Upload
karmila-dewi-mareta
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/20/2019 Revisi Prop TA
1/82
i
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA SEBELUM DAN
SESUDAH PEMBERIAN PENYULUHAN TENTANG POSYANDU
LANSIA DI DUKUH KARANG LEWASKELURAHAN SOKANANDI
TAHUN 2013
HALAMAN JUDUL
PROPOSAL TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Politeknik Banjarnegara
Disusun oleh :
KARMILA DEWI MARETA
NIM : A 1003032
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2013
8/20/2019 Revisi Prop TA
2/82
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA SEBELUM DANSESUDAH PEMBERIAN PENYULUHAN TENTANG POSYANDU
LANSIA DI DUKUH KARANG LEWAS
KELURAHAN SOKANANDI
TAHUN 2013
PROPOSAL TUGAS AKHIR
Disusun oleh:
Karmila Dewi Mareta
NIM : A 1003032
Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui untuk Mengikuti Seminar Proposal
Tugas Akhir Program Diploma III Kebidanan Politeknik Banjarnegara
Tanggal :....................................
Pembimbing I
LIA ARIA RATMAWATI, SST., M. Kes.
Pembimbing II
LUSIA ARINA C. S. SiT.
NIDN : 0613028501 NIP : 198501062006042007
ii
8/20/2019 Revisi Prop TA
3/82
iii
HALAMAN PENGESAHAN
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA SEBELUM DAN
SESUDAH PEMBERIAN PENYULUHAN TENTANG POSYANDU
LANSIA DI DUKUH KARANG LEWAS
KELURAHAN SOKANANDI
TAHUN 2013
PROPOSAL TUGAS AKHIR
Disusun oleh:
Karmila Dewi MaretaNIM : A 1003032
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji dan diterima sebagai salah satu
syarat mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Politeknik Banjarnegara
Tanggal :....................................
Menyetujui,
Penguji I
Dian Nirmala Sari, S.SiT. (...........................)
NIDN : 0626018601
Penguji II
Lia Aria Ratmawati, SST., M.Kes. (...........................)
NIDN : 0613028501
Penguji III
Lusia Arina C, S.SiT. (...........................)
NIP : 198501062006042007
Mengesahkan :
Ketua Program Studi Diploma III Kebidanan
Politeknik Banjarnegara
Lia Aria Ratmawati, SST., M.Kes.
NIDN : 0613028501
iii
8/20/2019 Revisi Prop TA
4/82
8/20/2019 Revisi Prop TA
5/82
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir yang berjudul
“Perbedaan pengetahuan dan sikap lansia sebelum dan sesudah pemberian
penyuluhan tentang posyandu lansia di dukuh Karang Lewas Kelurahan
Sokanandi Tahun 2013”.
Selesainya Proposal Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Moch. Sugiarto, Ph.D., selaku Direktur Politeknik Banjarnegara yang telah
memberikan izin dalam melakukan studi pendahuluan sehingga penulis dapat
menyusun Proposal Tugas Akhir ini.
2. Lia Aria Ratmawati, SST., M.Kes., selaku Ketua Program Studi Diploma III
Kebidanan Politeknik Banjarnegara sekaligus sebagai pembimbing I yang
telah banyak memberi petunjuk, saran, serta dukungan dalam pembuatan
Proposal Tugas Akhir ini.
3. Lusia Arina C., S.SiT., selaku pembimbing II yang telah banyak memberi
petunjuk, saran, serta dukungan dalam pembuatan Proposal Tugas Akhir ini.
v
8/20/2019 Revisi Prop TA
6/82
vi
4.
Kepala Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Linmas Kabupaten
Banjarnegara (Kesbanglingmas) yang sudah memberikan izin mengadakan
studi pendahuluan.
5. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) yang sudah
memberikan izin mengadakan studi pendahuluan.
6. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara yang telah memberikan
izin dalam pengambilan data saat studi pendahuluan.
7.
Kepala Puskesmas Banjanegara 2 beserta staff yang telah memberikan izin
dalam pengambilan data serta memberikan petunjuk dan saran dalam
penyusunan Proposal Tugas Akhir ini.
8. Ibu dan kakak tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan sehingga
penulis dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini.
9.
Teman-teman satu angkatan dan adik tingkat yang telah memberikan doa,
dukungan, serta canda tawa sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Tugas Akhir ini.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan Proposal
Tugas Akhir ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala yang berlimpah
untuk mereka semua. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan sehingga pada pembuatan Proposal Tugas Akhir selanjutnya akan
lebih baik.
Banjarnegara, Desember 2012
Penulis
vi
8/20/2019 Revisi Prop TA
7/82
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
MOTTO ........................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
E. Keaslian Penelitian .......................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 12
A. Tinjauan Teori ................................................................................... 12
1. Lanjut Usia (Lansia) ................................................................... 12
2. Penyuluhan Kesehatan ................................................................ 15
3. Pengetahuan ................................................................................ 26
4. Sikap ........................................................................................... 30
vii
8/20/2019 Revisi Prop TA
8/82
viii
5. Posyandu Lansia ......................................................................... 37
B. Kerangka Teori .................................................................................. 54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 55
A. Kerangka Konsep .............................................................................. 55
B. Variabel Penelitian ............................................................................ 56
C. Definisi Operasional Variabel ........................................................... 56
D. Hipotesis ............................................................................................ 57
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 57
F. Rancangan Penelitian ........................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
8/20/2019 Revisi Prop TA
9/82
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Di Wilayah Kerja
Puskesmas Banjarnegara 2 Kabupaten Banjarnegara Bulan Januari-
Oktober 2012 .................................................................................... 5
Tabel 1.2. Keaslian Penelitian ......................................................................... 10
Tabel 3.1. Variabel penelitian dan definisi operasional .................................... 56
Tabel 3.2. Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner ........................................................ 61
ix
8/20/2019 Revisi Prop TA
10/82
x
DAFTAR GAMBAR
Bagan 2.1 Kerangka Teori ............................................................................... 54
Bagan 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................ 55
x
8/20/2019 Revisi Prop TA
11/82
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Curriculum Vitae
Lampiran 2 Jadwal Penelitian
Lampiran 3 Surat Izin Study Pendahuluan
Lampiran 4 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5 Informed Consent
Lampiran 6 Lembar Kuesioner
Lampiran 7 Kunci Jawaban Kuesioner
Lampiran 8 Lembar Konsultasi
Lampiran 9 SAP
xi
8/20/2019 Revisi Prop TA
12/82
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin
meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya
usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah usia lanjut terus
meningkat dari tahun ke tahun. WHO memperkirakan kenaikan penduduk
usia lanjut tahun 2025 dibandingkan tahun 1990 di beberapa negara dunia
China 220%, India 242%, Thailand 337%, dan Indonesia 440% (Sudaryanto,
2010 dalam skripsi Dwi Handayani, 2012). Pada tahun 2011 saja di Indonesia
jumlah lansia sudah mencapai 25,71 juta jiwa (10,66%), sedangkan di Jawa
Tengah 4,82 juta jiwa (14,9%). Human Development Index 2011 melaporkan
bahwa usia harapan hidup Indonesia tahun 2011 adalah 69,4 tahun.
Ditargetkan pada tahun 2014 usia harapan hidup menjadi 72 tahun (Depkes
RI, 2010).
Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Usia Lanjut,
lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Usia
lanjut merupakan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia
tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan,
baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar ia dapat menikmati masa
usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia (R. Siti
Maryam dkk 2008; h. 32).
1
8/20/2019 Revisi Prop TA
13/82
2
Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang
terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai
mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran
dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakkan menjadi lamban dan
kurang lincah, serta terjadi penimbunan lemak terutama di perut dan pinggul.
Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuan-kempuan kognitif seperti
suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat, serta tidak
mudah menerima hal/ ide baru (R. Siti Maryam dkk, 2008; h. 32).
Perubahan yang yang dialami oleh lansia banyak yang menimbulkan
efek pada kejiwaanya, pada setiap stressor, seseorang akan mengalami
kecemasan, baik kecemasan ringan, sedang, maupun berat (S. Tamher, 2009;
h. 6). Bila permasalahan tersebut tidak diantisipasi dari sekarang, maka tidak
tertutup kemungkinan bahwa proses pembangunan akan mengalami
hambatan. Oleh sebab itu permasalahan lanjut usia harus menjadi perhatian
kita semua, baik pemerintah, lembaga masyarakat maupun masyarakat itu
sendiri (S. Tamher, 2009; h. 106).
