Ringkasan Banjir Makassar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengendalian Banjir

Citation preview

BAB I

PERSERO PT. VIRAMA KARYA

KONSULTAN TEKNIK & MANAJEMEN

RINGKASANPekerjaan : Detail Desain Pengendalian Banjir Kota Makassar dan Sekitarnya1. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

Kejadian banjir pada Kota Makassar, khususnya pada daerah Makassar bagian Timur sebagai akibat dari luapan Sungai Tallo sampai saat ini masih selalu terjadi. Daerah rawan genangan banjir pada setiap tahun yang terjadi meliputi areal seluas 3.010 ha. Daerah yang rawan terhadap genangan banjir dari Sungai Tallo meliputi beberapa daerah pemukiman seperti : BTN Asal Mula, BTN Antara/Hamsi, Perumahan Bung Permai, Kompleks Bumi Tamalanrea Permai (BTP), sebagian perumnas Antang, dan di bagian hulu jembatan PAM.

Sungai Tallo mempunyai luas Catchment Area sebesar 407 km dan panjang sungainya 70 km sampai di muara. Sungai Tallo sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut, dimana ketinggian muka air pasang tertinggi dilaut mencapai + 131 cm, dan terendah mencapai 131 cm.

Dari studi terdahulu, terdapat 5 (lima) cara pengendalian banjir S. Tallo yang diusulkan, yaitu : normalisasi sungai, pembuatan tanggul, pembuatan tanggul kurung, pembuatan sudetan, dan pembuatan retarding basin. Untuk itu diperlukan studi dan perencanaan dalam rangka mengendalikan banjir di daerah ini.

Pada daerah Makassar bagian Timur yang merupakan wilayah drainase kota Area-V, sampai saat ini belum tersedia fasilitas jaringan drainase kota yang memadai. Penggunaan lahan pada daerah ini mulai dari Jembatan Tallo ke hilir antara lain berupa daerah pemukiman padat, kawasan Kampus, areal tambak, dan areal perkebunan. Pada wilayah ini juga terdapat suatu kawasan industri yang dinamakan Kawasan Industri Makassar (KIMA). Untuk itu kawasan ini menjadi sangat strategis yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, sehingga diperlukan suatu upaya untuk mengamankannya dari bahaya banjir dan genangan.

Saluran alam atau sungai dan anak sungai yang ada pada daerah tersebut pada saat ini sudah banyak mengalami pendangkalan sehingga kapasitasnya sudah tidak mampu menampung debit banjir yang ada. Dengan perkembangan kota yang ada, pada daerah ini saat ini telah banyak bangunan perumahan sehingga menambah permasalahan genangan yang ada. Mengingat adanya perkembangan pembangunan yang sangat pesat tersebut, maka sudah sangat perlu segera dilaksanakan detail desain yang dilanjutkan dengan konstruksi pembangunan jaringan drainase pada area ini. Hal ini juga untuk mencegah terjadinya pemanfaatan lain pada jalur-jalur saluran pembuang alam yang sebenarnya diperuntukkan bagi saluran drainase.

Kota Makassar sebagai kawasan metropolitan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Untuk itu diperlukan fasilitas dan sarana penunjang yang dapat mendukung rencana pengembangan yang diprogramkan. Diantaranya adalah menyediakan sarana dan prasarana pengendalian banjir dan drainase pada daerah ini.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka pada Tahun Anggaran 2004 dilaksanakan pekerjaan Detail Desain Pengendalian Banjir Kota Makassar oleh Proyek Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Air Jeneberang, Bagian Proyek Pembinaan dan Perencanaan Sumber Air Jeneberang. Titik berat dari pekerjaan ini adalah detail desain pengendalian banjir Sungai Tallo dan detail desain jaringan drainase kota pada Area-V.

1.2. Lokasi PekerjaanLokasi pekerjaan detail desain meliputi Sub DPS Tallo Tengah (197 km), Sub DPS Tallo Hilir (100 km) dan wilayah drainase Area-V, dengan total luas 392 km. Wilayah studi meliputi 14 (empat belas) wilayah kecamatan yang termasuk dalam tiga wilayah Kabupaten/Kota, yaitu : Kabupaten Gowa, Kota Makassar dan Kabupaten Maros.

Wilayah Drainase Area-V meliputi areal seluas 88 km, dimana areal seluas 64 km masuk dalam DPS Tallo, dan areal seluas 24 km sebagian masuk dalam DPS Bone Tanjore dan sebagian bermuara langsung ke Selat Makassar.

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dilaksanakannya pekerjaan ini adalah untuk melaksanakan studi penanganan masalah banjir Kota Makassar dan sekitarnya akibat luapan Sungai Tallo, serta melakukan perencanaan teknis dan review detail desain terhadap rencana pengendalian banjir serta drainase kota yang diusulkan, dengan mengantisipasi terhadap rencana pengembangan mendatang sesuai Rencana Umum Tata Ruang.

Tujuan dari pekerjaan ini antara lain adalah :

1. Melaksanakan kajian alternatif pengendalian banjir Sungai Tallo

2. Melaksanakan perencanaan detail pengendalian banjir Sungai Tallo serta menyiapkan produk detail desainnya.

3. Melaksanakan perencanaan detail drainase kota pada wilayah drainase Area-V, serta menyiapkan produk detail desainnya.

1.4. Ruang Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan meliputi kegiatan sebagai berikut :

Kegiatan A:Pekerjaan Persiapan

Kegiatan B:Pengumpulan Data dan Review Studi Terdahulu

Kegiatan C:Survey dan Investigasi

Kegiatan D:Studi dan Analisa

Kegiatan E:Perencanaan Teknis Sistem Pengendalian Banjir untuk Kota Makassar dan sekitarnya

Kegiatan F:Perencanaan Teknis Jaringan Drainase Kota Pada Area-V

Kegiatan G:Volume Pekerjaan, RAB, serta Dokumen Tender dan Spesifikasi

Kegiatan H:Penyusunan Laporan

2. KONDISI DAERAH

2.1. Kondisi Fisik Daerah

Sungai Tallo mempunyai daerah tangkapan air seluas 407 km yang dimulai dari gunung Kallapolompo (Elevasi 725 m), dengan panjang sungai utamanya adalah 72 km. Area dataran rendahnya tersebar pada daerah hilir sampai di kawasan kota Makassar. Aliran utama Sungai Tallo saat ini masih berupa aliran alamiah tanpa adanya pekerjaan perlindungan banjir.

Daerah Pengaliran Sungai Tallo mempunyai ketinggian antara + 0 m sampai dengan + 1174 m dari permukaan air laut dengan bentuk wilayah dari datar, bergelombang sampai berbukit. Secara umum kondisi topografinya adalah : datar, bergelombang, sampai berbukit dengan kelas lereng bervariasi dari 0 5% sampai 10 20 %.

Kemiringan dasar sungai dari jembatan Tallo kehulu sampai Jembatan Mangalarang sebesar 0.00035 dan dari jembatan Tallo ke hilir adalah 0.0002. Karena kondisi ini, maka daerah hilir khususnya di sekitar kota Makassar sering tergenangi banjir karena luapan sungai.

Kondisi curah hujan bulanan rata-rata pada DPS Tallo adalah seperti ditunjukkan pada Tabel A.2.1. berikut :

Tabel A.2.1. Hujan Bulanan Rata-Rata DPS Tallo

JanFebMarAprMeiJunJulAgsSepOktNopDesTahunan

643.7533.5333.5217.3117.167.240.915.430.069.4246.7574.72889.4

Catatan: Rata-rata aritmatik dari 7 Sts. : Panakukang, Tamangapa Kassi, Senre, Sungguminasa, Malino, Panaikang, dan Hasanuddin2.2. Kondisi Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dari wilayah kecamatan yang masuk pada wilayah studi adalah seperti diperinci pada tabel A.2.2. berikut ini.

