Upload
phamxuyen
View
229
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH PENULISAN TUGAS SOFTSKILL PENGETAHUAN LINGKUNGAN
(PERTAMBANGAN)
Disusun Oleh:
Kelompok : 5 (Lima)
Nama / NPM : 1. Poppy Komalasari / 36413874
2. Punto Adi Pradana / 36413949
3. Putri Yosephin / 37413051
4. Putut Guritno / 37413058
5. Ranty Astari / 37413292
6. Riesda Emylianda / 37413645
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan merupakan tempat untuk melakukan aktifitas-aktifitas semua
makhluk hidup. Makhluk hidup tidak memungkinkan hidup sendiri tanpa interaksi
dengan lingkungan. Interaksi yang dilakukan terus menerus mengakibatkan
banyak perubahan-perubahan yang mempunyai efek negatif dan positif pada
lingkungan. Permasahan perubahan akan teratasi ketika makaluk hidup sadar akan
pembelajaran mengenai pengetahuan lingkungan.
Kegiatan pertambangan merupakan suatukegiatan yang meliputi:
Eksplorasi, eksploitasi, pengolahan pemurnian, pengangkutanmineral/bahan
tambang. Industri pertambangan selain mendatangkan devisa danmenyedot lapangan
kerja juga rawan terhadap pengrusakan lingkungan. Banyak kegiatan penambangan yang
mengundang sorotan masyarakat sekitarnya karenapengrusakan lingkungan,
apalagi penambangan emas tanpa izin yang selain merusak lingkungan juga
membahayakan jiwa penambang karena keterbatasan pengetahuan penambang
dan juga karena tidak adanya pengawasan dari dinas instansi terkait.
Semua pertambangan pasti ada pemanfaatan lingkungan dalam prosesnya.
Proses tersebut sering kali membuat kerusakan dilingkungan sekitar. Hal tersebut
dapat dilihat dari sekeliling pertambangan yang memiliki lingkungan tandus yang
diperkirakan katrena pencemaran lingkungan.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dibuat agar pembahasn dapat terfokus dalam apa yang
akan dibahas. Tujuan penulisan untuk makalah ini adalah.
a. Mengetahui masalah lingkungan dalam pembangunan pertambangan.
b. Mengetahui cara pengelolaan pembangunan pertambangan.
c. Mengetahui kecelakaan yang terjadi di pertambangan
d. Mengetahui penyehatan lingkungan pertambangan
e. Mengetahui pencemaran dan penyakit yang timbul karena adanya
pertambangan.
1.3 Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup masalah yang akan dibahas pada makalah kali ini
sebagai berikut:
a. Permasalahan Lingkungan Dalam Pembangunan Pertambangan Energi
b. Cara Pengelolaan Pembangunan Pertambangan
c. Kecelakaan di Pertambangan
d. Penyehatan Lingkungan Pertambangan, Pencemaran dan Penyakit-penyakit
yang Mungkin Timbul
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pertambangan
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian
(mineral, batubara, panas bumi, migas).
Sektor pertambangan, khususnya pertambangan umum, menjadi isu yang
menarik khususnya setelah Orde Baru mulai mengusahakan sektor ini secara
gencar. Pada awal Orde Baru, pemerintahan saat itu memerlukan dana yang besar
untuk kegiatan pembangunan, di satu sisi tabungan pemerintah relatif kecil,
sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah mengundang
investor-investor asing untuk membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya di
Indonesia.
Adanya kegiatan pertambangan ini mendorong pemerintah untuk
mengaturnya dalam undang-undang (UU). UU yang berkaitan dengan kegiatan
pertambangan, UU No. 11/1967 tentang Pokok-pokok Pengusahaan
Pertambangan. Dalam UU tersebut pemerintah memilih mengembangkan pola
Kontrak Karya (KK) untuk menarik investasi asing. Berdasarkan ketentuan KK,
investor bertindak sebagai kontraktor dan pemerintah sebagai prinsipal. Di dalam
bidang pertambangan tidak dikenal istilah konsesi, juga tidak ada hak kepemilikan
atas cadangan bahan galian yang ditemukan investor bila eksploitasi berhasil.
Berdasarkan KK, investor berfungsi sebagai kontraktor.
2.2 Masalah Lingkungan Dalam Pembangunan Pertambangan Energi
Menurut jenis yang dihasilkan di Indonesia terdapat antara lain
pertambangan minyak dan gas bumi ; logam – logam mineral antara lain seperti
timah putih, emas, nikel, tembaga, mangan, air raksa, besi, belerang, dan lain-lain
dan bahan – bahan organik seperti batubara, batu-batu berharga seperti intan, dan
lain-lain.
