10
UJI AKTIVITAS ANTI-INFLAMASI HESPERIDIN DAN HESPERITIN TERHADAP RADANG TELAPAK KAKI TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI KARAGENIN PADA PEMAKAIAN ORAL DAN INTRAPERITONIAL THE ASSAY OF ANT-INFLAMMATION OF HESPERIDIN DAN HESPERITIN TOWARD INFLAMME CONDITION ON RAT’S FOOT SOLE WAS INDUCED WITH CARRAGENIN BY ORAL AND INTRAPERITONIAL INJECTION Dewi Ekowati a , Rina Herowati b , Jawi Prastiyani c a,B,C Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi Jl. Let. Jen. Sutoyo, Mojosongo, Surakarta 57127 ABSTRAK Hesperidin memiliki kemampuan antioksidan, anti-inflamasi, antialergi, hipolipidemik, vasoprotektif dan karsinogenik pada pengujian invitro. Kemampuan anti-inflamasi hesperidin diduga disebabkan aglikon-nya hesperitin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas anti-inflamasi hesperidin dan hesperitin pada pemakaian oral dan intra peritonial. Hesperitin diperoleh dengan menghidrolisis hesperidin menggunakan asam sulfat. Kedua bahan tersebut diujikan pada masing-masing kelompok hewan uji. Kelompok kontrol negatif yang hanya diberi pembawa dari bahan uji (suspensi CMC 0,5%) dan kontrol positif diberi natrium diklofenak sebagai senyawa antiinflamasi. Bahan uji diberikan secara oral dan intraperitonial. Hesperidin dan hesperitin diberikan dengan dosis 200 mg/kg BB tikus secara oral dan 20 mg/kg BB tikus secara intraperitonial. Pengujian aktivitas anti-inflamasi dilakukan dengan menginduksi buatan dengan menyuntikkan karagenin 0,1 ml secara intraplantar pada telapak kaki tikus. Adanya efek anti-inflamasi diketahui dengan adanya pengukuran volume radang telapak kaki tikus selang 1 jam selama 5 jam pada tiap-tiap kelompok. Uji statistik dengan anova 1 jalan pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan beda nyata antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Hesperidin dan hesperitin mempunyai efek yang sama pada pemakaian oral dan intraperitonial. Dosis oral 10 kali dosis intra peritonial. Kata kunci : Antiinflamasi, Hesperidin, Hesperitin ABSTRACT Hesperidin has antioxidant ability, anti-inflammation, antialergy, hypolipidemic, vasoprotectif, carsinogenic by in vitro examination. The anti-inflammation activity of hesperidin is supposed by aglycon of hesperitin. The purpose of this research to find out the anti-inflammation activity of hesperidin and hesperitin on peroral and intra peritonial. Hesperitin acquired by hydrolize hesperidin by sulphate acid. Both material tested to each group of animal test. The negative control group just gave the carrier of material test (CMC 0,5% suspention) and positive control was sodium diclofenac as anti-inflammation compose. Material test was given by peroral and intra peritonial. Hesperidin and hesperitin was given peroral with 200 mg/kg BW dosage on rat and 20mg/kg BW dosage intraperitonially. Anti-inflammation activity assay was conducted by artificial induction 0,1 ml carragenin injection intraplantarely on rat foot-sole. The anti-inflammation effect was measured from inflamme volume on rat’s foot-sole with 1 hour frequency along 5 hours to each group. The statistic test use one way anova with truth rank was 95 % shows real different among group test with control group . Hesperidin and hesperitin has same effect peroral and intra peritonial. Keywords: Anti-inflammation, Hesperidin, Hesperitin PENDAHULUAN Inflamasi atau radang merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat yang ditandai kemerahan, bengkak, nyeri dan disertai panas. Obat anti- inflamasi yang ada di pasaran relatif mahal dan mempunyai efek samping terhadap

RIRIN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RIRIN

UJI AKTIVITAS ANTI-INFLAMASI HESPERIDIN DAN HESPERITIN TERHADAP RADANG TELAPAK KAKI TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI KARAGENIN PADA PEMAKAIAN ORAL