Tabel A.2.2. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Pada Daerah Studi

No.KecamatanLuas Wilayah (km2)Jumlah Penduduk (jiwa)Kepadatan

(jiwa/km)

A.Kabupaten Gowa

1.Bontomarannu137.5941,973305

2.Sombaopu28.0984,5663,010

3.Parangloe313.1625,15180

4.Tinggimoncong275.6353,520101

B.Kota Makassar

1.Tamalate18.18140,306722

2.Panakkukang13.03127,6329,950

3.Biringkanaya48.22113,6502,074

4.Bontoala2.1054,67128,357

5.Tallo8.75124,75513,804

6.Tamalanrea31.8482,9652,674

7.Manggala 24.1489,0883,360

8.Rappocini20.21133,6606,376

C.Kabupaten Maros

1.Mandai49.1126,054531

2.Moncongloe46.879,474202

3.Tanralili89.4521,462240

Sumber : Kota Makassar, Kabupaten Gowa dan Maros dalam Angka (2003) .

Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata antara tahun 1980 sampai dengan tahun 1990 untuk kota makassar adalah sebesar 3.01% dan dari tahun 1991 sampai dengan tahun 2000 adalah sebesar 1.44%.

2.3. Kondisi Sungai dan Drainase

Saat ini Sungai Tallo berfungsi sebagai sungai alamiah yang menerima buangan air drainase dari saluran-saluran drainase kota yang ada di Makassar, seperti Saluran Primer Sinrijala, Gowa dan Antang, serta saluran pembuang sekunder yang ada di sekitarnya. Disamping itu juga menerima air buangan drainase dari sebagian areal D.I. Bili-Bili.

Disamping itu sungai Tallo juga untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dan tambak, seperti : DI. Senre (507 ha), dan areal tambak di daerah hilir dan sekitar muara. Sungai Tallo juga dimanfaatkan airnya untuk memenuhi kebutuhan air bagi PLTU Tello. Disamping sebagai penyedia sumber daya air, sungai Tallo juga berpotensi menimbulkan ancaman banjir dikarenakan sangat di pengaruhi oleh pasang surut air laut. Selain itu Sungai Tallo juga berfungsi sebagai sarana transportasi air bagi penduduk di daerah hilir dan di sekitar muara sungai. Ada beberapa perusahaan kayu yang berada di tepian sungai yang menggunakan transportasi air untuk mengangkut kayu.

Saat ini sebagian besar kondisi saluran drainase utama kota Makassar pada Area-V masih merupakan saluran pembuang alam.

2.4. Daerah Rawan Banjir

Daerah yang rawan terkena luapan banjir dari Sungai Tallo antara lain adalah sebagai berikut :

Di bagian muara sampai ke Jembatan Tallo, yaitu meliputi wilayah kecamatan : Tallo, Tamalanrea, Biringkanaya.

Daerah pemukiman yang sering mengalami banjir antara lain seperti : BTN Asal Mula, BTN Antara/Hamsi, Perumahan Bung Permai, Kompleks Bumi Tamalanrea Permai (BTP), sebagian perumnas Antang, dan di bagian hulu jembatan PAM.

2.5. Kondisi Lingkungan

Masalah dan potensi lingkungan yang ada pada daerah sekitar Sungai Tallo antara lain adalah:

a. Potensi tercemarnya Sungai Talllo akibat air buangan dari pabrik maupun rumah tangga dan kawasan komersial seperti pasar.

b. Vegetasi yang ada pada Sungai Tallo, seperti pohon nipah dan bakau secara umum masih cukup bagus, terutama di bagian hilir Jembatan Tello. Vegetasi ini berperan besar dalam menjaga kestabilan alur sungai, dimana meandering pada sungai Tallo dari tahun ke tahun tidak terlalu banyak berubah. Demikian juga pohon nipah dan bakau yang ada sangat mendukung kelestarian satwa dan populasi perikanan yang ada di perairan sungai Tallo dan sekitarnya.

c. Hampir setiap tahun terjadi pengempangan disebelah hulu pertemuan jalan inspeksi saluran PAM dari bendung Lekopancing dengan Sungai Tallo, yang sudah berjalan cukup lama.

d. Di Daerah Pengaliran Sungai Tallo terdapat beberapa lokasi kantong air yang berupa danau dan rawa, yaitu : Balang Tonjong (0.6 km), Rawa Bokoh (0.55 km), Rawa Nipah-Nipah (2.2 km), Danau Mawang (1.3 km), Danau Mata (0.5 km). Rawa dan danau ini dapat membantu menampung air sementara pada saat banjir, sehingga dapat mengurangi banjir di daerah hilirnya.

e. Perkembangan dan pembangunan kawasan industri dan perdagangan disepanjang Jl. Ir. Sutami dengan pola penimbunan/peninggian telah memberikan dampak terjadinya genangan pada daerah sekitarnya, demikian halnya dengan kawasan permukiman baru di daerah bantaran Sungai Tallo (BTP, HAMSI, Antara, Asal Mula).

f. Adanya gulma-gulma yang menutupi badan-badan air seperti pada saluran-saluran pembuang maupun pada lokasi danau-danau alam yang ada, yang berupa enceng gondok.

g. Kemungkinan tercemarnya saluran drainase yang diakibatkan oleh buangan limbah, antara lain dari Industri, rumah tangga, restoran, maupun pasar.

h. Pembangunan jalan tol reformasi ternyata menimbulkan dampak lingkungan berupa pengempangan air hujan akibat badan jalan. Hal ini antara lain disebabkan oleh kurangnya jumlah Cross Drain yang dibuat, dimensi Cross Drain kurang memadai, atau tertutupnya inlet Cross Drain oleh sampah.

i. Sungai Tallo dan Saluran Drainase Primer Pampang, serta saluran drainase primer yang akan direncanakan (SP. Daya I) berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sarana transportasi air dan rekreasi.

j. Adanya TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah di daerah Tamangapa berpotensi untuk menimbulkan pencemaran terhadap air Sungai Tallo dan air sumur di sekitarnya, dimana pada saat musim hujan air resapan dari tempat ini maupun sampah-sampah padat mengalir ke Sungai Tallo.

k. Adanya IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Tinja) di Nipa-Nipa yang saat ini kondisinya sudah hampir penuh serta pengoperasiannya yang kurang tepat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran pada Sungai Tallo.

3. SURVAI DAN INVESTIGASI

3.1. Hasil Kegiatan Pengukuran Topografi

Produk yang dihasilkan dari kegiatan pengukuran topografi antara lain adalah sebagai berikut :

a. Peta Situasi Trase Sungai (skala 1:2000)

b. Potongan Memanjang Sungai (skala H = 1:2000 ; V = 1:200)

c. Potongan Melintang Sungai (skala H&V = 1:200)

d. Peta situasi areal rencana waduk tunggu (skala 1 : 1000)

e. Peta situasi bangunan dan fasilitas waduk tunggu / retarding basin (skala 1:500)

f. Potongan memanjang dan melintang lokasi rencana bangunan (lokasi spillway, bangunan pompa, bangunan pintu pengatur, dll), skala 1:200

g. Peta Ikhtisar Situasi Daerah Drainase Kota dan Peta Indeks (skala 1:25.000)

h. Peta Situasi Daerah Drainase Kota (skala 1:5000)

i. Gambar Situasi Trase (skala 1:2000) dan Potongan Memanjang Saluran Drainase (skala H = 1:2000; V = 1:100)

j. Gambar Potongan Melintang saluran drainase kota (skala V&H = 1:100)

k. Situasi Bangunan Drainase (skala 1:500)

l. Laporan Pengukuran, Deskripsi BM, dan Data Pengukuran

3.2. Hasil Penyelidikan Geologi Teknik

Bangunan utama waduk tunggu (spillway, pintu pengatur, dan stasiun pompa) direncanakan bertumpu pada batuan sandstone, dimana pekerjaan penggalian pondasi dapat menggunakan tenaga manual (manusia) dan mekanis pada batuan pelapukan. Kedalaman lapisan batuan sandstone sebagai batuan dasar yang telah mengalami pelapukan lanjut antara 4,0 8,0 m, sehingga untuk mencapai posisi kedudukan pondasi yang aman terhadap rembesan minimal pada kedalaman 8 meter di bawah lapisan diluvium hingga menembus batuan dasar.

Dari uji SPT yang dilakukan setiap interval 3 meter dari pengeboran inti menunjukkan bahwa pada kedalaman antara 2 7 m di titik bor, Nilai SPT berkisar antara 25 48, dengan besaran daya dukung tanah berkisar 2.10 3.15 kg/cm2.