Dari tahun 2003-2007 angka kesakitan lanjut usia mengalami
peningkatan yaitu 28,48% - 31,11%. Pada detik Health edisi Kamis, 18
Oktober 2012 mengabarkan bahwa stroke merupakan penyebab kecacatan
dan kematian utama di seluruh dunia. Hanya 20% serangan stroke tertangani
dengan cepat, hal ini dikarenakan banyak yang kurang peduli dengan
kesehatannya. Hal lain yang sangat menghambat perlindungan terhadap lanjut
usia untuk pencapaian hidup yang aman, berkualitas, dan terpenuhi hak
8/20/2019 Revisi Prop TA
14/82
3
asasinya adalah stigma masyarakat terhadap lanjut usia. Mereka menganggap
bahwa lanjut usia identik dengan pikun, renta, loyo, cerewet, beban,
akibatnya perhatian, kepedulian, penghargaan, dan martabat dari keluarga,
masyarakat, dan pemerintah terhadap lansia kurang, bahkan mereka
ditelantarkan atau menjadi korban kekerasan. Kondisi ini tentunya harus
mendapatkan perhatian berbagai pihak. Lanjut usia yang sakit-sakitan akan
menjadi beban bagi keluarga, masyarakat, bahkan pemerintah, sehingga akan
menjadi beban dalam pembangunan (Depkes RI, 2010).
Sebenarnya kesehatan usia lanjut diarahkan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan dan kemampuannya agar tetap produktif.
Pemerintah sudah menyelenggarkan upaya kesehatan usia lanjut untuk
meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal melalui kegiatan promotif ,
preventif , kuratif , dan rehabilitatif (Depkes RI, 2010).
Salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kesehatan usia lanjut
adalah dengan posyandu lansia. Posyandu lansia adalah pos pelayanan
terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah
disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan (Cahyo Ismawati, 2010; h. 45).
Manfaat yang didapat ketika lansia menghadiri kegiatan posyandu
lansia adalah lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara
hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat
pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi
meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong
8/20/2019 Revisi Prop TA
15/82
4
minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia
(Cahyo Ismawati, 2010; h.55). Selain itu dengan mengikuti posyandu lansia,
mereka menjadi terkontrol kesehatannya sehingga dapat mencapai masa tua
yang sehat, namun apabila mereka tidak mengikuti posyandu lansia maka
kemungkinan terbesar yang dihadapi adalah depresi, karena diakibatkan oleh
perubahan status sosial, kehilangan peran hidup terutama terjadi pada masa
pensiun, bertambahnya penyakit, dan berkurangnya kemandirian sosial
sehingga memicu munculnya depresi pada lansia (R. Siti Maryam dkk, 2008;
h. 50).
Sebelum mereka mengikuti kegiatan posyandu tentunya mereka
terlebih dulu mengetahui mengenai segala hal tentang posyandu. Salah satu
upaya untuk memperkenalkan posyandu, adalah melalui penyuluhan
kesehatan. Dengan strategi tersebut pengetahuan dan sikap akan meningkat,
sehingga akan memudahkan terjadinya perilaku (Notoatmodjo, 2005; h. 28).
Data Badan Pusat Statistik Jawa Tengah melaporkan bahwa usia
harapan hidup pada tahun 2010 adalah 71,40 tahun (Depkes RI, 2010),
sedangkan di Banjarnegara usia harapan hidup pada tahun 2011 sebesar 69,04
tahun (Badan Pusat Statistik Kab. Banjarnegara, 2011).
Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut Provinsi Jawa Tengah tahun
2011 sebesar 51,96% menurun bila dibandingkan cakupan pada tahun 2010
sebesar 52,61% (profil kesehatan Jawa Tengah Tahun 2011). Cakupan
pelayanan kesehatan usia lanjut di Banjarnegara tahun 2011 menunjukkan
8/20/2019 Revisi Prop TA
16/82
5
bahwa sasaran usia lanjut sebanyak 105.243 jiwa dan yang mendapat
pelayanan kesehatan sejumlah 34.442 jiwa atau hanya 32,73%.
Wilayah kerja Puskesmas Banjarnegara 2 memiliki sasaran usia lanjut
sejumlah 4.594 orang, dan yang mendapat pelayanan kesehatan baru sejumlah
225 orang (4,90%), namun cakupan tersebut masih jauh di bawah target
pelayanan kesehatan usia lanjut sebesar 70% (profil kesehatan Banjarnegara
tahun 2011).
Wilayah kerja Puskesmas Banjarnegara 2 memiliki 6 Desa binaan,
Desa tersebut terdiri dari Desa Krandegan, Semarang, Parakancanggah,
Sokanandi, Sokayasa, dan Cendana. Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut
di wilayah kerja Puskesmas Banjarnegara 2 didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 1.1. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Di Wilayah Kerja
Puskesmas Banjarnegara 2 Kabupaten Banjarnegara Bulan Januari-
Oktober 2012
NoDesa/
Kelurahan
Sasaran
Lansia
(60 tahun +)
Rata-Rata Jumlah
Kunjungan Lansia Bulan
Januari-Oktober 2012
%
1. Krandegan 360 61 17
2. Semarang 281 63 22
3. Parakancanggah 878 91 10
4. Sokanandi 1060 59 6
5.
Sokayasa 174 26 156. Cendana 358 18 5
Data tabel 1.1 menunjukkan bahwa Kelurahan Sokanandi merupakan
Kelurahan dengan sasaran lansia terbanyak namun rata-rata jumlah
kunjungan hanya 6%. Di Kelurahan Sokanandi terdapat 3 kelompok lansia,
kelompok PWRI, kelompok Dukuh Karang Lewas, dan kelompok RT 02 RW
8/20/2019 Revisi Prop TA
17/82
6
II. Rata-rata jumlah kunjungan di kelompok PWRI sejumlah 35 orang (43%),
kelompok Dukuh Karang Lewas 15 orang (38%), dan Kelompok RT 02 RW
II 12 orang (48%). Sehingga dari data tersebut kelompok dengan jumlah
kunjungan lansia yang terendah adalah Dukuh Karang Lewas (Kader
Posyandu Lansia Kelurahan Sokanandi).
Kelompok Dukuh Karang Lewas Kelurahan Sokanandi merupakan
salah satu kelompok lansia yang dilaksanakan 1 bulan sekali. Jumlah peserta
yang ikut baru 15 orang (38%). Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada
10 lansia didapatkan 3 orang (30%) mengatakan mengetahui pengertian
posyandu lansia yaitu posyandu untuk warga yang sudah tua, sudah pensiun,
dan berumur 50 tahun ke atas. Mereka mengaku bahwa mereka senang
dengan adanya posyandu lansia kesehatan mereka menjadi terkontrol. Mereka
mengatakan bahwa mereka diajak dan diberitahu oleh kader dan tetangganya
sehingga mengetahui ada kegiatan tersebut. Sedangkan 7 orang (70%)
mengatakan bahwa tidak tahu ada posyandu lansia, tidak tahu kegiatannya,
dan tidak tahu mengenai manfaatnya serta belum pernah mengikutinya,
namun mereka mengatakan apabila ada kegiatan tersebut mereka sangat
menyetujuinya. Mereka mengaku bahwa belum ada yang memberi tahu
mengenai posyandu lansia sehingga mereka tidak tahu tentang kegiatan
tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut
tentang perbedaan pengetahuan dan sikap lansia sebelum dan sesudah
8/20/2019 Revisi Prop TA
18/82
7
penyuluhan tentang posyandu lansia di Dukuh Karang Lewas Kelurahan
Sokanandi tahun 2013.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah dalam karya
tulis ilmiah ini adalah “Adakah perbedaan pengetahuan dan sikap lansia
sebelum dan sesudah penyuluhan tentang posyandu lansia di Dukuh Karang
Lewas Kelurahan Sokanandi tahun 2013?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya perbedaan pengetahuan dan sikap lansia sebelum dan
sesudah penyuluhan tentang posyandu lansia di Dukuh Karang Lewas
Kelurahan Sokanandi Kecamatan Banjarnegara tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya pengetahuan lansia sebelum penyuluhan tentang
posyandu lansia di Dukuh Karang Lewas Kelurahan Sokanandi
Kecamatan Banjarnegara tahun 2013.
b.
