Resume Pengantar SIG

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sig

Citation preview

  • RESUME PENGANTAR

    SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

  • 1

    PENDAHULUAN

    Sejak berabad-abad yang lalu para peneliti dan praktisi yang berhubungan dengan

    ilmu kebumian dan geografi telah menggunakan peta sebagai sarana untuk

    menggambarkan informasi spasial (keruangan) permukaan bumi. Kini, berbagai

    jenis peta telah diciptakan/dihasilkan oleh berbagai disiplin. Namun demikian,

    secara umum peta-peta tersebut dapat dikelompokkan atas dua jenis peta, yaitu: peta

    dasar (base map) dan peta tematik (thematic map).

    Peta dasar menggambarkan roman muka bumi atau topografi suatu daerah yang

    mengandung unsur-unsur seperti: garis pantai, sungai, danau, bukit, gunung, jalan

    dan lain-lain. Secara geometri hubungan spasial unsur-unsur muka bumi tersebut

    diukur dan disajikan dalam sistem koordinat bumi yang baku (geo referenced), baik

    menggunakan sistem koordinat lintang/bujur (latitute/longitute) atau Universal Transfer

    Mercator (UTM).

    Peta tematik secara khusus menampilkan distribusi spasial suatu tema, seperti:

    geologi, mineral/bahan galian, soil, kehutanan, tataguna lahan, kependudukan, dan

    lain sebagainya. Agar informasi yang terkandung pada peta-peta tematik tersebut

    dapat dianalisis dan dievaluasi dengan mudah oleh berbagai pihak, maka

    penyajiannya dilakukan pada peta dasar yang standar.

    Kemajuan teknologi yang pesat dalam bidang pemetaan telah memberikan

    kemudahan pada berbagai disiplin yang berhubungan, baik untuk keperluan litbang

    maupun untuk menunjang kegiatan operasional sehari-hari. Dewasa ini telah banyak

    dikembangkan sarana pengolahan data yang dirancang secara khusus untuk aplikasi

    pemetaan. Kemajuan pengembangan teknologi ini sangat dipengaruhi oleh

    kemajuan teknologi informatika atau teknologi komputer, baik dari segi perangkat

    keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Teknologi komputer yang

    mampu menangani database grafik (spasial) dan non-grafik (tekstual), merupakan

    alternatif yang dipilih dalam pengembangan aplikasi pemetaan.

    Sejak beberapa tahun terakhir teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG) semakin

    populer dan banyak diterapkan pada berbagai bidang. Sistem ini khusus

    dikembangkan untuk mengelola, mengolah dan menyajikan data spasial, yang

  • 2

    pengembangannya merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu dan teknologi,

    yaitu: komputer grafik, computational geometry, database management systems, software

    engineering dan remote sensing (Marble, 1984). Keunikan SIG dibandingkan dengan

    sistem komputer lainnya adalah kemampuannya dalam menghubungkan (link) data

    grafis (spasial) dan data atribut/tekstual (a-spasial) dari suatu objek yang dipetakan,

    yang membuat sistem menjadi sangat berguna dalam pengelolaan sumberdaya alam,

    dan ampuh dalam melakukan berbagai analisis atau pemodelan spasial untuk

    perencanaan tataruang.

    Pada awalnya SIG dikembangkan untuk mengelola, menganalisis dan mengevaluasi

    data tataguna lahan (land use) dalam suatu perencanaan regional (regional planning)

    (Aronoff, 1989). Kemudian sistem ini diterapkan pada berbagai disiplin ilmu lainnya

    yang mengaitkan data atau informasi lokasi pada permukaan bumi sebagai referensi.

    Kini, SIG telah digunakan untuk aplikasi yang beragam, baik oleh kalangan bisnis,

    universitas, militer maupun pemerintahan/lembaga penelitian. Sejak beberapa tahun

    terakhir, bidang geologi dan pertambangan juga telah memanfaatkan teknologi SIG

    sebagai sarana pengolahan datanya.

    Tulisan ini akan memperkenalkan teknologi Sistem Informasi Geografi bagi para

    pemula. Juga akan diuraikan secara ringkas konsep data spasial dan a-spasial, yang

    perlu diketahui guna memahami bagaimana sistem ini menanganinya. Sebagai suatu

    pengenalan, tulisan ini hanya menyajikan ide-ide dasar konsep SIG. Namun

    demikian, akan disinggung pula metoda praktis penerapan SIG secara operasional.

  • 3

    I. SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

    1.1. Definisi Sistem Informasi Geografi

    Istilah Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan terjemahan bebas dari

    Geographic Information System (GIS) yang diartikan sebagai suatu sistem pengolahan

    data berbasis komputer yang mempunyai kemampuan untuk mengelola,

    menganalisis, pemodelan dan menyajikan data spasial dan a-spasial

    (tabular/tekstual), yang mengacu pada lokasi di muka bumi (georeferenced data).

    Proses pengolahan dilakukan dengan menerapkan kaidah-kaidah relational database

    yang mampu memadukan data geografis (elemen peta) dan informasi terkait secara

    simultan.

    Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pada dasarnya SIG terdiri atas perangkat

    keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang dapat dimanfaatkan untuk

    (Aronof, 1989):

    menyimpan dan mengelola data geografis dengan efisien,

    mengolah dan menyajikan data geografis, dan

    dapat dengan efektif melakukan penelusuran database geografis untuk

    keperluan analisis ataupun tampilan.

    Dengan demikian, SIG tidak hanya berfungsi untuk memindahkan /

    mentransformasikan peta konvensional (analog) ke bentuk digital (digital map), tetapi

    lebih jauh lagi sistem ini mampu untuk mengolah dan menganalisis data yang

    mengacu pada lokasi geografis menjadi informasi berharga. Oleh karena itu, SIG

    dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dalam menganalisis data spasial

    secara terpadu (multiple data), baik untuk perencanaan maupun untuk pengambilan

    keputusan.

  • 4

    DATABASE

    TEKS

    SIG

    Peta

    DIGITASI

    sdjajasdja

    djasdajsasdsddsads

    DATABASE

    GRAFIS

    PROSESPENELUSURAN

    KEY IN

    GAMBAR 1 : Pembentukan dan Pemakaian Database SIG

    Dari definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa SIG memiliki dua jenis database

    (GAMBAR 1 : Pembentukan dan Pemakaian Database SIG). Jenis database pertama

    berfungsi untuk mengelola elemen-elemen gambar dari suatu peta, disebut sebagai

    database grafis (database spasial). Jenis database kedua berfungsi untuk mengelola

    informasi atau deskripsi dari setiap elemen yang ada pada database grafis, disebut

    sebagai database teks (database a-spasial). Pada SIG, database teks ini juga dikenal

    sebagai file atribut.