Dari hasil penyelidikan sondir yang tersebar beberapa lokasi dan terletak pada rencana bangunan rencana outlet drainase dan jembatan menunjukkan bahwa kedalaman tanah keras berkisar antara 5.6 10.8 m. Pengeboran tangan dilakukan sebanyak lima (5) titik menunjukkan bahwa material tanah terdiri dari pasir, lanau dan lempung dan merupakan material utama yang membentuk lapisan tanah sedalam antara 1,6 meter sampai 2,4 meter.

Sumuran uji yang dikerjakan hingga sampai pada lapisan tanah keras dengan kedalaman bervariasi antara 0.8 meter sampai 1.85 meter, terbentuk dari material berukuran lanau hingga lempung.

Hasil uji laboratorium dari sample Tanah pada lima (5) titik bor, lima (5) titik hand bore dan lima (5) titik test pit adalah sebagai berikut :

Water content 31.88 79.49%,

Spesifik gravity 2.26 2.57 gr/cc,

Compaction 1.480 1.635 gr/cm3

dengan kadar air optimum 24.50 33.50 %,

Unit weight 1.25 1.76 gr/cm3 ,

Permeability 1.6 x 10-6 - 4.3 x 10-7 cm/sec,

Liquid limit 34.15 56.41 %,

Plasticity limit 18.88 38.68 %,

Index plasticity 8.44 20.87 %.

Gravel sekitar 6 %, sand antara 81 92 %, silt dan clay antara 8 22 %.

Triaxial (Kohesi) (C) 0.1 0.23 kg/cm2,

Sudut geser langsung () 28 0 32 0.

Consolidation (Cv) 7.89 x 10-4 12.51 x 10-4 cm2/sec,

Consolidation (Cc)0.17 0.47.

4. ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROLIKA4.1. Analisis HidrologiStasiun hujan yang digunakan datanya untuk analisis hidrologi ditunjukkan pada Tabel A.4.1. di bawah ini.

Tabel A.4.1. Daftar Stasiun Hidrologi Yang Digunakan

No.Nama StasiunPosisiPeriode PencatatanKeterangan

LSBT

1.Panakkukang (27H)050091190261979 s/d 2003

2.Tamangapa Kassi (96OP)050111190291975 s/d 2003

3.Senre (24 OP)050121190321975 s/d 2003

4.Sungguminasa (106OP)050131190271975 s/d 1984

1987 s/d 2003

5.Malino (22H)050151190551986 s/d 2000

2002 s/d 2003

6.Panaikang (19532)050081190271986 s/d 2003

7.Hasanuddin (19161)050041190331983 s/d 2003

Analisis hidrologi pada pekerjaan ini dititikberatkan pada analisis hidrograf banjir yang diperlukan untuk analisis hidrolika profil muka air banjir Sungai Tallo. Untuk keperluan analisis hidrolika maka peta DPS Tallo dibagi menjadi beberapa sub DPS (Gambar B.4.1.) dan selanjutnya dibuat skematik model sistem sungainya (Gambar B.4.2.)Hidrograf banjir pada masing-masing Sub DPS untuk keperluan analisis hidrolika dihitung dengan metode hidrograf satuan Sintetik Nakayasu dengan ringkasan harga debit puncak banjir seperti ditunjukkan pada Tabel A.4.2.

Tabel A.4.2. Debit Puncak Banjir Masing-Masing Sub DPS pada DPS TalloLuasDebit Puncak Banjir (m3/dt)

No.Sub DPS(km2)Q2Q10Q25Q50

1Mangallarang Hulu152.7141.9281281.0315.6

2Manjaling32.160.6136.7136.7155.7

3Sabeng20.747.7107.5107.5122.4

4Mangallarang Hilir7.016.131.931.9268.8

5Tamangapa1.58.920.120.135.9

6Nipa-Nipa3.812.426.726.722.9

7Taccerekang37.976.6167.1167.130.2

8Bangkala38.378.4151.8151.8189.5

9Tambasa10.031.668.168.1170.0

10Kera-Kera7.624.853.553.577.1

11SP. Daya16.051.2110.4110.460.6

12SP. Biringkanaya III3.211.524.824.8125.1

13SP. Biringkanaya I10.734.975.175.128.1

14Laikang5.821.345.845.885.1

15Pampang Hulu20.364.8150.1150.151.9

16SP Gowa7.223.153.453.4171.2

17SP Perumnas6.524.757.157.160.9

18Pattunuang14.846.6107.8107.865.2

19Sinrijala6.319.845.745.7286.8

20Hulu Waduk Tunggu Pampang34.1108.6251.3251.3123.0

4.2. Analisis Hidrolika

Analisis hidrolika profil muka air banjir Sungai Tallo dilakukan dengan tipe aliran tidak tunak (Unsteady Flow) yang dipengaruhi oleh ketinggian pasang surut air laut, sebagaimana yang terjadi sebenarnya pada sungai alam. Analisis profil muka air banjir dilakukan dengan kondisi dan batasan-batasan disesuaikan dengan alternatif rencana pengendalian banjir yang diusulkan. Rincian kondisi analisis hidrolika tersebut seperti diuraikan pada Tabel A.4.3. berikut ini:

Tabel A.4.3. Kondisi Analisis Hidrolika Profil Muka Air Banjir Sungai Tallo

No.Data Geometri SungaiUnsteady Flow Data

1.Penampang Sungai yang adaHidrograf banjir periode ulang 2,5,10,25,dan 50 tahun.

2.Penampungan sungai yang ada ditambah rencana tanggul (levee) Untuk semua ruas sungai (Alternatif-1).Hidrograf banjir periode ulang 25 tahun.

3.Penampang sungai yang ada ditambah rencana tanggul (km 0.0-29.0), dan rencana waduk tunggu (storage area) seluas 84 ha, dengan elevasi dasar + 0.0, dan storage connection berupa lateral spillway, 200 m, elevasi crest + 3.30 (Alternatif-2) Hidrograf banjir periode ulang 25 tahun.

4.Penampang sungai yang ada ditambah tanggul (levee) sampai Km. 20.1, rencana normalisasi sungai (channel modification) pada

Km. 20.1-22.3: B= 55m, h = 5.5m.

Km. 22.3-23.7: B= 35m, h = 5.1m.

Km. 23.7-29.0: B= 25m, h = 4.5m. (Alternatif-3)Hidrograf banjir periode ulang 25 tahun.

5.Sama dengan kondisi (4) diatas ditambah rencana retarding basin (storage area), dengan luas 200 ha, dengan elevasi dasar +1.00, dan storage area connection berupa spillway panjang 200 m, dan elevasi crest + 4.0 (Alternatif-4)Hidrograf banjir periode ulang 25 tahun.

Hasil analisis profil muka air Sungai Tallo secara ringkas dapat dilihat pada Tabel A.4.4. berikut :

Tabel A.4.4. Elevasi Muka Air Banjir Sungai Tallo Hasil Analisis Hidrolika

No.Titik Tinjauan/Patokkm.Alternatif

Percabangan1234

1Muara S. TalloP.00.0000.800.800.800.80

2S. PampangP.33+83.61.7751.021.021.020.99

3SP. Biringkanaya IP.994.9441.321.321.321.25

4SP. Biringkanaya IIIP.37+74.97.3531.791.791.791.67

5SP. DayaT.447.7871.951.951.951.81

6SP. AntaraU.2711.3522.562.562.562.36

7Jembatan PLTUU.6813.0672.912.912.912.69

8S.59 AP.115.2373.403.403.403.14

9SP. BTP 2P.5017.5594.303.983.983.65

10SP. BTP 1P.9319.2535.604.114.113.76

11SP. Daya IP.11220.1077.114.534.233.88

12S. TaccerekangP.11820.4227.844.594.293.93

No.Titik Tinjauan/Patokkm.Alternatif

Percabangan1234

13Jembatan Nipa-NipaP.168+2222.2668.214.554.333.94

14Sluiceway WTP.18523.108-4.554.353.95

15Spillway WT (d/s)P.19423.448-4.554.383.96

16Spillway WT (u/s)P.19823.658-4.554.383.96

17S. MangalarangP.19923.7088.634.564.393.96

18Jembt. MangalarangP.31029.0039.628.525.985.84

5. KAJIAN ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR

5.1. Alternatif Pengendalian Banjir

Alternatif pengendalian banjir yang diusulkan adalah sebegaimana disajikan pada Tabel A.5.1. berikut :

Tabel A.5.1. Usulan Alternatif Pengendalian Banjir Sungai TalloNo.AlternatifJenis PekerjaanKeterangan

1Alternatif 1 Tanggul kiri dan kanan sungai, total panjang 43.34 km.