Pembangunan dan pengelolaan pertambangan perlu diserasikan dengan
bidang energi dan bahan bakar serta dengan pengolahan wilayah, disertai dengan
peningkatan pengawasan yang menyeluruh.
Pengembangan dan pemanfaatan energi perlu secara bijaksana baik itu
untuk keperluan ekspor maupun penggunaan sendiri di dalam negeri serta
kemampuan penyediaan energi secara strategis dalam jangka panjang. Sebab
minyak bumi sumber utama pemakaian energi yang penggunaannya terus
meningkat, sedangkan jumlah persediaannya terbatas. Karena itu perlu adanya
pengembangan sumber-sumber energi lainnya seperti batu bara, tenaga air, tenaga
air, tenaga panas bumi, tenaga matahari, tenaga nuklir, dan sebagainya.
Pencemaran lingkungan sebagai akibat pengelolaan pertambangan umumnya
disebabkan oleh faktor kimia, faktor fisik, faktor biologis.
Pencemaran lingkungan ini biasanya lebih daripada diluar pertambangan.
Keadaan tanah, air dan udara setempat di tambang mempunyai pengarhu yang
timbal balik dengan lingkunganya. Sebagai contoh misalnya pencemaran
lingkungan oleh CO sangat dipengaruhi oleh keaneka ragaman udara, pencemaran
oleh tekanan panas tergantung keadaan suhu, kelembaban dan aliran udara
setempat.
Suatu pertambangan yang lokasinya jauh dari masyarakat atau daerah
industri bila dilihat dari sudut pencemaran lingkungan lebih menguntungkan
daripada bila berada dekat dengan permukiman masyarakat umum atau daerah
industri. Selain itu jenis suatu tambang juga menentukan jenis dan bahaya yang
bisa timbul pada lingkungan. Akibat pencemaran pertambangan batu bara akan
berbeda dengan pencemaran pertambangan mangan atau pertambangan gas dan
minyak bumi.
Keracunan mangan akibat menghirup debu mangan akan menimbulkan
gejala sukar tidur, nyeri dan kejang – kejang otot, ada gerakan tubuh diluar
kesadaran, kadang-kadang ada gangguan bicara dan impotensi.
Melihat ruang lingkup pembangunan pertambangan yang sangat luas, yaitu mulai
dari pemetaan, eksplorasi, eksploitasi sumber energi dan mineral serta penelitian
deposit bahan galian, pengolahan hasil tambang dan mungkin sampai penggunaan
bahan tambang yang mengakibatkan gangguan pad lingkungan, maka perlua
adanya perhatian dan pengendalian terhadap bahaya pencemaran lingkungan dan
perubahan keseimbangan ekosistem, agar sektor yang sangat vital untuk
pembangunan ini dapat dipertahankan kelestariannya.
Dalam pertambangan dan pengolahan minyak bumi misalnya mulai
eksplorasi, eksploitasi, produksi, pemurnian, pengolahan, pengangkutan, serta
kemudian menjualnyatidak lepas dari bahaya seperti bahaya kebakaran,
pengotoran terhadap lingkungan oleh bahan-bahan minyak yang mengakibatkan
kerusakan flora dan fauna, pencemaran akibat penggunaan bahan-bahan kimia dan
keluarnya gas-gas/ uap-uap ke udara pada proses pemurnian dan pengolahan.
Dalam rangka menghindari terjadinya kecelakaan pencemaran lingkungan
dan gangguan keseimbangan ekosistem baik itu berada di lingkungan
pertambangan ataupun berada diluar lingkungan pertambangan, maka perlu
adanya pengawasan lingkungan terhadap :
1. Cara pengolahan pembangunan dan pertambangan.
2. Kecelakaan pertambangan.
3. Penyehatan lingkungan pertambangan.
4. Pencemaran dan penyakit-penyakit yang mungkin timbul.
2.3 Cara Pengelolaan Pembangunan Pertambangan
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis
dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum.