DAN INTRAPERITONIAL

THE ASSAY OF ANT-INFLAMMATION OF HESPERIDIN DAN HESPERITIN TOWARD INFLAMME CONDITION ON RAT’S FOOT SOLE WAS INDUCED WITH CARRAGENIN BY

ORAL AND INTRAPERITONIAL INJECTION

Dewi Ekowatia, Rina Herowatib, Jawi Prastiyanic a,B,CFakultas Farmasi, Universitas Setia Budi

Jl. Let. Jen. Sutoyo, Mojosongo, Surakarta 57127

ABSTRAK

Hesperidin memiliki kemampuan antioksidan, anti-inflamasi, antialergi, hipolipidemik, vasoprotektif dan karsinogenik pada pengujian invitro. Kemampuan anti-inflamasi hesperidin diduga disebabkan aglikon-nya hesperitin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas anti-inflamasi hesperidin dan hesperitin pada pemakaian oral dan intra peritonial. Hesperitin diperoleh dengan menghidrolisis hesperidin menggunakan asam sulfat. Kedua bahan tersebut diujikan pada masing-masing kelompok hewan uji. Kelompok kontrol negatif yang hanya diberi pembawa dari bahan uji (suspensi CMC 0,5%) dan kontrol positif diberi natrium diklofenak sebagai senyawa antiinflamasi. Bahan uji diberikan secara oral dan intraperitonial. Hesperidin dan hesperitin diberikan dengan dosis 200 mg/kg BB tikus secara oral dan 20 mg/kg BB tikus secara intraperitonial. Pengujian aktivitas anti-inflamasi dilakukan dengan menginduksi buatan dengan menyuntikkan karagenin 0,1 ml secara intraplantar pada telapak kaki tikus. Adanya efek anti-inflamasi diketahui dengan adanya pengukuran volume radang telapak kaki tikus selang 1 jam selama 5 jam pada tiap-tiap kelompok. Uji statistik dengan anova 1 jalan pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan beda nyata antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Hesperidin dan hesperitin mempunyai efek yang sama pada pemakaian oral dan intraperitonial. Dosis oral 10 kali dosis intra peritonial. Kata kunci : Antiinflamasi, Hesperidin, Hesperitin

ABSTRACT Hesperidin has antioxidant ability, anti-inflammation, antialergy, hypolipidemic, vasoprotectif, carsinogenic by in vitro examination. The anti-inflammation activity of hesperidin is supposed by aglycon of hesperitin. The purpose of this research to find out the anti-inflammation activity of hesperidin and hesperitin on peroral and intra peritonial. Hesperitin acquired by hydrolize hesperidin by sulphate acid. Both material tested to each group of animal test. The negative control group just gave the carrier of material test (CMC 0,5% suspention) and positive control was sodium diclofenac as anti-inflammation compose. Material test was given by peroral and intra peritonial. Hesperidin and hesperitin was given peroral with 200 mg/kg BW dosage on rat and 20mg/kg BW dosage intraperitonially. Anti-inflammation activity assay was conducted by artificial induction 0,1 ml carragenin injection intraplantarely on rat foot-sole. The anti-inflammation effect was measured from inflamme volume on rat’s foot-sole with 1 hour frequency along 5 hours to each group. The statistic test use one way anova with truth rank was 95 % shows real different among group test with control group . Hesperidin and hesperitin has same effect peroral and intra peritonial. Keywords: Anti-inflammation, Hesperidin, Hesperitin

PENDAHULUAN

Inflamasi atau radang merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat yang ditandai kemerahan,

bengkak, nyeri dan disertai panas. Obat anti-inflamasi yang ada di pasaran relatif mahal dan mempunyai efek samping terhadap

Page 2: RIRIN

gastrointestinal, oleh karena itu perlu adanya terobosan baru atau penemuan baru untuk mencari alternatif obat anti-inflamasi yang murah dan mudah didapat (Anonim, 2003).

