan pada visi tersebut pemerintah melakukan
serangkaian program anatara lain peningkatan sarana dan Prasarana Umum dan
pariwisata, perkembangan dan pengelolaan kebudaayan Lokal, menigkatkan
promosi pariwisata, dan melestarikan lingkungan, serta meningkatkan kualitas
aparatur dan sumber daya (Dokumen Disparbud Kab. Manggarai Barat,2019).
Pada implementasinya masyarakat di Kelurahan Labuan Bajo
mengungkapkan respon yang beragam. Respon masyarakat terdiri dari dua yaitu
respon positif dan respon negatif. Respon positif yang berada pada Fase
Euphoria dan Apathy, sedangkan respon negatif berada pada fase Annoyance
85
dan Antagonism (Doxey dalam Pitana,2009:209). Menurut konsep Doxey dalam
Pitana (2009:209) menunjukan bahwa perkembangan pariwisata di Labuan Bajo
masih berada pada respon positif yaitu pada fase Euphoria dan Apathy seperti
yang terlihat pada tabel 23 di bawah ini.
Tabel 23. Respon Masyarakat Labuan Bajo
Model Irritation Index (Doxey,1975)
Positif
Euphoria
Apathy
Negatif
Annoyance
Antagonism
Sumber: Adopsi Doxey (Pitana,2009:209)
Berdasarkan hasil penelitian pada bulan Mei 2019 di Kelurahan Labuan
Bajo telah menemukan bahwa mayoritas respon masyarakat adalah respon
positif,yang berada pada fase Euphoria dan Apathy. Meskipun demikian telah
menemukan juga respon negatif dari masyarakat sebagai akibat dari
perkembangan pariwisata. Respon negatif tersebut berada pada fase Annoyance
dan Antagonism. Besaran tingkatan respon masyarakat Labuan Bajo dalam
perkembangan pariwisata dapat dilihat pada seperti pada gambar 5 dibawah ini’
86
Gambar 5.Respon Masyarakat dalam Perkembangann Pariwisata
(Sumber : Data Primer Olahan Peneliti 2019)
1. Respon Euphoria Masyarakat kelurahan Labuan Bajo dalam
perkembangan pariwisata.
Tabel 24. Presentase Respon Euphoria Masyarakat
No Fase Pertanyaan
Respon Masyarakat
Sangat Setuju Tidak setuju
Jumlah % Jumlah %
1
Euphori
a
Masyarakat Merasa
senang dengan
kehadiran wisatawan
35 100% 0 0
2 tanggapan Masyarakat
terhadap kehadiran
wisatawan dan investor
35 100% 0 0
3
Kehadiran wisatawan
dan investor membawa
manfaat bagi
masyarakat
35 100% 0
4 Masyarakat mendukung
rencana perkembangan
Pariwisata
30 86% 5 14%
Rata-rata 34 96% 1 4%
Sumber : Data Primer olahan Penelitian,2019
96%89%
57%
17%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Euphoria Apathy Annoyance Antagonsim
Pre
sen
tase
Respon Masyarakat Labuan Bajo
Positif Negatif
87
Respon Euphoria masyarakat dalam perkembangan pariwisata merupakan
tahap awal dimana masyarakat lokal sangat menerima serta mendukung
perkembangan pariwisata. Respon Euphoria menimbulkan reaksi reaksi positif
dari masyarakat lokal.
Berdasarkan pada hasil wawancara maryarakat Labuan Bajo menujukan
bahwa perkembangan pariwisata di Labuan Bajo telah memberikan manfaat
yang positif bagi masyarakat lokal. Hal ini dibuktikan pada tabel 24 di atas
bahwa rata-rata sebanyak 34 orang 96% responden memiliki antusiasme tinggi
dalam menerima kehadiran investor dan wisatawan. Masyarakat yang kehadiran
wisatawan dan investor di Labuan Bajo bukan hanya masyarakat yang
berkecimpung di dunia pariwisata melainkan masyarakat Labuan Bajo pada
umumnya.
Perkembangan pariwisata mulai meningkat sejak tahun 2013, dimana para
wisatawan dan investor mulai berdatangan ke Labuan Bajo. Kehadiran
pariwisata telah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat Labuan Bajo.
Manfaat yang telah dirasakan berupa peluang usaha yang besar serta lapangan
pekerjaan yang luas bagi masyarakat lokal Labuan Bajo dan sekitarnya. Peluang
usaha yang dirasakan oleh masyaraakt lokal seperti: menjadi pedagang Kain
tenun, Pengusaha Homestay, pengerajin patung, pengusaha jasa pariwisata ( jasa
sewa transportasi, Jasa Sewa kapal, dan lainnya), pengusaha kuliner dan
pengusaha Mutiara. Lapangan pekerjaan seperti; menjadi karyawan hotel,
restoran, café, karyawan travel agent, Pemandu wisata lokal, Anak buah kapal
(ABK) wisata dan lainnya.
88
Perkembangan pariwisata tersebut tentu melalui perencanaan dari
pemerintah. Perencanaan yang dilakukan tersebut menimbulkan pro dan kontra.
Berdasarkan pada tabel 24 di atas menyatakan bahwa terdapat 14% responden
dengan rata- rata 4%. mengaku tidak setuju dengan perencanan yang di buat oleh
pemerintah Mayoritas masyarakat yang tidak setuju dan tidak mendukung
perencanaan pariwisata adalah tokoh-tokoh masyarakat dan masyarakat biasa
seperti tokoh budaya, tokoh agama, penyedia jasa sewa trasportasi dan
komunitas. Para tokoh masyarakat ini menilai bahwa perencanan dan kebijakan
dari pemerintah itu tidak sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan masyarakat
lokal, beberapa hal diantaranya seperti Pembentukan Badan otoritas Pariwisata
(BOP), perkembangan fasilitas rest area di Taman Konservasi dan
Perkembangan Hotel di Kawasan Umum pantai Pede. Para Tokoh tersebut
mengharapkan supaya pemerintah perlu mempertimbangkan kebutuhan
masyarakat dalam melakukan perencanan serta melakukan studi uji kelayakan
terlebih dahulu dalam membuat kebijakan kedepannya.
2. Respon Apathy Masyarakat kelurahan Labuan Bajo dalam perkembangan
pariwisata.
Tabel 25. Presentase Respon Apathy Masyarakat
No Fase Pertanyaan
Respon
Ya Tidak
Jumlah % Jumlah %
1
Apat
hy
Masyarakat sudah terbiasa
dengan kegiatan Pariwisata 35 100% - -
2 Terciptanya peluang dan
Lapangan pekerjaan 35 100% - -
89
3 Bidang Pariwisata sebagai
sumber penghasilan bagi
masyarakat
20 57% 15 43%
4 Masyarakat mendukung
rencana pemasaran
Pariwisata 35 100% - -
Rata-rata 31 89% 4 11%
Sumber : Data Primer Olahan Penelitian,2019
Respon apathy merupakan tahap dimana masyarakat mulai terbiasa
dengan kedatangan wisatawan, Pariwisata telah mencitpakan lapangan
pekerjaan, pariwisata menjadi sumber penghasilan utama masyarakat, dan
pemasaran pariwisata telah dilakukan.