    1.2. Database SIG

    Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa suatu SIG memiliki dua jenis

    database, yaitu: database grafis dan database teks. Database grafis pada dasarnya

    berupa lokasi, bentuk dan dimensi spasial dari elemen peta (objek yang terdapat pada

    peta) yang pada umumnya terdiri atas tiga macam elemen, yaitu:

    (1) Titik; seperti lokasi kota, lokasi pemboran atau fenomena lainnya,

    (2) Garis; seperti jalan, sungai, patahan, dll,

    (3) Poligon; seperti batas wilayah pertambangan, batas litologi, dll.

    Setiap elemen peta (objek) dihubungkan (link) dengan database teks, yang merekam

    informasi atau atribut dari setiap elemen peta, melalui suatu kunci (key atau index)

  • 5

    yang unik untuk memudahkan penelusurannya (GAMBAR 2 : Sistematika

    Pembentukan Database SIG). Dalam implementasinya, database ini disusun ke

    dalam format berbentuk tabel. Setiap baris dalam tabel tersebut merupakan atribut

    dari masing-masing elemen peta. Melalui fasilitas RDBMS (relational database

    management system) yang baik, tabel tersebut dapat pula dihubungkan dengan tabel-

    tabel atau database lainnya yang berisi informasi lebih rinci dari masing-masing

    elemen peta.

    123 Sungai

    121 Jalan

    312 Hutan

    322 Danau

    331 KP

    201 Desa

    123 S. Bengawan Solo X3

    121 Jalan Propinsi 32

    312 Hutan Jati 43

    322 Danau Toba F2

    331 PT. Aneka Tambang H6

    201 Desa Kaliandu d1

    Peta LapanganDatabase Grafis

    Database Teks (Atribut)

    TAG / LINK

    GAMBAR 2 : Sistematika Pembentukan Database SIG

    Untuk kemudahan proses, data yang direkam ke dalam SIG biasanya diatur atas

    beberapa layer. Setiap layer berisi data sejenis, baik menurut tipe objek atau

    kelompok tema, yang diregistrasi dengan menggunakan sistem koordinat yang sama

    (GAMBAR 3 : . Penyusunan Peta ke dalam Layer-layer Menurut Konsep SIG (Burrough,

    1986).). Disamping itu penyusunan data peta ke dalam layer-layer dimaksudkan

    untuk:

  • 6

    Layer peta sungai

    Layer peta jalan

    Layer peta tataguna lahan

    Layer peta dasar (topografi)

    GAMBAR 3 : . Penyusunan Peta ke dalam Layer-layer Menurut Konsep SIG

    (Burrough, 1986).

    Menyederhanakan pengorganisasian data spasial,

    Meminimalkan jumlah atribut untuk setiap layer, karena hanya terdiri atas

    satu tipe objek atau satu tema, dan

    Memudahkan dalam peremajaan dan pemeliharaan data spasial.

    Pada prinsipnya data spasial memiliki empat kelompok informasi yang mendiskripsi

    kenampakan geografis suatu objek (Garner, 1991), yaitu:

    Posisi geografis; menyatakan posisi suatu objek di muka bumi yang dinyatakan

    dalam sistem koordinat lintang/bujur atau sistem UTM.

    Atribut; menjelaskan informasi apa yang terdapat pada objek tersebut, seperti:

    litologi, jenis soil, peruntukan lahan dan sebagainya. Atribut ini sering memiliki

    informasi tambahan, misalnya: litologi, informasi tambahannya antara lain berupa

    jenis litologi, lingkungan pengendapan dan umur.

  • 7

    Hubungan spasial; menyatakan hubungan antara suatu objek dengan objek lainnya.

    Contoh sederhana dari hubungan spasial adalah jarak antara lokasi penambangan

    dengan lokasi-lokasi pemasaran. Saat ini, kelompok informasi ini hampir tidak

    pernah direkam lagi (kecuali yang bersifat khusus), karena paket program SIG

    umumnya telah menyediakan fungsi-fungsi analisis spasial.

    Waktu; merupakan kelompok informasi yang perlu mendapat perhatian, terutama

    dalam pengelolaan data yang sangat dipengaruhi oleh waktu. Sebagai contoh dalam

    pengelolaan data kegiatan penambangan, mulut tambang akan berubah dari waktu ke

    waktu, atau dalam pemantauan lingkungan.

    1.3. Solusi yang Dijanjikan oleh SIG

    Berdasarkan informasi spasial yang direkam, sebagaimana yang telah diuraikan

    sebelumnya, maka solusi yang dapat diselesaikan dengan menggunakan teknologi

    SIG antara lain adalah:

    1. Lokasi: - ada apa di lokasi tertentu ? (What is at ?)

    Mencari apa yang terdapat pada lokasi tertentu. Lokasi dapat dijelaskan dengan

    menggunakan banyak cara, antara lain menggunakan: nama wilayah atau

    koordinat geografi (lintang/bujur atau UTM).

    2. Kondisi: - di mana lokasi suatu .... (Where is it ?)

    Pertanyaan ini dapat diajukan melalui SIG jika pengguna akan mencari lokasi

    suatu objek dengan kriteria tertentu. Untuk menjawab pertanyaan ini, pengguna

    sudah mulai memanfaatkan fungsi-fungsi analisis spasial yang tersedia di dalam

    SIG. Sebagai contoh adalah mencari lokasi batu yang mempunyai cadangan

    minimal 1000 m3, tidak berada pada kawasan hutan lindung dan berjarak

    maksimal 1 km dari jalan raya.

    3. Trend: - apa yang telah berubah sejak (What has changed since ?)

    Pertanyaan ini melibatkan dua pertanyaan sebelumnya (lokasi dan kondisi) dan

    dilakukan jika akan mengetahui perubahan yang terjadi pada suatu lokasi menurut

    selang waktu tertentu.