Diketahuinya pengetahuan lansia sesudah penyuluhan tentang
posyandu lansia di Dukuh Karang Lewas Kelurahan Sokanandi
Kecamatan Banjarnegara tahun 2013
c. Diketahuinya analisis perbedaan pengetahuan lansia sebelum dan
sesudah penyuluhan tentang posyandu lansia di Dukuh Karang Lewas
Kelurahan Sokanandi Kecamatan Banjarnegara tahun 2013
8/20/2019 Revisi Prop TA
19/82
8
d.
Diketahuinya sikap lansia sebelum penyuluhan tentang posyandu
lansia di Dukuh Karang Lewas Kelurahan Sokanandi Kecamatan
Banjarnegara tahun 2013.
e. Diketahuinya sikap lansia sesudah penyuluhan tentang posyandu
lansia di Dukuh Karang Lewas Kelurahan Sokanandi Kecamatan
Banjarnegara tahun 2013.
f. Diketahuinya analisis perbedaan sikap lansia sebelum dan sesudah
penyuluhan tentang posyandu lansia di Dukuh Karang Lewas
Kelurahan Sokanandi Kecamatan Banjarnegara tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai penelitian tentang
perbedaan pengetahuan dan sikap lansia sebelum dan sesudah diberi
penyuluhan tentang posyandu lansia, sehingga dapat menjadi acuan dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada saat sudah bekerja.
2. Bagi Responden
Memberikan informasi mengenai perbedaan pengetahuan dan sikap lansia
sebelum dan sesudah penyuluhan tentang posyandu lansia, sehingga
responden dapat memberikan informasi kepada teman yang lainnya agar
mau mengikuti posyandu lansia.
3.
Puskesmas Banjarnegara 2
Memberikan informasi mengenai perbedaan pengetahuan dan sikap lansia
sebelum dan sesudah penyuluhan tentang posyandu lansia di Dukuh
8/20/2019 Revisi Prop TA
20/82
9
Karang Lewas Kelurahan Sokanandi sehingga dapat membuat program
penyuluhan rutin kepada lansia.
4. Tenaga Kesehatan
Memberikan informasi mengenai perbedaan pengetahuan dan sikap lansia
sebelum dan sesudah penyuluhan tentang posyandu lansia di Dukuh
Karang Lewas Kelurahan Sokanandi sehingga dapat memberikan
penyuluhan secara rutin.
5.
Bagi Peneliti Lain
Menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, dan wawasan mengenai
perbedaan pengetahuan dan sikap lansia sebelum dan sesudah penyuluhan
tentang posyandu lansia.
8/20/2019 Revisi Prop TA
21/82
10
2. Keaslian Penelitian
Tabel 1.2. Keaslian Penelitian
No Peneliti JudulMetode
penelitianHasil penelitian
1. Henniwati Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pemanfaatan
pelayanan
posyandu lanjut
usia di wilayah
kerja
Puskesmas
Kabupaten
Aceh Timur
Survey
explanatory
dengan analisis
menggunakan
uji chi-square
dan uji regresi
logistik ganda.
Hasil uji chi-square menunjukkan variabel
status perkawinan (p=0,207), pekerjaan
(p=0,077), kualiatas pelayanan (p=0,000),
jarak tempuh (p=0,000), petugas kesehatan
(p=0,000) ada pengaruh dengan
pemanfaatan pelayanan posyandu lanjut
usia, sedangkan variabel umur (p=0,671),
jenis kelamin (p=0,810), pendidikan
(p=0,780), jumlah kader (p=0,833) tidak
ada pengaruh dengan pemanfaatan
pelayanan posyandu lanjut usia.
Berdasarkan hasil uji regresi logistik ganda
diperoleh variabel yang dominan yang
signifikan (p=0,000) berpengaruh terhadap
pemanfaatan pelayanan posyandu lanjut
usia adalah jarak.
2. Yunardi Gambaran
pengetahuan
lanjut usia
tentang
posyandu lansia
Kelurahan
Gunung Sarik
di wilayah kerja
Puskesmas
Belimbing
Padang Tahun
2010
Penelitian ini
menggunakan
metode
Deskriptif
dengan
pendekatan
cross sectional
dan
dilanjutkan uji
statistik
dengan analisis
univariat
Hasil penelitian didapatkan distribusi
frekuensi tingkat pengetahuan lansia
tentang pengertian posyandu lansia yaitu
sedang sebanyak 50 orang (55,6 %), tujuan
posyandu lansia yaitu rendah sebanyak 59
orang (65,6 %), manfaat posyandu lansia
yaitu rendah sebanyak 55 orang (61,1%),
jenis pelayanan yang ada diposyandu
lansia yaitu rendah sebanyak 60 orang
(66,7%) dan diketahuinya 61 orang
(67,8%) berada pada usia pertengahan, 54
orang (60%) berpendidikan SMP dan SD
dan 45 orang (50%) pekerjaan lansia yaitu
Rumah Tangga, serta diketahuinya
pengetahuan lansia secara umum yaitu
sedang sebanyak 49 orang (41,1%).
8/20/2019 Revisi Prop TA
22/82
11
3. Karmila
Dewi
Mareta
Perbedaan
pengetahuan
dan sikap lansia
sebelum dan
sesudah
penyuluhan
tentang
posyandu lansia
di Dukuh
Karang Lewas
Kelurahan
SokanandiKecamatan
Banjarnegara
tahun 2013
Penelitian ini
menggunakan
metode
penelitian
eksperimental
semu dengan
rancangan pre
dan post
ekperimental .
Dalam proses.
8/20/2019 Revisi Prop TA
23/82
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1.
Lanjut Usia (Lansia)
a. Pengertian
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60
tahun (Depkes RI, 2010; h. 6). Seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas (Setianto, 2004 dalam Ferry
Efendi, dkk, 2009 h. 234). Menurut UU No. 13 Tahun 1998 pasal 1
ayat (2), (3), (4) tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
b.
Klasifikasi Lansia
Menurut R. Siti Maryam, dkk (2008, h. 33) ada lima klasifikasi
pada lansia, yaitu
1) Pra lansia ( prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3)
Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih, atau seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes
RI, 2003).
12
8/20/2019 Revisi Prop TA
24/82
13
4)
Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
5) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
c. Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat (1999) dalam Siti Maryam, dkk (2008; h.
33), lansia memliki karakteristik sebagai berikut:
1)
Berusia lebih dari 60 tahun.
2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari
kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif .
3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
d. Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan.
8/20/2019 Revisi Prop TA
25/82
14
2)
Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi
undangan.
3) Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama,
dan melakukan kegiatan apa saja.
4)
Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,
pengkritik, dan banyak menuntut.
5) Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif ,
tipe dipenden (kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe
militan dan serius, tipe pemarah atau frustasi (kecewa akibat
kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa.
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang
dinilai berdasarkan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari,
para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu lansia
yang mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan
langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan tidak
8/20/2019 Revisi Prop TA
26/82
15
lansung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia di panti
wreda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan
gangguan mental (R. Siti Maryam, 2008; h. 33-34).
2. Penyuluhan Kesehatan
a. Pengertian
Menurut Effendy (1998; h. 232) pengertian pendidikan
kesehatan identik dengan penyuluhan kesehatan, karena keduanya
berorientasi kepada perubahan perilaku yang diharapkan, yaitu
perilaku sehat, sehingga mempunyai kemampuan mengenal masalah
kesehatan dirinya, keluarganya, dan kelompoknya dalam
meningkatkan kesehatannya.
Menurut Azrul Anwar dalam Effendy (1998; h. 232)
penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti tetapi juga mau dan
bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungan dengan kesehatan.
Menurut Depkes dalam Effendy (1998; h. 233) penyuluhan
kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan,
dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan
melakukan apa yang bisa dilakukan secara perseorangan maupun
secara kelompok dan meminta pertolongan bila perlu.
8/20/2019 Revisi Prop TA
27/82
16
b.
Tujuan
Tujuan dari penyuluhan kesehatan adalah
1) Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan
masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan
lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.
2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik,
mental, dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan
dan kematian.
3) Untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam
bidang kesehatan.
(Effendy, 1998; h. 233-234)
c. Sasaran
Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
1) Individu
Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan,
yang dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, Puskesmas, rumah
bersalin, posyandu, keluarga binaan, dan masyarakat binaan.
8/20/2019 Revisi Prop TA
28/82
17
2)
Keluarga
Keluarga binaan yang mempunyai masalah kesehatan dan
keperawatan yang tergolong dalam keluarga-keluarga risiko
tinggi.