Drainase inlet 10 buah

Stasiun Pompa 2x0.5m3/dt

Pembebasan lahan 77 ha

2Alternatif 2 Tanggul kiri dan kanan sungai, total panjang 43.34 km.

Drainase inlet 6 buah

Stasiun Pompa 2x0.5m3/dt

Waduk tunggu 84 ha

Pembebasan lahan 138 ha

3Alternatif 3 Tanggul kiri dan kanan sungai, total panjang 29.74 km.

Normalisasi Sungai 13.6 km

Drainase inlet 5 buah

Stasiun Pompa 2x0.5m3/dt

Waduk tunggu 84 ha

Pembebasan lahan 129 ha

4Alternatif 4 Tanggul kiri dan kanan sungai, total panjang 29.74 km.

Normalisasi Sungai 13.6 km

Drainase inlet 5 buah

Stasiun Pompa 2x0.5m3/dt

Waduk Tunggu 84 ha

Retarding basin 200 ha

Pembebasan lahan 327 ha

5.2. Pemilihan Alternatif Pengendalian Banjir

Alternatif tanggul banjir pada ruas sungai hilir dan tengah sampai jarak 20.0 km dari hilir cukup efektif menahan luapan banjir, karena kemiringan dasar sungai yang sangat landai, dan pengaruh pasang air laut cukup dominan. Sehingga dari keempat alternatif pengendalian banjir, elevasi muka air banjir tidak berubah cukup banyak, bahkan cenderung sama. Normalisasi sungai dengan menggali dan memperlebar penampang sungai tidak berpengaruh banyak dalam menurunkan elevasi muka air banjir. Untuk itu pada ruas ini (km. 0 20) tidak diusulkan pekerjaan normalisasi sungai.

Akan tetapi untuk ruas sungai di hulunya kondisi penampang sungai yang ada relatif sangat kurang dibandingkan dengan kebutuhan untuk mengalirkan debit banjir. Untuk itu normalisasi sungai dengan menggali dan memperlebar penampang sungai cukup efektif dalam menurunkan elevasi muka air banjir. Alternatif penanggulan saja tanpa normalisasi sungai (Alternatif-1) menyebabkan elevasi muka air banjir hasil perhitungan unsteady flow menjadi sangat tinggi (el. m.a.b = + 9.62 m di km. 29.0), dibandingkan dengan elevasi tebing rata-rata di lokasi ini (+ 6.53 m). Untuk itu diperlukan tanggul dengan tinggi rata-rata sebesar 5.0 m. pada lokasi ini. Secara teknis alternatif tanggul saja (Alternatif-1) akan sulit dilaksanakan karena tingginya tanggul yang harus dibuat.

Sedangkan penambahan rencana waduk tunggu seluas 84 ha (Alternatif-2), secara efektif dapat menurunkan elevasi muka air banjir sampai ke hilir (km. 20.0), dan hal ini juga berpengaruh dalam menurunkan muka air banjir ke hulunya sampai di hulu (km. 29.0). Secara teknis Alternatif-2 ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan Alternatif-1. Pada Alternatif-3 dengan pekerjaan normalisasi sungai pada ruas sungai hulu (km. 20 km.29) elevasi muka air banjir menjadi lebih rendah lagi.

Berdasarkan perbandingan alternatif tersebut selanjutnya diusulkan beberapa hal sebagai berikut : Konstruksi tanggul dan fasilitas outlet drainasi pada ruas sungai hilir yang dikombinasikan dengan pekerjaan normalisasi sungai hulu, serta rencana konstruksi waduk regulasi (Alternatif 3), diusulkan dipilih untuk bisa dilaksanakan secara bertahap mulai jangka pendek sampai jangka panjang, untuk pengendalian banjir Sungai Tallo. Walaupun secara ekonomis alternatif ini membutuhkan biaya yang besar, namun mempertimbangkan manfaat lain yang cukup besar terutama dalam konservasi sumber air. Sedangkan retarding basin Tamangapa disarankan untuk tetap dilestarikan sebagai penampungan sementara secara alamiah, dan jika memungkinkan secara bertahap dapat ditingkatkan kapasitasnya dengan penambahan tanggul keliling atau dengan penggalian dasar tampungan.

Kegiatan dalam rangka pengendalian banjir yang bersifat non struktural antara lain :

1. Perencanaan tata guna lahan (ruang) di dataran banjir yang disesuaikan dengan kemungkinan terjadinya genangan banjir serta disesuaikan dengan upaya perlindungan air dan sumber air.

2. Pelestarian daerah-daerah kantong air (danau atau rawa-rawa) yang selama ini sudah menjadi tempat penampungan air.

3. Pembangunan di daerah banjir yang menyesuaikan dengan kemungkinan terjadinya genangan banjir yang dapat terjadi setiap saat, antara lain dengan meninggikan pondasi bangunan atau membuat rumah-rumah panggung.

4. Pemasangan patok-patok peil banjir pada dataran banjir dengan mencantumkan bebagai elevasi banjir menurut kala ulangnya dan atau elevasi muka air banjir untuk banjir yang telah lewat.

5. Pemasangan dan pengoperasian sistem perkiraan dan pemberitaan dini peristiwa banjir kepada masyarakat.

2. Penyuluhan kepada masyarakat terhadap bahaya banjir dan peran sertanya dalam mengatasi dan upaya untuk mengurangi/menekan terjadinya masalah banjir dan kerugian yang ditimbulkan.

3. Lebih menggiatkan kampanye pembangunan dengan berwawasan kelestarian lingkungan.

6. DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI TALLO

6.1. Tanggul Kurung dan Tanggul BTN Antara

Tanggul kurung pada sungai Tallo bagian hilir (muara sampai jembatan PLTU) dimaksudkan untuk memanfaatkan jalan yang sudah ada, yaitu jalan Urip Sumoharjo, jalan Toll Reformasi, serta rencana jalan Midle Ring Road sebagai alternatif tanggul keliling untuk menahan luapan air banjir pada wilayah ini.

Tanggul BTN Antara diperlukan guna mengamankan lokasi perumahan ini dari luapan banjir, karena lokasinya terletak di dalam tanggul kurung dan elevasi rata-rata tanah (+ 1.20 ) masih dibawah elevasi muka air banjir sungai Tallo di lokasi ini (+ 2.56 m). Posisi tanggul BTN Antara berada pada jarak 10.0 12.1 km. dari muara Sungai Tallo. Ketinggian tanggul rata-rata 2.00 m.6.2. Tanggul Kanan Sungai Tallo

Tanggul kanan sungai Tallo sepanjang 8.90 km. direncanakan mulai dari jembatan Tello (PLTU) (km.12.1) di sisi sebelah kanan sungai sampai di awal normalisasi sungai (km. 20.1). Lebar atas tanggul 4.00 m, dimana 3.0 m sebagai jalan inspeksi dengan perkerasan sirtu. As tanggul ditempatkan pada sisi luar sungai diluar rumpun nipah-nipah. Kemiringan talud luar dan dalam adalah 1 : 1.50. Ketinggian tanggul rata-rata 2.50 m. Bahan timbunan untuk tanggul direncanakan diambil dari hasil galian waduk tunggu.6.3. Tanggul Kiri Sungai Tallo

