Upload
vanminh
View
248
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
RINGKASAN
LAELI KOMALASARI. Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu. Dibawah bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS.
Peternakan sebagai salah satu sub sektor pertanian berperan dalam mewujudkan ketahanan dan keamanan pangan, khususnya pangan asal hewan. Salah satu sumbangan terbesar dari PDB Sub Sektor Peternakan adalah daging ayam. Daging ayam merupakan pilihan utama bagi konsumen dalam pemenuhan protein hewani yang berasal dari ternak. Hal ini dikarenakan harga daging ayam relatif lebih murah dibandingkan harga daging dari ternak lain. Peluang pengembangan ayam broiler cukup besar mengingat konsumsi masyarakat terhadap ayam broiler akan terus meningkat seiring peningkatan pendapatan. Selain itu siklus produksi ayam broiler relatif singkat, biasanya dipanen pada umur 35 hari sehingga perputaran modal cepat. Salah satu kendala dalam usaha pengembangan ayam broiler adalah mahalnya harga pakan ayam broiler. Total biaya pakan mencapai sekitar 70 persen dari seluruh biaya produksi. Mahalnya pakan ini disebabkan sebagian dari bahan bakunya masih impor termasuk jagung. Jagung merupakan bahan baku utama yang dalam penyusunan pakan ayam diperlukan sebesar 40 – 50 persen sementara bahan baku yang lain seperti dedak, bungkil kelapa, tepung ikan, premiks proporsinya relatif lebih kecil. Permintaan jagung sebagai bahan baku pakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu diperlukan terobosan untuk mengurangi ketergantungan impor jagung yang semakin meningkat. Salah satu alternatif peningkatan pendapatan usaha ayam broiler adalah melalui integrasi dengan usaha produksi jagung, yaitu melakukan peternakan terpadu. Dengan mengintegrasikan ternak dan kegiatan penanaman jagung kemudian diolah menjadi pakan ternak diharapkan akan menghasilkan efisiensi produksi yang tinggi. Ayam broiler menghasilkan kotoran yang dapat diubah menjadi pupuk organik yang dapat menyuburkan tanah dan meningkatkan produksi jagung. Dari sisi ternaknya dapat diperoleh penyediaaan pakan yang berkesinambungan. Pengembangan peternakan ayam broiler terpadu merupakan investasi jangka panjang dan dana yang dibutuhkan cukup besar. Diperlukan perencanaan yang tepat agar dana yang diinvestasikan memberikan keuntungan dan manfaat bagi pihak yang terlibat. Analisis kelayakan usaha perlu dilakukan guna mendukung perencanaan ini. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor, membuat simulasi kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu untuk berbagai kombinasi model pengembangan ayam broiler dan menganalisis pengaruh perubahan kenaikan harga DOC dan penurunan harga jual ayam broiler terhadap kelayakan finansial.
Penelitian dilakukan berdasarkan studi literatur. Untuk mengetahui koefisien teknis budidaya ayam broiler, dilakukan di Peternakan Ayam Broiler milik Bapak Sugeng pada skala 10.000 ekor di daerah Caringin, Dramaga Bogor pada bulan Mei sampai bulan Juni 2008. Jenis data yang digunakan dalam
ii
penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Program komputer yang digunakan untuk mengolah data adalah Microsoft Excel. Tiga model usahatani yang akan diterapkan dengan dua simulasi terdiri dari model 1, 2 dan 3. Model satu merupakan peternakan ayam broiler (tidak terpadu), model dua adalah kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler serta model tiga yaitu kombinasi peternakan ayam broiler dengan pabrik pakan dan budidaya jagung. Simulasi pertama dengan kapasitas 10.000 ekor ayam broiler. Simulasi kedua dengan kapasitas 25.000 ekor ayam broiler.
Hasil analisis kelayakan finansial dan analisis switching value dapat disimpulkan bahwa peternakan ayam broiler terpadu pada skala 10.000 ekor tidak layak diusahakan. Dengan meningkatkan skala usaha menjadi 25.000 ekor maka usaha menjadi layak. Peningkatan nilai indikator kelayakan finansial dari 10.000 menjadi 25.000 ekor cukup besar. Artinya bila usaha peternakan ayam broiler dilakukan secara integrasi dengan skala usaha yang relatif besar maka usaha semakin layak secara finansial dibandingkan bila usaha peternakan ayam broiler saja. Hasil analisis kelayakan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1.1481.498.164, Net B/C lebih besar dari satu yaitu 1,59 dan IRR sebesar 30,60 persen. Jangka waktu pengembalian investasi selama 3 tahun 2 bulan 12 hari. Dari analisis kelayakan finansial maka peternakan ayam broiler terpadu merupakan model terbaik untuk diterapkan, dan untuk usaha tersebut diperlukan modal awal sebesar Rp 2.854.611.767. Kombinasi usaha antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor layak untuk diusahakan. Sementara untuk usaha yang tidak diintegrasikan, peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor lebih layak untuk diusahakan dibandingkan 10.000 ekor karena nilai IRR, Net B/C, NPV lebih besar dan waktu pengembalian investasi lebih cepat
Usaha peternakan ayam broiler terpadu pada skala 25.000 ekor lebih tahan terhadap perubahan penurunan harga jual ayam broiler dan kenaikan harga DOC dibandingkan model lain. Analisis switching value menunjukkan bahwa batas maksimum penurunan harga jual ayam broiler yang dapat membuat usaha tetap layak sebesar 11,08 persen dan kenaikan harga DOC maksimal 62,73 persen.
Implementasi usaha peternakan ayam broiler terpadu memerlukan biaya dan lahan yang lebih besar dibandingkan kedua model lainnya, sehingga untuk mengatasi kendala permodalan tersebut dapat ditempuh melalui : 1) kerjasama atau kemitraan antar sesama peternak terutama dalam penyediaan atau pengadaan sarana produksi yang dilakukan secara berkelompok 2) kerjasama antara peternak dengan perusahaan peternakan (poultry shop, pabrik pakan, breeding, pabrik peralatan dan obat-obatan peternakan) dalam bentuk pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Perusahaan peternakan menyediakan sarana produksi sarana produksi (DOC, pakan dan obat-obatan) dan pemasaran hasil produksi ayam peternak, sedangkan peternak menyediakan lahan, kandang dan tenaga kerja 3) kerjasama antara peternak dengan petani pemilik lahan. Kerjasama ini dapat berupa peternak menyewa lahan milik petani untuk digunakan budidaya jagung atau kontrak pembelian jagung yang ditanam petani dengan peternak.
iii
KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER TERPADU
Oleh : LAELI KOMALASARI
A14105678
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperolah Gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Insitut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
iv
Judul : KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER
TERPADU
Nama : LAELI KOMALASARI
NRP : A14105678
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Muhammad Firdaus, SP, MSi, Ph.D NIP 132 158 758
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal kelulusan :
v
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER TERPADU
ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM
PERNAH DIAJUKAN UNTUK KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, November 2008
LAELI KOMALASARI A14105678
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 Mei 1970, sebagai anak
keenam dari tujuh bersaudara pasangan Bapak H.M. Soekirno dan Ibu Hj. Siti
Juhanah.
Pada tahun 1977 penulis masuk Sekolah Dasar (SD) Pabrik Es I Bogor
dan lulus tahun 1983. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 1986.
Kemudian pada tahun 1989 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bogor.
Pada tahun 1989 penulis diterima di Program Diploma Institut Pertanian
Bogor Program Studi Teknisi Peternakan, Bidang Studi Teknisi Usaha Ternak
Unggas, Fakultas Peternakan dan lulus pada tahun 1992. Kemudian melanjutkan
S1 pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis Departemen Ilmu-Ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian, Faperta IPB pada tahun 2006. Mulai tahun 1994 sampai
sekarang penulis bekerja di Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas
Peternakan IPB.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar
sarjana pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini berjudul KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM
BROILER TERPADU. Skripsi menganalisis kelayakan finansial pengembangan
ayam broiler terpadu dan berbagai kombinasi model pengembangan dari
peternakan ayam broiler.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Harapan
penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun pihak-
pihak yang memerlukan.
Bogor, November 2008
Penulis
viii
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kedua orang
tua, suami dan kedua buah hati tercinta, Fauzan Nabil dan Alandra Rafi Farisi
yang selalu memberikan kasih sayang, dorongan, motivasi, doa dan pengertiannya
selama ini.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang sudah
memberikan dukungan moril maupun materiil, dorongan semangat, bimbingan,
sumbangan pemikiran dan lain-lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Muhammad Firdaus, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah
dengan sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada
penulis selama penulisan skripsi.
2. Tanti Novianti, SP, M.Si selaku dosen evaluator kolokium atas saran
dan masukannya.
3. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji atas masukan dan
koreksiannya.
4. Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji Komisi Pendidikan atas
masukan dan sarannya.
5. Ir. Zulfikar Moesa, MS, Dr. Ir. Heri Ahmad Sukria, M.Sc, Ir. Niken
Ulupi, MS dan Ir. Lucia Cyrilla, M.Si atas bimbingan yang intensif
dan dorongan semangat yang sangat berarti selama penyusunan
skripsi.
ix
6. Ir. Ajar Widoyoko dari PT. Charoen Pokphand, Ir. Doddy Wiratmoko
dari PT. Tanindo Subur Prima dan Ir. Sugeng dari peternakan ayam
broiler atas informasi dan masukannya.
7. Dr. Ir. Ibnu Katsir Amarullah, Ir. Salundik, MS dan Ir. Rukmiasih,
MS atas masukannya.
8. Staf pengajar dan penunjang Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas,
Fakultas Peternakan atas kebersamaan dan dukungannya.
9. Mira Sukmapradita, SPt atas bantuan tenaga selama penulisan skripsi.
10. Seluruh teman-teman ekstensi MAB yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
1.4 Kegunaaan Penelitian ..................................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayam Broiler ................................................................................... 6
2.2 Jagung ............................................................................................ 7
2.3 Pupuk Kandang .............................................................................. 8
2.4 Pertanian Terpadu ........................................................................... 9
2.5 Tinjauan Terdahulu ........................................................................ 10
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................ 13
3.1.1 Fungsi Produksi.................................................................... 13
3.1.2 Siklus Proyek ........................................................................ 15
3.1.3 Studi Kelayakan Proyek ..................................................... 18
3.1.4 Aspek-aspek Studi Kelayakan ........................................... 20
3.1.5 Analisis Kelayakan Finansial ............................................. 22
3.1.6 Switching Value .................................................................. 23
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ................................................. 24
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 28
4.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 28
xi
4.3 Analisis Data ................................................................................. 28
4.3.1 Analisis Kelayakan Finasial ................................................ 29
4.3.2 Analisis Switching Value ................................................... 32
4.4 Asumsi Dasar ................................................................................ 32
V. ASPEK-ASPEK STUDI KELAYAKAN
5.1 Aspek Pasar .................................................................................... 36
5.2 Aspek Teknis .................................................................................. 37
5.2.1 Peternakan Ayam Broiler .................................................... 37
5.2.2 Peternakan Ayam Broiler Dikombinasikan dengan Pabrik Pakan ......................................................................... 38
5.2.3 Peternakan Ayam Broiler Dikombinasikan dengan Pabrik Pakan dan Budidaya Jagung .... ................................ 38
5.2.3.1 Kegiatan Budidaya Jagung ..................................... 39
5.2.3.2 Kegiatan Pabrik Pakan .......................................... 41
5.2.3.3 Kegiatan Peternakan Ayam Broiler ...................... 43
VI. KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER
6.1 Identifikasi Biaya dan Manfaat ..................................................... 47
6.1.1 Biaya ................................................................................... 47
6.1.2 Arus Penerimaan ................................................................. 50
6.2 Analisis Kelayakan Finansial ......................................................... 51
6.3 Analisis Switching Value................................................................. 54
VII. KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER DIKOMBINASIKAN DENGAN PABRIK PAKAN
7.1 Identifikasi Biaya dan Manfaat ...................................................... 57
7.1.1 Biaya .................................................................................. 57
7.1.2 Arus Penerimaan ................................................................. 60
7.2 Analisis Kelayakan Finansial ........................................................ 62
7.3 Analisis Switching Value ............................................................... 65
VIII. KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER DIKOMBINASIKAN DENGAN PABRIK PAKAN DAN BUDIDAYA JAGUNG
8.1 Identifikasi Biaya dan Manfaat .................................................. 67
xii
8.1.1 Biaya ................................................................................. 67
8.1.2 Arus Penerimaan ............................................................... 71
8.2 Analisis Kelayakan Finansial ...................................................... 73
8.3 Analisis Switching Value............................................................. 77
8.4 Alternatif model Terbaik................. ............................................ 79
8.5 Kelemahan Penerapan Peternakan Ayam Broiler Terpadu ........ 81
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 Kesimpulan ............................................................................... . 83
9.2. Saran .......................................................................................... . 84
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ . 85
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Produksi Daging Ayam Broiler Tahun 2003-2007 di Indonesia ................ 2
2. Jumlah Ekskreta Murni pada Beberapa Jenis Unggas ................................. 7
3. Persamaan dan Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu ........... 12
4. Neraca Perdagangan Daging Ayam di Indonesia Tahun 2002 - 2006 ........ 37
5. Umur Ekonomis dan Harga Peralatan Kandang Peternakan Ayam Broiler .......................................................................................................... 48
6. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 10.000 Ekor........................................... ……………………...... 52
7. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 25.000 Ekor........................................... ……………………...... 53
8. Hasil Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 10.000 dan 25.000 Ekor ……………………………………...... 55
9. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 10.000 Ekor............................... 63
10. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 25.000 Ekor............................... 64
11. Hasil Analisis Switching Value Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 25.000 Ekor............................... 65
12. Biaya Investasi Budidaya Jagung ................................................................ 67
13. Biaya Investasi Pendirian Pabrik Pakan ...................................................... 68
14. Biaya Investasi Peternakan Ayam Broiler ................................................... 69
15. Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu pada Kapasitas 10.000 Ekor ................................................................................ 74
16. Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu pada Kapasitas 25.000 Ekor ................................................................................ 76
17. Hasil Analisis Switching Value Peternakan Terpadu Ayam Broiler ........... 77
18. Perbandingan Kriteria Investasi Berbagai Model Kombinasi Usaha .......... 79
19. Perbandingan Analisis Switching Value Berbagai Model Kombinasi Usaha ........................................................................................................... 80
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Integrasi Tanaman Pangan dan Produksi Ternak .................................. 10
2. Kurva Kemungkinan Produksi yang Memperlihatkan Kemungkinan Hubungan antara Output-output ............................................................ 15
3. Kerangka Pemikiran Operasional ......................................................... 26
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman 1. Biaya Tetap Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 10.000 dan 20.000 Ekor Selama Satu Tahun ......................................... 87
2. Biaya Variabel Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 dan 25.000 Ekor Selama Satu Tahun ............................................................ 88
3. Biaya Variabel Kombinasi antara Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Selama Satu Tahun ......................................................... 88
4. Biaya Variabel Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 10.000 dan 20.000 Ekor Selama Satu Tahun ......................................... 89
5. Proyeksi Rugi Laba Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 Ekor ....................................................................................................... 90
6. Proyeksi Rugi Laba Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 Ekor ....................................................................................................... 90
7. Proyeksi Rugi Laba Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 Ekor ... .......................................................... 91
8. Proyeksi Rugi Laba Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 Ekor ............. ................................................ 91
9. Proyeksi Rugi Laba Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 10.000 Ekor...................................................................................... ...... 92
10. Proyeksi Rugi Laba Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 25.000 Ekor ............................................................................................ 92
11. Cashflow Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 Ekor.................. 93
12. Cashflow Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 Ekor.................. 95
13. Cashflow Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 Ekor ............................................................................................ 97
14. Cashflow Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 Ekor ............................................................................................ 100
15. Cashflow Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 10.000 Ekor ................................................................................................. ...... 103
16. Cashflow Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 25.000 Ekor ............................................................................................ 106
17. Analisis Switching Value Model Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 Ekor pada Penurunan Harga Jual Ayam Broiler Sebesar 1,04 Persen ................................................................................ 109
xvi
Nomor Halaman 18. Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 Ekor pada Kenaikan Harga DOC Sebesar 5,91 Persen ..........................................................................................… 111
19. Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 pada Penurunan Harga Jual Ayam Broiler Sebesar 1,82 Persen .............................................................................................. 113
20. Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 pada Kenaikan Harga DOC Sebesar 10,35 Persen ...................... 115
21. Analisis Switching Value Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 dengan Penurunan Harga Jual Ayam Broiler Sebesar 1,29 Persen .................................................. 117
22. Analisis Switching Value Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 dengan Kenaikan Harga DOC Sebesar 7,31 Persen ..………………………………………….... 120
23. Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 25.000 Ekor pada Penurunan Harga Jual Ayam Broiler 11,08 Persen ..................................................................... 123
24. Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 25.000 Ekor pada Kenaikan Harga DOC
Sebesar 62,73 Persen .............................................................................. 126
KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER TERPADU
Oleh : LAELI KOMALASARI
A14105678
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peternakan sebagai salah satu sub sektor pertanian berperan dalam
mewujudkan ketahanan dan keamanan pangan, khususnya pangan asal hewan.
Sektor peternakan memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam
perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi sektor peternakan
terhadap PDB Pertanian pada tahun 2003 sebesar 3,97 persen atau 1,9 persen
terhadap PDB Nasional. PDB Sektor Peternakan pada tahun 2002 – 2006 terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 peningkatan sebesar 3,97 persen
dibandingkan tahun 2002.
Salah satu sumbangan terbesar dari PDB Sub Sektor Peternakan adalah
daging ayam. Daging ayam merupakan pilihan utama bagi konsumen dalam
pemenuhan protein hewani yang berasal dari ternak. Hal ini dikarenakan harga
daging ayam relatif lebih murah dibandingkan harga daging dari ternak lain.
Data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan menunjukkan
bahwa konsumsi daging ayam pada tahun 2005 adalah sebanyak 824.560 ton atau
73,6 persen dari konsumsi daging nasional. Sementara produksi pada tahun yang
sama hanya sebesar 779.106 ton (Tabel 1). Adanya kekurangan suplai ini,
menyebabkan masuknya daging ayam broiler yang sebagian besar dalam bentuk
paha (chicken leg quarter) dari Amerika Serikat.
2
Tabel 1 Produksi Daging Ayam Broiler Tahun 2003-2007 di Indonesia
Tahun Produksi (Ton) 2003 771.112 2004 846.097 2005 779.106 2006 861.263 2007 918.478
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2007)
Impor daging ayam pada tahun 2003 – 2005 meningkat cukup tinggi,
kenaikan berkisar antara 140,6 – 202,8 persen. Tahun 2006 mengalami penurunan
sebesar 12,8 persen tetapi impor masih dilakukan karena belum mencukupi
kebutuhan dalam negeri (Dirjen Peternakan, 2007). Keadaan ini bila dibiarkan,
akan menyebabkan merosotnya peternakan ayam broiler nasional pada periode
mendatang.
Salah satu upaya menanggulangi volume impor yang tinggi adalah
meningkatkan produksi ayam broiler nasional dan ini merupakan suatu peluang.
Peluang pengembangan ayam broiler cukup besar mengingat konsumsi
masyarakat terhadap ayam broiler akan terus meningkat seiring peningkatan
pendapatan. Selain itu siklus produksi ayam broiler relatif singkat, biasanya
dipanen pada umur 35 hari sehingga perputaran modal cepat.
Salah satu kendala dalam usaha pengembangan ayam broiler adalah
mahalnya harga pakan ayam broiler. Total biaya pakan mencapai sekitar 70
persen dari seluruh biaya produksi. Mahalnya pakan ini disebabkan sebagian dari
bahan bakunya masih impor termasuk jagung. Jagung merupakan bahan baku
utama yang dalam penyusunan pakan ayam diperlukan sebesar 40 - 50 persen,
sementara bahan baku yang lain seperti dedak, bungkil kelapa, tepung ikan,
premiks proporsinya relatif lebih kecil. Permintaan jagung sebagai bahan baku
3
pakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu diperlukan terobosan
untuk mengurangi ketergantungan impor jagung yang semakin meningkat.
1.2 Perumusan Masalah
Adanya kecenderungan impor paha ayam yang terus meningkat dengan
harga yang lebih rendah dibanding harga dalam negeri menjadi ancaman bagi
industri perunggasan nasional. Hal ini menuntut upaya untuk meningkatkan
produksi dalam negeri melalui efisiensi sehingga dihasilkan produk yang memiliki
daya saing di pasaran. Efisiensi usaha ayam broiler tidak hanya terkait dengan
usaha ternaknya saja tetapi juga dengan harga input produksinya dalam hal ini
jagung. Di lain pihak, jagung yang merupakan bahan baku pakan masih impor
sehingga harga pakan mahal.
Selama ini pendapatan peternak dari usaha ayam broiler berfluktuasi. Hal
ini dikarenakan harga jual daging ayam di pasaran berfluktuasi pula dan tidak bisa
diprediksi secara tepat, sementara harga pakan terus mengalami peningkatan.
Dari Januari 2007 sampai 2008 harga pakan ayam broiler terus meningkat mulai
harga Rp 3.000 sampai Rp 4.000 per kg. Peningkatan ini seiring dengan
meningkatnya salah satu harga bahan baku pakan yaitu jagung sebesar 28 persen
dari Nopember 2006 sampai Januari 2008, sehingga banyak peternak yang
dirugikan dengan kondisi seperti ini (GPMT, 2008).
Salah satu alternatif peningkatan pendapatan usaha ayam broiler adalah
melalui integrasi dengan usaha produksi jagung, yaitu melakukan peternakan
terpadu. Melalui peternakan terpadu, seluruh aktivitas dipandang sebagai satu
sistem yang memiliki ketergantungan dan interaksi di dalamnya. Peningkatan
pendapatan bisa dicapai dengan mengkombinasikan input-input produksi dengan
4
sumberdaya yang tersedia. Ketersediaan sumberdaya mempengaruhi pengelolaan
dalam peternakan terpadu. Sebenarnya berapa luasan yang dibutuhkan untuk
tanaman jagung dan usaha ayam broiler dan kapasitas pabrik pakan yang dapat
memenuhi kebutuhan ayam broiler.
Dengan mengintegrasikan ternak dan kegiatan penanaman jagung
kemudian diolah menjadi pakan ternak diharapkan akan menghasilkan efisiensi
produksi yang tinggi. Ayam broiler menghasilkan kotoran yang dapat diubah
menjadi pupuk organik yang dapat menyuburkan tanah dan meningkatkan
produksi jagung. Dari sisi ternaknya dapat diperoleh penyediaaan pakan yang
berkesinambungan.
Pengembangan peternakan terpadu ayam broiler membutuhkan dana yang
cukup besar untuk membiayai investasi jangka panjang. Diperlukan perencanaan
yang tepat agar dana yang diinvestasikan memberikan keuntungan dan manfaat
bagi pihak yang terlibat. Analisis kelayakan usaha perlu dilakukan guna
mendukung perencanaan ini.
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah pengembangan peternakan ayam broiler terpadu layak secara
finansial pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor?
2. Bagaimana tingkat kelayakan finansial tersebut untuk berbagai kombinasi
model pengembangan dari peternakan ayam broiler?
3. Sejauhmana usaha masih tetap layak jika terjadi perubahan kenaikan harga
DOC atau penurunan harga jual ayam broiler?
5
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu pada
kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor.
2. Membuat simulasi kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu
untuk berbagai kombinasi model pengembangan dari peternakan ayam
broiler.
3. Menganalisis pengaruh perubahan kenaikan harga DOC dan penurunan
harga jual ayam broiler terhadap kelayakan finansial.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
1. Bahan referensi dan masukan untuk penelitian lebih lanjut.
2. Memberikan gambaran mengenai manfaat investasi bagi investor yang
berminat dalam mengembangkan usaha ini.
3. Informasi kepada peternak untuk memanfaatkan dan mengolah
sumberdaya yang ada secara optimal sehingga peternak mencapai tujuan
usaha yaitu memperoleh keuntungan yang maksimal.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada penilaian kelayakan finansial dari aspek
pasar, teknis dan finansial. Penelitian dilakukan pada tiga model, yaitu
peternakan ayam broiler, kombinasi peternakan ayam broiler dan pabrik pakan
serta kombinasi peternakan ayam broiler, pabrik pakan dan budidaya jagung untuk
kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor ayam broiler.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayam Broiler
Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang dijual pada umur sekitar
tujuh minggu. Umumnya ayam broiler dijual saat bobot badan mencapai sekitar
1,8 kg (North dan Bell, 1990). Istilah broiler berasal dari kata to broil artinya
dipanggang. Menurut Hardjosworo dan Rukmiasih (2000), ayam broiler di
Indonesia adalah ayam ras pedaging jantan atau betina yang dipotong pada umur 5
– 6 minggu dengan bobot hidup berkisar antara 1,7 – 2 kg.
Pakan ayam broiler terdiri dari pakan starter diberikan pada ayam berumur
0 sampai 3 minggu, pakan finisher diberikan umur 4 minggu sampai panen.
Menurut Bell dan Weaver (2002) standar FCR broiler yang dipelihara selama 35-
38 hari adalah lebih kecil dari 1,83. Artinya untuk mendapatkan ayam dengan
bobot hidup 1 kg diperlukan pakan sejumlah 1,83 kg.
Ayam selain menghasilkan produk utama juga menghasilkan ikutan
berupa ekskreta, yaitu merupakan bahan campuran hasil ekskresi tubuh yang
berasal dari pakan tidak tercerna dalam saluran pencernaan ditambah sisa hasil
metabolisme (Ensminger, 1992). Jumlah ekskreta murni tanpa adanya litter dapat
dilihat pada Tabel 2.
7
Tabel 2 Jumlah Ekskreta Murni pada Beberapa Jenis Unggas
Jenis Unggas
Jumlah Ternak (ekor)
Rata-rata Bobot
Badan (kg)
Waktu Periode
Jumah Ekskreta
(kg)
Jumlah Eksreta
(g/ekor/hari/BB)
Ayam Petelur
100 2,0 12 bulan 1.091 15
Ayam Broiler
1.000 1,8 9 minggu 1.227 11
Kalkun 1.000 3,6 16 minggu 1.964 4,9 Sumber : Ensminger (1992)
2.2 Jagung
Tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk ke dalam famili rumput-
rumputan (Graminae). Jagung adalah tanaman semusim, yang tinggi, tegap,
biasanya dengan batang tunggal yang dominan, walaupun ada beberapa cabang
pangkal pada beberapa genotipa dan lingkungannya. Merupakan tanaman
berumah satu, seluruh tongkol terbungkus, sering kali sangat rapat, oleh pelepah-
pelepah daun yang berubah disebut kelobot (Goldsworthy, Peter R dan N.M
Fisher, 1996).
Penggunaan jagung dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahan
pangan, bahan baku pakan ternak dan bahan baku industri. Hampir seluruh
bagian tanaman jagung dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Batang dan
daun tanaman yang masih muda bisa digunakan untuk pakan ternak ruminansia,
yang sudah tua dapat digunakan untuk pakan, pupuk hijau, industri kertas dan
kayu bakar (Purwono dan Heni P, 2007). Buah jagung yang masih muda banyak
digunakan sebagai bahan sayuran. Kegunaan lain jagung ialah sebagai bahan
baku pembuatan pakan ternak (unggas), bahan baku industri bir, industri farmasi,
dextrin termasuk untuk perekat dan industri tekstil (Warisno, 1998).
8
Untuk penanaman komersial, jagung diperbanyak dengan biji (benih)
(Purwono dan Heni P, 2007). Dengan adanya perkembangan teknologi pemuliaan
tanaman jagung yang semakin maju, telah banyak dilepas berbagai macam
varietas unggul jagung terutama jagung hibrida. Jagung hibrida bisa diperoleh dari
hasil seleksi kombinasi atau biasa disebut hibridisasi. Hal ini dapat menciptakan
suatu jenis atau spesies baru yang dapat meningkatkan produksi, tahan terhadap
serangan hama dan penyakit, umur pendek dan sebagainya. Produksi jagung
hibrida bisa mencapai lebih dari enam ton pipilan kering per hektar. Bila
dibandingkan dengan jagung lokal yang rata-rata hasilnya di bawah dua ton per
hektar dan jagung komposit 2,5 – 3,5 ton per hektar (Warisno, 1998). Varietas
unggul yang ada di Indonesia memiliki umur panen bervariasi mulai 85 hari
sampai 118 hari (Purwono dan Heni P, 2007).
Poduktivitas jagung nasional pada tahun 2007 sebesar 35,88 kuintal per
hektar. Selama kurun waktu 1969-2007 produksi jagung yang tertinggi dicapai
pada tahun 2005 yaitu sebesar 12.524 ribu ton. Berdasarkan angka tetap tahun
2006, produksi jagung turun sebesar 7,30 persen menjadi 11.609 ribu ton,
kemudian menurut angka ramalan tahun 2007 produksi meningkat kembali
menjadi 12.446 ribu ton. Penurunan produksi jagung terutama disebabkan oleh
penurunan luas panen, sedangkan produktivitas meningkat karena penggunaan
benih jagung hibrida (Deptan, 2007).
2.3 Pupuk Kandang
Pupuk organik dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Pupuk
kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
tanaman karena mengandung unsur makro seperti nitrogen, fosfor serta kalium
9
dan unsur mikro seperti kalsium, magnesium dan sulfur (Sutanto, 2006).
Kandungan unsur hara dan air pada pupuk yang berasal dari kotoran ayam adalah
nitrogen 1,00 %, fosfor 0,80 %, kalium 0,40 %, air 55,00 % (Setiawan, A.I, 2007).
Pupuk kandang membuat tanah lebih subur, gembur dan lebih mudah
diolah. Kegunaan ini tidak dapat digantikan oleh pupuk buatan (Setiawan, A.I,
2007). Penggunaan pupuk kandang kering dianjurkan berdasarkan alasan dapat
mengurangi pengaruh kenaikan temperatur selama proses dekomposisi dan
terjadinya kekurangan nitrogen yang diperlukan tanaman (Sutanto, 2006).
Kotoran ayam dapat dijadikan sebagai bahan organik bisa dikomposkan dan
mengandung nitrogen, cocok dicampur dengan bahan yang kaya carbon.
Penggunaan pupuk kandang untuk tanaman jagung sebanyak 20-25 ton per hektar
(Yuwono, 2005).
2.4 Pertanian Terpadu
Konsep pertanian terpadu adalah integrasi kegiatan untuk mencapai
kombinasi optimal yang memiliki sifat saling melengkapi dan berhubungan dalam
interaksi yang bersifat sinergis dan berkelanjutan. Interaksi dalam sistem integrasi
ini dapat meningkatkan efisiensi produksi, produksi optimal, peningkatan daya
saing produk, peningkatan pendapatan sekaligus keseimbangan alam yang lestari.
Tiga hal penting dalam pertanian terpadu adalah 1) pertanian harus
diarahkan pada penggunaan sumber daya yang lebih produktif dan efisien, 2)
proses biologis dalam sistem pertanian harus lebih terkendali dalam arti
mengurangi penggunaan input luar seperti pestisida, pupuk anorganik, 3) siklus
hara dalam farm harus tersedia (Edwards, C.A, 1990).
10
Kotoran Ternak Tanaman Pakan Ternak
Produksi Ternak
Residu Tanaman Pangan
Produksi Tanaman Pangan
Gambar 1. Integrasi Tanaman Pangan dan Produksi Ternak Sumber : Edwars (1990)
2.5 Tinjauan Terdahulu
Penelitian tentang keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan pernah
dilakukan oleh Abduh, U et al (2004). Penelitiannya berjudul integrasi ternak
itik dengan sistem usahatani berbasis padi di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan.
Sebanyak delapan orang peternak itik dibagi dua kelompok yaitu kelompok satu
terdiri dari empat orang peternak yang masing-masing memiliki 100 ekor diberi
pakan pelengkap dan pakan tambahan, sedangkan kelompok dua sebagai kontrol.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ternak itik yang digembalakan di
sawah dan diberi pakan tambahan produksinya lebih tinggi dibanding itik yang
digembalakan di sawah tanpa pakan tambahan masing-masing 60,2 persen Hen
Day (HD) dan 34,2 persen HD. Produksi padi pada sawah dengan
penggembalaan itik adalah 6.270 kg/ha/musim sedangkan sawah tanpa
penggembalaan sebesar 6.000 kg/ha/musim. Analisis pendapatan pada sawah
dengan penggembalaan itik dan sawah tanpa penggembalaan itik masing-masing
Rp 3.779.500 dan Rp 3.365.000. Hal ini memberikan kenyataan bahwa integrasi
itik dan sawah memberikan keuntungan dari segi produksi telur maupun produksi
padi yang lebih baik. Hasil yang lebih baik didukung oleh adanya manfaat timbal
balik (interaksi) dari keterpaduan usahatani terpadu antara itik dan padi.
11
Yadnya, T.G.B (2004) melakukan penelitian dengan judul integrasi
beternak itik dengan tanaman pangan yang merupakan pencerminan usaha
pertanian berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Penelitian dilakukan pada
lahan pekarangan yang luasnya 8 are terdiri dari 2 are untuk tanaman jagung yang
ditumpangsarikan dengan ketela, 5 are untuk bangunan rumah dan 1 are untuk
ternak itik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan tanaman jagung
pada lahan seluas dua are hanya bisa memenuhi sekitar 25 ekor itik.
Produksi kotoran yang dihasilkan 45 ekor itik selama delapan minggu
yang diubah menjadi pupuk bokhasi adalah 182.479,65 gram. Selanjutnya
pemberian pupuk bokhasi pada tanaman jagung atau yang dikombinasikan dengan
ketela pohon dapat meningkatkan jerami tanaman jagung (daun dan batang),
produksi biji jagung, daun ketela maupun berat umbi ketela pohon. Tanaman
pangan (ketela + jagung) dengan ternak itik terjadi hubungan erat yang bersifat
timbal balik, karena tanaman tersebut dapat menyediakan daun ketela dan biji
jagung sebagai bahan ransum untuk kebutuhan ternak itik. Dilain pihak ternak
sendiri dapat menghasilkan kotoran sebagai bahan pembuatan pupuk bokhasi
untuk penyediaan unsur hara bagi tanaman ketela dan jagung, sehingga nampak
tidak ada bahan yang terbuang.
Djajanegara, et al (1990) melakukan penelitian dengan judul kajian sistem
usahatani tanaman-ternak di lahan kering transmigrasi Batumarta. Empat model
usahatani yang ditemukan dan diuji, terdiri dari Model A yaitu usahatani yang ada
tanpa ternak, Model B usahatani yang ada dengan ternak, Model C peningkatan
bertahap dari Model A dengan penambahan ternak dan Model D usahatani
tanaman-ternak dengan jumlah ternak yang ditingkatkan. Setiap model usaha
12
mengikutsertakan lima petani koperator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
usahatani model C paling cocok untuk dikembangkan. Analisis arus tunai
usahatani secara keseluruhan dari Model C dengan menggunakan discount factor
sesuai dengan suku bunga modal (18,4%) menunjukkan indeks keuntungan
seluruh usaha sebesar 140,4 persen, NPV sebesar Rp 3.122.063, IRR 30,6 persen
dan jangka waktu pengembalian lima tahun.
Hasil penelitian Gustriyeni (2007) menunjukkan bahwa nilai NPV yang
diperoleh dengan menggunakan suku bunga deposito 7,00 persen per tahun pada
usaha peternakan ayam broiler adalah sebesar Rp 561.050.879,94 dan IRR 41
persen. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas maka usaha peternakan ayam
broiler akan mengalami kerugian jika terjadi peningkatan harga DOC lebih dari
38,26 persen, peningkatan harga pakan lebih dari 10,47 persen dan jika terjadi
penurunan harga jual ayam lebih dari 6,74 persen.
Penelitian berjudul Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu
memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu, seperti tersaji
pada Tabel 3.
Tabel 3 Persamaan dan Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Persamaan Perbedaan
1 Djajanegara, et al (1990)
Menganalisis kelayakan finansial pertanian terpadu
Masalah yang diteliti berbeda dan jenis komoditas lebih beragam
2 Abduh, U (2004)
Menganalisis keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan
Masalah yang diteliti dan jenis komoditas berbeda
3 Yadnya, T.G.B (2004)
Menganalisis keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan
Masalah yang diteliti dan jenis komoditas berbeda
4 Gustriyeni (2007)
Menganalisis kelayakan finansial pada komoditas yang sama
Menganalisis hanya pada satu kegiatan usaha
13
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Fungsi Produksi
Menurut Doll dan Orazem (1984), fungsi produksi menggambarkan
hubungan input dan output. Ini menggambarkan tingkat penggunaan sumberdaya
yang dapat diubah menjadi produk. Ada sejumlah hubungan input output dalam
pertanian karena tingkat penggunaan input yang dapat diubah menjadi output
bervariasi tergantung tipe tanah, jenis ternak, teknologi yang digunakan, jumlah
curah hujan dan sebagainya
Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :
Y = f (X1, X2,...........,Xn)
Y merupakan output dan X1 ....... Xn adalah input yang berbeda yang merupakan
bagian untuk menghasilkan Y. Fungsi produksi digunakan untuk memperoleh
jumlah output yang maksimal dengan menggunakan input yang jumlahnya
terbatas.
Hubungan antara output-output terdiri dari :
a. Produk Kompetitif
Produk disebut kompetitif apabila output dari satu produk dapat
ditingkatkan hanya melalui penurunan output dari produk lain. Produk
disebut kompetitif karena memerlukan input-input yang sama dalam waktu
yang sama.
14
b. Produk Komplementer
Dua produk disebut komplementer jika peningkatan dalam satu produk
menyebabkan peningkatan produk kedua, ketika jumlah input-input yang
digunakan pada keduanya konstan.
c. Produk Suplementer
Dua produk dikatakan suplementer jika jumlah produk yang satu
meningkat tanpa menyebabkan perubahan pada produk yang lain.
d. Joint Product
Produk yang dihasilkan dari proses produksi yang sama. Secara
konseptual, join produk yang dihasilkan dalam proporsi tetap dan dapat
dianggap sama manajemennya dengan memproduksi output tunggal.
15
Y2 Y2
Y1 0
A
Y1 B 0 a. Produk Kompetitif b. Produk Komplementer
Y2
Y1 0
Y2
H 0
Y1
E
c. Produk Suplementer d. Joint Product
Gambar 2 Kurva Kemungkinan Produksi yang Menunjukkan Kemungkinan Hubungan Antar Produk
Sumber : Doll dan Orazem (1984)
3.1.2 Siklus Proyek
Proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-
sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (Kadariah et al. 1976). Menurut
16
Pudjosumarto (1991), proyek merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dapat
direncanakan, di dalamnya menggunakan sumber-sumber (input) untuk
mendapatkan manfaat di masa yang akan datang. Siklus proyek merupakan
tahap-tahap atau urutan yang dilalui dalam kegiatan suatu proyek.
Tahapan untuk melakukan proyek investasi adalah :
1. Identifikasi
Pada tahap ini sponsor proyek melihat adanya kesempatan investasi yang
mungkin menguntungkan. Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk
memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut (Pudjosumarto,
1991). Pada tahap ini dilakukan dengan maksud mendapatkan proyek-proyek
yang potensial. Usulan-usulan dapat datang dari para ahli dalam bidang teknis
dan pimpinan-pimpinan setempat yang dikenal (Gittinger, 1986).
2. Persiapan dan Analisa
Proses ini meliputi semua pekerjaan yang perlu dilakukan untuk membawa
proyek sehingga bisa dilakukan pengamatan atau penilaian ulang dengan hati-
hati. Proyek apabila telah ditentukan menjadi suatu proyek yang baik, maka
proyek tersebut bisa segera dilaksanakan. Dalam persiapan dan analisa proyek,
pertimbangan akan diberikan terhadap tiap-tiap aspek.
Langkah pertama dalam tahap ini adalah melakukan studi kelayakan yang
akan memberikan informasi yang cukup untuk menentukan dimulainya
perencanaan yang lebih lanjut. Perincian daripada studi kelayakan akan
tergantung pada kerumitan proyek serta seberapa banyak usulan yang diketahui.
Studi kelayakan akan memberikan kesempatan untuk menyusun proyek agar
17
bisa cocok dengan lingkungan fisik dan sosialnya dan memastikan bahwa
proyek tersebut akan memberi hasil yang optimal (Gittinger, 1986).
3. Penilaian
Pada tahap ini melakukan analisa dan menilai aspek pasar, teknik,
keuangan dan perekonomian (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek
setelah dipersiapkan, biasanya dilakukan suatu pengkajian atau suatu penilaian
tersendiri. Hal ini memberikan kesempatan untuk memeriksa kembali tiap-tiap
aspek dari rencana suatu proyek. Selain itu, mungkin akan melibatkan
informasi baru apabila spesialis-spesialis dari tim penilaian merasa bahwa
sebagian data diragukan atau sebagian dari asumsi itu tidak tepat. Apabila tim
penilai menyimpulkan bahwa rencana proyek tersebut masuk akal, investasi bisa
diteruskan. Apabila tim penilai menemukan kekurangan yang cukup serius,
kemungkinan perlu bagi analis untuk merubah rencana proyek atau
mengembangkan suatu rencana yang sama sekali baru (Gittinger, 1986).
4. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan bagian yang terpenting dari siklus proyek. Adanya
rencana proyek yang lebih baik dan lebih realistis akan lebih memungkinkan
untuk dilaksanakan dan keuntungan yang diharapkan dapat diwujudkan. Hal ini
menekankan perlunya perhatian yang seksama terhadap tiap aspek dari
perencanaan dan analisa suatu proyek.
Pelaksanaan suatu proyek harus luwes. Manajer proyek harus bisa
memberikan reaksi yang tepat terhadap keadaan yang selalu berubah. Dengan
lebih besarnya ketidakpastian berbagai aspek dari suatu proyek menyebabkan
lebih besarnya kemungkinan perubahan yang harus dilakukan.
18
5. Evaluasi
Analisis ini mempelajari secara sistematis elemen-elemen yang mencapai
sukses dan gagal dalam proyek yang telah dilaksanakan untuk memetik
pelajaran bagi perencanaan di masa depan. Evaluasi tidak terbatas hanya pada
proyek yang telah diselesaikan saja. Evaluasi adalah alat yang paling penting
dalam proyek yang sedang berjalan dan lebih cenderung lagi evaluasi secara
formal mungkin dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek tersebut.
Sasaran dari suatu proyek akan merupakan kriteria utama dalam
melakukan suatu evaluasi. Sasaran tidak dapat diterima tanpa adanya kritik
untuk perbaikan, namun penelitian sebaiknya mempertimbangkan apakah
sasaran-sasaran itu sendiri tepat dan sesuai.
3.1.3 Studi Kelayakan Proyek
Proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang menggunakan sumber daya
untuk memperoleh keuntungan atau manfaat (Gittinger, 1986). Studi kelayakan
proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya
merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Tujuan dilakukan
studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang
terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan, S dan
Suwarsono, 2000).
Gittinger (1986) menyatakan bahwa studi kelayakan (feasibility study)
dilakukan guna memperoleh gambaran apakah usaha itu layak dan memberi
manfaat. Manfaat yang diperoleh dari adanya investasi adalah memberi
kontribusi terhadap pencapaian tujuan investasi. Sementara biaya adalah semua
19
pengeluaran ekonomis yang dapat menimbulkan pengurangan manfaat yang dapat
diterima.
Dari sisi dampaknya, studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek
yaitu :
1. Manfaat ekonomi bagi proyek itu sendiri (sering disebut sebagai manfaat
finansial). Hal ini berarti apakah proyek itu dipandang cukup
menguntungkan apabila dibandingkan dengan resiko proyek tersebut.
2. Manfaat ekonomis bagi negara tempat proyek dilaksanakan (sering disebut
manfaat ekonomi nasional). Hal ini menunjukkan manfaat proyek tersebut
bagi ekonomi makro suatu negara.
3. Manfaat sosial bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini merupakan
studi yang paling relatif sulit untuk dilakukan.
Faktor yang mempengaruhi intensitas studi kelayakan adalah :
1. Besarnya dana yang ditanamkan.
Umumnya semakin besar jumlah dana yang ditanamkan, semakin
mendalam studi yang perlu dilakukan.
2. Tingkat ketidakpastian proyek
Semakin sulit kita memperkirakan penghasilan penjualan, biaya, aliran kas
dan lain-lain, semakin berhati-hati dalam melakukan studi kelayakan.
3. Kompleksitas elemen-elemen yang mempengaruhi proyek.
Semakin besar dana yang tertanam, semakin tidak pasti taksiran yang
dibuat, semakin kompleks faktor-faktor yang mempengaruhi dan semakin
mendalam studi yang perlu dilakukan.
20
3.1.4 Aspek-Aspek Studi Kelayakan
Untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-
aspek apa yang akan dipelajari. Banyak dan sedikitnya aspek yang akan dinilai
serta kedalaman analisa tergantung pada besar kecilnya proyek yang akan
dilakukan. Masing-masing aspek bisa dinilai dengan metode analisa yang
berbeda-beda (Husnan, S dan Suwarsono, 2000).
Aspek-aspek dalam studi kelayakan adalah :
1. Aspek teknis
Aspek teknis meliputi evaluasi tentang input dan output dari barang dan
jasa yang akan diperlukan dan diproduksi oleh proyek (Kadariah, 1999).
Aspek teknis dan produksi menyangkut pemilihan lokasi, skala dan proses
produksi, mesin dan perlengkapan yang dipilih, penanganan terhadap limbah,
tata letak dan teknologi yang digunakan (Husnan dan Suwarsono, 2000).
2. Aspek komersial
Aspek komersial menyangkut penawaran (barang dan jasa) yang
diperlukan proyek, baik waktu membangun proyek maupun pada waktu
proyek sudah berproduksi. Selain itu juga menganalisis pemasaran output
yang akan diproduksi oleh proyek (Kadariah et al. 1999). Menurut Gittinger
(1986), yang termasuk dalam aspek komersial adalah rencana pemasaran
ouput yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang
dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek.
3. Aspek institusional, organisasi dan manajerial
Yaitu aspek yang menyangkut kemampuan staf pelaksana untuk
melaksanakan administrasi dalam aktivitas besar dan bagaimana hubungan
21
antara administrasi proyek dengan lembaga lainnya dapat terlihat secara jelas
(Pudjosumarto, 1991).
4. Aspek finansial
Yaitu merupakan aspek utama yang akan menyangkut tentang
perbandingan antara pengeluaran uang dengan pemasukan uang atau returns
dalam suatu proyek (Pudjosumarto, 1991). Aspek finansial menyangkut
terutama perbandingan antara pengeluaran uang dengan revenue earning
proyek. Selain itu apakah proyek akan terjamin dana yang diperlukan, apakah
proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan apakah proyek itu
akan berkembang sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah et
al. 1999).
5. Aspek ekonomi
Yaitu aspek yang akan menentukan tentang besar atau kecilnya
sumbangan suatu proyek terhadap pembangunan ekonomi secara keseluruhan
(Pudjosumarto, 1991).
6. Aspek sosial
Yaitu aspek yang menyangkut terhadap dampak sosial yang disebabkan
adanya penggunaan input dan output yang akan dicapai suatu proyek
(Pudjosumarto, 1991). Merupakan manfaat dan pengorbanan sosial yang
mungkin dialami oleh masyarakat, tetapi sulit dikuantifikasikan yang bisa
disepakati secara bersama. Manfaat dan pengorbanan tersebut dirasakan ada
(Husnan, S dan Suwarsono, 2000). Menurut Gittinger (1986), pertimbangan-
pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan
apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial tersebut.
22
7. Aspek hukum
Mempelajari tentang bentuk badan usaha, jaminan yang bisa disediakan
jika menggunakan sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan
izin yang diperlukan (Husnan, S dan Suwarsono, 2000).
3.1.5 Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial merupakan ukuran yang dipakai untuk
menyatakan layak tidaknya suatu proyek dilaksanakan. Beberapa kriteria yang
dipakai dalam penilaian kelayakan adalah Nilai Bersih Sekarang (Net Present
Value), Rasio Manfaat Biaya Bersih (Net Benefit and Cost Rasio), Tingkat
Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return) dan Masa Pengembalian
Investasi (Payback Period).
Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) adalah selisih antara
penerimaan dengan pengeluaran yang telah didiskontokan (Pudjosumarto, 1991).
NPV merupakan menilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh
penanaman investasi (Gittinger, 1986).
Proyek dikatakan layak atau bermanfaat jika NPV lebih besar dari nol.
Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar
Social Opportunity Cost of Capital. Jika NPV lebih kecil dari nol berarti proyek
ditolak, artinya ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumber-
sumber yang diperlukan proyek (Kadariah et al, 1999).