    4. Pola: - apakah ada hubungan spasial tertentu . (What spatial pattern exist ?)

  • 8

    Pertanyaan ini lebih komplek dari pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Biasanya

    digunakan untuk melihat apakah ada pola-pola tertentu mengenai keberadaan atau

    penyimpangan (anomali) suatu subjek. Sebagai ilustrasi, dalam eksplorasi

    geologi, ring structure seringkali digunakan sebagai indikasi awal keberadaan

    cebakan emas epitermal. Dalam hal ini ring structure merupakan pola, sedangkan

    cebakan emas epitermal adalah subjeknya.

    5. Pemodelan: - bagaimana jika .. ? (What if .. ?)

    Data spasial yang telah disimpan dalam SIG dapat diolah atau dianalisis dengan

    menggunakan berbagai fungsi yang tersedia di dalam paket program SIG

    (aritmatik, matematik atau boolean), sehingga pengguna dapat memperoleh

    informasi baru. Metoda pemodelan yang umum dilakukan adalah metoda

    tumpang susun (overlay method) terhadap beberapa peta tematik berdasarkan

    konseptual model bidang keilmuan tertentu.

    1.4. Manfaat Lain Penerapan SIG

    Sebagaimana halnya dengan aplikasi komputer pada umumnya, perekaman data

    spasial dalam bentuk digital yang seragam (mempunyai referensi geografis yang

    baku) dengan menggunakan SIG memberikan manfaat lain atau berbagai kemudahan

    kepada pengguna. Kemudahan-kemudahan tersebut antara lain dalam hal: variasi,

    efisiensi dan peremajaan peta.

    a. Variasi

    Penyimpanan data secara digital memungkinkan untuk menyajikan peta dalam

    bebagai bentuk (warna, jenis garis dan huruf) dan ukuran (skala). Di samping itu,

    reproduksi peta untuk tema dan skala yang berbeda dapat dilakukan dalam waktu

    yang relatif singkat.

    b. Efisiensi

    Data spasial yang telah direkam ke dalam SIG dapat digunakan oleh para

    pengguna dari berbagai disiplin yang berbeda dan untuk keperluan yang berbeda,

    sehingga biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk membangun database spasial

    dapat ditekan seefisien mungkin.

  • 9

    c. Peremajaan Peta

    Dibanding cara manual, waktu yang diperlukan untuk meremajakan atau

    memperbarui peta dapat dipersingkat. Berkat data digital peremajaan peta tidak

    perlu dilakukan secara menyeluruh, hanya pada bagian-bagian yang mengalami

    perubahan saja yang diremajakan atau dimodifikasi. Hal ini memungkinkan

    untuk mempertahankan isi peta dalam keadaan mutakhir (up-to-date) secara cepat

    dan akurat.

    1.5. Komponen SIG

    Secara umum, suatu SIG terdiri atas tiga komponen utama, yaitu: perangkat keras

    (hardware), perangkat lunak (software) dan personel (brainware), yang satu sama

    lainnya saling berinteraksi (GAMBAR 4 : Komponen SIG).

    a. Perangkat Keras (Hardware) SIG

    Konfigurasi perangkat keras yang diperlukan untuk aplikasi SIG sedikit berbeda

    dengan aplikasi komputer pada umumnya. Hal ini dapat dimengerti karena

    aplikasi SIG menangani data yang berbeda bentuknya dari aplikasi umum, baik

    bentuk data masukan (input) maupun keluarannya (output). Di samping itu,

    ketelitian perangkat keras yang digunakan akan berpengaruh kepada produk akhir.

    Ha rd w a re

    So ftw a re

    B ra in w a re

    GAMBAR 4 : Komponen SIG

  • 10

    Digitizer

    Scanner

    C P U

    Plotter

    Printer

    VDU

    GAMBAR 5 : Perangkat Keras SIG

    Secara umum perangkat keras SIG terdiri atas empat unit utama (GAMBAR 5 :

    Perangkat Keras SIG), yaitu:

    Komputer: CPU (central processing unit) dan memory;

    Media penyimpanan data: hard disk, diskette drive dan CD-ROM;

    Media perekaman data: keyboard, mouse, digitizer dan scanner;

    Media penampilan data: VDU (visual display unit), printer dan plotter.

    Untuk mendapatkan gambar yang halus dibutuhkan perangkat komputer grafik

    yang beresolusi tinggi.

    b. Perangkat Lunak (Software) SIG

    Perangkat lunak SIG umumnya terdiri atas empat modul utama. Modul-modul

    tersebut merupakan subsistem yang terintegrasi di dalam suatu paket program SIG

    (GAMBAR 6 : Perangkat Lunak SIG (Burrough, 1986), dan berfungsi untuk:

  • 11

    Database

    GEOGRAPHIC DATABASE

    Topology Position Attribute

    Management System

    Data Input &

    Verification

    Storage and

    Database

    Management

    Transformation &

    Manipulation

    Output &

    Presentation

    Query

    Input

    GIS Software

    GAMBAR 6 : Perangkat Lunak SIG (Burrough, 1986)

    Data input dan verifikasi,

    Penyimpanan dan database management,

    Data output dan presentasi, dan

    Transformasi dan manipulasi data.

    c. Personel (Brainware) SIG

    Untuk menangani perangkat lunak yang canggih dan perangkat keras yang

    khusus, diperlukan komponen ketiga yang tidak kalah pentingnya, yaitu personel

    (brainware) yang terlatih sebagai pengelola SIG. Di samping itu, personel tersebut

    akan bertindak sebagai supervisi dalam menyelesaikan problem yang dapat/akan

    diselesaikan dengan menggunakan SIG. Hal ini berarti personel SIG harus

    terampil dalam menangani masalah teknis SIG, mempunyai pengetahuan yang

    memadai dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan analisis

    spasial dan pemodelan, serta memahami penggunaan fungsi-fungsi analisis SIG.

  • 12

    GIS

    Management

    Aims and Queries

    from Management

    Information for

    Management

    Data Gathering

    GAMBAR 7 : Kerangka Organisasi dan Bagan Alir Proses SIG (Burrough,

    1986)

    Agar suatu SIG dapat beroperasi secara efektif, maka perlu ditangani secara

    profesional melalui suatu organisasi/unit khusus (Gambar 2.7), sebagaimana

    layaknya organisasi pada pusat pengolahan data (data centre).