3) Kelompok
Kelompok-kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam
penyuluhan kesehatan masyarakat adalah:
a)
Kelompok ibu hamil.
b)
Kelompok ibu yang memiliki anak balita.
c)
Kelompok pasangan usia subur dengan risiko tinggi
kebidanan.
d) Kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah
kesehatan, seperti kelompok usia lanjut, wanita tunasusila,
kelompok remaja yang terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika.
e) Kelompok masyarakat yang ada di berbagai institusi
pelayanan kesehatan seperti masyarakat sekolah, pekerja-
pekerja dalam perusahaan.
4) Masyarakat
Masyarakat yang menjadi sasaran dalam penyuluhan
kesehatan adalah:
a) Masyarakat binaan Puskesmas.
b) Masyarakat nelayan.
8/20/2019 Revisi Prop TA
29/82
18
c)
Masyarakat pedesaan.
d)
Masyarakat yang datang ke institusi pelayanan kesehatan
seperti Puskesmas, posyandu yang diberikan penyuluhan
kesehatan secara massal.
e) Masyarakat luas yang terkena masalah kesehatan.
(Effendy, 1998; h. 235)
d. Hasil yang diharapkan
Hasil yang diharapkan dalam penyuluhan kesehatan
masyarakat adalah terjadinya perubahan sikap dan perilaku dari
individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat untuk dapat
menanamkan prinsip-prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Effendy, 1998; h.
235).
e. Tempat penyelenggaraan
Penyelenggaraan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan di
berbagai tempat, diantaranya adalah:
1) Di dalam institusi pelayanan
Dapat dilakukan di rumah sakit, Puskesmas, rumah bersalin,
klinik, dan sebagainya, yang dapat diberikan secara langsung
kepada individu maupun kelompok mengenai penyakit,
perawatan, pencegahan penyakit dan sebagainya. Tetapi dapat
juga diberikan secara tidak langsung misalnya melalui poster,
gambar-gambar, dan sebagainya.
8/20/2019 Revisi Prop TA
30/82
19
2)
Di masyarakat
Penyuluhan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan
melalui pendekatan edukatif terhadap keluarga dan masyarakat
binaan secara menyeluruh dan terorganisasi sesuai dengan
masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh
masyarakat. Agar penyuluhan kesehatan di masyarakat dapat
mencapai hasil yang diharapkan diperlukan perencanaan yang
matang dan terarah sesuai dengan tujuan program penyuluhan
kesehatan masyarakat berdasarkan kebutuhan kesehatan
masyarakat setempat (Effendy, 1998; h. 235).
f. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyuluhan menurut Effendy (1998; h. 236-
242) meliputi 3 aspek yaitu:
1) Sasaran penyuluhan kesehatan
Sasaran penyuluhan kesehatan adalah individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat yang dijadikan subjek dan objek
perubahan perilaku, sehingga diharapkan dapat memahami,
menghayati, dan mengaplikasikan cara-cara hidup sehat dalam
kehidupan sehari-harinya.
Banyak faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran
dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan, diantaranya adalah:
a) Tingkat pendidikan.
b) Tingkat sosial ekonomi.
8/20/2019 Revisi Prop TA
31/82
20
c)
Adat istiadat.
d)
Kepercayaan masyarakat.
e) Ketersediaan waktu dari masyarakat.
2) Materi/ pesan
Materi atau pesan yang akan disampaikan kepada
masyarakat hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan
dan keperawatan dari individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan
langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya:
a)
Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat
dalam bahasa kesehariannya.
b) Materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti
oleh sasaran.
c) Dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan alat
peraga untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik
perhatian sasaran.
d) Materi atau pesan yang disampaikan merupakan kebutuhan
sasaran dalam masalah kesehatan dan keperawatan yang
mereka hadapi.
3) Metode
Metode yang dipakai dalam penyuluhan kesehatan
hendaknya metode yang dapat mengembangkan komunikasi dua
arah antara yang memberikan penyuluhan terhadap sasaran,
8/20/2019 Revisi Prop TA
32/82
21
sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan
yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami,
diantaranya metode curah pendapat, diskusi, demonstrasi,
simulasi, bermain peran, dan sebagainya.
Dari metode yang dapat dipergunakan dalam penyuluhan
kesehatan masyarakat, dapat dikelompokkan dalam dua macam
metode, yaitu:
a)
Metode didaktik
Pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang
melakukan penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran yang
bersifat pasif dan tidak diberikan kesempatan untuk ikut serta
mengemukakan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan-
pertanyaan apapun. Proses penyuluhan yang terjadi bersifat
satu arah.
Adapun yang termasuk dalam metode didaktik adalah:
(1) Secara langsung melalui ceramah
(2) Secara tidak langsung
(a)
Poster
(b) Media cetak (majalah, buletin, surat kabar)
(c) Media elektronik (radio, televisi)
8/20/2019 Revisi Prop TA
33/82
22
b)
Metode sokratik
(1)
Secara langsung
(a) Diskusi
Diskusi kelompok adalah pembicaraan
yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang
suatu topik pembicaraan diantara 15-20 peserta
dengan seorang pemimpin diskusi kelompok yang
telah ditunjuk.
(b)
Curah pendapat
Curah pendapat adalah suatu bentuk
pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing-
masing peserta dan evaluasi atas pendapat-
pendapat tadi dilakukan kemudian.
(c) Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu cara untuk
menunjukkan pengertian, ide, dan prosedur tentang
sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti
untuk memperlihatkan bagaimana cara
melaksanakan tindakan, adegan dengan
menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan
terhadap kelompok yang tidak terlalu besar
jumlahnya.
8/20/2019 Revisi Prop TA
34/82
23
(d)
Bermain peran
Bermain peran adalah memerankan sebuah
situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa
diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau
lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh
kelompok.
(e) Simposium
Simposium adalah serangkaian ceramah
yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik
yang berlainan tetapi saling berhubungan.
(f) Seminar
Seminar adalah suatu cara dimana
kelompok orang berkumpul untuk membahas suatu
masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang
menguasai bidangnya.
(g) Studi kasus
Studi kasus adalah sekumpulan situasi
masalah yang sedetailnya, yang memungkinkan
kelompok menganalisis masalah itu. Permasalahan
tersebut merupakan bagian dari kehidupan yang
mengandung diagnosis, pengobatan, dan
perawatan. Dapat disampaikan secara lisan maupun
tertulis, drama, film, dapat juga berupa rekaman.
8/20/2019 Revisi Prop TA
35/82
24
(2)
Secara tidak langsung
(a)
Penyuluhan kesehatan melalui telepon
(b) Satelit komunikasi
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyuluhan
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu penyuluhan
kesehatan masyarakat menurut Effendy (1998; h. 247-248), apakah itu
dari penyuluh, sasaran atau dalam proses penyuluhan itu sendiri.
1)
Faktor penyuluh
a)
Kurang persiapan.
b)
Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan.
c) Penampilan kurang meyakinkan sasaran.
d) Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran
karena terlalu banyak menggunakan istilah – istilah asing.
e) Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar.
f) Penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga
membosankan.
2) Faktor sasaran
a)
Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerima
pesan yang disampaikan.
b) Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu
memperhatikan pesan – pesan yang disampaikan, karena lebih
memikirkan kebutuhan – kebutuhan lain yang lebih mendesak.
8/20/2019 Revisi Prop TA
36/82
25
c)
Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam
sehingga sulit untuk mengubah
d) Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak
mungkin terjadi perubahan perilaku.
3) Faktor proses dalam penyuluhan
a) Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang
diinginkan sasaran.
b)
Tempat penyuluhan dilakukan dekat tempat keramaian
sehingga mengganggu proses penyuluhan kesehatan yang
dilakukan.
c) Jumlah sasaran yang mendengarkan penyuluhan terlalu
banyak sehingga sulit untuk menarik perhatian dalam
memberikan penyuluhan.
d) Alat peraga dalam memberikan penyuluhan kurang ditunjang
oleh alat peraga yang dapat mempermudah pemahaman
sasaran.
e) Metode yang digunakan kurang tepat sehingga membosankan
sasaran untuk mendengarkan penyuluhan yang disampaikan.
f) Bahasa yang dipergunakan sulit dimengerti oleh sasaran,
karena tidak menggunakan bahasa keseharian sasaran.
8/20/2019 Revisi Prop TA
37/82
26
3.
Pengetahuan
a.
Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2005; h. 50).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penghidung, perasa, dan peraba. Tetapi
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Ferry Efendi, dkk. 2009; h. 101).
b. Tingkatan pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005, h. 50-52), pengetahuan
seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang
berbeda-beda. Secara garis besar dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut
harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang
diketahui tersebut.
8/20/2019 Revisi Prop TA
38/82
27
3)
Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau
objek yang diketahui.
5)
Sintesis ( syntesis)
Sintesis menunjukkan sesuatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis
dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan
kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
8/20/2019 Revisi Prop TA
39/82
28
c.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
1)
Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah
cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat
dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat
informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
(A. Wawan dan Dewi M, 2010; h. 16).
b)
Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),
pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarganya (A. Wawan dan
Dewi M, 2010; h. 17).
c)
Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003),
usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut
Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
8/20/2019 Revisi Prop TA
40/82
29
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang
lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi
kedewasaannya (A. Wawan dan Dewi M, 2010; h. 17).
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam
(2003), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada
disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau
kelompok (A. Wawan dan Dewi M, 2010; h. 18).
b) Informasi
Pengetahuan dapat diperoleh melalui kenyataan
(fakta) dengan melihat dan mendengar sendiri serta melalui
alat komunikasi, misalnya surat kabar, radio, dan televisi.
Sedangkan sumber informasi yang paling bagus adalah
melalui tenaga kesehatan karena lebih fokus kepada pokok
permasalahan (Notoatmodjo, 2005; h. 56).
c)
Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (A.
Wawan dan Dewi M, 2010; h. 18).
8/20/2019 Revisi Prop TA
41/82
30
d.
Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan dan Dewi (2010; h.
18) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan
dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
1) Baik : hasil presentase 76%-100%
2) Cukup : hasil presentase 56%-75%
3) Kurang : hasil presentase
8/20/2019 Revisi Prop TA
42/82
31
2)
Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya
bagaimana penilaian orang tersebut terhadap objek.
3) Kecenderungan untuk bertindak, artinya sikap adalah merupakan
komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap
adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka.
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk
sikap yang utuh. Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti
halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat
berdasarkan intensitasnya sebagai berikut:
1) Menerima (receiving )
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima
stimulus yang diberikan (objek).
2)
Menanggapi (responding )
Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3) Menghargai (valuing )
Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai
yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya
dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau
menganjurkan orang lain merespon.
8/20/2019 Revisi Prop TA
43/82
32
4)
Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab
terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah
mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus
berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan
atau adanya resiko lain (Notoatmodjo, 2005; h. 54).
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Dalam Wawan dan Dewi (2010; h. 35), faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap antara lain:
1)
Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.
Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman
pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap
yang konformis atau searah dengan sikap orang yang diangggap
penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan
untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting
tersebut.
8/20/2019 Revisi Prop TA
44/82
33
3)
Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat,
karena kebudayaan yang memberi pengalaman individu-individu
masyarakat.
4) Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan
secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,
akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
5)
Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan
lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan, tidaklah
mengherankan jikalau pada gilirannya konsep tersebut
mempengaruhi sikap.
6) Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan
yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
c. Cara Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan
sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang
mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap.
Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif
8/20/2019 Revisi Prop TA
45/82
34
mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau
memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan
yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi
hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersiifat tidak mendukung
maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut
dengan pernyataan tidak favourable (Azwar, 2005) dalam Wawan dan
Dewi (2010, h. 37).
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat/
pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung
dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian
ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo,
2003) dalam Wawan dan Dewi (2010, h. 37).
d. Pengukuran Sikap
Salah satu teknik pengukuran sikap adalah dengan
menggunakan skala Likert . Skala Likert menggunakan teknik
konstruksi tes. Masing-masing responden diminta melakukan
egreement atau disegreement nya untuk masing-masing item dalam
skala yang terdiri dari 4 point (sangat setuju, setuju, tidak setuju,
sangat tidak setuju). Semua item yang favorable kemudian diubah
nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 4 sedangkan
untuk yang sangat tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya untuk item yang
8/20/2019 Revisi Prop TA
46/82
35
unfavorable nilai skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang
sangat tidak setuju nilainya 4 (Hidayat, 2011; h. 102).
Cara interpretasi dapat berdasarkan prosentase sebagai berikut:
1) Sangat baik : 76-100%
2) Baik : 51-75%
3) Tidak baik : 26-50%
4) Sangat tidak baik : 0-25%
(Hidayat, 2011; h. 103)
e.
Faktor-Faktor Perubah Sikap
Dalam Wawan dan Dewi (2010; h.42) perubahan sikap
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:
1) Sumber dari pesan
a)
Sumber pesan dapat berasal dari seseorang, kelompok,
institusi.
b) Dua ciri penting dari sumber pesan:
(1) Kredibilitas
Semakin percaya dengan orang yang mengirimkan
pesan, maka kita akan semakin menyukai untuk
dipengaruhi oleh pemberi pesan.
(2) Daya tarik
Kredibilitas masih perlu ditambah daya tarik agar lebih
persuatif .
8/20/2019 Revisi Prop TA
47/82
36
2)
Pesan (isi pesan)
a)
Umumnya berupa kata-kata dan simbol-simbol lain yang
menyampaikan informasi.
b) Tiga hal yang berkaitan dengan isi pesan:
(1) Usulan
(a) Suatu pernyataan yang kita terima secara tidak kritis.
(b) Pesan dirancang dengan harapan orang akan
percaya, membentuk sikap, dan terhasut dengan apa
yang dikatakan tanpa melihat faktanya.
(2)
Menakuti
(a) Cara lain untuk membujuk adalah dengan menakut-
nakuti.
(b)
Jika terlalu berlebihan maka orang akan menjadi
takut, sehingga informasi justru dijauhi.
(3) Pesan satu sisi dan dua sisi
(a) Pesan satu sisi paling efektif jika orang dalam
keadaan netral atau sudah menyukai suatu pesan.
(b)
Pesan dua sisi lebih disukai untuk mengubah
pandangan yang bertentangan.
8/20/2019 Revisi Prop TA
48/82
37
3)
Penerima pesan
Beberapa ciri penerima pesan:
a) Influenceability
Sifat kepribadian seseorang tidak berhubungan dengan
mudahnya seseorang untuk dibujuk, meski demikian:
(1) Anak-anak lebih mudah dipengaruhi daripada orang
dewasa.
(2)
Orang berpendidikan rendah lebih mudah dipengaruhi
daripada orang yang berpendidikan tinggi.
b)
Arah perhatian dan penafsiran
(1) Pesan akan berpengaruh pada penerima, tergantung dari
persepsi dan penafsirannya.
(2)
Yang terpenting pesan yang dikirim ke tangan orang
pertama, mungkin dapat berbeda jika info sampai ke
penerima kedua.
5. Posyandu Lansia
a. Landasan Hukum
1)
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2) Undang-undang RI No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia.
3) Undang-undang RI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia (HAM).
8/20/2019 Revisi Prop TA
49/82
38
4)
Undang-undang RI No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial.
5) Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
6) Peraturan Pemerintah RI No. 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan
Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia.
7) Keputusan Presiden No. 52 Tahun 2004 tentang Komisi Nasional
Lanjut Usia.
8)
Keputusan Menkokesra No. 15/ Kep/ Menko/ Kesra/ IX/ 1994
tentang Panitia Nasional Pelembagaan Lanjut Usia dalam
Kehidupan Bangsa.
9) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pembentukan Kerja Operasional Pembinaan Pos
Pelayanan Terpadu.
10) Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk Kesejahteraan Lanjut Usia
2003-2008 dan 2009-2014. (Depkes RI, 2010; h. 5)
b. Pengertian
1) Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
8/20/2019 Revisi Prop TA
50/82
39
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes
RI, 2011; h. 11).
2) Posyandu lansia
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah
suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat, yang
proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh
masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non pemerintah,
swasta, organisasi sosial, dan lain-lain, dengan menitik beratkan
pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif .
Disamping pelayanan kesehatan, di posyandu lanjut usia juga
dapat diberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan,
ketrampilan, olah raga dan seni budaya serta pelayanan lain yang
dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka meningkatkan kualitas
hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan mereka.
Selain itu mereka dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi
diri (Depkes RI, 2010; h. 6).
c. Tujuan pembentukan
Tujuan pembentukan posyandu lansia adalah:
1) Tujuan Umum
a) Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan
kesehatan usia lanjut di masyarakat, untuk mencapai masa tua
yang bahagia dan berdaya guna bagi keluarga.