Tanggul kiri sungai Tallo dibagi menjadi tiga ruas, yaitu : tanggul kiri-1 (km. 14.7 km. 15.0 ; 332 m), tanggul kiri-2 (km.15.9 km.18.1 ; 2.20 km), tanggul kiri-3 (km. 18.7 km. 19.8 ; 1.1 km). Tanggul direncanakan demikian karena kondisi topografi di daerah ini relatif bergelombang, dimana ada beberapa daerah perbukitan di sisi sebelah kiri sungai yang aman terhadap banjir. Lebar atas tanggul 3.00 m, tidak difungsikan sebagai jalan inspeksi. As tanggul ditempatkan pada sisi luar sungai diluar rumpun nipah-nipah. Kemiringan talud luar dan dalam adalah 1 : 1.50. Bahan timbunan untuk tanggul direncanakan diambil dari hasil galian waduk tunggu. Ketinggian tanggul rata-rata 2.50 m.6.4. Normalisasi Sungai Tallo

6.4.1. Ruas Sungai

Pekerjaan normalisasi sungai dilakukan dengan memperlebar dan memperdalam penampang sungai yang ada untuk meningkatkan kapasitas aliran serta membuat tanggul disisi luar sungai. Ruas sungai yang dilakukan pekerjaan normalisasi sungai adalah :

Sungai Tallo :L = 3.22 km (km. 20.1 km. 23.7)

Sungai Mangalarang:L = 4.93 km (km.23.7 km. 29.0)

Sungai Tallo Hulu:L = 4.70 km (km. 23.7 km. 28.4)

Sungai Taccerekang:L = 2.70 km (km. 0.0 km. 2.70)

6.4.2. Alignment Rencana Normalisasi Sungai

Rencana alignment sungai yang dinormalisasi didasarkan dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Alignment sungai rencana pada umumnya diusahakan mengikuti kondisi eksisting dari sungai yang ada, dengan pertimbangan untuk mengurangi pembebasan lahan.

2. Rencana alignment diusahakan dengan belokan yang tidak tajam, dengan R > 50 m.6.4.3. Debit Rencana

Debit rencana untuk perencanaan dimensi normalisasi sungai berdasarkan debit puncak banjir periode 25 tahun pada ruas sungai yang bersangkutan. Akan tetapi untuk ruas sungai di hilir rencana lokasi waduk tunggu Nipa-Nipa digunakan debit puncak banjir yang sudah direduksi oleh adanya waduk tunggu tersebut. Perhitungan dimensi awal penampang sungai normalisasi seperti tercantum pada Tabel A.6.1. berikut :

Tabel A.6.1. Dimensi Rencana Normalisasi Sungai

Ruas

Sungai (km)Q

(m3/dt)Dimensi Normalisasi Sungai

b

(m)h

(m)V (m/dt)I

k

m

W(m)

Sungai Tallo

20 - 22376356.891.1040.0001401.50.60

22 - 24315355.121.4460.0002401.50.60

Sungai Mangalarang

24 - 29281254.691.8740.0004401.50.60

Sungai Tallo Hulu

24 - 28245253.702.1760.0007401.50.60

Sungai Taccerekang

0 - 2136.8123.832.0170.0007401.50.60

Keterangan : Sungai Tallo pada (km. 20 24), debit puncak banjirnya sudah direduksi oleh adanya waduk tunggu sebesar 230 m3/dt6.4.4. Muka Air Rencana

Elevasi muka air rencana setelah dilakukan pekerjaan normalisasi sungai dihitung kembali berdasarkan analisis unsteady flow dengan model matematik. Elevasi muka air pada posisi paling hilir dari rencana normalisasi yaitu pada km. 20.1 yang menentukan elevasi muka air banjir ke hulunya akibat adanya pengaruh aliran balik. Elevasi muka air banjir rencana normalisasi sungai dapat dilihat pada Tabel B.6.1. untuk ruas sungai yang bersangkutan (km. 20.0 29.0).

6.4.5. Koefisien Kekasaran

Koefisien kekasaran Manning untuk ruas sungai yang dinormalisasi digunakan 0.025 dengan kondisi penampang sungai dari tanah dengan bentuk teratur dan relatif lurus.

6.4.6. Tinggi Jagaan

Tinggi jagaan pada ruas sungai yang dinormalisasi diambil sama dengan ruas sungai di hilirnya untuk perencanaan tanggul yaitu sebesar 0.60 m. Sedangkan untuk rencana persilangan dengan jembatan digunakan standar tinggi jagaan sebesar 1.00 m.

6.4.7. Lebar Tanggul

Lebar atas tanggul direncanakan sebesar 3.00 m, sehingga bisa digunakan juga untuk jalan inspeksi. Perkerasan jalan inspeksi dibuat dengan lebar 2.50 m dengan menggunakan perkerasan sirtu.

6.4.8. Kemiringan Talud

Kemiringan talud dalam dan luar direncanakan diambil 1 : 1.50

6.5. Bangunan Outlet Drainase

Pada lokasi percabangan sungai, atau outlet dari saluran pembuang yang direncanakan yang masuk ke Sungai Tallo direncanakan bangunan Drainase Outlet jika elevasi muka air banjir di sungai lebih tinggi dari muka air rencana saluran. Untuk muka air rencana saluran di bagian pengeluaran yang sama dengan muka air banjir di sungai, dibuat terbuka tanpa dilengkapi pintu air, seperti di saluran-saluran : SP. BRK I, SP. BRK III, SP. Daya, dan Sungai Taccerekang serta Sungai Tallo Hulu. Bangunan-bangunan outlet drainase yang direncanakan adalah seperti tercantum pada Tabel A.6.2. berikut :

Tabel A.6.2. Rencana Bangunan Drainase Outlet pada S. Tallo

LOKASI BANGUNANBTN AntaraBTN BungSP BTP 2SP Antang 2SP. BTP 1SP Daya I

Posisikm.km. 11.1km. 15.4km. 17.6km. 16.5km. 19.2km. 20.1

Di sisi kiri/kanan sungai kanankananKananKirikanankanan

DATA DESAIN :

Elevasi di sungai :

- Puncak tanggul rencanam3.214.184.514.474.564.77

- Muka air banjirm2.533.453.983.914.114.22

- Dasar sungai rencanam-2.71

- Tebing kanan sungaim-0.221.391.091.651.061.62

- Dasar sungai yang adam-1.70-2.35-2.14-2.75-1.81-1.99

- Tebing kiri sungaim1.291.522.571.981.941.70

DIMENSI RENCANA

Ruas saluran pembuangSP.AntaraS.59SP.BTP 2SP.Antang 2SP. BTP ISP.Daya I

Debit, Q m3/dt9.705.7113.9913.926.4581.78

Kecepatan aliran, Vm/dt0.630.610.540.950.97

Lebar dasar, bm6.004.00467.8012.00

Tinggi air, hm1.902.002.82.63.004.50

miring dasar saluran, i0.0001250.0001140.0001210.0001210.0001220.000136

koefisien strikler, k55.5655.5640.0040.0055.5640.00

miring talud, m0.500.251.501.500.501.50

Tinggi jagaan, wm0.300.300.300.300.300.60

El. Muka air saluranm1.501.502.002.002.002.00

PERHITUNGAN KAPASITAS PINTU

Kecepatan Rencana (V)m/dt21.52222

Debit rencana (Q)m3/dt9.705.7113.9913.9026.4581.78

A = Q/Vm24.853.816.9956.9513.2340.89

H maks = hm1.902.002.802.603.004.50

B = A/H maksm2.551.902.502.674.419.09

B pintu dipakaim3.003.002.505.005.0012.00

B satu pintum1.501.502.502.502.503.00

Jumlah pintubuah221224

H pintum2.052.152.952.753.154.65

Z diperlukanm0.230.070.320.090.250.18

Q = 0.80 B H (19.62 Z)^0.5

El. M.a. S.Tallo operasim1.271.431.681.911.751.82

KETERANGAN :

Outlet Drainase SP. Antara :

Dilengkapi pintu penggerak elektrik, stasiun pompa tetap 1.5 m3/dt, rumah jaga,

ruang operasi, diesel 150 KVA

Outlet Drainase S. 59 (BTN Bung) :

Dilengkapi dudukan stasiun pompa bergerak (mobile pump), dan pengadaan mobile

pump 500 l/dt dan mobile penarik.