Berdasarkan pada tabel 25 di atas terdapat 89% atau 31 orang responden
telah menunjukan bahwa perkembangan pariwisata di Labuan Bajo sudah suatu
kebutuhan bagi masyarakat. Selai itu terdapat 4 orang atau 11% masyarakat
terbiasa dengan pariwisata namun penghasilan utamanya bukan dari industry
pariwisata.
Perkembangan pariwisata di Labuan Bajo sudah menjadi suatu hal yang
biasa dan menjadi sebuah kebutuhan utama bagi masyarakat. Masyarakat
menjadikan pariwisata ( wisatawan dan investor) sebagai suatu hubungan
mutualisme (hubungan saling melengkapi), yang mana wisatawan
membutuhkan pelayanan dari masyarakat lokal sebagai tuan rumah, dan
masyarakat membutuhkan penghasilan dari wisatawan. Melihat perkembangan
pariwisata tersebut masyarakat lokal pun turut serta berpartisipasi dalam
menjaga lingkungannya supaya tetap bersih, aman,dan nyaman.bentuk
90
partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat lokal berupa mengikuti kegiatan
bersih-bersih lingkungan tempat tinggal dan tempat wisata Pantai.
Perkembangan pariwisata yang cukup lama dan banyaknya jumlah
investor yang membuka usaha di Labuan Bajo turut memberikan peluang usaha
dan lapangan pekerjaan untuk masyarakat di Labuan Bajo dan sekitanya. Bentuk
Usaha jasa pariwisata tersebut diantanya Hotel, Restoran, Travel Agent, Dive
Center, Tour Guide, Money Changer, Bar dan Resto, SPA and Reflexiology,
Kuliner dan lainnya. Banyaknya usaha jasa pariwisata tersebut telah
memberikan peluang bekerja yang besar untuk masyarakat lokal. Mayoritas
karyawan yang bekerja di Usaha jasa pariwisata adalah warga lokal ( Labuan
Bajo dan sekitarnya), dengan menempatkan posisi sebagai karyawan biasa, dan
paling tinggi sebagai supervisior. Selain itu banyak juga masyarakat yang
membuka usaha sendiri seperti jasa sewa transportasi ( Kapal wisata, sepeda
motor, dan mobil), Membuka travel agent, Pedagang (Mutiara, Kain tenun, dan
Patung Komodo), Usaha makanan ( kuliner, warung, dan juga restoran).
Peluang usaha dan lapangan pekerjaan yang banyak tersebut telah
menjadikan pariwisata sebagai sumber perekonomian dan penghasilan utama
bagi sebagian masyarakat lokal. Penghasilan masyarakat Labuan Bajo
bersumber dari sektor pariwisata, perikanan, penternakan dan pemerintahan
(Dokumen Kec. Komodo,2019). Berdasarkan data temuan lapangan seperti pada
tabel 25 di atas terdapat 43% dengan rata-rata 11% responden menyatakan
bahwa pendapatannya bukan dari sektor pariwisata melainkan sektor non-
pariwisata. Mayoritas responden tersebut bekerja di bidang pemerintahan dan
komunitas non pariwisata seperti PNS, Tokoh Agama, Nelayan dan Komunitas
91
penyelamat pariwisata. Hal ini bukan berarti pariwisata bukan menjadi bagaian
dari kehidupan masyarakat lokal, karena sebagian keluarga responden tersebut
bekerja di usaha pariwisata seperti; karyawan hotel, restoran , café dan Lainnya.
Kehadiran Investor dan wisatawan tidak terlepas dari usaha pemerintah
dalam hal ini adalah pemeritah pusat dan dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Manggarai Barat dalam memasarkan pariwisata. Masyarakat
mengaku sangat setuju dan mendukung usaha pemasaran yang dilakukan oleh
pihak pemerintah. Bentuk pemasaran dilakukan oleh pemerintah seperi promosi
melalui TV, Sosial Media ( Facebook, Instagram), Website dan tempelan stiker
di bus di Negara eropa (Jerman, Inggris, dan lainya) serta melalui event-event
contohnya Komodo karnaval, Sail Komodo dan lainnya (Dokumen DisparBud
Kab. Manggarai Barat,2019).
Pemasaran pariwisata tersebut dinilai sudah berhasil, dibuktikan dengan
semakin banyak tingkat kunjungan wisatawan manca negara ke Labuan Bajo
dari tahun ketahun. Adapun wisatawan manca negara tersebut diantaranya
wisatawan manacanegara (Belanda,Swiss, USA, Belgia, Portugal, Kanada,
Denmark, Inggris, Polandia, Spanyol, Italia, Jerman, Rusia, Selandia Baru
Australia, Singapura, Thailand, Jepang, Korea Selatan, China danMalaysia)
serta Nusanatara (Jakarta, Bandung, Surabaya dan lain-lain) (Dokumen
DisparBud Kab. Manggarai Barat,2019).
92
3. Respon Annoyance Masyarakat kelurahan Labuan Bajo dalam
perkembangan pariwisata.
Tabel 26. Presentase Respon Annoyance Masyarakat
No Fase Pertanyaan
Respon
Ya Tidak
Jumlah % Jumlah %
1
Annoyan
ce
Masyarakat merasa jenuh
dengan pariwisata 8 23% 27 77%
2 Masyarakat merasa
terganggu dengan
Pariwisata
17 49% 18 51%
3 Peningkatan Infrastruktur
,saran dan Prasarana 35 100% - -
Rata-rata 20 57% 15 43%
Sumber : Data primer olahan Penelitian, 2019
Tahap Annoyance merupakan tahap ketika masyarakat merasa jenuh atau
terganggu oleh kegiatan pariwisata. Tahap ini terjadi ketika masyarakat mulai
merasakan dampak negatif seperti timbulnya kejenuhan dan gangguan dari
perkembangan pariwisata. Namun disisi lain terdapat perkembangan dan
peningkatan pembanguan infrastruktur, sarana dan prasarana yang menujang
percepatan perkembangan ekonomi daerah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat menunjukan bahwa
pada fase Annoyance, rata-rata 57% responden mulai merasakan dampak negatif
dari perkembangan pariwisata. Dampak yang dirasakan oleh masyarakat seperti
mulai merasa jenuh, perubahan terhadap gaya hidup, Hilangnya Kebudayaan
lokal, dan Lainnya.
93
Berdasarkan hasil wawancara seperti pada tabel 27 di atas menunjukan
bahwa terdapat 23% perkembangan pariwisata telah memberikan kejenuhan
kepada masyarakat Mayoritas responden yang merasakan jenuhan adalah para
pedagang Kain tenun, Pedagang Mutiara, dan pedagang patung Komodo.