Obat-obatan yang berasal dari bahan baku alam (natural medicine) kian hari kian mendapatkan tempat yang baik sebagai salah satu alternatif perawatan kesehatan. Obat tradisional selain murah dan mudah didapat memiliki efek samping yang jauh lebih rendah tingkat bahayanya dibandingkan dengan obat-obatan kimia. Hal ini disebabkan efek dari obat bersifat alamiah, tidak sekeras dari obat-obatan kimia (Muhlisan, 1995). Kulit buah jeruk mempunyai kandungan nutrisi dan vitamin yang cukup tinggi, namun umumnya orang justru membuang kulit jeruk itu setelah memakan dan menghisap air dari buahnya. Jeruk memberi banyak kegunaan bagi manusia, sebagai contoh aromanya mulai digunakan dalam aroma terapi yang berguna untuk menenangkan syaraf, mengurangi tekanan darah tinggi, mencegah kebutaan pada lanjut usia, bahkan direkomendasikan sebagai antikanker (www.bpk penabur.or.id).

Hesperidin adalah flavonoid utama dalam lemon dan jeruk. Bagian kulit dan membran dari buah jeruk mengandung konsentrasi hesperidin yang paling tinggi. Hesperidin adalah flavonoid pada kulit buah jeruk (Citrus sinensis) yang dapat membantu

memperbaiki kondisi pembuluh darah dan mengembalikan kelenturan membran pembuluh kapiler. Hesperidin bersama vitamin C dapat mengatasi gangguan aliran darah, melakukan perbaikan pada kram kaki, mengatasi perdarahan hidung, dan kecenderungan kulit menjadi memar. Sumber hesperidin adalah jeruk keprok, sedangkan jenis sitrus lain hesperidin ditemukan dalam bentuk senyawa hesperidin metil kalkon (Vitahealth, 2004).

Hesperidin dalam kombinasi dengan salah satu glikosida flavon yang disebut diosmin, di Eropa digunakan untuk perawatan gangguan pembuluh darah dan hemoroid. Hesperidin, rutin dan flavonoid-flavonoid lainnya diduga bisa menurunkan permeabilitas kapiler dan memiliki kemampuan anti-inflamasi (Emin, 1994). Hesperitin bisa didapatkan dengan menghidrolisis hesperidin. Hesperitin lebih

sukar larut dalam air dibanding hesperidin dan cenderung mudah larut dalam pelarut eter dan kloroform. Hidrolisis hesperidin menjadi hesperitin menggunakan pereaksi asam sulfat 2N untuk memutus gulanya. Obat-obat anti-inflamasi adalah golongan obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Aktivitas ini dapat dicapai melalui berbagai cara yaitu menghambat pembentukan mediator pembentukan prostaglandin, menghambat migrasi sel-sel leukosit ke daerah radang, menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel tempat pembentukkannya. Berdasarkan mekanisme kerjanya obat-obat anti-inflamasi terbagi dalam golongan steroid yang terutama bekerja dengan cara menghambat prostaglandin dari sel-sel sumbernya dan golongan non steroid yang bekerja melalui mekanisme lain seperti inhibisi siklooksigenase yang berperan dalam biosintesis prostaglandin (Anonim, 1993). Penelitian terhadap hesperidin dari kulit buah jeruk sebagai alternatif pengobatan untuk obat anti-inflamasi sangat menarik dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebenaran mengenai manfaatnya sebagai anti-inflamasi, dan membandingkan aktivitas anti-inflamasi hesperidin dan aglikon-nya hesperitin pada pemakaian peroral dan intraperitonial. Pengujian aktivitas anti-inflamasi dilakukan terhadap radang kaki tikus yang diinduksi karagenin.

METODE PENELITIAN Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah hesperidin (Sigma) dan hesperitin yang diperoleh dari hidrolisis hesperidin. Bahan untuk hidrolisis yaitu etilen glikol sebagai pelarut. Asam sulfat 2N sebagai pereaksi. Etanol p.a digunakan untuk rekristalisasi. Amonia sebagai pereaksi penyemprot pada KLT. Lempeng silika gel GF 254 sebagai fase diam pada KLT. Fase gerak untuk KLT adalah n-butanol, asam asetat, aquadestilata. Metanol digunakan sebagai blanko dalam spektroskopi UV. Pelet KBr digunakan untuk membantu mengidentifikasi gugus fungsi dari suatu senyawa pada spektrofotometer IR. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih kelamin jantan,

Page 3: RIRIN

galur wistar, umur 2-3 bulan, berat badan 150-200 g.