8/20/2019 Revisi Prop TA
51/82
40
b)
Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta
masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping
meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
2) Tujuan Khusus
a) Meningkatkan kesadaran pada lansia.
b) Membina kesehatan dirinya sendiri.
c) Meningkatkan mutu kesehatan lansia.
d)
Meningkatkan pelayanan kesehatan lansia.
(Cahyo Ismawati, 2010; 46)
d.
Sasaran Posyandu Lansia
Sasaran posyandu lansia adalah:
1) Sasaran langsung
a)
Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun).
b) Kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas).
c) Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas).
2) Sasaran tidak langsung
a) Keluarga dimana usia lanjut berada.
b)
Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut.
c) Masyarakat luas
(Cahyo Ismawati, 2010; h. 45-46).
8/20/2019 Revisi Prop TA
52/82
41
e.
Penyelenggaraan posyandu lansia
1)
Waktu penyelenggaraan
Posyandu buka satu kali dalam sebulan. Hari dan waktu
yang dipilih, sesuai dengan hasil kesepakatan.
2) Tempat penyelenggaraan
Tempat penyelenggaraan kegiatan posyandu sebaiknya
berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat.
Tempat penyelenggaraan tersebut dapat di salah satu rumah
warga, halaman rumah, balai desa/ kelurahan, balai RW/ RT/
dusun, salah satu kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran,
atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh
masyarakat.
3)
Penyelenggaraan kegiatan
Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan digerakkan
oleh kader posyandu dengan bimbingan teknis dari Puskesmas
dan sektor terkait. Pada saat penyelenggaraan posyandu minimal
jumlah kader adalah 5 (lima) orang. Jumlah ini sesuai dengan
jumlah meja serta para penanggungjawab pelaksanaannya secara
sederhana. Kegiatan yang dilaksanakan pada setiap meja serta
para penanggungjawab pelaksanaan dapat diuraikan sebagai
berikut :
Meja 1 : pendaftaran yang dilakukan oleh kader.
Meja 2 : penimbangan yang dilakukan oleh kader.
8/20/2019 Revisi Prop TA
53/82
42
Meja 3 : pengisian KMS serta pemeriksaan kesehatan oleh
kader atau petugas kesehatan.
Meja 4 : penyuluhan yang dilakukan kader.
Meja 5 : pelayanan kesehatan oleh petugas kesehatan.
f. Kegiatan posyandu lansia
Kegiatan posyandu lansia ini mancakup upaya-upaya
perbaikan dan peningkatan kesehatan masyarakat, meliputi:
1)
Promotif
Yaitu upaya peningkatan kesehatan, misalnya penyuluhan
perilaku hidup sehat, gizi usia lanjut dalam upaya meningkatkan
kesegaran jasmani.
2) Preventif
Yaitu upaya pencegahan penyakit, mendeteksi dini adanya
penyakit dengan menggunakan KMS lansia.
3) Kuratif
Yaitu upaya mengobati penyakit yang sedang diderita lansia.
4) Rehabilitatif
Yaitu upaya mengembalikan kepercayaan diri pada lansia.
(Cahyo Ismawati, 2010; h. 47).
g. Peran serta lansia
Para lansia diharapkan dapat bersama-sama mewujudkan kesehatan
dengan cara:
1) Berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan.
8/20/2019 Revisi Prop TA
54/82
8/20/2019 Revisi Prop TA
55/82
44
c)
Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan
dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks
Masa Tubuh (IMT).
d) Pengukuran tekanan darah mengguanakan tensimeter dan
stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
e) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist , sahli atau
cuprisulfat .
f)
Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit gula.
g)
Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni
sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.
h) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan
atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan.
i) Penyuluhan kesehatan.
j) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dapat dilakukan
sesuai kebutuhan dan kondisi setempat dengan
memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut.
k)
Kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan
santai untuk meningkatkan kebugaran.
(Cahyo Ismawati, 2010; h. 53).
2) Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah sebuah kartu catatan
tentang perkembangan status kesehatan yang dipantau setiap
8/20/2019 Revisi Prop TA
56/82
45
kunjungan ke posyandu lansia atau berkunjung ke Puskesmas
yang meliputi pemantuan kesehatan fisik dan emosional serta
deteksi dini atas penyakit atau ancaman kesehatan yang dihadapi
lansia.
Pemeriksaan yang dicatat dalam KMS Lansia adalah
sebagai berikut:
a) Grafik Indeks Masa Tubuh (IMT) tentang berat badan dan
tinggi badan (pemeriksaan status gizi).
b)
Pemeriksaan aktivitas sehari-hari (kegiatan dasar seperti
mandi, makan, minum, dan sebagainya).
c) Pemeriksaan status mental dan emosional yang dilakukan
oleh dokter.
d)
Pengukuran tekanan darah.
e) Pemeriksaan hemoglobin.
f) Reduksi untuk kadar gula pada air seni sebagai deteksi
penyakit kencing manis.
g) Pemeriksaan protein urin guna deteksi dini penyakit ginjal.
h)
Catatan keluhan dan tindakan. Bila ada permasalahan
kesehatan yang perlu untuk rujukan ke Puskesmas.
Selain pencatatan tersebut terdapat anjuran untuk hidup sehat yang
digunakan untuk penyuluhan yang disampaikan setiap selesai
pemeriksaan kesehatan.
(Cahyo Ismawati, 2010; h. 53-54).
8/20/2019 Revisi Prop TA
57/82
46
3)
Pemberian makanan tambahan (PMT)
Kegiatan PMT bagi lansia ini dilaksanakan sebagai usaha
untuk meningkatkan mutu gizi bagi masyarakat, dalam hal ini
adalah lansia. Peran kader posyandu dalam pelaksanaan PMT ini
adalah penting. Kader posyandu bertugas untuk mengatur
pelaksaan program pemberian makanan tambahan agar dapat
berjalan dengan lancar, tertib, tepat waktu, dan terencana. Kader
juga mempunyai tugas untuk melakukan pembelian bahan
makanan yang akan diolah menjadi makanan yang mempunyai
gizi seimbang. Adapun pemilihan menu disesuaikan dengan
keadaan fisiologis dan sistem pencernaan lansia. Menu masakan
yang non kolesterol maupun yang bersifat vegetarian dapat
digunakan sebagai makanan tambahan untuk lansia (Cahyo
Ismawati, 2010; h. 54).
4) Penyuluhan kesehatan
Materi penyuluhan kesehatan bisa berupa:
a) Makanan sehat untuk lansia
b)
Menu harian manula
c) Cara hidup sehat pada lansia
d) Pencegahan beberapa penyakit
(Cahyo Ismawati, 2010; h. 52-54).
8/20/2019 Revisi Prop TA
58/82
47
i.
Manfaat Dari Posyandu Lansia
Pelayanan yang dilakukan di posyandu merupakan pelayanan
ujung tombak dalam penerapan kebijakan pemerintah untuk
pencapaian lanjut usia sehat, mandiri, dan berdaya guna. Oleh karena
itu arah dari kegiatan posyandu tidak boleh lepas dari konsep active
aging atau menua secara aktif. Active aging adalah proses optimalisasi
peluang kesehatan, partisipasi dan keamanan untuk meningkatkan
kualitas hidup di masa tua. Jika seseorang sehat dan aman, maka
kesempatan berpartisipasi bertambah besar. Masa tua bahagia dan
berdaya guna tidak hanya fisik tetapi meliputi emosi, intelektual,
sosial, vokasional dan spiritual.
1) Fisik
Mampu menjaga kesehatan fisik, melalui kebiasaan makan yang
baik, olah raga teratur, perawatan kesehatan serta menggunakan
pelayanan kesehatan yang sesuai.
2) Emosional
Mampu mengekspresikan perasaannya dan dapat menerima
perasaan orang lain, serta memandang hidup secara positif,
kemampuan untuk membentuk hubungan dengan orang lain
didasarkan komitmen bersama, kepercayaan, dan rasa hormat
adalah bagian penting dari kesehatan emosional.
8/20/2019 Revisi Prop TA
59/82
48
3)
Intelektual
Mampu mempertahankan kemampuan intelektualnya melalui
pendidikan formal maupun informal, serta kegiatan kognitif
lainnya, misalnya membaca, menulis, dan melukis, berbagi
pengetahuan dan skill dengan orang lain.