Kejenuhan tersebut dikarenakan pekerjaan pedagang tersebut bergantung pada
kedatangan wisatawan, dimana pedagang tersebut harus menunggu wisatawan
untuk membeli produk dagangan yang dijual. Para pedagang tersebut mengaku
bahwa puncak kejenuhan tersebut terjadi pada musim sepi/ Low Season, dimana
para pedagang tersebut harus menunggu wisatawan dalam kurang waktu 15 Jam
dalam satu hari dengan pendapatan yang sangat sedikit dan terkadang tidak
mendapatkan penghasilan dalam seharian. Sedangkan pada musim ramai/ Peak
Season kejenuhan yang dirasakan pada musim sepi terbayarkan. Maka dengan
itu para pedagang tersbut mengharapkan pemerintah untuk membuka tempat
khusus untuk menjual hasil kerajinan tangan dan tenuan lokal sehingga
wisatawan dapat menjangkaunya lebih mudah.
Selain itu, pariwisata yang semakin berkembang, dan sektor pariwisata
sebagai sektor utama perekomomian masyarakat lokal telah menjadi hal yang
dilemma karena membawa dampak yang menganggu masyarakat. Menurut hasil
penelitian terdapat 49% responden turut merasakan dampak dari perkembangan
pariwisata. Dampak tersebut diantaranya: Perubahan terhadap gaya hidup
generasi muda di Labuan Bajo (gaya berpakaian dan gaya bahasa), Timbulnya
persaingan tidak sehat antara masyarakat (saling menyaingi),Lunturnya nilai
kebudayan lokal (lebih mengikuti kebudayan orang luar), gaya hidup masyarakat
menjadi lebih konsumtif, Kurangnya komunikasi antara masyarakat karena
94
pekerjaan. Namun masyarakat lokal menyadari bahwa perubahan yang terjadi
di Labuan Bajo tersebut sebagai konsekuensi dari perkembangan pariwisata, dan
semuanya harus dijalankan secara beriringan.
Selain dampak negatif di atas, perkembangan pariwisata turut
meningkatkan pembangunan infrastuktur, sarana dan prasarana pariwisata dan
umum. Pembanguan tersebut sejak terpilihnya Komodo sebagai salah satu
warisan dunia dan menjadi salah satu The New Seven Wonder oleh UNESCO
serta sail Komodo tahun 2013, Pemerintah Pusat dan daerah mulai membangun
berbagai infrastruktur serta sarana dan prasarana untuk memberikan kemudahan
bagi para investor dan wisatawan untuk datang ke Labuan Bajo.
Bentuk infrastruktur seperti; jalan raya, pelabuan (Umum dan Pariwisata),
Bandara Udara, Rumah Sakit, Puskesmas, sedangkan sarana dan prasarana
pariwisata seperti Hotel, Restoran, Café, Bar, Money Changer, Dive Center,
Tourism Information Center (TIC), Papan Intepretasi, Toko Suvernir, Travel
Agent, bus wisata Kapal wisata dan Lainnya.
Perkembangan tersebut bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi
wisatwan dan investor serta mempercepat pemerataan ekomoni mansyarakat di
Labuan Bajo (Hasil wawawancara,2019). Di sisi lain masyarakat menilai hal
tersebut masih kurang seperti Selian itu masyarakat mengharapkan adanya
pembangunan tempat khusus penjulaan hasil karya lokal seperti kain tenun,
Mutiara, dan kerajian tangan khas Labuan Bajo, jaringan internet serta
pembanguan tempat pertujukan budaya lokal.
95
4. Respon Antagonism Masyarakat kelurahan Labuan Bajo dalam
perkembangan pariwisata.
Tabel 27. Presentase Respon Antagonism Masyarakat
No Fase Pertanyaan
Respon Masyarakat
Ya Tidak
Jumlah % Jumlah %
1
Anta
gonis
m
Masyarakat menunjukan
ketidaksukaannya pada
Pariwisata
10 29% 25 71%
Pariwisata dianggap
sumber masalah
- - 35 100%
3
Pengkajian ulang
perencanaan Pariwisata
8 23%
27 77%
Rata-rata 6 17% 29 83%
Sumber : Data Primer Olahan Penelitian, 2019
Sejalan dengan timbulnya dampak perkembangan pariwisata, pada fase
antagonisme ini masyarakat mulai menunjukan sikap antagonisme pada
pariwisata dan rencana serta kebijakan pemerintah sehingga menimbukan
penolakan/demonstrasi (Pitana,2009:210). Melihat sektor pariwisata telah
menjadi sektor unggulan bagi masyarakat di Labuan Bajo negatif dari
masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara seperti pada tabel 27 di atas
menunjukan bahwa penolakan yang dilakukan oleh masyarakat disebabkan oleh
kebijakan dan peratuan pemerintah bukan karena pariwisata. Dari rata-rata 17%
responden terdapat 29% memberikan repon negatif yang menimbulkan
penolakan secara terang-terangan pada perkembangan pariwisata, yang berujung
pada demonstrasi atau unjuk rasa.
96
Berdasarkan hasil wawancara masyarakat Labuan Bajo mayoritas
masyarakat yang menolak perkembangan pariwisata berasal dari kalangan tokoh
masyarakat seperti tokoh budaya, tokoh agama, dan komunitas serta jasa
penyewa trasportasi. Pada tahap antagonism ini, tokoh masyarakat Labuan Bajo
melakukan penolakan dalam bentuk Demonstrasti kepada pemerintah. Seperti;
Penetapan Badan Otoritas Pariwisata ( BOP), Perkembangan Hotel di Kawasan
Publik Pantai Pede, Perkembangan Rest Area di Taman Nasional Komodo.
Tokoh masyarakat menilai bahwa kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah tersebut, bukan atas dasar kebutuhan masyarakat, namun hanya
untuk kepentingan pihak- pihak tertentu. Sementara Para Jasa Penyewa Kapal
Wisata mengaku menolak pengeperasian kapal feri yang beropersi ke Taman
Nasiona Komodo dengan tarif yang sangat murah, hal ini akan berdampak sangat
besar kepada travel agent dan juga semua jasa penyewaan sarana pariwisata di
Labuan Bajo, dalam hal ini, para penyewa jasa pariwisata melakukan koordinasi
dengan pihak terkait soal kebijakan tersebut sehingga berujung pada demonstrasi
juga.
97
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian menyimpulkan bahwa perkembangan pariwisata di
Kelurahan Labuan Bajo masih dalam kondisi yang aman, masyarakat memberikan
respon positif yaitu pada fase Euphoria dan Apathy.Hal tersebut menandakan
bahwa pariwisata telah memberikan kontribusi yang baik untuk masyarakat yang
mengakibatkan masyarakat sangat menerima kehadiran wisatawan dan investor
dan terbiasa dengan aktivitas pariwisata dan menjadikan pariwisata sebagai sumber
mata pencarian. Peluang usaha yang disedikan pariwisata telah mengurangi angka
pengangguran di Kelurahan Labuan Bajo. Pada Fase Euphoria sebanyak 96%
masyarakat memiliki antusiasme tinggi dalam perkembangan pariwisata.
