Upload
abdul-rahmad
View
457
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Materi ini disusun untuk memudahkan siswa dalam memahami materi Nasikah (Aqiqah) dan Qurban menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Citation preview
© Abdul Rahmad-SMP Muhammadiyah 1 Tarakan
E-mail : [email protected] Site : www.tec.vv.si
RINGKASAN MATERI PAI KELAS IX
BAB 5 NASIKAH (AQIQAH) DAN QURBAN
1. Menurut Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, aqiqah yaitu sembelihan dgn niat mendekatkan diri kepada Allah & sebagai
ungkapan rasa syukur atas nikmat diberi anak yg dilakukan pada hari ketujuh dari kelahiran si bayi.
2. Lebih afdhal menggunakan istilah “NASIKAH” daripada “AQIQAH”. Berdasarkan beberapa keterangan
dibawah ini:
a. Hadits Amr bin Syu’aib
Makruh berdasarkan hadits Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya bawha Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam ditanya tentang aqiqah maka beliau bersabda :
“Allah tidak menyukai ‘uquq (secara bahasa makna uquq adalah durhaka, -pent) –seakan-akan beliau tidak
menyukai nama itu-. Para sahabat berkata : “Ya Rasulullah, kami hanyalah menanyakan kepadamu
tentang apa yang harus dilakukan salah seorang dari kami (ketika) kelahiran anak”.
Beliau bersabda:
“Artinya : Siapa yang ingin bernasikah (menyembelih berkenaan dengan kelahiran) untuk anaknya maka
hendaklah ia lakukan, untuk anak laki-laki dua ekor kambing dan untuk wanita satu ekor”.
Berdasarkan hadits diatas penyembelihan untuk kelahiran anak dinamakan nasikah dan tidak dinamakan
aqiqah.
3. Mengenai hukum nasikah itu sendiri, pendapat para ulama terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Wajib
Dalil dikatakannya nasikah itu wajib:
Syaikh Abdul ‘Azhim Al Badawi Rahimahullah dlm kitab Al-Wajiiz menyatakan bahwa ‘aqiqah adalah
suatu kewajiban atas orangtua.
Dari Salman bin Amir adh-Dhabby Radhiyallahu’anhu, ia bertutur:
“Saya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,”Bersama seorang anak itu
ada ‘aqiqahnya. Karena itu alirkanlah darah untuknya & singkirkanlah gangguan darinya.”1
b. Sunnah
Dalil dikatakannya nasikah itu sunnah:
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah bersabda : “Barangsiapa diantara kalian
yang ingin menyembelih (kambing) karena kelahiran bayi maka hendaklah ia lakukan untuk laki-laki
dua kambing yang sama dan untuk perempuan satu kambing.”
Al-Allamah Imam Asy-Syaukhani rahimahullah berkata dalam Nailul Authar (6/213) : “Jumhur ulama
berdalil atas sunnahnya aqiqah dengan hadist Nabi diatas. “
Penulis lebih cenderung bahwa hukumnya nasikah adalah sunnah (muakkad) berdasarkan keumuman
hadits ‘Amr bin Syu’aib. Sisi pendalilannya adalah: Beliau shallallahu alaihi wasallam mengembalikan
masalah nasikah kepada keinginan orang tua sang anak, apakah dia ingin melakukannya ataukah tidak.
Seandainya hukumnya wajib, niscaya beliau tidak akan mengembalikannya kepada keinginan seseorang.
4. Pelaksanaan nasikah lebih afdhal dilaksanakan pada hari ketujuh kelahiran. Dalilnya adalah:
a. Dari Samurah bin Jundab dia berkata : Rasulullah bersabda : “Semua anak bayi tergadaikan dengan
aqiqahnya yang pada hari ketujuhnya disembelih hewan (kambing), diberi nama dan dicukur rambutnya.”2
b. Hadits yang menyatakan bahwa apabila nasikah tidak bisa dilakukan pada hari ketujuh maka dilakukan
pada hari keempatbelas atau keduapuluhsatu merupakan hadits yang lemah.