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara jumlah
manfaat nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah manfaat sekarang yang
bernilai negatif. Rasio ini diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi
23
dengan nilai sekarang arus biaya. Proyek akan dipilih apabila Net B/C Ratio lebih
besar dari satu.
Tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR) adalah
tingkat diskonto yang dapat membuat manfaat sekarang neto dari arus manfaat
neto tambahan atau arus uang tambahan sama dengan nol. Tingkat tersebut
adalah tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk
sumberdaya yang digunakan. Hal ini karena proyek membutuhkan dana lagi
untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada tingkat
pulang modal (Gittinger, 1986).
IRR menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan returns
atau tingkat keuntungan yang dapat dicapainya. Kadang-kadang IRR ini
digunakan pedoman tingkat bunga (i) yang berlaku, walaupun sebetulnya bukan i,
tetapi IRR akan selalu mendekati besarnya i tersebut (Pudjosumarto, 1991).
Proyek layak dilakukan jika IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.
Masa Pengembalian Investasi (Payback Period) adalah jangka waktu
periode yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-
biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Payback period
yang semakin pendek menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam
proyek tersebut semakin cepat kembali.
3.1.6 Switching Value.
Salah satu keuntungan dari analisa proyek yang dilakukan secara cermat
adalah dapat diketahui kapasitas hasil proyek bila ternyata terjadi hal-hal yang di
luar perencanaan. Masalah utama dari analisa proyek yaitu proyeksi selalu
24
menghadapi ketidaktentuan yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah kita
ramalkan atau perkirakan.
Suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti atau disebut
switching value (Gittinger, 1986). Dalam analisis sensitivitas dapat memilih
sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat melakukan perubahan terhadap
masalah yang dianggap penting dan menentukan pengaruh perubahan tersebut
terhadap proyek. Sebaliknya bila ingin menghitung suatu nilai pengganti maka
berapa banyak elemen yang kurang baik dalam analisa proyek yang akan diganti
supaya dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek. Analisis switching
value dilakukan dengan metode coba-coba (trial and error) sehingga didapat nilai
NPV sama dengan nol.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Peluang pengembangan usaha peternakan ayam broiler cukup prospektif
dengan pasar domestik yang cukup potensial. Dari total konsumsi daging
domestik, sebesar 73,6 persen merupakan konsumsi ayam. Diperkirakan
konsumsi ayam broiler ini masih mendominasi konsumsi daging di masa depan.
Namun, pengembangan usaha ini dihadapkan pada permasalahan
ketergantungan terhadap bahan pakan impor terutama jagung yang merupakan
komponen utama pakan. Ketergantungan terhadap impor jagung ini menyebabkan
harga pakan mahal dan cenderung meningkat. Di samping itu, adanya impor
daging ayam broiler (khususnya paha) yang semakin meningkat dapat mengancam
usaha peternakan ayam broiler domestik.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan
mengembangkan usaha peternakan ayam broiler yang terintegrasi. Usaha ayam
25
broiler yang diintegrasikan adalah budidaya jagung dan pengolahan pakan.
Integrasi usaha ini diharapkan selain dapat mengurangi ketergantungan terhadap
pakan dari luar, juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya.
Pengembangan usaha peternakan ayam broiler yang terpadu tersebut di
lain pihak memerlukan biaya investasi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
pengembangan usaha ternak (budidaya) semata. Di samping itu, pengembangan
usaha peternakan ayam broiler terpadu ini secara teknis lebih rumit karena aspek
yang ditangani lebih kompleks. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan
model usaha peternakan terpadu ini, diperlukan analisis kelayakan finansial
sebelum model tersebut diimplementasikan. Hipotesis yang dikemukakan dalam
penelitian ini adalah bahwa usaha peternakan ayam broiler terpadu dilakukan pada
skala usaha yang relatif besar. Untuk membuktikan hipotesis tersebut dilakukan
analisis kelayakan finansial pada skala usaha yang berbeda yaitu 10.000 dan
25.000 ekor ayam broiler. Sebagai pembanding, dilakukan juga analisis
kelayakan model yang terdiri dari pabrik pakan dan ayam broiler serta usaha ayam
broiler sendiri yang membeli pakan dari luar. Gambaran mengenai alur pemikiran
penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
26
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional
Usaha ayam broiler
Permasalahan : • Impor paha ayam • Harga pakan mahal
Pengembangan usaha ayam broiler skala 10.000 & 25.000 ekor
Model 1 Peternakan ayam
broiler
Model 2 Pabrik pakan Peternakan ayam
broiler
Model 3 Efisiensi, melalui :
Budidaya jagung Pabrik pakan Peternakan ayam
broiler
Tidak layak Layak Interpretasi hasil data
Analisis kelayakan finansial
a. Analisis NPV b. Analisis IRR c. Analisis B/C Ratio d. Analisis Payback Period e. Analisis Switching Value
Dapat dioperasionalkan
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan berdasarkan studi literatur. Untuk mengetahui
koefisien teknis budidaya ayam broiler, dilakukan di Peternakan Ayam Broiler
milik Bapak Sugeng di daerah Caringin, Dramaga Bogor dengan skala usaha
10.000 ekor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan populasi ternak sesuai dengan kapasitas pabrik pakan yang
direncanakan. Pengumpulan data untuk penelitian dilakukan pada bulan Mei
sampai bulan Juni 2008.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan peternak, ahli
pakan ternak dan ahli limbah peternakan. Data primer meliputi data produksi
ayam broiler serta komponen biaya investasi dan operasional serta harga input
dan output.
Data sekunder diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen
Pertanian dan literatur yang relevan dengan penelitian. Data sekunder meliputi
aspek budidaya jagung, ekspor impor daging ayam serta data lainnya yang terkait.
4.3 Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah secara kualitatif dan
kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan metode deskriptif dan analisis
kelayakan finansial. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran
28
proses produksi jagung, pengolahan pakan ternak, budidaya ayam broiler serta
pengolahan pupuk organik. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis
biaya dan manfaat kombinasi usaha yang dijalankan melalui kriteria kelayakan
investasi dan analisis switching value.
Tiga model kombinasi usaha yang akan diterapkan dengan dua simulasi :
Model 1. Peternakan ayam broiler (tidak terpadu)
Model ini hanya berupa kegiatan peternakan ayam broiler. Pakan yang
merupakan komponen terbesar biaya produksi berasal dari PT. Charoen Pokphand
terdiri dari pakan starter dengan kandungan protein 21 – 23 persen dan pakan
finisher dengan protein 19 – 21 persen dan Energi Metabolis 3000 – 3200 kkal.
Setiap tahun mulai tahun pertama terdapat enam siklus produksi ayam broiler.
Model 2. Kombinasi pabrik pakan dan peternakan ayam broiler.
Pada model ini kegiatan peternakan dikombinasikan dengan pabrik pakan.
Pabrik pakan mengolah bahan baku menjadi pakan ayam broiler dengan
kandungan protein 21 persen dan Energi Metabolis 3100 kkal. Bahan baku yang
dipakai untuk membuat pakan ayam broiler termasuk jagung dibeli dari PT. Eka
Matra. Pada tahun pertama, pabrik pakan sudah beroperasi mulai bulan pertama
karena jagung dibeli dari luar sehingga tidak harus menunggu waktu panen.
Pakan yang dihasilkan di pabrik langsung dikirim ke peternakan sebagai pakan
ayam.
Model 3. Kombinasi peternakan ayam broiler dengan pabrik pakan dan budidaya jagung.
Model ini merupakan kegiatan yang terintegrasi antara budidaya jagung,
pabrik pakan dan peternakan ayam broiler. Pada kegiatan budidaya jagung akan
dihasilkan jagung pipilan kering yang akan diolah di pabrik pakan sebagai salah
29
satu bahan baku pakan ayam broiler. Pakan yang dihasilkan di pabrik langsung
digunakan sebagai pakan ayam. Produk sampingan dari ayam berupa kotoran
dipakai sebagai pupuk pada tanaman jagung. Pada tahun pertama, pabrik mulai
beroperasi pada bulan ke empat, karena jagung baru dapat dipanen setelah umur
tiga bulan.
Simulasi pertama dengan kapasitas 10.000 ekor ayam broiler. Simulasi
kedua dengan kapasitas 25.000 ekor ayam broiler. Kapasitas 10.000 dan 25.000
ekor ini merupakan populasi ayam broiler yang banyak dipelihara peternak
mandiri. Program komputer yang digunakan untuk mengolah data adalah
Microsoft Excel.
4.3.1 Analisis Kelayakan Finansial
Kriteria yang digunakan dalam melakukan kelayakan investasi adalah :
a. Net Present Value (NPV)
NPV merupakan selisih antara nilai sekarang dari manfaat dan
biaya. Rumus dari NPV adalah :
t
n
t iCtBtNPV)1(0 +
−= ∑
=
Sumber : Kadariah dan Clive (1999) Keterangan : Bt = penerimaan tahun ke-t Ct = biaya tahun ke t i = discounted factor t = tahun n = umur proyek
Proyek/investasi layak dilakukan jika NPV bernilai positif
30
b. Internal Rate of Return (IRR)
Nilai IRR ditentukan dengan mencari nilai discounted factor yang
membuat nilai NPV sama dengan nol. Untuk menentukan berapa
tepatnya tingkat bunga tersebut adalah dengan menggunakan metoda
interpolasi, yakni dengan menyisipkan tingkat bunga diantara bunga
yang menghasilkan NPV positif dan tingkat bunga yang menghasilkan
NPV negatif. Metoda tersebut diformulasikan dengan rumus berikut :
)12()21(
11 iiXNPVNPV
NPViIRR −−
+=
Sumber : Kadariah dan Clive (1999)
Keterangan :
i1 = discounted factor yang menghasilkan NPV positif
i2 = discounted factor yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
Proyek/investasi layak dilakukan jika IRR lebih tinggi dari suku bunga
yang berlaku.
c. Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara
jumlah manfaat nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah manfaat
sekarang yang bernilai negatif. Net B/C digunakan untuk melihat berapa
besar manfaat bersih yang dapat diterima suatu proyek untuk setiap satu
rupiah yang dikeluarkan. Untuk menghitung Net B/C dihitung terlebih
31
dahulu benefit bersih yang telah di discount factor untuk setiap tahun.
Rumusnya adalah sebagai berikut
PVNegatifPositifPV
iCtBtiCtBt
CNetBn
tt
n
tt
=<
+−
>+−
=
∑
∑
=
=
0)1(
0)1(/
0
0
Sumber : Kadariah dan Clive (1999) Keterangan : Bt = penerimaan tahun ke-t Ct = biaya tahun ke t i = discounted factor t = tahun n = umur proyek
Proyek/investasi layak dilakukan jika Net B/C lebih dari satu
d. Payback Period
Payback period adalah waktu minimum untuk mengembalikan
investasi awal dalam bentuk aliran kas yang didasarkan atas total
penerimaan dikurangi semua biaya. Semakin pendek payback period,
menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam proyek tersebut
semakin cepat kembali. Untuk menghitung payback period mula-mula
dihitung arus penerimaan kas, kemudian manfaat bersih dikumulatifkan
dari tahun ke tahun dan dihitung rata – ratanya. Nilai Payback period
dapat dihitung dari pembagian investasi dengan net benefit rata-rata.
Periode pengembalian dirumuskan sebagai berikut :
Sumber : Pudjosumarto (1991)
Payback Period = Nilai investasi
Net benefit rata-rata
32
Payback period tidak dipakai untuk menilai layak tidaknya suatu proyek
tetapi melihat berapa lama proyek dapat mengembalikan biaya investasinya.
Perhitungan payback period belum memperhitungkan nilai waktu akan uang.
4.3.2 Analisis Switching value
Harga DOC dan ayam broiler hidup di pasaran berfluktuasi. Fluktuasi
harganya cukup tinggi dan tidak bisa diprediksi secara tepat. Penyebab harga
DOC berfluktuasi karena kapasitas produksi yang dihasilkan perusahaan
pembibitan tidak sesuai dengan daya serap DOC di peternakan. Pada saat tertentu
terjadi kelebihan permintaan DOC, pada saat lain terjadi kelebihan penawaran
DOC. Keadaan ini menunjukkan bahwa perencaanaan skala dan struktur populasi
di pembibitan tidak berjalan optimal.
Pada harga ayam broiler hidup, apabila terjadi penurunan harga daging
ayam akan ditransmisikan dengan cepat ke usaha budidaya tetapi bila terjadi
kenaikan harga daging ayam akan ditransmisikan secara lambat. Hal inilah
penyebab salah satu mengapa harga ayam hidup di tingkat peternak berfluktuasi
(Saragih, 2001).
Variabel yang menjadi parameter dalam analisis switching value pada
penelitian ini adalah :
• Penurunan harga jual ayam broiler dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris
paribus)
• Kenaikan harga beli DOC dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris paribus)
4.4 Asumsi Dasar
Dalam penelitian kelayakan peternakan ayam broiler terpadu
menggunakan beberapa asumsi dasar.
33
Asumsi untuk seluruh model :
1. Umur proyek adalah sepuluh tahun. Umur proyek berdasarkan umur
ekonomis bangunan kandang.
2. Tingkat suku bunga yang dipakai adalah tingkat suku bunga pinjaman
Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 2007 sebesar 17 persen.
3. Produk utama yang dihasilkan adalah ayam hidup dengan bobot panen 1,7
kg dan tingkat kematian empat persen.
4. Harga ayam hidup selama sepuluh tahun diasumsikan tetap. Harga ayam
hidup sebesar Rp 12.500 per kg. Harga tersebut merupakan harga yang
ada di pasar pada saat penelitian berlangsung.
5. Strain ayam broiler yang dipakai adalah Hubbard dengan FCR (Feed
Conversi) = 1,7 yang artinya untuk mendapatkan ayam dengan bobot
hidup 1 kg diperlukan pakan sebanyak 1,7 kg.
6. Dalam satu tahun terdapat enam kali siklus produksi. Satu siklus produksi
masa pemeliharaan selama 35 hari.
7. Selama masa pemeliharaan, satu ekor ayam broiler menghabiskan pakan
sebesar 2,89 kg.
8. Harga untuk seluruh input yang digunakan dalam analisis ini adalah
konstan. Harga input yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat
penelitian.
9. Besarnya pajak ditentukan berdasarkan Undang-Undang Pajak No. 17
tahun 2000 yaitu :
• Penghasilan sampai dengan Rp 50.000.000 maka tarif pajak sebesar 10
persen
34
• Di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 100.000.000 maka tarif pajak
(10% x Rp 50.000.000) + (15% x (penghasilan – Rp 50.000.000))
• Di atas Rp 100.000.000 maka tarif pajak (10% x Rp 50.000.000) + (15% x
Rp 50.000.000) + (30% x (penghasilan – Rp 100.000.000))
Asumsi untuk model satu dan dua :
1. Lahan utnuk mendirikan peternakan ayam broiler dan pabrik pakan dibeli
dengan harga Rp 100.000 per m2.
2. Hasil sampingan berupa kotoran ayam. Harga jual kotoran ayam tanpa
karung sebesar 1.500 per karung. Dalam satu karung berisi kotoran
sebanyak 30 kg.
Asumsi untuk model dua dan tiga :
1. Untuk memenuhi 10.000 ekor ayam broiler, pabrik pakan berkapasitas 600
kg per hari sedangkan untuk 25.000 ekor, kapasitas pabrik sebesar 1600 kg
per hari. Satu hari kerja lamanya delapan jam dan satu minggu enam hari
kerja.
2. Pada kapasitas 25.000 ekor ayam broiler, ada kelebihan pakan jadi dari
pabrik pakan dan dijual seharga Rp 3.500 per kg.
Asumsi untuk model dua :
Jagung yang merupakan bahan baku utama pakan ayam broiler diperoleh
dari PT. Eka Matra dengan harga Rp 3.000 per kg untuk kapasitas 10.000
ekor dan Rp 2.700 untuk kapasitas 25.000 ekor.
Asumsi untuk model tiga :
1. Lahan yang digunakan untuk budidaya jagung adalah lahan sewa.
35
2. Varietas jagung yang digunakan adalah hibrida BISI 16 dengan
produktivitas 8 ton per hektar (Wiratmoko, 2008). Kadar air jagung
pipilan untuk pakan sebesar 12 persen (NRC, 1994). Benih jagung
diproduksi oleh PT. Bisi Internasional dengan distributornya PT. Tanindo
Subur Prima.
3. Dalam satu tahun dilakukan tiga kali musim tanam jagung. Satu kali masa
tanam selama tiga bulan.
4. Lahan jagung untuk kapasitas 10.000 ekor ayam terbagi menjadi dua,
dengan luasan masing-masing 2 hektar. Jarak waktu tanam antara lahan
satu dan dua adalah dua bulan, sehingga panen dilakukan dua bulan sekali.
Lahan untuk kapasitas 25.000 ekor ayam terbagi menjadi empat dengan
luasan masing-masing 2,5 hektar. Jarak waktu tanam antara lahan satu
dengan yang lain selama satu bulan, sehingga panen dilakukan setiap
bulan.
5. Jarak tanam jagung hibrida BISI 16 adalah 65 x 15 cm.
6. Selain pakan, pada kapasitas ayam broiler 25.000 ekor dihasilkan jagung
pipilan kering yang dapat dijual seharga Rp 2.500.
36
DAFTAR PUSTAKA
Aprisal. 2000. Kajian Reklamasi Lahan Marjinal Alang-alang dan Model Sistem Usahatani Terpadu untuk Membangun Pertanian Lestari di Daerah Transmigrasi Pandan Wangi Peranap Riau. Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Doll, P.J dan Orazem, F. 1984. Production Economic Theory with Aplications. Second Ed. John Wiley & Sons. Kanada.
Edwards, C.A et al. 1990. Sustainable Agricultural Systems. St. Lucie Press. Delray Beach, Florida.
Ensminger, M.E. 1992. Poultry Science (Animal Agricultural Series). 3rd Ed. Interstato Publishers, Inc Danville, Illions.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Djajanegara, A, M. Sabrani, I.G. Ismail dan H. Supriadi. 1990. Sistem Usahatani Tanaman-Ternak di Lahan Kering Transmigrasi Batumarta. Risalah Seminar Hasil Penelitian Proyek Penelitian Sistem Usahatani Tanaman-Ternak (Crop-Animal Systems Research Project); Bogor, 19-21 Sept 1989. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI Press. Jakarta.
37
Goldsworthy, P.R dan N.M Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan : Thohari. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
GPMT. 2008. Industri Pakan Ditengah Krisis Biji-Bijian. Seminar Ekonomi dan Bisnis; Surabaya, 9 Apr 2008. Asosiasi Produsen Pakan Indonesia.
Gustriyeni. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Pabangbon, Kecamatan Leuwiliang, Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hardjosworo, P dan Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Cetakan 1. Penebar Swadaya. Jakarta.
Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Kadariah, L. K dan Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Ed Rev. Lembaga Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Krisnan, R. et al. 2008. Ketersediaan Bahan Pakan Lokal untuk Ternak di Indonesia. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. USDA. Washington, DC.
North, M.O dan D.D Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed. An Avi Book. Van Nostrand Reinhold. New York.
Parsono, Y. 2004. Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Sapi Perah Pada “Kelompok Kania” Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Pudjosumarto, M. 1991. Evaluasi Proyek. Liberty. Yogyakarta.
Purwono dan Heni P. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul, Seri Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiawan, A. I. 2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak Solusi Masalah Lingkungan dan Pemanfaatan Energi Alternatif. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutanto, Y. 2006. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.
38
Pada peternakan terpadu ayam broiler simulasi satu, payback period yang
diperoleh lebih dari 10 tahun. Artinya jangka waktu yang diperlukan untuk
membayar kembali semua biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi usaha ini
melebihi umur proyek. Proyek ini belum dapat mengembalikan biaya investasi
sampai proyek berakhir.
39
40
PROPOSAL PENELITIAN
KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN TERPADU AYAM BROILER
Oleh : LAELI KOMALASARI
A14105678
PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
41
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Permasalahan - Permintaan daging ayam yang
lebih tinggi penawarannya
Impor Jagung
Impor CLQ
Usaha Ayam Broiler
- Harga pakan mahal
Peningkatan Produksi dan Efisiensi
Integrasi
Penanaman Jagung
Pabrik Pakan
Peternakan Ayam Brolier
Analisis Kelayakan Finansial a. Analisis NPV b. Analisis IRR c. Analisis B/C Ratio d. Analisis Payback Period e. Analisis Sensitivitas
Tidak layak Interpretasi Hasil Data Layak
Dapat Dioperasionalkan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peternakan sebagai salah satu sub sektor pertanian berperan dalam
mewujudkan ketahanan dan keamanan pangan, khususnya pangan asal hewan.
Sektor peternakan memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam
perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi sektor peternakan
terhadap PDB Pertanian pada tahun 2003 sebesar 3,97 persen atau 1,9 persen
terhadap PDB Nasional. PDB Sektor Peternakan pada tahun 2002 – 2006 terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 peningkatan sebesar 3,97 persen
dibandingkan tahun 2002.
Salah satu sumbangan terbesar dari PDB Sub Sektor Peternakan adalah
daging ayam. Daging ayam merupakan pilihan utama bagi konsumen dalam
pemenuhan protein hewani yang berasal dari ternak. Hal ini dikarenakan harga
daging ayam relatif lebih murah dibandingkan harga daging dari ternak lain.
Data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan menunjukkan
bahwa konsumsi daging ayam pada tahun 2005 adalah sebanyak 824.560 ton atau
73,6 persen dari konsumsi daging nasional. Sementara produksi pada tahun yang
sama hanya sebesar 779.106 ton (Tabel 1). Adanya kekurangan suplai ini,
menyebabkan masuknya daging ayam broiler yang sebagian besar dalam bentuk
paha (chicken leg quarter) dari Amerika Serikat.
2
Tabel 1 Produksi Daging Ayam Broiler Tahun 2003-2007 di Indonesia
Tahun Produksi (Ton) 2003 771.112 2004 846.097 2005 779.106 2006 861.263 2007 918.478
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2007)
Impor daging ayam pada tahun 2003 – 2005 meningkat cukup tinggi,
kenaikan berkisar antara 140,6 – 202,8 persen. Tahun 2006 mengalami penurunan
sebesar 12,8 persen tetapi impor masih dilakukan karena belum mencukupi
kebutuhan dalam negeri (Dirjen Peternakan, 2007). Keadaan ini bila dibiarkan,
akan menyebabkan merosotnya peternakan ayam broiler nasional pada periode
mendatang.
Salah satu upaya menanggulangi volume impor yang tinggi adalah
meningkatkan produksi ayam broiler nasional dan ini merupakan suatu peluang.
Peluang pengembangan ayam broiler cukup besar mengingat konsumsi
masyarakat terhadap ayam broiler akan terus meningkat seiring peningkatan
pendapatan. Selain itu siklus produksi ayam broiler relatif singkat, biasanya
dipanen pada umur 35 hari sehingga perputaran modal cepat.
Salah satu kendala dalam usaha pengembangan ayam broiler adalah
mahalnya harga pakan ayam broiler. Total biaya pakan mencapai sekitar 70
persen dari seluruh biaya produksi. Mahalnya pakan ini disebabkan sebagian dari
bahan bakunya masih impor termasuk jagung. Jagung merupakan bahan baku
utama yang dalam penyusunan pakan ayam diperlukan sebesar 40 - 50 persen,
sementara bahan baku yang lain seperti dedak, bungkil kelapa, tepung ikan,
premiks proporsinya relatif lebih kecil. Permintaan jagung sebagai bahan baku
3
pakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu diperlukan terobosan
untuk mengurangi ketergantungan impor jagung yang semakin meningkat.
1.2 Perumusan Masalah
Adanya kecenderungan impor paha ayam yang terus meningkat dengan
harga yang lebih rendah dibanding harga dalam negeri menjadi ancaman bagi
industri perunggasan nasional. Hal ini menuntut upaya untuk meningkatkan
produksi dalam negeri melalui efisiensi sehingga dihasilkan produk yang memiliki
daya saing di pasaran. Efisiensi usaha ayam broiler tidak hanya terkait dengan
usaha ternaknya saja tetapi juga dengan harga input produksinya dalam hal ini
jagung. Di lain pihak, jagung yang merupakan bahan baku pakan masih impor
sehingga harga pakan mahal.
Selama ini pendapatan peternak dari usaha ayam broiler berfluktuasi. Hal
ini dikarenakan harga jual daging ayam di pasaran berfluktuasi pula dan tidak bisa
diprediksi secara tepat, sementara harga pakan terus mengalami peningkatan.
Dari Januari 2007 sampai 2008 harga pakan ayam broiler terus meningkat mulai
harga Rp 3.000 sampai Rp 4.000 per kg. Peningkatan ini seiring dengan
meningkatnya salah satu harga bahan baku pakan yaitu jagung sebesar 28 persen
dari Nopember 2006 sampai Januari 2008, sehingga banyak peternak yang
dirugikan dengan kondisi seperti ini (GPMT, 2008).
Salah satu alternatif peningkatan pendapatan usaha ayam broiler adalah
melalui integrasi dengan usaha produksi jagung, yaitu melakukan peternakan
terpadu. Melalui peternakan terpadu, seluruh aktivitas dipandang sebagai satu
sistem yang memiliki ketergantungan dan interaksi di dalamnya. Peningkatan
pendapatan bisa dicapai dengan mengkombinasikan input-input produksi dengan
4
sumberdaya yang tersedia. Ketersediaan sumberdaya mempengaruhi pengelolaan
dalam peternakan terpadu. Sebenarnya berapa luasan yang dibutuhkan untuk
tanaman jagung dan usaha ayam broiler dan kapasitas pabrik pakan yang dapat
memenuhi kebutuhan ayam broiler.
Dengan mengintegrasikan ternak dan kegiatan penanaman jagung
kemudian diolah menjadi pakan ternak diharapkan akan menghasilkan efisiensi
produksi yang tinggi. Ayam broiler menghasilkan kotoran yang dapat diubah
menjadi pupuk organik yang dapat menyuburkan tanah dan meningkatkan
produksi jagung. Dari sisi ternaknya dapat diperoleh penyediaaan pakan yang
berkesinambungan.
Pengembangan peternakan terpadu ayam broiler membutuhkan dana yang
cukup besar untuk membiayai investasi jangka panjang. Diperlukan perencanaan
yang tepat agar dana yang diinvestasikan memberikan keuntungan dan manfaat
bagi pihak yang terlibat. Analisis kelayakan usaha perlu dilakukan guna
mendukung perencanaan ini.
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah pengembangan peternakan ayam broiler terpadu layak secara
finansial pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor?
2. Bagaimana tingkat kelayakan finansial tersebut untuk berbagai kombinasi
model pengembangan dari peternakan ayam broiler?
3. Sejauhmana usaha masih tetap layak jika terjadi perubahan kenaikan harga
DOC atau penurunan harga jual ayam broiler?
5
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu pada
kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor.
2. Membuat simulasi kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu
untuk berbagai kombinasi model pengembangan dari peternakan ayam
broiler.
3. Menganalisis pengaruh perubahan kenaikan harga DOC dan penurunan
harga jual ayam broiler terhadap kelayakan finansial.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
1. Bahan referensi dan masukan untuk penelitian lebih lanjut.
2. Memberikan gambaran mengenai manfaat investasi bagi investor yang
berminat dalam mengembangkan usaha ini.
3. Informasi kepada peternak untuk memanfaatkan dan mengolah
sumberdaya yang ada secara optimal sehingga peternak mencapai tujuan
usaha yaitu memperoleh keuntungan yang maksimal.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada penilaian kelayakan finansial dari aspek
pasar, teknis dan finansial. Penelitian dilakukan pada tiga model, yaitu
peternakan ayam broiler, kombinasi peternakan ayam broiler dan pabrik pakan
serta kombinasi peternakan ayam broiler, pabrik pakan dan budidaya jagung untuk
kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor ayam broiler.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayam Broiler
Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang dijual pada umur sekitar
tujuh minggu. Umumnya ayam broiler dijual saat bobot badan mencapai sekitar
1,8 kg (North dan Bell, 1990). Istilah broiler berasal dari kata to broil artinya
dipanggang. Menurut Hardjosworo dan Rukmiasih (2000), ayam broiler di
Indonesia adalah ayam ras pedaging jantan atau betina yang dipotong pada umur 5
– 6 minggu dengan bobot hidup berkisar antara 1,7 – 2 kg.
Pakan ayam broiler terdiri dari pakan starter diberikan pada ayam berumur
0 sampai 3 minggu, pakan finisher diberikan umur 4 minggu sampai panen.
Menurut Bell dan Weaver (2002) standar FCR broiler yang dipelihara selama 35-
38 hari adalah lebih kecil dari 1,83. Artinya untuk mendapatkan ayam dengan
bobot hidup 1 kg diperlukan pakan sejumlah 1,83 kg.
Ayam selain menghasilkan produk utama juga menghasilkan ikutan
berupa ekskreta, yaitu merupakan bahan campuran hasil ekskresi tubuh yang
berasal dari pakan tidak tercerna dalam saluran pencernaan ditambah sisa hasil
metabolisme (Ensminger, 1992). Jumlah ekskreta murni tanpa adanya litter dapat
dilihat pada Tabel 2.
7
Tabel 2 Jumlah Ekskreta Murni pada Beberapa Jenis Unggas
Jenis Unggas
Jumlah Ternak (ekor)
Rata-rata Bobot
Badan (kg)
Waktu Periode
Jumah Ekskreta
(kg)
Jumlah Eksreta
(g/ekor/hari/BB)
Ayam Petelur
100 2,0 12 bulan 1.091 15
Ayam Broiler
1.000 1,8 9 minggu 1.227 11
Kalkun 1.000 3,6 16 minggu 1.964 4,9 Sumber : Ensminger (1992)
2.2 Jagung
Tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk ke dalam famili rumput-
rumputan (Graminae). Jagung adalah tanaman semusim, yang tinggi, tegap,
biasanya dengan batang tunggal yang dominan, walaupun ada beberapa cabang
pangkal pada beberapa genotipa dan lingkungannya. Merupakan tanaman
berumah satu, seluruh tongkol terbungkus, sering kali sangat rapat, oleh pelepah-
pelepah daun yang berubah disebut kelobot (Goldsworthy, Peter R dan N.M
Fisher, 1996).
Penggunaan jagung dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahan
pangan, bahan baku pakan ternak dan bahan baku industri. Hampir seluruh
bagian tanaman jagung dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Batang dan
daun tanaman yang masih muda bisa digunakan untuk pakan ternak ruminansia,
yang sudah tua dapat digunakan untuk pakan, pupuk hijau, industri kertas dan
kayu bakar (Purwono dan Heni P, 2007). Buah jagung yang masih muda banyak
digunakan sebagai bahan sayuran. Kegunaan lain jagung ialah sebagai bahan
baku pembuatan pakan ternak (unggas), bahan baku industri bir, industri farmasi,
dextrin termasuk untuk perekat dan industri tekstil (Warisno, 1998).
8
Untuk penanaman komersial, jagung diperbanyak dengan biji (benih)
(Purwono dan Heni P, 2007). Dengan adanya perkembangan teknologi pemuliaan
tanaman jagung yang semakin maju, telah banyak dilepas berbagai macam
varietas unggul jagung terutama jagung hibrida. Jagung hibrida bisa diperoleh dari
hasil seleksi kombinasi atau biasa disebut hibridisasi. Hal ini dapat menciptakan
suatu jenis atau spesies baru yang dapat meningkatkan produksi, tahan terhadap
serangan hama dan penyakit, umur pendek dan sebagainya. Produksi jagung
hibrida bisa mencapai lebih dari enam ton pipilan kering per hektar. Bila
dibandingkan dengan jagung lokal yang rata-rata hasilnya di bawah dua ton per
hektar dan jagung komposit 2,5 – 3,5 ton per hektar (Warisno, 1998). Varietas
unggul yang ada di Indonesia memiliki umur panen bervariasi mulai 85 hari
sampai 118 hari (Purwono dan Heni P, 2007).
Poduktivitas jagung nasional pada tahun 2007 sebesar 35,88 kuintal per
hektar. Selama kurun waktu 1969-2007 produksi jagung yang tertinggi dicapai
pada tahun 2005 yaitu sebesar 12.524 ribu ton. Berdasarkan angka tetap tahun
2006, produksi jagung turun sebesar 7,30 persen menjadi 11.609 ribu ton,
kemudian menurut angka ramalan tahun 2007 produksi meningkat kembali
menjadi 12.446 ribu ton. Penurunan produksi jagung terutama disebabkan oleh
penurunan luas panen, sedangkan produktivitas meningkat karena penggunaan
benih jagung hibrida (Deptan, 2007).
2.3 Pupuk Kandang
Pupuk organik dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Pupuk
kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
tanaman karena mengandung unsur makro seperti nitrogen, fosfor serta kalium
9
dan unsur mikro seperti kalsium, magnesium dan sulfur (Sutanto, 2006).
Kandungan unsur hara dan air pada pupuk yang berasal dari kotoran ayam adalah
nitrogen 1,00 %, fosfor 0,80 %, kalium 0,40 %, air 55,00 % (Setiawan, A.I, 2007).
Pupuk kandang membuat tanah lebih subur, gembur dan lebih mudah
diolah. Kegunaan ini tidak dapat digantikan oleh pupuk buatan (Setiawan, A.I,
2007). Penggunaan pupuk kandang kering dianjurkan berdasarkan alasan dapat
mengurangi pengaruh kenaikan temperatur selama proses dekomposisi dan
terjadinya kekurangan nitrogen yang diperlukan tanaman (Sutanto, 2006).
Kotoran ayam dapat dijadikan sebagai bahan organik bisa dikomposkan dan
mengandung nitrogen, cocok dicampur dengan bahan yang kaya carbon.
Penggunaan pupuk kandang untuk tanaman jagung sebanyak 20-25 ton per hektar
(Yuwono, 2005).
2.4 Pertanian Terpadu
Konsep pertanian terpadu adalah integrasi kegiatan untuk mencapai
kombinasi optimal yang memiliki sifat saling melengkapi dan berhubungan dalam
interaksi yang bersifat sinergis dan berkelanjutan. Interaksi dalam sistem integrasi
ini dapat meningkatkan efisiensi produksi, produksi optimal, peningkatan daya
saing produk, peningkatan pendapatan sekaligus keseimbangan alam yang lestari.
Tiga hal penting dalam pertanian terpadu adalah 1) pertanian harus
diarahkan pada penggunaan sumber daya yang lebih produktif dan efisien, 2)
proses biologis dalam sistem pertanian harus lebih terkendali dalam arti
mengurangi penggunaan input luar seperti pestisida, pupuk anorganik, 3) siklus
hara dalam farm harus tersedia (Edwards, C.A, 1990).
10
Kotoran Ternak Tanaman Pakan Ternak
Produksi Ternak
Residu Tanaman Pangan
Produksi Tanaman Pangan
Gambar 1. Integrasi Tanaman Pangan dan Produksi Ternak Sumber : Edwars (1990)
2.5 Tinjauan Terdahulu
Penelitian tentang keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan pernah
dilakukan oleh Abduh, U et al (2004). Penelitiannya berjudul integrasi ternak
itik dengan sistem usahatani berbasis padi di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan.
Sebanyak delapan orang peternak itik dibagi dua kelompok yaitu kelompok satu
terdiri dari empat orang peternak yang masing-masing memiliki 100 ekor diberi
pakan pelengkap dan pakan tambahan, sedangkan kelompok dua sebagai kontrol.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ternak itik yang digembalakan di
sawah dan diberi pakan tambahan produksinya lebih tinggi dibanding itik yang
digembalakan di sawah tanpa pakan tambahan masing-masing 60,2 persen Hen
Day (HD) dan 34,2 persen HD. Produksi padi pada sawah dengan
penggembalaan itik adalah 6.270 kg/ha/musim sedangkan sawah tanpa
penggembalaan sebesar 6.000 kg/ha/musim. Analisis pendapatan pada sawah
dengan penggembalaan itik dan sawah tanpa penggembalaan itik masing-masing
Rp 3.779.500 dan Rp 3.365.000. Hal ini memberikan kenyataan bahwa integrasi
itik dan sawah memberikan keuntungan dari segi produksi telur maupun produksi
padi yang lebih baik. Hasil yang lebih baik didukung oleh adanya manfaat timbal
balik (interaksi) dari keterpaduan usahatani terpadu antara itik dan padi.
11
Yadnya, T.G.B (2004) melakukan penelitian dengan judul integrasi
beternak itik dengan tanaman pangan yang merupakan pencerminan usaha
pertanian berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Penelitian dilakukan pada
lahan pekarangan yang luasnya 8 are terdiri dari 2 are untuk tanaman jagung yang
ditumpangsarikan dengan ketela, 5 are untuk bangunan rumah dan 1 are untuk
ternak itik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan tanaman jagung
pada lahan seluas dua are hanya bisa memenuhi sekitar 25 ekor itik.
Produksi kotoran yang dihasilkan 45 ekor itik selama delapan minggu
yang diubah menjadi pupuk bokhasi adalah 182.479,65 gram. Selanjutnya
pemberian pupuk bokhasi pada tanaman jagung atau yang dikombinasikan dengan
ketela pohon dapat meningkatkan jerami tanaman jagung (daun dan batang),
produksi biji jagung, daun ketela maupun berat umbi ketela pohon. Tanaman
pangan (ketela + jagung) dengan ternak itik terjadi hubungan erat yang bersifat
timbal balik, karena tanaman tersebut dapat menyediakan daun ketela dan biji
jagung sebagai bahan ransum untuk kebutuhan ternak itik. Dilain pihak ternak
sendiri dapat menghasilkan kotoran sebagai bahan pembuatan pupuk bokhasi
untuk penyediaan unsur hara bagi tanaman ketela dan jagung, sehingga nampak
tidak ada bahan yang terbuang.
Djajanegara, et al (1990) melakukan penelitian dengan judul kajian sistem
usahatani tanaman-ternak di lahan kering transmigrasi Batumarta. Empat model
usahatani yang ditemukan dan diuji, terdiri dari Model A yaitu usahatani yang ada
tanpa ternak, Model B usahatani yang ada dengan ternak, Model C peningkatan
bertahap dari Model A dengan penambahan ternak dan Model D usahatani
tanaman-ternak dengan jumlah ternak yang ditingkatkan. Setiap model usaha
12
mengikutsertakan lima petani koperator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
usahatani model C paling cocok untuk dikembangkan. Analisis arus tunai
usahatani secara keseluruhan dari Model C dengan menggunakan discount factor
sesuai dengan suku bunga modal (18,4%) menunjukkan indeks keuntungan
seluruh usaha sebesar 140,4 persen, NPV sebesar Rp 3.122.063, IRR 30,6 persen
dan jangka waktu pengembalian lima tahun.
Hasil penelitian Gustriyeni (2007) menunjukkan bahwa nilai NPV yang
diperoleh dengan menggunakan suku bunga deposito 7,00 persen per tahun pada
usaha peternakan ayam broiler adalah sebesar Rp 561.050.879,94 dan IRR 41
persen. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas maka usaha peternakan ayam
broiler akan mengalami kerugian jika terjadi peningkatan harga DOC lebih dari
38,26 persen, peningkatan harga pakan lebih dari 10,47 persen dan jika terjadi
penurunan harga jual ayam lebih dari 6,74 persen.
Penelitian berjudul Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu
memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu, seperti tersaji
pada Tabel 3.
Tabel 3 Persamaan dan Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Persamaan Perbedaan
1 Djajanegara, et al (1990)
Menganalisis kelayakan finansial pertanian terpadu
Masalah yang diteliti berbeda dan jenis komoditas lebih beragam
2 Abduh, U (2004)
Menganalisis keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan
Masalah yang diteliti dan jenis komoditas berbeda
3 Yadnya, T.G.B (2004)
Menganalisis keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan
Masalah yang diteliti dan jenis komoditas berbeda
4 Gustriyeni (2007)
Menganalisis kelayakan finansial pada komoditas yang sama
Menganalisis hanya pada satu kegiatan usaha
13
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Fungsi Produksi
Menurut Doll dan Orazem (1984), fungsi produksi menggambarkan
hubungan input dan output. Ini menggambarkan tingkat penggunaan sumberdaya
yang dapat diubah menjadi produk. Ada sejumlah hubungan input output dalam
pertanian karena tingkat penggunaan input yang dapat diubah menjadi output
bervariasi tergantung tipe tanah, jenis ternak, teknologi yang digunakan, jumlah
curah hujan dan sebagainya
Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :
Y = f (X1, X2,...........,Xn)
Y merupakan output dan X1 ....... Xn adalah input yang berbeda yang merupakan
bagian untuk menghasilkan Y. Fungsi produksi digunakan untuk memperoleh
jumlah output yang maksimal dengan menggunakan input yang jumlahnya
terbatas.
Hubungan antara output-output terdiri dari :
a. Produk Kompetitif
Produk disebut kompetitif apabila output dari satu produk dapat
ditingkatkan hanya melalui penurunan output dari produk lain. Produk
disebut kompetitif karena memerlukan input-input yang sama dalam waktu
yang sama.
14
b. Produk Komplementer
Dua produk disebut komplementer jika peningkatan dalam satu produk
menyebabkan peningkatan produk kedua, ketika jumlah input-input yang
digunakan pada keduanya konstan.
c. Produk Suplementer
Dua produk dikatakan suplementer jika jumlah produk yang satu
meningkat tanpa menyebabkan perubahan pada produk yang lain.
d. Joint Product
Produk yang dihasilkan dari proses produksi yang sama. Secara
konseptual, join produk yang dihasilkan dalam proporsi tetap dan dapat
dianggap sama manajemennya dengan memproduksi output tunggal.
15
Y2 Y2
Y1 0
A
Y1 B 0 a. Produk Kompetitif b. Produk Komplementer
Y2
Y1 0
Y2
H 0
Y1
E
c. Produk Suplementer d. Joint Product
Gambar 2 Kurva Kemungkinan Produksi yang Menunjukkan Kemungkinan Hubungan Antar Produk
Sumber : Doll dan Orazem (1984)
3.1.2 Siklus Proyek
Proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-
sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (Kadariah et al. 1976). Menurut
16
Pudjosumarto (1991), proyek merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dapat
direncanakan, di dalamnya menggunakan sumber-sumber (input) untuk
mendapatkan manfaat di masa yang akan datang. Siklus proyek merupakan
tahap-tahap atau urutan yang dilalui dalam kegiatan suatu proyek.
Tahapan untuk melakukan proyek investasi adalah :
1. Identifikasi
Pada tahap ini sponsor proyek melihat adanya kesempatan investasi yang
mungkin menguntungkan. Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk
memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut (Pudjosumarto,
1991). Pada tahap ini dilakukan dengan maksud mendapatkan proyek-proyek
yang potensial. Usulan-usulan dapat datang dari para ahli dalam bidang teknis
dan pimpinan-pimpinan setempat yang dikenal (Gittinger, 1986).
2. Persiapan dan Analisa
Proses ini meliputi semua pekerjaan yang perlu dilakukan untuk membawa
proyek sehingga bisa dilakukan pengamatan atau penilaian ulang dengan hati-
hati. Proyek apabila telah ditentukan menjadi suatu proyek yang baik, maka
proyek tersebut bisa segera dilaksanakan. Dalam persiapan dan analisa proyek,
pertimbangan akan diberikan terhadap tiap-tiap aspek.
Langkah pertama dalam tahap ini adalah melakukan studi kelayakan yang
akan memberikan informasi yang cukup untuk menentukan dimulainya
perencanaan yang lebih lanjut. Perincian daripada studi kelayakan akan
tergantung pada kerumitan proyek serta seberapa banyak usulan yang diketahui.
Studi kelayakan akan memberikan kesempatan untuk menyusun proyek agar
17
bisa cocok dengan lingkungan fisik dan sosialnya dan memastikan bahwa
proyek tersebut akan memberi hasil yang optimal (Gittinger, 1986).
3. Penilaian
Pada tahap ini melakukan analisa dan menilai aspek pasar, teknik,
keuangan dan perekonomian (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek
setelah dipersiapkan, biasanya dilakukan suatu pengkajian atau suatu penilaian
tersendiri. Hal ini memberikan kesempatan untuk memeriksa kembali tiap-tiap
aspek dari rencana suatu proyek. Selain itu, mungkin akan melibatkan
informasi baru apabila spesialis-spesialis dari tim penilaian merasa bahwa
sebagian data diragukan atau sebagian dari asumsi itu tidak tepat. Apabila tim
penilai menyimpulkan bahwa rencana proyek tersebut masuk akal, investasi bisa
diteruskan. Apabila tim penilai menemukan kekurangan yang cukup serius,
kemungkinan perlu bagi analis untuk merubah rencana proyek atau
mengembangkan suatu rencana yang sama sekali baru (Gittinger, 1986).
4. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan bagian yang terpenting dari siklus proyek. Adanya
rencana proyek yang lebih baik dan lebih realistis akan lebih memungkinkan
untuk dilaksanakan dan keuntungan yang diharapkan dapat diwujudkan. Hal ini
menekankan perlunya perhatian yang seksama terhadap tiap aspek dari
perencanaan dan analisa suatu proyek.
Pelaksanaan suatu proyek harus luwes. Manajer proyek harus bisa
memberikan reaksi yang tepat terhadap keadaan yang selalu berubah. Dengan
lebih besarnya ketidakpastian berbagai aspek dari suatu proyek menyebabkan
lebih besarnya kemungkinan perubahan yang harus dilakukan.
18
5. Evaluasi
Analisis ini mempelajari secara sistematis elemen-elemen yang mencapai
sukses dan gagal dalam proyek yang telah dilaksanakan untuk memetik
pelajaran bagi perencanaan di masa depan. Evaluasi tidak terbatas hanya pada
proyek yang telah diselesaikan saja. Evaluasi adalah alat yang paling penting
dalam proyek yang sedang berjalan dan lebih cenderung lagi evaluasi secara
formal mungkin dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek tersebut.
Sasaran dari suatu proyek akan merupakan kriteria utama dalam
melakukan suatu evaluasi. Sasaran tidak dapat diterima tanpa adanya kritik
untuk perbaikan, namun penelitian sebaiknya mempertimbangkan apakah
sasaran-sasaran itu sendiri tepat dan sesuai.
3.1.3 Studi Kelayakan Proyek
Proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang menggunakan sumber daya
untuk memperoleh keuntungan atau manfaat (Gittinger, 1986). Studi kelayakan
proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya
merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Tujuan dilakukan
studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang
terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan, S dan
Suwarsono, 2000).
Gittinger (1986) menyatakan bahwa studi kelayakan (feasibility study)
dilakukan guna memperoleh gambaran apakah usaha itu layak dan memberi
manfaat. Manfaat yang diperoleh dari adanya investasi adalah memberi
kontribusi terhadap pencapaian tujuan investasi. Sementara biaya adalah semua
19
pengeluaran ekonomis yang dapat menimbulkan pengurangan manfaat yang dapat
diterima.
Dari sisi dampaknya, studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek
yaitu :
1. Manfaat ekonomi bagi proyek itu sendiri (sering disebut sebagai manfaat
finansial). Hal ini berarti apakah proyek itu dipandang cukup
menguntungkan apabila dibandingkan dengan resiko proyek tersebut.
2. Manfaat ekonomis bagi negara tempat proyek dilaksanakan (sering disebut
manfaat ekonomi nasional). Hal ini menunjukkan manfaat proyek tersebut
bagi ekonomi makro suatu negara.
3. Manfaat sosial bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini merupakan
studi yang paling relatif sulit untuk dilakukan.
Faktor yang mempengaruhi intensitas studi kelayakan adalah :
1. Besarnya dana yang ditanamkan.
Umumnya semakin besar jumlah dana yang ditanamkan, semakin
mendalam studi yang perlu dilakukan.
2. Tingkat ketidakpastian proyek
Semakin sulit kita memperkirakan penghasilan penjualan, biaya, aliran kas
dan lain-lain, semakin berhati-hati dalam melakukan studi kelayakan.
3. Kompleksitas elemen-elemen yang mempengaruhi proyek.
Semakin besar dana yang tertanam, semakin tidak pasti taksiran yang
dibuat, semakin kompleks faktor-faktor yang mempengaruhi dan semakin
mendalam studi yang perlu dilakukan.
20
3.1.4 Aspek-Aspek Studi Kelayakan
Untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-
aspek apa yang akan dipelajari. Banyak dan sedikitnya aspek yang akan dinilai
serta kedalaman analisa tergantung pada besar kecilnya proyek yang akan
dilakukan. Masing-masing aspek bisa dinilai dengan metode analisa yang
berbeda-beda (Husnan, S dan Suwarsono, 2000).