Masyarakat yang memiliki antusiasme tinggi tersebut bukan hanya masyarakat
yang mendapatkan pendapatan dari pariwisata melainkan masyarakat Labuan Bajo
pada umumnya. Pada fase Apathy terlihat 89% masyarakat menjadikan pariwisata
sebagai hal yang biasa dalam keseharianya, pariwisata juga telah memberikan
peluang usaha yang luas dan terciptanya lapangan pekerjaan yang banyak,
pariwisata telah dijadikan sebagai sumber pendapatan utama bagi masyarakat.
Selanjutnya. Selain respon positif, terdapat juga respon negatif yaitu pada fase
Annoyance dan fase antagonism. Pada fase ini timbulnya dampak negatif yang
membuat masyarakat merasa terganggu dan jenuh terhadap kegiatan pariwisata,
sehingga menimbulkan penolakan dari masyarakat. Pada Fase Annoyance terdapat
98
presentase yang cukup besar yaitu 57% pariwisata mulai menggaggu kenyamanan
masyarakat. Seperti terdapat perubahan terhadap gaya hidup, gaya berpakaian, gaya
bahasa, dan hilangnya budaya lokal, serta kebisingan suara musik dari hotel,restoran,
dan kafe. Sementara pada fase Antagonism masyarakat secara terang terangan
menolak pariwisata.Pada fase ini terdapat 17% masyarakat bereaksi menolak
pariwisata. Penolakan tersebut bukan karena masyarakat tidak menerima pariwisata
tetapi berkaitan dengan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Kebijakan tersebut
membuat masyarakat tidak setuju yang berujung pada penolakan. Bentuk penolakan
yang dilakukan berupa demo/ unjuk rasa kepada pemerintah. Adapun beberapa
kebijakan tersebut seperti penutupan Taman Nasional Komodo, kenaikan harga tiket
masuk di Taman Nasional Komodo, penolakan kapal Feri yang beroperasi ke Taman
Nasional Komodo, perkembangan hotel di Pantai Pede, perkembangan rest area di
Taman Nasional Komodo, dan penolakan BOP Labuan Bajo. Masyarakat menilai
bahwa kebijakan yang dibuat oleh pemerintah hanya untuk kepentingan sebagian
orang saja, tanpa memikirkan kebutuhan masyarakat lokal.
99
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil data penelitian yang telah diuraikan pada bagian
pembahasan telah ditemukan beberapa dampak negatif dari perkembangan
pariwisata di Kelurahan Labuan Bajo. Dampak negatif tersebut turut mendapatkan
respon negatif dari masyarakat Kelurahan Labuan Bajo. Beberapa permasalah
tersebut diantanya Timbulnya persaingan tidak sehat antara masyarakat (saling
menyaingi), Lunturnya nilai kebudayan lokal (lebih mengikuti kebudayan orang
luar), Kurangnya komunikasi antara masyarakat karena pekerjaan., belum
tersedianya fasilitas pertunjukan budaya, Lemahnya kepedulian masyarakat lokal
terhadap budaya, kehilangan fungsi sosial tanah, perubahan terhadap mata
pencaharian, Lemahnya komunikasi dan koordinasi antar pemerintah dengan
masyarakat, Perubahan terhadap gaya hidup generasi muda.
Selaras dengan dampak negatif di atas Richardson dan Fluker, (2004:129-131)
menyatakan perkembangan pariwisata memberikan dampak terhadap terhadap
kehidupan sosial budaya seperti perubahan mata pencaharian, transformasi nilai
budaya, kehilangan kegunaan dan manfaat sosial lahan, hilangnya nilai budaya.
Berdasarkan dampak negatif tersebut di atas UNESCO, (2016:13) “Empower
local communities to directly engage in culture preservation”. Menjelaskan bahwa
perlu adanya pemberdayaan masyarakat setempat untuk terlibat langsung dalam
pelestarian budaya. Maka rekomendasi dalam perkembangan pariwisata di Labuan
Bajo adalah meningkatkan Awareness and Appreciations masyarakat Lokal dalam
melestarikan budaya lokal dan memaksimalkan komunikasi dan koordinasi antara
pemerintahan dengan masyarakat lokal.Berikut di bawah ini arahan kebijakan dlaam
perkembangan pariwisata di Labuan Bajo.
100
Tabel 29. Arahan Kebijakan Perkembangan Pariwisata Dalam Melestarikan Kebudayaan Lokal 2019-2024. No Arahan
Kebijakan
Strategi Sasaran Indikator
Program
Program Kegiatan Action Plan Pelaksana
1 Peningkatan
Awareness
and
Appreciatio
ns
Masyarakat
Lokal
dalam
melesatarik
an Budaya
Lokal
Mengembangk
an kualitas dan
kuantitas
informasi
pariwisata
sebagai
investasi
pengetahuan
bagi
masyarakat
1. Terwujudnya
peningkatan
Awareness and
Appreciations
dalam
melestarikan
Budaya lokal
sebagai
investasi
pengetahuan.
2. Adanya
informasi yang
jelas, detail dan
tepat tentang
Budaya Labuan
Bajo
1. Peningkatan
terhadap
penghargaan
budaya
Lokal
2. Peningkatan
kepedulian
terhadap
budaya lokal
1. Pengemban
gan nilai
budaya
2. Pengelolan
Kekayaan
budaya
3. Pengemban
gan
kerjasama
pengelolaan
budaya
lokal
1. Pelestarian adat budaya daerah Labuan Bajo
2. Penyusunan kebijakan tentang budaya lokal
3. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program pengembangan budaya
lokal
4. Pemberian dukungan, penghargaan dan kerjasama dibidang budaya
5. Fasilitasi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan budaya lokal
6. Sosialisasi pengelolaan budaya lokal
7. Pengembangan Budaya dan pariwisata
8. Pengembangan kesenian dan kebudayaan lokal
9. Penyelenggaran event kebudayaann
10. Fasilitasi penyelenggaran event/ festival budaya
11. Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pengembangan
kebudayaan lokal
1. Fasilitasi pengembangan kemitraan dengan LSM dan perusahan Swasta
2. Menfasilitasi program pembentukan kemitraan usaha budaya antara
daerah
3. Monitoring Evaluasi dan pelaporan
Dinas Pariwisata
dan kebudayan,
Bappeda,
Institusi
Pendidikan,
Tokoh Budaya
Dinas Pariwisata
dan kebudayan,
Bappeda,,
Tokoh Budaya
Dinas Pariwisata
dan kebudayan,
Bappeda,
Institusi
Pendidikan,
Tokoh Budaya,
LSM, dan
Lembaga swasta
Sumber : Modifikasi UNESCO 2016, National Tourism Startegic Action Plann 2018, Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2018
101
Berdasarkan bentuk arahan kebijakan pengembangan pariwisata dalam
peningkatan Awareness and Appreciations masyarakat Lokal dalam melesatarikan
Budaya Lokal, maka diperlukan strategi yang tepat untuk mengembangkan kualitas
dan kuantitas informasi pariwisata berbasis budaya sebagai investasi pengetahuan
bagi masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan peningkatan Awareness and
Appreciations dalam melestarikan Budaya lokal sebagai investasi pengetahuan,
adanya informasi yang jelas, detail dan tepat tentang budaya Labuan Bajo.