Bahan uji farmakologi yaitu α-karagenin, larutan fisiologis (NaCl 0,9%), natrium diklofenak, aquadestilata, CMC.

Peralatan

Alat yang digunakan dalam uji farmakologi seperti plestimometer, spuit injeksi dengan jarum oral dan intraplantar, timbangan tikus, alat-alat gelas. Alat-alat lain yang digunakan adalah bejana kromatografi (chamber), pipa kapiler, kuvet, rangkaian alat penampak bercak, spektrofotometer UV Beckman DU-600, spektrofotometer IR (FT/IR-4200 tipe A).

Prosedur

1. Hidrolisis hesperidin

Lima gram hesperidin dan 100 ml etilen glikol ditambah dengan 5 ml asam sulfat 2N kemudian dipanaskan diatas penangas air selama 40 menit. Larutan kuning jernih diambil kemudian ditambah dengan 250 ml aquadestilata. Endapan hesperitin disaring dan dicuci dengan aquadestilata, direkristalisasi dengan etanol.

2. Identifikasi dan karakteristik hesperidin dan hesperitin

a. Penentuan jarak lebur.

Kristal dimasukkan ke dalam pipa kapiler kemudian diukur titik leburnya dengan alat Electrothermal Melting Point Apparatus. Jarak

lebur adalah suhu antara kristal mulai melebur hingga melebur seluruhnya.

b. Identifikasi dengan KLT.

Kromatografi lapis tipis dilakukan dengan menggunakan fase gerak n-butanol : asam asetat : air (4:1:5, bagian atas). Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254. Identifikasi noda digunakan sinar UV254 ,UV366 dan uap amonia.

c. Identifikasi dengan spektrofotometer ultraviolet.

Penentuan spektrum ultraviolet dilakukan dalam pelarut metanol pada panjang gelombang 200-400nm. Larutan dibuat dengan

melarutkan sejumlah kecil zat (kurang lebih 0,1 mg dalam 1 ml metanol)

d. Identifikasi dengan spektrofotometer inframerah.

Zat uji sebanyak 5mg dan KBr yang telah dikeringkan sebanyak 100mg dikempa menjadi pelet tipis yang transparan kemudian dimasukkan dalam wadah sampel pada alat sektrofotometer inframerah. Dibuat kurva serapan pada bilangan gelombang 4000-400 cm-1.

3. Pembuatan larutan uji

a. Pembuatan karagenin 1%.

Larutan karagenin 1% dibuat dengan melarutkan 100 mg karagenin dalam NaCl 0,9% fisiologis sampai 10 ml.

b. Pembuatan suspensi CMC 0,5%.

Larutan suspensi CMC konsentrasi 0,5% dibuat dengan melarutkan 500 mg CMC dalam air sampai volume 100 ml. Suspensi ini digunakan untuk mensuspensi diklofenak, hesperidin dan hesperitin.

c. Pembuatan suspensi natrium diklofenak.

Larutan natrium diklofenak konsentrasi 0,5% dibuat dengan cara 500 mg natrium diklofenak dilarutkan dengan larutan CMC hingga volume 100 ml.

d. Pembuatan larutan garam fisiologis.

Larutan garam fisiologis konsentrasi 0,9% dibuat dengan cara 0,9 gram NaCl dilarutkan dengan aquadest hingga volume 100 ml.

4. Penentuan dosis

Volume maksimal larutan uji yang dapat diberikan pada tikus dengan berat badan 150-200 gram peroral 5ml sedangkan intraperitonial 1ml.

a. Penentuan dosis larutan karagenin.

Dosis karagenin ditetapkan berdasarkan percobaan pendahuluan yaitu dengan kadar 1% dalam NaCl 0,9% fisiologis, volume 0,1 ml yang disuntikkan secara intraplantar pada telapak kaki tikus jantan.

b. Penentuan dosis natrium diklofenak.