Aspek-aspek dalam studi kelayakan adalah :
1. Aspek teknis
Aspek teknis meliputi evaluasi tentang input dan output dari barang dan
jasa yang akan diperlukan dan diproduksi oleh proyek (Kadariah, 1999).
Aspek teknis dan produksi menyangkut pemilihan lokasi, skala dan proses
produksi, mesin dan perlengkapan yang dipilih, penanganan terhadap limbah,
tata letak dan teknologi yang digunakan (Husnan dan Suwarsono, 2000).
2. Aspek komersial
Aspek komersial menyangkut penawaran (barang dan jasa) yang
diperlukan proyek, baik waktu membangun proyek maupun pada waktu
proyek sudah berproduksi. Selain itu juga menganalisis pemasaran output
yang akan diproduksi oleh proyek (Kadariah et al. 1999). Menurut Gittinger
(1986), yang termasuk dalam aspek komersial adalah rencana pemasaran
ouput yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang
dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek.
3. Aspek institusional, organisasi dan manajerial
Yaitu aspek yang menyangkut kemampuan staf pelaksana untuk
melaksanakan administrasi dalam aktivitas besar dan bagaimana hubungan
21
antara administrasi proyek dengan lembaga lainnya dapat terlihat secara jelas
(Pudjosumarto, 1991).
4. Aspek finansial
Yaitu merupakan aspek utama yang akan menyangkut tentang
perbandingan antara pengeluaran uang dengan pemasukan uang atau returns
dalam suatu proyek (Pudjosumarto, 1991). Aspek finansial menyangkut
terutama perbandingan antara pengeluaran uang dengan revenue earning
proyek. Selain itu apakah proyek akan terjamin dana yang diperlukan, apakah
proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan apakah proyek itu
akan berkembang sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah et
al. 1999).
5. Aspek ekonomi
Yaitu aspek yang akan menentukan tentang besar atau kecilnya
sumbangan suatu proyek terhadap pembangunan ekonomi secara keseluruhan
(Pudjosumarto, 1991).
6. Aspek sosial
Yaitu aspek yang menyangkut terhadap dampak sosial yang disebabkan
adanya penggunaan input dan output yang akan dicapai suatu proyek
(Pudjosumarto, 1991). Merupakan manfaat dan pengorbanan sosial yang
mungkin dialami oleh masyarakat, tetapi sulit dikuantifikasikan yang bisa
disepakati secara bersama. Manfaat dan pengorbanan tersebut dirasakan ada
(Husnan, S dan Suwarsono, 2000). Menurut Gittinger (1986), pertimbangan-
pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan
apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial tersebut.
22
7. Aspek hukum
Mempelajari tentang bentuk badan usaha, jaminan yang bisa disediakan
jika menggunakan sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan
izin yang diperlukan (Husnan, S dan Suwarsono, 2000).
3.1.5 Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial merupakan ukuran yang dipakai untuk
menyatakan layak tidaknya suatu proyek dilaksanakan. Beberapa kriteria yang
dipakai dalam penilaian kelayakan adalah Nilai Bersih Sekarang (Net Present
Value), Rasio Manfaat Biaya Bersih (Net Benefit and Cost Rasio), Tingkat
Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return) dan Masa Pengembalian
Investasi (Payback Period).
Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) adalah selisih antara
penerimaan dengan pengeluaran yang telah didiskontokan (Pudjosumarto, 1991).
NPV merupakan menilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh
penanaman investasi (Gittinger, 1986).
Proyek dikatakan layak atau bermanfaat jika NPV lebih besar dari nol.
Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar
Social Opportunity Cost of Capital. Jika NPV lebih kecil dari nol berarti proyek
ditolak, artinya ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumber-
sumber yang diperlukan proyek (Kadariah et al, 1999).
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara jumlah
manfaat nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah manfaat sekarang yang
bernilai negatif. Rasio ini diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi
23
dengan nilai sekarang arus biaya. Proyek akan dipilih apabila Net B/C Ratio lebih
besar dari satu.
Tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR) adalah
tingkat diskonto yang dapat membuat manfaat sekarang neto dari arus manfaat
neto tambahan atau arus uang tambahan sama dengan nol. Tingkat tersebut
adalah tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk
sumberdaya yang digunakan. Hal ini karena proyek membutuhkan dana lagi
untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada tingkat
pulang modal (Gittinger, 1986).
IRR menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan returns
atau tingkat keuntungan yang dapat dicapainya. Kadang-kadang IRR ini
digunakan pedoman tingkat bunga (i) yang berlaku, walaupun sebetulnya bukan i,
tetapi IRR akan selalu mendekati besarnya i tersebut (Pudjosumarto, 1991).
Proyek layak dilakukan jika IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.
Masa Pengembalian Investasi (Payback Period) adalah jangka waktu
periode yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-
biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Payback period
yang semakin pendek menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam
proyek tersebut semakin cepat kembali.
3.1.6 Switching Value.
Salah satu keuntungan dari analisa proyek yang dilakukan secara cermat
adalah dapat diketahui kapasitas hasil proyek bila ternyata terjadi hal-hal yang di
luar perencanaan. Masalah utama dari analisa proyek yaitu proyeksi selalu
24
menghadapi ketidaktentuan yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah kita
ramalkan atau perkirakan.
Suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti atau disebut
switching value (Gittinger, 1986). Dalam analisis sensitivitas dapat memilih
sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat melakukan perubahan terhadap
masalah yang dianggap penting dan menentukan pengaruh perubahan tersebut
terhadap proyek. Sebaliknya bila ingin menghitung suatu nilai pengganti maka
berapa banyak elemen yang kurang baik dalam analisa proyek yang akan diganti
supaya dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek. Analisis switching
value dilakukan dengan metode coba-coba (trial and error) sehingga didapat nilai
NPV sama dengan nol.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Peluang pengembangan usaha peternakan ayam broiler cukup prospektif
dengan pasar domestik yang cukup potensial. Dari total konsumsi daging
domestik, sebesar 73,6 persen merupakan konsumsi ayam. Diperkirakan
konsumsi ayam broiler ini masih mendominasi konsumsi daging di masa depan.
Namun, pengembangan usaha ini dihadapkan pada permasalahan
ketergantungan terhadap bahan pakan impor terutama jagung yang merupakan
komponen utama pakan. Ketergantungan terhadap impor jagung ini menyebabkan
harga pakan mahal dan cenderung meningkat. Di samping itu, adanya impor
daging ayam broiler (khususnya paha) yang semakin meningkat dapat mengancam
usaha peternakan ayam broiler domestik.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan
mengembangkan usaha peternakan ayam broiler yang terintegrasi. Usaha ayam
25
broiler yang diintegrasikan adalah budidaya jagung dan pengolahan pakan.
Integrasi usaha ini diharapkan selain dapat mengurangi ketergantungan terhadap
pakan dari luar, juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya.
Pengembangan usaha peternakan ayam broiler yang terpadu tersebut di
lain pihak memerlukan biaya investasi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
pengembangan usaha ternak (budidaya) semata. Di samping itu, pengembangan
usaha peternakan ayam broiler terpadu ini secara teknis lebih rumit karena aspek
yang ditangani lebih kompleks. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan
model usaha peternakan terpadu ini, diperlukan analisis kelayakan finansial
sebelum model tersebut diimplementasikan. Hipotesis yang dikemukakan dalam
penelitian ini adalah bahwa usaha peternakan ayam broiler terpadu dilakukan pada
skala usaha yang relatif besar. Untuk membuktikan hipotesis tersebut dilakukan
analisis kelayakan finansial pada skala usaha yang berbeda yaitu 10.000 dan
25.000 ekor ayam broiler. Sebagai pembanding, dilakukan juga analisis
kelayakan model yang terdiri dari pabrik pakan dan ayam broiler serta usaha ayam
broiler sendiri yang membeli pakan dari luar. Gambaran mengenai alur pemikiran
penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
26
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional
Usaha ayam broiler
Permasalahan : • Impor paha ayam • Harga pakan mahal
Pengembangan usaha ayam broiler skala 10.000 & 25.000 ekor
Model 1 Peternakan ayam
broiler
Model 2 Pabrik pakan Peternakan ayam
broiler
Model 3 Efisiensi, melalui :
Budidaya jagung Pabrik pakan Peternakan ayam
broiler
Tidak layak Layak Interpretasi hasil data
Analisis kelayakan finansial
a. Analisis NPV b. Analisis IRR c. Analisis B/C Ratio d. Analisis Payback Period e. Analisis Switching Value
Dapat dioperasionalkan
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan berdasarkan studi literatur. Untuk mengetahui
koefisien teknis budidaya ayam broiler, dilakukan di Peternakan Ayam Broiler
milik Bapak Sugeng di daerah Caringin, Dramaga Bogor dengan skala usaha
10.000 ekor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan populasi ternak sesuai dengan kapasitas pabrik pakan yang
direncanakan. Pengumpulan data untuk penelitian dilakukan pada bulan Mei
sampai bulan Juni 2008.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan peternak, ahli
pakan ternak dan ahli limbah peternakan. Data primer meliputi data produksi
ayam broiler serta komponen biaya investasi dan operasional serta harga input
dan output.
Data sekunder diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen
Pertanian dan literatur yang relevan dengan penelitian. Data sekunder meliputi
aspek budidaya jagung, ekspor impor daging ayam serta data lainnya yang terkait.
4.3 Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah secara kualitatif dan
kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan metode deskriptif dan analisis
kelayakan finansial. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran
28
proses produksi jagung, pengolahan pakan ternak, budidaya ayam broiler serta
pengolahan pupuk organik. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis
biaya dan manfaat kombinasi usaha yang dijalankan melalui kriteria kelayakan
investasi dan analisis switching value.
Tiga model kombinasi usaha yang akan diterapkan dengan dua simulasi :
Model 1. Peternakan ayam broiler (tidak terpadu)
Model ini hanya berupa kegiatan peternakan ayam broiler. Pakan yang
merupakan komponen terbesar biaya produksi berasal dari PT. Charoen Pokphand
terdiri dari pakan starter dengan kandungan protein 21 – 23 persen dan pakan
finisher dengan protein 19 – 21 persen dan Energi Metabolis 3000 – 3200 kkal.
Setiap tahun mulai tahun pertama terdapat enam siklus produksi ayam broiler.
Model 2. Kombinasi pabrik pakan dan peternakan ayam broiler.
Pada model ini kegiatan peternakan dikombinasikan dengan pabrik pakan.
Pabrik pakan mengolah bahan baku menjadi pakan ayam broiler dengan
kandungan protein 21 persen dan Energi Metabolis 3100 kkal. Bahan baku yang
dipakai untuk membuat pakan ayam broiler termasuk jagung dibeli dari PT. Eka
Matra. Pada tahun pertama, pabrik pakan sudah beroperasi mulai bulan pertama
karena jagung dibeli dari luar sehingga tidak harus menunggu waktu panen.
Pakan yang dihasilkan di pabrik langsung dikirim ke peternakan sebagai pakan
ayam.
Model 3. Kombinasi peternakan ayam broiler dengan pabrik pakan dan budidaya jagung.
Model ini merupakan kegiatan yang terintegrasi antara budidaya jagung,
pabrik pakan dan peternakan ayam broiler. Pada kegiatan budidaya jagung akan
dihasilkan jagung pipilan kering yang akan diolah di pabrik pakan sebagai salah
29
satu bahan baku pakan ayam broiler. Pakan yang dihasilkan di pabrik langsung
digunakan sebagai pakan ayam. Produk sampingan dari ayam berupa kotoran
dipakai sebagai pupuk pada tanaman jagung. Pada tahun pertama, pabrik mulai
beroperasi pada bulan ke empat, karena jagung baru dapat dipanen setelah umur
tiga bulan.
Simulasi pertama dengan kapasitas 10.000 ekor ayam broiler. Simulasi
kedua dengan kapasitas 25.000 ekor ayam broiler. Kapasitas 10.000 dan 25.000
ekor ini merupakan populasi ayam broiler yang banyak dipelihara peternak
mandiri. Program komputer yang digunakan untuk mengolah data adalah
Microsoft Excel.
4.3.1 Analisis Kelayakan Finansial
Kriteria yang digunakan dalam melakukan kelayakan investasi adalah :
a. Net Present Value (NPV)
NPV merupakan selisih antara nilai sekarang dari manfaat dan
biaya. Rumus dari NPV adalah :
t
n
t iCtBtNPV)1(0 +
−= ∑
=
Sumber : Kadariah dan Clive (1999) Keterangan : Bt = penerimaan tahun ke-t Ct = biaya tahun ke t i = discounted factor t = tahun n = umur proyek
Proyek/investasi layak dilakukan jika NPV bernilai positif
30
b. Internal Rate of Return (IRR)
Nilai IRR ditentukan dengan mencari nilai discounted factor yang
membuat nilai NPV sama dengan nol. Untuk menentukan berapa
tepatnya tingkat bunga tersebut adalah dengan menggunakan metoda
interpolasi, yakni dengan menyisipkan tingkat bunga diantara bunga
yang menghasilkan NPV positif dan tingkat bunga yang menghasilkan
NPV negatif. Metoda tersebut diformulasikan dengan rumus berikut :
)12()21(
11 iiXNPVNPV
NPViIRR −−
+=
Sumber : Kadariah dan Clive (1999)
Keterangan :
i1 = discounted factor yang menghasilkan NPV positif
i2 = discounted factor yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
Proyek/investasi layak dilakukan jika IRR lebih tinggi dari suku bunga
yang berlaku.
c. Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara
jumlah manfaat nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah manfaat
sekarang yang bernilai negatif. Net B/C digunakan untuk melihat berapa
besar manfaat bersih yang dapat diterima suatu proyek untuk setiap satu
rupiah yang dikeluarkan. Untuk menghitung Net B/C dihitung terlebih
31
dahulu benefit bersih yang telah di discount factor untuk setiap tahun.
Rumusnya adalah sebagai berikut
PVNegatifPositifPV
iCtBtiCtBt
CNetBn
tt
n
tt
=<
+−
>+−
=
∑
∑
=
=
0)1(
0)1(/
0
0
Sumber : Kadariah dan Clive (1999) Keterangan : Bt = penerimaan tahun ke-t Ct = biaya tahun ke t i = discounted factor t = tahun n = umur proyek
Proyek/investasi layak dilakukan jika Net B/C lebih dari satu
d. Payback Period
Payback period adalah waktu minimum untuk mengembalikan
investasi awal dalam bentuk aliran kas yang didasarkan atas total
penerimaan dikurangi semua biaya. Semakin pendek payback period,
menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam proyek tersebut
semakin cepat kembali. Untuk menghitung payback period mula-mula
dihitung arus penerimaan kas, kemudian manfaat bersih dikumulatifkan
dari tahun ke tahun dan dihitung rata – ratanya. Nilai Payback period
dapat dihitung dari pembagian investasi dengan net benefit rata-rata.
Periode pengembalian dirumuskan sebagai berikut :
Sumber : Pudjosumarto (1991)
Payback Period = Nilai investasi
Net benefit rata-rata
32
Payback period tidak dipakai untuk menilai layak tidaknya suatu proyek
tetapi melihat berapa lama proyek dapat mengembalikan biaya investasinya.
Perhitungan payback period belum memperhitungkan nilai waktu akan uang.
4.3.2 Analisis Switching value
Harga DOC dan ayam broiler hidup di pasaran berfluktuasi. Fluktuasi
harganya cukup tinggi dan tidak bisa diprediksi secara tepat. Penyebab harga
DOC berfluktuasi karena kapasitas produksi yang dihasilkan perusahaan
pembibitan tidak sesuai dengan daya serap DOC di peternakan. Pada saat tertentu
terjadi kelebihan permintaan DOC, pada saat lain terjadi kelebihan penawaran
DOC. Keadaan ini menunjukkan bahwa perencaanaan skala dan struktur populasi
di pembibitan tidak berjalan optimal.
Pada harga ayam broiler hidup, apabila terjadi penurunan harga daging
ayam akan ditransmisikan dengan cepat ke usaha budidaya tetapi bila terjadi
kenaikan harga daging ayam akan ditransmisikan secara lambat. Hal inilah
penyebab salah satu mengapa harga ayam hidup di tingkat peternak berfluktuasi
(Saragih, 2001).
Variabel yang menjadi parameter dalam analisis switching value pada
penelitian ini adalah :
• Penurunan harga jual ayam broiler dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris
paribus)
• Kenaikan harga beli DOC dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris paribus)
4.4 Asumsi Dasar
Dalam penelitian kelayakan peternakan ayam broiler terpadu
menggunakan beberapa asumsi dasar.
33
Asumsi untuk seluruh model :
1. Umur proyek adalah sepuluh tahun. Umur proyek berdasarkan umur
ekonomis bangunan kandang.
2. Tingkat suku bunga yang dipakai adalah tingkat suku bunga pinjaman
Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 2007 sebesar 17 persen.
3. Produk utama yang dihasilkan adalah ayam hidup dengan bobot panen 1,7
kg dan tingkat kematian empat persen.
4. Harga ayam hidup selama sepuluh tahun diasumsikan tetap. Harga ayam
hidup sebesar Rp 12.500 per kg. Harga tersebut merupakan harga yang
ada di pasar pada saat penelitian berlangsung.
5. Strain ayam broiler yang dipakai adalah Hubbard dengan FCR (Feed
Conversi) = 1,7 yang artinya untuk mendapatkan ayam dengan bobot
hidup 1 kg diperlukan pakan sebanyak 1,7 kg.
6. Dalam satu tahun terdapat enam kali siklus produksi. Satu siklus produksi
masa pemeliharaan selama 35 hari.
7. Selama masa pemeliharaan, satu ekor ayam broiler menghabiskan pakan
sebesar 2,89 kg.
8. Harga untuk seluruh input yang digunakan dalam analisis ini adalah
konstan. Harga input yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat
penelitian.
9. Besarnya pajak ditentukan berdasarkan Undang-Undang Pajak No. 17
tahun 2000 yaitu :
• Penghasilan sampai dengan Rp 50.000.000 maka tarif pajak sebesar 10
persen
34
• Di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 100.000.000 maka tarif pajak
(10% x Rp 50.000.000) + (15% x (penghasilan – Rp 50.000.000))
• Di atas Rp 100.000.000 maka tarif pajak (10% x Rp 50.000.000) + (15% x
Rp 50.000.000) + (30% x (penghasilan – Rp 100.000.000))
Asumsi untuk model satu dan dua :
1. Lahan utnuk mendirikan peternakan ayam broiler dan pabrik pakan dibeli
dengan harga Rp 100.000 per m2.
2. Hasil sampingan berupa kotoran ayam. Harga jual kotoran ayam tanpa
karung sebesar 1.500 per karung. Dalam satu karung berisi kotoran
sebanyak 30 kg.
Asumsi untuk model dua dan tiga :
1. Untuk memenuhi 10.000 ekor ayam broiler, pabrik pakan berkapasitas 600
kg per hari sedangkan untuk 25.000 ekor, kapasitas pabrik sebesar 1600 kg
per hari. Satu hari kerja lamanya delapan jam dan satu minggu enam hari
kerja.
2. Pada kapasitas 25.000 ekor ayam broiler, ada kelebihan pakan jadi dari
pabrik pakan dan dijual seharga Rp 3.500 per kg.
Asumsi untuk model dua :
Jagung yang merupakan bahan baku utama pakan ayam broiler diperoleh
dari PT. Eka Matra dengan harga Rp 3.000 per kg untuk kapasitas 10.000
ekor dan Rp 2.700 untuk kapasitas 25.000 ekor.
Asumsi untuk model tiga :
1. Lahan yang digunakan untuk budidaya jagung adalah lahan sewa.
35
2. Varietas jagung yang digunakan adalah hibrida BISI 16 dengan
produktivitas 8 ton per hektar (Wiratmoko, 2008). Kadar air jagung
pipilan untuk pakan sebesar 12 persen (NRC, 1994). Benih jagung
diproduksi oleh PT. Bisi Internasional dengan distributornya PT. Tanindo
Subur Prima.
3. Dalam satu tahun dilakukan tiga kali musim tanam jagung. Satu kali masa
tanam selama tiga bulan.
4. Lahan jagung untuk kapasitas 10.000 ekor ayam terbagi menjadi dua,
dengan luasan masing-masing 2 hektar. Jarak waktu tanam antara lahan
satu dan dua adalah dua bulan, sehingga panen dilakukan dua bulan sekali.
Lahan untuk kapasitas 25.000 ekor ayam terbagi menjadi empat dengan
luasan masing-masing 2,5 hektar. Jarak waktu tanam antara lahan satu
dengan yang lain selama satu bulan, sehingga panen dilakukan setiap
bulan.
5. Jarak tanam jagung hibrida BISI 16 adalah 65 x 15 cm.
6. Selain pakan, pada kapasitas ayam broiler 25.000 ekor dihasilkan jagung
pipilan kering yang dapat dijual seharga Rp 2.500.
36
DAFTAR PUSTAKA
Aprisal. 2000. Kajian Reklamasi Lahan Marjinal Alang-alang dan Model Sistem Usahatani Terpadu untuk Membangun Pertanian Lestari di Daerah Transmigrasi Pandan Wangi Peranap Riau. Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Doll, P.J dan Orazem, F. 1984. Production Economic Theory with Aplications. Second Ed. John Wiley & Sons. Kanada.
Edwards, C.A et al. 1990. Sustainable Agricultural Systems. St. Lucie Press. Delray Beach, Florida.
Ensminger, M.E. 1992. Poultry Science (Animal Agricultural Series). 3rd Ed. Interstato Publishers, Inc Danville, Illions.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Djajanegara, A, M. Sabrani, I.G. Ismail dan H. Supriadi. 1990. Sistem Usahatani Tanaman-Ternak di Lahan Kering Transmigrasi Batumarta. Risalah Seminar Hasil Penelitian Proyek Penelitian Sistem Usahatani Tanaman-Ternak (Crop-Animal Systems Research Project); Bogor, 19-21 Sept 1989. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI Press. Jakarta.
37
Goldsworthy, P.R dan N.M Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan : Thohari. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
GPMT. 2008. Industri Pakan Ditengah Krisis Biji-Bijian. Seminar Ekonomi dan Bisnis; Surabaya, 9 Apr 2008. Asosiasi Produsen Pakan Indonesia.
Gustriyeni. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Pabangbon, Kecamatan Leuwiliang, Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hardjosworo, P dan Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Cetakan 1. Penebar Swadaya. Jakarta.
Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Kadariah, L. K dan Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Ed Rev. Lembaga Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Krisnan, R. et al. 2008. Ketersediaan Bahan Pakan Lokal untuk Ternak di Indonesia. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. USDA. Washington, DC.
North, M.O dan D.D Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed. An Avi Book. Van Nostrand Reinhold. New York.
Parsono, Y. 2004. Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Sapi Perah Pada “Kelompok Kania” Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Pudjosumarto, M. 1991. Evaluasi Proyek. Liberty. Yogyakarta.
Purwono dan Heni P. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul, Seri Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiawan, A. I. 2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak Solusi Masalah Lingkungan dan Pemanfaatan Energi Alternatif. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutanto, Y. 2006. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.
38
Pada peternakan terpadu ayam broiler simulasi satu, payback period yang
diperoleh lebih dari 10 tahun. Artinya jangka waktu yang diperlukan untuk
membayar kembali semua biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi usaha ini
melebihi umur proyek. Proyek ini belum dapat mengembalikan biaya investasi
sampai proyek berakhir.
39
40
PROPOSAL PENELITIAN
KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN TERPADU AYAM BROILER
Oleh : LAELI KOMALASARI
A14105678
PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
41
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Permasalahan - Permintaan daging ayam yang
lebih tinggi penawarannya
Impor Jagung
Impor CLQ
Usaha Ayam Broiler
- Harga pakan mahal
Peningkatan Produksi dan Efisiensi
Integrasi
Penanaman Jagung
Pabrik Pakan
Peternakan Ayam Brolier
Analisis Kelayakan Finansial a. Analisis NPV b. Analisis IRR c. Analisis B/C Ratio d. Analisis Payback Period e. Analisis Sensitivitas
Tidak layak Interpretasi Hasil Data Layak
Dapat Dioperasionalkan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peternakan sebagai salah satu sub sektor pertanian berperan dalam
mewujudkan ketahanan dan keamanan pangan, khususnya pangan asal hewan.
Sektor peternakan memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam
perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi sektor peternakan
terhadap PDB Pertanian pada tahun 2003 sebesar 3,97 persen atau 1,9 persen
terhadap PDB Nasional. PDB Sektor Peternakan pada tahun 2002 – 2006 terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 peningkatan sebesar 3,97 persen
dibandingkan tahun 2002.
Salah satu sumbangan terbesar dari PDB Sub Sektor Peternakan adalah
daging ayam. Daging ayam merupakan pilihan utama bagi konsumen dalam
pemenuhan protein hewani yang berasal dari ternak. Hal ini dikarenakan harga
daging ayam relatif lebih murah dibandingkan harga daging dari ternak lain.
Data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan menunjukkan
bahwa konsumsi daging ayam pada tahun 2005 adalah sebanyak 824.560 ton atau
73,6 persen dari konsumsi daging nasional. Sementara produksi pada tahun yang
sama hanya sebesar 779.106 ton (Tabel 1). Adanya kekurangan suplai ini,
menyebabkan masuknya daging ayam broiler yang sebagian besar dalam bentuk
paha (chicken leg quarter) dari Amerika Serikat.
2
Tabel 1 Produksi Daging Ayam Broiler Tahun 2003-2007 di Indonesia
Tahun Produksi (Ton) 2003 771.112 2004 846.097 2005 779.106 2006 861.263 2007 918.478
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2007)
Impor daging ayam pada tahun 2003 – 2005 meningkat cukup tinggi,
kenaikan berkisar antara 140,6 – 202,8 persen. Tahun 2006 mengalami penurunan
sebesar 12,8 persen tetapi impor masih dilakukan karena belum mencukupi
kebutuhan dalam negeri (Dirjen Peternakan, 2007). Keadaan ini bila dibiarkan,
akan menyebabkan merosotnya peternakan ayam broiler nasional pada periode
mendatang.
Salah satu upaya menanggulangi volume impor yang tinggi adalah
meningkatkan produksi ayam broiler nasional dan ini merupakan suatu peluang.
Peluang pengembangan ayam broiler cukup besar mengingat konsumsi
masyarakat terhadap ayam broiler akan terus meningkat seiring peningkatan
pendapatan. Selain itu siklus produksi ayam broiler relatif singkat, biasanya
dipanen pada umur 35 hari sehingga perputaran modal cepat.
Salah satu kendala dalam usaha pengembangan ayam broiler adalah
mahalnya harga pakan ayam broiler. Total biaya pakan mencapai sekitar 70
persen dari seluruh biaya produksi. Mahalnya pakan ini disebabkan sebagian dari
bahan bakunya masih impor termasuk jagung. Jagung merupakan bahan baku
utama yang dalam penyusunan pakan ayam diperlukan sebesar 40 - 50 persen,
sementara bahan baku yang lain seperti dedak, bungkil kelapa, tepung ikan,
premiks proporsinya relatif lebih kecil. Permintaan jagung sebagai bahan baku
3
pakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu diperlukan terobosan
untuk mengurangi ketergantungan impor jagung yang semakin meningkat.
1.2 Perumusan Masalah
Adanya kecenderungan impor paha ayam yang terus meningkat dengan
harga yang lebih rendah dibanding harga dalam negeri menjadi ancaman bagi
industri perunggasan nasional. Hal ini menuntut upaya untuk meningkatkan
produksi dalam negeri melalui efisiensi sehingga dihasilkan produk yang memiliki
daya saing di pasaran. Efisiensi usaha ayam broiler tidak hanya terkait dengan
usaha ternaknya saja tetapi juga dengan harga input produksinya dalam hal ini
jagung. Di lain pihak, jagung yang merupakan bahan baku pakan masih impor
sehingga harga pakan mahal.
Selama ini pendapatan peternak dari usaha ayam broiler berfluktuasi. Hal
ini dikarenakan harga jual daging ayam di pasaran berfluktuasi pula dan tidak bisa
diprediksi secara tepat, sementara harga pakan terus mengalami peningkatan.
Dari Januari 2007 sampai 2008 harga pakan ayam broiler terus meningkat mulai
harga Rp 3.000 sampai Rp 4.000 per kg. Peningkatan ini seiring dengan
meningkatnya salah satu harga bahan baku pakan yaitu jagung sebesar 28 persen
dari Nopember 2006 sampai Januari 2008, sehingga banyak peternak yang
dirugikan dengan kondisi seperti ini (GPMT, 2008).
Salah satu alternatif peningkatan pendapatan usaha ayam broiler adalah
melalui integrasi dengan usaha produksi jagung, yaitu melakukan peternakan
terpadu. Melalui peternakan terpadu, seluruh aktivitas dipandang sebagai satu
sistem yang memiliki ketergantungan dan interaksi di dalamnya. Peningkatan
pendapatan bisa dicapai dengan mengkombinasikan input-input produksi dengan
4
sumberdaya yang tersedia. Ketersediaan sumberdaya mempengaruhi pengelolaan
dalam peternakan terpadu. Sebenarnya berapa luasan yang dibutuhkan untuk
tanaman jagung dan usaha ayam broiler dan kapasitas pabrik pakan yang dapat
memenuhi kebutuhan ayam broiler.
Dengan mengintegrasikan ternak dan kegiatan penanaman jagung
kemudian diolah menjadi pakan ternak diharapkan akan menghasilkan efisiensi
produksi yang tinggi. Ayam broiler menghasilkan kotoran yang dapat diubah
menjadi pupuk organik yang dapat menyuburkan tanah dan meningkatkan
produksi jagung. Dari sisi ternaknya dapat diperoleh penyediaaan pakan yang
berkesinambungan.
Pengembangan peternakan terpadu ayam broiler membutuhkan dana yang
cukup besar untuk membiayai investasi jangka panjang. Diperlukan perencanaan
yang tepat agar dana yang diinvestasikan memberikan keuntungan dan manfaat
bagi pihak yang terlibat. Analisis kelayakan usaha perlu dilakukan guna
mendukung perencanaan ini.
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah pengembangan peternakan ayam broiler terpadu layak secara
finansial pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor?
2. Bagaimana tingkat kelayakan finansial tersebut untuk berbagai kombinasi
model pengembangan dari peternakan ayam broiler?
3. Sejauhmana usaha masih tetap layak jika terjadi perubahan kenaikan harga
DOC atau penurunan harga jual ayam broiler?
5
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu pada
kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor.
2. Membuat simulasi kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu
untuk berbagai kombinasi model pengembangan dari peternakan ayam
broiler.
3. Menganalisis pengaruh perubahan kenaikan harga DOC dan penurunan
harga jual ayam broiler terhadap kelayakan finansial.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
1. Bahan referensi dan masukan untuk penelitian lebih lanjut.
2. Memberikan gambaran mengenai manfaat investasi bagi investor yang
berminat dalam mengembangkan usaha ini.
3. Informasi kepada peternak untuk memanfaatkan dan mengolah
sumberdaya yang ada secara optimal sehingga peternak mencapai tujuan
usaha yaitu memperoleh keuntungan yang maksimal.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada penilaian kelayakan finansial dari aspek
pasar, teknis dan finansial. Penelitian dilakukan pada tiga model, yaitu
peternakan ayam broiler, kombinasi peternakan ayam broiler dan pabrik pakan
serta kombinasi peternakan ayam broiler, pabrik pakan dan budidaya jagung untuk
kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor ayam broiler.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayam Broiler
Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang dijual pada umur sekitar
tujuh minggu. Umumnya ayam broiler dijual saat bobot badan mencapai sekitar
1,8 kg (North dan Bell, 1990). Istilah broiler berasal dari kata to broil artinya
dipanggang. Menurut Hardjosworo dan Rukmiasih (2000), ayam broiler di
Indonesia adalah ayam ras pedaging jantan atau betina yang dipotong pada umur 5
– 6 minggu dengan bobot hidup berkisar antara 1,7 – 2 kg.
Pakan ayam broiler terdiri dari pakan starter diberikan pada ayam berumur
0 sampai 3 minggu, pakan finisher diberikan umur 4 minggu sampai panen.
Menurut Bell dan Weaver (2002) standar FCR broiler yang dipelihara selama 35-
38 hari adalah lebih kecil dari 1,83. Artinya untuk mendapatkan ayam dengan
bobot hidup 1 kg diperlukan pakan sejumlah 1,83 kg.
Ayam selain menghasilkan produk utama juga menghasilkan ikutan
berupa ekskreta, yaitu merupakan bahan campuran hasil ekskresi tubuh yang
berasal dari pakan tidak tercerna dalam saluran pencernaan ditambah sisa hasil
metabolisme (Ensminger, 1992). Jumlah ekskreta murni tanpa adanya litter dapat
dilihat pada Tabel 2.
7
Tabel 2 Jumlah Ekskreta Murni pada Beberapa Jenis Unggas
Jenis Unggas
Jumlah Ternak (ekor)
Rata-rata Bobot
Badan (kg)
Waktu Periode
Jumah Ekskreta
(kg)
Jumlah Eksreta
(g/ekor/hari/BB)
Ayam Petelur
100 2,0 12 bulan 1.091 15
Ayam Broiler
1.000 1,8 9 minggu 1.227 11
Kalkun 1.000 3,6 16 minggu 1.964 4,9 Sumber : Ensminger (1992)
2.2 Jagung
Tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk ke dalam famili rumput-
rumputan (Graminae). Jagung adalah tanaman semusim, yang tinggi, tegap,
biasanya dengan batang tunggal yang dominan, walaupun ada beberapa cabang
pangkal pada beberapa genotipa dan lingkungannya. Merupakan tanaman
berumah satu, seluruh tongkol terbungkus, sering kali sangat rapat, oleh pelepah-
pelepah daun yang berubah disebut kelobot (Goldsworthy, Peter R dan N.M
Fisher, 1996).
Penggunaan jagung dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahan
pangan, bahan baku pakan ternak dan bahan baku industri. Hampir seluruh
bagian tanaman jagung dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Batang dan
daun tanaman yang masih muda bisa digunakan untuk pakan ternak ruminansia,
yang sudah tua dapat digunakan untuk pakan, pupuk hijau, industri kertas dan
kayu bakar (Purwono dan Heni P, 2007). Buah jagung yang masih muda banyak
digunakan sebagai bahan sayuran. Kegunaan lain jagung ialah sebagai bahan
baku pembuatan pakan ternak (unggas), bahan baku industri bir, industri farmasi,
dextrin termasuk untuk perekat dan industri tekstil (Warisno, 1998).
8
Untuk penanaman komersial, jagung diperbanyak dengan biji (benih)
(Purwono dan Heni P, 2007). Dengan adanya perkembangan teknologi pemuliaan
tanaman jagung yang semakin maju, telah banyak dilepas berbagai macam
varietas unggul jagung terutama jagung hibrida. Jagung hibrida bisa diperoleh dari
hasil seleksi kombinasi atau biasa disebut hibridisasi. Hal ini dapat menciptakan
suatu jenis atau spesies baru yang dapat meningkatkan produksi, tahan terhadap
serangan hama dan penyakit, umur pendek dan sebagainya. Produksi jagung
hibrida bisa mencapai lebih dari enam ton pipilan kering per hektar. Bila
dibandingkan dengan jagung lokal yang rata-rata hasilnya di bawah dua ton per
hektar dan jagung komposit 2,5 – 3,5 ton per hektar (Warisno, 1998). Varietas
unggul yang ada di Indonesia memiliki umur panen bervariasi mulai 85 hari
sampai 118 hari (Purwono dan Heni P, 2007).
Poduktivitas jagung nasional pada tahun 2007 sebesar 35,88 kuintal per
hektar. Selama kurun waktu 1969-2007 produksi jagung yang tertinggi dicapai
pada tahun 2005 yaitu sebesar 12.524 ribu ton. Berdasarkan angka tetap tahun
2006, produksi jagung turun sebesar 7,30 persen menjadi 11.609 ribu ton,
kemudian menurut angka ramalan tahun 2007 produksi meningkat kembali
menjadi 12.446 ribu ton. Penurunan produksi jagung terutama disebabkan oleh
penurunan luas panen, sedangkan produktivitas meningkat karena penggunaan
benih jagung hibrida (Deptan, 2007).
2.3 Pupuk Kandang
Pupuk organik dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Pupuk
kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
tanaman karena mengandung unsur makro seperti nitrogen, fosfor serta kalium
9
dan unsur mikro seperti kalsium, magnesium dan sulfur (Sutanto, 2006).
Kandungan unsur hara dan air pada pupuk yang berasal dari kotoran ayam adalah
nitrogen 1,00 %, fosfor 0,80 %, kalium 0,40 %, air 55,00 % (Setiawan, A.I, 2007).
Pupuk kandang membuat tanah lebih subur, gembur dan lebih mudah
diolah. Kegunaan ini tidak dapat digantikan oleh pupuk buatan (Setiawan, A.I,
2007). Penggunaan pupuk kandang kering dianjurkan berdasarkan alasan dapat
mengurangi pengaruh kenaikan temperatur selama proses dekomposisi dan
terjadinya kekurangan nitrogen yang diperlukan tanaman (Sutanto, 2006).
Kotoran ayam dapat dijadikan sebagai bahan organik bisa dikomposkan dan
mengandung nitrogen, cocok dicampur dengan bahan yang kaya carbon.
Penggunaan pupuk kandang untuk tanaman jagung sebanyak 20-25 ton per hektar
(Yuwono, 2005).
2.4 Pertanian Terpadu
Konsep pertanian terpadu adalah integrasi kegiatan untuk mencapai
kombinasi optimal yang memiliki sifat saling melengkapi dan berhubungan dalam
interaksi yang bersifat sinergis dan berkelanjutan. Interaksi dalam sistem integrasi
ini dapat meningkatkan efisiensi produksi, produksi optimal, peningkatan daya
saing produk, peningkatan pendapatan sekaligus keseimbangan alam yang lestari.
Tiga hal penting dalam pertanian terpadu adalah 1) pertanian harus
diarahkan pada penggunaan sumber daya yang lebih produktif dan efisien, 2)
proses biologis dalam sistem pertanian harus lebih terkendali dalam arti
mengurangi penggunaan input luar seperti pestisida, pupuk anorganik, 3) siklus
hara dalam farm harus tersedia (Edwards, C.A, 1990).
10
Kotoran Ternak Tanaman Pakan Ternak
Produksi Ternak
Residu Tanaman Pangan
Produksi Tanaman Pangan
Gambar 1. Integrasi Tanaman Pangan dan Produksi Ternak Sumber : Edwars (1990)
2.5 Tinjauan Terdahulu
Penelitian tentang keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan pernah
dilakukan oleh Abduh, U et al (2004). Penelitiannya berjudul integrasi ternak
itik dengan sistem usahatani berbasis padi di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan.
Sebanyak delapan orang peternak itik dibagi dua kelompok yaitu kelompok satu
terdiri dari empat orang peternak yang masing-masing memiliki 100 ekor diberi
pakan pelengkap dan pakan tambahan, sedangkan kelompok dua sebagai kontrol.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ternak itik yang digembalakan di
sawah dan diberi pakan tambahan produksinya lebih tinggi dibanding itik yang
digembalakan di sawah tanpa pakan tambahan masing-masing 60,2 persen Hen
Day (HD) dan 34,2 persen HD. Produksi padi pada sawah dengan
penggembalaan itik adalah 6.270 kg/ha/musim sedangkan sawah tanpa
penggembalaan sebesar 6.000 kg/ha/musim. Analisis pendapatan pada sawah
dengan penggembalaan itik dan sawah tanpa penggembalaan itik masing-masing
Rp 3.779.500 dan Rp 3.365.000. Hal ini memberikan kenyataan bahwa integrasi
itik dan sawah memberikan keuntungan dari segi produksi telur maupun produksi
padi yang lebih baik. Hasil yang lebih baik didukung oleh adanya manfaat timbal
balik (interaksi) dari keterpaduan usahatani terpadu antara itik dan padi.
11
Yadnya, T.G.B (2004) melakukan penelitian dengan judul integrasi
beternak itik dengan tanaman pangan yang merupakan pencerminan usaha
pertanian berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Penelitian dilakukan pada
lahan pekarangan yang luasnya 8 are terdiri dari 2 are untuk tanaman jagung yang
ditumpangsarikan dengan ketela, 5 are untuk bangunan rumah dan 1 are untuk
ternak itik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan tanaman jagung
pada lahan seluas dua are hanya bisa memenuhi sekitar 25 ekor itik.
Produksi kotoran yang dihasilkan 45 ekor itik selama delapan minggu
yang diubah menjadi pupuk bokhasi adalah 182.479,65 gram. Selanjutnya
pemberian pupuk bokhasi pada tanaman jagung atau yang dikombinasikan dengan
ketela pohon dapat meningkatkan jerami tanaman jagung (daun dan batang),
produksi biji jagung, daun ketela maupun berat umbi ketela pohon. Tanaman
pangan (ketela + jagung) dengan ternak itik terjadi hubungan erat yang bersifat
timbal balik, karena tanaman tersebut dapat menyediakan daun ketela dan biji
jagung sebagai bahan ransum untuk kebutuhan ternak itik. Dilain pihak ternak
sendiri dapat menghasilkan kotoran sebagai bahan pembuatan pupuk bokhasi
untuk penyediaan unsur hara bagi tanaman ketela dan jagung, sehingga nampak
tidak ada bahan yang terbuang.
Djajanegara, et al (1990) melakukan penelitian dengan judul kajian sistem
usahatani tanaman-ternak di lahan kering transmigrasi Batumarta. Empat model
usahatani yang ditemukan dan diuji, terdiri dari Model A yaitu usahatani yang ada
tanpa ternak, Model B usahatani yang ada dengan ternak, Model C peningkatan
bertahap dari Model A dengan penambahan ternak dan Model D usahatani
tanaman-ternak dengan jumlah ternak yang ditingkatkan. Setiap model usaha
12
mengikutsertakan lima petani koperator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
usahatani model C paling cocok untuk dikembangkan. Analisis arus tunai
usahatani secara keseluruhan dari Model C dengan menggunakan discount factor
sesuai dengan suku bunga modal (18,4%) menunjukkan indeks keuntungan
seluruh usaha sebesar 140,4 persen, NPV sebesar Rp 3.122.063, IRR 30,6 persen
dan jangka waktu pengembalian lima tahun.
Hasil penelitian Gustriyeni (2007) menunjukkan bahwa nilai NPV yang
diperoleh dengan menggunakan suku bunga deposito 7,00 persen per tahun pada
usaha peternakan ayam broiler adalah sebesar Rp 561.050.879,94 dan IRR 41
persen. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas maka usaha peternakan ayam
broiler akan mengalami kerugian jika terjadi peningkatan harga DOC lebih dari
38,26 persen, peningkatan harga pakan lebih dari 10,47 persen dan jika terjadi
penurunan harga jual ayam lebih dari 6,74 persen.
Penelitian berjudul Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu
memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu, seperti tersaji
pada Tabel 3.
Tabel 3 Persamaan dan Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Persamaan Perbedaan
1 Djajanegara, et al (1990)
Menganalisis kelayakan finansial pertanian terpadu
Masalah yang diteliti berbeda dan jenis komoditas lebih beragam
2 Abduh, U (2004)
Menganalisis keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan
Masalah yang diteliti dan jenis komoditas berbeda
3 Yadnya, T.G.B (2004)
Menganalisis keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan
Masalah yang diteliti dan jenis komoditas berbeda
4 Gustriyeni (2007)
Menganalisis kelayakan finansial pada komoditas yang sama
Menganalisis hanya pada satu kegiatan usaha
13
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Fungsi Produksi
Menurut Doll dan Orazem (1984), fungsi produksi menggambarkan
hubungan input dan output. Ini menggambarkan tingkat penggunaan sumberdaya
yang dapat diubah menjadi produk. Ada sejumlah hubungan input output dalam
pertanian karena tingkat penggunaan input yang dapat diubah menjadi output
bervariasi tergantung tipe tanah, jenis ternak, teknologi yang digunakan, jumlah
curah hujan dan sebagainya
Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :
Y = f (X1, X2,...........,Xn)
Y merupakan output dan X1 ....... Xn adalah input yang berbeda yang merupakan
bagian untuk menghasilkan Y. Fungsi produksi digunakan untuk memperoleh
jumlah output yang maksimal dengan menggunakan input yang jumlahnya
terbatas.
Hubungan antara output-output terdiri dari :
a. Produk Kompetitif
Produk disebut kompetitif apabila output dari satu produk dapat
ditingkatkan hanya melalui penurunan output dari produk lain. Produk
disebut kompetitif karena memerlukan input-input yang sama dalam waktu
yang sama.
14
b. Produk Komplementer
Dua produk disebut komplementer jika peningkatan dalam satu produk
menyebabkan peningkatan produk kedua, ketika jumlah input-input yang
digunakan pada keduanya konstan.
c. Produk Suplementer
Dua produk dikatakan suplementer jika jumlah produk yang satu
meningkat tanpa menyebabkan perubahan pada produk yang lain.
d. Joint Product
Produk yang dihasilkan dari proses produksi yang sama. Secara
konseptual, join produk yang dihasilkan dalam proporsi tetap dan dapat
dianggap sama manajemennya dengan memproduksi output tunggal.
15
Y2 Y2
Y1 0
A
Y1 B 0 a. Produk Kompetitif b. Produk Komplementer
Y2
Y1 0
Y2
H 0
Y1
E
c. Produk Suplementer d. Joint Product
Gambar 2 Kurva Kemungkinan Produksi yang Menunjukkan Kemungkinan Hubungan Antar Produk
Sumber : Doll dan Orazem (1984)
3.1.2 Siklus Proyek
Proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-
sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (Kadariah et al. 1976). Menurut
16
Pudjosumarto (1991), proyek merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dapat
direncanakan, di dalamnya menggunakan sumber-sumber (input) untuk
mendapatkan manfaat di masa yang akan datang. Siklus proyek merupakan
tahap-tahap atau urutan yang dilalui dalam kegiatan suatu proyek.
Tahapan untuk melakukan proyek investasi adalah :
1. Identifikasi
Pada tahap ini sponsor proyek melihat adanya kesempatan investasi yang
mungkin menguntungkan. Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk
memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut (Pudjosumarto,
1991). Pada tahap ini dilakukan dengan maksud mendapatkan proyek-proyek
yang potensial. Usulan-usulan dapat datang dari para ahli dalam bidang teknis
dan pimpinan-pimpinan setempat yang dikenal (Gittinger, 1986).
2. Persiapan dan Analisa
Proses ini meliputi semua pekerjaan yang perlu dilakukan untuk membawa
proyek sehingga bisa dilakukan pengamatan atau penilaian ulang dengan hati-
hati. Proyek apabila telah ditentukan menjadi suatu proyek yang baik, maka
proyek tersebut bisa segera dilaksanakan. Dalam persiapan dan analisa proyek,
pertimbangan akan diberikan terhadap tiap-tiap aspek.
Langkah pertama dalam tahap ini adalah melakukan studi kelayakan yang
akan memberikan informasi yang cukup untuk menentukan dimulainya
perencanaan yang lebih lanjut. Perincian daripada studi kelayakan akan
tergantung pada kerumitan proyek serta seberapa banyak usulan yang diketahui.
Studi kelayakan akan memberikan kesempatan untuk menyusun proyek agar
17
bisa cocok dengan lingkungan fisik dan sosialnya dan memastikan bahwa
proyek tersebut akan memberi hasil yang optimal (Gittinger, 1986).
3. Penilaian
Pada tahap ini melakukan analisa dan menilai aspek pasar, teknik,
keuangan dan perekonomian (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek
setelah dipersiapkan, biasanya dilakukan suatu pengkajian atau suatu penilaian
tersendiri. Hal ini memberikan kesempatan untuk memeriksa kembali tiap-tiap
aspek dari rencana suatu proyek. Selain itu, mungkin akan melibatkan
informasi baru apabila spesialis-spesialis dari tim penilaian merasa bahwa
sebagian data diragukan atau sebagian dari asumsi itu tidak tepat. Apabila tim
penilai menyimpulkan bahwa rencana proyek tersebut masuk akal, investasi bisa
diteruskan. Apabila tim penilai menemukan kekurangan yang cukup serius,
kemungkinan perlu bagi analis untuk merubah rencana proyek atau
mengembangkan suatu rencana yang sama sekali baru (Gittinger, 1986).
4. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan bagian yang terpenting dari siklus proyek. Adanya
rencana proyek yang lebih baik dan lebih realistis akan lebih memungkinkan
untuk dilaksanakan dan keuntungan yang diharapkan dapat diwujudkan. Hal ini
menekankan perlunya perhatian yang seksama terhadap tiap aspek dari
perencanaan dan analisa suatu proyek.