Outlet Drainase SP. Daya I :

Dilengkapi pintu penggerak elektrik 3.0x4.50x 4 buah, rumah jaga,

ruang operasi, diesel 150 KVA

6.6. Waduk Tunggu Nipa-Nipa

Waduk tunggu nipa-nipa direncanakan mampu menurunkan puncak banjir dengan periode ulang 25 tahun sebesar 230 m3/dt. (sebesar kapasitas pelimpah), sehingga debit aliran dihilirnya mampu ditampung oleh kapasitas sungai yang sudah ditingkatkan dengan rencana normalisasi sungai dan tanggul. Bagian-bagian utama waduk tunggu antara lain adalah : tampungan waduk, tanggul keliling, pelimpah, pintu pengatur bagian outlet, stasiun pompa, dan saluran pengelak. Waduk tunggu Nipa-Nipa yang direncanakan terletak disisi sebelah kanan Sungai Tallo pada ruas sungai setelah percabangan sungai Tallo dengan Sungai Mangalarang (km. 23.7). Pada ruas setelah percabangan ini terjadi akumulasi debit banjir yang besar, sehingga daerah ini dan sekitarnya selalu menjadi daerah genangan banjir. 6.6.1. Karakteristik Waduk Tunggu

Waduk tunggu dibangun dengan melakukan penggalian pada area rencana tampungan dan membuat tanggul keliling. Tanggul keliling ini dibuat dengan kemiringan talud 1 (V) : 2 (H) dengan lebar puncak 3.0 m dan lebar berm 3.0 m untuk meningkatkan kestabilan talud.

Galian dasar waduk tunggu direncanakan sampai + 0.00. Dasar galian waduk tunggu dibuat dengan kemiringan dasar miring menuju ke tengah, dimana direncanakan berbentuk saluran pembuangan. Karakteristik utama waduk tunggu yang direncanakan adalah sebagai berikut.

Luas areal:85 ha (dibatasi dengan saluran pembuang, disisi luar tanggul keliling)

Luas dasar galian :83.7 ha (di sisi dalam dari batas kemiringan talud tanggul keliling).

Elevasi spillway:+ 3.36 m (dari analisis hidrolika)

Kapasitas normal:2.81 juta meter kubik (sampai muka air normal = + 3.36 m)

Kapasitas maks:3.58 juta meter kubik (sampai muka air banjir = + 4.28 m)

Elevasi Puncak tanggul: + 4.28 + 0.80 = + 5.08 m, dengan lebar atas 3.00 m.

Dasar waduk:Elevasi memanjang bervariasi dari hulu + 1.0 m (dekat dengan bagian pemasukan/spillway) dan pada bagian hilir - 1.0 m (dekat bangunan pintu). Didalam area rencana tampungan waduk direncanakan saluran drainase pengumpul dibagian dasar dengan kedalaman 1.0 m dan lebar dasar 1.0 m, kemiringan talud saluran diambil 1:3. elevasi melintangnya bervariasi dimana dibuat kemiringan dasar 1:1000 dari ujung talud tanggul keliling ke arah saluran drainase pengumpul.

Kolam Pengarah:Di depan bagian pemasukan pintu pengatur dibuat kolam pengarah dengan elevasi dasar lebih rendah 1.0 m dari dasar waduk di hulunya, Kolam pengarah direncanakan berukuran ( 150 x 150 m dengan kedalaman sekitar 1.0 m atau dengan elevasi - 1.0 m. Kolam ini dimaksudkan untuk mempermudah operasi bangunan pintu pengatur dan menampung aliran sedimen.

Saluran Pembuang :Saluran pembuang sisi (side drain) dibuat di sisi luar tanggul keliling dengan maksud untuk menampung buangan air disekitar lokasi waduk dan daerah perkampungan kemudian membuangnya ke sungai. Saluran ini juga akan menjaga agar buangan air limbah dari perkampungan disekitarnya tidak langsung masuk ke waduk untuk menjaga tampungan waduk tetap bersih. Dimensi saluran pembuang yang direncanakan adalah : kedalaman 1.0 m, dan lebar dasar = 1.0 m.

6.6.2. Pelimpah

Pelimpah diharapkan mampu menyadap debit banjir yang melebihi kapasitas maksimum sungai untuk ditampung dalam waduk regulasi dan sebaliknya melimpahkan air kembali ke sungai pada saat muka air sungai telah surut. Kondisi ini didasarkan pada skala, Frekuensi dan bentuk hidrograf banjir sungai yang dipilih. Jenis aliran di upstream pelimpah (over flow spillway) adalah aliran tidak tetap berubah berangsur (Gradually Varied Flow). Pelimpah direncanakan dengan ambang bebas.

Dari luas rencana waduk tunggu sebesar 83.7 ha, dan kedalaman tampungan waduk rata-rata = 4.28 m, maka volume tampungan waduk adalah 3.58 juta m3. Besarnya pemotongan debit puncak banjir dari hidrograf banjir rencana adalah sebesar 230 m3/det, debit ini sebagai debit rencana bangunan pelimpah.

Direncanakan panjang pelimpah B = 170 m, maka kedalaman limpasan diatas mercu pelimpah H = 0.92 m. Dari analisis hidrolika, elevasi muka air banjir di sungai pada lokasi pelimpah (P.198) adalah + 4.28 m sehingga elevasi crest spillway = + 4.28 - 0.92 = + 3.36 m

Karakteristik pelimpah yang direncanakan adalah sebagai berikut:

Type:konstruksi beton bertulang dengan penampang melintang berbentuk trapesium, didalamnya berupa timbunan tanah pilihan dipadatkan.Crest:El. + 3.36 m dengan lebar atas 3.0 m

Panjang :170 m

Kemiringan:1 : 1.5 untuk bagian hulu (sisi sungai), dan

1 : 3.0 untuk bagian hilir (sisi waduk tunggu)

6.6.3. Bangunan Pintu Pengatur

Karakteristik Rencana Pintu

Tipe pintu=pintu sorong/geser dengan pengangkat elektrik, menggunakan drum dan kabel baja mengangkatDebit Rencana=100m3/dt

Dimensi bukaan yang dibutuhkan=64m

Lebar pintu=3 x 5.00 m

Tinggi Pintu=4.28m

Muka air rencana maksimum (HWL)

- Muka air di waduk tunggu=+ 4.28m

- Muka air di sungai=+ 4.08m

Muka air rencana rendah (LWL)

- Muka air di waduk tunggu=+ 0.50m

- Muka air di sungai=- 0.80m

Elevasi rencana ambang pintu=+ 0.00m

Elevasi rencana puncak pintu=+ 5.08m (sama dengan elevasi rencana tanggul waduk tunggu)

6.6.4. Stasiun Pompa

Pompa diperlukan untuk mengeluarkan tampungan waduk ke sungai pada saat elevasi muka air banjir di sungai sudah lebih besar dari muka air waduk, sehingga pengaliran secara gravitasi melalui pintu dan spillway sudah tidak dapat dilakukan lagi. Kapasitas pompa yang digunakan adalah = 2 x 2 m3/dt atau = 2 x 120 m3/menit. Tipe pompa submersible dengan pengoperasian melalui panel utama di dalam gedung operasi. Diesel kapasitas 400 KVA diperlukan sebagai tenaga untuk pompa dan pengangkatan pintu air. Tinggi tekan total pompa adalah 3.81 m.

Elevasi muka air desain untuk stasiun pompa adalah sebagai berikut :

Muka air bagian penghisapan (sisi waduk tunggu)

HWL=El. + 3.36 m (setinggi crest spillway)

LWL=El. + 0.00 m

LLWL=El. 0.10 m

Muka air bagian keluar (sisi sungai)

HWL=El. + 3.36 m (setinggi crest spillway)

LWL=El. 0.80 m (pasang surut rendah rata-rata (MLWL))

Saluran masuk sebelum kolam hisap dengan dimensi :

Lebar b=2 x 3.00 m

Elevasi dasar =- 1.60 m

Elevasi Dekserk=+ 5.20 m

Tinggi saluran=6.80 mKonstruksi=beton bertulang penampang segi empat

Trashrack pada saluran masuk :

HWL=El. + 4.28 m (setinggi muka air maksimum di sungai)

LWL=El. + 0.00 m

El. Dasar=El. 1.60 m

El. Top=El. + 5.20 m

Kemiringan=7 derajad terhadap garis vertikal

Tinggi tegak=6.80 m

Lebar=2 x 3.00 m

Konstruksi=jeruji baja dengan rangka utama profil baja canal

Kolam hisap :

Kecepatan aliran masuk = < 0.50 m/dt.