Usaha pertambangan, sebagai motor penggerak pembangunan dalam
sector ekonomi, merupakan dua sisi yang sangat dilematis dalam kerangka
pembangunan di Indonesia. Sesuatu yang disadari termasuk salah kegiatan yang
banyak menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup, Keadaan
demikian akan menimbulkan benturan kepentingan usaha pertambangan disatu
pihak dan dan usaha menjaga kelestarian alam lingkungan dilain pihak , untuk itu
keberadaan UU No.32 Tahun 2009, ada menjadi instrument pencegahan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terhadap usaha dan/atau
kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan berupa:
1. KHLS (Kajian Lingkungan hidup Strategis)
2. Tata ruang
3. Baku mutu lingkungan
4. Kreteria baku kerusakan lingkungan
5. Amdal
6. UKL-UPL
7. Perizinan
8. Instrumen ekonomi lingkungan hidup
9. Peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup
10. Anggaran berbasis lingkungan hidup
11. Analisis resiko lingkungan hidup
12. Audit lingkungan hidup
13. Instrument lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu
pengetahuan.
2.3.1 Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi tidak termasuk kedalam kajian studi AMDAL karena
merupakan rangkaian kegiatan survey dan studi pendahuluan yang dilakukan
sebelum berbagai kajian kelayakan dilakukan. Yang termasuk sebagai kegiatan ini
adalah
pengamatan melalui udara
survey geofisika
studi sedimen di aliran sungai dan
studi geokimia yang lain,
Diperkirakan lebih dari 2/3 kegiatan ekstaksi bahan mineral didunia
dilakukan dengan pertambangan terbuka. Teknik tambang terbuka biasanya
dilakukan dengan open-pit mining, strip mining, dan quarrying,
1. Metode strip mining (tambang bidang).
Dengan menggunakan alat pengeruk, penggalian dilakukan pada suatu bidang
galian yang sempit untuk mengambil mineral. Setelah mineral diambil, dibuat
bidang galian baru di dekat lokasi galian yang lama. Batuan limbah yang
dihasilkan digunakan untuk menutup lubang yang dihasilkan oleh galian
sebelumnya. Teknik tambang seperti ini biasanya digunakan untuk menggali
deposit batubara yang tipis dan datar yang terletak didekat permukaan tanah.
2. Teknik pertambangan quarrying
bertujuan untuk mengambil batuan ornamen, bahan bangunan seperti pasir,
kerikil, batu untuk urugan jalan, semen, beton dan batuan urugan jalan
makadam.
Tambang bawah tanah digunakan jika zona mineralisasi terletak jauh di
dalam tanah sehingga jika digunakan teknik pertambangan terbuka jumlah
batuan penutup yang harus dipindahkan sangat besar. Produktifitas tambang
tertutup 5 sampai 50 kali lebih rendah dibanding tambang terbuka, karena
ukuran alat yang digunakan lebih kecil dan akses ke dalam lubang tambang
lebih terbatas.
Kegiatan ekstraksi meng-hasilkan limbah dan produk samping dalam jumlah
yang sangat banyak. Limbah utama yang dihasilkan adalah batuan penutup
dan limbah batuan. Batuan penutup (overburden) dan limbah batuan adalah
lapisan batuan yang tidak mengandung mineral, yang menutupi atau berada
diantara zona mineralisasi atau batuan yang mengandung mineral dengan
kadar rendah sehingga tidak ekonomis untuk diolah.
Batuan penutup umumnya terdiri dari tanah permukaan dan vegetasi
sedangkan batuan limbah meliputi batuan yang dipindahkan pada saat
pembuatan terowongan, pembukaan dan eksploitasi singkapan bijih serta
batuan yang berada bersamaan dengan singkapan bijih.
Pengolahan Bijih dan Operasional Pabrik
pengolahan bijih pada umumnya terdiri dari proses benefication – dimana
bijih yang ditambang diproses menjadi konsentrat bijih untuk diolah lebih
lanjut atau dijual langsung, Proses benefication terdiri dari kegiatan
persiapan, penghancuran dan atau penggilingan, peningkatan konsentrasi
dengan gravitasi atau pemisahan secara magnetis atau dengan menggunakan
metode flotasi (pengapungan), yang diikuti dengan pengawaairan
(dewatering) dan penyaringan.
Pengolahan metalurgi
bertujuan untuk mengisolasi logam dari konsentrat bijih dengan metode
pyrometallurgi, hidrometalurgi atau elektrometalurgi baik dilaku-kan sebagai
proses tunggal maupun kombinasi. Proses pyrometalurgi seperti roasting
(pembakaran) dan smelting menyebabkan terjadinya gas buang ke atmosfir
Metode hidrometalurgi pada umumnya menghasilkan bahan pencemar dalam
bentuk cair yang akan terbuang ke kolam penampung tailing jika tidak
digunakan kembali (recycle). Angin dapat menyebarkan tailing kering yang
menyebabkan terja-dinya pencemaran udara. Bahan-bahan kimia yang
digunakan di dalam proses pengolahan (seperti sianida, merkuri, dan asam
kuat) bersifat berbahaya.