Berdasarkan sasaran di atas maka perlu membuat sebuah program yang menujang
pelestarian kebudayan. Adapun program tersebut adalah
1. Program Pengembangan Nilai Budaya
Pengembangan nilai budaya membutukan koordinasi dari tokoh budaya,
pemerintah dan dinas pariwisata dalam menyusun kebijakan-kebijakan
dalam pelestarian budaya. Pemerintah daerah harus melakukan pemantauan
dan evaluasi kepada tokoh budaya dan dinas pariwisata dan kebudayaan
dalam pelaksanaan program pelestarian kebudayaan lokal. Selian itu
pemerintah harus memberikan dukungan baik berupa finansial,
penghargaam maupun kerjasama dengan instansi lain dalam bidang
kebudayaan.Apabila koordinasi dari pemerintah, tokoh budaya dan Dinas
pariwisata dan kebudayaan berjalan dengan baik, maka terwujudnya
pelestarian pengembangan nilai budaya di lingkungan masyarakat Labuan
Bajo
102
2. Pengelolaan kekayaan budaya
Berdasarkan hasil temuan penelitian menemukan bahwa lemahnya
kebudayaan lokal, disebabkan oleh lemahnya dukungan pemerintah. Maka
dengan itu pemerintah daerah perlu memfasilitasi masyarakat dalam
pengelolaan kebudayaan. Kebudaan lokal Manggarai Barat sangat banyak
mulai dari tari-tarian, kerajian, adat istiadat dan lainnya. Selain itu
pemerintah diharapkan untuk membangun sarana pertunjukan budaya lokal
di Labuan Bajo supaya bisa mengakomodir kebudayaan lokal Labuan Bajo.
Selian itu perlu adanya sosisalisai kepada masyarakat dalam melestarikan
kebudayaan lokal yang dibuat oleh tokoh budaya yang didukung oleh
pemerintah daerah dan dinas pariwisata dan kebudayaan setempat. Dan
melakukan Pengawasan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
pengelolaan budaya lokal.selain itu dinas pariwisata dan kebudayan
membuat event atau festival budaya yang melibatkan masyarkat Labuan
Bajo secara keseluruhan, dan pemerintah daerah mendukung atau
memfasilitas program terebut. Kemudian melakukan monitoring dan
evaluasi dari program yang sudah dibuat.
3. Pengembangan kerjasama pengelolaan budaya lokal
Dalam mendukung pelesatarian pengelolaan budaya lokal, maka diperlukan
kerjasama antara pemerintah tokoh budaya, tokoh masyarakat, Sekolah-
sekolah, LSM dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan setempat. Hal ini
bertujuan untuk membanguan kesadaran masyakat lokal dalam
melestarikan kebudayaan dan mengurangi pengaruh buruk dari
perkembangan pariwisata.
103
Tabel 29. Arahan Kebijakan dalam Memaksimalkan Komunikasi dan Koordinasi antara Pemerintahan dengan
Masyarakat Lokal.
No Arahan
Kebijakan Strategi Sasaran Indikator Program Program Kegiatan Action Plan Pelaksana
Memaksimakan
komunikasi dan
koordinasi
antara
pemerintah
dengan
masyarakat
lokal dalam
membuat
kebijakan
perkembangan
pariwisata
Membangun
Komunikasi dan
koordinasi yang baik
antara pemerintah
Daerah, Dinas
Pariwisata dan
Kebudayaan dan
Masyarakat Labuan
Bajo
1. Terjalinnya komunikasi
dan koordinasi yang
baik antara pemerintah
daerah Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan dan
Masyarakat Labuan Bajo
2. Terwujudnya
pembanguan pariwisata
yang berbasis
masyarakat
3. Terbentuknya Regulasi /
Kebijakan yang
berlandaskan pada
kepentingan umum.
1. Peningkatan
Komunikasi dan
Koordinasi Dinas
Pariwisata dan
Kebudayaan dan
Masyarakat
Labuan Bajo
2. Monitoring
performance
kerja antara
Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan
dan Masyarakat
dan Pemerintah
Daerah
Sinergitas
koordinasi dan
komunikasi antara
pemerintah dan
masyarakat lokal
1. Workshop sosialisasi antara
pemerintah pusat, pemerintah daerah
dan tokoh masyarakat miminal tiga
dalam untuk menetapkan kebijkan
pengembangan
2. Penentuan prioritas usulan
pembanguan
3. Penyusunan indikator Bersama
4. Evaluasi dan Monitoring.
Disparbud,
Tokoh
Masyarakat,
dan PEMDA
Sumber : Modifikasi UNESCO 2016, National Tourism Startegic Action Plann 2018
104
Tahap 1: Workshop
Kegiatan workshop bertujuan untuk memberikan sosialiasi kepada masayarakat
terkait dengan rencana perkembangan pariwisata di Labuan Bajo Kedepannya.
Dalam kegiatan ini pemerintah selaku pembuat regulasi harus membahasa tentang
issu dari pembanguan sebelumnya dan kedepannya, kemudian memcari solusi
terkiat dengan maslaah tersebut secara bersama-sma dengan masyarakat. Program
ini dilakukan minimal tiga kali sebelum kebijakan dibuat.
Tahap 2 : Penentuan prioritas usulan Pengembangan
Pada Tahap ini, setelah masalah yang ditemukan pada tahap 1 (workshop), maka
tahap selanjutnya adalah menentukan prioritas pengembangan yang sesuai dengan
kebutuhan jangka pendek, menengah dan jangka Panjang. Pada tahap ini
pemerintah daerah bersama sama dengan dinas terkait dan juga tokoh masyarakat
akan berdiskusi untuk memutuskan kebijakan yang tepat dalam pengemembangan
kedepannya.
Tahap 3 : Penentuan Indikator
Setelah program-program tersebut dipilih maka tahap selanjutnya adalah penentuan
indicator perkembangan pariwisata. Dalam hal ini pemerintahn masih bekerjasama
dengan para dinas terkait dan tokoh masyarakat untuk menentukan indicator-
indikator pekembangan pariwisata kedepannya.
Tahap 4: Evaluasi dan Monitoring
Pemerintah melakukan evaluasi dan monitoring terhadap kebijakan yang sudah
dibuat (jangka pendek, menengah dan jangka Panjang
105
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber dari Buku
Creswell, J. W. (2010). Research design: pendekatan kualitatif,
kuantitatif, dan mixed. Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar.
Doxey, G. (1976). A Causation Theory of Visitor Resident Irritant in the
Sixth Annual Conference Proceedings of Travel Research
Association. California: Travel Associations..
Gunn, C. (2002). Tourism Planning; Basic, Concepts and Cases. USA:
Taylor and Francis.
Gunawan, Imam.(2013).Metode Penelitian Kualitatif.Jakarta: Bumi
Aksara.
Ibrahim. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif (2 ed.). Bandung:
Alfabeta.
Jafari, J. (2001). The Scientification of Tourism. New york: Cognizant
Communication Corporation..
Moleong, L. J. (2009). Metode penelitian kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Picard, M. (2006). Bali Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata,. (J.