Jarak antara mulut pipa hisap dengan dasar kolam hisap = 0.50 m

Jarak dari ketinggian LLWL (El. 0.10 m) sampai mulut pipa hisap = 1.50 m

Elevasi dasar kolam hisap = El. 0.10 1.50 0.50 = El. 2.10 m

Jarak antara dinding dengan as pipa hisap = B1 = 1.50 m

Fasilitas pokok waduk tunggu yang sangat diperlukan dalam pengendalian banjir adalah : tampungan waduk, pelimpah, dan pintu pengatur sebagai bangunan keluaran. Sedangkan stasiun pompa bisa dilaksanakan pada tahap penyempurnaan bangunan ini.

7. DETAIL DESAIN DRAINASE KOTA

7.1. Daerah Layanan

Jaringan drainase kota pada wilayah Area-V direncanakan dengan dasar tata letak rencana dari studi Masterplan Drainase Kota tahun 1996. Daerah layanan dari jaringan drainase tersebut seperti ditunjukkan pada Tabel A.7.1. berikut :

Tabel. A.7.1 Daerah Layanan Drainase Kota Makassar Area VNoDaerah Layanan

Saluran Drainase

1Bandara Hasanuddin serta areal pengembangannya yang sementara dikerjakan SP. Bonetanjore

2Asrama haji Sudiang dan sekitarnya SP. Bonetanjore , S.85a

3Perumahan, pemukiman dan perkantoran pada kawasan Sudiang S83a

S83

4Stadion Olahraga, perumnas dan pekuburan di Sudiang SP.Daya I

S.86, S.69

5Kompleks Polda, KOOPSAU II, Terminal Regional Daya, Pusat Niaga Daya. S.62

SP. Daya

6.Kawasan Industri Makassar dan sekitarnya SP. BRK I,II,III

7.perumahan, pergudangan jalan Salodong dan sekitarnya. S. 80B, S. 80A.

SP. Biringkanaya I

8.Permukiman, pergudangan, perkantoran, depo kontainer Jl. Ir. Sutami (Tol) bagian barat . S. 88, S89

S. 88B

9.Perkantoran, perumahan, permukiman, di sepanjang jalan paccerekkang. S. 87, S94, S93, S92

S. 91

10.Permukiman, Perumahan Telkomas, Komplek Militer LINUD, S. 61

SP. Daya

11.Permukiman, Perumahan BTP, Telkomas, Perumahan DOSEN UNHAS. S. 66, S.BTP.1

SP. BTP I, SP. BTP II

12.Permukiman, Komplek Militer Kavaleki, BTN wesabe, Komplek Perkantoran, Komplek Pendidikan, Rumah Sakit Regional Wahidin Sudirohusodo. S. 60

13.Komplek Perumahan, Permukiman BTN Antara & Bung Permai, dan sekitarnya SP. Antara

S. 59

7.2. Tata Letak Jaringan Drainase

Peta tata letak jaringan drainase kota pada Area-V seperti ditunjukkan pada Gambar B.7.1. dan Skema jaringan drainase seperti pada Gambar B.7.2.

7.3. Perencanaan Saluran Drainase

Saluran drainase direncanakan dengan kriteria pokok sebagai berikut :

Debit rencana saluran dihitung dengan kriteria :

Tabel A.7.2. Metode Perhitungan Debit Luas Das(ha)Periode ulang

(tahun)Metode Perhitungan debit

50010-25Hidrograf satuan

Besarnya koefisien kekasaran manning (n) diambil:

Pasangan batu kali/gunung tidak diplester0,20

Pasangan batu kali/gunung diplester0,018

Tanah

0,025

Kecepatan aliran yang diizinkan dalam saluran diambil:

Kecepatan Maksimum= 3,0 m/det pakai lining/pasangan

1,6 m/det tanpa lining/pasangan

Kecepatan Minimum= 0,3 m/det pakai lining/pasangan

0,6 m/det tanpa lining/pasangan

Kemiringan talud direncanakan 0,25 -0,50 untuk saluran (pasangan) dan 1,00 1,50 untuk saluran tanah. Tinggi jagaan diambil:

Saluran Primer:0,30 m

Saluran Sekunder:0,20 m

Saluran Tersier:0,10 m.

Jari-jari lengkung minimum diambil dari As saluran

Saluran Kecil Rmin= 3 kali lebar muka air

Saluran Besar Rmin= 7 kali lebar muka air

Tanggul saluran :Jenis SaluranLebar SaluranSaluran Primer> 2,00 m

Saluran Sekunder1,00 1,50 m

Penampang saluran berbentuk trapezium dan empat persegi

Apabila suatu aliran drainase yang masuk (bermuara) ke suatu sungai, dimana muka air sungai itu mengalami kenaikan akibat pengaruh pasangnya air laut, maka perlu diadakan analisa back water di saluran drainase dengan model hydraulic HEC RAS.

Dimensi saluran drainase yang direncanakan seperti disajikan pada Tabel B.7.1.8. Estimasi Biaya Proyek

Total biaya konstruksi pengendalian banjir Sungai Tallo dan jaringan drainase kota Area-V adalah sebagai berikut :

A. Pekerjaan Utama Sungai Tallo =Rp. 51.329.434.697,-B. Pekerjaan Waduk Tunggu Nipa-Nipa=Rp. 45.143.913.895,-C. Pekerjaan jaringan Drainase Kota Area-V=Rp. 77.441.055.241,-

TOTAL BIAYA KONSTRUKSI=Rp.173.914.403.834,-

Sedangkan biaya total proyek, yang terdiri dari : (1) Biaya Konstruksi, (2) Biaya pembebasan lahan, (3) Biaya administrasi, (4) Biaya Konsultansi, (5) Price Contigency, (6) Physical Contigency, dan PPN adalah sebagai berikut :

Biaya Proyek pengendalian banjir dan drainase kota Area-V :

TOTAL BIAYA PROYEK=Rp. 250.981.578.868,-9. Rencana Pelaksanaan Konstruksi

Skedul rencana pelaksanaan konstruksi pengendalian banjir Sungai Tallo dan konstruksi jaringan drainase kota Area-V seperti disajikan pada Tabel B.9.1.

Tabel A.8.1. REKAPITULASI ESTIMASI BIAYA

PEKERJAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI TALLO

DAN JARINGAN DRAINASE KOTA MAKASSAR AREA-V

NOJENIS PEKERJAANTOTAL BIAYA

(Rp.)

I.PEKERJAAN PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI TALLO

1.PEKERJAAN SUNGAI

1.1.Biaya Umum1,161,642,000

1.2.Pekerjaan Utama Sungai :