Proses pengolahan batu bara
pada umumnya diawali oleh pemisahan limbah dan batuan secara mekanis
diikuti dengan pencucian batu bara untuk menghasilkan batubara berkualitas
lebih tinggi. Dampak potensial akibat proses ini adalah pembuangan batuan
limbah dan batubara tak terpakai, timbulnya debu dan pembuangan air
pencuci.
2.3.2 Reklamasi setelah pasca tambang.
Decomisioning Dan Penutupan Tambang
Setelah ditambang selama masa tertentu cadangan bijih tambang akan
menurun dan tambang harus ditutup karena tidak ekonomis lagi. Karena tidak
mempertimbangkan aspek lingkungan, banyak lokasi tambang yang ditelantarkan
dan tidak ada usaha untuk rehabilitasi. Pada prinsipnya kawasan atau sumberdaya
alam yang dipengaruhi oleh kegiatan pertambangan harus dikembalikan ke
kondisi yang aman dan produktif melalui rehabilitasi.
Tujuan jangka pendek rehabilitasi adalah membentuk bentang alam (landscape)
yang stabil terhadap erosi. Selain itu rehabilitasi juga bertujuan untuk
mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan
sebagai lahan produktif.
Metode Pengelolaaan Lingkungan
Mengingat besarnya dampak yang disebabkan oleh aktifitas tambang,
diperlukan upaya-upaya pengelolaan yang terencana dan terukur. Pengelolaan
lingkungan di sektor pertambangan biasanya menganut prinsip Best Management
Practice. US EPA (1995) merekomendasikan beberapa upaya yang dapat
digunakan sebagai upaya pengendalian dampak kegiatan tambang terhadap
sumberdaya air, vegetasi dan hewan liar. Beberapa upaya pengendalian tersebut
adalah :
1. Menggunakan struktur penahan sedimen untuk meminimalkan jumlah
sedimen yang keluar dari lokasi penambangan
2. Mengembangkan rencana sistim pengedalian tumpahan untuk meminimalkan
masuknya bahan B3 ke badan air
3. Hindari kegiatan konstruksi selama dalam tahap kritis
4. Mengurangi kemungkinan terjadinya keracunan akibat sianida terhadap
burung dan hewan liar dengan menetralisasi sianida di kolam pengendapan
tailing atau dengan memasang pagar dan jaring untuk
5. Mencegah hewan liar masuk kedalam kolam pengendapan tailing
6. Minimalisasi penggunaan pagar atau pembatas lainnya yang menghalangi
jalur migrasi hewan liar. Jika penggunaan pagar tidak dapat dihindari
gunakan terowongan, pintu-pintu, dan jembatan penyeberangan bagi hewan
liar.
7. Batasi dampak yang disebabkan oleh frakmentasi habitat minimalisasi jumlah
jalan akses dan tutup serta rehabilitasi jalan-jalan yang tidak digunakan lagi.
8. Larangan berburu hewan liar di kawasan tambang.
2.4 Kecelakaan di Pertambangan
Usaha pertambangan adalah suatu usaha yang penuh dengan bahaya.
Kecelakaan-kecelakaan yang sering terjadi, terutama pada tambang-tambang yang
lokasinya jauh dari tanah. Kecelakaan baik itu jatuh, tertimpa benda-benda,
ledakan-ledakan maupun akibat pencemaran atau keracunan oleh bahan tambang.
Oleh karena itu tindakan – tindakan penyelamatan sangatlah diperlukan, misalnya
memakai pakaian pelindung saat bekerja dalam pertambangan seperti topi
pelindung, but, baju kerja, dan lain – lain.
Contoh sederhana karena kecelakaan kerja adalah terjadinya lumpur
lapindo yang terdapat di Porong, sidoarjo. Tragedi semburan lumpur lapindo yang
terjadi beberapa tahun silam, setidaknya menjadi bukti adanya kelalaian pekerja
tambang minyak yang lupa menutup bekas lubang untuk mengambil minyak
bumi. Semburan di Porong, sidoarjo bukan fenomena baru di kawasan Jawa
Timur. Fenomena yang sama terjadi di Mojokerto, Surabaya, Gunung Anyar,
Rungkut, Purwodadi, jawa Tengah.