Pelaksanaan suatu proyek harus luwes. Manajer proyek harus bisa
memberikan reaksi yang tepat terhadap keadaan yang selalu berubah. Dengan
lebih besarnya ketidakpastian berbagai aspek dari suatu proyek menyebabkan
lebih besarnya kemungkinan perubahan yang harus dilakukan.
18
5. Evaluasi
Analisis ini mempelajari secara sistematis elemen-elemen yang mencapai
sukses dan gagal dalam proyek yang telah dilaksanakan untuk memetik
pelajaran bagi perencanaan di masa depan. Evaluasi tidak terbatas hanya pada
proyek yang telah diselesaikan saja. Evaluasi adalah alat yang paling penting
dalam proyek yang sedang berjalan dan lebih cenderung lagi evaluasi secara
formal mungkin dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek tersebut.
Sasaran dari suatu proyek akan merupakan kriteria utama dalam
melakukan suatu evaluasi. Sasaran tidak dapat diterima tanpa adanya kritik
untuk perbaikan, namun penelitian sebaiknya mempertimbangkan apakah
sasaran-sasaran itu sendiri tepat dan sesuai.
3.1.3 Studi Kelayakan Proyek
Proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang menggunakan sumber daya
untuk memperoleh keuntungan atau manfaat (Gittinger, 1986). Studi kelayakan
proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya
merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Tujuan dilakukan
studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang
terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan, S dan
Suwarsono, 2000).
Gittinger (1986) menyatakan bahwa studi kelayakan (feasibility study)
dilakukan guna memperoleh gambaran apakah usaha itu layak dan memberi
manfaat. Manfaat yang diperoleh dari adanya investasi adalah memberi
kontribusi terhadap pencapaian tujuan investasi. Sementara biaya adalah semua
19
pengeluaran ekonomis yang dapat menimbulkan pengurangan manfaat yang dapat
diterima.
Dari sisi dampaknya, studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek
yaitu :
1. Manfaat ekonomi bagi proyek itu sendiri (sering disebut sebagai manfaat
finansial). Hal ini berarti apakah proyek itu dipandang cukup
menguntungkan apabila dibandingkan dengan resiko proyek tersebut.
2. Manfaat ekonomis bagi negara tempat proyek dilaksanakan (sering disebut
manfaat ekonomi nasional). Hal ini menunjukkan manfaat proyek tersebut
bagi ekonomi makro suatu negara.
3. Manfaat sosial bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini merupakan
studi yang paling relatif sulit untuk dilakukan.
Faktor yang mempengaruhi intensitas studi kelayakan adalah :
1. Besarnya dana yang ditanamkan.
Umumnya semakin besar jumlah dana yang ditanamkan, semakin
mendalam studi yang perlu dilakukan.
2. Tingkat ketidakpastian proyek
Semakin sulit kita memperkirakan penghasilan penjualan, biaya, aliran kas
dan lain-lain, semakin berhati-hati dalam melakukan studi kelayakan.
3. Kompleksitas elemen-elemen yang mempengaruhi proyek.
Semakin besar dana yang tertanam, semakin tidak pasti taksiran yang
dibuat, semakin kompleks faktor-faktor yang mempengaruhi dan semakin
mendalam studi yang perlu dilakukan.
20
3.1.4 Aspek-Aspek Studi Kelayakan
Untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-
aspek apa yang akan dipelajari. Banyak dan sedikitnya aspek yang akan dinilai
serta kedalaman analisa tergantung pada besar kecilnya proyek yang akan
dilakukan. Masing-masing aspek bisa dinilai dengan metode analisa yang
berbeda-beda (Husnan, S dan Suwarsono, 2000).
Aspek-aspek dalam studi kelayakan adalah :
1. Aspek teknis
Aspek teknis meliputi evaluasi tentang input dan output dari barang dan
jasa yang akan diperlukan dan diproduksi oleh proyek (Kadariah, 1999).
Aspek teknis dan produksi menyangkut pemilihan lokasi, skala dan proses
produksi, mesin dan perlengkapan yang dipilih, penanganan terhadap limbah,
tata letak dan teknologi yang digunakan (Husnan dan Suwarsono, 2000).
2. Aspek komersial
Aspek komersial menyangkut penawaran (barang dan jasa) yang
diperlukan proyek, baik waktu membangun proyek maupun pada waktu
proyek sudah berproduksi. Selain itu juga menganalisis pemasaran output
yang akan diproduksi oleh proyek (Kadariah et al. 1999). Menurut Gittinger
(1986), yang termasuk dalam aspek komersial adalah rencana pemasaran
ouput yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang
dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek.
3. Aspek institusional, organisasi dan manajerial
Yaitu aspek yang menyangkut kemampuan staf pelaksana untuk
melaksanakan administrasi dalam aktivitas besar dan bagaimana hubungan
21
antara administrasi proyek dengan lembaga lainnya dapat terlihat secara jelas
(Pudjosumarto, 1991).
4. Aspek finansial
Yaitu merupakan aspek utama yang akan menyangkut tentang
perbandingan antara pengeluaran uang dengan pemasukan uang atau returns
dalam suatu proyek (Pudjosumarto, 1991). Aspek finansial menyangkut
terutama perbandingan antara pengeluaran uang dengan revenue earning
proyek. Selain itu apakah proyek akan terjamin dana yang diperlukan, apakah
proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan apakah proyek itu
akan berkembang sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah et
al. 1999).
5. Aspek ekonomi
Yaitu aspek yang akan menentukan tentang besar atau kecilnya
sumbangan suatu proyek terhadap pembangunan ekonomi secara keseluruhan
(Pudjosumarto, 1991).
6. Aspek sosial
Yaitu aspek yang menyangkut terhadap dampak sosial yang disebabkan
adanya penggunaan input dan output yang akan dicapai suatu proyek
(Pudjosumarto, 1991). Merupakan manfaat dan pengorbanan sosial yang
mungkin dialami oleh masyarakat, tetapi sulit dikuantifikasikan yang bisa
disepakati secara bersama. Manfaat dan pengorbanan tersebut dirasakan ada
(Husnan, S dan Suwarsono, 2000). Menurut Gittinger (1986), pertimbangan-
pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan
apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial tersebut.
22
7. Aspek hukum
Mempelajari tentang bentuk badan usaha, jaminan yang bisa disediakan
jika menggunakan sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan
izin yang diperlukan (Husnan, S dan Suwarsono, 2000).
3.1.5 Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial merupakan ukuran yang dipakai untuk
menyatakan layak tidaknya suatu proyek dilaksanakan. Beberapa kriteria yang
dipakai dalam penilaian kelayakan adalah Nilai Bersih Sekarang (Net Present
Value), Rasio Manfaat Biaya Bersih (Net Benefit and Cost Rasio), Tingkat
Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return) dan Masa Pengembalian
Investasi (Payback Period).
Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) adalah selisih antara
penerimaan dengan pengeluaran yang telah didiskontokan (Pudjosumarto, 1991).
NPV merupakan menilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh
penanaman investasi (Gittinger, 1986).
Proyek dikatakan layak atau bermanfaat jika NPV lebih besar dari nol.
Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar
Social Opportunity Cost of Capital. Jika NPV lebih kecil dari nol berarti proyek
ditolak, artinya ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumber-
sumber yang diperlukan proyek (Kadariah et al, 1999).
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara jumlah
manfaat nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah manfaat sekarang yang
bernilai negatif. Rasio ini diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi
23
dengan nilai sekarang arus biaya. Proyek akan dipilih apabila Net B/C Ratio lebih
besar dari satu.
Tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR) adalah
tingkat diskonto yang dapat membuat manfaat sekarang neto dari arus manfaat
neto tambahan atau arus uang tambahan sama dengan nol. Tingkat tersebut
adalah tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk
sumberdaya yang digunakan. Hal ini karena proyek membutuhkan dana lagi
untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada tingkat
pulang modal (Gittinger, 1986).
IRR menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan returns
atau tingkat keuntungan yang dapat dicapainya. Kadang-kadang IRR ini
digunakan pedoman tingkat bunga (i) yang berlaku, walaupun sebetulnya bukan i,
tetapi IRR akan selalu mendekati besarnya i tersebut (Pudjosumarto, 1991).
Proyek layak dilakukan jika IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.
Masa Pengembalian Investasi (Payback Period) adalah jangka waktu
periode yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-
biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Payback period
yang semakin pendek menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam
proyek tersebut semakin cepat kembali.
3.1.6 Switching Value.
Salah satu keuntungan dari analisa proyek yang dilakukan secara cermat
adalah dapat diketahui kapasitas hasil proyek bila ternyata terjadi hal-hal yang di
luar perencanaan. Masalah utama dari analisa proyek yaitu proyeksi selalu
24
menghadapi ketidaktentuan yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah kita
ramalkan atau perkirakan.
Suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti atau disebut
switching value (Gittinger, 1986). Dalam analisis sensitivitas dapat memilih
sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat melakukan perubahan terhadap
masalah yang dianggap penting dan menentukan pengaruh perubahan tersebut
terhadap proyek. Sebaliknya bila ingin menghitung suatu nilai pengganti maka
berapa banyak elemen yang kurang baik dalam analisa proyek yang akan diganti
supaya dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek. Analisis switching
value dilakukan dengan metode coba-coba (trial and error) sehingga didapat nilai
NPV sama dengan nol.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Peluang pengembangan usaha peternakan ayam broiler cukup prospektif
dengan pasar domestik yang cukup potensial. Dari total konsumsi daging
domestik, sebesar 73,6 persen merupakan konsumsi ayam. Diperkirakan
konsumsi ayam broiler ini masih mendominasi konsumsi daging di masa depan.
Namun, pengembangan usaha ini dihadapkan pada permasalahan
ketergantungan terhadap bahan pakan impor terutama jagung yang merupakan
komponen utama pakan. Ketergantungan terhadap impor jagung ini menyebabkan
harga pakan mahal dan cenderung meningkat. Di samping itu, adanya impor
daging ayam broiler (khususnya paha) yang semakin meningkat dapat mengancam
usaha peternakan ayam broiler domestik.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan
mengembangkan usaha peternakan ayam broiler yang terintegrasi. Usaha ayam
25
broiler yang diintegrasikan adalah budidaya jagung dan pengolahan pakan.
Integrasi usaha ini diharapkan selain dapat mengurangi ketergantungan terhadap
pakan dari luar, juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya.
Pengembangan usaha peternakan ayam broiler yang terpadu tersebut di
lain pihak memerlukan biaya investasi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
pengembangan usaha ternak (budidaya) semata. Di samping itu, pengembangan
usaha peternakan ayam broiler terpadu ini secara teknis lebih rumit karena aspek
yang ditangani lebih kompleks. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan
model usaha peternakan terpadu ini, diperlukan analisis kelayakan finansial
sebelum model tersebut diimplementasikan. Hipotesis yang dikemukakan dalam
penelitian ini adalah bahwa usaha peternakan ayam broiler terpadu dilakukan pada
skala usaha yang relatif besar. Untuk membuktikan hipotesis tersebut dilakukan
analisis kelayakan finansial pada skala usaha yang berbeda yaitu 10.000 dan
25.000 ekor ayam broiler. Sebagai pembanding, dilakukan juga analisis
kelayakan model yang terdiri dari pabrik pakan dan ayam broiler serta usaha ayam
broiler sendiri yang membeli pakan dari luar. Gambaran mengenai alur pemikiran
penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
26
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional
Usaha ayam broiler
Permasalahan : • Impor paha ayam • Harga pakan mahal
Pengembangan usaha ayam broiler skala 10.000 & 25.000 ekor
Model 1 Peternakan ayam
broiler
Model 2 Pabrik pakan Peternakan ayam
broiler
Model 3 Efisiensi, melalui :
Budidaya jagung Pabrik pakan Peternakan ayam
broiler
Tidak layak Layak Interpretasi hasil data
Analisis kelayakan finansial
a. Analisis NPV b. Analisis IRR c. Analisis B/C Ratio d. Analisis Payback Period e. Analisis Switching Value
Dapat dioperasionalkan
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan berdasarkan studi literatur. Untuk mengetahui
koefisien teknis budidaya ayam broiler, dilakukan di Peternakan Ayam Broiler
milik Bapak Sugeng di daerah Caringin, Dramaga Bogor dengan skala usaha
10.000 ekor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan populasi ternak sesuai dengan kapasitas pabrik pakan yang
direncanakan. Pengumpulan data untuk penelitian dilakukan pada bulan Mei
sampai bulan Juni 2008.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan peternak, ahli
pakan ternak dan ahli limbah peternakan. Data primer meliputi data produksi
ayam broiler serta komponen biaya investasi dan operasional serta harga input
dan output.
Data sekunder diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen
Pertanian dan literatur yang relevan dengan penelitian. Data sekunder meliputi
aspek budidaya jagung, ekspor impor daging ayam serta data lainnya yang terkait.
4.3 Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah secara kualitatif dan
kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan metode deskriptif dan analisis
kelayakan finansial. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran
28
proses produksi jagung, pengolahan pakan ternak, budidaya ayam broiler serta
pengolahan pupuk organik. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis
biaya dan manfaat kombinasi usaha yang dijalankan melalui kriteria kelayakan
investasi dan analisis switching value.
Tiga model kombinasi usaha yang akan diterapkan dengan dua simulasi :
Model 1. Peternakan ayam broiler (tidak terpadu)
Model ini hanya berupa kegiatan peternakan ayam broiler. Pakan yang
merupakan komponen terbesar biaya produksi berasal dari PT. Charoen Pokphand
terdiri dari pakan starter dengan kandungan protein 21 – 23 persen dan pakan
finisher dengan protein 19 – 21 persen dan Energi Metabolis 3000 – 3200 kkal.
Setiap tahun mulai tahun pertama terdapat enam siklus produksi ayam broiler.
Model 2. Kombinasi pabrik pakan dan peternakan ayam broiler.
Pada model ini kegiatan peternakan dikombinasikan dengan pabrik pakan.
Pabrik pakan mengolah bahan baku menjadi pakan ayam broiler dengan
kandungan protein 21 persen dan Energi Metabolis 3100 kkal. Bahan baku yang
dipakai untuk membuat pakan ayam broiler termasuk jagung dibeli dari PT. Eka
Matra. Pada tahun pertama, pabrik pakan sudah beroperasi mulai bulan pertama
karena jagung dibeli dari luar sehingga tidak harus menunggu waktu panen.
Pakan yang dihasilkan di pabrik langsung dikirim ke peternakan sebagai pakan
ayam.
Model 3. Kombinasi peternakan ayam broiler dengan pabrik pakan dan budidaya jagung.
Model ini merupakan kegiatan yang terintegrasi antara budidaya jagung,
pabrik pakan dan peternakan ayam broiler. Pada kegiatan budidaya jagung akan
dihasilkan jagung pipilan kering yang akan diolah di pabrik pakan sebagai salah
29
satu bahan baku pakan ayam broiler. Pakan yang dihasilkan di pabrik langsung
digunakan sebagai pakan ayam. Produk sampingan dari ayam berupa kotoran
dipakai sebagai pupuk pada tanaman jagung. Pada tahun pertama, pabrik mulai
beroperasi pada bulan ke empat, karena jagung baru dapat dipanen setelah umur
tiga bulan.
Simulasi pertama dengan kapasitas 10.000 ekor ayam broiler. Simulasi
kedua dengan kapasitas 25.000 ekor ayam broiler. Kapasitas 10.000 dan 25.000
ekor ini merupakan populasi ayam broiler yang banyak dipelihara peternak
mandiri. Program komputer yang digunakan untuk mengolah data adalah
Microsoft Excel.
4.3.1 Analisis Kelayakan Finansial
Kriteria yang digunakan dalam melakukan kelayakan investasi adalah :
a. Net Present Value (NPV)
NPV merupakan selisih antara nilai sekarang dari manfaat dan
biaya. Rumus dari NPV adalah :
t
n
t iCtBtNPV)1(0 +
−= ∑
=
Sumber : Kadariah dan Clive (1999) Keterangan : Bt = penerimaan tahun ke-t Ct = biaya tahun ke t i = discounted factor t = tahun n = umur proyek
Proyek/investasi layak dilakukan jika NPV bernilai positif
30
b. Internal Rate of Return (IRR)
Nilai IRR ditentukan dengan mencari nilai discounted factor yang
membuat nilai NPV sama dengan nol. Untuk menentukan berapa
tepatnya tingkat bunga tersebut adalah dengan menggunakan metoda
interpolasi, yakni dengan menyisipkan tingkat bunga diantara bunga
yang menghasilkan NPV positif dan tingkat bunga yang menghasilkan
NPV negatif. Metoda tersebut diformulasikan dengan rumus berikut :
)12()21(
11 iiXNPVNPV
NPViIRR −−
+=
Sumber : Kadariah dan Clive (1999)
Keterangan :
i1 = discounted factor yang menghasilkan NPV positif
i2 = discounted factor yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
Proyek/investasi layak dilakukan jika IRR lebih tinggi dari suku bunga
yang berlaku.
c. Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara
jumlah manfaat nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah manfaat
sekarang yang bernilai negatif. Net B/C digunakan untuk melihat berapa
besar manfaat bersih yang dapat diterima suatu proyek untuk setiap satu
rupiah yang dikeluarkan. Untuk menghitung Net B/C dihitung terlebih
31
dahulu benefit bersih yang telah di discount factor untuk setiap tahun.
Rumusnya adalah sebagai berikut
PVNegatifPositifPV
iCtBtiCtBt
CNetBn
tt
n
tt
=<
+−
>+−
=
∑
∑
=
=
0)1(
0)1(/
0
0
Sumber : Kadariah dan Clive (1999) Keterangan : Bt = penerimaan tahun ke-t Ct = biaya tahun ke t i = discounted factor t = tahun n = umur proyek
Proyek/investasi layak dilakukan jika Net B/C lebih dari satu
d. Payback Period
Payback period adalah waktu minimum untuk mengembalikan
investasi awal dalam bentuk aliran kas yang didasarkan atas total
penerimaan dikurangi semua biaya. Semakin pendek payback period,
menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam proyek tersebut
semakin cepat kembali. Untuk menghitung payback period mula-mula
dihitung arus penerimaan kas, kemudian manfaat bersih dikumulatifkan
dari tahun ke tahun dan dihitung rata – ratanya. Nilai Payback period
dapat dihitung dari pembagian investasi dengan net benefit rata-rata.
Periode pengembalian dirumuskan sebagai berikut :
Sumber : Pudjosumarto (1991)
Payback Period = Nilai investasi
Net benefit rata-rata
32
Payback period tidak dipakai untuk menilai layak tidaknya suatu proyek
tetapi melihat berapa lama proyek dapat mengembalikan biaya investasinya.
Perhitungan payback period belum memperhitungkan nilai waktu akan uang.
4.3.2 Analisis Switching value
Harga DOC dan ayam broiler hidup di pasaran berfluktuasi. Fluktuasi
harganya cukup tinggi dan tidak bisa diprediksi secara tepat. Penyebab harga
DOC berfluktuasi karena kapasitas produksi yang dihasilkan perusahaan
pembibitan tidak sesuai dengan daya serap DOC di peternakan. Pada saat tertentu
terjadi kelebihan permintaan DOC, pada saat lain terjadi kelebihan penawaran
DOC. Keadaan ini menunjukkan bahwa perencaanaan skala dan struktur populasi
di pembibitan tidak berjalan optimal.
Pada harga ayam broiler hidup, apabila terjadi penurunan harga daging
ayam akan ditransmisikan dengan cepat ke usaha budidaya tetapi bila terjadi
kenaikan harga daging ayam akan ditransmisikan secara lambat. Hal inilah
penyebab salah satu mengapa harga ayam hidup di tingkat peternak berfluktuasi
(Saragih, 2001).
Variabel yang menjadi parameter dalam analisis switching value pada
penelitian ini adalah :
• Penurunan harga jual ayam broiler dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris
paribus)
• Kenaikan harga beli DOC dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris paribus)
4.4 Asumsi Dasar
Dalam penelitian kelayakan peternakan ayam broiler terpadu
menggunakan beberapa asumsi dasar.
33
Asumsi untuk seluruh model :
1. Umur proyek adalah sepuluh tahun. Umur proyek berdasarkan umur
ekonomis bangunan kandang.
2. Tingkat suku bunga yang dipakai adalah tingkat suku bunga pinjaman
Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 2007 sebesar 17 persen.
3. Produk utama yang dihasilkan adalah ayam hidup dengan bobot panen 1,7
kg dan tingkat kematian empat persen.
4. Harga ayam hidup selama sepuluh tahun diasumsikan tetap. Harga ayam
hidup sebesar Rp 12.500 per kg. Harga tersebut merupakan harga yang
ada di pasar pada saat penelitian berlangsung.
5. Strain ayam broiler yang dipakai adalah Hubbard dengan FCR (Feed
Conversi) = 1,7 yang artinya untuk mendapatkan ayam dengan bobot
hidup 1 kg diperlukan pakan sebanyak 1,7 kg.
6. Dalam satu tahun terdapat enam kali siklus produksi. Satu siklus produksi
masa pemeliharaan selama 35 hari.
7. Selama masa pemeliharaan, satu ekor ayam broiler menghabiskan pakan
sebesar 2,89 kg.
8. Harga untuk seluruh input yang digunakan dalam analisis ini adalah
konstan. Harga input yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat
penelitian.
9. Besarnya pajak ditentukan berdasarkan Undang-Undang Pajak No. 17
tahun 2000 yaitu :
• Penghasilan sampai dengan Rp 50.000.000 maka tarif pajak sebesar 10
persen
34
• Di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 100.000.000 maka tarif pajak
(10% x Rp 50.000.000) + (15% x (penghasilan – Rp 50.000.000))
• Di atas Rp 100.000.000 maka tarif pajak (10% x Rp 50.000.000) + (15% x
Rp 50.000.000) + (30% x (penghasilan – Rp 100.000.000))
Asumsi untuk model satu dan dua :
1. Lahan utnuk mendirikan peternakan ayam broiler dan pabrik pakan dibeli
dengan harga Rp 100.000 per m2.
2. Hasil sampingan berupa kotoran ayam. Harga jual kotoran ayam tanpa
karung sebesar 1.500 per karung. Dalam satu karung berisi kotoran
sebanyak 30 kg.
Asumsi untuk model dua dan tiga :
1. Untuk memenuhi 10.000 ekor ayam broiler, pabrik pakan berkapasitas 600
kg per hari sedangkan untuk 25.000 ekor, kapasitas pabrik sebesar 1600 kg
per hari. Satu hari kerja lamanya delapan jam dan satu minggu enam hari
kerja.
2. Pada kapasitas 25.000 ekor ayam broiler, ada kelebihan pakan jadi dari
pabrik pakan dan dijual seharga Rp 3.500 per kg.
Asumsi untuk model dua :
Jagung yang merupakan bahan baku utama pakan ayam broiler diperoleh
dari PT. Eka Matra dengan harga Rp 3.000 per kg untuk kapasitas 10.000
ekor dan Rp 2.700 untuk kapasitas 25.000 ekor.
Asumsi untuk model tiga :
1. Lahan yang digunakan untuk budidaya jagung adalah lahan sewa.
35
2. Varietas jagung yang digunakan adalah hibrida BISI 16 dengan
produktivitas 8 ton per hektar (Wiratmoko, 2008). Kadar air jagung
pipilan untuk pakan sebesar 12 persen (NRC, 1994). Benih jagung
diproduksi oleh PT. Bisi Internasional dengan distributornya PT. Tanindo
Subur Prima.
3. Dalam satu tahun dilakukan tiga kali musim tanam jagung. Satu kali masa
tanam selama tiga bulan.
4. Lahan jagung untuk kapasitas 10.000 ekor ayam terbagi menjadi dua,
dengan luasan masing-masing 2 hektar. Jarak waktu tanam antara lahan
satu dan dua adalah dua bulan, sehingga panen dilakukan dua bulan sekali.
Lahan untuk kapasitas 25.000 ekor ayam terbagi menjadi empat dengan
luasan masing-masing 2,5 hektar. Jarak waktu tanam antara lahan satu
dengan yang lain selama satu bulan, sehingga panen dilakukan setiap
bulan.
5. Jarak tanam jagung hibrida BISI 16 adalah 65 x 15 cm.
6. Selain pakan, pada kapasitas ayam broiler 25.000 ekor dihasilkan jagung
pipilan kering yang dapat dijual seharga Rp 2.500.
36
DAFTAR PUSTAKA
Aprisal. 2000. Kajian Reklamasi Lahan Marjinal Alang-alang dan Model Sistem Usahatani Terpadu untuk Membangun Pertanian Lestari di Daerah Transmigrasi Pandan Wangi Peranap Riau. Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Doll, P.J dan Orazem, F. 1984. Production Economic Theory with Aplications. Second Ed. John Wiley & Sons. Kanada.
Edwards, C.A et al. 1990. Sustainable Agricultural Systems. St. Lucie Press. Delray Beach, Florida.
Ensminger, M.E. 1992. Poultry Science (Animal Agricultural Series). 3rd Ed. Interstato Publishers, Inc Danville, Illions.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Djajanegara, A, M. Sabrani, I.G. Ismail dan H. Supriadi. 1990. Sistem Usahatani Tanaman-Ternak di Lahan Kering Transmigrasi Batumarta. Risalah Seminar Hasil Penelitian Proyek Penelitian Sistem Usahatani Tanaman-Ternak (Crop-Animal Systems Research Project); Bogor, 19-21 Sept 1989. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI Press. Jakarta.
37
Goldsworthy, P.R dan N.M Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan : Thohari. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
GPMT. 2008. Industri Pakan Ditengah Krisis Biji-Bijian. Seminar Ekonomi dan Bisnis; Surabaya, 9 Apr 2008. Asosiasi Produsen Pakan Indonesia.
Gustriyeni. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Pabangbon, Kecamatan Leuwiliang, Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hardjosworo, P dan Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Cetakan 1. Penebar Swadaya. Jakarta.
Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Kadariah, L. K dan Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Ed Rev. Lembaga Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Krisnan, R. et al. 2008. Ketersediaan Bahan Pakan Lokal untuk Ternak di Indonesia. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. USDA. Washington, DC.
North, M.O dan D.D Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed. An Avi Book. Van Nostrand Reinhold. New York.
Parsono, Y. 2004. Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Sapi Perah Pada “Kelompok Kania” Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Pudjosumarto, M. 1991. Evaluasi Proyek. Liberty. Yogyakarta.
Purwono dan Heni P. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul, Seri Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiawan, A. I. 2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak Solusi Masalah Lingkungan dan Pemanfaatan Energi Alternatif. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutanto, Y. 2006. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.
38
Pada peternakan terpadu ayam broiler simulasi satu, payback period yang
diperoleh lebih dari 10 tahun. Artinya jangka waktu yang diperlukan untuk
membayar kembali semua biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi usaha ini
melebihi umur proyek. Proyek ini belum dapat mengembalikan biaya investasi
sampai proyek berakhir.
39
40
PROPOSAL PENELITIAN
KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN TERPADU AYAM BROILER
Oleh : LAELI KOMALASARI
A14105678
PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
41
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Permasalahan - Permintaan daging ayam yang
lebih tinggi penawarannya
Impor Jagung
Impor CLQ
Usaha Ayam Broiler
- Harga pakan mahal
Peningkatan Produksi dan Efisiensi
Integrasi
Penanaman Jagung
Pabrik Pakan
Peternakan Ayam Brolier
Analisis Kelayakan Finansial a. Analisis NPV b. Analisis IRR c. Analisis B/C Ratio d. Analisis Payback Period e. Analisis Sensitivitas
Tidak layak Interpretasi Hasil Data Layak
Dapat Dioperasionalkan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peternakan sebagai salah satu sub sektor pertanian berperan dalam
mewujudkan ketahanan dan keamanan pangan, khususnya pangan asal hewan.
Sektor peternakan memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam
perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi sektor peternakan
terhadap PDB Pertanian pada tahun 2003 sebesar 3,97 persen atau 1,9 persen
terhadap PDB Nasional. PDB Sektor Peternakan pada tahun 2002 – 2006 terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 peningkatan sebesar 3,97 persen
dibandingkan tahun 2002.
Salah satu sumbangan terbesar dari PDB Sub Sektor Peternakan adalah
daging ayam. Daging ayam merupakan pilihan utama bagi konsumen dalam
pemenuhan protein hewani yang berasal dari ternak. Hal ini dikarenakan harga
daging ayam relatif lebih murah dibandingkan harga daging dari ternak lain.
Data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan menunjukkan
bahwa konsumsi daging ayam pada tahun 2005 adalah sebanyak 824.560 ton atau
73,6 persen dari konsumsi daging nasional. Sementara produksi pada tahun yang
sama hanya sebesar 779.106 ton (Tabel 1). Adanya kekurangan suplai ini,
menyebabkan masuknya daging ayam broiler yang sebagian besar dalam bentuk
paha (chicken leg quarter) dari Amerika Serikat.
2
Tabel 1 Produksi Daging Ayam Broiler Tahun 2003-2007 di Indonesia
Tahun Produksi (Ton) 2003 771.112 2004 846.097 2005 779.106 2006 861.263 2007 918.478
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2007)
Impor daging ayam pada tahun 2003 – 2005 meningkat cukup tinggi,
kenaikan berkisar antara 140,6 – 202,8 persen. Tahun 2006 mengalami penurunan
sebesar 12,8 persen tetapi impor masih dilakukan karena belum mencukupi
kebutuhan dalam negeri (Dirjen Peternakan, 2007). Keadaan ini bila dibiarkan,
akan menyebabkan merosotnya peternakan ayam broiler nasional pada periode
mendatang.
Salah satu upaya menanggulangi volume impor yang tinggi adalah
meningkatkan produksi ayam broiler nasional dan ini merupakan suatu peluang.
Peluang pengembangan ayam broiler cukup besar mengingat konsumsi
masyarakat terhadap ayam broiler akan terus meningkat seiring peningkatan
pendapatan. Selain itu siklus produksi ayam broiler relatif singkat, biasanya
dipanen pada umur 35 hari sehingga perputaran modal cepat.
Salah satu kendala dalam usaha pengembangan ayam broiler adalah
mahalnya harga pakan ayam broiler. Total biaya pakan mencapai sekitar 70
persen dari seluruh biaya produksi. Mahalnya pakan ini disebabkan sebagian dari
bahan bakunya masih impor termasuk jagung. Jagung merupakan bahan baku
utama yang dalam penyusunan pakan ayam diperlukan sebesar 40 - 50 persen,
sementara bahan baku yang lain seperti dedak, bungkil kelapa, tepung ikan,
premiks proporsinya relatif lebih kecil. Permintaan jagung sebagai bahan baku
3
pakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu diperlukan terobosan
untuk mengurangi ketergantungan impor jagung yang semakin meningkat.
1.2 Perumusan Masalah
Adanya kecenderungan impor paha ayam yang terus meningkat dengan
harga yang lebih rendah dibanding harga dalam negeri menjadi ancaman bagi
industri perunggasan nasional. Hal ini menuntut upaya untuk meningkatkan
produksi dalam negeri melalui efisiensi sehingga dihasilkan produk yang memiliki
daya saing di pasaran. Efisiensi usaha ayam broiler tidak hanya terkait dengan
usaha ternaknya saja tetapi juga dengan harga input produksinya dalam hal ini
jagung. Di lain pihak, jagung yang merupakan bahan baku pakan masih impor
sehingga harga pakan mahal.
Selama ini pendapatan peternak dari usaha ayam broiler berfluktuasi. Hal
ini dikarenakan harga jual daging ayam di pasaran berfluktuasi pula dan tidak bisa
diprediksi secara tepat, sementara harga pakan terus mengalami peningkatan.
Dari Januari 2007 sampai 2008 harga pakan ayam broiler terus meningkat mulai
harga Rp 3.000 sampai Rp 4.000 per kg. Peningkatan ini seiring dengan
meningkatnya salah satu harga bahan baku pakan yaitu jagung sebesar 28 persen
dari Nopember 2006 sampai Januari 2008, sehingga banyak peternak yang
dirugikan dengan kondisi seperti ini (GPMT, 2008).
Salah satu alternatif peningkatan pendapatan usaha ayam broiler adalah
melalui integrasi dengan usaha produksi jagung, yaitu melakukan peternakan
terpadu. Melalui peternakan terpadu, seluruh aktivitas dipandang sebagai satu
sistem yang memiliki ketergantungan dan interaksi di dalamnya. Peningkatan
pendapatan bisa dicapai dengan mengkombinasikan input-input produksi dengan
4
sumberdaya yang tersedia. Ketersediaan sumberdaya mempengaruhi pengelolaan
dalam peternakan terpadu. Sebenarnya berapa luasan yang dibutuhkan untuk
tanaman jagung dan usaha ayam broiler dan kapasitas pabrik pakan yang dapat
memenuhi kebutuhan ayam broiler.
Dengan mengintegrasikan ternak dan kegiatan penanaman jagung
kemudian diolah menjadi pakan ternak diharapkan akan menghasilkan efisiensi
produksi yang tinggi. Ayam broiler menghasilkan kotoran yang dapat diubah
menjadi pupuk organik yang dapat menyuburkan tanah dan meningkatkan
produksi jagung. Dari sisi ternaknya dapat diperoleh penyediaaan pakan yang
berkesinambungan.
Pengembangan peternakan terpadu ayam broiler membutuhkan dana yang
cukup besar untuk membiayai investasi jangka panjang. Diperlukan perencanaan
yang tepat agar dana yang diinvestasikan memberikan keuntungan dan manfaat
bagi pihak yang terlibat. Analisis kelayakan usaha perlu dilakukan guna
mendukung perencanaan ini.
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah pengembangan peternakan ayam broiler terpadu layak secara
finansial pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor?
2. Bagaimana tingkat kelayakan finansial tersebut untuk berbagai kombinasi
model pengembangan dari peternakan ayam broiler?
3. Sejauhmana usaha masih tetap layak jika terjadi perubahan kenaikan harga
DOC atau penurunan harga jual ayam broiler?
5
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu pada
kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor.
2. Membuat simulasi kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu
untuk berbagai kombinasi model pengembangan dari peternakan ayam
broiler.
3. Menganalisis pengaruh perubahan kenaikan harga DOC dan penurunan
harga jual ayam broiler terhadap kelayakan finansial.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
1. Bahan referensi dan masukan untuk penelitian lebih lanjut.
2. Memberikan gambaran mengenai manfaat investasi bagi investor yang
berminat dalam mengembangkan usaha ini.
3. Informasi kepada peternak untuk memanfaatkan dan mengolah
sumberdaya yang ada secara optimal sehingga peternak mencapai tujuan
usaha yaitu memperoleh keuntungan yang maksimal.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada penilaian kelayakan finansial dari aspek
pasar, teknis dan finansial. Penelitian dilakukan pada tiga model, yaitu
peternakan ayam broiler, kombinasi peternakan ayam broiler dan pabrik pakan
serta kombinasi peternakan ayam broiler, pabrik pakan dan budidaya jagung untuk
kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor ayam broiler.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayam Broiler
Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang dijual pada umur sekitar
tujuh minggu. Umumnya ayam broiler dijual saat bobot badan mencapai sekitar
1,8 kg (North dan Bell, 1990). Istilah broiler berasal dari kata to broil artinya
dipanggang. Menurut Hardjosworo dan Rukmiasih (2000), ayam broiler di
Indonesia adalah ayam ras pedaging jantan atau betina yang dipotong pada umur 5
– 6 minggu dengan bobot hidup berkisar antara 1,7 – 2 kg.
Pakan ayam broiler terdiri dari pakan starter diberikan pada ayam berumur
0 sampai 3 minggu, pakan finisher diberikan umur 4 minggu sampai panen.
Menurut Bell dan Weaver (2002) standar FCR broiler yang dipelihara selama 35-
38 hari adalah lebih kecil dari 1,83. Artinya untuk mendapatkan ayam dengan
bobot hidup 1 kg diperlukan pakan sejumlah 1,83 kg.
Ayam selain menghasilkan produk utama juga menghasilkan ikutan
berupa ekskreta, yaitu merupakan bahan campuran hasil ekskresi tubuh yang
berasal dari pakan tidak tercerna dalam saluran pencernaan ditambah sisa hasil
metabolisme (Ensminger, 1992). Jumlah ekskreta murni tanpa adanya litter dapat
dilihat pada Tabel 2.
7
Tabel 2 Jumlah Ekskreta Murni pada Beberapa Jenis Unggas
Jenis Unggas
Jumlah Ternak (ekor)
Rata-rata Bobot
Badan (kg)
Waktu Periode
Jumah Ekskreta
(kg)
Jumlah Eksreta
(g/ekor/hari/BB)
Ayam Petelur
100 2,0 12 bulan 1.091 15
Ayam Broiler
1.000 1,8 9 minggu 1.227 11
Kalkun 1.000 3,6 16 minggu 1.964 4,9 Sumber : Ensminger (1992)
2.2 Jagung
Tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk ke dalam famili rumput-
rumputan (Graminae). Jagung adalah tanaman semusim, yang tinggi, tegap,
biasanya dengan batang tunggal yang dominan, walaupun ada beberapa cabang
pangkal pada beberapa genotipa dan lingkungannya. Merupakan tanaman
berumah satu, seluruh tongkol terbungkus, sering kali sangat rapat, oleh pelepah-
pelepah daun yang berubah disebut kelobot (Goldsworthy, Peter R dan N.M
Fisher, 1996).
Penggunaan jagung dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahan
pangan, bahan baku pakan ternak dan bahan baku industri. Hampir seluruh
bagian tanaman jagung dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Batang dan
daun tanaman yang masih muda bisa digunakan untuk pakan ternak ruminansia,
yang sudah tua dapat digunakan untuk pakan, pupuk hijau, industri kertas dan
kayu bakar (Purwono dan Heni P, 2007). Buah jagung yang masih muda banyak
digunakan sebagai bahan sayuran. Kegunaan lain jagung ialah sebagai bahan
baku pembuatan pakan ternak (unggas), bahan baku industri bir, industri farmasi,
dextrin termasuk untuk perekat dan industri tekstil (Warisno, 1998).
8
Untuk penanaman komersial, jagung diperbanyak dengan biji (benih)
(Purwono dan Heni P, 2007). Dengan adanya perkembangan teknologi pemuliaan
tanaman jagung yang semakin maju, telah banyak dilepas berbagai macam
varietas unggul jagung terutama jagung hibrida. Jagung hibrida bisa diperoleh dari
hasil seleksi kombinasi atau biasa disebut hibridisasi. Hal ini dapat menciptakan
suatu jenis atau spesies baru yang dapat meningkatkan produksi, tahan terhadap
serangan hama dan penyakit, umur pendek dan sebagainya. Produksi jagung
hibrida bisa mencapai lebih dari enam ton pipilan kering per hektar. Bila
dibandingkan dengan jagung lokal yang rata-rata hasilnya di bawah dua ton per
hektar dan jagung komposit 2,5 – 3,5 ton per hektar (Warisno, 1998). Varietas
unggul yang ada di Indonesia memiliki umur panen bervariasi mulai 85 hari
sampai 118 hari (Purwono dan Heni P, 2007).
Poduktivitas jagung nasional pada tahun 2007 sebesar 35,88 kuintal per
hektar. Selama kurun waktu 1969-2007 produksi jagung yang tertinggi dicapai
pada tahun 2005 yaitu sebesar 12.524 ribu ton. Berdasarkan angka tetap tahun
2006, produksi jagung turun sebesar 7,30 persen menjadi 11.609 ribu ton,
kemudian menurut angka ramalan tahun 2007 produksi meningkat kembali
menjadi 12.446 ribu ton. Penurunan produksi jagung terutama disebabkan oleh
penurunan luas panen, sedangkan produktivitas meningkat karena penggunaan
benih jagung hibrida (Deptan, 2007).
2.3 Pupuk Kandang
Pupuk organik dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Pupuk
kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
tanaman karena mengandung unsur makro seperti nitrogen, fosfor serta kalium
9
dan unsur mikro seperti kalsium, magnesium dan sulfur (Sutanto, 2006).
Kandungan unsur hara dan air pada pupuk yang berasal dari kotoran ayam adalah
nitrogen 1,00 %, fosfor 0,80 %, kalium 0,40 %, air 55,00 % (Setiawan, A.I, 2007).
Pupuk kandang membuat tanah lebih subur, gembur dan lebih mudah
diolah. Kegunaan ini tidak dapat digantikan oleh pupuk buatan (Setiawan, A.I,
2007). Penggunaan pupuk kandang kering dianjurkan berdasarkan alasan dapat
mengurangi pengaruh kenaikan temperatur selama proses dekomposisi dan
terjadinya kekurangan nitrogen yang diperlukan tanaman (Sutanto, 2006).
Kotoran ayam dapat dijadikan sebagai bahan organik bisa dikomposkan dan
mengandung nitrogen, cocok dicampur dengan bahan yang kaya carbon.
Penggunaan pupuk kandang untuk tanaman jagung sebanyak 20-25 ton per hektar
(Yuwono, 2005).
2.4 Pertanian Terpadu
Konsep pertanian terpadu adalah integrasi kegiatan untuk mencapai
kombinasi optimal yang memiliki sifat saling melengkapi dan berhubungan dalam
interaksi yang bersifat sinergis dan berkelanjutan. Interaksi dalam sistem integrasi
ini dapat meningkatkan efisiensi produksi, produksi optimal, peningkatan daya
saing produk, peningkatan pendapatan sekaligus keseimbangan alam yang lestari.
Tiga hal penting dalam pertanian terpadu adalah 1) pertanian harus
diarahkan pada penggunaan sumber daya yang lebih produktif dan efisien, 2)
proses biologis dalam sistem pertanian harus lebih terkendali dalam arti
mengurangi penggunaan input luar seperti pestisida, pupuk anorganik, 3) siklus
hara dalam farm harus tersedia (Edwards, C.A, 1990).
10
Kotoran Ternak Tanaman Pakan Ternak
Produksi Ternak
Residu Tanaman Pangan
Produksi Tanaman Pangan
Gambar 1. Integrasi Tanaman Pangan dan Produksi Ternak Sumber : Edwars (1990)
2.5 Tinjauan Terdahulu
Penelitian tentang keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan pernah
dilakukan oleh Abduh, U et al (2004). Penelitiannya berjudul integrasi ternak
itik dengan sistem usahatani berbasis padi di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan.
Sebanyak delapan orang peternak itik dibagi dua kelompok yaitu kelompok satu
terdiri dari empat orang peternak yang masing-masing memiliki 100 ekor diberi
pakan pelengkap dan pakan tambahan, sedangkan kelompok dua sebagai kontrol.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ternak itik yang digembalakan di
sawah dan diberi pakan tambahan produksinya lebih tinggi dibanding itik yang
digembalakan di sawah tanpa pakan tambahan masing-masing 60,2 persen Hen
Day (HD) dan 34,2 persen HD. Produksi padi pada sawah dengan
penggembalaan itik adalah 6.270 kg/ha/musim sedangkan sawah tanpa
penggembalaan sebesar 6.000 kg/ha/musim. Analisis pendapatan pada sawah
dengan penggembalaan itik dan sawah tanpa penggembalaan itik masing-masing
Rp 3.779.500 dan Rp 3.365.000. Hal ini memberikan kenyataan bahwa integrasi
itik dan sawah memberikan keuntungan dari segi produksi telur maupun produksi
padi yang lebih baik. Hasil yang lebih baik didukung oleh adanya manfaat timbal
balik (interaksi) dari keterpaduan usahatani terpadu antara itik dan padi.
11
Yadnya, T.G.B (2004) melakukan penelitian dengan judul integrasi
beternak itik dengan tanaman pangan yang merupakan pencerminan usaha
pertanian berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Penelitian dilakukan pada
lahan pekarangan yang luasnya 8 are terdiri dari 2 are untuk tanaman jagung yang
ditumpangsarikan dengan ketela, 5 are untuk bangunan rumah dan 1 are untuk
ternak itik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan tanaman jagung
pada lahan seluas dua are hanya bisa memenuhi sekitar 25 ekor itik.
Produksi kotoran yang dihasilkan 45 ekor itik selama delapan minggu
yang diubah menjadi pupuk bokhasi adalah 182.479,65 gram. Selanjutnya
pemberian pupuk bokhasi pada tanaman jagung atau yang dikombinasikan dengan
ketela pohon dapat meningkatkan jerami tanaman jagung (daun dan batang),
produksi biji jagung, daun ketela maupun berat umbi ketela pohon. Tanaman
pangan (ketela + jagung) dengan ternak itik terjadi hubungan erat yang bersifat
timbal balik, karena tanaman tersebut dapat menyediakan daun ketela dan biji
jagung sebagai bahan ransum untuk kebutuhan ternak itik. Dilain pihak ternak
sendiri dapat menghasilkan kotoran sebagai bahan pembuatan pupuk bokhasi
untuk penyediaan unsur hara bagi tanaman ketela dan jagung, sehingga nampak
tidak ada bahan yang terbuang.
Djajanegara, et al (1990) melakukan penelitian dengan judul kajian sistem
usahatani tanaman-ternak di lahan kering transmigrasi Batumarta. Empat model
usahatani yang ditemukan dan diuji, terdiri dari Model A yaitu usahatani yang ada
tanpa ternak, Model B usahatani yang ada dengan ternak, Model C peningkatan
bertahap dari Model A dengan penambahan ternak dan Model D usahatani
tanaman-ternak dengan jumlah ternak yang ditingkatkan. Setiap model usaha
12
mengikutsertakan lima petani koperator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
usahatani model C paling cocok untuk dikembangkan. Analisis arus tunai
usahatani secara keseluruhan dari Model C dengan menggunakan discount factor
sesuai dengan suku bunga modal (18,4%) menunjukkan indeks keuntungan
seluruh usaha sebesar 140,4 persen, NPV sebesar Rp 3.122.063, IRR 30,6 persen
dan jangka waktu pengembalian lima tahun.
Hasil penelitian Gustriyeni (2007) menunjukkan bahwa nilai NPV yang
diperoleh dengan menggunakan suku bunga deposito 7,00 persen per tahun pada
usaha peternakan ayam broiler adalah sebesar Rp 561.050.879,94 dan IRR 41
persen. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas maka usaha peternakan ayam
broiler akan mengalami kerugian jika terjadi peningkatan harga DOC lebih dari
38,26 persen, peningkatan harga pakan lebih dari 10,47 persen dan jika terjadi
penurunan harga jual ayam lebih dari 6,74 persen.
Penelitian berjudul Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu
memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu, seperti tersaji
pada Tabel 3.
Tabel 3 Persamaan dan Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Persamaan Perbedaan
1 Djajanegara, et al (1990)
Menganalisis kelayakan finansial pertanian terpadu
Masalah yang diteliti berbeda dan jenis komoditas lebih beragam
2 Abduh, U (2004)
Menganalisis keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan
Masalah yang diteliti dan jenis komoditas berbeda
3 Yadnya, T.G.B (2004)
Menganalisis keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan
Masalah yang diteliti dan jenis komoditas berbeda
4 Gustriyeni (2007)
Menganalisis kelayakan finansial pada komoditas yang sama
Menganalisis hanya pada satu kegiatan usaha
13
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Fungsi Produksi
Menurut Doll dan Orazem (1984), fungsi produksi menggambarkan
hubungan input dan output. Ini menggambarkan tingkat penggunaan sumberdaya
yang dapat diubah menjadi produk. Ada sejumlah hubungan input output dalam
pertanian karena tingkat penggunaan input yang dapat diubah menjadi output
bervariasi tergantung tipe tanah, jenis ternak, teknologi yang digunakan, jumlah
curah hujan dan sebagainya
Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :
Y = f (X1, X2,...........,Xn)
Y merupakan output dan X1 ....... Xn adalah input yang berbeda yang merupakan
bagian untuk menghasilkan Y. Fungsi produksi digunakan untuk memperoleh
jumlah output yang maksimal dengan menggunakan input yang jumlahnya
terbatas.
Hubungan antara output-output terdiri dari :
a. Produk Kompetitif
Produk disebut kompetitif apabila output dari satu produk dapat
ditingkatkan hanya melalui penurunan output dari produk lain. Produk
disebut kompetitif karena memerlukan input-input yang sama dalam waktu
yang sama.