Page 4: RIRIN

Faktor konversi dosis manusia berat badan 70 kg ke tikus berat badan 200 g yaitu 0,018, dosis maksimum manusia 50 mg (75-150 mg/hari). Maka dosis natrium diklofenak manusia (70 kg) dikonversikan ke tikus (200 g) adalah 0,018 x 50 mg = 0,9mg/200 g BB tikus.

c. Penentuan dosis hesperidin dan hesperitin.

Dosis peroral untuk hesperidin dan hesperitin adalah 200mg/kg BB tikus. Secara intraperitonial dosis hesperidin dan hesperitin adalah 20mg/kg BB tikus. Volume penyuntikan tergantung berat badan tikus.

d. Volume pemberian larutan CMC.

Larutan CMC 0,5% diberikan pada tikus tergantung berat badannya, misalnya tikus dengan berat badan 160 gram, maka volume

yang diberikan 200

160 x 5ml = 4 ml.

5. Perlakuan Pada Hewan Uji

Tiga puluh ekor tikus jantan dibagi secara acak menjadi 6 kelompok sama banyak, semua hewan uji dipelihara dalam kondisi sama. Sebelum digunakan tikus percobaan terlebih dahulu dipuasakan 18-24 jam dan air minum tetap diberikan. Perlakuan yang diberikan pada masing-masing kelompok adalah sebagai berikut; 1. Kelompok I Tikus putih jantan diberikan CMC 0,5 %, 5ml/200g BB tikus peroral 1 jam sebelum pemberian karagenin 1% secara intraplantar. 2. Kelompok II Tikus putih jantan diberikan Na diklofenak 0,9mg/200g BB tikus peroral 1jam sebelum karagenin 1% secara intraplantar. 3. Kelompok III

Tikus putih jantan diberikan hesperitin 200mg/kg BB tikus peroral 1jam sebelum pemberian karagenin 1% secara intraplantar. 4. Kelompok IV Tikus putih jantan diberikan hesperitin 20mg/kg BB tikus secara intraperitonial 1 jam sebelum pemberian karagenin 1% secara intraplantar. 5. Kelompok V Tikus putih jantan diberikan hesperidin 200mg/kg BB tikus peroral 1 jam sebelum pemberian karagenin 1% secara intraplantar.

6. Kelompok VI Tikus putih jantan diberikan hesperidin 20mg/kg BB tikus secara intraperitonial1 jam sebelum pemberian karagenin 1% secara intraplantar. Tikus putih jantan yang diberi suspensi Na diklofenak 0,9mg/200g BB tikus sebagai kontrol (+) sedangkan tikus putih yang diberi suspensi CMC 5ml/ 200g BB tikus sebagai kontrol (-) diberikan 1 jam sebelum pemberian karagenin 1% secara intraplantar.

6. Analisis Data

Data kuantitatif prosentase penghambatan volume radang diantara kelompok perlakuan dianalisa dengan uji Anava satu jalan, kemudian untuk mengetahui adanya perbedaan kelompok satu dengan lainnya dilakukan uji LSD atau SNK dengan kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Organoleptis

Tabel 1. Organoleptis serbuk

Hesperidin Hesperitin

Bentuk serbuk hablur serbuk hablur

Warna kuning muda kuning agak tua

Bau tidak berbau tidak berbau

2. Penentuan jarak lebur

Penentuan jarak lebur dengan alat electro thermal melting point aparatus

didapatkan hasil. seperti pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil penentuan jarak lebur

Sampel Jarak lebur

Hesperidin 258-260 oC

Hesperitin 226-228 oC

3. Kromatografi lapis tipis

Serbuk hesperidin dan hesperitin dilarutkan menggunakan metanol dan dilakukan pemeriksaan KLT dengan fase diam silika, fase gerak BAA (4:1:5) didapatkan noda yang berwarna biru pada UV254 nm dan kuning pada UV366 nm. Hasil pemeriksaan KLT dapat

Page 5: RIRIN

dilihat pada tabel 3. Gambar kromatogram dapat dilihat pada gambar 1.