Dari Burairah dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, beliau bersabda,”Kambing ‘aqiqah disembelih
pada hari ketujuh atau ke 14 atau ke 21.”3. [Penulis berkata : “Dia (Ismail) seorang rawi yang lemah
karena jelek hafalannya, seperti dikatakan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam ‘Fathul Bari’ (9/594).” Dan
dijelaskan pula tentang kedhaifannya bahkan hadist ini mungkar dan mudraj]4
1 (Shahih Ibnu Majah no:2562u Fathul Bari IX: 590 no 5472,‘Aunul Ma’bud VIII:41 no:2822u Tirmidzi III: 35 no:1551 & Nasa’i VII:164) 2 [Shahih, Hadits Riwayat Abu Dawud 2838, Tirmidzi 1552, Nasa’I 7/166, Ibnu Majah 3165, Ahmad 5/7-8, 17-18, 22, Ad Darimi 2/81, dan lain-lainnya] 3 (Shahihul Jami’us Shaghir no: 4132 & Baihaqi IX: 303) 4 Lihat penjelasan di situs http://almanhaj.or.id/content/856/slash/0/ahkamul-aqiqah/
© Abdul Rahmad-SMP Muhammadiyah 1 Tarakan
E-mail : [email protected] Site : www.tec.vv.si
Penulis lebih cenderung kepada pendapat sebagian ulama di antaranya Syaikh Shalih Al Fauzan & Syaikh
Ibnu ‘Utsaimin berpendapat bolehnya melakukan ‘aqiqah selain waktu di atas tanpa batasan sehingga
orang tua yang belum mampu pada waktu-waktu tersebut dapat menundanya manakala sudah mampu.
Selain itu juga bukankah islam ini mudah, Allah Subhanallah wa ta’alaa berfirman:
286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari
kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya
Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau
bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya
Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami;
ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."
(QS. Al-Baqarah : 286)
5. Pembagian daging nasikah sunnahnya adalah 1/3 dimakan sendiri, 1/3 untuk sahabar kerabat & tetangga, dan
1/3 lagi untuk disedekahkan untuk kaum muslimin. Sebagaimana keterangan:
a. Syaikh Utsaimin berkata: Dan tidak apa-apa dia mensedekahkan darinya dan mengumpulkan kerabat dan
tetangga untuk menyantap makanan daging aqiqah yang sudah matang.
b. Syaikh Jibrin berkata: Sunnahnya dia memakan sepertiganya, menghadiahkan sepertiganya kepada
sahabat-sahabatnya, dan mensedekahkan sepertiga lagi kepada kaum muslimin, dan boleh mengundang
teman-teman dan kerabat untuk menyantapnya, atau boleh juga dia mensedekahkan semuanya.
c. Syaikh Ibnu Bazz berkata: Dan engkau bebas memilih antara mensedekahkan seluruhnya atau
sebagiannya dan memasaknya kemudian mengundang orang yang engkau lihat pantas diundang dari
kalangan kerabat, tetangga, teman-teman seiman dan sebagian orang faqir untuk menyantapnya.
Ketiga keterangan diatas diambil dari keumuman dalil Al-Qur’an dan Hadits:
36. dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang
banyak padanya, Maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam Keadaan berdiri (dan telah
terikat). kemudian apabila telah roboh (mati), Maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan
apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan
untua-unta itu kepada kamu, Mudah-mudahan kamu bersyukur. (QS. Al-Hajj : 36)
Dari Salamah Bin Akwa’ bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda : ”Makanlah oleh kalian dan berilah
makan serta simpanlah.”(HR. Al Bukhari)
-----------------------------------------------------------
1. Qurban berasal dari bahasa Arab, Qurban atau disebut juga Udhhiyah atau Dhahiyyah secara harfiah berarti
hewan sembelihan. Atau secara bahasa arabnya qurban diambil dari kata : qaruba (fi’il madhi) – yaqrabu (fi’il
mudhari’) – qurban wa qurbaanan (mashdar). Artinya, mendekati atau menghampiri. Qurban, dalam fiqih
Islam yaitu hewan yang dipotong dalam rangka taqarrub kepada Allah, berkenaan dengan tibanya Idhul Adh-
ha atau yaumun nahr , pada tanggal 10 Dzulhijjah. Disebut hari Nahr (atas dada), karena pada umumnya,
waktu dulu, hewan yang dipotong itu adalah unta yang cara pemotongannya atau penyembelihannya dalam
keadaan berdiri dengan ditusuk-kannya pisau ke lehernya dekat dada unta tersebut.