  • 13

    II. MODEL DATA SPASIAL

    Pada kenyataannya, bumi (real world) mempunyai bentuk yang sangat kompleks

    untuk digambarkan. Oleh karena itu, para ahli geografi mengembangkan berbagai

    model data spasial agar kita dapat membayangkan dan memahami bentuk bumi, yang

    merupakan abstraksi atau penyederhanaan dari bentuk aslinya. Sebagai contoh, bola

    dunia (globe) atau peta dunia merupakan model data spasial dari bumi, yang

    menggambarkan bentuk dan situasi roman muka bumi secara umum. Dengan

    demikian, model data spasial merupakan representasi dari keadaan dunia nyata

    secara geografis. Tingkat ketelitian dari abstraksi atau penyederhanaan tersebut

    dinyatakan dalam skala, yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya. Makin

    besar skala yang digunakan, makin teliti data yang direkam.

    Model Data

    Realita

    OBJEK NOMOR L O K A S I

    Titik

    Garis

    10

    23

    Poligonx1,y1; x2,y2; .x1,y1

    x, y

    63

    64

    x1,y1; x2,y2; .xn,yn

    x1,y1; x2,y2; .x1,y1

    Struktur Data

    GAMBAR 8 : Tahapan Pembentukan Data Spasial (Peuquet, 1984)

    Peuquet (1984) membagi 3 tahapan dalam pembentukan data spasial (GAMBAR 8 :

    Tahapan Pembentukan Data Spasial (Peuquet, 1984)), yaitu:

  • 14

    Realita,

    Model data, dan

    Struktur data.

    Realita merupakan keadaan sebenarnya dari dunia nyata atau bumi, termasuk seluruh

    aspek yang terkandung di dalamnya, baik yang dapat dilihat maupun yang tidak

    dapat dilihat.

    Model data merupakan abstraksi atau penyederhanaan dari keadaan sebenarnya yang

    dapat dibayangkan oleh manusia. Dalam SIG, model data merupakan ilustrasi

    kenampakan geografis dari suatu obyek. Pada beberapa literatur model data disebut

    juga conceptual model.

    Struktur data disebut juga logical model, merupakan teknik perekaman data spasial

    ke dalam media komputer, agar penyimpanan data menjadi efisien serta

    memudahkan dalam pemrosesannya.

    Dari keterangan di atas dapat dilihat adanya perbedaan mengenai pengertian dari

    ketiga terminologi tersebut.

    Untuk lebih memahami berbagai fungsi dan kemampuan yang tersedia di dalam

    suatu SIG pada bab ini akan dibahas mengenai berbagai model data spasial termasuk

    keunggulan dan kelemahan dari setiap data model. Dari pemahaman ini diharapkan

    para pengguna SIG dapat menentukan kapan menggunakan suatu model data spasial

    tertentu.

    Pada SIG, representasi dari dunia nyata atau lebih dikenal dengan sebutan model data

    spasial dilakukan dengan dua cara (Aronoff, 1984), yaitu:

    Model data vektor,

    Model data raster.

    Pada model data vektor, objek disajikan sebagai: titik, segmen-segmen garis atau

    poligon. Sedangkan pada model data raster semua objek disajikan dalam bentuk sel-

    sel matriks yang disebut pixels. Sebagai ilustrasi, perbedaan dari kedua model data

    spasial ini dapat dilihat pada GAMBAR 9 : Model Data Spasial (Aronoff, 1989).

  • 15

    S

    S

    S

    S

    S

    S

    S

    SS

    S

    S

    P

    PP

    P

    P

    P

    P

    P

    P

    R

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    600

    500

    300

    200

    100

    100 200 300 400 500 600

    X - Axis

    Y-A

    xis

    400

    Model Data Vektor Model Data Raster

    Dunia Nyata

    Pohon

    Pohon

    Rumah

    Sungai

    GAMBAR 9 : Model Data Spasial (Aronoff, 1989)

    2.1. Model Data Vektor

    Model data vektor merupakan cara yang umum dilakukan dalam menyajikan data

    spasial. Pada model data ini, kenampakan geografis atau objek-objek yang dapat

    dipetakan disajikan dengan tiga cara, yaitu: titik, garis dan poligon. Cara ini sama

    dengan cara yang telah dilakukan oleh para ahli geodesi atau surveyor sejak berabad-

    abad lamanya dalam pembuatan peta secara manual.

    Posisi setiap objek dinyatakan dalam sistem koordinat geografis, baik menggunakan

    sistem bujur/lintang atau sistem Universal Transver Mercator (UTM). Suatu titik

    dinyatakan dalam koordinat tunggal (x,y), garis dinyatakan dalam rangkaian (string)

    koordinat (x1,y1; x2,y2, .; xn,yn) dan poligon dinyatakan dalam rangkaian

    koordinat tertutup (closed string) yang menggambarkan batas atau areal suatu objek

    (GAMBAR 10 : Model Data Vektor (Aronoff, 1989)).

  • 16

    OBJEK NOMOR L O K A S I

    Titik

    Garis

    10

    23

    Poligonx1,y1; x2,y2; .x1,y1

    x, y

    63

    64

    x1,y1; x2,y2; .xn,yn

    x1,y1; x2,y2; .x1,y1

    10

    10

    23

    23

    63 64

    Struktur Data

    Peta

    Model Data Vektor

    6364

    GAMBAR 10 : Model Data Vektor (Aronoff, 1989)

    Dilihat dari cara pengabstraksiannya, model data vektor sangat sesuai digunakan

    pada aplikasi yang membutuhkan ketelitian, seperti: sistem kadastral, batas daerah

    administrasi, batas wilayah pertambangan, dll.

    Berbagai jenis struktur data telah dikembangkan untuk merekam model data vektor,

    seperti: Arc-Node, Dual Independent Map Encoding (DIME) dan Digital Line Graph

    (DLG). Di samping itu, hampir setiap vendor mengembangkan struktur data untuk

    merekam model data vektor secara sendiri-sendiri. Tujuannya adalah agar data yang

    direkam menjadi seefisien mungkin, baik dalam proses maupun dalam

    penyimpanannya. Namun demikian, untuk memudahkan para pengguna dan agar

    suatu data dapat digunakan pada berbagai perangkat lunak SIG, maka pada

    umumnya setiap perangkat lunak SIG menyediakan fasilitas untuk mengekspor data

    dalam struktur data yang telah disepakati bersama, yaitu DXF (digital exchange

    format).