Bila melihat empat lokasi tersebut, Porong ternyata berada pada jalur
gunung api purba. Gunung api ini mati jutaan tahun yang lalu dan tertimbun
lapisan batuan dengan kedalaman beberapa kilometer dibawah permukaan tanah
saat ini. Tinjauan aspek geologi dan penelitian sempel material lumpur di
laboratorium yang dilakukan Tim Ahli Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
sejak juni hingga pertengahan juli menunjukkan, material yang dikeluarkan ke
permukaan bumi memang berasal dari produk gunung berap purba.
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tiba-tiba, tidak direncanakan, tidak
dihendaki, dan tidak dikendali yang mengakibatkan luka fisik seseorang, ataupun
kerusakan peralatan serta terganggunya kegiatan. Insiden adalah suatu kejadian
yang tidak diinginkan yang dapat menurunkan efisiensi dari kegiatan produksi
seperti :
• Bench yang longsor tetapi tidak menimbulkan korban maupun kerusakan alat;
• Lubang yang ambruk tanpa menimbulkan korban kerusakan alat;
• Pohon tumbang menghalangi jalan transportasi.
.
Kecelakaan Tambang
• Kecelakaan tambang merupakan bagian dari kecelakaan kerja;
• Kecelakaan kerja merupakan bagian dari kecelakaan;
• Kecelakaan merupakan bagian dari insiden.
Kecelakaan tambang adalah kecelakaan yang terjadi pada pekerja/karyawan pada
pekerjaan pertambangan.
Kreteria kecelakaan tambang harus memenuhi persyaratan :
a. Kecelakaan benar terjadi;
b. Kecelakaan menimpa pekerja/karyawan tambang;
c. Kecelakaan terjadi akibat kegiatan pertambangan;
d. Kecelakaan terjadi di dalam wilayah kerja pertambangan (Kuasa
Pertambangan)
e. Kecelakaan terjadi pada jam kerja.
Klasifikasi Cedera
• Cedera akibat kecelakaan dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu : cedera
ringan, cedera berat dan mati.
• Ketentuan klasifikasi cedera akibat kecelakaan antara kecelakaan tambang
dengan kecelakaan kerja berbeda.
Klasifikasi Cedera Akibat Kecelakaan Pertambangan
Cedera ringan :
Apabila akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak
mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 (satu) hari dan kurang dari 3 (tiga)
minggu, termasuk hari minggu dan hari libur.
Cedera berat :
1. Apabila akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak
mampu
melakukan tugas semula lebih dari (tiga) minggu termasuk hari minggu dan
libur.
2. Apabila akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang cacat
tetap
(invalid) yang tidak mampu menjalankan tugas semula.
3. Apabila akibat kecelakaan tambang tidak tergantung dari lamanya pekerja
tambang tidak
mempumelakukan tugas semula karena mengalami cedera, seperti;
• Keretakan tengkorak kepala, tulang punggung, pinggul, lengan bawah, lengan
atas, paha atau kaki.
• Pendarahan di dalam atau pingsan disebabkan kakurangan oksigen;
• Luka berat atau luka robek/terkoyak yang dapat mengakibatkan
ketidakmampuannya tidak pernah terjadi.
Mati :
Apabila kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati dalam
waktu 24 jam terhitung dari waktu terjadinya kecelakaan tersebut.
Tingkat Kecelakaan :
Untuk dapat membedakan kecelakaan suatu perusahaan dengan perusahaan
lainnya, maka harus diperhitungkan :
• Jumlah jam kerja;
• Jumlah man shift;
• Jumlah hari kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja tersebut.
Akibat Kecelakaan :
Sebagaimana kita ketahui bahwa kecelakaan mengakibatkan kerugian baik si
korban, keluarga si korban maupun perusahaan, antara lain :
• Kerugian dan penderitaan si korban
• Kerugian dan penderitaan keluarga si korban
• Kerugian tenaga kerja
• Kerugian waktu kerja yang hilang
• Kerugian kerusakan peralatan
• Kerugian karena kesediaan peralatan berkurang
• Kerugian ongkos perbaikan peralatan dari ongkos pengobatan korban
• Kerugian material
• Kerugian karena kerusakan lingkungan kerja
• Kerugian terhambatnya produksi
• Kerugian biaya/ongkos
Sehingga kecelakaan mengakibatkan kerugian produksi dan kerugian biaya/
meningkatkan biaya, jadi kecelakaan menyebabkan pemborosan. Dan apabila
sering terjadi kecelakaan mengakibatkan proses produksi berjalan dengan tidak
aman dan tidak efisien.