C. Wiratsana, Trans.) Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Pitana, I. (Pengantar Ilmu Pariwisata). 2009. Yogyakarta: CV. Andi.
Soewandi. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta :Rineka
Cipta,
Stefanie, R. (2017). Tourism Impact In Labuan Bajo. Denpasar:
Swisscontact wisata.
Robbins,s S.P.(2003). Perilaku Organisasi, jilid 2.Jakarta: PT.Index
Kelompok Gramedia.
106
Richardson, John I dan Martin Fluker.(2004). Understanding and
Managing Tourism. Australia: Pearson Education Australia, NSW
Australia.
Sharpley. Richard, D. J. (2008). Tourism and Develpoment in The World.
New York: Routledge.
Silalahi, U. (2010). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika.
Spillane, J. J. (2003). Pariwisata dan Wisata Budaya. Yogyakarta: CV.
Rajawali.
Taman Nasional Komodo.(2001). Sejarah Taman Nasional Komodo.
Labuan Bajo: Balai Taman Nasional Komodo.
UNESCO.(2016). Sustainable Tourism Strategy “Cultural Landscape of
Bali province.Jakarta:UNESCO Office.
B. Sumber dari Jurnal
Aref, F. (2010, February 15). Attitudes towards Tourism Impacts: A Case
Study of Shiraz, . Tourism Analysis, 15. Retrieved February 24,
2019
Brunt, P. a. (1999, January 2). Tourism and crime: A research agenda.
Crime Prevention and Community Safet. An International
Journal, I, 25–36. Retrieved February 22, 2019
David, W. (2006, Januari). Sustainable Tourism:. Theory and Practice, 1,
9-11. Retrieved Maret 7, 2019
Fariborz Aref, S. S. (2010). Tourism Development in Local
Communities: As a Community Development Approach. Jurnal
Ilmu Amerika, 6. Retrieved Februari 13, 2019
Gee, J. P. (1989, Januari 1). Literacy, Discourse, and Linguistics:
Introduction. Journal Of Education, 171(1), 5-17.
doi:https://doi.org/10.1177/002205748917100101
Rural Voices for Conservation Coalition. (2007, June 10). Retrieved
January 30, 2019, from Building Community Capacity Issue
Paper: http://www.sustainablenorthwest.org/quic k-
107
links/resources/rvcc-issue-
papers/Capacity%20Building%202007.pdf
Spangenberg, J. (2005). Integrated Assessment sustaianability Models,
Measuring Sustainability. (J. Blazekezak, Ed.) DIW Research
Notes, 35-38. Retrieved Maret 7, 2019
C. Sumber dari Majalah
Indonesia, B. (2016, Desember 31). Warga Labuan Bajo Belum
Menikmati Dampak Wisata. Retrieved January 30, 2019, from
Tribun News. com:
http://www.Tribunnews.com//internasional/2016/12/31/warga-
labuan-bajo-belum-menikmati-dampak-wisata?page=2/
MABAR, F. (2018, Januari 31). FORMAPP MABAR menolak keras
perkembangan rest area di pulau rinca. Retrieved Februari 27,
2019, from kupang.tribunnews.com:
http://kupang.tribunnews.com/2018/07/31/formapp-mabar-
menolak-keras-perkembangan-rest-area-di-pulau-rinca
MABAR, F. (2018, Oktober 18). FORMAPP MABAR tolak
pengoperasian kapal ferry wisata di Labuan Bajo. Retrieved
Februari 27, 2019, from www.indonesiakoran.com:
http://www.indonesiakoran.com/news/nusantara/read/79902/for
mapp.mabar.tolak.pengoperasian.kapal.ferry.wisata.di.labuan.baj
o
Seko, S. (2012, Oktober 12). Sail Komodo dan Pemberdayaan Ekonomi
NTT. Retrieved January 30, 2019, from pos-kupang.com:
http://kupang.tribunnews.com/2012/10/12/sail-komodo-dan-
pemberdayaan-ekonomi-ntt-1
D. Sumber Dari Buku Online
Ahmed, B. M. (2015, Agustus). Social and Cultural Impacts of Tourism
Growth in Coastal Environments and the Potential for
Sustainability: Case Study of Egypt and USA. International
Journal of Arts and Humanities, 1, 35. Retrieved Maret 4, 2019,
from http://www.ijessnet.com/wp-
content/uploads/2015/09/2ijah5.pdf?cv=1
108
E. Sumber dari Publikasi Pemerintah dan Web Institusi
BPS (2017).Kecamatan Komodo dalam Angka 2017. Labuan Bajo: BPS
Manggarai Barat. Retrieved February 15, 2019, from
https://manggaraibaratkab.bps.go.id/publication/2017/09/20/8f9c
c9fda1662b6f26cdedd2/kecamatan-komodo-dalam-angka-
2017.html
BPS(2017).Manggarai Barat Dalam Angka 2017. Labuan Bajo: BPS
Manggarai Barat. Retrieved February 13, 2019, from
https://manggaraibaratkab.bps.go.id
Disparbud.(2019). Data Potensi dan Industri Pariwisata Kabupaten
Manggarai Barat. Retrieved May 13, 2019, from
https://manggaraibaratkab.go.id/pemerintahan/opd/dinas-badan-
kantor-dan-lembaga-teknis/16-opd/126-dinas-pariwisata-dan-
kebudayaan
PERDA .(2018). Rencana Induk Pembanguan Kepariwisataan
Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Ministry of Business. (2018). Draft National Tourism Strategic Action
Plan 2018-2025.Guyana: South America Undercovered.
Retrieved June 28, 2019, from http://Guyana-National-Tourism-
Strategic-Action-Plan-Draft.pdf
F. Sumber Lain
George, M. (1993). Sustainable Tourism. World Tourism Organization.
Kelurahan Labuan Bajo.(2019). Info Demografi Kelurahan Labuan Bajo.