  • 17

    2.2. Model Data Raster

    Pada model data raster, fenomena alam atau objek yang dapat dipetakan disajikan

    dalam bentuk array atau matriks dengan jalan membagi suatu daerah ke dalam grid-

    grid sel yang teratur. Umumnya dalam bentuk persegi empat sama sisi. Posisi setiap

    objek dinyatakan secara kolom dan baris, sedangkan posisi geografisnya ditentukan

    berdasarkan ukuran grid sel dan posisi relatif dari batas peta (biasanya koordinat

    pojok kiri bawah peta atau pojok kiri atas peta), sehingga setiap sel memiliki

    koordinat geografis.

    1

    23

    1 2 3

    1 1 1 1 31

    12

    111

    11

    11

    3 3

    3 3 3

    3

    33

    3 3

    3 33 3 3

    3

    3

    3

    3

    3

    3

    222

    2

    2

    22

    2

    2

    22

    2

    2

    22

    2

    2

    2

    2

    2

    1 1 1 2 21

    11

    111

    11

    21

    2 3

    2 2 3

    2

    21

    2 3

    2 32 2 3

    2

    2

    2

    2

    2

    2

    111

    1

    1

    11

    1

    1

    11

    1

    1

    12

    2

    2

    2

    2

    2

    3 3 2 2 33

    32

    332

    22

    22

    4 4

    3 3 3

    2

    22

    2 3

    2 33 2 2

    2

    1

    1

    2

    1

    1

    221

    1

    1

    21

    1

    1

    11

    1

    1

    21

    1

    1

    1

    1

    1

    223

    34

    1

    Jenis Hutan

    Jenis Soil

    Topografi

    Dunia Nyata

    Hutan

    Soil

    Digital Elevation

    Models

    Hasil Analisis/

    Permodelan

    Layer-Layer Model Data Raster Analisis/Pemodelan Spasial

    GAMBAR 11 : Model Data Raster (Aronoff, 1989)

    Pada model data raster, titik digambarkan pada satu sel, sedangkan garis dan poligon

    digambarkan dengan cara menghubungkan sel-sel yang saling berdekatan sesuai

    dengan arah, bentuk dan luasnya. Ketelitian informasi spasial yang direkam pada

    model data raster sangat tergantung pada dimensi atau ukuran dari grid sel. Semakin

    kecil ukuran grid sel, akan semakin tinggi ketelitiannya. Demikian pula sebaliknya,

    semakin besar ukuran grid sel, semakin berkurang ketelitiannya

    Setiap sel memiliki informasi atribut dalam bentuk angka yang melambangkan jenis

    atau tipe objek yang menempatinya (GAMBAR 11 : Model Data Raster (Aronoff,

  • 18

    1989)). Pada aplikasi tertentu angka-angka tersebut merefleksikan tingkatan

    (ranking) kemampuan dari suatu objek.

    Secara teknik, perekaman model data raster sangat mudah dilakukan oleh komputer,

    karena konsepnya sama dengan konsep arrays pada bahasa pemprograman, seperti

    FORTRAN atau BASIC. Oleh karena itu, berbagai metoda analisis dan permodelan

    spasial dikembangkan dengan model data raster.

    Dalam perekaman datanya, model data raster memerlukan tempat (space) yang besar,

    sehingga untuk penanggulangannya telah dikembangkan berbagai teknik data

    compression, seperti: run-length encoding, quadtrees, dll, lihat GAMBAR 12 : Struktur

    Data Quadtree.

    Area as Represented on a map Quadtree Representation

    GAMBAR 12 : Struktur Data Quadtree

    Contoh berikut merupakan susunan data raster:

    Row1 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3

    Row2 3 3 3 3 7 7 7 7 0 0

    Row3 0 0 4 4 4 4 4 4 4 4

    Row4 4 5 5 5 5 3 3 3 3 3

    Dengan menggunakan teknik run length encoding data compression, maka susunan

    datanya menjadi seperti berikut:

    Row1 4 1 4 2 2 3

    Row2 4 3 4 7 2 0

    Row3 2 0 8 4

  • 19

    Row4 1 4 4 5 5 3

    Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa metoda run length encoding membutuhkan

    tempat lebih kecil (22 data) dibandingkan data raster (40 data), sehingga akan

    menghemat tempat dalam perekamannya, yaitu + 45 %.

    2.3. Keunggulan dan Kelemahan Model Data Vektor dan Raster

    Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, kedua model data spasial (vektor dan

    raster) masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Pemilihan kedua

    model data spasial tersebut dipengaruhi oleh aplikasi yang akan diterapkan oleh

    pengguna. Namun demikian, dengan semakin meningkatnya perkembangan

    teknologi komputer yang sangat pesat, maka masalah kapasitas penyimpanan data

    dan kecepatan proses tidak menjadi kendala yang berarti.

    Sebagai pedoman, Burrough (1986) memberikan rekomendasi dalam pemilihan data

    model, seperti berikut:

    1. Gunakan model data vektor untuk merekam data spasial yang memerlukan

    ketelitian yang tinggi, seperti: peta dasar, peta pemilikan tanah, peruntukan lahan,

    dll.

    2. Gunakan model data vektor jika akan melakukan analisis jaringan (network

    analyses), seperti: jaringan transportasi, jaringan telepon, dll.

    3. Gunakan model data vektor untuk digital terrain models.

    4. Gunakan model data raster jika akan melakukan overlay peta, kombinasi peta dan

    analisis spasial.

    5. Gunakan model data raster jika akan melakukan simulasi dan pemodelan spasial.

    Secara umum keunggulan dan kelemahan kedua data model tersebut dapat dilihat

    pada

    TABEL 1 : Keunggulan dan Kelemahan Model Data Vektor dan Raster (Aronoff,

    1989)..

  • 20

    TABEL 1 : Keunggulan dan Kelemahan Model Data Vektor dan Raster

    (Aronoff, 1989)

    Model Data Vektor Model Data Raster

    Keunggulan : Keunggulan :

    1. Mempunyai struktur data yang kompak

    dan efisien.

    1. Mempunyai struktur data yang

    sederhana

    2. Penanganan data topologi sangat

    efisien, sehingga memudahkan analisis

    yang memerlukan informasi topologi,

    seperti analisis jaringan (network

    analysis).

    2. Mudah dalam melakukan tumpang-

    susun (overlay) serta analisis dan

    pemodelan spasial.