SUMBER PENYEBAB KECELAKAAN
Pada setiap kegiatan kerja di tempat kerja kita masing-masing terdapat 4
(empat) elemen yang saling berinteraksi, yaitu : manusia, peralatan, material dan
lingkungan, dimana keempat elemen tersebut bisa merupakan sumber penyebab
kecelakaan.
1. Manusia : termasuk pekerja, pengawas dan pimpinan;
2. Peralatan :termasuk peralatan permesinan, alat-alat berat, juga merupakan
penyebab kecelakaan;
3. Material : bisa mengakibatkan kecelakaan seperti material yang beracun,
panas, berat,tajam, dan sebagainya;
4. Lingkungan : juga bisa menyebabkan kecelakaan seperti kekeringan, panas,
berdebu, becek, licin, gelap, dan sebagainya.
2.5 Penyehatan Lingkungan Pertambangan
Lingkungan sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup
yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehataan kewilayahan untuk
menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan.
Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi :
1. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi besar
2. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
3. Pengendalian dampak resiko lingkungan
4. Pengembangan wilayah sehat
Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai
pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat
dimana pengolahan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling
kompleks. Sebagai gambaran pencapaian tujuan program lingkungan sehat
disajikan dalam per kegiatan pokok melalui indicator yang telah disepakati serta
beberapa kegiatan yang dilaksanakan seperti Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi
Adanya perubahan paradigm dalam pembangunan sektor air minum dan
penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana dibangun melalui
kebijakan air minum dan penyehatan yang telah disetujui oleh Bappenas,
Departemen kesehatan, Departemen Dalam Negeri serta Departemen Pekerja
Umum.
Pengalaman masa lalu yang menunjukkan prasarana dan saran air minum
yang tidak dapat berfungsi secara optimal untuk saat ini dikembangkan melalui
pendekatan yang melibatkan masyarakat . Berdasarkan sumber BPS tahun 2006,
akses rumah tangga terhadap pelayanan air minum s/d tahun 2006 terjadi
peningkatan cukup baik diperkotaan maupun diperdesaan yaitu diatas 70%
dibandingkan pada tahun 2005. Dari segi kualitas pelayanan air minum yang
merupakan tupoksi dari Departemen Kesehatan, Direktorat Penyehatan
Lingkungan yang telah melakukan berbagai kegiatan melalui pelatihan surveilans
kualitas air tinggi para petugas Provinsi/ Kabupaten/ Kota/ Puskesmas bimbingan
teknis program penyediaan air bersih dan sanitasi kepada para pengelola program
dijajaran provinsi dan kabupaten/kota hal ini bertujuan untuk peningkatan kualitas
pengelola program dalam memberikan air yang aman untuk dapat dikonsumsi.
2.6 Pencemaran dan Penyakit-penyakit Yang Mungkin Timbul
Pencemaran lingkungan sebagai akibat pengelolaan pertambangan
umumnya disebabkan oleh faktor kimia, faktor fisik, dan faktor biologis. Keadaan
tanah, air, dan udara setempat di pertambangan mempunyai pengaruh yang timbal
balik dengan lingkunganya. Sebagai contoh misalnya pencemaran lingkungan
oleh gas karbonmonoksida (CO) sangat dipengaruhi oleh keanekaragaman udara,
pencemaran oleh tekanan panas tergantung keadaan suhu, kelembaban dan aliran
udara setempat.
Suatu pertambangan yang lokasinya jauh dari masyarakat atau daerah
industri bila dilihat dari sudut pencemaran lingkungan lebih menguntungkan
daripada bila berada dekat dengan permukiman masyarakat umum atau daerah
industri. Selain itu jenis suatu tambang juga menentukan jenis dan bahaya yang
bisa timbul pada lingkungan. Akibat pencemaran pertambangan batu bara akan
berbeda dengan pencemaran pertambangan mangan atau pertambangan gas dan
minyak bumi. Contohnya adalah keracunan mangan akibat menghirup debu
mangan akan menimbulkan gejala sukar tidur, nyeri dan kejang-kejang otot, ada
gerakan tubuh diluar kesadaran, kadang-kadang ada gangguan bicara dan
impotensi.