109
Lampiran 1. Biodata Penulis
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG
(Bandung Institute of Tourism)
CURRICULUM VITAE
Nama : Kareldus Agas
NIM : 201520415
Alamat : Jl.Gegar Kalong Tengah, Gang 3, RT 004/004, Kelurahan GegarKalong ,
Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat –Indonesia
No. Hp : 081321059405
Email : [email protected]
TTL : Wetik, 27 Mei 1995\
Agama : Katolik
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status : Mahasiswa
Nama Orang Tua : Ayah :Agustinus Agat, Ibu: Monika Palus
Alamat : Pandang, RT/RW 007/004. Desa Golo Riwu, Kabupaten Manggarai
Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, -Indonesia
1. Riwayat Pendidikan
2003-2009 : SDK Wetik, Kecamatan Kuwus Kabupaten Manggarai Barat
2009-2012 : SMPK St. Ignatius Loyola Labuan Bajo
2012-2015 : SMK Negeri 1 Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat
2015-Sekarang : Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Jawa Barat
2. Pengalaman Organisasi
2012-2013 : Sekretaris Osis SMKN 1 Labuan Bajo
2012-2015 : Anggota Sanggar Budaya Nuca Lale, Labuan Bajo
2013-2014 : Ketua Osis SMKN 1 Labuan Bajo
2014 : Magang di MBA Tour and Travel Bali
2016-2018 : Koordinator Unit Kegiatan Mahasiswa Senat Mahasiswa
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
2016 : Panitia Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa
2016 : Panitia Acara Pembinan Sikap Dasar Dan Profesi Mahasiswa
2016 : Sekretaris Pekan Seni Olahraga Mahasiswa
2017 : Koordinator Mentor,Pembinaan Sikap Dasar Dan Profesi
2018 : Magang di Kementerian Pariwisata, Bidang Perkembangan
Pemasaran II Regional I -Jakarta
110
Lampiran 2. Pedoman Penelitian
Variabel Sub
Variabel Indikator Sub Indikator
Alat
Kumpul Data
Respon
masyarakat
dalam
perkembangan
Pariwisata
( Doxey
dalam Pitana,
2009:209) Sik
ap
Masy
ara
kat
Euphori
a
Fase awal kedatangan
pariwisata Wawancara
Kedatangan wisatawan
dan investor disambut
baik
Wawancara
Kedatangan pariwisata
membawa manfaat Wawancara
Perencanaan
perkembangan pariwisata Wawancara
Apat
hy
Masyarakat sudah
terbiasa dengan kegiatan
Pariwisata
Wawancara
Terciptanya peluang dan
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Wawancara
Bidang Pariwisata
sebagai sumber
penghasilan bagi
masyarakat
Wawancara
Perencanaan Pariwisata
difokuskan pada
pemasaran
Wawancara
Annoyan
ce
Masyarakat mulai jenuh
dengan kehadiran
wisatawan
Wawancara
Masyarakat mulai
terganggu dengan
kegiatan pariwisata
Wawancara
Perencanaan difokuskan
pada peningkatan sarana
dan prasarana
Wawancara
Anta
gonis
m
Masyarakat menunjukan
ketidaksukaannya pada
Pariwisata
Wawancara
Pariwisata dianggap
sumber masalah Wawancara
Pengkajian ulang
perencanaan Pariwisata Wawancara
111
Lampiran 3. Panduan Wawancara Masyarakat
No Indikator Sub Indikator Pertanyaan
1.
Eu
ph
ori
a
Fase awal
Kehadiran
Pariwisata
1) Bagaimanakah perasaan anda ketika terdapat banyak
kunjungan wisatawan?
2) Kapan Pariwisata di Labuan Bajo mulai berkembang?
Kedatangan
wisatawan dan
investor disambut
baik
1) Bagaimanakah tanggapan anda terhadap kehadiran
wisatawan?
2) Bagaimanakah tanggapan anda terhadap kehadiran
investor?
Kehadiran
Pariwisata
membawa manfaat
1) Apakah Kehadiran Investor dan Wisatawan telah
memberikan manfaat bagi Anda?
2) Manfaat apa sajakah yang di dapat?
Perencanaan
Perkembangan
Pariwisata
1) Apakah anda mendukung rencana perkembangan
pariwisata?
2) Apa saran Anda terkait rencanaan perkembangan
pariwisata di Kelurahan Labuan Bajo?
2.
Apath
y
Masyarakat sudah
terbiasa dengan
pariwisata
1) Bagaimana hubungan anda dengan wisatawan?
2) Apakah Anda merasa asing dan segan ketika bertemu dan
melihat wisatawan?
3) Apa harapan anda dari peningkatan kunjungan
wisatawan?
4) Apa saja bentuk partisipasi anda dalam perkembangan
pariwisata di Kelurahan Labuan Bajo?
5) Apakah pariwisata memberikan perubahan terhadap
kehidupan Anda?
6) Apa sajakah bentuk perubahan yang anda rasakan di
lingkungan anda?
Terciptanya peluang
dan lapangan
pekerjaan bagi
masyarakat
1) Apakah industri pariwisata membuka peluang
terciptanya lapangan pekerjaan?
2) Peluang seperti apakah yang Anda rasakan dari industri
pariwisata?
Industri pariwisata
sebagai sumber
pendapatan utama
dari masyarakat
1) Darimanakah sumber penghasilan anda sehari hari?
Perencanaan
Pariwisata
difokuskan pada
pemasaran
1) Apakah anda mendukung rencana pemasaran yang
dilakukan oleh pemerintah?
2) Menurut anda apakah pemasaran wisata yang dilakukan
oleh pemerintah telah berjalan dengan baik?
3.
Ann
oya
nce
Masyarakat mulai
jenuh dengan
1) Pernahkah anda merasa jenuh dengan kedatangan
wisatawan?
112
kehadiran
wisatawan
2) Menurut Anda hal apa yang menyebabkan anda merasa
jenuh?
Masyarakat mulai
merasa terganggu
dengan kegiatan
pariwisata
1) Apakah pariwisata telah memberikan perubahan yang
buruk /negatif dalam lingkungan pariwisata Labuan Bajo
?
2) Menurut Anda perubahan seperti apakah itu?
3) Apakah banyaknya wisatawan yang datang mengganggu
ketentraman anda dan masyarakat lokal pada umumnya?
4) Apakah perubahan dari pariwisata tersebut menggagu
kehidupan Anda?
5) Apa saja bentuk gangguan yang Anda dirasakan?
Perencanaan
difokuskan pada
peningkatan sarana
dan prasarana
1) Apakah dengan adanya perkembangan pariwisata ada
perbaikan infrastruktur?
2) Apakah Anda setuju dengan perubahan tersebut?
3) Apa sajakah infrastruktur, sarana dan prasarana yang di
bangun setelah adanya pariwisata?
4) Apakah saat ini sarana dan prasara pariwisata telah
lengkap?
4.
Anta
gonis
m
Masyarakat
menunjukan
ketidaksukaannya
pada wisatawan dan
Investor
1) Selama ini pernahkah masyarakat menolak kedatangan
wisatawan atau investor?
2) Tipikal wisatawan atau investor seperti apa yang ditolak
?
3) Bagaimanakah bentuk penolakan yang ditunjukan
masyarakat terhadap wisatawan dan Investor?
4) Apakah masyarakat pernah berunjuk rasa menentang
kedatangan wisatawan dan investor?
Pariwisata dianggap
sumber masalah
5) Apakah kedatangan wisatawan meningkatkan tingkat
kejahatan?
6) Apa saja bentuk kejahatan yang diakibatkan kedatangan
wisatawan?
Pengkajian ulang
perencanaan
Pariwisata
7) Apakah menurut anda pemerintah perlu mengkaji ulang
perencanaan pemgembangan pariwisata?
8) Aspek apa saja yang perlu dikaji ulang?
9) Apa harapan anda dari perkembangan pariwisata yang
dilakukan pemerintah di masa yang akan datang?