    3. Cocok digunakan untuk aplikasi yang

    memerlukan ketelitian.

    3. Cocok digunakan untuk merekam

    data yang mempunyai perubahan

    yang tinggi, seperti data citra,

    aeromagnetic dll

    4. Mudah dalam manipulasi dan

    enhancement data citra

    Kelemahan : Kelemahan :

    1. Mempunyai struktur data yang sangat

    komplek

    1. Struktur datanya tidak kompak.

    2. Manipulasi tumpang-susun (overlay)

    sukar dilakukan.

    2. Hubungan topologi sukar disajikan.

    3. Tidak cocok untuk menyajikan data

    yang mempunyai perubahan yang

    tinggi.

    3. Estetika keluaran kurang baik (berupa

    kotak-kotak). Hal tersebut bisa

    ditanggulangi dengan memperkecil

    ukuran grid sel, tetapi akibatnya

    ukuran file menjadi besar.

    4. Tidak bisa melakukan manipulasi dan

    enhancement data citra.

  • 21

    III. SUMBER DATA SIG

    Suatu SIG memerlukan data masukan agar dapat berfungsi dan memberikan

    informasi bagi penggunanya, baik berupa data dasar (hasil pengamatan) atau hasil

    analisis dan pemodelan spasial. Secara umum data masukan SIG dapat berasal dari

    tiga sumber, yaitu: lapangan, peta dan citra penginderaan jauh.

    Data lapangan, berasal dari hasil pengukuran atau pengamatan secara langsung di

    lapangan, seperti: curah hujan, kualitas air, pusat dan kekuatan gempa, geofisika,

    geokimia, dan sebagainya.

    Data peta, berupa informasi yang telah direkam baik pada kertas atau film,

    dikonversikan ke dalam bentuk digital dengan menggunakan digitizer atau

    scanner.

    Data citra penginderaan jauh, merupakan data yang berasal dari foto udara, radar

    atau satelit. Data tersebut sebelum dimasukkan ke dalam SIG memerlukan

    interpretasi terlebih dahulu. Interpretasi dapat dilakukan secara manual atau

    dengan menggunakan perangkat lunak yang dirancang khusus, disebut image

    processing.

    Ketiga data tersebut saling mendukung antara satu dengan lainnya, terutama pada

    analisis dan pemodelan spasial. Data lapangan dapat digunakan untuk membuat peta

    fisis atau sebaran spasial dengan jalan menginterpolasikan data titik-titik tersebut ke

    sistem grid atau model raster, sebagaimana yang umum dilakukan dalam pengolahan

    data geokimia atau geofisika. Sedangkan data penginderaan jauh memerlukan data

    lapangan untuk lebih memastikan hasil interpretasi yang telah dilakukan terhadap

    data tersebut. Jadi, ketiga sumber data ini saling melengkapi dan mendukung,

    sehingga tidak boleh ada yang diabaikan.

  • 22

    IV. PERANGKAT LUNAK SIG

    Dewasa ini telah banyak software house mengembangkan perangkat lunak SIG, baik

    yang menggunakan model data vektor maupun raster. Sebagai informasi, pada

    TABEL 2 :Perangkat Lunak SIG berikut ini akan diberikan beberapa perangkat lunak

    untuk kedua model data tersebut.

    TABEL 2 :Perangkat Lunak SIG

    SIG Vektor SIG Raster

    MapInfo Map Analysis Package (MAP)

    Arc/Info IDRISI

    ILWIS SPANS

    WinGis/WinMap ERDAS

    dll. dll.

    Pada mulanya beberapa perangkat lunak dikembangkan dengan menggunakan model

    data vektor. Dewasa ini perangkat lunak tersebut juga mempunyai fasilitas untuk

    menangani model data raster. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan

    kemampuannya, terutama dalam analisis dan permodelan spasial. Sebagai contoh:

    Arc/Info yang semula berbasis model data vektor saat ini mempunyai modul yang

    disebut GRID (berbasis model data raster), yang khusus dikembangkan untuk

    analisis dan pemodelan spasial. Untuk itu, Arc/Info menyediakan fasilitas untuk

    mengkonversi data dari model vektor ke model raster (vector to raster conversion).

    Hal yang sama juga dilakukan oleh perangkat lunak ILWIS.

    Sejak itu secara tidak langsung masyarakat SIG mengakui, bahwa model data raster

    memang sesuai digunakan untuk analisis dan pemodelan spasial.

  • 23

    V. PENGEMBANGAN APLIKASI SIG

    Penerapan SIG secara operasional pada dasarnya sama dengan penerapan teknologi

    sistem informasi pada umumnya. Perbedaannya terletak pada jenis data dan cara

    perekaman datanya (peta digital).

    Sebagaimana halnya dengan pengembangan suatu sistem informasi, pengembangan

    aplikasi berbasis SIG juga melalui tahapan-tahapan agar sistem yang dikembangkan

    sesuai dengan harapan. Setiap tahap dilaksanakan berdasarkan tahapan sebelumnya.

    Secara umum pengembangan aplikasi berbasis SIG dapat dibagi menjadi lima

    tahapan, yaitu:

    Perancangan SIG,

    Pembangunan SIG,

    Pembentukan Sistem Operasional,

    Implementasi/Analisis/Pemodelan,

    Penyajian hasil Implementasi/Analisis/Pemodelan.

    5.1. Perancangan SIG

    Perancangan SIG merupakan suatu studi yang menyeluruh untuk menentukan jenis

    aplikasi, teknik pendataan, sistem pengolahan dan sistem pelaporan yang akan

    diterapkan. Studi juga mencakup pemilihan perangkat keras dan perangkat lunak

    yang akan digunakan. Lancar atau tidaknya pelaksanaan pengembangan suatu

    aplikasi SIG sangat dipengaruhi oleh kualitas perencanaan ini.

    Pada tahap ini, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah menentukan tujuan

    pengembangan aplikasi SIG. Dalam penentuan tujuan tersebut, beberapa hal penting

    yang perlu diperhatikan adalah:

  • 24

    Problem apa yang akan diselesaikan ? Bagaimana penyelesaiannya ? Apakah bisa

    diselesaikan dengan menggunakan SIG.

    Bagaimana keluaran (output) yang diinginkan, apakah untuk : laporan, peta kerja

    atau peta untuk presentasi ?