14
b. Produk Komplementer
Dua produk disebut komplementer jika peningkatan dalam satu produk
menyebabkan peningkatan produk kedua, ketika jumlah input-input yang
digunakan pada keduanya konstan.
c. Produk Suplementer
Dua produk dikatakan suplementer jika jumlah produk yang satu
meningkat tanpa menyebabkan perubahan pada produk yang lain.
d. Joint Product
Produk yang dihasilkan dari proses produksi yang sama. Secara
konseptual, join produk yang dihasilkan dalam proporsi tetap dan dapat
dianggap sama manajemennya dengan memproduksi output tunggal.
15
Y2 Y2
Y1 0
A
Y1 B 0 a. Produk Kompetitif b. Produk Komplementer
Y2
Y1 0
Y2
H 0
Y1
E
c. Produk Suplementer d. Joint Product
Gambar 2 Kurva Kemungkinan Produksi yang Menunjukkan Kemungkinan Hubungan Antar Produk
Sumber : Doll dan Orazem (1984)
3.1.2 Siklus Proyek
Proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-
sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (Kadariah et al. 1976). Menurut
16
Pudjosumarto (1991), proyek merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dapat
direncanakan, di dalamnya menggunakan sumber-sumber (input) untuk
mendapatkan manfaat di masa yang akan datang. Siklus proyek merupakan
tahap-tahap atau urutan yang dilalui dalam kegiatan suatu proyek.
Tahapan untuk melakukan proyek investasi adalah :
1. Identifikasi
Pada tahap ini sponsor proyek melihat adanya kesempatan investasi yang
mungkin menguntungkan. Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk
memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut (Pudjosumarto,
1991). Pada tahap ini dilakukan dengan maksud mendapatkan proyek-proyek
yang potensial. Usulan-usulan dapat datang dari para ahli dalam bidang teknis
dan pimpinan-pimpinan setempat yang dikenal (Gittinger, 1986).
2. Persiapan dan Analisa
Proses ini meliputi semua pekerjaan yang perlu dilakukan untuk membawa
proyek sehingga bisa dilakukan pengamatan atau penilaian ulang dengan hati-
hati. Proyek apabila telah ditentukan menjadi suatu proyek yang baik, maka
proyek tersebut bisa segera dilaksanakan. Dalam persiapan dan analisa proyek,
pertimbangan akan diberikan terhadap tiap-tiap aspek.
Langkah pertama dalam tahap ini adalah melakukan studi kelayakan yang
akan memberikan informasi yang cukup untuk menentukan dimulainya
perencanaan yang lebih lanjut. Perincian daripada studi kelayakan akan
tergantung pada kerumitan proyek serta seberapa banyak usulan yang diketahui.
Studi kelayakan akan memberikan kesempatan untuk menyusun proyek agar
17
bisa cocok dengan lingkungan fisik dan sosialnya dan memastikan bahwa
proyek tersebut akan memberi hasil yang optimal (Gittinger, 1986).
3. Penilaian
Pada tahap ini melakukan analisa dan menilai aspek pasar, teknik,
keuangan dan perekonomian (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek
setelah dipersiapkan, biasanya dilakukan suatu pengkajian atau suatu penilaian
tersendiri. Hal ini memberikan kesempatan untuk memeriksa kembali tiap-tiap
aspek dari rencana suatu proyek. Selain itu, mungkin akan melibatkan
informasi baru apabila spesialis-spesialis dari tim penilaian merasa bahwa
sebagian data diragukan atau sebagian dari asumsi itu tidak tepat. Apabila tim
penilai menyimpulkan bahwa rencana proyek tersebut masuk akal, investasi bisa
diteruskan. Apabila tim penilai menemukan kekurangan yang cukup serius,
kemungkinan perlu bagi analis untuk merubah rencana proyek atau
mengembangkan suatu rencana yang sama sekali baru (Gittinger, 1986).
4. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan bagian yang terpenting dari siklus proyek. Adanya
rencana proyek yang lebih baik dan lebih realistis akan lebih memungkinkan
untuk dilaksanakan dan keuntungan yang diharapkan dapat diwujudkan. Hal ini
menekankan perlunya perhatian yang seksama terhadap tiap aspek dari
perencanaan dan analisa suatu proyek.
Pelaksanaan suatu proyek harus luwes. Manajer proyek harus bisa
memberikan reaksi yang tepat terhadap keadaan yang selalu berubah. Dengan
lebih besarnya ketidakpastian berbagai aspek dari suatu proyek menyebabkan
lebih besarnya kemungkinan perubahan yang harus dilakukan.
18
5. Evaluasi
Analisis ini mempelajari secara sistematis elemen-elemen yang mencapai
sukses dan gagal dalam proyek yang telah dilaksanakan untuk memetik
pelajaran bagi perencanaan di masa depan. Evaluasi tidak terbatas hanya pada
proyek yang telah diselesaikan saja. Evaluasi adalah alat yang paling penting
dalam proyek yang sedang berjalan dan lebih cenderung lagi evaluasi secara
formal mungkin dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek tersebut.
Sasaran dari suatu proyek akan merupakan kriteria utama dalam
melakukan suatu evaluasi. Sasaran tidak dapat diterima tanpa adanya kritik
untuk perbaikan, namun penelitian sebaiknya mempertimbangkan apakah
sasaran-sasaran itu sendiri tepat dan sesuai.
3.1.3 Studi Kelayakan Proyek
Proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang menggunakan sumber daya
untuk memperoleh keuntungan atau manfaat (Gittinger, 1986). Studi kelayakan
proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya
merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Tujuan dilakukan
studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang
terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan, S dan
Suwarsono, 2000).
Gittinger (1986) menyatakan bahwa studi kelayakan (feasibility study)
dilakukan guna memperoleh gambaran apakah usaha itu layak dan memberi
manfaat. Manfaat yang diperoleh dari adanya investasi adalah memberi
kontribusi terhadap pencapaian tujuan investasi. Sementara biaya adalah semua
19
pengeluaran ekonomis yang dapat menimbulkan pengurangan manfaat yang dapat
diterima.
Dari sisi dampaknya, studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek
yaitu :
1. Manfaat ekonomi bagi proyek itu sendiri (sering disebut sebagai manfaat
finansial). Hal ini berarti apakah proyek itu dipandang cukup
menguntungkan apabila dibandingkan dengan resiko proyek tersebut.
2. Manfaat ekonomis bagi negara tempat proyek dilaksanakan (sering disebut
manfaat ekonomi nasional). Hal ini menunjukkan manfaat proyek tersebut
bagi ekonomi makro suatu negara.
3. Manfaat sosial bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini merupakan
studi yang paling relatif sulit untuk dilakukan.
Faktor yang mempengaruhi intensitas studi kelayakan adalah :
1. Besarnya dana yang ditanamkan.
Umumnya semakin besar jumlah dana yang ditanamkan, semakin
mendalam studi yang perlu dilakukan.
2. Tingkat ketidakpastian proyek
Semakin sulit kita memperkirakan penghasilan penjualan, biaya, aliran kas
dan lain-lain, semakin berhati-hati dalam melakukan studi kelayakan.
3. Kompleksitas elemen-elemen yang mempengaruhi proyek.
Semakin besar dana yang tertanam, semakin tidak pasti taksiran yang
dibuat, semakin kompleks faktor-faktor yang mempengaruhi dan semakin
mendalam studi yang perlu dilakukan.
20
3.1.4 Aspek-Aspek Studi Kelayakan
Untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-
aspek apa yang akan dipelajari. Banyak dan sedikitnya aspek yang akan dinilai
serta kedalaman analisa tergantung pada besar kecilnya proyek yang akan
dilakukan. Masing-masing aspek bisa dinilai dengan metode analisa yang
berbeda-beda (Husnan, S dan Suwarsono, 2000).
Aspek-aspek dalam studi kelayakan adalah :
1. Aspek teknis
Aspek teknis meliputi evaluasi tentang input dan output dari barang dan
jasa yang akan diperlukan dan diproduksi oleh proyek (Kadariah, 1999).
Aspek teknis dan produksi menyangkut pemilihan lokasi, skala dan proses
produksi, mesin dan perlengkapan yang dipilih, penanganan terhadap limbah,
tata letak dan teknologi yang digunakan (Husnan dan Suwarsono, 2000).
2. Aspek komersial
Aspek komersial menyangkut penawaran (barang dan jasa) yang
diperlukan proyek, baik waktu membangun proyek maupun pada waktu
proyek sudah berproduksi. Selain itu juga menganalisis pemasaran output
yang akan diproduksi oleh proyek (Kadariah et al. 1999). Menurut Gittinger
(1986), yang termasuk dalam aspek komersial adalah rencana pemasaran
ouput yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang
dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek.
3. Aspek institusional, organisasi dan manajerial
Yaitu aspek yang menyangkut kemampuan staf pelaksana untuk
melaksanakan administrasi dalam aktivitas besar dan bagaimana hubungan
21
antara administrasi proyek dengan lembaga lainnya dapat terlihat secara jelas
(Pudjosumarto, 1991).
4. Aspek finansial
Yaitu merupakan aspek utama yang akan menyangkut tentang
perbandingan antara pengeluaran uang dengan pemasukan uang atau returns
dalam suatu proyek (Pudjosumarto, 1991). Aspek finansial menyangkut
terutama perbandingan antara pengeluaran uang dengan revenue earning
proyek. Selain itu apakah proyek akan terjamin dana yang diperlukan, apakah
proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan apakah proyek itu
akan berkembang sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah et
al. 1999).
5. Aspek ekonomi
Yaitu aspek yang akan menentukan tentang besar atau kecilnya
sumbangan suatu proyek terhadap pembangunan ekonomi secara keseluruhan
(Pudjosumarto, 1991).
6. Aspek sosial
Yaitu aspek yang menyangkut terhadap dampak sosial yang disebabkan
adanya penggunaan input dan output yang akan dicapai suatu proyek
(Pudjosumarto, 1991). Merupakan manfaat dan pengorbanan sosial yang
mungkin dialami oleh masyarakat, tetapi sulit dikuantifikasikan yang bisa
disepakati secara bersama. Manfaat dan pengorbanan tersebut dirasakan ada
(Husnan, S dan Suwarsono, 2000). Menurut Gittinger (1986), pertimbangan-
pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan
apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial tersebut.
22
7. Aspek hukum
Mempelajari tentang bentuk badan usaha, jaminan yang bisa disediakan
jika menggunakan sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan
izin yang diperlukan (Husnan, S dan Suwarsono, 2000).
3.1.5 Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial merupakan ukuran yang dipakai untuk
menyatakan layak tidaknya suatu proyek dilaksanakan. Beberapa kriteria yang
dipakai dalam penilaian kelayakan adalah Nilai Bersih Sekarang (Net Present
Value), Rasio Manfaat Biaya Bersih (Net Benefit and Cost Rasio), Tingkat
Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return) dan Masa Pengembalian
Investasi (Payback Period).
Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) adalah selisih antara
penerimaan dengan pengeluaran yang telah didiskontokan (Pudjosumarto, 1991).
NPV merupakan menilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh
penanaman investasi (Gittinger, 1986).
Proyek dikatakan layak atau bermanfaat jika NPV lebih besar dari nol.
Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar
Social Opportunity Cost of Capital. Jika NPV lebih kecil dari nol berarti proyek
ditolak, artinya ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumber-
sumber yang diperlukan proyek (Kadariah et al, 1999).
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara jumlah
manfaat nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah manfaat sekarang yang
bernilai negatif. Rasio ini diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi
23
dengan nilai sekarang arus biaya. Proyek akan dipilih apabila Net B/C Ratio lebih
besar dari satu.
Tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR) adalah
tingkat diskonto yang dapat membuat manfaat sekarang neto dari arus manfaat
neto tambahan atau arus uang tambahan sama dengan nol. Tingkat tersebut
adalah tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk
sumberdaya yang digunakan. Hal ini karena proyek membutuhkan dana lagi
untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada tingkat
pulang modal (Gittinger, 1986).
IRR menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan returns
atau tingkat keuntungan yang dapat dicapainya. Kadang-kadang IRR ini
digunakan pedoman tingkat bunga (i) yang berlaku, walaupun sebetulnya bukan i,
tetapi IRR akan selalu mendekati besarnya i tersebut (Pudjosumarto, 1991).
Proyek layak dilakukan jika IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.
Masa Pengembalian Investasi (Payback Period) adalah jangka waktu
periode yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-
biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Payback period
yang semakin pendek menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam
proyek tersebut semakin cepat kembali.
3.1.6 Switching Value.
Salah satu keuntungan dari analisa proyek yang dilakukan secara cermat
adalah dapat diketahui kapasitas hasil proyek bila ternyata terjadi hal-hal yang di
luar perencanaan. Masalah utama dari analisa proyek yaitu proyeksi selalu
24
menghadapi ketidaktentuan yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah kita
ramalkan atau perkirakan.
Suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti atau disebut
switching value (Gittinger, 1986). Dalam analisis sensitivitas dapat memilih
sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat melakukan perubahan terhadap
masalah yang dianggap penting dan menentukan pengaruh perubahan tersebut
terhadap proyek. Sebaliknya bila ingin menghitung suatu nilai pengganti maka
berapa banyak elemen yang kurang baik dalam analisa proyek yang akan diganti
supaya dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek. Analisis switching
value dilakukan dengan metode coba-coba (trial and error) sehingga didapat nilai
NPV sama dengan nol.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Peluang pengembangan usaha peternakan ayam broiler cukup prospektif
dengan pasar domestik yang cukup potensial. Dari total konsumsi daging
domestik, sebesar 73,6 persen merupakan konsumsi ayam. Diperkirakan
konsumsi ayam broiler ini masih mendominasi konsumsi daging di masa depan.
Namun, pengembangan usaha ini dihadapkan pada permasalahan
ketergantungan terhadap bahan pakan impor terutama jagung yang merupakan
komponen utama pakan. Ketergantungan terhadap impor jagung ini menyebabkan
harga pakan mahal dan cenderung meningkat. Di samping itu, adanya impor
daging ayam broiler (khususnya paha) yang semakin meningkat dapat mengancam
usaha peternakan ayam broiler domestik.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan
mengembangkan usaha peternakan ayam broiler yang terintegrasi. Usaha ayam
25
broiler yang diintegrasikan adalah budidaya jagung dan pengolahan pakan.
Integrasi usaha ini diharapkan selain dapat mengurangi ketergantungan terhadap
pakan dari luar, juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya.
Pengembangan usaha peternakan ayam broiler yang terpadu tersebut di
lain pihak memerlukan biaya investasi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
pengembangan usaha ternak (budidaya) semata. Di samping itu, pengembangan
usaha peternakan ayam broiler terpadu ini secara teknis lebih rumit karena aspek
yang ditangani lebih kompleks. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan
model usaha peternakan terpadu ini, diperlukan analisis kelayakan finansial
sebelum model tersebut diimplementasikan. Hipotesis yang dikemukakan dalam
penelitian ini adalah bahwa usaha peternakan ayam broiler terpadu dilakukan pada
skala usaha yang relatif besar. Untuk membuktikan hipotesis tersebut dilakukan
analisis kelayakan finansial pada skala usaha yang berbeda yaitu 10.000 dan
25.000 ekor ayam broiler. Sebagai pembanding, dilakukan juga analisis
kelayakan model yang terdiri dari pabrik pakan dan ayam broiler serta usaha ayam
broiler sendiri yang membeli pakan dari luar. Gambaran mengenai alur pemikiran
penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
26
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional
Usaha ayam broiler
Permasalahan : • Impor paha ayam • Harga pakan mahal
Pengembangan usaha ayam broiler skala 10.000 & 25.000 ekor
Model 1 Peternakan ayam
broiler
Model 2 Pabrik pakan Peternakan ayam
broiler
Model 3 Efisiensi, melalui :
Budidaya jagung Pabrik pakan Peternakan ayam
broiler
Tidak layak Layak Interpretasi hasil data
Analisis kelayakan finansial
a. Analisis NPV b. Analisis IRR c. Analisis B/C Ratio d. Analisis Payback Period e. Analisis Switching Value
Dapat dioperasionalkan
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan berdasarkan studi literatur. Untuk mengetahui
koefisien teknis budidaya ayam broiler, dilakukan di Peternakan Ayam Broiler
milik Bapak Sugeng di daerah Caringin, Dramaga Bogor dengan skala usaha
10.000 ekor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan populasi ternak sesuai dengan kapasitas pabrik pakan yang
direncanakan. Pengumpulan data untuk penelitian dilakukan pada bulan Mei
sampai bulan Juni 2008.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan peternak, ahli
pakan ternak dan ahli limbah peternakan. Data primer meliputi data produksi
ayam broiler serta komponen biaya investasi dan operasional serta harga input
dan output.
Data sekunder diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen
Pertanian dan literatur yang relevan dengan penelitian. Data sekunder meliputi
aspek budidaya jagung, ekspor impor daging ayam serta data lainnya yang terkait.
4.3 Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah secara kualitatif dan
kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan metode deskriptif dan analisis
kelayakan finansial. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran
28
proses produksi jagung, pengolahan pakan ternak, budidaya ayam broiler serta
pengolahan pupuk organik. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis
biaya dan manfaat kombinasi usaha yang dijalankan melalui kriteria kelayakan
investasi dan analisis switching value.
Tiga model kombinasi usaha yang akan diterapkan dengan dua simulasi :
Model 1. Peternakan ayam broiler (tidak terpadu)
Model ini hanya berupa kegiatan peternakan ayam broiler. Pakan yang
merupakan komponen terbesar biaya produksi berasal dari PT. Charoen Pokphand
terdiri dari pakan starter dengan kandungan protein 21 – 23 persen dan pakan
finisher dengan protein 19 – 21 persen dan Energi Metabolis 3000 – 3200 kkal.
Setiap tahun mulai tahun pertama terdapat enam siklus produksi ayam broiler.
Model 2. Kombinasi pabrik pakan dan peternakan ayam broiler.
Pada model ini kegiatan peternakan dikombinasikan dengan pabrik pakan.
Pabrik pakan mengolah bahan baku menjadi pakan ayam broiler dengan
kandungan protein 21 persen dan Energi Metabolis 3100 kkal. Bahan baku yang
dipakai untuk membuat pakan ayam broiler termasuk jagung dibeli dari PT. Eka
Matra. Pada tahun pertama, pabrik pakan sudah beroperasi mulai bulan pertama
karena jagung dibeli dari luar sehingga tidak harus menunggu waktu panen.
Pakan yang dihasilkan di pabrik langsung dikirim ke peternakan sebagai pakan
ayam.
Model 3. Kombinasi peternakan ayam broiler dengan pabrik pakan dan budidaya jagung.
Model ini merupakan kegiatan yang terintegrasi antara budidaya jagung,
pabrik pakan dan peternakan ayam broiler. Pada kegiatan budidaya jagung akan
dihasilkan jagung pipilan kering yang akan diolah di pabrik pakan sebagai salah
29
satu bahan baku pakan ayam broiler. Pakan yang dihasilkan di pabrik langsung
digunakan sebagai pakan ayam. Produk sampingan dari ayam berupa kotoran
dipakai sebagai pupuk pada tanaman jagung. Pada tahun pertama, pabrik mulai
beroperasi pada bulan ke empat, karena jagung baru dapat dipanen setelah umur
tiga bulan.
Simulasi pertama dengan kapasitas 10.000 ekor ayam broiler. Simulasi
kedua dengan kapasitas 25.000 ekor ayam broiler. Kapasitas 10.000 dan 25.000
ekor ini merupakan populasi ayam broiler yang banyak dipelihara peternak
mandiri. Program komputer yang digunakan untuk mengolah data adalah
Microsoft Excel.
4.3.1 Analisis Kelayakan Finansial
Kriteria yang digunakan dalam melakukan kelayakan investasi adalah :
a. Net Present Value (NPV)
NPV merupakan selisih antara nilai sekarang dari manfaat dan
biaya. Rumus dari NPV adalah :
t
n
t iCtBtNPV)1(0 +
−= ∑
=
Sumber : Kadariah dan Clive (1999) Keterangan : Bt = penerimaan tahun ke-t Ct = biaya tahun ke t i = discounted factor t = tahun n = umur proyek
Proyek/investasi layak dilakukan jika NPV bernilai positif
30
b. Internal Rate of Return (IRR)
Nilai IRR ditentukan dengan mencari nilai discounted factor yang
membuat nilai NPV sama dengan nol. Untuk menentukan berapa
tepatnya tingkat bunga tersebut adalah dengan menggunakan metoda
interpolasi, yakni dengan menyisipkan tingkat bunga diantara bunga
yang menghasilkan NPV positif dan tingkat bunga yang menghasilkan
NPV negatif. Metoda tersebut diformulasikan dengan rumus berikut :
)12()21(
11 iiXNPVNPV
NPViIRR −−
+=
Sumber : Kadariah dan Clive (1999)
Keterangan :
i1 = discounted factor yang menghasilkan NPV positif
i2 = discounted factor yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
Proyek/investasi layak dilakukan jika IRR lebih tinggi dari suku bunga
yang berlaku.
c. Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara
jumlah manfaat nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah manfaat
sekarang yang bernilai negatif. Net B/C digunakan untuk melihat berapa
besar manfaat bersih yang dapat diterima suatu proyek untuk setiap satu
rupiah yang dikeluarkan. Untuk menghitung Net B/C dihitung terlebih
31
dahulu benefit bersih yang telah di discount factor untuk setiap tahun.
Rumusnya adalah sebagai berikut
PVNegatifPositifPV
iCtBtiCtBt
CNetBn
tt
n
tt
=<
+−
>+−
=
∑
∑
=
=
0)1(
0)1(/
0
0
Sumber : Kadariah dan Clive (1999) Keterangan : Bt = penerimaan tahun ke-t Ct = biaya tahun ke t i = discounted factor t = tahun n = umur proyek
Proyek/investasi layak dilakukan jika Net B/C lebih dari satu
d. Payback Period
Payback period adalah waktu minimum untuk mengembalikan
investasi awal dalam bentuk aliran kas yang didasarkan atas total
penerimaan dikurangi semua biaya. Semakin pendek payback period,
menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam proyek tersebut
semakin cepat kembali. Untuk menghitung payback period mula-mula
dihitung arus penerimaan kas, kemudian manfaat bersih dikumulatifkan
dari tahun ke tahun dan dihitung rata – ratanya. Nilai Payback period
dapat dihitung dari pembagian investasi dengan net benefit rata-rata.
Periode pengembalian dirumuskan sebagai berikut :
Sumber : Pudjosumarto (1991)
Payback Period = Nilai investasi
Net benefit rata-rata
32
Payback period tidak dipakai untuk menilai layak tidaknya suatu proyek
tetapi melihat berapa lama proyek dapat mengembalikan biaya investasinya.
Perhitungan payback period belum memperhitungkan nilai waktu akan uang.
4.3.2 Analisis Switching value
Harga DOC dan ayam broiler hidup di pasaran berfluktuasi. Fluktuasi
harganya cukup tinggi dan tidak bisa diprediksi secara tepat. Penyebab harga
DOC berfluktuasi karena kapasitas produksi yang dihasilkan perusahaan
pembibitan tidak sesuai dengan daya serap DOC di peternakan. Pada saat tertentu
terjadi kelebihan permintaan DOC, pada saat lain terjadi kelebihan penawaran
DOC. Keadaan ini menunjukkan bahwa perencaanaan skala dan struktur populasi
di pembibitan tidak berjalan optimal.
Pada harga ayam broiler hidup, apabila terjadi penurunan harga daging
ayam akan ditransmisikan dengan cepat ke usaha budidaya tetapi bila terjadi
kenaikan harga daging ayam akan ditransmisikan secara lambat. Hal inilah
penyebab salah satu mengapa harga ayam hidup di tingkat peternak berfluktuasi
(Saragih, 2001).
Variabel yang menjadi parameter dalam analisis switching value pada
penelitian ini adalah :
• Penurunan harga jual ayam broiler dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris
paribus)
• Kenaikan harga beli DOC dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris paribus)
4.4 Asumsi Dasar
Dalam penelitian kelayakan peternakan ayam broiler terpadu
menggunakan beberapa asumsi dasar.
33
Asumsi untuk seluruh model :
1. Umur proyek adalah sepuluh tahun. Umur proyek berdasarkan umur
ekonomis bangunan kandang.
2. Tingkat suku bunga yang dipakai adalah tingkat suku bunga pinjaman
Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 2007 sebesar 17 persen.
3. Produk utama yang dihasilkan adalah ayam hidup dengan bobot panen 1,7
kg dan tingkat kematian empat persen.
4. Harga ayam hidup selama sepuluh tahun diasumsikan tetap. Harga ayam
hidup sebesar Rp 12.500 per kg. Harga tersebut merupakan harga yang
ada di pasar pada saat penelitian berlangsung.
5. Strain ayam broiler yang dipakai adalah Hubbard dengan FCR (Feed
Conversi) = 1,7 yang artinya untuk mendapatkan ayam dengan bobot
hidup 1 kg diperlukan pakan sebanyak 1,7 kg.
6. Dalam satu tahun terdapat enam kali siklus produksi. Satu siklus produksi
masa pemeliharaan selama 35 hari.
7. Selama masa pemeliharaan, satu ekor ayam broiler menghabiskan pakan
sebesar 2,89 kg.
8. Harga untuk seluruh input yang digunakan dalam analisis ini adalah
konstan. Harga input yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat
penelitian.
9. Besarnya pajak ditentukan berdasarkan Undang-Undang Pajak No. 17
tahun 2000 yaitu :
• Penghasilan sampai dengan Rp 50.000.000 maka tarif pajak sebesar 10
persen
34
• Di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 100.000.000 maka tarif pajak
(10% x Rp 50.000.000) + (15% x (penghasilan – Rp 50.000.000))
• Di atas Rp 100.000.000 maka tarif pajak (10% x Rp 50.000.000) + (15% x
Rp 50.000.000) + (30% x (penghasilan – Rp 100.000.000))
Asumsi untuk model satu dan dua :
1. Lahan utnuk mendirikan peternakan ayam broiler dan pabrik pakan dibeli
dengan harga Rp 100.000 per m2.
2. Hasil sampingan berupa kotoran ayam. Harga jual kotoran ayam tanpa
karung sebesar 1.500 per karung. Dalam satu karung berisi kotoran
sebanyak 30 kg.
Asumsi untuk model dua dan tiga :
1. Untuk memenuhi 10.000 ekor ayam broiler, pabrik pakan berkapasitas 600
kg per hari sedangkan untuk 25.000 ekor, kapasitas pabrik sebesar 1600 kg
per hari. Satu hari kerja lamanya delapan jam dan satu minggu enam hari
kerja.
2. Pada kapasitas 25.000 ekor ayam broiler, ada kelebihan pakan jadi dari
pabrik pakan dan dijual seharga Rp 3.500 per kg.
Asumsi untuk model dua :
Jagung yang merupakan bahan baku utama pakan ayam broiler diperoleh
dari PT. Eka Matra dengan harga Rp 3.000 per kg untuk kapasitas 10.000
ekor dan Rp 2.700 untuk kapasitas 25.000 ekor.
Asumsi untuk model tiga :
1. Lahan yang digunakan untuk budidaya jagung adalah lahan sewa.
35
2. Varietas jagung yang digunakan adalah hibrida BISI 16 dengan
produktivitas 8 ton per hektar (Wiratmoko, 2008). Kadar air jagung
pipilan untuk pakan sebesar 12 persen (NRC, 1994). Benih jagung
diproduksi oleh PT. Bisi Internasional dengan distributornya PT. Tanindo
Subur Prima.
3. Dalam satu tahun dilakukan tiga kali musim tanam jagung. Satu kali masa
tanam selama tiga bulan.
4. Lahan jagung untuk kapasitas 10.000 ekor ayam terbagi menjadi dua,
dengan luasan masing-masing 2 hektar. Jarak waktu tanam antara lahan
satu dan dua adalah dua bulan, sehingga panen dilakukan dua bulan sekali.
Lahan untuk kapasitas 25.000 ekor ayam terbagi menjadi empat dengan
luasan masing-masing 2,5 hektar. Jarak waktu tanam antara lahan satu
dengan yang lain selama satu bulan, sehingga panen dilakukan setiap
bulan.
5. Jarak tanam jagung hibrida BISI 16 adalah 65 x 15 cm.
6. Selain pakan, pada kapasitas ayam broiler 25.000 ekor dihasilkan jagung
pipilan kering yang dapat dijual seharga Rp 2.500.
36
DAFTAR PUSTAKA
Aprisal. 2000. Kajian Reklamasi Lahan Marjinal Alang-alang dan Model Sistem Usahatani Terpadu untuk Membangun Pertanian Lestari di Daerah Transmigrasi Pandan Wangi Peranap Riau. Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Doll, P.J dan Orazem, F. 1984. Production Economic Theory with Aplications. Second Ed. John Wiley & Sons. Kanada.
Edwards, C.A et al. 1990. Sustainable Agricultural Systems. St. Lucie Press. Delray Beach, Florida.
Ensminger, M.E. 1992. Poultry Science (Animal Agricultural Series). 3rd Ed. Interstato Publishers, Inc Danville, Illions.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Djajanegara, A, M. Sabrani, I.G. Ismail dan H. Supriadi. 1990. Sistem Usahatani Tanaman-Ternak di Lahan Kering Transmigrasi Batumarta. Risalah Seminar Hasil Penelitian Proyek Penelitian Sistem Usahatani Tanaman-Ternak (Crop-Animal Systems Research Project); Bogor, 19-21 Sept 1989. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI Press. Jakarta.
37
Goldsworthy, P.R dan N.M Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan : Thohari. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
GPMT. 2008. Industri Pakan Ditengah Krisis Biji-Bijian. Seminar Ekonomi dan Bisnis; Surabaya, 9 Apr 2008. Asosiasi Produsen Pakan Indonesia.
Gustriyeni. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Pabangbon, Kecamatan Leuwiliang, Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hardjosworo, P dan Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Cetakan 1. Penebar Swadaya. Jakarta.
Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Kadariah, L. K dan Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Ed Rev. Lembaga Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Krisnan, R. et al. 2008. Ketersediaan Bahan Pakan Lokal untuk Ternak di Indonesia. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. USDA. Washington, DC.
North, M.O dan D.D Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed. An Avi Book. Van Nostrand Reinhold. New York.
Parsono, Y. 2004. Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Sapi Perah Pada “Kelompok Kania” Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Pudjosumarto, M. 1991. Evaluasi Proyek. Liberty. Yogyakarta.
Purwono dan Heni P. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul, Seri Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiawan, A. I. 2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak Solusi Masalah Lingkungan dan Pemanfaatan Energi Alternatif. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutanto, Y. 2006. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.
38
Pada peternakan terpadu ayam broiler simulasi satu, payback period yang
diperoleh lebih dari 10 tahun. Artinya jangka waktu yang diperlukan untuk
membayar kembali semua biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi usaha ini
melebihi umur proyek. Proyek ini belum dapat mengembalikan biaya investasi
sampai proyek berakhir.
39
40
PROPOSAL PENELITIAN
KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN TERPADU AYAM BROILER
Oleh : LAELI KOMALASARI
A14105678
PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
41
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Permasalahan - Permintaan daging ayam yang
lebih tinggi penawarannya
Impor Jagung
Impor CLQ
Usaha Ayam Broiler
- Harga pakan mahal
Peningkatan Produksi dan Efisiensi
Integrasi
Penanaman Jagung
Pabrik Pakan
Peternakan Ayam Brolier
Analisis Kelayakan Finansial a. Analisis NPV b. Analisis IRR c. Analisis B/C Ratio d. Analisis Payback Period e. Analisis Sensitivitas
Tidak layak Interpretasi Hasil Data Layak
Dapat Dioperasionalkan
36
BAB V
ASPEK-ASPEK STUDI KELAYAKAN
Dalam melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan
aspek-aspek yang akan dipelajari. Hasil analisis finansial akan lebih bermanfaat
apabila dilengkapi dengan analisis aspek-aspek studi kelayakan yang lain seperti
aspek pasar, teknis dan finansial. Banyak dan sedikitnya aspek yang akan dinilai
tergantung pada besar kecilnya proyek yang akan dilakukan.
5.1 Aspek Pasar
Pada saat akan memulai suatu kegiatan usaha, perusahaan perlu
mengetahui aspek pasar dari produksi yang dihasilkan. Dengan demikian aspek
pasar merupakan hal yang penting dalam pertimbangan investor. Analisis aspek
pasar dilakukan salah satunya untuk mengamati permintaan, penawaran, harga,
program pemasaran dan perkiraan penjualan.
Potensi dan prospek pasar ayam broiler cukup terbuka, terutama potensi
pasar domestik. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya konsumsi
ayam per kapita yaitu dari 3,9 kg/kapita pada tahun 2004 menjadi 4,1 kg/kapita
pada tahun 2005 (Dirjen Peternakan, 2007). Diperkirakan konsumsi per kapita
ayam broiler akan semakin meningkat dengan meningkatnya tingkat pendapatan
dan pendidikan masyarakat. Di samping itu, jika dilihat dari struktur konsumsi
daging nasional, 73,6 persen merupakan konsumsi daging ayam.
Peluang pengembangan ayam broiler semakin terbuka dengan terjadinya
defisit neraca perdagangan daging ayam broiler selama kurun waktu 2004 -2006
(Tabel 4).
37
Tabel 4 Neraca Perdagangan Daging Ayam di Indonesia Tahun 2002-2006
Jumlah (Ton) No Jenis Komoditi 2002 2003 2004 2005 2006
1 Ekspor 2.346,3 2.760,7 100,9 20,1 25,0 2 Impor 949,8 546,0 1.313,9 3.978,4 3.468,4 Neraca 1.396,5 2.214,7 (1.213) (3.958,3) (3.443,4)
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2007)
Peluang pasar produk sampingan berupa jagung pipilan kering dan pakan
ayam broiler cukup besar. Pabrik pakan dan suplier bahan pakan yang ada masih
kekurangan bahan baku terutama jagung, apalagi bila dapat memproduksi jagung
pipilan kering dan pakan ayam broiler dengan biaya yang lebih murah dan
berkualitas.
5.2 Aspek Teknis
5.2.1 Peternakan Ayam Broiler
Model ini hanya berupa kegiatan peternakan ayam broiler. Pakan yang
dipakai berasal dari PT. Charoen Pokphand, terdiri dari pakan starter diberikan
pada ayam berumur 0 sampai 3 minggu dan pakan finisher diberikan umur 4
minggu sampai panen. Produk utama yang dihasilkan berupa ayam broiler
sedangkan produk sampingan berupa kotoran ayam.
Terdapat dua simulasi pada model ini, yaitu peternakan ayam broiler
dengan kapasitas 10.000 dan 25.0000 ekor. Setiap pegawai kandang menangani
5.000 ekor ayam. Pada peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 ekor,
tenaga kerja yang dipakai sebanyak tiga orang terdiri dari satu orang supervisor
dan dua pegawai kandang. Pada peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000
ekor, tenaga kerja yang dipakai terdiri dari seorang supervisor dan lima pegawai
kandang. Setiap tahun mulai tahun pertama terdapat enam siklus produksi ayam
broiler.
38
5.2.2 Peternakan Ayam Broiler Dikombinasikan dengan Pabrik Pakan
Bahan baku yang dipakai di pabrik pakan sebagai campuran pakan ayam
broiler seluruhnya didatangkan dari luar. Pada tahun pertama, pabrik pakan
sudah beroperasi mulai bulan pertama karena jagung dibeli dari luar sehingga
tidak harus menunggu waktu panen. Pakan yang telah diproduksi diberikan pada
ayam yang ada di peternakan.
Kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam ini dipimpin oleh
seorang pimpinan dan dibantu satu orang staf keuangan. Simulasi yang
digunakan pada model dua adalah simulasi satu untuk kapasitas ayam 10.000 ekor
dan simulasi dua untuk kapasitas ayam 25.000 ekor.
Pada kapasitas 10.000 ekor, produk utama yang dihasilkan adalah ayam
broiler sedangkan produk sampingan berupa kotoran ayam. Pada kapasitas
25.000 ekor, produk sampingan yang dihasilkan berupa pakan dan kotoran ayam.
5.2.3 Peternakan Ayam Broiler Dikombinasikan dengan Pabrik Pakan dan Budidaya Jagung
Peternakan ayam broiler terpadu merupakan kegiatan yang terintegrasi
antara budidaya jagung, pabrik pakan dan peternakan ayam broiler, sehingga
memerlukan lahan yang lebih luas. Usaha ini dipimpin oleh seorang pimpinan
dibantu oleh satu orang staf keuangan.
Peternakan ayam broiler terpadu akan dilakukan di Desa Cibatok,
Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pada kegiatan
budidaya jagung akan dihasilkan jagung pipilan kering yang akan diolah di
pabrik pakan sebagai salah satu bahan baku pakan ayam broiler. Pakan yang
dihasilkan di pabrik langsung digunakan sebagai pakan ayam. Produk sampingan
dari ayam berupa kotoran dipakai sebagai pupuk pada tanaman jagung.
39
Pengelolaan peternakan ayam broiler terpadu lebih kompleks
dibandingkan dengan satu kegiatan usaha saja, misalnya hanya usaha budidaya
ayam broiler. Diperlukan sumberdaya manusia yang terampil dalam mengelola
karena aspek yang dipahami tidak hanya aspek teknis budidaya ternak, tetapi juga
aspek produksi jagung dan pakan.
Peternakan ayam broiler terpadu terdiri dari simulasi satu dan dua.
Simulasi satu adalah peternakan ayam broiler terpadu berkapasitas 10.000 ekor
ayam broiler sedangkan pada simulasi dua kapasitasnya 25.000 ekor.
Produk utama yang dihasilkan peternakan ayam broiler terpadu dengan
kapasitas 10.000 ekor adalah ayam broiler sedangkan produk sampingan berupa
jagung pipilan kering. Produk utama yang dihasilkan peternakan ayam broiler
terpadu dengan kapasitas 25.000 ekor adalah ayam broiler sedangkan produk
sampingan berupa jagung pipilan kering dan pakan.
5.2.3.1 Kegiatan Budidaya Jagung
Dalam budidaya tanaman jagung, untuk mendapatkan hasil yang maksimal
perlu dilakukan penanganan yang tepat mulai dari pemilihan benih unggul sampai
penanganan pasca panen. Tahap awal dalam melakukan budidaya jagung adalah
pengolahan tanah, yaitu dengan membajak tanah sedalam 30 cm. Tujuan
pengolahan agar tanah menjadi gembur dan tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Tenaga kerja yang digunakan untuk pengolahan lahan menggunakan sistem
borongan.
Penanaman benih dilakukan bersamaan dengan pemupukan pertama
dengan cara membuat dua lubang, yaitu untuk benih dan pupuk. Pembuatan
lubang tanam dengan kedalaman dan jarak antar lubang kurang lebih lima cm
40
menggunakan suatu alat yang disebut tugal, yaitu alat yang terbuat dari kayu dan
salah satu ujungnya runcing. Alat tersebut ditancapkan ujungnya ke dalam tanah
sesuai dengan jarak tanamnya. Lubang tanam ditutup tanah kembali. Jarak tanam
yang dianjurkan adalah 65 x 15 cm. Kebutuhan benih jagung hibrida BISI 16
untuk setiap hektarnya adalah 20 kg. Tenaga kerja yang dipakai pada saat
penanaman adalah 12 Hari Kerja Pria (HKP) per hektar. Kebutuhan pupuk per
hektar terdiri dari 200 kg urea, 200 kg SP-36, dan 100 kg KCl.
Pada umur 21-25 dan 35-40 hari setelah tanam dilakukan pemupukan
kedua dan ketiga dengan cara membuat lubang pupuk dengan tugal dengan jarak
kurang lebih 10 cm dari tanaman Pemupukan kedua dan ketiga menggunakan
pupuk urea masing-masing sebanyak 200 kg per hektar. Penggunaan tenaga kerja
pada saat pemupukan adalah delapan HKP per hektar. Pemberantasan gulma
dilakukan pada umur 30 hari menggunakan herbisida dengan dosis dua liter per
hektar. Tujuannya agar pertumbuhan tanaman jagung lebih optimal karena tidak
bersaing dengan gulma dalam mendapatkan unsur hara, air maupun sinar
matahari. Tenaga kerja yang digunakan adalah empat HKP per hektar.
Hama yang sering menyerang tanaman jagung adalah ulat tongkol, ulat
daun, ulat batang, dan lalat bibit. Penyakit yang sering menyerang yaitu penyakit
bulai, karat daun, dan hawar daun.
Dalam satu tahun dilakukan tiga kali musim tanam. Jagung siap dipanen
dengan ditandai kelobot 95 persen kering dan biji keras. Jagung dapat dipipil
pada saat kadar air mencapai 18-20 persen. Jagung pipil dikeringkan sampai
kadar air mencapai 15 persen dan jagung siap didistribusikan. Tenaga kerja yang
41
digunakan pada saat pemanenan menggunakan sistem borongan. Penyimpanan
jagung di gudang perlu memperhatikan sirkulasi udara.
a. Kapasitas 10.000 Ekor Ayam Broiler
Lahan jagung yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan ayam adalah
empat hektar terbagi menjadi dua lahan. Lahan yang dipakai adalah lahan sewa.
Jarak waktu tanam antara lahan satu dan dua selama dua bulan, sehingga panen
dilakukan dua bulan sekali.
Pada tahun pertama kebutuhan pupuk untuk tanaman jagung lebih tinggi
dibanding tahun berikutnya karena pupuk yang dihasilkan dari kotoran ayam baru
dapat dihasilkan setelah lahan jagung kedua ditanam. Produksi jagung BISI 16
adalah delapan ton pipilan kering per hektar. Setiap panen dihasilkan 16 ton
jagung pipilan kering sedangkan kebutuhan pabrik pakan sebanyak 14,5 ton.
Kelebihan 1,5 ton setiap panen dijual dalam bentuk jagung pipilan kering.
b. Kapasitas 25.000 Ekor Ayam Broiler
Lahan jagung yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan ayam adalah
10 hektar terbagi menjadi empat lahan. Lahan yang dipakai adalah lahan sewa.
Jarak waktu tanam antara lahan satu dengan yang lain selama satu bulan, sehingga
panen dapat dilakukan setiap bulan.
Setiap kali panen dihasilkan jagung pipilan kering sebanyak 20 ton
sedangkan kebutuhan pabrik pakan sebesar 19,2 ton. Kelebihan 800 kg setiap
panen dijual dalam bentuk jagung pipilan kering.
5.2.3.2 Kegiatan Pabrik Pakan
Setiap bahan baku yang akan dipergunakan untuk campuran pakan
diperiksa lebih dahulu. Bahan baku yang dipakai dalam pakan akan
42
mempengaruhi kualitas pakan yang dihasilkan. Bahan baku tersebut terdiri dari
jagung, dedak, bungkil kedelai, tepung tulang, tepung daging, Crude Palm Oil
(CPO), premix dan kalsium karbonat (CaCO3). Jagung berasal dari divisi jagung.
Jagung sebelum dicampur, digiling dengan hammermill.
Semua bahan baku sebelum dicampur dengan menggunakan mixer
ditimbang terlebih dahulu agar komposisi nutrisi dalam pakan sesuai dengan yang
diinginkan. Bahan baku yang akan dicampurkan disesuaikan dengan kapasitas
mesin yang dipakai. Proses mixing akan menghasilkan pakan berbentuk halus
atau tepung yang homogen. Selanjutnya pakan halus tersebut dimasukkan dalam
mesin pellet. Pellet merupakan bentuk penggumpalan pakan melalui proses
pemampatan dan tekanan. Ukuran pellet dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Pakan yang sudah jadi dikemas dalam karung, setiap karung berisi 50 kg.
Selanjutnya dibawa ke gudang pakan jadi atau langsung dikirim ke peternakan
ayam broiler.
a. Kapasitas 10.000 Ekor Ayam Broiler
Pabrik beroperasi sesuai dengan kapasitas ayam yang dipelihara yaitu
10.000 ekor, sehingga mesin tidak digunakan dengan kapasitas penuh. Kapasitas
pabrik pakan adalah 600 kg per hari. Tenaga kerja yang digunakan pada pabrik
pakan terdiri dari seorang supervisor dan seorang pegawai pabrik.
Pada tahun pertama, pabrik mulai beroperasi pada bulan ke empat, karena
jagung baru dapat dipanen setelah umur tiga bulan. Untuk tahun selanjutnya
beroperasi mulai bulan pertama, secara rutin setiap hari. Satu hari kerja lamanya
delapan jam dan satu minggu enam hari kerja.
43
Lahan yang digunakan untuk pabrik pakan seluas 400 m2, terdiri dari 75
m2 untuk ruang bahan baku dan pakan jadi, ruang mesin produksi sebesar 25 m2
ruang administrasi dan kamar mandi sebesar 12 m2. Mesin-mesin yang dipakai
adalah hammer mill kapasitas 200 kg per jam, mixer kapasitas 50 kg per batch,
mesin pellet kapasitas 100 kg per jam dan mesin jahit karung.
b. Kapasitas 25.000 Ekor Ayam Broiler
Pabrik beroperasi dengan kapasitas penuh. Kapasitas pabrik sebesar 1600
kg per hari. Selain untuk mencukupi kebutuhan ayam, kelebihan pakan dijual.
Tenaga kerja yang dipakai terdiri dari seorang supervisor dan dua orang pegawai
pabrik.
Pabrik pakan didirikan di atas lahan seluas 400 m2, terdiri dari 100 m2
untuk ruang bahan baku dan pakan jadi, 30 m2 untuk ruang mesin produksi dan
15 m2 untuk ruang administrasi dan kamar mandi. Mesin-mesin yang dipakai
adalah hammermill kapasitas 200 kg per jam, mixer kapasitas 50 kg per batch,
mesin pellet kapasitas 200 kg per jam dan mesin jahit karung.
5.2.3.3 Kegiatan Peternakan Ayam Broiler
Kandang yang digunakan adalah sistem open side wall houses yaitu
kandang terbuka. Kandang beralaskan litter yang berasal dari sekam padi.
Manfaat lantai ditutup litter yaitu memberi rasa empuk saat ternak menginjaknya,
menyerap air dari fases dan memberikan kehangatan (Hardjosworo dan
Rukmiasih, 2000). Bentuk atap kandang adalah monitor yaitu kandang yang
atapnya tersusun dua dan mempunyai ventilasi di antara kedua atapnya sehingga
sirkulasi udara berjalan baik.
44
Kandang membujur dari timur ke barat untuk mencegah ayam terkena
panas matahari yang berlebih. Sistem pemeliharaan ayam broiler ialah all in all
out, artinya mulai dari DOC sampai panen, ayam berada pada kandang yang sama.
Kepadatan kandang diatur antara 14 - 16 kg per m2.
Kualitas anak ayam satu hari atau Day Old Chick (DOC) berpengaruh
terhadap hasil produksi yang optimal. Strain DOC yang digunakan adalah
Hubbard yang berasal dari PT. Cipendawa. Pembelian DOC dilakukan dengan
cara memesan langsung ke PT. Cipendawa dan dikirim ke lokasi peternakan.
Sebelum DOC datang, dilakukan persiapan kandang dan peralatan yaitu
dengan mencucinya sampai bersih, selanjutnya kandang dikapur dan didesinfeksi
dengan desinfektan. Tujuannya untuk membunuh kuman yang ada dalam
kandang. Sekam ditebarkan dengan ketebalan kurang lebih 5 cm. Chicken guard
(lingkar pembatas) dipasang. Lingkar pembatas ini terbuat dari seng yang
berfungsi untuk mencegah anak ayam pergi menjauhi pemanas buatan.
Persiapan selanjutnya adalah penataan tempat pakan, tempat minum dan
pemanas buatan. Pemanas buatan berfungsi sebagai penghangat anak ayam.
Sebagai sumber energi adalah gas. Dua jam sebelum DOC datang, pemanas
sudah disesuaikan suhunya dengan kebutuhan. Pakan sebagian ada yang
ditebarkan supaya anak ayam mengenal makanan dan cepat belajar makan.
DOC yang datang langsung dikeluarkan satu persatu dari boksnya sambil
diperiksa kondisi fisiknya. Pada waktu anak ayam datang diberi minum larutan
gula tiga persen dua jam pertama sebelum diberi makan. Air gula dapat pula
dicampur dengan vitamin. Pemberian larutan gula ini bertujuan untuk
mengembalikan energi yang hilang selama transportasi.
45
Pemeliharaan awal sampai minggu selanjutnya meliputi pemberian pakan,
minum, pemberian vitamin, penimbangan bobot badan tiap minggu, pengobatan
bila ada ayam yang sakit dan mencatat bila terjadi kematian. Lingkar pembatas
diperlebar secara bertahap sesuai dengan pertumbuhan ayam dan dipergunakan
sampai anak ayam berumur tiga minggu.