Hdn Htn

0

5

6

Gambar 1. Kromatogram hesperidin dan hesperitin dengan fase gerak BAA (4:1:5), fase diam silika pada UV366 nm

1. Identifikasi dengan spektrofotometer ultraviolet

Harga spektrum UV dari hesperidin dan hesperitin dapat dilihat pada Tabel 4.

2. Identifikasi dengan spektrofotometer inframerah

Gugus fungsi yang muncul pada spektrum IR dapat dilihat pada tabel 5.

6. Hasil uji anti-inflamasi

Pengujian daya inflamasi hesperidin dan hesperitin pada pemakaian oral dan intraperitonial dilakukan untuk mengetahui apakah hesperidin dan hesperitin berkhasiat sebagai anti-inflamasi, yang dimaksud dengan anti-inflamasi adalah kemampuan bahan uji untuk mengurangi pembengkakan telapak kaki tikus putih jantan akibat injeksi karagenin 1%.

Kelompok kontrol negatif yang digunakan sebagai model induksi radang menunjukkan volume radang seperti pada gambar 2.

Kelompok kontrol (-) mempunyai volume radang yang terbesar dari jam ke-1 sampai

jam ke-5 yaitu (0,030,01); (0,050,0071);

(0,0340,0114); (0,030,01); (0,030,0071). Hal ini disebabkan karena pada kelompok ini hanya diberikan penyebab inflamasi tanpa obat atau sediaan uji, sehingga tidak ada yang melawan terjadinya inflamasi (Tabel 6).

Data hasil pengukuran volume radang telapak kaki tikus dapat dihitung prosentase

penghambatan radangnya berdasarkan rumus sebagai berikut:

% Penghambatan = a

ba x 100%

Keterangan dari a dan b berturut-turut adalah rata-rata volume radang telapak kaki tikus kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Nilai prosentase penghambatan radang ini menunjukkan kemampuan bahan uji menekan radang (aktivitas anti-inflamasi) dimana peradangan pada kelompok kontrol adalah 100%.

Prosentase penghambatan volume radang pada tabel 7 terlihat semakin besar prosentase penghambatan radangnya maka semakin besar pula aktivitas antiinflamasinya.

Pada hasil penelitian secara intraperitonial baik hesperidin maupun hesperitin absorbsinya sangat cepat sehingga aktivitasnya meningkat pada jam ke-1 dan ke-2. Tetapi pada saat jam ke-3 aktivitas keduanya menurun. Hal ini dikarenakan saat menembus membran pembuluh darah yang ada di rongga perut tersebut banyak terdapat jaringan lemak sehingga senyawa aktifnya terjebak dalam lemak tersebut, mengakibatkan aktivitasnya turun. Setelah hesperidin dan hesperitin dapat terlepas dari jebakan lemak aktivitasnya kembali meningkat.

Pada pemberian oral dan intraperitonial menunjukkan aktivitas anti-inflamasi yang sama, dikarenakan dosis yang diberikan sudah berbeda yaitu dosis per oral 10x lebih besar dari dosis intra peritonial. Sehingga diharapkan antara rute pemberian oral dan intraperitonial mempunyai aktivitas yang sama pula.

Dari analia variasi dan diteruskan dengan uji LSD dengan taraf kepercayaan 95%, pada uji jam pertama tidak dilakukan uji lanjutan LSD karena pada anova harga P > 0,05 (syarat uji lanjutan LSD P < 0,05). Jam kedua dan seterusnya ada beda bermakna (P > 0,05) pada hesperitin dan hesperidin baik secara oral maupun intra peritonial dengan kontrol negatif dan tidak ada beda bermakna antara hesperitin dan hesperidin baik oral maupaun intra peritonial dengan kontrol positif. Tidak adanya beda pada uji statistik ini disebabkan rentang standar deviasinya terlalu besar antara perlakuan sehingga adanya perbedaan tidak dapat terbaca.