    Siapakah sasaran pengguna keluaran tersebut : pelaksana teknis, peneliti, perencana,

    pembuat keputusan atau masyarakat umum ?

    Apakah data akan digunakan untuk aplikasi lainnya ? Jika ada apa kebutuhan

    spesifik yang diperlukan ?

    Sebagai ilustrasi, berikut merupakan contoh penentuan suatu tujuan berdasarkan

    problem yang dihadapi:

    Problem : Dimana sebaiknya eksplorasi suatu bahan galian dilakukan ?

    Tujuan : Membuat peta yang dapat menggambarkan daerah-daerah potensial.

    Problem : Identifikasi wilayah penambangan.

    Tujuan Menghasilkan informasi wilayah yang masih dapat diajukan izin

    pengelolaannya.

    Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan di atas, maka

    sistem analis atau ahli SIG dapat merancang SIG yang bagaimana yang akan

    dibangun. Di samping itu, informasi tersebut juga merupakan dasar dalam pemilihan

    perangkat keras dan perangkat lunak yang akan digunakan.

    5.2. Pemilihan Peta Dasar

    Pemilihan peta dasar sangat menentukan, terutama bila akan membangun SIG yang

    membutuhkan data dari berbagai sumber atau sektor. Pada tahapan ini yang perlu

    diperhatikan adalah pemilihan skala peta dan sistem proyeksi yang akan digunakan.

    Hal ini dimaksudkan untuk menjaga konsistensi dan ketelitian data yang akan

    direkam. Di samping itu, keseragaman peta dasar akan memudahkan verifikasi

    lokasi dan dimensi spasial dari data.

  • 25

    5.3. Merancang Database SIG

    Pada tahapan ini yang dilakukan adalah menentukan materi/isi database, baik untuk

    data spasial (elemen peta) maupun data a-spasial (atribut setiap elemen peta), yang

    akan direkam. Untuk itu, perlu pemahaman tentang: layer data (tema-tema) apa yang

    diperlukan, objek apa yang terdapat pada setiap layer, atribut apa yang diperlukan

    untuk setiap objek, dan bagaimana atribut tersebut direkam (kodefikasi atau tidak)

    dan diorganisasi.

    Dalam menentukan materi/isi database disarankan untuk berkonsultasi dengan

    pengguna atau pakar dibidang aplikasi yang dikembangkan untuk memastikan semua

    informasi yang dibutuhkan telah tercakup. Hal ini dikarenakan kelengkapan dan

    ketelitian data yang direkam akan mempengaruhi kualitas analisis dan produk akhir

    yang akan dihasilkan. Disamping itu, database yang dirancang secara baik dapat

    digunakan untuk keperluan yang akan datang.

    Walaupun demikian, data yang tersedia (peta analog atau data digital) sangat

    berperan dalam perancangan. Oleh karenanya sebaiknya dilakukan penelitian

    pendahuluan terhadap data yang tersedia. Kegiatan yang dilakukan dalam

    menentukan materi/isi database SIG adalah:

    Mengidentifikasi objek geografi dan atributnya,

    Mengorganisasi layer data,

    Menentukan atribut,

    Kodefikasi atribut,

    Mengalokasikan panjang atribut, dan

    Membuat kamus data.

    a. Mengidentifikasi objek geografi dan atributnya

    Kegiatan pertama dalam menentukan isi database adalah mengidentifikasi objek

    geografi yang diperlukan dan atribut yang berkaitan dengan setiap objek. Biasanya

    hal ini ditentukan secara langsung oleh analisis yang akan dilakukan (parameter apa

  • 26

    saja yang dibutuhkan untuk analisis) dan/atau produk peta yang akan dibuat.

    Kemungkinan terdapat beberapa atribut yang diperlukan untuk setiap objek,

    berdasarkan kriteria analisis dan/atau peta yang akan dihasilkan.

    b. Mengorganisasi Layer Data

    Jika objek yang diperlukan dan atributnya telah diidentifikasi, kegiatan selanjutnya

    adalah mengelola objek geografi tersebut ke dalam layer data. Umumnya ada dua

    cara pengorganisasian layer data, yaitu:

    Menurut tipe objek; objek geografi dikelompokkan dengan jalan memisahkan objek:

    titik, garis dan poligon ke dalam layer yang berlainan/terpisah. Sebagai contoh

    lokasi pemboran yang diwakili oleh titik disimpan pada satu layer. Sedangkan

    jalan yang diwakili oleh garis, disimpan pada layer lainnya. Demikian pula

    dengan poligon.

    Lokasi bor (titik) Layer 1

    Jalan (garis) Layer 2

    Menurut kelompok tema; objek geografi diorganisasi secara tematis, yaitu

    memisahkan objek menurut temanya. Sebagai contoh sungai disimpan pada satu

    layer, sedangkan jalan pada layer lainnya. Walaupun keduanya merupakan objek

    garis.

    Sungai (garis) Layer 1

    Jalan (garis) Layer 2

  • 27

    c. Menentukan atribut

    Jika atribut yang diperlukan untuk tiap layer telah ditentukan, maka kegiatan

    selanjutnya adalah menentukan parameter spesifik untuk setiap atribut dan tipe data

    yang disimpan. Pada kegiatan ini akan ditentukan atribut mana yang disimpan

    sebagai bilangan (numerik) dan atribut mana yang disimpan sebagai karakter.

    Penentuan atribut pada tahap awal akan memudahkan tugas pelaksana dalam

    membangun database SIG.

    d. Kodefikasi atribut

    Dalam beberapa hal, atribut yang dinyatakan dengan karakter akan lebih baik

    diwakili dalam bentuk kode. Misalnya, jika atribut menggambarkan kelas, akan

    lebih mudah dan lebih efisien menyimpan kode kelas dari pada deskripsi kelas.

    Sebagai contoh string karakter sawah tadah hujan dapat disimpan sebagai kode

    karakter (misalnya STH) atau kode numerik (misalnya 100). Hal ini akan

    mengurangi kesalahan dalam pengetikan isi atribut, yang akan menimbulkan masalah

    dalam penyeleksiannya.

    Nilai numerik yang mewakili selang akan lebih mudah pengelolaannya jika direkam

    dalam bentuk kode, terutama dalam penelusurannya. Sebagai contoh areal yang

    mewakili kelas kemiringan: 0-8%, 9-15%, 16-25%, 26-45% dan di atas 45% dapat

    dengan mudah ditelusuri apabila dinyatakan dalam bentuk kode 1, 2, 3, 4 dan 5

    secara berurutan.