Sebagai tindakan pencegahan penyakit dilakukan vaksinasi. Vaksinasi
pertama dilakukan pada umur empat hari yaitu vaksin New Castle Disease (ND)
melalui tetes mata. Vaksin diberikan untuk merangsang pembentukan antibodi
(kekebalan) dalam tubuh terhadap penyakit tertentu. Vaksinasi ND kedua
dilakukan pada umur empat minggu melalui suntikan. Pada minggu kedua
dilakukan vaksinasi gumboro melalui air minum.
Untuk pencegahan penyakit, selain vaksinasi juga perlu melaksanakan
program sanitasi secara ketat. Sanitasi yang dilakukan antara lain menjaga
kebersihan kandang serta lingkungan juga menyiapkan bak yang berisi larutan
desinfektan untuk setiap orang yang datang. Setelah ayam panen, kandang perlu
diistirahatkan selama dua minggu untuk memutus siklus hidup bibit penyakit.
Produk yang dihasilkan berupa ayam broiler hidup siap potong dengan
target bobot badan sebesar 1,7 kg per ekor. Pembeli datang langsung ke lokasi
peternakan untuk mengambil ayam yang telah dipesan sebelumnya. Pembeli
ayam hidup terdiri dari pengumpul dan para pemilik Tempat Pemotongan Ayam
(TPA) tradisonal.
a. Kapasitas 10.000 Ekor Ayam broiler
Peternakan ayam broiler akan didirikan di atas tanah seluas 2.170 m2.
Seluas 1.088 m2 diantaranya digunakan untuk pembangunan dua unit kandang
46
masing-masing berukuran 8 x 68 m dengan kapasitas 5.000 ekor per unit. Ruang
administrasi berukuran 20 m2, gudang, mess, dapur dan kamar mandi 44 m2.
Tenaga kerja yang digunakan sebanyak tiga orang terdiri dari seorang supervisor
dan dua orang pegawai kandang. Pada tahun pertama, produksi ayam ada empat
siklus. Tahun selanjutnya dalam setahun terdapat enam siklus produksi.
b. Kapasitas 25.000 Ekor Ayam Broiler
Tanah seluas 5.000 m2 akan didirikan peternakan ayam broiler. Dibangun
lima unit kandang seluas 2.800 m2, masing-masing kandang berukuran 8 x
70 m dengan kapasitas 5.000 ekor per unit. Ruang administrasi berukuran 20
m2, gudang, mess, dapur dan kamar mandi seluas 44 m2. Tenaga kerja
yang digunakan sebanyak enam orang terdiri dari seorang supervisor dan lima
orang pegawai kandang. Produksi ayam broiler pada tahun pertama sebanyak
empat siklus produksi. Tahun selanjutnya terdapat enam siklus produksi dalam
setahun.
47
BAB VI
KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN
AYAM BROILER (TIDAK TERPADU)
6.1 Identifikasi Biaya dan Manfaat
6.1.1 Biaya
Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat menimbulkan
pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Biaya yang dikeluarkan pada
peternakan ayam broiler meliputi biaya investasi dan biaya operasional.
a. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada awal dimulainya
proyek. Biaya investasi peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 ekor
sebesar Rp 893.454.000, sementara itu pada kapasitas 25.000 ekor biaya investasi
mencapai Rp 2.097.344.000. Biaya investasi terbesar pada peternakan ayam
broiler yaitu membuat kandang.
Biaya investasi pada peternakan ayam broiler terdiri dari lahan, biaya
mendirikan kandang, bangunan untuk gudang, mess, dapur, ruang administrasi
dan kamar mandi, instalasi air dan listrik, peralatan untuk kandang dan kantor.
Biaya mendirikan kandang sebesar Rp 500.000 per m2. Pada kapasitas 10.000
ekor dibangun dua unit kandang seluas 1.088 m2 dan 2.800 m2 untuk lima unit
kandang pada kapasitas 25.000 ekor. Total biaya yang dikeluarkan untuk
mendirikan kandang pada kapasitas 10.000 ekor sebesar Rp 544.000.000 dan
kapasitas 25.000 ekor sebesar Rp 1.400.000.000. Biaya membangun gudang,
mess, dapur, kamar mandi dan ruang administrasi sebesar Rp 1.000.000 per m2.
48
Peralatan kandang yang digunakan terdiri dari tempat pakan, tempat
minum otomatis, gasolec, seng guard, timbangan, sprayer, tirai, drum air, pompa
air, self refilling syringe dan sekop. Umur ekonomis peralatan berkisar antara dua
sampai sepuluh tahun. Tabel 5 menunjukkan umur ekonomis dan harga peralatan
kandang yang digunakan peternakan ayam broiler.
Tabel 5 Umur Ekonomis dan Harga Peralatan Kandang Peternakan Ayam Broiler
No Peralatan satuan Umur Ekonomis (tahun)
Harga Satuan (Rp)
1 Tempat pakan 10 kg unit 5 36.000 2 Tempat pakan baki unit 5 9.000 3 Tempat minum otomatis (SC
102) unit 5 65.000
4 Gasolec S-8 unit 10 1.500.000 5 Chicken Guard meter 7 5.000 6 Timbangan kap. 50 kg unit 10 750.000 7 Sprayer unit 5 250.000 8 Tirai gulung 3 750.000 9 Drum air kapasitas 1.000 liter unit 5 750.000 10 Drum air kapasitas 500 liter unit 5 500.000 11 Pompa air unit 8 1.000.000 12 Self refilling syringe kap 1 ml unit 10 900.000 13 Sekop unit 2 30.000
Selain biaya investasi juga perlu dikeluarkan biaya reinvestasi apabila ada
peralatan yang umur ekonomisnya kurang dari umur proyek. Biaya reinvestasi
pada peternakan ayam broiler terdiri dari tempat pakan, tempat minum dan
sprayer dilakukan pada tahun ke enam. Reinvestasi chicken guard dilakukan pada
tahun ke delapan. Tirai diganti pada tahun ke empat, tujuh dan sepuluh,
sementara drum air pada tahun ke enam dan pompa air pada tahun ke sembilan.
Peralatan seperti sekop dilakukan reinvestasi pada tahun ke tiga, lima, tujuh dan
sembilan. Reinvestasi juga dilakukan pada tahun ke lima dan sembilan yaitu pada
meja, kursi dan komputer. Pesawat telepon dilakukan pada tahun ke sembilan.
49
b. Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan pada setiap proses
produksi yang dilakukan, meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap
adalah biaya yang tidak berpengaruh langsung terhadap jumlah output yang
dihasilkan. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berpengaruh terhadap
jumlah output yang dihasilkan dalam proses produksi.
1. Biaya Tetap
Biaya tetap pada peternakan ayam broiler adalah biaya telepon, listrik,
tenaga kerja tidak langsung dan perlengkapan. Perlengkapan peternakan ayam
broiler terdiri dari lampu, selang, sikat dan ember. Gaji seorang supervisor
merupakan biaya tetap terbesar dari usaha ini yang mencapai 79 persen untuk
kapasitas 10.000 ekor dan 74 persen untuk kapasitas 25.000 ekor dari total biaya
tetap. Gaji supervisor peternakan sebesar Rp 1.500.000 per bulan, sehingga
pengeluaran gaji tetap pada peternakan ayam broiler kapasitas 10.000 dan 25.000
ekor selama setahun sebesar Rp 18.000.000.
2. Biaya Variabel
Biaya variabel pada peternakan ayam broiler yaitu pakan, DOC, obat,
vaksin, formalin, desinfektan, sekam, kapur, gas dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya variabel terbesar pada peternakan ayam broiler adalah biaya pakan yang
mencapai 70 persen dari total biaya operasional. Setiap ekor ayam menghabiskan
pakan sebanyak 2,89 kg selama masa pemeliharaan. Pakan yang dibutuhkan
selama satu tahun pada kapasitas 10.000 ekor sebanyak 173,4 ton, sedangkan pada
kapasitas 25.000 ekor mencapai 433,5 ton. Pakan dibeli dari luar dengan harga
50
Rp 4.000 per kg, sehingga pengeluaran untuk pakan ayam pada kapasitas 10.000
ekor sebesar Rp 693.600.000 dan Rp 1.734.000.000 pada kapasitas 25.000 ekor.
Biaya variabel terbesar kedua yaitu pembelian DOC sebesar 22 persen
dari seluruh biaya operasional. DOC dibeli dengan harga Rp 3.600, sehingga
pengeluaran untuk pembelian DOC selama setahun pada kapasitas 10.000 ekor
sebesar Rp 216.000.000 dan Rp 540.000.000 pada kapasitas 25.000 ekor.
6.1.2 Arus Penerimaan
Penerimaan peternakan ayam broiler terdiri dari penjualan produk dan
nilai sisa. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat sebagai berikut.
a. Penjualan Produk
Nilai penjualan produk berupa produk utama dan produk sampingan.
Produk utama yang dihasilkan adalah ayam broiler hidup, sedangkan produk
sampingan adalah kotoran ayam. Bobot badan ayam yang ditargetkan pada saat
panen adalah 1,7 kg per ekor dengan asumsi kematian empat persen selama
pemeliharaan. Harga jual ayam broiler hidup sebesar Rp 12.500 per kg, sehingga
penerimaan dari ayam broiler hidup selama satu tahun pada kapasitas 10.000 ekor
sebesar Rp 1.224.000.000.
Kotoran ayam yang dihasilkan peternakan ayam broiler dengan kapasitas
10.000 ekor selama satu tahun adalah 63,65 ton atau 2.121 karung. Dalam satu
karung berisi kotoran sebanyak 30 kg. Harga jual kotoran tanpa karung sebesar
Rp 1.500 per karung, sehingga penerimaan kotoran ayam selama setahun adalah
Rp 3.181.500.
Pada kapasitas 25.000 ekor diperoleh penerimaan ayam broiler hidup
selama satu tahun sebesar Rp 3.060.000.000. Kotoran ayam yang dihasilkan
51
pada peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor sebanyak 159,12 ton
atau 5.304 karung dengan harga Rp 1.500 per karung. Dalam satu karung berisi
30 kg. Penerimaan dari kotoran ayam selama satu tahun sebesar Rp 7.956.000.
b. Nilai Sisa
Nilai sisa merupakan nilai barang dari modal yang tidak habis terpakai
pada saat akhir proyek. Nilai lahan dianggap sama dengan harga pembelian.
Lahan untuk mendirikan peternakan ayam broiler dibeli dengan harga Rp 100.000
per m2. Nilai lahan untuk kapasitas 10.000 ekor sebesar Rp 217.000.000,
sedangkan pada kapasitas 25.000 ekor, nilai lahan mencapai Rp 540.000.000.
Nilai sisa investasi peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 ekor
sebesar Rp 14.277.381, sedangkan pada kapasitas 25.000 ekor sebesar Rp
17.305.952. Nilai sisa investasi peternakan ayam broiler terdiri dari instalasi
listrik dan air, pompa air, peralatan kandang meliputi tirai dan chicken guard serta
peralatan kantor terdiri dari meja, kursi, pesawat telepon dan komputer.
6.2 Analisis Kelayakan Finansial
Kriteria yang digunakan dalam melakukan kelayakan investasi adalah Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit Cost Ratio (Net
B/C). Dilakukan pula analisis payback period untuk mengetahui jangka waktu
pengembalian investasi.
a. Kapasitas 10.000 Ekor Ayam Broiler
Hasil analisis kelayakan menunjukkan bahwa peternakan ayam broiler
dengan kapasitas 10.000 ekor diperoleh nilai NPV sebesar Rp 59.454.837. Hal
ini berarti bahwa nilai sekarang dari pendapatan yang diterima selama 10 tahun
52
pada tingkat suku bunga 17 persen adalah positif. Dari nilai NPV tersebut dapat
disimpulkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan.
Net B/C yang dihasilkan model peternakan ayam broiler dengan kapasitas
10.000 ekor pada tingkat suku bunga 17 persen sebesar 1,07. Nilai tersebut
menggambarkan bahwa setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 menghasilkan
manfaat bersih sebesar Rp 1,07. Dapat dikatakan bahwa 1,07 kali manfaat bersih
yang diperoleh dari setiap biaya yang dikeluarkan. Net B/C lebih besar dari satu,
menunjukkan bahwa model peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000
ekor layak untuk dijalankan.
Tabel 6 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 10.000 ekor
No Kriteria Investasi Nilai
1 NPV (Rp) 59.454.837 2 Net B/C 1,07 3 IRR (%) 18,29 4 Payback Period (tahun) 4,53
IRR merupakan tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh usaha dari
modal yang ditanamkan. Nilai IRR yang diperoleh pada peternakan ayam broiler
dengan kapasitas 10.000 ekor sebesar 18,29 persen. Artinya tingkat pengembalian
bila menanamkan modal pada usaha tersebut lebih besar dari tingkat suku bunga
yang berlaku. Dari nilai IRR tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
peternakan ayam broiler kapasitas 10.000 ekor layak untuk dijalankan.
Nilai payback period yang diperoleh sebesar 4,53. Proyek ini dapat
mengembalikan biaya investasi pada saat usaha telah berjalan 4 tahun, 6 bulan 10
hari. Proyek semakin baik apabila waktu pengembalian biaya investasi semakin
cepat.
53
b. Kapasitas 25.000 Ekor Ayam Broiler
Hasil analisis kelayakan yang dilakukan pada model peternakan ayam
broiler kapasitas 25.000 ekor dengan tingkat suku bunga 17 persen memiliki nilai
NPV positif yaitu sebesar Rp 206.368.929. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
pendapatan yang diterima selama 10 tahun pada tingkat suku bunga 17 persen
adalah Rp 206.368.929. Nilai NPV yang diperoleh positif menunjukkan bahwa
model peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor layak untuk
dijalankan.
Tabel 7 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 25.000 Ekor
No Kriteria Investasi Nilai
1 NPV (Rp) 260.368.929 2 Net B/C 1,12 3 IRR (%) 20,83 4 Payback Period (tahun) 4,30
.
Net B/C yang dihasilkan peternakan ayam broiler dengan kapasitas
25.000 ekor pada tingkat suku bunga 17 persen sebesar 1,12. Nilai tersebut
menggambarkan bahwa setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 menghasilkan
manfaat bersih sebesar Rp 1,12. Dapat dikatakan bahwa manfaat bersih yang
diperoleh sebesar 1,12 kali dari biaya yang dikeluarkan. Net B/C lebih besar dari
satu, menunjukkan bahwa model peternakan ayam broiler dengan kapasitas
25.000 ekor layak untuk dijalankan.
IRR merupakan tingkat pengembalian internal yaitu kemampuan suatu
proyek menghasilkan return. Pada model peternakan ayam broiler dengan
kapasitas 25.000 ekor diperoleh nilai IRR sebesar 20,83 persen. Artinya tingkat
penghasilan bila menanamkan modal pada usaha tersebut lebih besar dari tingkat
54
suku bunga yang berlaku. Dari nilai IRR tersebut, dapat disimpulkan bahwa
peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor layak untuk dijalankan.
Nilai payback period yang diperoleh sebesar 4,3 tahun. Artinya proyek ini
dapat mengembalikan biaya investasi pada saat usaha telah berjalan 4 tahun, 3
bulan 18 hari. Proyek semakin baik apabila waktu pengembalian biaya investasi
semakin cepat.
Dari hasil kelayakan finansial, peternakan ayam broiler dengan kapasitas
10.000 dan 25.000 ekor keduanya layak untuk diusahakan. Nilai indikator
kelayakan finansial untuk skala usaha 25.000 ekor lebih tinggi daripada skala
usaha 10.000 ekor. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skala usaha ayam
broiler, semakin layak usaha tersebut dilakukan, meskipun kenaikan nilai
indikator tersebut kecil.
6.3 Analisis Switching Value
Untuk melihat elemen proyek yang akan diganti supaya dapat memenuhi
tingkat minimum diterimanya proyek digunakan analisis switching value. Sejauh
mana perubahan dari penurunan harga jual ayam broiler dan kenaikan harga DOC
berada pada tingkat kelayakan minimum dari usaha yang dijalankan. Analisis
switching value dilakukan dengan metode coba-coba (trial and error) sehingga
didapat NPV sama dengan nol. Hasil perhitungan analisis switching value model
peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor dapat dilihat
pada Tabel 8.
55
Tabel 8 Hasil Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 10.000 dan 25.000 Ekor
Switching Value (%) No Perubahan
Kap. 10.000 Ekor Kap. 25.000 Ekor
1 Penurunan harga jual ayam broiler 1,04 1,82 2 Kenaikan harga DOC 5,91 10,35
Berdasarkan Tabel 8 dapat terlihat bahwa pada kapasitas 25.000 ekor lebih
besar batas toleransinya untuk perubahan kedua variabel. Artinya perubahan
yang dapat ditolerisir sehingga proyek masih dikatakan layak untuk kapasitas
25.000 ekor lebih besar dibandingkan dengan kapasitas 10.000 ekor.
a. Penurunanan Harga Jual Ayam Broiler
Penurunan harga jual ayam broiler maksimum yang masih membuat usaha
tetap layak adalah sebesar 1,04 persen untuk kapasitas 10.000 ekor dan 1,82
persen untuk kapasitas 25.000 ekor. Usaha menjadi tidak layak apabila penurunan
harga jual ayam broiler melebihi nilai tersebut.
Pada kapasitas 10.000 ekor, harga jual ayam broiler yang masih membuat
usaha tetap layak adalah sebesar Rp 12.373,8 per kg. Apabila perusahaan menjual
ayam broiler lebih rendah dari Rp 12.373,8 per kg, maka usaha menjadi tidak
layak untuk dijalankan. Pada kapasitas 25.000 ekor, penurunan harga jual ayam
broiler supaya usaha masih tetap layak maksimum sebesar Rp 227,5, sehingga
apabila perusahaan menjual ayam broiler lebih rendah dari Rp 12.272,5 usaha
menjadi tidak layak untuk dijalankan.
Pada peternakan ayam broiler untuk satu periode produksi (35 hari) baik
pada skala 10.000 dan 25.000 ekor sangat peka terhadap penurunan harga jual
ayam broiler. Ini menunjukkan usaha peternakan ayam broiler dengan asumsi
seperti kondisi pada saat penelitian cukup riskan. Akan tetapi, dalam periode satu
56
tahun kegiatan produksi ayam broiler dapat dilakukan enam kali produksi,
sehingga resiko kegagalan pada periode tertentu dapat ditutupi periode lain yang
menghasilkan laba.
b. Kenaikan Harga DOC
Kenaikan harga DOC paling tinggi sebesar 5,91 persen untuk kapasitas
10.000 ekor dan 10,35 persen untuk kapasitas 25.000 ekor supaya usaha masih
tetap layak untuk dilakukan. Harga DOC paling tinggi untuk kapasitas 10.000
ekor sebesar Rp 3.812,8, sedangkan pada kapasitas 25.000 ekor sebesar Rp
3.972,6. Apabila perusahaan membeli DOC di atas harga tersebut maka usaha
menjadi tidak layak untuk dijalankan.
Pada peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 ekor apabila terjadi
penurunan harga jual ayam broiler sebesar 1,04 persen atau kenaikan harga DOC
sebesar 5,91 persen mengakibatkan IRR turun tujuh persen dan Net B/C turun
sebesar 6,5 persen. Penurunan harga jual ayam broiler sebesar 1,82 persen atau
kenaikan harga DOC sebesar 10,35 pada kapasitas 25.000 ekor mengakibatkan
penurunan IRR sebesar 18 persen dan Net B/C turun sebesar 10,7 persen.
57
BAB VII
KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER
DIKOMBINASIKAN DENGAN PABRIK PAKAN
7.1 Identifikasi Biaya dan Manfaat
7.1.1 Biaya
Biaya yang dikeluarkan meliputi biaya investasi dan biaya operasional.
Biaya terbesar pada kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler
yaitu biaya bahan baku pada pabrik pakan sebesar 61 persen untuk kapasitas
10.000 ekor dan 66 persen untuk kapasitas 25.000 ekor terhadap total biaya
operasional. Persentase biaya bahan baku lebih besar pada kapasitas 25.000 ekor
karena pakan yang diproduksi tidak hanya dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan
ayam yang ada di peternakan saja tetapi ada yang dapat dijual.
a. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada awal dimulainya
proyek. Biaya investasi pada model ini sebesar Rp 1.151.424.000 untuk kapasitas
10.000 ekor dan Rp 2.097.344.000 untuk kapasitas 25.000 ekor ayam broiler.
Biaya investasi terbesar pada kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam
broiler adalah biaya investasi peternakan ayam broiler mencapai 78 persen untuk
kapasitas 10.000 ekor dan 86 persen untuk kapasitas 25.000 ekor dari total biaya
investasi.
Biaya investasi yang dikeluarkan untuk pendirian pabrik pakan terdiri dari
biaya membeli tanah, membuat bangunan, instalasi listrik dan air, mesin,
peralatan pabrik dan kantor. Bangunan pabrik pakan terdiri dari ruang bahan baku
dan pakan jadi, ruang mesin produksi, ruang administrasi dan kamar mandi. Pada
58
kapasitas 10.000 ekor, luas bangunan sebesar 112 m2 dan kapasitas 25.000 ekor
sebesar 145 m2. Biaya untuk mendirikan bangunan sebesar Rp 1.000.000 per m2.
Total biaya yang dikeluarkan untuk mendirikan bangunan pabrik pakan pada
kapasitas 10.000 ekor sebesar Rp 112.000.000 dan pada kapasitas 25.000 ekor
sebesar Rp 145.000.000.
Selain biaya investasi juga perlu dikeluarkan biaya reinvestasi apabila ada
peralatan yang umur ekonomisnya kurang dari umur proyek. Pada pabrik pakan
biaya reinvestasi yaitu lori, sekop, ember, jarum jahit, terpal, drum CPO, meja,
kursi dan komputer. Ember dan terpal reinvestasi dilakukan pada tahun ke empat,
tujuh dan sembilan. Lori, sekop dan drum CPO diganti pada tahun ke enam,
sementara itu jarum jahit pada tahun ke tiga, lima, tujuh dan sembilan.
Reinvestasi juga dilakukan pada tahun ke lima dan sembilan yaitu pada meja,
kursi dan komputer. Pesawat telepon dilakukan pada tahun ke sembilan.
b. Biaya Operasional
Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Penjelasan
lebih lanjut mengenai kedua hal tersebut diuraikan di bawah ini.
1. Biaya Tetap
Biaya tetap pada pabrik pakan adalah biaya tera, telepon, tenaga kerja,
perlengkapan dan perawatan pabrik. Biaya tetap pada peternakan ayam broiler
adalah biaya telepon, listrik, tenaga kerja tidak langsung dan perlengkapan.
Besarnya biaya tetap masing-masing kegiatan pada kombinasi antara pabrik pakan
dan peternakan ayam broiler sama dengan peternakan ayam broiler terpadu.
Biaya tetap terbesar model ini terdapat pada gaji pimpinan dan manajer mencapai
67 persen dari total biaya tetap.
59
Pada pabrik pakan dan peternakan ayam broiler, biaya tetap terbesar
adalah tenaga kerja. Tenaga kerja yang masuk biaya tetap adalah tenaga kerja
tidak langsung, yaitu tenaga kerja yang jumlahnya tidak tergantung kepada jumlah
produk yang dihasilkan. Tenaga kerja tetap pada pabrik pakan dan peternakan
ayam broiler adalah supervisor.
Gaji tetap yang dikeluarkan pada kombinasi antara pabrik pakan dan
peternakan ayam broiler sebesar Rp 9.700.000 per bulan, terdiri dari gaji
pimpinan sebesar Rp 4.000.000, manajer keuangan Rp 3.000.000, supervisor
pabrik pakan Rp 1.200.000 dan supervisor peternakan sebesar Rp 1.500.000.
Pengeluaran untuk gaji tetap selama setahun sebesar Rp 116.400.000.
2. Biaya Variabel
Biaya variabel terbesar pada kombinasi antara pabrik pakan dan
peternakan ayam broiler terdapat pada kegiatan pabrik pakan yaitu mencapai 70
persen dari total biaya variabel. Biaya variabel terbesar pabrik pakan terdapat
pada biaya bahan baku, yaitu mencapai 69 persen dari total biaya variabel atau 66
persen untuk kapasitas 10.000 ekor dan 68 persen untuk 25.000 ekor dari seluruh
biaya operasional. Bahan baku yang dipakai pabrik pakan seluruhnya dibeli dari
luar, termasuk jagung.
Biaya variabel pada peternakan ayam broiler yaitu DOC, obat dan vaksin,
formalin, desinfektan, sekam, kapur, gas dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya
variabel terbesar peternakan ayam broiler terdapat pada biaya DOC yaitu
mencapai 76 persen dari biaya variabel peternakan atau 22 – 23 persen dari
seluruh biaya operasional model ini.
60
Biaya tenaga kerja langsung pada peternakan ayam broiler yaitu gaji
pegawai kandang. Pemberian gaji anak kandang berdasarkan bobot hidup ayam
pada saat panen. Pemberian gaji dengan sistem ini memotivasi karyawan untuk
bekerja lebih baik. Bonus diberikan apabila performans ayam yang dipelihara
baik. Performans ayam yang dilihat meliputi bobot badan akhir, konversi pakan
dan tingkat kematian.
7.1.2 Arus Penerimaan
Penerimaan peternakan ayam broiler yang dikombinasikan dengan pabrik
pakan terdiri dari penjualan produk dan nilai sisa. Penjelasan lebih lanjut
mengenai kedua hal tersebut diuraikan di bawah ini.
a. Penjualan Produk
Nilai penjualan produk berupa produk utama dan produk sampingan. Pada
kapasitas 10.000 ekor, produk utama yang dihasilkan adalah ayam broiler hidup,
sedangkan produk sampingan adalah kotoran ayam. Kapasitas pabrik disesuaikan
dengan jumlah ayam yang dipelihara sehingga tidak ada sisa pakan yang dijual.
Penerimaan dipengaruhi oleh jumlah produksi dan harga jual. Pada kapasitas
10.000 ekor dihasilkan ayam broiler dengan bobot hidup 1,7 kg per ekor dan
asumsi kematian empat persen selama pemeliharaan. Harga jual ayam broiler
hidup sebesar Rp 12.500 per kg, sehingga penerimaan dari ayam broiler hidup
selama satu tahun sebesar Rp 1.224.000.000. Penerimaan dari penjualan ayam
broiler hidup mencapai 99,7 persen.
Kotoran ayam yang dihasilkan peternakan ayam broiler dengan kapasitas
10.000 ekor selama setahun adalah 63,65 ton atau 2.121 karung. Dalam satu
karung berisi kotoran sebanyak 30 kg. Harga jual kotoran tanpa karung sebesar
61
Rp 1.500 per karung, sehingga penerimaan kotoran ayam selama setahun adalah
Rp 3.181.500.
Pada kapasitas 25.000 ekor, produk sampingan berupa pakan jadi dan
kotoran ayam. Ayam yang dipelihara sebanyak 25.000 ekor dengan asumsi
kematian empat persen, sehingga penerimaan ayam broiler hidup selama satu
tahun sebesar Rp 3.060.000.000. Penerimaan dari penjualan ayam broiler hidup
mencapai 97 persen.
Pakan jadi yang dihasilkan dalam satu siklus produksi ayam sebanyak
76.800 kg, sedangkan kebutuhan pakan untuk ayam yang ada di peternakan
sebanyak 72.250 kg per siklus produksi. Kelebihan 4.550 kg dalam satu siklus
produksi dijual dengan harga Rp 3.500 per kg. Penerimaan pakan jadi selama satu
tahun sebesar Rp 95.550.000.
Kotoran ayam yang dihasilkan pada peternakan ayam broiler dengan
kapasitas 25.000 ekor sebanyak 159,12 ton atau 5.304 karung dengan
harga Rp 1.500 per karung. Dalam satu karung berisi 30 kg. Penerimaan dari
kotoran ayam selama satu tahun sebesar Rp 7.956.000.
b. Nilai Sisa
Nilai sisa investasi masing-masing kegiatan diperoleh dari perhitungan
umur ekonomis yang belum habis pakai ketika akhir proyek. Besarnya nilai sisa
investasi masing-masing kegiatan di peternakan ayam broiler yang
dikombinasikan dengan pabrik pakan sama dengan peternakan ayam broiler
terpadu untuk masing-masing kapasitas.
Nilai lahan pada akhir proyek dianggap sama dengan harga pembelian.
Pada kapasitas 10.000 ekor, nilai lahan sebesar Rp 257.000.000, terdiri dari nilai
62
lahan pabrik pakan Rp 40.000.000 dan peternakan ayam broiler sebesar Rp
217.000.000. Pada kapasitas 25.000 ekor, nilai lahan sebesar Rp 540.000.000,
terdiri dari nilai lahan pabrik pakan Rp 40.000.000 dan nilai lahan untuk
peternakan ayam broiler sebesar Rp 500.000.000. Total nilai lahan dan nilai sisa
investasi pada kombinasi pabrik pakan dan peternakan ayam broiler sebesar Rp
312.923.054 pada kapasitas 10.000 ekor dan Rp 611.551.622 untuk kapasitas
25.000 ekor.
7.2 Analisis Kelayakan Finansial
Dalam analisis finansial, laba bersih sebelum pajak diperoleh dari
perhitungan total penerimaan dikurangi total biaya. Pajak yang dikenakan pada
kegiatan ini adalah pajak penghasilan yang nilainya tergantung pada besarnya
laba. Besarnya pajak ditentukan berdasarkan Undang-Undang Pajak No. 17 tahun
2000 dan diperhitungkan dalam proyeksi rugi laba.
Kriteria yang digunakan dalam melakukan kelayakan investasi adalah Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit Cost Ratio (Net
B/C). Dilakukan pula analisis Payback Period untuk mengetahui jangka waktu
pengembalian investasi.
a. Kapasitas 10.000 Ekor Ayam Broiler
NPV merupakan nilai sekarang yang diterima proyek selama umur proyek
pada tingkat discount factor tertentu. Berdasarkan Tabel 9, menunjukkan bahwa
kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler dengan kapasitas
10.000 ekor didapat nilai NPV Rp -404.398.629. Hal ini berarti bahwa nilai
sekarang dari pendapatan yang diterima selama 10 tahun pada tingkat suku bunga
17 persen adalah negatif. Usaha ini belum mampu memberikan kontribusi
63
keuntungan dan apabila dijalankan akan mengalami kerugian. Dari nilai NPV
tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha ini tidak layak untuk dijalankan.
Tabel 9 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Kombinasi antara Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 10.000 Ekor
No Kriteria Investasi Nilai
1 NPV (Rp) -404.398.629 2 Net B/C 0,65 3 IRR (%) 7,12 4 Payback Period (tahun) 7,91
Net B/C menunjukkan manfaat bersih yang diperoleh setiap penambahan
satu rupiah biaya. Kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler
dengan kapasitas 10.000 ekor menghasilkan Net B/C sebesar 0,65. Ini berarti
berarti bahwa setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan
manfaat bersih sebesar Rp 0,65. Perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih besar
dibandingkan dengan manfaat bersih yang diperoleh. Nilai Net B/C lebih kecil
dari satu menunjukkan kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam
broiler dengan kapasitas 10.000 ekor tidak layak untuk dijalankan.
IRR yang diperoleh pada model ini dengan kapasitas 10.000 ekor sebesar
7,12 persen. Hal ini berarti bila menanamkan modal pada usaha ini maka tingkat
penghasilan yang diperoleh lebih rendah dari tingkat suku bunga yang berlaku.
Berdasarkan nilai IRR dapat disimpulkan bahwa kombinasi antara pabrik pakan
dan peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000 ekor tidak layak untuk
dijalankan.
Payback period merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk
membayar kembali semua biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu
proyek. Perhitungan Payback period belum memperhitungkan nilai waktu akan
64
uang. Pada kombinasi pabrik pakan dan peternakan ayam broiler kapasitas 10.000
ekor dapat mengembalikan investasi setelah proyek berumur 7 tahun, 10 bulan,
27 hari. Payback period tidak dipakai untuk menilai layak tidaknya suatu proyek
tetapi melihat berapa lama proyek dapat mengembalikan biaya investasinya, tanpa
memperhitungkan nilai waktu akan uang.
b. Kapasitas 25.000 Ekor Ayam Broiler
Hasil analisis kelayakan yang dilakukan pada kombinasi antara pabrik
pakan dan peternakan ayam broiler kapasitas 25.000 ekor dengan tingkat suku
bunga 17 persen memiliki nilai NPV positif yaitu sebesar Rp 183.851.649. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa pendapatan yang diterima selama 10 tahun pada
tingkat suku bunga 17 persen adalah Rp 183.851.649. Nilai NPV yang diperoleh
positif menunjukkan bahwa model ini layak untuk dijalankan. Hasil analisis
kriteria investasi pada kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam
broiler dengan kapasitas 25.000 ekor dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Kombinasi antara Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 25.000 Ekor
No Kriteria Investasi Nilai
1 NPV (Rp) 183.851.649 2 Net B/C 1,08 3 IRR (%) 19,85 4 Payback Period (tahun) 4,50
Net B/C yang dihasilkan kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan
ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor pada tingkat suku bunga 17 persen
sebesar 1,08. Nilai tersebut menggambarkan bahwa setiap pengeluaran biaya
sebesar Rp 1,00 menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 1,08. Dapat dikatakan
bahwa manfaat bersih yang diperoleh sebesar 1,08 kali dari biaya yang
65
dikeluarkan. Net B/C lebih besar dari satu, dapat disimpulkan bahwa kombinasi
antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor
layak untuk dijalankan.
IRR merupakan tingkat pengembalian internal yaitu kemampuan suatu
proyek menghasilkan return. Pada kombinasi pabrik pakan dan peternakan ayam
broiler dengan kapasitas 25.000 ekor diperoleh nilai IRR sebesar 19,85 persen.
Artinya tingkat penghasilan bila menanamkan modal pada usaha tersebut lebih
besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Dari nilai IRR tersebut, dapat
disimpulkan bahwa model ini layak untuk dijalankan.
Nilai payback period yang diperoleh sebesar 4,5 tahun. Proyek ini dapat
mengembalikan biaya investasi pada saat usaha telah berjalan empat tahun, enam
bulan. Proyek semakin baik apabila waktu pengembalian biaya investasi semakin
cepat.
7.3 Analisis Switching Value
Hasil perhitungan analisis switching value kombinasi pabrik pakan dan
peternakan ayam broiler kapasitas 25.000 ekor dapat dilihat pada Tabel 11.
Kombinasi pabrik pakan dan peternakan ayam broiler dengan kapasitas 10.000
ekor tidak layak untuk dijalankan sehingga tidak dilakukan analisis switching
value.
Tabel 11 Hasil Analisis Switching Value Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 Ekor
No Perubahan Switching Value (%) 1 Penurunan harga jual ayam broiler 1,29 2 Kenaikan harga DOC 7,31
66
a. Penurunan Harga Jual Ayam Broiler
Penurunan harga jual ayam broiler yang dapat membuat usaha tetap layak
maksimum sebesar 1,29 persen. Apabila harga jual ayam broiler turun melebihi
1,29 persen, maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan dan mengalami
kerugian. Harga jual ayam broiler terendah supaya usaha tetap layak sebesar Rp
12.338,8. Apabila perusahaan menjual ayam broiler lebih rendah dari Rp
12.338,8 maka usaha sudah tidak layak untuk dijalankan.
b. Kenaikan Harga DOC
Maksimal harga DOC naik sebesar 7,31 persen, artinya peningkatan harga
DOC melebihi 7,31 persen akan menyebabkan usaha ayam broiler kapasitas
25.000 ekor tidak layak untuk dijalankan. Harga DOC pada saat penelitian
sebesar Rp 3.600 per ekor, berarti apabila harga DOC lebih tinggi dari harga Rp
3.863 maka usaha tidak layak untuk dijalankan.
Kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler dengan
kapasitas 25.000 ekor layak untuk dijalankan. Hal ini tercermin dari nilai
beberapa kriteria investasi meliputi NPV, Net B/C dan IRR. Sementara itu untuk
kapasitas 10.000 ekor tidak layak untuk dijalankan.
Penurunan harga jual sebesar 1,29 persen atau kenaikan harga DOC
sebesar 7,32 persen pada kombinasi pabrik pakan dan peternakan ayam broiler
kapasitas 25.000 ekor mengakibatkan manfaat bersih yang awalnya Rp
183.851.649 menjadi nol. IRR turun sebesar 14 persen sedangkan penurunan Net
B/C sebesar 7,4 persen.
67
BAB VIII
KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN
AYAM BROILER TERPADU
8.1 Identifikasi Biaya dan Manfaat
8.1.1 Biaya
Biaya yang dikeluarkan meliputi biaya investasi dan operasional. Biaya
terbesar pada peternakan ayam broiler terpadu adalah membuat kandang mencapai
45 persen untuk kapasitas 10.000 ekor dan 56 persen untuk kapasitas 25.000 ekor
dari total biaya investasi.
a. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada awal dimulainya
proyek. Biaya investasi peternakan ayam broiler terpadu pada masing-masing
kegiatan untuk kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor dapat dilihat pada Tabel 12, 13
dan 14.
Tabel 12 Biaya Investasi Budidaya Jagung
Jumlah (Rp) No Uraian
Kap. 10.000 Ekor Kap 25.000 Ekor 1 Tanah 5.000.000 5.000.000 2 Bangunan 25.000.000 25.000.000 3 Sumur bor dengan pompa air 4.000.000 8.000.000 4 Mesin pemipil 12.000.000 12.000.000 5 Sprayer 250.000 500.000 6 Timbangan 1.600.000 1.600.000 7 Ember 80.000 160.000 8 Terpal 750.000 750.000 9 Mesin Pengering 0 30.000.000
Total 48.680.000 83.010.000
Biaya investasi peternakan ayam broiler terpadu untuk kapasitas 10.000
ekor sebesar Rp 1.200.104.000 dan untuk kapasitas 25.000 ekor sebesar Rp
68
2.521.794.000. Biaya investasi terbesar pada peternakan ayam broiler terpadu
adalah biaya investasi peternakan ayam broiler yang mencapai 74 persen untuk
kapasitas 10.000 ekor dan 83 persen untuk 25.000 ekor dari total biaya investasi.
Biaya investasi terbesar pada kegiatan budidaya jagung untuk kapasitas
10.000 ekor adalah bangunan sebesar 51 persen dari biaya investasi budidaya
jagung. Pada kapasitas 25.000 ekor, biaya investasi terbesar adalah biaya mesin
sebesar 50 persen dari biaya investasi budidaya jagung.
Tabel 13 Biaya Investasi Pendirian Pabrik Pakan
Jumlah (Rp) No Uraian Kapasitas 10.000 Ekor Kapasitas 25.000 Ekor 1 Tanah 40.000.000 40.000.000 2 Bangunan 112.000.000 145.000.000 3 Instalasi listrik 20.000.000 45.000.000 4 Instalasi air 500.000 500.000 5 Pemasangan telepon 500.000 500.000 6 Mesin 82.000.000 102.000.000 7 Lori 300.000 300.000 8 Sekop 30.000 30.000 9 Ember 50.000 100.000 10 Jarum jahit 180.000 360.000 11 Kunci-kunci mekanik 500.000 500.000 12 Terpal 100.000 200.000 13 Drum CPO 210.000 350.000 14 Meja dan kursi 1.500.000 1.500.000 15 Pesawat telepon 100.000 100.000
16 Komputer 0 5.000.000 Total 257.970.000 341.440.000
Biaya investasi terbesar pada kegiatan pabrik pakan adalah bangunan yaitu
sebesar 43 persen. Pada populasi 10.000 ekor ayam broiler, pabrik berkapasitas
600 kg per hari, sedangkan untuk ayam 25.000 ekor berkapasitas 1600 kg per hari.
Bangunan pabrik pakan pada kapasitas 600 kg per hari seluas 112 m2 dan untuk
kapasitas 1600 kg per hari seluas 145m2. Biaya mesin pada pabrik pakan berkisar
antara 30-32 persen dari total biaya investasi pabrik pakan.
69
Biaya investasi terbesar pada peternakan ayam broiler adalah biaya
kandang. Pada kapasitas 10.000 ekor mencapai 61 persen sedangkan pada
kapasitas 25.000 ekor mencapai 67 persen dari biaya investasi peternakan ayam
broiler. Biaya peralatan terbesar pada peternakan ayam broiler adalah gasolec,
yaitu pemanas untuk anak ayam.
Tabel 14 Biaya Investasi Peternakan Ayam Broiler
Jumlah (Rp) No
Uraian Kap. 10.000 Ekor Kap. 25.000 Ekor
1 Lahan 217.000.000 500.000.000 2 Kandang 544.000.000 1.400.000.000
3 Gudang, mess, dapur, kamar mandi 44.000.000 44.000.000
4 Ruang administrasi 20.000.000 20.000.000 5 Instalasi air 800.000 800.000 6 Instalasi listrik 15.000.000 15.000.000 7 Pemasangan telepon 500.000 500.000 8 Tempat pakan 10 kg 7.200.000 18.000.000 9 Tempat pakan baki 1.134.000 2.844.000 10 Tempat minum otomatis (SC 102) 13.000.000 32.500.000 11 Gasolec S-8 15.000.000 37.500.000 12 Chicken guard 1.200.000 3.000.000 13 Timbangan 1.500.000 3.000.000 14 Sprayer 500.000 1.500.000 15 Tirai 2.250.000 5.250.000 16 Drum air plastik kapasitas 100 liter 750.000 750.000 17 Drum air plastik kapasitas 500 liter 1.000.000 3.000.000 18 Pompa air 1.000.000 1.000.000 19 Self refilling syringe kap. 1 ml 900.000 1.800.000 20 Sekop 120.000 300.000 21 Peralatan kantor : Meja, kursi dan lemari 1.500.000 1.500.000 Pesawat telepon 100.000 100.000 Komputer 5.000.000 5.000.000 Total 893.454.000 2.097.344.000
b. Biaya Operasional
Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Penjelasan
lebih lanjut dapat dilihat di bawah ini.
70
1. Biaya Tetap
Biaya tetap pada budidaya jagung adalah biaya listrik dan perlengkapan,
yaitu cangkul dan arit. Biaya tetap pada pabrik pakan adalah biaya tera, telepon,
tenaga kerja, perlengkapan dan perawatan pabrik. Biaya tetap pada peternakan
ayam broiler adalah biaya telepon, listrik, tenaga kerja tidak langsung dan
perlengkapan. Rincian biaya tetap pada peternakan ayam broiler terpadu dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Biaya tetap terbesar pada peternakan ayam broiler terpadu terdapat pada
gaji pimpinan dan manajer mencapai 67 persen dari total biaya tetap. Pada pabrik
pakan dan peternakan ayam broiler, biaya tetap terbesar adalah tenaga kerja.
Tenaga kerja dibedakan atas tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak
langsung. Tenaga kerja yang masuk biaya tetap adalah tenaga kerja tidak
langsung, yaitu tenaga kerja yang jumlahnya tidak tergantung kepada jumlah
produk yang dihasilkan. Tenaga kerja tetap pada pabrik pakan dan peternakan
ayam broiler adalah supervisor. Biaya tenaga kerja pada pabrik pakan mencapai
82 persen sedangkan pada peternakan ayam broiler 79 persen untuk kapasitas
10.000 ekor dan 74 persen untuk kapasitas 25.000 ekor
2. Biaya Variabel
Biaya variabel terbesar pada peternakan ayam broiler terpadu terdapat
pada kegiatan pabrik pakan yaitu mencapai 58 persen untuk kapasitas 10.000 ekor
dan 52 persen untuk kapasitas 25.000 ekor dari total biaya variabel. Biaya
variabel yang terdapat pada kegiatan jagung terdiri dari sewa lahan, saprodi,
karung dan tenaga kerja. Biaya variabel terbesar terdapat pada biaya tenaga kerja
71
sebesar 46 persen untuk kapasitas 10.000 ekor dan 51 persen pada kapasitas
25.000 dari biaya variabel budidaya jagung.
Pada kegiatan pabrik pakan, biaya variabel yaitu biaya bongkar muat
bahan baku, biaya bahan baku, biaya listrik dan biaya tenaga kerja pabrik. Biaya
terbesar terdapat pada biaya bahan baku yaitu mencapai 97 persen dari biaya
variabel pabrik pakan atau 94 persen dari total biaya operasional pabrik pakan
untuk kapasitas 10.000 dan 96 persen untuk kapasitas 25.000 ekor.
Biaya variabel pada peternakan ayam broiler terdiri dari biaya DOC, obat,
vaksin, formalin, desinfektan, sekam, kapur, gas dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya variabel terbesar terdapat pada biaya DOC yaitu mencapai 76 persen dari
biaya variabel peternakan ayam broiler atau 71 persen untuk kapasitas 10.000
ekor dan 74 persen untuk kapasitas 25.000 ekor dari biaya operasional peternakan
ayam broiler. Biaya pakan pada peternakan ayam broiler dianggap tidak ada
karena sudah dibebankan pada kegiatan pabrik pakan.
8.1.2 Arus Penerimaan
Penerimaan peternakan ayam broiler terpadu terdiri dari penjualan produk
dan nilai sisa.
a. Penjualan Produk
Nilai penjualan produk berasal dari produksi total yang dihasilkan
dikalikan dengan harga per satuan produk, untuk produk utama maupun produk
sampingan. Pada kapasitas 10.000 ekor, produk utama yang dihasilkan adalah
ayam broiler hidup, sedangkan produk sampingan berupa jagung pipilan kering.
Kapasitas pabrik disesuaikan dengan jumlah ayam yang dipelihara sehingga tidak
ada sisa pakan yang dijual. Efisiensi penggunaan lahan menghasilkan produksi
72
jagung pipilan kering melebihi kebutuhan ayam. Penerimaan dipengaruhi oleh
jumlah produksi dan harga jual. Kapasitas 10.000 ekor menghasilkan ayam
broiler dengan bobot hidup 1,7 kg per ekor dan asumsi kematian empat persen
selama periode pemeliharaan. Harga jual ayam broiler hidup sebesar Rp 12.500
per kg, sehingga penerimaan dari ayam broiler hidup selama satu tahun sebesar
Rp 1.224.000.000. Jagung pipilan kering yang dihasilkan selama satu tahun
sebanyak 9.000 kg dengan harga jual Rp 2.500 per kg, sehingga penerimaan dari
jagung pipilan kering selama satu tahun adalah Rp 22.500.000. Penerimaan dari
penjualan ayam broiler hidup mencapai 98,2 persen.
Pada kapasitas 25.000 ekor, produk sampingan berupa jagung pipilan
kering dan pakan jadi. Pabrik beroperasi dengan kapasitas penuh. Ayam yang
dipelihara sebanyak 25.000 ekor, sehingga penerimaan dari penjualan ayam
broiler hidup selama satu tahun mencapai Rp 3.060.000.000. Jagung pipilan yang
dihasilkan selama satu tahun adalah 9.600 kg, sehingga penerimaan dari jagung
pipilan kering sebesar Rp 24.000.000. Pakan jadi yang dihasilkan selama satu
tahun adalah 27.300 kg dengan harga harga jual Rp 3.500 per kg, sehingga
penerimaan sebesar Rp 95.550.000. Penerimaan dari penjualan ayam broiler
hidup mencapai 96,2 persen.
b. Nilai Sisa
Nilai sisa merupakan nilai barang dari modal yang tidak habis terpakai
pada saat akhir proyek. Nilai lahan dianggap sama dengan harga pembelian.
Pada kapasitas 10.000 ekor, nilai lahan sebesar Rp 262.000.000, terdiri dari nilai
lahan jagung Rp 5.000.000, nilai lahan pabrik pakan Rp 40.000.000 dan nilai
lahan peternakan ayam broiler Rp 217.000.000. Pada kapasitas 25.000 ekor, nilai
73
lahan sebesar Rp 545.000.000, terdiri dari nilai lahan jagung Rp 5.000.000,
pabrik pakan Rp 40.000.000 dan nilai lahan peternakan ayam broiler sebesar Rp
500.000.000.
Nilai sisa investasi pada masing-masing kegiatan diperoleh dari
perhitungan umur ekonomis yang belum habis pakai ketika akhir proyek.
Kapasitas 10.000 ekor, pada kegiatan budidaya jagung nilai sisa investasi yang
diterima sebesar Rp 553.330. Total penerimaan nilai lahan dan nilai sisa
investasi pada kegiatan ini sebesar Rp 5.553.330. Nilai sisa investasi pada
kegiatan pabrik pakan sebesar Rp 41.645.673, sehingga total penerimaan nilai
lahan dan nilai sisa investasi pada pabrik pakan sebesar Rp 81.645.672. Nilai sisa
investasi pada peternakan ayam broiler sebesar Rp 14.277.381, sehingga total
penerimaan nilai lahan dan nilai sisa investasi peternakan ayam broiler adalah Rp
231.277.381.
