Upload
fahria-aldiana
View
235
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ilmu penyakit-smk keperawatan
Citation preview
RINOSINUSITISDr. Fahria Aldiana
SINUS PARANASAL
DEFINISI
Rinosinusitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal
KLASIFIKASI
Konsensus internasional tahun 2004 :1. Akut : kurang dari 4 minggu2. Subakut : antara 4 minggu sampai 3 bulan 3. Kronik : lebih dari 3 bulan (Mangunkusumo, 2010).
ETIOLOGI
Virus : rhinovirus (50%), coronavirus (20%), influenza, parainfluenza, respiratory syncytial virus, adenovirus dan enterovirus
Bakteri : Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenza
Jamur : spesies Aspergillus dan Candida
PATOFISIOLOGI Sinus normal biasanya dalam keadaan yang steril. Bakteri yang
masuk ke sinus dapat dieliminasi dengan cepat melalui sekresi mukus yang dikeluarkan oleh sel epitel kolumnar bersilia. Mukus itu sendiri dihasilkan oleh sel goblet dan kelenjar submukosa. Oleh karena itu, jika ada kelainan pada silia, maka proses eliminasi bakteri pun terhambat (Lane, 2003).
Baik atau tidak baiknya keadaan sinus dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar (mucocilliary clearance) di dalam kompleks ostio-meatal (KOM). Mukus sangat bermanfaat dalam menjaga kesehatan sinus karena mengandung substansi antimikrobial (immunoglobulin) dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan (Soetjipto, 2010).
Rinosinusitis akut biasanya terjadi karena infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas. Infeksi tersebut akan menyebabkan pembengkakan mukosa hidung sehingga mengakibatkan oklusi atau obstruksi ostium sinus. Apapun penyebabnya, sekali saja ostium mengalami oklusi, hipoksia lokal akan terjadi pada kavum sinus dan sekresi sinus menjadi terakumulasi. Kombinasi antara keadaan hipoksia dan sekresi yang tertumpuk tadi akan menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen di dalam sinus (Lane, 2003). Peradangan juga menyebabkan mukus menjadi lebih kental dan gerakan silia lebih lambat daripada normal.
Alergi sangat berperan penting pada kejadian rinosinusitis. Reaksi antigen-antibodi pada keadaan alergi menyebabkan pelepasan mediator inflamasi, termasuk histamin. Mediator-mediator ini meningkatkan permeabilitas vaskular, edema mukosa, dan pada akhirnya mengakibatkan obstruksi ostia. Walaupun agen infeksius dapat menjadi penyebab utama inflamasi sinus, mereka juga ditemukan sebagai infeksi sekunder pada individu yang mengalami rinitis alergi (Benninger, 2008).
GEJALA KLINIS Gejala mayor : obstruksi hidung/sumbatan, adanya
sekret hidung yang purulen, gangguan penghidu seperti hiposmia/anosmia, dijumpai sekret purulen pada pemeriksaan hidung, nyeri wajah seperti tertekan, kongesti wajah (penuh), dan demam (hanya pada rinosinusitis akut).
Gejala minor : sakit kepala, demam (non-akut), halitosis, lemah/letih, nyeri gigi, batuk, nyeri telinga/ seperti ditekan dan merasa penuh di telinga.
Untuk diagnosis rinosinusitis dibutuhkan 2 gejala mayor atau 1 gejala mayor dan 2 gejala minor
TERAPI
Medikamentosa : dekongestan, antihistamin, antibiotik
Pembedahan : bedah sinus endoskopi fungsional dan operasi sinus terbuka, seperti operasi Caldwell-Luc, etmoidektomi eksternal, trepinasi sinus frontal dan irigasi sinus.
KOMPLIKASI
Komplikasi orbita : selulitis preseptal, selulitis orbita, abses subperiosteal, abses orbita, dan trombosis sinus kavernosus
Komplikasi intracranial : meningitis, abses subdural, abses intraserebri , dan trombosis sinus kavernosus
Komplikasi lain yang dapat dijumpai yaitu osteomielitis, abses subperiostal serta kelainan paru