© Abdul Rahmad-SMP Muhammadiyah 1 Tarakan
E-mail : [email protected] Site : www.tec.vv.si
2. Dalam hal hukum qurban terjadi 2 perbedaan pendapat dikalangan mayoritas ulama yaitu:5
a. Berqurban adalah wajib.
Pertama, wajib bagi orang yang berkelapangan. Ulama yang berpendapat demikian adalah Rabi’ah (guru
Imam Malik), Al Auza’i, Abu Hanifah, Imam Ahmad dalam salah satu pendapatnya, Laits bin Sa’ad serta
sebagian ulama pengikut Imam Malik, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin
rahimahumullah. Syaikh Ibn Utsaimin mengatakan:
“Pendapat yang menyatakan wajib itu tampak lebih kuat dari pada pendapat yang menyatakan tidak wajib.
Akan tetapi hal itu hanya diwajibkan bagi yang mampu…” (lih. Syarhul Mumti’, III/408)
Diantara dalilnya adalah hadits Abu Hurairah yang menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Barangsiapa yang berkelapangan (harta) namun tidak mau berqurban maka jangan sekali-kali mendekati
tempat shalat kami.” (HR. Ibnu Majah 3123, Al Hakim 7672 dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani)
b. Berqurban merupakan sunnah muakkad.
Pendapat kedua menyatakan Sunnah Mu’akkadah (ditekankan). Dan ini adalah pendapat mayoritas ulama
yaitu Malik, Syafi’i, Ahmad, Ibnu Hazm dan lain-lain. Ulama yang mengambil pendapat ini berdalil dengan
riwayat dari Abu Mas’ud Al Anshari radhiyallahu ‘anhu. Beliau mengatakan, “Sesungguhnya aku sedang
tidak akan berqurban. Padahal aku adalah orang yang berkelapangan. Itu kulakukan karena aku khawatir
kalau-kalau tetanggaku mengira qurban itu adalah wajib bagiku.” (HR. Abdur Razzaq dan Baihaqi dengan
sanad shahih). Demikian pula dikatakan oleh Abu Sarihah, “Aku melihat Abu Bakar dan Umar sementara
mereka berdua tidak berqurban.” (HR. Abdur Razzaaq dan Baihaqi, sanadnya shahih) Ibnu Hazm berkata,
“Tidak ada riwayat sahih dari seorang sahabatpun yang menyatakan bahwa qurban itu wajib.” (lihat
Shahih Fiqih Sunnah, II/367-368, Taudhihul Ahkaam, IV/454).
Didalam keterangan yang lain,6
Dari Ummu Salamah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ى ف ليمسك عن شعره وأظفاره ة وأراد أحدكم أن يضح إذا رأي تم هالل ذى الحج"Jika masuk bulan Dzulhijah dan salah seorang dari kalian ingin menyembelih qurban, maka hendaklah ia
tidak memotong sedikitpun dari rambut dan kukunya.” (HR. Muslim no. 1977). Yang dimaksud di sini
adalah dilarang memotong rambut dan kuku shohibul qurban itu sendiri. Sebagaimana dinukil dari Imam
Nawawi, Imam Syafi'i berkata, "Dalil di atas menunjukkan bahwa hukum kurban itu tidak wajib. Karena
dalam hadits digunakan kata "aroda" (siapa yang mau). Seandainya menyembelih qurban itu wajib, maka
cukuplah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Maka hendaklah ia tidak memotong sedikitpun
dari rambut dan kukunya hingga berkurban.” (Al Majmu', 8: 217).