113
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
Gambar 6. Rumah
Sakit Siloam Labuan Bajo
Sumber : Dokumentasi Peneliti 2019
Gambar 7. Pelabuhan Labuan Bajo
Sumber: Dokumentasi Peneliti,2019
Gambar 8. Pusat
Kuliner Kampung Ujung
Sumber : Dokumentasi Peneliti 2019
Gambar 9. Dermaga Pink Labuan
Bajo
Sumber Dokumentasi Peneliti,2019
114
Gambar 10. Bandara
Komodo Labuan Bajo
Sumber : Dokumentasi Peneliti 2019
Gambar 11. Tempat
Penjualan Ikan (TPI)
Sumber: Dokumentasi Peneliti,2019
Gambar 12. Bukit Silvia
Labuan Bajo
Sumber : Dokumentasi Peneliti 2019
Gambar 13. Pantai Wae Cecu
Labuan Bajo
Sumber Dokumentasi Peneliti,2019
115
Gambar 14. Pusat Oleh-oleh Khas Labuan Bajo
Sumber : Dokumentasi Peneliti 2019
Gambar 15. Pantai
Kelumpang Labuan Bajo
Sumber : Dokumentasi Peneliti 2019
Gambar 16. Pantai Binongko
Labuan Bajo
Sumber Dokumentasi Peneliti,2019
116
Lampiran 5 Dokumentasi Wawancara Narasumber
Gambar 17. Pegawai
Negeri Sipil Labuan Bajo
Sumber : Dokumentasi Peneliti 2019
Gambar 18. pengusaha Pernyewa
Transportasi
Sumber: Dokumentasi Peneliti,2019
Gambar 19. Ibu Rumah Tangga di
Labuan Bajo
Sumber : Dokumentasi Peneliti 2019
Gambar 20. Pengusaha Kuliner
Labuan Bajo
Sumber Dokumentasi Peneliti,2019
117
Gambar 21. Himpunan
Masyarakat Peyelamat pariwisata
Sumber : Dokumentasi Peneliti 2019
Gambar 22. Kepala Lurah Labuan
Bajo
Sumber: Dokumentasi Peneliti,2019
Gambar 23. Pedagang Kain
temun Labuan Bajo
Sumber : Dokumentasi Peneliti 2019
Gambar 24. Karyawan Hotel
Sumber Dokumentasi Peneliti,2019
PEMERINTAH KABUPATEN M[ANGGARA重BARAT
DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN皿. Gabriel Gammur. TelD. (03851 41 1 70 Labuan Baio営FIores-NTT
SURAT KETERANGAN‾ ‾ 〇 〇 〇 〇 ‾ ‾ ○ ○ ‾ ○ ○ ‾ ○ ○ ‾ ‾ ○ ○ ‾ 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 ‾ 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 ‾ ‾ 〇 〇 〇 〇 〇 〇 ‾ 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 〇 ‾ ○ ○ ‾ 〇 〇 〇 〇 ‾
Nomor : 556.9/ 373.a lV/Parbud/2019
Yang bertanda tangan dibawah ini
Nam
Nip
Pa ngkat
」∂b∂亡an
Dengan ini menerangkan bahwa
Nama
NIM
Prodi
Semester
Perguruan Tinggi
: Vinsensius Gande,S.Pd M.Hum
: 19760与09之0031之1 00与
: Pembina Tk. l, lV/b
: Kepala Bidang Sejarah dan PurbakaIa Dinas Parjwisata
dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat
: Ka「eldus Agas
: 20宣与2041与
: Manajemen Destinasi Pariwisata
: 8 (deIapan)
: Sekolah Tinggi Pa「iwisata Bandung
Telah MeIaksanakan PeneIitian pada Dinas Pa「iwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai
Baratda「itanggal O7 s.d 14 Mei 2019.
Demikian Su「at Keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
しabuan Bajo, 14Mei 2019
Kepala Bidang Sejarah dan PurbakaIa
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
SIDANG PROYEK AKHIR
ORIGINALITY REPORT
11%
SIMILARIT Y INDEX
9% INT ERNET SOURCES
1% PUBLICAT IONS
10% ST UDENT PAPERS
PRIMARY SOURCES
Submitted to Udayana University St udent Paper
Submitted to Universitas Muria Kudus St udent Paper
Submitted to iGroup St udent Paper
repository.upi.edu Int ernet Source
edoc.pub Int ernet Source
edoc.site Int ernet Source
6
5
4
3
2
1
Submitted to Universitas Pendidikan Indonesia St udent Paper
eddiestp.wordpress.com Int ernet Source
Submitted to Universitas Diponegoro St udent Paper
1%
1%
9
8
7
Submitted to Universitas Islam Indonesia St udent Paper
Submitted to Universitas Negeri Makassar St udent Paper
Submitted to Universitas Jember St udent Paper
agustinaharianti.blogspot.com Int ernet Source
www.ukessays.com Int ernet Source
tentangkomputerkita.blogspot.com Int ernet Source
anzdoc.com Int ernet Source
eprints.walisongo.ac.id Int ernet Source
repository.uinjkt.ac.id Int ernet Source
eprints.undip.ac.id Int ernet Source
mafiadoc.com Int ernet Source
id.scribd.com Int ernet Source
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1% 21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
repository.unhas.ac.id Int ernet Source
Submitted to Padjadjaran University St udent Paper
file.tkplb.net Int ernet Source
lialucu.blogdrive.com Int ernet Source
Submitted to Sriwijaya University St udent Paper
pt.scribd.com Int ernet Source
repositori.uin-alauddin.ac.id Int ernet Source
www.scribd.com Int ernet Source
Submitted to Universitas Airlangga St udent Paper
digilib.unila.ac.id Int ernet Source
www.unjabisnis.net Int ernet Source
digilib.unimed.ac.id
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
33
32
31
30
29
28
27
26
25
24
23
22
Int ernet Source
Submitted to Universitas Negeri Jakarta St udent Paper
Submitted to Universitas Negeri Surabaya The
State University of Surabaya St udent Paper
text-id.123dok.com Int ernet Source
www.tenunikatbandar.com Int ernet Source
eprints.umm.ac.id Int ernet Source
repository.iainpurwokerto.ac.id Int ernet Source
docobook.com Int ernet Source
adoc.tips Int ernet Source
diklat.lpem.org Int ernet Source
vdocuments.site Int ernet Source
es.scribd.com
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1% 43
42
41
40
39
38
37
36
35
34
44 Int ernet Source
Submitted to Binus University International St udent Paper
Submitted to Universitas Putera Batam St udent Paper
de.slideshare.net Int ernet Source
ejournal.warmadewa.ac.id Int ernet Source
nanast-nanastsweet.blogspot.com Int ernet Source
eprints.unm.ac.id Int ernet Source
id.123dok.com Int ernet Source
52 Submitted to Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia St udent Paper
bewarapasundan.blogspot.com Int ernet Source
scholar.unand.ac.id Int ernet Source
repo.iain-tulungagung.ac.id
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
45
46
47
48
49
50
51
53
54
55 Int ernet Source
www.ispi.or.id Int ernet Source
digilib.uin-suka.ac.id Int ernet Source
Submitted to Universitas Sebelas Maret St udent Paper
59 Submitted to UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang St udent Paper
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
Exclude quotes Of f
Exclude bibliography Of f
Exclude matches Of f
56
57
58