Usaha pertambangan memang sangat berperan penting bagi jaman
sekarang. Soalnya semua kehidupan di bumi ini menggunakan bahan-bahan yang
berasal dari pertambangan. Berikut merupakan contoh bahan-bahan yang berasal
dari pertambangan dan yang digunakan dalam kehidupan:
1. Biji besi digunakan sebagai bahan dasar membuat alat-alat rumah tangga,
mobil, motor, dll
2. Alumunium digunakan sebagai bahan dasar membuat pesawat
3. Emas digunakan untuk membuat kalung, anting, cincin
4. Tembaga digunakan sebagai bahan dasar membuat kabel
5. Dan masih banyak lagi seperti perak, baja, nikel, batu bara, timah, pasir kaca,
dll.
Suatu aktivitas dalam pelaksanaannya pasti akan ada kerusakan
lingkungan yang terjadi. Berikut merupakan kerusakan lingkungan/pencemaran
yang terjadi dan penyakit-penyakityang timbul akibat adanya pertambangan di
suatu lingkungan:
a. Pembukaan lahan secara luas
Dalam masalah ini biasanya investor membuka lahan besar-besaran, ini
menimbulkan pembabatan hutan di area tersebut. Di takutkan apabila area ini
terjadi longsor banyak memakan korban jiwa.
b. Menipisnya SDA yang tidak bisa diperbarui
Hasil petambangan merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbarui lagi.
Ini menjadi kendala untuk masa-masa yang akan datang.
c. Masyarakat dipinggir area pertambangan menjadi tidak nyaman
Biasanya pertambangan membutuhkan alat-alat besar yang dapat mengganggu
telinga masyarakat sekitar. Ketidaknyamanan masyarakat juga timbul akibat
kendaraan yang berlalu-lalang melewati jalanan warga sekitar.
d. Pembuangan limbah pertambangan yang tidak sesuai tempatnya
Pembuangan limbah pertambangan yang tidak sesuai tempatnya dapat ditemui
di kali, sungai, ataupun laut sekitar kawasan pertambangan. Limbah tersebut
tak jarang belum di filter sebelum dibuang. Hal ini mengakibatkan rusaknya di
sektor perairan.
e. Pencemaran udara atau polusi udara
Saat pertambangan memerlukan api untuk meleburkan bahan mentah,
biasanya penambang tidak memperhatikan asap yang di buang ke udara. Hal
ini mengakibatkan rusaknya lapisan ozon. Tidak hanya rusaknya lapisan ozon
karena asap yang dibuang ke udara, tetapi asap-asap tersebut tak sedikit bila
dihirup oleh makhluk hidup dapat menyebabkan penyakit. Penyakit-penyakit
yang ditimbulkan akibat asap atau udara yang terjadi dari proses
pertambangan dijelaskan sebagai berikut:
a. Penyakit Silikosis
Penyakit silikosisdisebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa
SiO2, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap.
Debu silika terdapat di tempat penampang bijih besi, timah putih dan
tambang batubara. Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyak
menghasilkan debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan
keluar dan terdispersi ke udara bersama-sama dengan partikel lainnya,
seperti debu alumina, oksida besi dan karbon dalam bentuk abu.
Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa
inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek,
atau gejala penyakit silikosis akan segera tampak, apabila konsentrasi
silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah
banyak. Penyakit silikosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-
batuk. Batuk ini seringkali tidak disertai dengan dahak. Pada silikosis
tingkah sedang, gejala sesak nafas yang disertai terlihat dan pada
pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati. Bila
penyakit silikosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan
kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan
mengakibatkan kegagalan kerja jantung.
Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu
mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan
lingkungan yang ketat sebab penyakit silicosis ini belum ada obatnya yang
tepat. Tindakan preventif lebih penting dan berarti dibandingkan dengan
tindakan pengobatannya. Penyakit silikosis akan lebih buruk kalau
penderita sebelumnya juga sudah menderita penyakit TBC paru-paru,
bronchitis, astma broonchiale dan penyakit saluran pernapasan lainnya.
Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja akan
sangat membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit
akibat kerja. Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja
dan sesudah bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayat penyakit
pekerja kalau sewaktu-waktu diperlukan.
b. Penyakit Antrakosis
Penyakit antrakosisadalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan
oleh debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja
tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan
penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi,
lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta
pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara.
Masa inkubasi penyakit ini antara 2 sampai 4 tahun. Seperti halnya
penyakit silikosis dan juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya,
penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa sesak napas. Karena
pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit
antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silikosis. Bila hal ini terjadi
maka penyakitnya disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga
macam, yaitu penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantraksosis dan
penyakit tuberkolosilikoantrakosis.
Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini
memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu
berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau
emphysema yang memungkinkan terjadinya kematian. Kalau terjadi emphysema
maka antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis yang relatif jarang
diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi
sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit
tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit
antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak yang menunjukkan
kelainan pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga
adanya baksil tuberculosis yang menyerang paru-paru.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini:
a. Mengetahui masalah lingkungan dalam pembangunan pertambangan.
Dalam pertambangan dan pengolahan minyak bumi misalnya mulai eksplorasi,
eksploitasi, produksi, pemurnian, pengolahan, pengangkutan, serta kemudian
menjualnyatidak lepas dari bahaya seperti bahaya kebakaran, pengotoran
terhadap lingkungan oleh bahan-bahan minyak yang mengakibatkan kerusakan
flora dan fauna, pencemaran akibat penggunaan bahan-bahan kimia dan
keluarnya gas-gas/ uap-uap ke udara pada proses pemurnian dan pengolahan
b. Mengetahui cara pengelolaan pembangunan pertambangan.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,
dan penegakan hukum.
Usaha pertambangan, sebagai motor penggerak pembangunan dalam sector
ekonomi, merupakan dua sisi yang sangat dilematis dalam kerangka
pembangunan di Indonesia. Sesuatu yang disadari termasuk salah kegiatan
yang banyak menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup,
Keadaan demikian akan menimbulkan benturan kepentingan usaha
pertambangan disatu pihak dan dan usaha menjaga kelestarian alam lingkungan
c. Mengetahui kecelakaan yang terjadi di pertambangan
sumber penyebab kecelakaan.
1. Manusia : termasuk pekerja, pengawas dan pimpinan;
2. Peralatan :termasuk peralatan permesinan, alat-alat berat, juga merupakan
penyebab kecelakaan;
3. Material : bisa mengakibatkan kecelakaan seperti material yang beracun,
panas, berat,tajam, dan sebagainya;
4. Lingkungan : juga bisa menyebabkan kecelakaan seperti kekeringan,
panas, berdebu, becek, licin, gelap, dan sebagainya.
d. Mengetahui penyehatan lingkungan pertambangan
a. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi besar
b. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
c. Pengendalian dampak resiko lingkungan
d. Pengembangan wilayah sehat
e. Mengetahui pencemaran dan penyakit yang timbul karena adanya
pertambangan.
a. Pembukaan lahan secara luas
b. Menipisnya SDA yang tidak bisa diperbarui
c. Masyarakat dipinggir area pertambangan menjadi tidak nyaman
d. Pembuangan limbah pertambangan yang tidak sesuai tempatnya
e. Pencemaran udara atau polusi udara
Penyakit-penyakit yang ditimbulkan akibat asap atau udara yang terjadi dari
proses pertambangan dijelaskan sebagai berikut:
a. Penyakit Silikosis
b. Penyakit Antrakosis
3.2 Saran
Kegiatan pertambangan di Indonesia harus dipantau secara ketat untuk
menghindari adanya penambangan ilegal yang seringkali mengabaikan dampak
negatif yang timbul pascapenambangan. Setiap industri penambangan perlu
melakukan recovery terhadap lingkungan pada tahap pascaoperasi kegiatan
penambangan agar dampak yang merugikan dapat ditekan.
DAFTAR PUSTAKA
http://rossiamargana.blogspot.co.id/2012/11/masalah-lingkungan-dalam-
pembangunan.html
http://www.kamase.org
http://data.menkokesra.go.id/content/program-penyehatan-lingkungan
http://daniuciha90.blogspot.com/2010/01/tugas-v-class.html
Santoso, B, 1999, “ilmu lingkungan industri”, Universitas Gunadarma, Depok.
Ikawati, Y, 2006, “Memahami kondisi geologi porong”, Jakarta
http://data.menkokesra.go.id/content/program-penyehatan-lingkunga
http://mataornai.blogspot.com/2010/12/tugas-pengantar-lingkungan-minggu-11-
12_22.html
http://hukum.kompasiana.com/2010/12/23/perlindungan-dan-pengelolaan-
lingkungan-hidup-dalam-usaha-pertambangan/
http://www.youtube.com/watch?v=TpI24FSueZo
http://www.slideserve.com/presentation/206074/pertambangan
Santoso, Budi. 1999. Ilmu Lingkungan Industri. Jakarta: Universitas Gunadarma
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44672/4/Chapter%20II.pdf
http://ninachaerani02.blogspot.co.id/2015/01/masalah-lingkungan-dan-
pertambangan.html
http://fexel.blogspot.co.id/2012/12/pencemaran-dan-penyakit-penyakit-yang.html