Penulis lebih cenderung memilih pendapat sebagian mayoritas ulama yang memberikan jalan keluar dari
perselisihan dengan menasehatkan: “…selayaknya bagi mereka yang mampu, tidak meninggalkan berqurban.
Karena dengan berqurban akan lebih menenangkan hati dan melepaskan tanggungan, wallahu a’lam.” (Tafsir
Adwa’ul Bayan, 1120).
3. Jenis binatang yang boleh diqurbankan adalah hanya hewan yang tergolong Bahiimatul Al An’aam (hewan
ternak tertentu) yaitu onta, sapi atau kambing dan tidak boleh selain itu. Antara lain :
Unta
Sapi
Kambing
Domba
Sedangkan binatang selain itu seperti burung, ayam dll tidak boleh dijadikan binatang qurban. Allah Subhanallahu
wa ta’alaa berfirman:
5 Lihat penjelasan http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/fiqih-qurban.html 6 Lihat penjelasan http://rumaysho.com/hukum-islam/umum/4530-hukum-kurban-itu-sunnah.html
© Abdul Rahmad-SMP Muhammadiyah 1 Tarakan
E-mail : [email protected] Site : www.tec.vv.si
34. dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah
terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena
itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah),
(QS. Al-Hajj : 34)
4. Umur hewan Qurban
Jabir meriwayatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian menyembelih (qurban)
kecuali musinnah. Kecuali apabila itu menyulitkan bagi kalian maka kalian boleh menyembelih domba
jadza’ah.” (Muttafaq ‘alaih). Musinnah adalah hewan ternak yang sudah dewasa, dengan rincian:7
No. Hewan Umur Minimal
1 Unta 5 tahun
2 Sapi 2 tahun
3 Kambing 1 tahun
4 Domba 6 bulan (domba jadza’ah)
5. Syarat hewan Qurban adalah hewan yang sehat dan tidak cacat. 4 hal yang menjadi hewan Qurban tidak bisa
di Qurbankan, yaitu:
“Empat macam binatang yang tidak sah dijadikan qurban: 1. Cacat matanya, 2. sakit, 3. pincang dan 4. kurus
yang tidak berlemak lagi “ (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits yang lain:
“Janganlah kamu menyembelih binatang ternak untuk qurban kecuali musinnah (telah ganti gigi, kupak). Jika
sukar didapati, maka boleh jadz’ah (berumur 1 tahun lebih) dari domba.” (HR. Muslim).
6. Waktu penyembelihan hewan Qurban adalah pada hari Iedul Adha dan 3 hari sesudanya (hari tasyrik).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap hari taysriq adalah (hari) untuk menyembelih
(qurban).” (HR. Ahmad dan Baihaqi).
Tidak ada perbedaan waktu siang ataupun malam. Baik siang maupun malam sama-sama dibolehkan. Namun
menurut Syaikh Al Utsaimin, melakukan penyembelihan di waktu siang itu lebih baik.8 Para ulama sepakat
bahwa penyembelihan qurban tidak boleh dilakukan sebelum terbitnya fajar di hari Iedul Adha. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang menyembelih sebelum shalat Ied maka sesungguhnya dia menyembelih untuk dirinya sendiri
(bukan qurban). Dan barangsiapa yang menyembelih sesudah shalat itu maka qurbannya sempurna dan dia telah
menepati sunnahnya kaum muslimin.” (HR. Bukhari dan Muslim)
7. Tempat penyembelihan disunahkan ditempat tanah lapang dimana tempat shalat Ied dilaksanakan. Ibnu
‘Umar mengatakan, “Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menyembelih kambing dan onta
(qurban) di lapangan tempat shalat.” (HR. Bukhari : 5552). Dan dibolehkan untuk menyembelih qurban di
tempat manapun yang disukai, baik di rumah sendiri ataupun di tempat lain.9
8. Tata cara penyembelihan hewan Qurban sebagai berikut:
a. Sebaiknya pemilik qurban menyembelih hewan qurbannya sendiri.