4) Sosial
Berkontribusi terhadap lingkungan dan masyarakat, saling
ketergantungan dengan orang lain dan alam, maupun hidup
berdampingan secara harmonis dengan seksama dalam kehidupan
sosial.
5) Vokasional
Mampu memberdayakan diri dalam berbagai aktivitas, baik
sebagai relawan maupun pekerjaan yang membuahkan
penghasilan sehingga memperoleh kepuasan.
6) Spiritual
Mampu menghargai dan mensyukuri hidup dan kehidupan
(Depkes RI, 2010; h. 14-15).
j.
Kendala pelaksanaan posyandu lansia
Beberapa kendala yang dihadapi oleh para lansia dalam
mengikuti kegiatan posyandu lansia ini, antara lain:
1) Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu
Pengetahuan lansia mengenai manfaat posyandu ini dapat
diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-
8/20/2019 Revisi Prop TA
60/82
49
harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu lansia, lansia
akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup
sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang
melekat pada mereka.
Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi
meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat
mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti
kegiatan posyandu lansia.
2)
Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit
dijangkau
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah
menjangkau posyandu tanpa mengalami kelelahan atau
kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik
tubuh.
Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini
berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi
lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk
menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan
atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong
minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu
lansia.
8/20/2019 Revisi Prop TA
61/82
50
3)
Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun
mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong
minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu
lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila
selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar
lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal
posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala
permasalahan bersama lansia.
4)
Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas
merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut,
lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang
diadakan di posyandu lansia.
5) Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan posyandu lansia
Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan di posyandu
lansia dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang, yaitu tempat
kegiatan, meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan,
timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan, stetoskop,
tensimeter, peralatan laboratorium sederhana, termometer, Kartu
Menuju Sehat (KMS)
(Cahyo Ismawati, 2010; h. 55-57).
8/20/2019 Revisi Prop TA
62/82
51
k.
Tugas dan tanggung jawab para pelaksana
Terselenggaranya pelayanan posyandu melibatkan banyak
pihak. Adapun tugas dan tanggungjawab masing-masing pihak dalam
menyelenggarakan posyandu adalah sebagai berikut:
a) Kader
(1) Sebelum hari buka posyandu
(a) Menyebarluaskan hari buka posyandu melalui
pertemuan warga setempat.
(b)
Mempersiapkan tempat pelaksanaan posyandu.
(c)
Mempersiapkan sarana posyandu.
(d) Melakukan pembagian tugas antar kader.
(e) Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas
lainnya.
(f) Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan.
(2) Pada hari buka posyandu
(a) Melaksanakan pendaftaran pengunjung posyandu.
(b) Melaksanakan penimbangan.
(c)
Mencatat hasil penimbangan di KMS dan mengisi buku
register posyandu.
(d) Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling
kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil penimbangan
serta memberikan PMT.
8/20/2019 Revisi Prop TA
63/82
52
(e)
Membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kewenangannya.
(f) Setelah pelayanan posyandu selesai, kader bersama
petugas kesehatan melengkapi pencatatan dan
membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut.
(3) Di luar hari buka posyandu
(a) Mengadakan pemutakhiran data sasaran posyandu.
(b)
Melakukan tindak lanjut terhadap sasaran yang tidak
datang dan sasaran yang memerlukan penyuluhan
lanjutan.
(c) Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar
berkunjung ke posyandu saat hari buka.
(d)
Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh
masyarakat, dan menghadiri pertemuan rutin
kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan.
(Depkes RI, 2011; h. 31-35).
b) Petugas Puskesmas
Kehadiran tenaga kesehatan puskesmas yang
diwajibkan di posyandu satu kali dalam sebulan. Dengan
perkataan lain kehadiran tenaga kesehatan puskesmas tidak
pada setiap hari buka posyandu (untuk posyandu yang buka
lebih dari 1 kali dalam sebulan). Peran petugas puskesmas
pada hari buka antara lain sebagai berikut :
8/20/2019 Revisi Prop TA
64/82
53
(1)
Membimbing kader dalam penyelenggaraan posyandu.
(2)
Menyelenggarakan pelayanan posyandu dengan sistem 5
(lima) meja.
(3) Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling.
(4) Menganalisa hasil kegiatan posyandu, melaporkan
hasilnya kepada Puskesmas serta menyusun rencana
kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan
kebutuhan posyandu.
(5)
Melakukan deteksi dini tanda bahaya umum serta
melakukan rujukan ke Puskesmas apabila dibutuhkan
(Depkes RI, 2011; h. 31-35).
8/20/2019 Revisi Prop TA
65/82
54
B. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Cahyo Ismawati (2010), Notoatmodjo (2005), Notoatmodjo (2007),
Wawan dan Dewi (2010).
Yang diteliti
Penyuluhan
Pengetahuan
dipengaruhi oleh:
a. Umur
b. Pendidikan
c. Pekerjaan
d. Informasi
e. Lingkungan
f. Sosial budaya
Sikap dipengaruhi
oleh:
a. Pengalaman
b. Kebudayaan
c. Media massa
d. Lembaga
pendidikane. Faktor
emosional
Mengikuti
posyandu lansia
8/20/2019 Revisi Prop TA
66/82
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara
variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmodjo, 2010; h. 83).
Variabel Bebas Perlakuan Variabel Terikat
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Pengetahuan sebelum
penyuluhan
Pengetahuan sesudah
penyuluhan
Sikap sebelum
penyuluhan
Sikap sesudah
penyuluhan
Penyuluhan
Penyuluhan
55
8/20/2019 Revisi Prop TA
67/82
8/20/2019 Revisi Prop TA
68/82
57
2. Sikap Reaksi atau respon
lansia terhadap
posyandu lansia
sebelum dan
sesudah penyuluhan.
1. Sangat baik :
76-100%
2.
Baik : 51-75%
3. Tidak baik : 26-
50%
4. Sangat tidak
baik : 0-25%
Kuesioner Ordinal
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian (Notoatmodjo,
2010; h. 105). Hipotesis dalam penelitian ini adalah
a. Ada perbedaan pengetahuan lansia sebelum dan sesudah pemberian
penyuluhan tentang posyandu lansia.
b. Ada perbedaan sikap lansia sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan
tentang posyandu lansia.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Dukuh Karang Lewas
Kelurahan Sokanandi Banjarnegara.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012, dimulai
dari studi pendahuluan, penyusunan proposal, seminar proposal,
penelitian, dan ujian tugas akhir yang dilaksanakan sampai bulan Juni
2013.
8/20/2019 Revisi Prop TA
69/82
58
F. Rancangan Penelitian
1.
Jenis/ desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian analitik quasi experiment
dengan pre-posttest eksperimental yaitu pengungkapan hubungan sebab
dan akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok
subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi
lagi setelah intervensi (Nursalam, 2009; h. 85).
Pretest Perlakuan Posttest
X1 Y X2
Keterangan
X1 `:nilai pengukuran pertama
Y : perlakuan
X2 : nilai pengukuran kedua (Notoatmodjo, 2010; h. 62)
Penelitian ini ditujukan untuk membuat analisa perbedaan
pengetahuan dan sikap lansia sebelum dan sesudah penyuluhan tentang
posyandu lansia.
2.
Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti tersebut (Notoatmodjo, 2010; h. 79). Populasi dalam penelitian
ini adalah semua lansia di Dukuh Karang Lewas Kelurahan Sokanandi
Kecamatan Banjarnegara tahun 2012 yaitu 37 orang.
8/20/2019 Revisi Prop TA
70/82
59
b.
Sampel
Sampel adalah keseluruhan objek yang akan diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010; h. 115).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total
sampling yaitu diambil keseluruhan sampel yang ada di lapangan.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 37 responden.
c. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu
dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai
sampel. Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi
yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010; h. 130).
1) Kriteria Inklusi
a)
Lansia yang berada di tempat pada saat penelitian.
b) Lansia yang bersedia menjadi responden.
2) Kriteria Eksklusi
Lansia yang sedang sakit
3. Teknik Pengumpulan Data
a.
Teknik pengumpulan data
1) Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh
objek yang diteliti (Rianto Adi, 2004; h. 57). Data primer dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengetahui
8/20/2019 Revisi Prop TA
71/82
8/20/2019 Revisi Prop TA
72/82
61
7)
Pada saat pretest dan posttest , peneliti dan kader melakukan
pendampingan bagi lansia yang tidak bisa membaca dan menulis
maupun bagi lansia yang membutuhkan bantuan.