Pada kapasitas 25.000 ekor, total nilai sisa investasi sebesar Rp
72.158.292, terdiri dari nilai sisa investasi budidaya jagung sebesar Rp 606.670,
pabrik pakan sebesar Rp 54.245.670 dan peternakan ayam broiler sebesar Rp
17.305.952. Nilai sisa investasi dan nilai lahan pada peternakan ayam broiler
terpadu dengan kapasitas 25.000 ekor sebesar Rp 617.158.292.
8.2 Analisis Kelayakan Finansial
Kriteria yang digunakan dalam melakukan kelayakan investasi adalah Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit Cost Ratio (Net
B/C). Dilakukan pula analisis Payback Period untuk mengetahui jangka waktu
pengembalian investasi. Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan
menggunakan tingkat suku bunga 17 persen, merupakan tingkat suku bunga
74
pinjaman Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 2007. Kriteria ini dilakukan untuk
melihat sejauh mana kelayakan usaha yang akan dijalankan apabila menggunakan
modal pinjaman dari bank.
a. Kapasitas 10.000 Ekor Ayam Broiler
Nilai kriteria investasi pada kapasitas ayam broiler dapat dilihat pada
Tabel 15. Pada kapasitas 10.000 ekor, nilai NPV yang dihasilkan dari peternakan
ayam broiler terpadu sebesar Rp -200.232.763. Artinya nilai sekarang dari
pendapatan yang diterima selama 10 tahun pada tingkat suku bunga 17 persen
adalah negatif. Dari nilai NPV tersebut, maka peternakan terpadu ayam broiler
tidak layak untuk dilaksanakan. Hal ini dikarenakan pada usaha yang terintegrasi
memerlukan investasi yang besar, sedangkan skala usahanya kecil. Apabila usaha
ini dijalankan maka akan rugi.
Tabel 15 Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu pada Kapasitas 10.000 Ekor
No Kriteria Investasi Nilai
1 NPV (Rp) -202.232.763
2 Net B/C 0,84 3 IRR (%) 13,91 4 Payback Period (tahun) 5,90
Net B/C yang diperoleh pada kapasitas 10.000 ekor sebesar 0,84. Nilai
tersebut menggambarkan setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1,00 akan
menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 0,84. Ini menunjukkan bahwa biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih besar dari manfaat bersih yang diperoleh.
Nilai Net B/C lebih kecil dari satu, dapat disimpulkan bahwa peternakan ayam
broiler terpadu tidak layak untuk dijalankan.
75
Nilai IRR adalah tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh
kegiatan tersebut untuk sumberdaya yang digunakan. IRR yang diperoleh pada
peternakan ayam broiler terpadu dengan kapasitas 10.000 ekor sebesar 13,91
persen. Artinya tingkat penghasilan bila menanamkan modal pada usaha tersebut
lebih rendah dari tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga tidak layak untuk
dijalankan. Nilai IRR sebagai dasar keputusan layak tidaknya proyek
dilaksanakan.
Berdasarkan waktu pengembalian investasi, digunakan analisis payback
period. Perhitungan payback period belum memperhitungkan nilai waktu akan
uang. Pada peternakan ayam broiler terpadu dengan kapasitas 10.000 ekor dapat
mengembalikan investasi setelah proyek proyek berumur 5 tahun, 10 bulan, 24
hari. Payback period tidak untuk menilai layak tidaknya suatu proyek tetapi
melihat berapa lama proyek dapat mengembalikan biaya investasinya, tanpa
memperhitungkan nilai waktu akan uang.
b. Kapasitas 25.000 Ekor Ayam Broiler
Nilai kriteria investasi pada kapasitas 25.000 ekor dapat dilihat pada Tabel
16. Pada kapasitas 25.000 ekor, nilai NPV yang dihasilkan dari peternakan ayam
broiler terpadu sebesar Rp 1.481.498.164. Artinya nilai sekarang dari pendapatan
yang diterima selama 10 tahun pada tingkat suku bunga 17 persen adalah Rp
1.481.498.164. Dari nilai NPV tersebut, maka peternakan ayam broiler terpadu
layak untuk dilaksanakan.
Net B/C yang diperoleh pada kapasitas 25.000 ekor sebesar 1,59. Nilai
tersebut menggambarkan setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1,00 akan
menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 1,59. Ini menunjukkan bahwa manfaat
76
bersih yang diperoleh perusahaan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Nilai
Net B/C lebih besar dari satu, maka dapat disimpulkan peternakan ayam broiler
terpadu layak untuk dijalankan.
Tabel 16 Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu pada Kapasitas 25.000 ekor
No Kriteria Investasi Nilai
1 NPV (Rp) 1.481.498.164
2 Net B/C 1,59 3 IRR (%) 30,60 4 Payback Periode (tahun) 3,20
IRR merupakan kemampuan suatu proyek menghasilkan return. IRR yang
diperoleh pada peternakan terpadu ayam broiler kapasitas 10.000 ekor sebesar
30,60 persen. Return yang diterima jika menanamkan modal pada saham
peternakan ayam broiler terpadu adalah sebesar 30,60 persen. Artinya tingkat
penghasilan dari uang yang diinvestasikan pada proyek ini lebih besar dari tingkat
suku bunga yang berlaku, sehingga layak untuk dijalankan.
Berdasarkan waktu pengembalian investasi, digunakan analisis payback
period. Dari hasil analisis, peternakan ayam broiler terpadu dapat mengembalikan
investasi setelah proyek berumur 3 tahun, 2 bulan, 12 hari. Artinya usaha ini
dapat mengembalikan investasi sebelum proyek berakhir. Semakin rendah nilai
payback period, maka proyek semakin baik karena proyek semakin cepat dalam
mengembalikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi proyek.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial maka peternakan ayam
broiler terpadu pada skala 10.000 ekor tidak layak diusahakan. Dengan
meningkatkan skala usaha menjadi 25.000 ekor maka usaha menjadi layak.
Peningkatan nilai indikator kelayakan finansial dari 10.000 menjadi 25.000 ekor
77
cukup besar. Artinya bila usaha peternakan ayam broiler dilakukan secara
integrasi dengan skala usaha yang relatif besar maka usaha semakin layak secara
finansial dibandingkan bila usaha peternakan ayam broiler saja.
8.3 Analisis Switching Value
Analisis Switching Value dilakukan dengan metode coba-coba (trial and
error) sehingga didapat nilai NPV sama dengan nol. Analisis Switching Value
yang dihitung pada penelitian ini berdasarkan penurunan harga jual ayam broiler
dan kenaikan harga DOC. Seberapa besar peningkatan harga DOC dan
penurunan harga jual ayam broiler yang dapat mengakibatkan perubahan dalam
kriteria investasi yaitu dari layak menjadi tidak layak.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis switching value peternakan ayam
broiler terpadu dengan kapasitas 25.000 ekor dapat dilihat pada Tabel 17. Usaha
peternakan ayam broiler terpadu kapasitas 25.000 ekor lebih tahan terhadap
perubahan penurunan harga jual ayam broiler dan kenaikan harga DOC
dibandingkan usaha peternakan ayam broiler saja. Pada peternakan ayam broiler
terpadu dengan kapasitas 10.000 ekor tidak dilakukan analisis switching value
karena usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
Tabel 17 Hasil Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler Terpadu
No Perubahan Switching Value (%) 1 Penurunan harga jual ayam broiler 11,08 2 Kenaikan harga DOC 62,73
a. Penurunan Harga Jual Ayam Broiler
Batas maksimum penurunan harga jual ayam broiler yang dapat membuat
usaha tetap layak adalah sebesar 11,08 persen. Penurunan harga jual ayam broiler
melebihi 11,08 persen, maka peternakan ayam broiler terpadu mengalami
78
kerugian dan menjadi tidak layak untuk dijalankan. Apabila pada saat penelitian,
harga jual ayam broiler sebesar Rp 12.500 per kg, maka penurunan harga jual
maksimum supaya usaha tetap layak adalah Rp 1.385 per kg. Apabila perusahaan
menjual ayam broiler lebih rendah dari Rp 11.115 per kg, maka peternakan ayam
broiler terpadu tidak layak untuk dijalankan. Hasil analisis switching value
penurunan harga jual ayam broiler dapat dilihat pada Lampiran 23.
b. Kenaikan Harga DOC
Kenaikan harga DOC maksimal adalah 62,73 persen, artinya jika terjadi
peningkatan harga DOC melebihi 62,73 persen akan menyebabkan peternakan
ayam broiler terpadu kapasitas 25.000 ekor tidak layak untuk dilaksanakan. Pada
saat penelitian harga DOC sebesar Rp 3.600 per ekor, berarti bila harga DOC
lebih tinggi dari Rp 5.858 maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Hasil
analisis switching value kenaikan harga DOC dapat dilihat pada Lampiran 24.
Berdasarkan beberapa kriteria investasi, maka peternakan ayam broiler
terpadu kapasitas 25.000 ekor layak dijalankan, sedangkan kapasitas yang lebih
kecil yaitu 10.000 ekor tidak layak untuk dijalankan. Pada kapasitas 25.000 ekor,
pabrik pakan tidak hanya berproduksi untuk kebutuhan ayam yang ada di
peternakan tersebut, tetapi sisanya untuk dijual ke pasar, sehingga penggunaan
mesin dapat dimanfaatkan sesuai dengan kapasitasnya.
Pada peternakan ayam broiler terpadu bila terjadi penurunan harga jual
sebesar 11,08 persen atau kenaikan harga DOC sebesar 62,73 persen
mengakibatkan manfaat bersih sekarang menjadi sama dengan nol. Perubahan
variabel mengakibatkan penurunan IRR sebesar 44 persen dan Net B/C turun
sebesar 37 persen.
79
8.4 Alternatif Model Terbaik
Dari hasil analisis kelayakan finansial akan dipilih model terbaik dengan
cara membandingkan nilai NPV, Net B/C, IRR dan payback period untuk
berbagai model yang ada. Perbandingan kriteria investasi dari berbagai model
dapat dilihat pada Tabel 18.
Pada kapasitas ayam broiler 10.000 ekor, model yang paling baik adalah
hanya kegiatan peternakan ayam broiler saja karena nilai NPV, Net B/C dan IRR
paling besar dibandingkan kedua model yang lain. Dilihat dari jangka waktu
pengembalian investasi, model peternakan ayam broiler mempunyai waktu lebih
cepat yaitu 4 tahun 6 bulan 10 hari.
Tabel 18 Perbandingan Kriteria Investasi Berbagai Model Kombinasi Usaha
No Model Kriteria InvestasiNPV Net B/C IRR Payback Period(Rp) (%) (tahun)
1 Model 1 simulasi 1 59.454.837 1,07 18,29 4,532 Model 1 simulasi 2 260.368.929 1,12 20,83 4,303 Model 2 simulasi 1 -404.398.629 0,65 7,12 7,914 Model 2 simulasi 2 183.851.649 1,08 19,85 4,505 Model 3 simulasi 1 -202.232.763 0,84 13,91 5,906 Model 3 simulasi 2 1.481.498.164 1,59 30,60 3,20
Model peternakan ayam broiler terpadu dan model kombinasi pabrik
pakan dan peternakan ayam broiler pada kapasitas 10.000 ekor tidak layak
diusahakan. Model yang paling tidak layak adalah kombinasi antara pabrik pakan
dan peternakan ayam broiler. Pada kegiatan pabrik pakan diperlukan biaya
operasional yang besar termasuk biaya perawatan pabrik. Apabila dilakukan pada
skala kecil maka penerimaan tidak sebanding dengan biaya yang harus
dikeluarkan. Selain itu pembelian bahan baku pakan pada pabrik apabila dalam
jumlah kecil diberlakukan harga eceran.
80
Model yang paling layak untuk kapasitas 25.000 ekor ayam broiler adalah
peternakan ayam broiler terpadu. Bila dibandingkan dari nilai IRR, maka nilai
IRR pada model peternakan ayam broiler terpadu lebih besar dari kedua model
yang lain yaitu sebesar 30,60 persen. Selain itu nilai NPV dan Net B/C yang
diperoleh model ini juga lebih besar dari kedua model yang lain. Dilihat dari
payback period, model peternakan ayam broiler terpadu mempunyai jangka
waktu pengembalian investasi lebih cepat yaitu 3 tahun 2 bulan 12 hari.
Dari keseluruhan model yang ada, model peternakan ayam broiler terpadu
memiliki nilai IRR, Net B/C dan NPV yang lebih besar dari model yang lain.
Selain itu model peternakan ayam broiler terpadu memiliki masa pengembalian
investasi paling cepat.
Hasil analisis switching value untuk berbagai model kombinasi usaha
dapat dilihat pada Tabel 19. Perbandingan hasil switching value dari model yang
layak secara finansial dapat diketahui bahwa peternakan ayam broiler terpadu
dengan kapasitas 25.000 ekor lebih besar batas toleransinya untuk perubahan
kedua variabel. Artinya perubahan yang dapat ditolerisir sehingga proyek masih
dikatakan layak untuk kapasitas 25.000 ekor lebih besar dibandingkan model yang
lain.
Tabel 19 Perbandingan Analisis Switching Value Berbagai Model Kombinasi Usaha
No Perubahan Switching Value (%)Model 1 Model 1 Model 2 Model 3
Simulasi 1 Simulasi 2 Simulasi 2 Simulasi 21 Penurunan harga jual ayam 1,04 1,82 1,29 11,08
broiler2 Kenaikan harga DOC 5,91 10,35 7,31 62,73
81
8.5 Kelemahan Penerapan Model Peternakan Ayam Broiler Terpadu
Dari analisis kelayakan finansial maka peternakan ayam broiler terpadu
merupakan model terbaik untuk diterapkan. Namun, terdapat kelemahan dalam
penerapan peternakan ayam broiler terpadu ini, diantaranya :
1. Memerlukan modal besar
Kegiatan usaha yang melibatkan beberapa aktivitas yang terintegrasi tentu saja
memerlukan modal atau investasi yang lebih besar dibandingkan satu kegiatan
usaha. Peternakan ayam broiler terpadu dengan skala 10.000 ekor memerlukan
modal untuk investasi sebesar Rp 1.200.104.000, sedangkan pada usaha
peternakan ayam broiler saja hanya sebesar Rp 893.454.000. Hal ini
menyebabkan pelaku usaha terintegrasi umumnya dilakukan perusahaan skala
menengah ke atas. Sementara itu, pelaku usaha dengan skala kecil umumnya
hanya mengelola satu kegiatan usaha karena terbatasnya modal dan akses ke
sumber pembiayaan. Oleh karenanya, jika implementasi usaha peternakan
terpadu melibatkan peternak rakyat diperlukan upaya untuk memperkuat
permodalan, antara lain melalui kemitraan dengan perusahaan menengah-besar
atau kerjasama antar peternak dalam bentuk kelompok. Perusahaan menengah-
besar umumnya merupakan perusahaan produsen sarana produksi dan berperan
dalam menyediakan sarana produksi (benih jagung, DOC, pakan, obat-obatan,
dll) dan menerima hasil produksi (ayam) dari peternak rakyat. Pembentukan
kelompok peternak akan dapat meningkatkan bargaining position peternak
sehingga lebih mudah untuk akses ke sumber pembiayaan dan pemasaran.
82
2. Memerlukan lahan yang lebih luas
Implementasi model peternakan terpadu memerlukan lahan yang lebih luas
terutama untuk lahan jagung, misalnya saja untuk skala 10.000 ekor
diperlukan lahan empat hektar. Salah satu alternatif untuk mengatasi
keterbatasan lahan adalah dengan melakukan kemitraan dengan petani. Petani
yang memiliki lahan diberdayakan untuk memproduksi jagung yang kemudian
dibeli oleh peternak.
3. Pengelolaan usaha terpadu lebih kompleks
Pengelolaan usaha yang terintegrasi lebih kompleks dibandingkan dengan
pengelolaan satu kegiatan usaha karena melibatkan banyak aktivitas usaha
yang saling tergantung satu sama lain dan masing-masing aktivitas memiliki
manajemen yang spesifik. Oleh karenanya diperlukan sumberdaya manusia
yang terampil dan handal yang memiliki kemampuan manajerial dan teknis
yang komprehensif untuk mengelola usaha peternakan terpadu. Aspek yang
dipahami tidak hanya aspek teknis budidaya ternak, tetapi juga aspek produksi
jagung dan pakan.
4. Skala usaha relatif besar
Peternakan ayam broiler terpadu layak secara finansial jika diusahakan di atas
skala 17.000 ekor. Diperlukan perencanaan yang tepat dalam penentuan skala
usaha, karena pada skala usaha kecil penerimaaan yang diperoleh tidak dapat
menutupi biaya operasional.
83
BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial dan analisis switching value
berbagai model kombinasi usaha diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Peternakan ayam broiler terpadu pada skala 10.000 ekor tidak layak
diusahakan. Dengan meningkatkan skala usaha menjadi 25.000 ekor maka
usaha menjadi layak. Peningkatan nilai indikator kelayakan finansial dari
10.000 menjadi 25.000 ekor cukup besar. Artinya bila usaha peternakan
ayam broiler dilakukan secara integrasi dengan skala usaha yang relatif besar
maka usaha semakin layak secara finansial dibandingkan bila usaha
peternakan ayam broiler saja. Berdasarkan analisis kelayakan diperoleh nilai
NPV sebesar Rp 1.1481.498.164, Net B/C lebih besar dari satu yaitu 1,59 dan
IRR sebesar 30,60 persen. Jangka waktu pengembalian investasi selama 3
tahun 2 bulan 12 hari. Dari analisis kelayakan finansial maka peternakan
ayam broiler terpadu merupakan model terbaik untuk diterapkan, dan untuk
usaha tersebut diperlukan modal awal sebesar Rp 2.854.611.767.
2. Kombinasi usaha antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler dengan
kapasitas 25.000 ekor layak untuk diusahakan. Sementara untuk usaha yang
tidak diintegrasikan, peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor
lebih layak untuk diusahakan dibandingkan 10.000 ekor karena nilai IRR, Net
B/C, NPV lebih besar dan waktu pengembalian investasi lebih cepat.
84
3. Usaha peternakan ayam broiler terpadu pada skala 25.000 ekor lebih tahan
terhadap perubahan penurunan harga jual ayam broiler dan kenaikan harga
DOC dibandingkan model lain. Analisis switching value menunjukkan bahwa
batas maksimum penurunan harga jual ayam broiler yang dapat membuat
usaha tetap layak sebesar 11,08 persen dan kenaikan harga DOC maksimal
62,73 persen.
9.2 Saran
Implementasi usaha peternakan ayam broiler terpadu memerlukan biaya
dan lahan yang lebih besar dibandingkan kedua model lainnya, sehingga untuk
mengatasi kendala permodalan tersebut dapat ditempuh melalui :
1. Kerjasama atau kemitraan antar sesama peternak terutama dalam penyediaan
atau pengadaan sarana produksi yang dilakukan secara berkelompok.
2. Kerjasama antara peternak dengan perusahaan peternakan (poultry shop,
pabrik pakan, breeding, pabrik peralatan dan obat-obatan peternakan) dalam
bentuk pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Perusahaan peternakan
menyediakan sarana produksi sarana produksi (DOC, pakan dan obat-
obatan) dan pemasaran hasil produksi ayam peternak, sedangkan peternak
menyediakan lahan, kandang dan tenaga kerja.
3. Kerjasama antara peternak dengan petani pemilik lahan. Kerjasama ini
dapat berupa peternak menyewa lahan milik petani untuk digunakan
budidaya jagung atau kontrak pembelian jagung yang ditanam petani dengan
peternak.
85
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, U, A. Ella dan A. Nurhayu. 2004. Integrasi Ternak Itik dengan Sistem Usahatani Berbasis Padi di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Proceeding of National Seminar (Crop-Animal Systems Integration); Denpasar, 20-22 July 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali (BPTP Bali) dan Crop-Animal System Research Network (CASREN).
Departemen Pertanian. 2007. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Pusat Data dan Informasi Pertanian, Departeman pertanian. Jakarta.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Djajanegara, A, M. Sabrani, I.G. Ismail dan H. Supriadi. 1990. Sistem Usahatani Tanaman-Ternak di Lahan Kering Transmigrasi Batumarta. Risalah Seminar Hasil Penelitian Proyek Penelitian Sistem Usahatani Tanaman-Ternak (Crop-Animal Systems Research Project); Bogor, 19-21 Sept 1989. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Doll, P.J dan Orazem, F. 1984. Production Economic Theory with Aplications. Second Ed. John Wiley & Sons. Kanada.
Edwards, C.A et al. 1990. Sustainable Agricultural Systems. St. Lucie Press. Delray Beach, Florida.
Ensminger, M.E. 1992. Poultry Science (Animal Agricultural Series). 3rd Ed. Interstato Publishers, Inc Danville, Illions.
Gabungan Pengusaha Makanan Ternak. 2008. Industri Pakan Ditengah Krisis Biji-Bijian. Seminar Ekonomi dan Bisnis; Surabaya, 9 Apr 2008. Asosiasi Produsen Pakan Indonesia.
Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI Press. Jakarta.
Goldsworthy, P.R dan N.M Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan : Thohari. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Gustriyeni. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Pabangbon, Kecamatan Leuwiliang, Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hardjosworo, P dan Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Cetakan 1. Penebar Swadaya. Jakarta.
.
86
Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Kadariah, L. K dan Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Ed Rev. Lembaga Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. USDA. Washington, DC.
North, M.O dan D.D Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed. An Avi Book. Van Nostrand Reinhold. New York.
Pudjosumarto, M. 1991. Evaluasi Proyek. Liberty. Yogyakarta.
Purwono dan Heni P. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul, Seri Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Saragih, B. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan : Kumpulan Pemikiran. Edisi Milenium. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor.
Setiawan, A. I. 2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak Solusi Masalah Lingkungan dan Pemanfaatan Energi Alternatif. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutanto, Y. 2006. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Warisno. 1998. Jagung Hibrida. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Wiratmoko, D. 2008. Peluang Pengembangan Bisnis Jagung di Indonesia. Makalah Seminar; Jakarta, 2 Jul 2008. PT. BISI Internasional Tbk.
Yadnya, T.G.B. 2004. Integrasi Beternak Itik dengan Tanaman Pangan yang Merupakan Pencerminan Usaha Pertanian Berwawasan Lingkungan yang Berkelanjutan. Proceeding of National Seminar (Crop-Animal Systems Integration); Denpasar, 20-22 July 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali (BPTP Bali) dan Crop-Animal System Research Network (CASREN).
Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.
.
87
Lampiran 1 Biaya Tetap Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 10.000 dan 25.000 Ekor Selama Satu Tahun
Jumlah (Rp) No Uraian Kap. 10.000 Ekor Kap. 25.000 Ekor
1 Budidaya Jagung Cangkul 100.000 200.000 Arit 160.000 320.000 Biaya Listrik 600.000 1.200.000 Jumlah 860.000 1.720.000 2 Pabrik Pakan Tera 300.000 300.000 Telepon 1.800.000 1.800.000 Tenaga Kerja 14.400.000 14.400.000 Perlengkapan 882.000 882.000 Perawatan Pabrik 200.000 250.000 Jumlah 17.582.000 17.632.000 3 Peternakan Ayam Broiler Telepon 1.800.000 1.800.000 Listrik 1.200.000 2.400.000 Tenaga kerja tidak langsung 18.000.000 18.000.000 Perlengkapan 1.660.000 2.220.000 Jumlah 22.660.000 24.420.000 4 Gaji pimpinan 48.000.000 48.000.000
Gaji manajer keuangan 36.000.000 36.000.000 Total Biaya Tetap 125.102.000 127.772.000
88
Lampiran 2 Biaya Variabel Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 dan 25.000 Ekor Selama Satu Tahun
Jumlah (Rp) No Uraian Kap. 10.000 Ekor Kap. 25.000 Ekor
1 Pakan 693.600.000 1.734.000.000 2 DOC 216.000.000 540.000.000 3 Obat dan Vaksin 18.000.000 45.000.000 4 Formalin 50 liter 3.000.000 7.500.000 5 Desinfektan 3.600.000 9.000.000 6 Sekam 2.100.000 5.250.000 7 Kapur 2.880.000 7.200.000 8 Gas LPG Kap 50 kg 21.000.000 50.400.000 9 Tenaga kerja langsung 16.500.000 41.250.000 Total Biaya Variabel 976.680.000 2.439.600.000
Lampiran 3 Biaya Variabel Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam
Broiler Kapasitas 10.000 dan 25.000 Ekor Selama Satu Tahun
Jumlah (Rp) No Uraian Kap. 10.000 Ekor Kap. 25.000 Ekor 1 Pabrik Pakan Biaya bongkar muat bahan baku 867.000 2.304.000 Biaya bahan baku 648.500.436 1.635.609.600 Biaya listrik 3.000.000 5.400.000 Tenaga kerja pabrik 9.000.000 18.000.000 Jumlah 661.367.436 1.661.313.600 2 Peternakan Ayam Broiler DOC 216..000.000 540.000.000 Obat dan Vaksin 18.000.000 45.000.000 Formalin 50 liter 3.000.000 7.500.000 Desinfektan 3.600.000 9.000.000 Sekam 2.100.000 5.250.000 Kapur 2.880.000 7.200.000 Gas LPG Kap 50 kg 21.000.000 50.400.000 Tenaga kerja langsung 16.500.000 41.250.000 Jumlah 283.080.000 705.600.000 Total Biaya Variabel 944.447.436 2.366.913.600
89
Lampiran 4 Biaya Variabel Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 10.000 dan 25.000 Ekor Selama Satu Tahun
Jumlah (Rp) No Uraian Kap. 10.000 Ekor Kap. 25.000 Ekor
1 Budidaya Jagung Sewa Lahan 10.000.000 25.000.000 Saprodi 26.793.000 66.971.000 Karung 530.000 2.600.000 Tenaga Kerja 32.250.000 98.850.000 Jumlah 69.573.000 98.850.000 2 Pabrik Pakan Biaya bongkar muat bahan baku 867.000 2.304.000 Biaya bahan baku 467.689.500 944.409.600 Biaya listrik 3.000.000 5.400.000 Tenaga kerja pabrik 9.000.000 18.000.000 Jumlah 480.556.500 970.113.000 3 Peternakan Ayam Broiler DOC 216.000.000 540.000.000
Obat dan Vaksin 18.000.000 45.000.000 Formalin 50 liter 3.000.000 7.500.000 Desinfektan 3.600.000 9.000.000 Sekam 2.100.000 5.250.000 Kapur 2.880.000 7.200.000 Gas LPG Kap 50 kg 21.000.000 50.400.000 Tenaga kerja langsung 16.500.000 41.250.000 Jumlah 283.080.000 705.600.000 Total Biaya Variabel 833.209.500 1.869.134.000
Lampiran 5 Proyeksi Rugi Laba Model Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 10.000 Ekor
tahunNo 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Penjualan 1,227,183,000 1,227,183,000 1,227,183,000 1,227,183,000 1,227,183,000 1,227,183,000 1,227,183,000 1,227,183,000 1,227,183,000 1,227,183,0002 Biaya Operasional
Biaya Tetap 115,802,000 125,102,000 125,102,000 125,102,000 125,102,000 125,102,000 125,102,000 125,102,000 125,102,000 125,102,000Biaya variabel 621,299,375 833,209,500 833,209,500 833,209,500 833,209,500 833,209,500 833,209,500 833,209,500 833,209,500 833,209,500Total biaya opersional 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000
3 Laba kotor 227,843,000 227,843,000 227,843,000 227,843,000 227,843,000 227,843,000 227,843,000 227,843,000 227,843,000 227,843,0004 Penyusutan 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,0625 Laba sebelum pajak 158,263,938 158,263,938 158,263,938 158,263,938 158,263,938 158,263,938 158,263,938 158,263,938 158,263,938 158,263,9386 Pajak 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,1817 Laba bersih setelah pajak 128,284,757 128,284,757 128,284,757 128,284,757 128,284,757 128,284,757 128,284,757 128,284,757 128,284,757 128,284,757
Lampiran 6 Proyeksi Rugi Laba Model Peternakan Ayam Broiler kapasitas 25.000 Ekor
tahunNo Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Penjualan 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,0002 Biaya Operasional
Biaya Tetap 24,420,000 24,420,000 24,420,000 24,420,000 24,420,000 24,420,000 24,420,000 24,420,000 24,420,000 24,420,000Biaya variabel 2,439,600,000 2,439,600,000 2,439,600,000 2,439,600,000 2,439,600,000 2,439,600,000 2,439,600,000 2,439,600,000 2,439,600,000 2,439,600,000Total biaya operasional 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000
3 Laba kotor 603,936,000 603,936,000 603,936,000 603,936,000 603,936,000 603,936,000 603,936,000 603,936,000 603,936,000 603,936,0004 Penyusutan 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,2055 Laba sebelum pajak 436,667,795 436,667,795 436,667,795 436,667,795 436,667,795 436,667,795 436,667,795 436,667,795 436,667,795 436,667,7956 Pajak 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,3397 Laba setelah pajak 323,167,457 323,167,457 323,167,457 323,167,457 323,167,457 323,167,457 323,167,457 323,167,457 323,167,457 323,167,457
Lampiran 7 Proyeksi Rugi Laba Model Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 10.000 Ekor
tahunNo Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Penjualan 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,5002 Biaya Operasional
Biaya Tetap 124,242,000 124,242,000 124,242,000 124,242,000 124,242,000 124,242,000 124,242,000 124,242,000 124,242,000 124,242,000Biaya variabel 944,447,436 944,447,436 944,447,436 944,447,436 944,447,436 944,447,436 944,447,436 944,447,436 944,447,436 944,447,436Total biaya operasional 1,068,689,436 1,068,689,436 1,068,689,436 1,068,689,436 1,068,689,436 1,068,689,436 1,068,689,436 1,068,689,436 1,068,689,436 1,068,689,436
3 Laba kotor 158,492,064 158,492,064 158,492,064 158,492,064 158,492,064 158,492,064 158,492,064 158,492,064 158,492,064 158,492,0644 Penyusutan
Pabrik pakan 18,274,833 18,274,833 18,274,833 18,274,833 18,274,833 18,274,833 18,274,833 18,274,833 18,274,833 18,274,833Peternakan ayam broiler 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,062Total biaya penyusutan 87,853,895 87,853,895 87,853,895 87,853,895 87,853,895 87,853,895 87,853,895 87,853,895 87,853,895 87,853,895
5 Laba sebelum pajak 70,638,169 70,638,169 70,638,169 70,638,169 70,638,169 70,638,169 70,638,169 70,638,169 70,638,169 70,638,1696 Pajak 8,095,725 8,095,725 8,095,725 8,095,725 8,095,725 8,095,725 8,095,725 8,095,725 8,095,725 8,095,7257 Laba setelah pajak 62,542,443 62,542,443 62,542,443 62,542,443 62,542,443 62,542,443 62,542,443 62,542,443 62,542,443 62,542,443
Lampiran 8 Proyeksi Rugi Laba Model Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 25.000 Ekor
tahunNo Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Penjualan 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,0002 Biaya Operasional
Biaya Tetap 126,052,000 126,052,000 126,052,000 126,052,000 126,052,000 126,052,000 126,052,000 126,052,000 126,052,000 126,052,000Biaya variabel 2,366,913,600 2,366,913,600 2,366,913,600 2,366,913,600 2,366,913,600 2,366,913,600 2,366,913,600 2,366,913,600 2,366,913,600 2,366,913,600Total biaya operasional 2,492,965,600 2,492,965,600 2,492,965,600 2,492,965,600 2,492,965,600 2,492,965,600 2,492,965,600 2,492,965,600 2,492,965,600 2,492,965,600
3 Laba kotor 670,540,400 670,540,400 670,540,400 670,540,400 670,540,400 670,540,400 670,540,400 670,540,400 670,540,400 670,540,4004 Penyusutan
Pabrik pakan 24,236,833 24,236,833 24,236,833 24,236,833 24,236,833 24,236,833 24,236,833 24,236,833 24,236,833 24,236,833Peternakan ayam broiler 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,205Total biaya penyusutan 191,505,038 191,505,038 191,505,038 191,505,038 191,505,038 191,505,038 191,505,038 191,505,038 191,505,038 191,505,038
5 Laba sebelum pajak 479,035,362 479,035,362 479,035,362 479,035,362 479,035,362 479,035,362 479,035,362 479,035,362 479,035,362 479,035,3626 Pajak 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,6097 Laba setelah pajak 352,824,753 352,824,753 352,824,753 352,824,753 352,824,753 352,824,753 352,824,753 352,824,753 352,824,753 352,824,753
Lampiran 9 Proyeksi Rugi Laba Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 10.000 Ekor
tahunNo Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Penjualan 838,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,246,500,0002 Biaya Operasional
Biaya Tetap 115,802,000 125,102,000 125,102,000 125,102,000 125,102,000 125,102,000 125,102,000 125,102,000 125,102,000 125,102,000Biaya variabel 621,299,375 833,209,500 833,209,500 833,209,500 833,209,500 833,209,500 833,209,500 833,209,500 833,209,500 833,209,500Total biaya opersional 737,101,375 958,311,500 958,311,500 958,311,500 958,311,500 958,311,500 958,311,500 958,311,500 958,311,500 958,311,500
3 Laba kotor 101,398,625 288,188,500 288,188,500 288,188,500 288,188,500 288,188,500 288,188,500 288,188,500 288,188,500 288,188,5004 Penyusutan
Budidaya jagung 4,586,667 4,586,667 4,586,667 4,586,667 4,586,667 4,586,667 4,586,667 4,586,667 4,586,667 4,586,667Pabrik pakan 18,274,833 18,274,833 18,274,833 18,274,833 18,274,833 18,274,833 18,274,833 18,274,833 18,274,833 18,274,833Peternakan ayam broiler 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,062 69,579,062Total biaya penyusutan 92,440,562 92,440,562 92,440,562 92,440,562 92,440,562 92,440,562 92,440,562 92,440,562 92,440,562 92,440,562
5 Laba sebelum pajak 8,958,063 195,747,938 195,747,938 195,747,938 195,747,938 195,747,938 195,747,938 195,747,938 195,747,938 195,747,9386 Pajak 895,806 41,224,381 41,224,381 41,224,381 41,224,381 41,224,381 41,224,381 41,224,381 41,224,381 41,224,3817 Laba bersih setelah pajak 8,062,257 154,523,557 154,523,557 154,523,557 154,523,557 154,523,557 154,523,557 154,523,557 154,523,557 154,523,557
Lampiran 10 Proyeksi Rugi Laba Peternakan Ayam Broiler Terpadu dengan Kapasitas 25.000 Ekor
tahunNo Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Penjualan 2,123,700,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,0002 Biaya Operasional
Biaya Tetap 116,322,000 127,772,000 127,772,000 127,772,000 127,772,000 127,772,000 127,772,000 127,772,000 127,772,000 127,772,000Biaya variabel 1,302,408,400 1,869,134,000 1,869,134,000 1,869,134,000 1,869,134,000 1,869,134,000 1,869,134,000 1,869,134,000 1,869,134,000 1,869,134,000Total biaya opersional 1,418,730,400 1,996,906,000 1,996,906,000 1,996,906,000 1,996,906,000 1,996,906,000 1,996,906,000 1,996,906,000 1,996,906,000 1,996,906,000
3 Laba kotor 704,969,600 1,182,644,000 1,182,644,000 1,182,644,000 1,182,644,000 1,182,644,000 1,182,644,000 1,182,644,000 1,182,644,000 1,182,644,0004 Penyusutan
Budidaya jagung 8,063,333 8,063,333 8,063,333 8,063,333 8,063,333 8,063,333 8,063,333 8,063,333 8,063,333 8,063,333Pabrik pakan 24,236,833 24,236,833 24,236,833 24,236,833 24,236,833 24,236,833 24,236,833 24,236,833 24,236,833 24,236,833Peternakan ayam broiler 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,205 167,268,205Total biaya penyusutan 199,568,371 199,568,371 199,568,371 199,568,371 199,568,371 199,568,371 199,568,371 199,568,371 199,568,371 199,568,371
5 Laba sebelum pajak 505,401,229 983,075,629 983,075,629 983,075,629 983,075,629 983,075,629 983,075,629 983,075,629 983,075,629 983,075,6296 Pajak 149,120,369 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,6897 Laba bersih setelah pajak 356,280,860 705,652,940 705,652,940 705,652,940 705,652,940 705,652,940 705,652,940 705,652,940 705,652,940 705,652,940
Lampiran 11 Cashflow Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 10.000 Ekor
Uraian Tahun ke-0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PenerimaanAyam Broiler 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000Kotoran ayam 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500Nilai sisa investasi peternakan broiler 14,277,381Nilai lahan peternakan broiler 217,000,000Total Penerimaan 0 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,458,458,881
PengeluaranBiaya Investasi
Lahan 217,000,000Kandang 544,000,000Gudang, mess, dapur, kamar mandi 44,000,000Ruang administrasi 20,000,000Instalasi air 800,000Instalasi listrik 15,000,000Pemasangan telepon 500,000Tempat pakan 10 kg 7,200,000 7,200,000 Tempat pakan baki 1,134,000 1,134,000 Tempat minum otomatis (SC 102) 13,000,000 13,000,000 Gasolec S-8 15,000,000Chicken guard 1,200,000 1,200,000Timbangan 1,500,000Sprayer 500,000 500,000Tirai 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000Drum Air plastik kapasitas 100 liter 750,000 750,000Drum Air plastik kapasitas 500 liter 1,000,000 1,000,000Pompa air 1,000,000 1,000,000Self refilling Syringe kapasitas 1 ml 900,000Sekop 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000Peralatan kantor :Meja, kursi dan lemari 1,500,000 1,500,000 1,500,000Pesawat telepon 100,000 100,000komputer 5,000,000 5,000,000 5,000,000
Total biaya investasi 893,454,000 0 0 120,000 2,250,000 6,620,000 23,584,000 2,370,000 1,200,000 7,720,000 2,250,000
Biaya OperasionalDOC 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000
Pakan 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000Obat dan vaksin 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000Formalin 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000Desinfektan 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000Sekam 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000Kapur 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000Gas LPG kap 50 kg 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000Biaya telepon 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000Biaya listrik 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000Tenaga kerja tidak langsung 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000Tenaga kerja langsung Pokok Rp 150/kg/periode 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 Bonus Rp 250.000/periode 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000Lampu 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000Selang 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000Sikat 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000Ember 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000
Total biaya operasional 0 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000
Total biaya 893,454,000 999,340,000 999,340,000 999,460,000 1,001,590,000 1,005,960,000 1,022,924,000 1,001,710,000 1,000,540,000 1,007,060,000 1,001,590,000Laba sebelum pajak -893,454,000 227,841,500 227,841,500 227,721,500 225,591,500 221,221,500 204,257,500 225,471,500 226,641,500 220,121,500 456,868,881Pajak 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181Net Benefit -893,454,000 197,862,319 197,862,319 197,742,319 195,612,319 191,242,319 174,278,319 195,492,319 196,662,319 190,142,319 426,889,700PV -893,454,000 169,113,093 144,541,105 123,464,481 104,388,523 87,227,754 67,940,414 65,137,137 56,005,962 46,281,351 88,809,016NPV 59,454,837B/C 1.07IRR 18.29Payback Period 4.53
Lampiran 12 Cashflow Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 25.000 Ekor
UraianTahun ke-
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10PenerimaanAyam Broiler 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000Kotoran Ayam 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000Nilai sisa investasi peternakan broiler 17,305,952Nilai lahan peternakan broiler 500,000,000Total Penerimaan 0 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,585,261,952
Peternakan ayam broilerBiaya Investasi
Lahan 500,000,000Kandang 1,400,000,000Gudang, mess, dapur, 44,000,000 kamar mandi Ruang administrasi 20,000,000Pembuatan sumber mata air 800,000Instalasi listrik 15,000,000Pemasangan telepon 500,000Tempat pakan 10 kg 18,000,000 18,000,000 Tempat pakan baki 2,844,000 2,844,000 Tempat minum otomatis (SC 102) 32,500,000 32,500,000 Gasolec S-8 37,500,000Chicken guard 3,000,000 3,000,000Timbangan 3,000,000Sprayer 1,500,000 1,500,000Tirai 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000Drum Air plastik kap. 100 liter 750,000 750,000Drum Air plastik kap. 500 liter 3,000,000 3,000,000Pompa air 1,000,000 1,000,000Self refilling Syringe kap.1 ml 1,800,000Sekop 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000Peralatan kantor :Meja, kursi dan lemari 1,500,000 1,500,000 1,500,000Pesawat telepon 100,000 100,000komputer 5,000,000 5,000,000 5,000,000
Total biaya investasi 2,097,344,000 0 0 300,000 5,250,000 6,800,000 58,594,000 5,550,000 3,000,000 7,900,000 5,250,000Biaya Operasional
DOC 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000Pakan 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000Obat dan vaksin 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000
Formalin 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000Desinfektan 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000Sekam 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000Kapur 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000Gas LPG kap 50 kg 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000Biaya telepon 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000Biaya listrik 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000Tenaga kerja tidak langsung 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000Tenaga kerja langsung Pokok Rp 150/kg/periode 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 Bonus Rp 250.000/periode 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000Lampu 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000Selang 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000Sikat 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000Ember 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000
Total biaya operasional 0 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000
Total biaya 2,097,344,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,320,000 2,469,270,000 2,470,820,000 2,522,614,000 2,469,570,000 2,467,020,000 2,471,920,000 2,469,270,000Laba sebelum pajak -2,097,344,000 603,936,000 603,936,000 603,636,000 598,686,000 597,136,000 545,342,000 598,386,000 600,936,000 596,036,000 1,115,991,952Pajak 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339Net Benefit -2,097,344,000 490,435,661 490,435,661 490,135,661 485,185,661 483,635,661 431,841,661 484,885,661 487,435,661 482,535,661 1,002,491,614PV per tahun -2,097,344,000 419,175,779 358,269,897 306,026,276 258,919,352 220,591,619 168,348,545 161,561,661 138,813,085 117,450,984 208,555,732NPV 260,368,929B/C 1.12IRR 20.83Payback Period 4.30
Lampiran 13 Cashflow Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 10.000 Ekor
UraianTahun ke-
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10PenerimaanAyam Broiler 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000Kotoran ayam 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500Nilai sisa pabrik pakan mini 41,645,673Nilai sisa investasi peternakan broiler 14,277,381Nilai lahan pabrik pakan mini 40,000,000Nilai lahan peternakan broiler 217,000,000Total Penerimaan 0 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,540,104,554
Pabrik pakan miniBiaya Investasi
Tanah 40,000,000Bangunan 112,000,000Instalasi listrik 20,000,000Instalasi air 500,000Pemasangan telepon 500,000Mesin 82,000,000Lori 300,000 300,000Sekop 30,000 30,000Ember 50,000 50,000 50,000 50,000Jarum jahit 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000Kunci-kunci mekanik 500,000Terpal 100,000 100,000 100,000 100,000Drum CPO 210,000 210,000Peralatan kantor Meja dan kursi 1,500,000 1,500,000 1,500,000 Pesawat telepon 100,000 100,000
Total biaya investasi 257,970,000 0 180,000 150,000 1,680,000 540,000 330,000 0 1,780,000 150,000
Biaya OperasionalBiaya tera 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000
Biaya bongkar muat bahan baku 867,000 867,000 867,000 867,000 867,000 867,000 867,000 867,000 867,000 867,000
Perlengkapan 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000
Biaya listrik 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000
Biaya telepon 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
Biaya Bahan Baku 648,500,436 648,500,436 648,500,436 648,500,436 648,500,436 648,500,436 648,500,436 648,500,436 648,500,436 648,500,436
Biaya Tenaga kerja 23,400,000 23,400,000 23,400,000 23,400,000 23,400,000 23,400,000 23,400,000 23,400,000 23,400,000 23,400,000
Biaya perawatan pabrik 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000
Total Biaya Operasional 678,949,436 678,949,436 678,949,436 678,949,436 678,949,436 678,949,436 678,949,436 678,949,436 678,949,436 678,949,436
Peternakan ayam broilerBiaya Investasi
Lahan 217,000,000Kandang 544,000,000Gudang, mess, dapur, 44,000,000 kamar mandi Ruang administrasi 20,000,000
Pembuatan sumber mata air 800,000Instalasi listrik 15,000,000Pemasangan telepon 500,000Tempat pakan 10 kg 7,200,000 7,200,000 Tempat pakan baki 1,134,000 1,134,000 Tempat minum otomatis (SC 102) 13,000,000 13,000,000 Gasolec S-8 15,000,000Chicken guard 1,200,000 1,200,000Timbangan 1,500,000Sprayer 500,000 500,000Tirai 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000Drum Air plastik kap. 100 liter 750,000 750,000Drum Air plastik kap. 500 liter 1,000,000 1,000,000Pompa air 1,000,000 1,000,000Self refilling Syringe kap.1 ml 900,000Sekop 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000Peralatan kantor :Meja, kursi dan lemari 1,500,000 1,500,000 1,500,000Pesawat telepon 100,000 100,000komputer 5,000,000 5,000,000 5,000,000
Total biaya investasi 893,454,000 0 0 120,000 2,250,000 6,620,000 23,584,000 2,370,000 1,200,000 7,720,000 2,250,000
Biaya OperasionalDOC 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000
Obat dan vaksin 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000
Formalin 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000
Desinfektan 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000
Sekam 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000
Kapur 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000
Gas LPG kap 50 kg 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000
Biaya telepon 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
Biaya listrik 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
Tenaga kerja tidak langsung 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000
Tenaga kerja langsung
Pokok Rp 150/kg/periode 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000
Bonus Rp 250.000/periode 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000
Lampu 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000
Selang 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000
Sikat 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000
Ember 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000
Total biaya operasional 0 305,740,000 305,740,000 305,740,000 305,740,000 305,740,000 305,740,000 305,740,000 305,740,000 305,740,000 305,740,000
GajiGaji Pimpinan 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000Gaji Manajer keuangan 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000
Total biaya 1,151,424,000 1,068,689,436 1,068,689,436 1,068,989,436 1,071,089,436 1,076,989,436 1,092,813,436 1,071,389,436 1,069,889,436 1,078,189,436 1,071,089,436Pendapatan -1,151,424,000 158,492,064 158,492,064 158,192,064 156,092,064 150,192,064 134,368,064 155,792,064 157,292,064 148,992,064 469,015,118Pajak 8,095,725 8,095,725 8,095,725 8,095,725 8,095,725 8,095,725 8,095,725 8,095,725 8,095,725 8,095,725Net benefit setelah pajak -1,151,424,000 150,396,339 150,396,339 150,096,339 147,996,339 142,096,339 126,272,339 147,696,339 149,196,339 140,896,339 460,919,393PV per tahun -1,151,424,000 128,543,879 109,866,563 93,715,735 78,978,253 64,811,725 49,225,831 49,211,737 42,488,488 34,294,696 95,888,464NPV -404,398,629B/C 0.65IRR 7.12Payback period 7.91
Lampiran 14 Cashflow Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 25.000 Ekor
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000Pakan ayam broiler 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000Kotoran Ayam 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000Nilai sisa pabrik pakan mini 54,245,670Nilai sisa investasi peternakan broiler 17,305,952Nilai lahan pabrik pakan mini 40,000,000Nilai lahan peternakan broiler 500,000,000
0 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,775,057,622
Biaya InvestasiTanah 40,000,000Bangunan 145,000,000Instalasi listrik 45,000,000Instalasi air 500,000Pemasangan telepon 500,000Mesin 102,000,000Lori 300,000 300,000Sekop 30,000 30,000Ember 100,000 100,000 100,000 100,000Jarum jahit 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000Kunci-kunci mekanik 500,000Terpal 200,000 200,000 200,000 200,000Drum CPO 350,000 350,000Peralatan kantor Meja dan kursi 1,500,000 1,500,000 1,500,000 Pesawat telepon 100,000 100,000 Komputer 5,000,000 5,000,000 5,000,000
Total biaya investasi 341,440,000 0 360,000 300,000 6,860,000 680,000 660,000 0 6,960,000 300,000
Biaya OperasionalBiaya tera 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000Biaya bongkar muat bahan baku 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000Perlengkapan 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000Biaya listrik 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000Biaya telepon 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000Biaya Bahan Baku 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600
Total Penerimaan
Pabrik pakan mini
UraianTahun ke-
PenerimaanAyam Broiler
Biaya Tenaga kerja 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000Biaya perawatan pabrik 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000
Total Biaya Operasional 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600
Biaya InvestasiLahan 500,000,000Kandang 1,400,000,000Gudang, mess, dapur, 44,000,000 kamar mandi Ruang administrasi 20,000,000Pembuatan sumber mata air 800,000Instalasi listrik 15,000,000Pemasangan telepon 500,000Tempat pakan 10 kg 18,000,000 18,000,000Tempat pakan baki 2,844,000 2,844,000Tempat minum otomatis (SC 102) 32,500,000 32,500,000Gasolec S-8 37,500,000Chicken guard 3,000,000 3,000,000Timbangan 3,000,000Sprayer 1,500,000 1,500,000Tirai 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000Drum Air plastik kap. 100 liter 750,000 750,000Drum Air plastik kap. 500 liter 3,000,000 3,000,000Pompa air 1,000,000 1,000,000Self refilling Syringe kap.1 ml 1,800,000Sekop 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000Peralatan kantor :Meja, kursi dan lemari 1,500,000 1,500,000 1,500,000Pesawat telepon 100,000 100,000komputer 5,000,000 5,000,000 5,000,000
Total biaya investasi 2,097,344,000 0 300,000 5,250,000 6,800,000 58,594,000 5,550,000 3,000,000 7,900,000 5,250,000
Biaya OperasionalDOC 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000Obat dan vaksin 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000Formalin 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000Desinfektan 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000Sekam 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000Kapur 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000Gas LPG kap 50 kg 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000Biaya telepon 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
Peternakan ayam broiler
Biaya listrik 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000Tenaga kerja tidak langsung 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000Tenaga kerja langsung Pokok Rp 150/kg/periode 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 Bonus Rp 250.000/periode 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000Lampu 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000Selang 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000Sikat 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000Ember 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000
Total biaya operasional 0 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000
GajiGaji Pimpinan 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000Gaji Manajer keuangan 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000
Total biaya 2,438,784,000 2,492,965,600 2,492,965,600 2,493,625,600 2,498,515,600 2,506,625,600 2,552,239,600 2,499,175,600 2,495,965,600 2,507,825,600 2,498,515,600Pendapatan -2,438,784,000 670,540,400 670,540,400 669,880,400 664,990,400 656,880,400 611,266,400 664,330,400 667,540,400 655,680,400 1,276,542,022Pajak 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609pendapatan setelah pajak -2,438,784,000 544,329,791 544,329,791 543,669,791 538,779,791 530,669,791 485,055,791 538,119,791 541,329,791 529,469,791 1,150,331,414PV per tahun -2,438,784,000 465,239,138 397,640,289 339,451,410 287,519,862 242,044,410 189,093,467 179,299,027 154,161,183 128,874,927 239,311,937NPV 183,851,649B/C 1.08IRR 19.85Payback Period 4.50
Lampiran 15 Cashflow Peternakan Ayam Broiler Terpadu dengan Kapasitas 10.000 Ekor
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
816,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000jagung pipil kering 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000
553,330Nilai sisa pabrik pakan mini 41,645,673Nilai sisa investasi peternakan broiler 14,277,381Nilai lahan jagung 5,000,000Nilai lahan pabrik pakan mini 40,000,000Nilai lahan peternakan broiler 217,000,000
0 838,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,246,500,000 1,564,976,384