b. Apabila pemilik qurban tidak bisa menyembelih sendiri maka sebaiknya dia ikut datang menyaksikan
penyembelihannya.
c. Hendaknya memakai alat yang tajam untuk menyembelih.
d. Hewan yang disembelih dibaringkan di atas lambung kirinya dan dihadapkan ke kiblat. Kemudian pisau
ditekan kuat-kuat supaya cepat putus.
7 Lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/371-372, Syarhul Mumti’, III/410, Taudhihul Ahkaam, IV/461) 8 Lihat Tata Cara Qurban Tuntunan Nabi, hal. 33. 9 (Lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/378)
© Abdul Rahmad-SMP Muhammadiyah 1 Tarakan
E-mail : [email protected] Site : www.tec.vv.si
e. Ketika akan menyembelih disyari’akan membaca “Bismillaahi wallaahu akbar” ketika menyembelih. Untuk
bacaan bismillah (tidak perlu ditambahi Ar Rahman dan Ar Rahiim) hukumnya wajib menurut Imam Abu
Hanifah, Malik dan Ahmad, sedangkan menurut Imam Syafi’i hukumnya sunnah. Adapun bacaan takbir –
Allahu akbar – para ulama sepakat kalau hukum membaca takbir ketika menyembelih ini adalah sunnah
dan bukan wajib. Kemudian diikuti bacaan:
hadza minka wa laka.” (HR. Abu Dawud 2795) Atau
hadza minka wa laka ‘anni atau ‘an fulan (disebutkan nama shahibul qurban).” Atau
Berdoa agar Allah menerima qurbannya dengan doa, “Allahumma taqabbal minni atau min fulan
(disebutkan nama shahibul qurban)”10
Catatan:
1. Tidak terdapat do’a khusus yang panjang bagi shohibul qurban ketika hendak menyembelih.
2. Tidak boleh mengucapkan / melafalkan shalawat didalam penyembelihan hewan Qurban dengan 3
alasan:
Tidak terdapat dalil bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan shalawat ketika
menyembelih. Sementara beribadah tanpa dalil adalah perbuatan bid’ah.
Bisa jadi orang akan menjadikan nama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai
wasilah ketika qurban. Atau bahkan bisa jadi seseorang membayangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika menyembelih, sehingga sembelihannya tidak murni untuk Allah.11
Allah memerintahkan untuk melafalkan takbir dan asma Allah.12
9. Disyari’atkan bagi yang berqurban makan dari hewan qurbannya, menghadiahkan dan mensedekahkannya,
karena Allah Azza Wa Jalla berfirman yang artinya :
”Maka makanlah kalian dari sebagian daging sembelihan itu dan beri makanlah orang faqir yang tidak
meminta karena merasa cukup dan menjaga harga diri dan oran faqir yang meminta (QS. Al Hajj : 36).
Serta riwayat dari Salamah Bin Akwa’ bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
”Makanlah oleh kalian dan berilah makan serta simpanlah.” (HR. Al Bukhari)
Wallahu A’lam.
----------------------------------
CATATAN: MATERI INI BERISI FIRMAN – FIRMAN ALLAH SUBHANALLAH WA TA’ALAA!!!
JANGAN SAMPAI TERCECER ATAU TERHINAKAN DENGAN MENARUHNYA DISEMBARANG TEMPAT
YANG KOTOR ATAU RENDAH !!!
10 (lih. Tata Cara Qurban Tuntunan Nabi, hal. 92) 11 (lih. Syarhul Mumti’ 7/492) 12 QS. Al-Hajj : 34