    Di samping itu, atribut yang mempunyai nilai berulang akan lebih baik jika diwakili

    oleh kode, untuk mengurangi ukuran database.

    e. Mengalokasikan panjang atribut

    Selain menentukan bagaimana setiap atribut disimpan, juga harus ditentukan jumlah

    penyimpanan/panjang yang diperlukan untuk setiap atribut. Sebagai contoh berapa

    banyak karakter yang diperlukan untuk merekam nama jalan. Dalam hal ini biasanya

    diambil dari nama jalan yang terpanjang.

  • 28

    Pada atribut atau item numerik, tentukan jumlah digit dan jumlah desimal (untuk

    bilangan desimal) yang diperlukan. Penentuan jumlah digit ini sebaiknya di atas

    nilai data yang terbesar.

    Mengalokasikan panjang atribut akan terasa pengaruhnya jika merekam data dalam

    jumlah yang banyak. Semakin sedikit space yang diperlukan untuk tiap atribut,

    semakin kecil volume file yang dihasilkan, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk

    memproses data tersebut akan lebih cepat.

    f. Membuat kamus data

    Kamus data adalah daftar atau tabel yang memuat nama dan deskripsi setiap atribut,

    termasuk deskripsi kode-kode dari setiap atribut (jika perlu). Pembuatan kamus data

    untuk suatu database merupakan hal yang berharga dalam membangun suatu sistem.

    Kamus Data Sudut Lereng

    Objek Atribut Kelas Deskripsi

    Sudut

    Lereng

    Lereng 1 0 - 8 % (datar)

    2 9 - 15 % (miring)

    3 16 - 25 % (agak

    terjal)

    4 26 - 45 % (terjal)

    5 > 45 % (sangat

    terjal)

    Di samping untuk dokumentasi, kamus data dapat digunakan sebagai referensi jika

    akan mentransfer data ke database atau sistem yang lain. Berikut ini adalah contoh

    kamus data dalam bentuk tabel.

    5.4. Pembangunan SIG

    Pada prinsipnya tahap Pembangunan SIG adalah tahap pembangunan database SIG,

    berupa database spasial dan database a-spasial. Tahap ini merupakan tahap yang

    menentukan bagi keberhasilan pengembangan SIG dan merupakan tahap yang paling

    banyak menyita tenaga, waktu, dan biaya. Pekerjaan yang dilakukan pada tahap ini

    adalah mengkonversi objek-objek yang terdapat pada peta analog menjadi peta

  • 29

    digital, ke dalam format yang sesuai dengan perangkat lunak SIG yang telah

    ditentukan atau yang akan digunakan.

    Secara umum kegiatan yang dilakukan pada pembangunan database SIG adalah

    sebagai berikut:

    Memasukkan (inputing) data spasial ke dalam database spasial; kegiatan ini meliputi

    digitasi/scan elemen-elemen peta atau mengkonversi data digital dari sistem lain.

    Ketelitian pemasukan data sangat dituntut agar tidak terjadi salah lokasi dari

    objek yang direkam.

    Mendayagunakan data spasial; kegiatan ini meliputi memeriksa dan memperbaiki

    kesalahan digitasi, dilanjutkan dengan membentuk topologi.

    Memasukkan (inputing) data atribut ke dalam database a-spasial; kegiatan ini

    meliputi mengetik (key in) data atribut setiap elemen peta ke dalam komputer

    menurut format yang telah ditetapkan dan menghubungkan (link) data atribut

    dengan objek spasialnya.

    Untuk menghindari kesalahan, pada pelaksanaan digitasi diusahakan sedapat

    mungkin menggunakan peta yang terbaik dan terbaru. Hal ini dianjurkan karena

    sering terjadi perubahan ukuran (penciutan) jika peta disimpan terlalu lama.

    5.5. Pembentukan Sistem Operasional

    Pembentukan Sistem Operasional merupakan mekanisme atau tatacara

    pengoperasian sistem yang dibangun. Hal-hal yang diatur dalam sistem operasional

    adalah sistem/teknik pendataan, pelaporan, peremajaan dan keamanan data.

    Termasuk di dalamnya kamus data yang akan memudahkan staf pelaksana dalam

    menangani data.

    5.6. Implementasi/Analisis/Pemodelan

    Tahap ini merupakan tahap mulai muncul dan diterapkannya fungsi SIG yang

    sebenarnya. Pekerjaan analisis yang sebelumnya merupakan pekerjaan yang menyita

    waktu atau sangat sulit jika dilakukan secara manual, dapat dilakukan dengan efisien

  • 30

    dengan menggunakan SIG. Analisis dapat dilakukan pada satu layer atau

    mengkombinasikan beberapa layer guna mendapatkan hubungan data yang baru.

    Pada tahap ini, beberapa alternatif pengolahan data dapat diuji dengan merubah

    parameter atau metoda analisisnya. Lebih jauh, SIG dapat digunakan untuk

    mengimplementasikan konseptual model dari suatu bidang keilmuan dengan

    menerapkan fungsi-fungsi yang tersedia pada perangkat lunak SIG, yang dikenal

    sebagai pemodelan spasial.

    5.7. Penyajian Hasil Implementasi/Analisis/Pemodelan

    SIG menyediakan banyak pilihan untuk membuat peta dan laporan sesuai keinginan

    pengguna. Tergantung dari sifatnya, hasil analisis dapat disajikan dalam bentuk peta,

    laporan atau keduanya. Peta dapat mempresentasikan hubungan geografis dan areal

    baru hasil analisis, sedangkan laporan dapat digunakan sebagai ringkasan dari data

    tabular. Selain itu laporan dapat mendokumentasikan nilai-nilai yang dihitung pada

    proses analisis.

    Produk akhir seyogyanya berhubungan langsung dengan tujuan dibangunnya SIG

    dan sasaran pengguna. Biasanya hal ini telah direncanakan sebelumnya. Keahlian

    dalam mengemas dan menyajikan hasil analisis yang mudah dimengerti, misalnya

    dalam bentuk peta atau laporan, merupakan kunci pada tahap ini dan berpengaruh

    terhadap analisis dalam proses pengambilan keputusan.

    ...oooOOOooo...