Tanah 5,000,000Bangunan 25,000,000Sumur bor dengan pompa air 4,000,000 4,000,000Mesin pemipil 12,000,000Sprayer 250,000 250,000Timbangan 1,600,000Ember 80,000 80,000 80,000 80,000Terpal 750,000 750,000 750,000 750000
Total Investasi 48,680,000 0 0 80,000 750,000 0 330,000 750,000 0 4,080,000 750,000Biaya Operasional
Sewa lahan 10,000,000 10,000,000 10,000,000 10,000,000 10,000,000 10,000,000 10,000,000 10,000,000 10,000,000 10,000,000Saprodi 29,382,000 26,793,000 26,793,000 26,793,000 26,793,000 26,793,000 26,793,000 26,793,000 26,793,000 26,793,000Cangkul 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000Arit 160,000 160,000 160,000 160,000 160,000 160,000 160,000 160,000 160,000 160,000Karung 530,000 530,000 530,000 530,000 530,000 530,000 530,000 530,000 530,000 530,000Tenaga kerja 32,250,000 32,250,000 32,250,000 32,250,000 32,250,000 32,250,000 32,250,000 32,250,000 32,250,000 32,250,000Biaya listrik 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
Total biaya Operasional 73,022,000 70,433,000 70,433,000 70,433,000 70,433,000 70,433,000 70,433,000 70,433,000 70,433,000 70,433,000
Biaya InvestasiTanah 40,000,000Bangunan 112,000,000Instalasi listrik 20,000,000Instalasi air 500,000
Pabrik pakan mini
Nilai sisa investasi budidaya jagung
Total Penerimaan
Tanaman JagungBiaya investasi
UraianTahun ke-
PenerimaanAyam Broiler
Pemasangan telepon 500,000Mesin 82,000,000Lori 300,000 300,000Sekop 30,000 30,000Ember 50,000 50,000 50,000 50,000Jarum jahit 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000Kunci-kunci mekanik 500,000Terpal 100,000 100,000 100,000 100,000Drum CPO 210,000 210,000Peralatan kantor Meja dan kursi 1,500,000 1,500,000 1,500,000 Pesawat telepon 100,000 100,000
Total biaya investasi 257,970,000 0 0 180,000 150,000 1,680,000 540,000 330,000 0 1,780,000 150,000
Biaya OperasionalBiaya tera 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000Biaya bongkar muat bahan baku 650,250 867,000 867,000 867,000 867,000 867,000 867,000 867,000 867,000 867,000Perlengkapan 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000Biaya listrik 2,250,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000Biaya telepon 1,350,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000Biaya Bahan Baku 350,767,125 467,689,500 467,689,500 467,689,500 467,689,500 467,689,500 467,689,500 467,689,500 467,689,500 467,689,500Biaya Tenaga kerja 17,550,000 23,400,000 23,400,000 23,400,000 23,400,000 23,400,000 23,400,000 23,400,000 23,400,000 23,400,000Biaya perawatan pabrik 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000
Total Biaya Operasional 373,949,375 498,138,500 498,138,500 498,138,500 498,138,500 498,138,500 498,138,500 498,138,500 498,138,500 498,138,500
Biaya InvestasiLahan 217,000,000Kandang 544,000,000Gudang, mess, dapur, 44,000,000 kamar mandi Ruang administrasi 20,000,000Pembuatan sumber mata air 800,000Instalasi listrik 15,000,000Pemasangan telepon 500,000Tempat pakan 10 kg 7,200,000 7,200,000 Tempat pakan baki 1,134,000 1,134,000 Tempat minum otomatis (SC 102) 13,000,000 13,000,000 Gasolec S-8 15,000,000Chicken guard 1,200,000 1,200,000Timbangan 1,500,000Sprayer 500,000 500,000Tirai 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000
Peternakan ayam broiler
Drum Air plastik kap. 100 liter 750,000 750,000Drum Air plastik kap. 500 liter 1,000,000 1,000,000Pompa air 1,000,000 1,000,000Self refilling Syringe kap.1 ml 900,000Sekop 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000Peralatan kantor :Meja, kursi dan lemari 1,500,000 1,500,000 1,500,000Pesawat telepon 100,000 100,000komputer 5,000,000 5,000,000 5,000,000
Total biaya investasi 893,454,000 0 0 120,000 2,250,000 6,620,000 23,584,000 2,370,000 1,200,000 7,720,000 2,250,000
Biaya OperasionalDOC 144,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000Obat dan vaksin 12,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000Formalin 2,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000Desinfektan 2,400,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000Sekam 1,400,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000Kapur 1,920,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000Gas LPG kap 50 kg 14,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000Biaya telepon 1,350,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000Biaya listrik 900,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000Tenaga kerja tidak langsung 13,500,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000Tenaga kerja langsung Pokok Rp 150/kg/periode 10,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 Bonus Rp 250.000/periode 1,000,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000Lampu 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000Selang 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000Sikat 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000Ember 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000
Total biaya operasional 0 206,130,000 305,740,000 305,740,000 305,740,000 305,740,000 305,740,000 305,740,000 305,740,000 305,740,000 305,740,000Gaji
Gaji Pimpinan 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000Gaji Manajer keuangan 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000
Total biaya 1,273,126,000 737,101,375 958,311,500 958,691,500 961,461,500 966,611,500 982,765,500 961,761,500 959,511,500 971,891,500 961,461,500Laba sebelum pajak -1,273,126,000 101,398,625 288,188,500 287,808,500 285,038,500 279,888,500 263,734,500 284,738,500 286,988,500 274,608,500 603,514,884pajak 895,806 41,224,381 41,224,381 41,224,381 41,224,381 41,224,381 41,224,381 41,224,381 41,224,381 41,224,381Net Benefit -1,273,126,000 100,502,819 246,964,119 246,584,119 243,814,119 238,664,119 222,510,119 243,514,119 245,764,119 233,384,119 562,290,503PV per tahun -1,273,126,000 85,899,845 180,410,635 153,959,863 130,111,416 108,857,366 86,743,031 81,137,779 69,989,289 56,806,567 116,977,445NPV -202,232,763B/C 0.84IRR 13.91Payback period 5.90
Lampiran 16 Cashflow Peternakan Ayam Broiler Terpadu dengan Kapasitas 25.000 Ekor
UraianTahun ke-
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10PenerimaanAyam broiler 2,040,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 zjagung pipil kering 20,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000Pakan ayam broiler 63,700,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000Nilai sisa investasi budidaya jagung 606,670Nilai sisa pabrik pakan mini 54,245,670Nilai sisa investasi peternakan broiler 17,305,952Nilai lahan jagung 5,000,000Nilai lahan pabrik pakan mini 40,000,000Nilai lahan peternakan broiler 500,000,000Total Penerimaan 0 2,123,700,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,796,708,292
Tanaman JagungBiaya Investasi
Tanah 5,000,000Bangunan 25,000,000Sumur bor dengan pompa air 8,000,000 8,000,000Mesin pemipil 12,000,000Mesin pengering 30,000,000Sprayer 500,000 500,000Timbangan 1,600,000Ember 160,000 160,000 160,000 160,000Terpal 750,000 750,000 750,000 750,000
Total Investasi 83,010,000 0 0 160,000 750,000 0 660,000 750,000 0 8,160,000 750,000Biaya Operasional
Sewa lahan 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000Saprodi 73,441,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000Cangkul 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000Arit 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000Karung 2,500,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000Tenaga kerja 82,375,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000Biaya listrik 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
Total Biaya Operasional 185,036,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000
Pabrik pakan miniBiaya Investasi
Tanah 40,000,000Bangunan 145,000,000Instalasi listrik 45,000,000Instalasi air 500,000Pemasangan telepon 500,000Mesin 102,000,000Lori 300,000 300,000Sekop 30,000 30,000Ember 100,000 100,000 100,000 100,000Jarum jahit 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000Kunci-kunci mekanik 500,000Terpal 200,000 200,000 200,000 200,000Drum CPO 350,000 350,000Peralatan kantor Meja dan kursi 1,500,000 1,500,000 1,500,000 Pesawat telepon 100,000 100,000 Komputer 5,000,000 5,000,000 5,000,000
Total biaya investasi 341,440,000 0 0 360,000 300,000 6,860,000 680,000 660,000 0 6,960,000 300,000
Biaya OperasionalBiaya tera 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000Biaya bongkar muat bahan baku 1,536,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000Perlengkapan 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000Biaya listrik 4,050,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000Biaya telepon 1,350,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000Biaya Bahan Baku 629,606,400 944,409,600 944,409,600 944,409,600 944,409,600 944,409,600 944,409,600 944,409,600 944,409,600 944,409,600
Biaya Tenaga kerja 24,300,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000Biaya perawatan pabrik 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000
Total Biaya Operasional 662,274,400 987,745,600 987,745,600 987,745,600 987,745,600 987,745,600 987,745,600 987,745,600 987,745,600 987,745,600
Peternakan ayam broilerBiaya Investasi
Lahan 500,000,000Kandang 1,400,000,000Gudang, mess, dapur, 44,000,000 kamar mandi Ruang administrasi 20,000,000Pembuatan sumber mata air 800,000Instalasi listrik 15,000,000Pemasangan telepon 500,000Tempat pakan 10 kg 18,000,000 18,000,000 Tempat pakan baki 2,844,000 2,844,000 Tempat minum otomatis (SC 102) 32,500,000 32,500,000 Gasolec S-8 37,500,000Chicken guard 3,000,000 3,000,000Timbangan 3,000,000Sprayer 1,500,000 1,500,000Tirai 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000Drum Air plastik kap. 100 liter 750,000 750,000Drum Air plastik kap. 500 liter 3,000,000 3,000,000Pompa air 1,000,000 1,000,000Self refilling Syringe kap.1 ml 1,800,000Sekop 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000Peralatan kantor :Meja, kursi dan lemari 1,500,000 1,500,000 1,500,000Pesawat telepon 100,000 100,000komputer 5,000,000 5,000,000 5,000,000
Total biaya investasi 2,097,344,000 0 0 300,000 5,250,000 6,800,000 58,594,000 5,550,000 3,000,000 7,900,000 5,250,000
Biaya OperasionalDOC 360,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000Obat dan vaksin 30,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000Formalin 5,000,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000Desinfektan 6,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000Sekam 3,500,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000Kapur 4,800,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000Gas LPG kap 50 kg 33,600,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000Biaya telepon 1,200,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000Biaya listrik 1,600,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000Tenaga kerja tidak langsung 12,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000Tenaga kerja langsung Pokok Rp 150/kg/periode 25,500,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 Bonus Rp 250.000/periode 2,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000Lampu 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000Selang 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000Sikat 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000Ember 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000
Total biaya operasional 0 487,420,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000
GajiGaji Pimpinan 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000Gaji Manajer keuangan 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000
Total biaya 2,521,794,000 1,418,730,400 1,996,906,600 1,997,726,600 2,003,206,600 2,010,566,600 2,056,840,600 2,003,866,600 1,999,906,600 2,019,926,600 2,003,206,600Laba sebelum pajak -2,521,794,000 704,969,600 1,182,643,400 1,181,823,400 1,176,343,400 1,168,983,400 1,122,709,400 1,175,683,400 1,179,643,400 1,159,623,400 1,793,501,692Pajak 149,120,369 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689Net Benefit -2,521,794,000 555,849,231 905,220,711 904,400,711 898,920,711 891,560,711 845,286,711 898,260,711 902,220,711 882,200,711 1,516,079,004PV per tahun -2,521,794,000 475,084,813 661,275,996 564,681,175 479,709,081 406,650,783 329,525,381 299,296,317 256,936,556 214,730,951 315,401,109NPV 1,481,498,164B/C 1.59IRR 30.60Payback period 3.20
Lampiran 17 Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 10.000 Ekor pada Penurunan Harga Jual Ayam Broiler Sebesar 1,04 Persen
Uraian Tahun ke-0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penerimaan1,211,237,627 1,211,237,627 1,211,237,627 1,211,237,627 1,211,237,627 1,211,237,627 1,211,237,627 1,211,237,627 1,211,237,627 1,211,237,627
Kotoran ayam 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500Nilai sisa investasi peternakan broiler 14,277,381Nilai lahan peternakan broiler 217,000,000Total Penerimaan 0 1,214,419,127 1,214,419,127 1,214,419,127 1,214,419,127 1,214,419,127 1,214,419,127 1,214,419,127 1,214,419,127 1,214,419,127 1,445,696,508
PengeluaranBiaya Investasi
Lahan 217,000,000Kandang 544,000,000Gudang, mess, dapur, kamar mandi 44,000,000Ruang administrasi 20,000,000Instalasi air 800,000Instalasi listrik 15,000,000Pemasangan telepon 500,000Tempat pakan 10 kg 7,200,000 7,200,000 Tempat pakan baki 1,134,000 1,134,000 Tempat minum otomatis (SC 102) 13,000,000 13,000,000 Gasolec S-8 15,000,000Chicken guard 1,200,000 1,200,000Timbangan 1,500,000Sprayer 500,000 500,000Tirai 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000Drum Air plastik kapasitas 100 liter 750,000 750,000Drum Air plastik kapasitas 500 liter 1,000,000 1,000,000Pompa air 1,000,000 1,000,000Self refilling Syringe kapasitas 1 ml 900,000Sekop 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000Peralatan kantor :Meja, kursi dan lemari 1,500,000 1,500,000 1,500,000Pesawat telepon 100,000 100,000komputer 5,000,000 5,000,000 5,000,000
Total biaya investasi 893,454,000 0 0 120,000 2,250,000 6,620,000 23,584,000 2,370,000 1,200,000 7,720,000 2,250,000
Biaya OperasionalDOC 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000Pakan 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000Obat dan vaksin 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000Formalin 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000Desinfektan 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000Sekam 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000
Ayam Broiler
Kapur 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000Gas LPG kap 50 kg 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000Biaya telepon 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000Biaya listrik 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000Tenaga kerja tidak langsung 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000Tenaga kerja langsung Pokok Rp 150/kg/periode 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 Bonus Rp 250.000/periode 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000Lampu 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000Selang 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000Sikat 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000Ember 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000
Total biaya operasional 0 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000 999,340,000
Total biaya 893,454,000 999,340,000 999,340,000 999,460,000 1,001,590,000 1,005,960,000 1,022,924,000 1,001,710,000 1,000,540,000 1,007,060,000 1,001,590,000Laba sebelum pajak -893,454,000 215,079,127 215,079,127 214,959,127 212,829,127 208,459,127 191,495,127 212,709,127 213,879,127 207,359,127 444,106,508Pajak 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181Net Benefit -893,454,000 185,099,945 185,099,945 184,979,945 182,849,945 178,479,945 161,515,945 182,729,945 183,899,945 177,379,945 414,127,326PV -893,454,000 158,205,082 135,218,018 115,496,031 97,577,882 81,406,694 62,965,149 60,884,773 52,371,463 43,174,942 86,153,965NPV 0B/C 1.000IRR 17.000
Lampiran 18 Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 10.000 Ekor pada Kenaikan Harga DOC Sebesar 5,91 Persen
Uraian Tahun ke-0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penerimaan1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000 1,224,000,000
Kotoran ayam 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500 3,181,500Nilai sisa investasi peternakan broiler 14,277,381Nilai lahan peternakan broiler 217,000,000Total Penerimaan 0 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,227,181,500 1,458,458,881
PengeluaranBiaya Investasi
Lahan 217,000,000Kandang 544,000,000Gudang, mess, dapur, kamar mandi 44,000,000Ruang administrasi 20,000,000Instalasi air 800,000Instalasi listrik 15,000,000Pemasangan telepon 500,000Tempat pakan 10 kg 7,200,000 7,200,000 Tempat pakan baki 1,134,000 1,134,000 Tempat minum otomatis (SC 102) 13,000,000 13,000,000 Gasolec S-8 15,000,000Chicken guard 1,200,000 1,200,000Timbangan 1,500,000Sprayer 500,000 500,000Tirai 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000Drum Air plastik kapasitas 100 liter 750,000 750,000Drum Air plastik kapasitas 500 liter 1,000,000 1,000,000Pompa air 1,000,000 1,000,000Self refilling Syringe kapasitas 1 ml 900,000Sekop 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000Peralatan kantor :Meja, kursi dan lemari 1,500,000 1,500,000 1,500,000Pesawat telepon 100,000 100,000komputer 5,000,000 5,000,000 5,000,000
Total biaya investasi 893,454,000 0 0 120,000 2,250,000 6,620,000 23,584,000 2,370,000 1,200,000 7,720,000 2,250,000
Biaya OperasionalDOC 228,762,373 228,762,373 228,762,373 228,762,373 228,762,373 228,762,373 228,762,373 228,762,373 228,762,373 228,762,373Pakan 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000 693,600,000
Ayam Broiler
Obat dan vaksin 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000Formalin 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000Desinfektan 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000Sekam 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000 2,100,000Kapur 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000 2,880,000Gas LPG kap 50 kg 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000Biaya telepon 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000Biaya listrik 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000Tenaga kerja tidak langsung 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000Tenaga kerja langsung Pokok Rp 150/kg/periode 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 Bonus Rp 250.000/periode 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000Lampu 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000 1,125,000Selang 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000 375,000Sikat 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000Ember 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000
Total biaya operasional 0 1,012,102,373 1,012,102,373 1,012,102,373 1,012,102,373 1,012,102,373 1,012,102,373 1,012,102,373 1,012,102,373 1,012,102,373 1,012,102,373
Total biaya 893,454,000 1,012,102,373 1,012,102,373 1,012,222,373 1,014,352,373 1,018,722,373 1,035,686,373 1,014,472,373 1,013,302,373 1,019,822,373 1,014,352,373Laba sebelum pajak -893,454,000 215,079,127 215,079,127 214,959,127 212,829,127 208,459,127 191,495,127 212,709,127 213,879,127 207,359,127 444,106,508Pajak 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181 29,979,181Net Benefit -893,454,000 185,099,946 185,099,946 184,979,946 182,849,946 178,479,946 161,515,946 182,729,946 183,899,946 177,379,946 414,127,327PV -893,454,000 158,205,082 135,218,019 115,496,032 97,577,882 81,406,694 62,965,149 60,884,773 52,371,463 43,174,942 86,153,965NPV 0B/C 1.000IRR 17.000
Lampiran 19 Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler dengan kapasitas 25.000 Ekor pada Penurunan Harga Jual Ayam Broiler Sebesar 1,82 Persen
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3,004,110,092 3,004,110,092 3,004,110,092 3,004,110,092 3,004,110,092 3,004,110,092 3,004,110,092 3,004,110,092 3,004,110,092 3,004,110,092Kotoran Ayam 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000Nilai sisa investasi peternakan broiler 17,305,952Nilai lahan peternakan broiler 500,000,000
0 3,012,066,092 3,012,066,092 3,012,066,092 3,012,066,092 3,012,066,092 3,012,066,092 3,012,066,092 3,012,066,092 3,012,066,092 3,529,372,044
Biaya InvestasiLahan 500,000,000Kandang 1,400,000,000Gudang, mess, dapur, 44,000,000 kamar mandi Ruang administrasi 20,000,000Pembuatan sumber mata air 800,000Instalasi listrik 15,000,000Pemasangan telepon 500,000Tempat pakan 10 kg 18,000,000 18,000,000 Tempat pakan baki 2,844,000 2,844,000 Tempat minum otomatis (SC 102) 32,500,000 32,500,000 Gasolec S-8 37,500,000Chicken guard 3,000,000 3,000,000Timbangan 3,000,000Sprayer 1,500,000 1,500,000Tirai 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000Drum Air plastik kap. 100 liter 750,000 750,000Drum Air plastik kap. 500 liter 3,000,000 3,000,000Pompa air 1,000,000 1,000,000Self refilling Syringe kap.1 ml 1,800,000Sekop 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000Peralatan kantor :Meja, kursi dan lemari 1,500,000 1,500,000 1,500,000Pesawat telepon 100,000 100,000komputer 5,000,000 5,000,000 5,000,000
Total biaya investasi 2,097,344,000 0 0 300,000 5,250,000 6,800,000 58,594,000 5,550,000 3,000,000 7,900,000 5,250,000Biaya Operasional
DOC 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000Pakan 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000Obat dan vaksin 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000Formalin 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000Desinfektan 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000Sekam 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000
Total Penerimaan
Peternakan ayam broiler
UraianTahun ke-
PenerimaanAyam Broiler
Kapur 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000Gas LPG kap 50 kg 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000Biaya telepon 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000Biaya listrik 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000Tenaga kerja tidak langsung 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000Tenaga kerja langsung Pokok Rp 150/kg/periode 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 Bonus Rp 250.000/periode 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000Lampu 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000Selang 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000Sikat 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000Ember 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000
Total biaya operasional 0 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,020,000
Total biaya 2,097,344,000 2,464,020,000 2,464,020,000 2,464,320,000 2,469,270,000 2,470,820,000 2,522,614,000 2,469,570,000 2,467,020,000 2,471,920,000 2,469,270,000Laba sebelum pajak -2,097,344,000 548,046,092 548,046,092 547,746,092 542,796,092 541,246,092 489,452,092 542,496,092 545,046,092 540,146,092 1,060,102,044Pajak 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339Net Benefit -2,097,344,000 434,545,753 434,545,753 434,245,753 429,295,753 427,745,753 375,951,753 428,995,753 431,545,753 426,645,753 946,601,706PV per tahun -2,097,344,000 371,406,627 317,441,561 271,130,263 229,093,699 195,099,608 146,560,502 142,939,402 122,896,624 103,847,171 196,928,542NPV 0B/C 1.000IRR 17.000
Lampiran 20 Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler dengan Kapasitas 25.000 Ekor pada Kenaikan Harga DOC Sebesar 10,35 Persen
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000Kotoran Ayam 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000Nilai sisa investasi peternakan broiler 17,305,952Nilai lahan peternakan broiler 500,000,000
0 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,067,956,000 3,585,261,952
Biaya InvestasiLahan 500,000,000Kandang 1,400,000,000Gudang, mess, dapur, 44,000,000 kamar mandi Ruang administrasi 20,000,000Pembuatan sumber mata air 800,000Instalasi listrik 15,000,000Pemasangan telepon 500,000Tempat pakan 10 kg 18,000,000 18,000,000 Tempat pakan baki 2,844,000 2,844,000 Tempat minum otomatis (SC 102) 32,500,000 32,500,000 Gasolec S-8 37,500,000Chicken guard 3,000,000 3,000,000Timbangan 3,000,000Sprayer 1,500,000 1,500,000Tirai 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000Drum Air plastik kap. 100 liter 750,000 750,000Drum Air plastik kap. 500 liter 3,000,000 3,000,000Pompa air 1,000,000 1,000,000Self refilling Syringe kap.1 ml 1,800,000Sekop 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000Peralatan kantor :Meja, kursi dan lemari 1,500,000 1,500,000 1,500,000Pesawat telepon 100,000 100,000komputer 5,000,000 5,000,000 5,000,000
Total biaya investasi 2,097,344,000 0 0 300,000 5,250,000 6,800,000 58,594,000 5,550,000 3,000,000 7,900,000 5,250,000Biaya Operasional
DOC 595,889,908 595,889,908 595,889,908 595,889,908 595,889,908 595,889,908 595,889,908 595,889,908 595,889,908 595,889,908Pakan 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000 1,734,000,000Obat dan vaksin 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000
Total Penerimaan
Peternakan ayam broiler
UraianTahun ke-
PenerimaanAyam Broiler
Formalin 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000Desinfektan 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000Sekam 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000Kapur 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000Gas LPG kap 50 kg 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000Biaya telepon 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000Biaya listrik 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000Tenaga kerja tidak langsung 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000Tenaga kerja langsung Pokok Rp 150/kg/periode 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 Bonus Rp 250.000/periode 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000Lampu 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000Selang 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000Sikat 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000Ember 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000
Total biaya operasional 0 2,519,909,908 2,519,909,908 2,519,909,908 2,519,909,908 2,519,909,908 2,519,909,908 2,519,909,908 2,519,909,908 2,519,909,908 2,519,909,908
Total biaya 2,097,344,000 2,519,909,908 2,519,909,908 2,520,209,908 2,525,159,908 2,526,709,908 2,578,503,908 2,525,459,908 2,522,909,908 2,527,809,908 2,525,159,908Laba sebelum pajak -2,097,344,000 548,046,092 548,046,092 547,746,092 542,796,092 541,246,092 489,452,092 542,496,092 545,046,092 540,146,092 1,060,102,044Pajak 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339 113,500,339Net Benefit -2,097,344,000 434,545,753 434,545,753 434,245,753 429,295,753 427,745,753 375,951,753 428,995,753 431,545,753 426,645,753 946,601,706PV per tahun -2,097,344,000 371,406,627 317,441,561 271,130,263 229,093,699 195,099,608 146,560,502 142,939,402 122,896,624 103,847,171 196,928,542NPV 0B/C 1.000IRR 17.000
Lampiran 21. Analisis Switching Value Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 Ekor dengan Penurunan Harga Jual Ayam Boiler Sebesar 1.29 PersenUraian
Penerimaan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Ayam BroilerPakan ayam broiler 3,020,535,031 3,020,535,031 3,020,535,031 3,020,535,031 3,020,535,031 3,020,535,031 3,020,535,031 3,020,535,031 3,020,535,031 3,020,535,031Kotoran Ayam 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000Nilai sisa pabrik pakan mini 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000Nilai sisa investasi peternakan broiler 54,245,670Nilai lahan pabrik pakan mini 17,305,952Nilai lahan peternakan broiler 40,000,000Total Penerimaan 500,000,000
0 3,124,041,031 3,124,041,031 3,124,041,031 3,124,041,031 3,124,041,031 3,124,041,031 3,124,041,031 3,124,041,031 3,124,041,031 3,735,592,653 Pabrik pakan mini
Biaya Investasi
Tanah 40,000,000Bangunan 145,000,000Instalasi listrik 45,000,000Instalasi air 500,000Pemasangan telepon 500,000Mesin 102,000,000Lori 300,000 300,000Sekop 30,000 30,000Ember 100,000 100,000 100,000 100,000Jarum jahit 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000Kunci-kunci mekanik 500,000Terpal 200,000 200,000 200,000 200,000Drum CPO 350,000 350,000Peralatan kantor Meja dan kursi 1,500,000 1,500,000 1,500,000 Pesawat telepon 100,000 100,000
To Komputer 5,000,000 5,000,000 5,000,000341,440,000 0 360,000 300,000 6,860,000 680,000 660,000 0 6,960,000 300,000
Biaya Operasional
Biaya tera 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000Biaya bongkar muat bahan baku 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000Perlengkapan 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000Biaya listrik 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000Biaya telepon 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
Tahun ke-
Biaya Bahan Baku 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600Biaya Tenaga kerja 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000
ToBiaya perawatan pabrik 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,0001,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600
Peternakan ayam broilerBiaya Investasi
Lahan 500,000,000Kandang 1,400,000,000Gudang, mess, dapur, 44,000,000 kamar mandi Ruang administrasi 20,000,000Pembuatan sumber mata air 800,000Instalasi listrik 15,000,000Pemasangan telepon 500,000Tempat pakan 10 kg 18,000,000 18,000,000Tempat pakan baki 2,844,000 2,844,000Tempat minum otomatis (SC 102) 32,500,000 32,500,000Gasolec S-8 37,500,000Chicken guard 3,000,000 3,000,000Timbangan 3,000,000Sprayer 1,500,000 1,500,000Tirai 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000Drum Air plastik kap. 100 liter 750,000 750,000Drum Air plastik kap. 500 liter 3,000,000 3,000,000Pompa air 1,000,000 1,000,000Self refilling Syringe kap.1 ml 1,800,000Sekop 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000Peralatan kantor :Meja, kursi dan lemari 1,500,000 1,500,000 1,500,000Pesawat telepon 100,000 100,000
Tokomputer 5,000,000 5,000,000 5,000,0002,097,344,000 0 300,000 5,250,000 6,800,000 58,594,000 5,550,000 3,000,000 7,900,000 5,250,000
Biaya Operasional
DOC 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000Obat dan vaksin 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000Formalin 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000Desinfektan 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000Sekam 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000Kapur 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000Gas LPG kap 50 kg 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000
Biaya telepon 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000Biaya listrik 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000Tenaga kerja tidak langsung 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000Tenaga kerja langsung Pokok Rp 150/kg/periode 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 Bonus Rp 250.000/periode 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000Lampu 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000Selang 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000Sikat 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000
ToEmber 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,0000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000
Gaji
Gaji Pimpinan 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000Gaji Manajer keuangan 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000
Total biaya 2,438,784,000 2,492,965,600 2,492,965,600 2,493,625,600 2,498,515,600 2,506,625,600 2,552,239,600 2,499,175,600 2,495,965,600 2,507,825,600 2,498,515,600Pendapatan -2,438,784,000 631,075,431 631,075,431 630,415,431 625,525,431 617,415,431 571,801,431 624,865,431 628,075,431 616,215,431 1,237,077,053Pajak 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609pendapatan setelah pajak -2,438,784,000 504,864,822 504,864,822 504,204,822 499,314,822 491,204,822 445,590,822 498,654,822 501,864,822 490,004,822 1,110,866,444PV per tahun -2,438,784,000 431,508,395 368,810,594 314,810,645 266,459,379 224,043,997 173,708,499 166,149,482 142,922,255 119,269,006 231,101,748NPV 0B/C 1.000IRR 17.000
Lampiran 22. Analisis Switching Value Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 Ekor dengan Kenaikan Harga DOC Sebesar 7,31 Persen
Tahun ke-0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000Pakan ayam broiler 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000Kotoran Ayam 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000 7,956,000Nilai sisa pabrik pakan mini 54,245,670Nilai sisa investasi peternakan broiler 17,305,952Nilai lahan pabrik pakan mini 40,000,000Nilai lahan peternakan broiler 500,000,000
0 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,163,506,000 3,775,057,622
Biaya InvestasiTanah 40,000,000Bangunan 145,000,000Instalasi listrik 45,000,000Instalasi air 500,000Pemasangan telepon 500,000Mesin 102,000,000Lori 300,000 300,000Sekop 30,000 30,000Ember 100,000 100,000 100,000Jarum jahit 360,000 360,000 100,000 360,000 360,000 360,000Kunci-kunci mekanik 500,000Terpal 200,000 200,000 200,000Drum CPO 350,000 200,000 350,000Peralatan kantor Meja dan kursi 1,500,000 1,500,000 1,500,000 Pesawat telepon 100,000 100,000 Komputer 5,000,000 5,000,000 5,000,000
Total biaya investasi 341,440,000 0 360,000 300,000 6,860,000 680,000 660,000 0 6,960,000 300,000
Biaya OperasionalBiaya tera 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000Biaya bongkar muat bahan baku 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000Perlengkapan 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000Biaya listrik 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000Biaya telepon 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000Biaya Bahan Baku 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600 1,635,609,600Biaya Tenaga kerja 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000Biaya perawatan pabrik 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000
Total Biaya Operasional 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600 1,678,945,600
Biaya InvestasiLahan 500,000,000Kandang 1,400,000,000Gudang, mess, dapur, 44,000,000 kamar mandi Ruang administrasi 20,000,000Pembuatan sumber mata air 800,000Instalasi listrik 15,000,000Pemasangan telepon 500,000Tempat pakan 10 kg 18,000,000 18,000,000Tempat pakan baki 2,844,000 2,844,000
Pabrik pakan mini
Peternakan ayam broiler
Uraian
PenerimaanAyam Broiler
Total Penerimaan
Tempat minum otomatis (SC 102) 32,500,000 32,500,000Gasolec S-8 37,500,000Chicken guard 3,000,000 3,000,000Timbangan 3,000,000Sprayer 1,500,000 1,500,000Tirai 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000Drum Air plastik kap. 100 liter 750,000 750,000Drum Air plastik kap. 500 liter 3,000,000 3,000,000Pompa air 1,000,000 1,000,000Self refilling Syringe kap.1 ml 1,800,000Sekop 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000Peralatan kantor :Meja, kursi dan lemari 1,500,000 1,500,000 1,500,000Pesawat telepon 100,000 100,000komputer 5,000,000 5,000,000 5,000,000
Total biaya investasi 2,097,344,000 0 300,000 5,250,000 6,800,000 58,594,000 5,550,000 3,000,000 7,900,000 5,250,000
Biaya OperasionalDOC 579,464,969 579,464,969 579,464,969 579,464,969 579,464,969 579,464,969 579,464,969 579,464,969 579,464,969 579,464,969Obat dan vaksin 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000Formalin 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000Desinfektan 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000Sekam 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000Kapur 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000Gas LPG kap 50 kg 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000Biaya telepon 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000Biaya listrik 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000Tenaga kerja tidak langsung 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000Tenaga kerja langsung Pokok Rp 150/kg/periode 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 Bonus Rp 250.000/periode 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000Lampu 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000Selang 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000Sikat 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000Ember 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000
Total biaya operasional 0 769,484,969 769,484,969 769,484,969 769,484,969 769,484,969 769,484,969 769,484,969 769,484,969 769,484,969 769,484,969
GajiGaji Pimpinan 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000Gaji Manajer keuangan 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000
Total biaya 2,438,784,000 2,532,430,569 2,532,430,569 2,533,090,569 2,537,980,569 2,546,090,569 2,591,704,569 2,538,640,569 2,535,430,569 2,547,290,569 2,537,980,569Pendapatan -2,438,784,000 631,075,431 631,075,431 630,415,431 625,525,431 617,415,431 571,801,431 624,865,431 628,075,431 616,215,431 1,237,077,053Pajak 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609 126,210,609pendapatan setelah pajak -2,438,784,000 504,864,822 504,864,822 504,204,822 499,314,822 491,204,822 445,590,822 498,654,822 501,864,822 490,004,822 1,110,866,444PV per tahun -2,438,784,000 431,508,395 368,810,594 314,810,645 266,459,379 224,043,997 173,708,499 166,149,482 142,922,255 119,269,006 231,101,748NPV 0B/C 1.000IRR 17.000
Lampiran 23 Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler Terpadu dengan Kapasitas 25.000 Ekor pada Penurunan Harga Jual Ayam Broiler 11,08 Pers
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1,813,943,509 2,720,915,263 2,720,915,263 2,720,915,263 2,720,915,263 2,720,915,263 2,720,915,263 2,720,915,263 2,720,915,263 2,720,915,263jagung pipil kering 20,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000Pakan ayam broiler 63,700,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000
606,670Nilai sisa pabrik pakan mini 54,245,670Nilai sisa investasi peternakan broiler 17,305,952Nilai lahan jagung 5,000,000Nilai lahan pabrik pakan mini 40,000,000Nilai lahan peternakan broiler 500,000,000
0 1,897,643,509 2,840,465,263 2,840,465,263 2,840,465,263 2,840,465,263 2,840,465,263 2,840,465,263 2,840,465,263 2,840,465,263 3,457,623,556
Tanah 5,000,000Bangunan 25,000,000Sumur bor dengan pompa air 8,000,000 2,000,000Mesin pemipil 12,000,000Mesin pengering 30,000,000Sprayer 500,000 250,000Timbangan 1,600,000Ember 160,000 160,000 160,000 160,000Terpal 750,000 750,000 750,000 750,000
Total Investasi 83,010,000 0 0 160,000 750,000 0 410,000 750,000 0 2,160,000 750,000Biaya Operasional
Sewa lahan 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000Saprodi 73,441,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000Cangkul 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000Arit 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000Karung 2,500,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000Tenaga kerja 82,375,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000Biaya listrik 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
Total Biaya Operasional 185,036,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000
Biaya InvestasiTanah 40,000,000Bangunan 145,000,000Instalasi listrik 45,000,000Instalasi air 500,000Pemasangan telepon 500,000Mesin 102,000,000
Pabrik pakan mini
Nilai sisa investasi budidaya jagung
Total Penerimaan
Tanaman JagungBiaya Investasi
UraianTahun ke-
PenerimaanAyam broiler
Lori 300,000 300,000Sekop 30,000 30,000Ember 100,000 100,000 100,000 100,000Jarum jahit 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000Kunci-kunci mekanik 500,000Terpal 200,000 200,000 200,000 200,000Drum CPO 350,000 350,000Peralatan kantor Meja dan kursi 1,500,000 1,500,000 1,500,000 Pesawat telepon 100,000 100,000 Komputer 5,000,000 5,000,000 5,000,000
Total biaya investasi 341,440,000 0 0 360,000 300,000 6,860,000 680,000 660,000 0 6,960,000 300,000
Biaya OperasionalBiaya tera 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000Biaya bongkar muat bahan baku 1,536,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000Perlengkapan 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000Biaya listrik 4,050,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000Biaya telepon 1,350,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000Biaya Bahan Baku 629,606,400 944,409,600 944,409,600 944,409,600 944,409,600 944,409,600 944,409,600 944,409,600 944,409,600 944,409,600Biaya Tenaga kerja 24,300,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000Biaya perawatan pabrik 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000
Total Biaya Operasional 662,274,400 987,745,600 987,745,600 987,745,600 987,745,600 987,745,600 987,745,600 987,745,600 987,745,600 987,745,600
Biaya InvestasiLahan 500,000,000Kandang 1,400,000,000Gudang, mess, dapur, 44,000,000 kamar mandi Ruang administrasi 20,000,000Pembuatan sumber mata air 800,000Instalasi listrik 15,000,000Pemasangan telepon 500,000Tempat pakan 10 kg 18,000,000 18,000,000 Tempat pakan baki 2,844,000 2,844,000 Tempat minum otomatis (SC 102) 32,500,000 32,500,000 Gasolec S-8 37,500,000Chicken guard 3,000,000 3,000,000Timbangan 3,000,000Sprayer 1,500,000 1,500,000Tirai 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000Drum Air plastik kap. 100 liter 750,000 750,000Drum Air plastik kap. 500 liter 3,000,000 3,000,000Pompa air 1,000,000 1,000,000Self refilling Syringe kap.1 ml 1,800,000
Peternakan ayam broiler
Sekop 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000Peralatan kantor :Meja, kursi dan lemari 1,500,000 1,500,000 1,500,000Pesawat telepon 100,000 100,000komputer 5,000,000 5,000,000 5,000,000
Total biaya investasi 2,097,344,000 0 0 300,000 5,250,000 6,800,000 58,594,000 5,550,000 3,000,000 7,900,000 5,250,000
Biaya OperasionalDOC 360,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000Obat dan vaksin 30,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000Formalin 5,000,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000Desinfektan 6,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000Sekam 3,500,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000Kapur 4,800,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000Gas LPG kap 50 kg 33,600,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000Biaya telepon 1,200,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000Biaya listrik 1,600,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000Tenaga kerja tidak langsung 12,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000Tenaga kerja langsung Pokok Rp 150/kg/periode 25,500,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 Bonus Rp 250.000/periode 2,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000Lampu 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000Selang 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000Sikat 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000Ember 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000
Total biaya operasional 0 487,420,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000 730,020,000
GajiGaji Pimpinan 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000Gaji Manajer keuangan 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000
Total biaya 2,521,794,000 1,418,730,400 1,996,906,600 1,997,726,600 2,003,206,600 2,010,566,600 2,056,590,600 2,003,866,600 1,999,906,600 2,013,926,600 2,003,206,600Laba sebelum pajak -2,521,794,000 478,913,109 843,558,663 842,738,663 837,258,663 829,898,663 783,874,663 836,598,663 840,558,663 826,538,663 1,454,416,956Pajak 149,120,369 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689Net Benefit -2,521,794,000 329,792,740 566,135,975 565,315,975 559,835,975 552,475,975 506,451,975 559,175,975 563,135,975 549,115,975 1,176,994,267PV per tahun -2,521,794,000 281,874,137 413,570,001 352,966,650 298,756,495 251,990,454 197,434,525 186,314,850 160,371,200 133,656,881 244,858,808NPV 0B/C 1.000IRR 17.000
Lampiran 24. Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler Terpadu dengan Kapasitas 25.000 Ekor pada Kenaikan Harga DOC Sebesar 62,73 Persen
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2,040,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000jagung pipil kering 20,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000Pakan ayam broiler 63,700,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000 95,550,000
606,670Nilai sisa pabrik pakan mini 54,245,670Nilai sisa investasi peternakan broiler 17,305,952Nilai lahan jagung 5,000,000Nilai lahan pabrik pakan mini 40,000,000Nilai lahan peternakan broiler 500,000,000
0 2,123,700,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,179,550,000 3,796,708,292
Tanah 5,000,000Bangunan 25,000,000Sumur bor dengan pompa air 8,000,000 8,000,000Mesin pemipil 12,000,000Mesin pengering 30,000,000Sprayer 500,000 500,000Timbangan 1,600,000Ember 160,000 160,000 160,000 160,000Terpal 750,000 750,000 750,000 750,000
Total Investasi 83,010,000 0 0 160,000 750,000 0 660,000 750,000 0 8,160,000 750,000Biaya Operasional
Sewa lahan 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000Saprodi 73,441,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000 66,971,000Cangkul 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000Arit 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000Karung 2,500,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000Tenaga kerja 82,375,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000 98,850,000Biaya listrik 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
Total Biaya Operasional 185,036,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000 195,141,000
Biaya InvestasiTanah 40,000,000Bangunan 145,000,000Instalasi listrik 45,000,000
Biaya Investasi
UraianTahun ke-
PenerimaanAyam broiler
Nilai sisa investasi budidaya jagung
Total Penerimaan
Tanaman Jagung
Pabrik pakan mini
Instalasi air 500,000Pemasangan telepon 500,000Mesin 102,000,000Lori 300,000 300,000Sekop 30,000 30,000Ember 100,000 100,000 100,000 100,000Jarum jahit 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000Kunci-kunci mekanik 500,000Terpal 200,000 200,000 200,000 200,000Drum CPO 350,000 350,000Peralatan kantor Meja dan kursi 1,500,000 1,500,000 1,500,000 Pesawat telepon 100,000 100,000 Komputer 5,000,000 5,000,000 5,000,000
Total biaya investasi 341,440,000 0 0 360,000 300,000 6,860,000 680,000 660,000 0 6,960,000 300,000
Biaya OperasionalBiaya tera 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000Biaya bongkar muat bahan baku 1,536,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000 2,304,000Perlengkapan 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000 882,000Biaya listrik 4,050,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000Biaya telepon 1,350,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000Biaya Bahan Baku 629,606,400 944,409,600 944,409,600 944,409,600 944,409,600 944,409,600 944,409,600 944,409,600 944,409,600 944,409,600Biaya Tenaga kerja 24,300,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000Biaya perawatan pabrik 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000
Total Biaya Operasional 662,274,400 987,745,600 987,745,600 987,745,600 987,745,600 987,745,600 987,745,600 987,745,600 987,745,600 987,745,600
Biaya InvestasiLahan 500,000,000Kandang 1,400,000,000Gudang, mess, dapur, 44,000,000 kamar mandi Ruang administrasi 20,000,000Pembuatan sumber mata air 800,000Instalasi listrik 15,000,000Pemasangan telepon 500,000Tempat pakan 10 kg 18,000,000 18,000,000 Tempat pakan baki 2,844,000 2,844,000 Tempat minum otomatis (SC 102) 32,500,000 32,500,000 Gasolec S-8 37,500,000Chicken guard 3,000,000 3,000,000Timbangan 3,000,000Sprayer 1,500,000 1,500,000
Peternakan ayam broiler
Tirai 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000Drum Air plastik kap. 100 liter 750,000 750,000Drum Air plastik kap. 500 liter 3,000,000 3,000,000Pompa air 1,000,000 1,000,000Self refilling Syringe kap.1 ml 1,800,000Sekop 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000Peralatan kantor :Meja, kursi dan lemari 1,500,000 1,500,000 1,500,000Pesawat telepon 100,000 100,000komputer 5,000,000 5,000,000 5,000,000
Total biaya investasi 2,097,344,000 0 0 300,000 5,250,000 6,800,000 58,594,000 5,550,000 3,000,000 7,900,000 5,250,000
Biaya OperasionalDOC 585,819,029 878,728,544 878,728,544 878,728,544 878,728,544 878,728,544 878,728,544 878,728,544 878,728,544 878,728,544Obat dan vaksin 30,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000Formalin 5,000,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000Desinfektan 6,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000Sekam 3,500,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000 5,250,000Kapur 4,800,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000Gas LPG kap 50 kg 33,600,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000 50,400,000Biaya telepon 1,200,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000Biaya listrik 1,600,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000Tenaga kerja tidak langsung 12,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000Tenaga kerja langsung Pokok Rp 150/kg/periode 25,500,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 38,250,000 Bonus Rp 250.000/periode 2,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000Lampu 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000Selang 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000 470,000Sikat 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000Ember 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000
Total biaya operasional 0 713,239,029 1,068,748,544 1,068,748,544 1,068,748,544 1,068,748,544 1,068,748,544 1,068,748,544 1,068,748,544 1,068,748,544 1,068,748,544
GajiGaji Pimpinan 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000Gaji Manajer keuangan 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000
Total biaya 2,521,794,000 1,644,549,429 2,335,635,144 2,336,455,144 2,341,935,144 2,349,295,144 2,395,569,144 2,342,595,144 2,338,635,144 2,358,655,144 2,341,935,144Laba sebelum pajak -2,521,794,000 479,150,571 843,914,856 843,094,856 837,614,856 830,254,856 783,980,856 836,954,856 840,914,856 820,894,856 1,454,773,149Pajak 149,120,369 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689 277,422,689Net Benefit -2,521,794,000 330,030,202 566,492,168 565,672,168 560,192,168 552,832,168 506,558,168 559,532,168 563,492,168 543,472,168 1,177,350,460PV per tahun -2,521,794,000 282,077,096 413,830,205 353,189,046 298,946,577 252,152,917 197,475,923 186,433,532 160,472,637 132,283,157 244,932,909NPV 0B/C 1.000IRR 17.000