4. Instrumen Penelitian
a. Instrumen penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data
(Notoatmodjo, 2010; h. 87). Dalam penelitian ini instrumen penelitian
menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan untuk
mengukur pengetahuan dan sikap yang dimiliki responden. Selain itu
juga menggunakan power point sebagai media penyuluhan.
Tabel 3.2. Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner
No Variabel Indikator Keterangan Jumlah
1.
Pengetahuan 1.
Pengertian posyandu lansia2. Sasaran posyandu lansia
3.
Tujuan pembentukan
posyandu lansia
4. Pelaksanaan posyandu
lansia
5. Pelaksana posyandu lansia
6. Tugas pelaksana posyandu
lansia
7. Kegiatan posyandu lansia
8.
Materi penyuluhan pada posyandu lansia
9. KMS lansia
10. Manfaat posyandu lansia
11. Pelayanan di posyandu
lansia
12. Sarana pelaksanaan
posyandu lansia
Soal no. 1Soal no. 2
Soal no. 3
Soal no. 4, 5
Soal no. 6,7
Soal no. 8, 9,
10
Soal no.11, 12,
13, 14
Soal no. 15
Soal no. 16, 17
Soal no. 18
Soal no. 19
Soal no. 20
11
1
2
2
3
4
1
2
1
1
1
Jumlah total 20
8/20/2019 Revisi Prop TA
73/82
62
2. Sikap 1. Peserta posyandu lansia.
2. Pelaksanaan posyandu
lansia.3. Kegiatan posyandu lansia.
4. KMS lansia.
5. Sarana posyandu lansia
6.
Manfaat posyandu lansia.
7. Kendala posyandu lansia
Soal no. 1, 2
Soal no. 3, 4,
Soal no. 5,6
Soal no. 7
Soal no. 8
Soal no. 9
Soal no. 10
2
2
2
1
1
1
1
Jumlah total 10
b.
Validitas dan Reliabilitas
1) Uji validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur
itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010;
h. 164). Dalam penelitian ini menggunakan rumus Pearson
Product Moment, setelah itu diuji dengan menggunakan uji t lalu
baru dilihat penafsiran dari indeks korelasinya. Rumus Pearson
Product Moment:
r hitung = (∑ )(∑ )(∑ )
√ [∑ (∑ )][∑ (∑ )]
Keterangan :
r hitung : koefesien korelasi
∑ : jumlah skor item
∑ : jumlah skor total (item)
: jumlah responden
Rumus uji t
t hitung =√ ()
√ ()
8/20/2019 Revisi Prop TA
74/82
63
Keterangan :
t : nilai t hitung
r : koefesien korelasi hasil r hitung
n : jumlah responden
Untuk tabel t α = 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2).
Jika nilai t hitung > t tabel berarti valid, jika t hitung < t tabel berarti tidak
valid (Hidayat, 2011; 106).
2)
Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan
(Notoatmodjo, 2010; h. 168).
Setelah mengukur validitas kemudian mengukur
reliabilitas data. Dalam penelitian ini pengukuran reliabilitas
menggunakan rumus belah dua dan Spearman Brown. Rumus
belah dua dan Spearman Brown :
r 11 =
Keterangan :
r 11 : koefesien reliabilitas internal seluruh item.
r b : korelasi product moment antara belahan.
Untuk tabel r α = 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2).
Jika nilai r 11 > r tabel berarti reliabel , jika r 11 < r tabel berarti tidak
reliabel (Hidayat, 2011; 115).
8/20/2019 Revisi Prop TA
75/82
64
Teknik yang dipakai untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas kuesioner adalah dengan menguji kuesioner tersebut pada
30 lansia di RT 01 RW I Kelurahan Kutabanjar Kecamatan
Banjarnegara.
5. Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, data dicek ulang kelengkapannya dan
kesesuaiannya dengan kebutuhan peneliti, kemudian data
diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan peneliti.
Data yang terkumpul kemudian diolah secara manual yaitu
dikoreksi berdasarkan kunci jawaban dari kuesioner yang telah
ditetapkan.
1)
Editing atau penyuntingan data
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
isi formulir atau kuesioner (Notoatmodjo, 2010; h. 176). Pada
penelitian ini editing dilakukan dengan cara memeriksa kembali
kuesioner yang telah diisi oleh responden.
2)
Coding atau pengkodean
Coding adalah pemberian kode dengan mengubah data
berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan
(Notoatmodjo, 2010; h. 177). Pada variabel pengetahuan,
pengetahuan baik kode 1, cukup kode 2, kurang kode 3. Pada
8/20/2019 Revisi Prop TA
76/82
65
variabel sikap, sikap sangat baik kode 1, baik kode 2, tidak baik
kode 3, sangat tidak baik kode 4.
3) Scoring atau skor
Pada tahap ini memberikan nilai pada data sesuai skor
terhadap item yang perlu diberi skor. Pada item pengetahuan
jawaban benar nilai 1 dan jawaban salah nilai 0. Pada item sikap
pada pertanyaan positif diberi skor 4 untuk jawaban sangat setuju,
skor 3 untuk setuju, skor 2 untuk tidak setuju, dan skor 1 untuk
sangat tidak setuju. Sedangkan pada pertanyaan negatif diberi
skor 4 untuk jawaban sangat tidak setuju, skor 3 tidak setuju, skor
2 untuk setuju, dan skor 1 untuk sangat setuju. Sehingga setiap
responden memiliki skor pengetahuan dan sikap untuk kemudian
dihitung skornya.
4) Tabulating atau tabulasi
Pengelompokan data dengan dimasukkan ke dalam tabel
sesuai dengan tujuan penelitian (Notoatmodjo, 2010; h. 176).
5) Entry Data atau memasukkan data
Yaitu kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
dengan memasukkan pada kolom-kolom atau kotak lembar
pengkodean sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan
(Notoatmodjo, 2010; h. 176).
8/20/2019 Revisi Prop TA
77/82
66
b.
Analisis data
Analisis data penelitian merupakan kulminasi dari semua
kegiatan sebelumnya agar dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan
tujuan penelitian (Eko Budiarto, 2003; h. 181).
1) Analisis Univariat
Yaitu analisa yang bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian
(Notoatmodjo, 2010; h. 182). Setelah semua data responden
terkumpul kemudian data akan dianalisis menggunakan distribusi
frekuensi relatif yaitu data kualitatif untuk dihitung dalam
persentase (Arikunto, 2006; h. 79). Rumus yang digunakan
adalah:
P =
Keterangan :
P : persentase
f : frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N : Number of case (jumlah frekuensi/ banyaknya individu)
Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan dan Dewi (2010;
h. 18), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
1)
Baik : hasil persentase 76-100%
2) Cukup : hasil persentase 56-75%
3) Kurang : hasil persentase
8/20/2019 Revisi Prop TA
78/82
67
Sedangkan menurut Hidayat (2011; h. 103) untuk
intrepretasi sikap dapat diketahui dengan :
1) Sangat baik : hasil prosentase 76-100%
2) Baik : hasil prosentase 51-75%
3) Tidak baik : hasil prosentase 26-50%
4) Sangat tidak baik : hasil prosentase 0-25%
2) Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk menguji hipotesis.
Analisa bivariat dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga
berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010; h. 183).
Variabel yang dianalisa adalah perbedaan pengetahuan dan sikap
lansia sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan tentang
posyandu lansia.
Dalam penelitian ini untuk menganalisis perbedaan
pengetahuan dan sikap lansia sebelum dan sesudah pemberian
penyuluhan tentang posyandu lansia menggunakan uji t
berpasangan yang dalam penghitungan menggunakan SPSS,
sehingga kriteria yang dipakai adalah sebagai berikut:
a. Jika p < 0,05 maka : Ho ditolak Ha diterima, artinya ada
perbedaan antara masing-masing variabel yang diteliti yaitu
ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian
penyuluhan tentang posyandu lansia dan ada perbedaan sikap
8/20/2019 Revisi Prop TA
79/82
68
sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan tentang
posyandu lansia.
b. Jika p ≥ 0,05 maka : Ho diterima Ha ditolak, artinya tidak ada
perbedaan antara masing-masing variabel yang diteliti yaitu
tidak ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah
pemberian penyuluhan tentang posyandu lansia dan tidak ada
perbedaan sikap sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan
tentang posyandu lansia.
(M. Sopiyudin Dahlan, 2009; h. 59)
6.
Et