a. Tanggul kiri dan kanan (L total = 14.5 km)8,667,439,069

b. Normalisasi sungai Tallo (L = 8.15 km)20,259,263,241

c. Normalisasi S.Tallo Hulu dan Taccerekang (L total = 7.4 km)5,828,372,633

1.3.Pekerjaan Bangunan Outlet Drainase dan stasiun pompa12,986,605,944

1.4.Pekerjaan Rekonstruksi Jembatan Nipa-Nipa2,426,111,811

Sub Total Sungai51,329,434,697

2.PEKERJAAN WADUK TUNGGU DAN FASILITAS

2.1.Biaya Umum893,915,000

2.2.Waduk Tunggu & Pelimpah

2.2.1.Pekerjaan Tanah (galian waduk dan timbunan tanggul)22,799,934,679

2.2.2.Perkuatan Tebing 1:2354,549,861

2.2.3.Pelimpah3,705,145,494

2.3.Saluran Masuk, Pintu Pengatur dan Stasiun Pompa

2.3.1.Pekerjaan Tanah425,632,773

2.3.2.Saluran masuk dan Retaining Wall571,129,711

2.3.3.Bangunan Pintu Pengatur1,012,309,075

2.3.4.Bangunan Stasiun Pompa918,057,160

2.3.5.Gedung Operasi571,240,142

2.4.Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal

2.4.1.Pekerjaan Pompa dan Katup4,405,000,000

2.4.2.Pekerjaan Listrik Voltase Rendah3,780,000,000

2.4.3.Generator Diesel1,532,000,000

2.4.4.Pintu Pengatur4,105,000,000

2.4.5.Uji Coba & Training OM70,000,000

Sub Total Waduk Tunggu dan Fasilitasnya45,143,913,895

II.PEKERJAAN KONSTRUKSI DRAINASE KOTA AREA-V

1.Biaya Umum1,491,105,000

2.Saluran dan Bangunan Drainase Primer44,816,627,639

2.1.SP. Biringkanaya I6,074,504,385

2.2.SP. Biringkanaya II3,521,262,207

2.3.SP. Biringkanaya IIIError! No table of contents entries found.3,801,519,491

2.4.SP. Daya5,912,776,320

2.5.SP. Antara743,941,586

2.6.SP. BTP 15,594,839,953

2.7.SP. BTP 21,715,054,029

2.8.SP. Daya I7,713,176,489

2.9.SP. BNTR7,705,682,135

2.10.SP. Antang2,033,871,043

3.Saluran dan Bangunan Drainase Sekunder31,133,322,603

3.1.S.79,S.80,S.82,S.83,S.88,S.8911,150,440,142

3.2.S.61, S.62, S.63, S.64,6,420,413,280

3.3.S.94, S.93, S.921,336,933,032

3.4.S.60, S.58, S.592,728,777,790

3.5.S.65, S.66, S.913,481,507,857

3.6.S.86, S.85a, S.86, S.876,015,250,501

Sub Total Konstruksi Drainase Kota Area-V77,441,055,241

ABIAYA KONSTRUKSI MURNI173,914,403,834

BBiaya Pembebasan Lahan :

B.1.Pekerjaan Sungai (50 ha)3,750,000,000

B.2.Pekerjaan Waduk Tunggu (90 ha)6,750,000,000

B.3.Pekerjaan Drainase Primer4,125,000,000

B.4.Pekerjaan Drainase Sekunder1,050,000,000

CBiaya Administrasi (5% (A+B))9,479,470,192

DBiaya Konsultansi (5% A)8,695,720,192

EPrice Contingency 2% A3,478,288,077

FPhysical Contingency 10%(A+B+C+D)19,208,959,422

GPPN 10 % (A+D+E+F)20,529,737,152

TOTAL BIAYA PROYEK250,981,578,868

10. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

10.1. Kesimpulan

Beberapa pokok kesimpulan dari Pekerjaan Detail Desain Pengendalian Banjir Kota Makassar dan Sekitarnya antara lain adalah sebagai berikut :

1. Ruang lingkup pekerjaan detail desain ini adalah : detail desain pengendalian banjir Sungai Tallo dari muara sampai km. 29, dan anak sungai utamanya; serta detail desain saluran dan bangunan drainase utama (Primer dan Sekunder) pada area drainase kota Makassar wilayah Area-V (panjang total ( 60 km).

2. Ruas Sungai Tallo yang rawan terhadap terjadinya banjir adalah mulai dari muara ke hulu sampai sepanjang ( 30 km., sampai di sekitar jembatan Mangalarang dan anak sungai Tallo Hulu sampai sekitar Bendung Kajenjeng. Dengan kapasitas aliran sungai dari penampang yang ada hanya mampu menampung debit banjir dengan periode ulang di bawah 5 tahun.

3. Usulan pekerjaan pengendalian banjir pada sungai Tallo adalah dengan cara kombinasi peningkatan kapasitas aliran sungai dan memotong hidrograf puncak banjir, dengan debit banjir rencana periode ulang 25 tahun. Dalam hal ini diusulkan pekerjaan pembangunan tanggul di sisi kiri dan kanan sungai (9 km), normalisasi sungai (13 km)dan dikombinasikan dengan usulan pembangunan waduk tunggu (regulation pond) seluas 84 ha. dengan kapasitas tampung 3.58 juta m3 pada muka air banjir (+ 4.28 m). Pada bagian outlet (pengeluaran) dari beberapa saluran pembuang primer direncanakan bangunan drainase outlet dengan dilengkapi pintu klep.

4. Untuk daerah hilir mulai dari muara sampai dengan jembatan PLTU, direkomendasikan untuk memanfaatkan rencana midle ring road sebagai tanggul kurung, kecuali untuk mengamankan kawasan pemukiman BTN Antara diusulkan tanggul di sisi kanan sungai (Tanggul BTN Antara). Daerah di dalam kawasan tanggul kurung diperuntukkan sebagai kawasan konservasi sebagaimana RUTR yang ada. Untuk pelaksanaan pengembangan di dalam kawasan tanggul kurung mengacu pada peil bebas banjir yang ada (sebagaimana tercantum dalam gambar peta desain)

5. Biaya yang diperlukan untuk pekerjaan konstruksi murni adalah sebagai berikut :

a. Pekerjaan tanggul, normalisasi sungai, bangunan outlet drainase, gorong-gorong dan jembatan : Rp. 51.33 milyar

b. Pekerjaan waduk tunggu, pelimpah, pintu pengatur, stasiun pompa dan gedung operasi, serta pekerjaan mekanikal dan elektrikal : Rp. 45.14 milyar

c. Pekerjaan konstruksi saluran dan bangunan drainase primer dan sekunder : Rp. 77.44 milyar

10.1. Rekomendasi

1. Karena pembangunan di Kota Makassar bagian Timur yang semakin pesat, maka sangat perlu segera dilaksanakan pekerjaan pembebasan lahan pada jalur-jalur rencana trase saluran drainase pada Area-V, maupun rencana trase tanggul banjir, agar trase saluran yang telah direncanakan tidak ditempati oleh bangunan yang akan menghambat pelaksanaan konstruksi.

2. Mengingat pentingnya proyek ini dan memberikan manfaat sosial ekonomi yang besar terhadap masyarakat di Kota Makassar dan sekitarnya, serta tingginya harapan masyarakat untuk bisa mengatasi permasalahan banjir yang selalu terjadi, maka diharapkan proyek ini bisa segera dapat direalisasikan.

3. Salah satu kegiatan pokok yang harus dilaksanakan sebelum memulai pekerjaan konstruksi adalah Study Analisis Dampak Lingkungan pekerjaan pengendalian banjir Kota Makassar. Dari studi ini diharapkan dapat diperoleh informasi dampak lingkungan penting yang bisa ditimbulkan dari pekerjaan yang ada serta rekomendasi penanganan yang disarankan.

4. Pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana pengendalian banjir dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan skala prioritas berdasarkan ketersediaan dana sebagaimana diusulkan dalam jadwal rencana pelaksanaan konstruksi, dengan pembagian wewenang instansi pelaksana sesuai dengan perundang-undangan yang ada.

5. Mengingat perkembangan Kota Makassar yang sangat pesat, maka perlu diprioritaskan untuk segera melakukan pembebasan lahan pada jalur rencana bangunan pengendali banjir dan jalur rencana saluran drainase, sehingga harga pembebasan tanah tidak semakin tinggi. Disamping itu perlu segera diperketat perijinan dan pelarangan adanya pembangunan pada lokasi rencana bangunan pengendali banjir dan saluran drainase. Untuk saluran-saluran prioritas seperti SP. Daya dan saluran-saluran sekundernya perlu segera dilakukan pekerjaan pembukaan alur sungai, jika pekerjaan konstruksi penuh belum bisa dilaksanakan akibat belum tersedianya dana yang besar.

6. Volume hasil galian waduk tunggu direncanakan digunakan sebagian sebagai material bahan timbunan untuk tanggul sungai dan pekerjaan normalisasi sungai. Sisa hasil galian yang tidak terpakai dapat dibuang pada lokasi-lokasi penimbunan pada kawasan perumahan baru yang tersebar. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerjasama antara kontraktor dengan REI serta para pengembang. Sebagai tempat pembuangan hasil galian (spoil bank) yang tidak dimanfaatkan adalah di daerah rendah persawahan di sisi sebelah kiri jalan inspeksi PAM di sebelah Utara rencana waduk regulasi Nipa-Nipa.

21.