Page 6: RIRIN

KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah pertama; hesperidin telah berhasil dihidrolisis menjadi aglikon-nya hesperitin, kedua; hesperidin dan hesperitin mempunyai aktivitas sebagai antiinflamasi, ketiga; hesperidin dan hesperitin memberikan efek antiinflamasi yang sama pada dosis yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia,

Edisi III, Depkes RI, Jakarta. Anonim, 1993, Penapisan Farmakologi,

Pengujian Fitokimia dan Pengujian

Klinik,Yayasan Pengembangan dan

Pemanfaatan Obat Alami. Emin, J. A,. Olievera, A .B,. Lapa, A.J.,

1994,Pharmacological Evaluation of The Anti-inflammatory Activity of a Citrus Bioflavonoid, Hesperidin, and The Isoflavonoid Duartin and Claussequinone in Rat and Mice, J Pharm Pharmacol.

Http://www.bpkpenabur.or.id/jelajah,diakses 15 Desember 2006.

Muhlisan, F, 1995, Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Penebar Swadaya, Jakarta.

Vitahealth, 2004, Seluk Beluk Food Suplement, Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Page 7: RIRIN

Tabel 3. Data kromatogram hersperidin dan hesperitin

Sampel Warna noda

sampel pada

UV366 nm

Warna noda

sampel pada

UV254 nm

Warna noda

sampel + uap

amonia

Nilai Rf

Hesperidin kuning Biru Kuning

terang

0,74

Hesperitin kuning Biru Kuning

terang

0,86

Tabel 4. Harga spektrum serapan UV

Sampel Puncak 1 Puncak 2

Hesperidin 328 nm 282 nm

Hesperitin 322 nm 287 nm

Tabel 5. Gugus fungsi yang menimbulkan serapan IR

Gugus fungsi yang

mucul pada

spektrum IR

Hesperidin Hesperitin Pustaka

(Harmita, 2004)

O-H fenolik 3424,96; 3478,95

(tajam)

3297,68;3567,66

(landai)

3200-3650

C-OCH3 1199,51; 1276,65 1006,66 1000-1300

Keton/C=O 1646,91 1635,34 1640-1810

Alkana :

-CH3

-CH

1365,35; 1442,49

2923,56

-

2923,56

1375-1450

2850-3000

C=C aromatis

1515,78; 1608,34

1511,92;1589,06 1475 dan 1600

C-O-C asimetrik 1130,08 1160,94 1086-1160

Trisubstitusi(1,2,4) 817,67 817,67 800-855

Page 8: RIRIN

Tabel 6. Data hasil pengukuran volume radang

Kelompok Volume udem + SD (n = 5) jam ke-5

1 2 3 4 5

I

0,03 0,01

0,05

0,0071

0,034

0,0114

0,03 0,01

0,03

0,0071

II

0,028

0,0044

0,03

0,0071

0,018

,0,0045

0,008

0,0045

0,008

0,0045

III

0,03 0,01

0,028

0,0084

0,018

0,0045

0,014

0,0055

0,014

0,0055

IV

0,022

0,0084

0,02

0,0071

0,018

0,0084

0,012

0,0045

0,012

0,0045

V

0,03 0,01

0,028

0,0109

0,016 0

0089

0,014

0,0055

0,014

0,0055

VI 0,028

0,0109

0,02

0,0071

0,02

0,0071

0,014

0,0055

0,014

0,0055

Keterangan:

Kelompok I : Kontrol (-)

Kelompok II : Kontrol (+)

Kelompok III : Hesperitin oral 200mg/kg BB tikus

Kelompok IV : Hesperitin i.p. 20mg/kg BB tikus

Kelompok V : Hesperidin oral 200mg/kg BB tikus

Kelompok VI : Hesperidin i.p. 20mg/kg BB tikus

Page 9: RIRIN

Tabel 7. Data hasil pengukuran prosentase penghambatan radang

Kelompok Prosentase penghambatan volume udem + SD (n = 5) jam ke-5

1 2 3 4 5

I 0 0 0 0 0

II

13,33

18,26

40

14,14

50,002

19,56

53,33

18,26

53,33

29,82

III

0 33,32 44

16,73

50,002

19,56

53,33

18,86

53,33

18,86

IV

26,67

27,89

60

14,14

35,72

29,88

60,002

14,21

60,002

14,91

V - 6,67

36,51

44

21,91

42,28

31,94

53,33

18,86

53,33

18,86

VI 6,67

36,51

60

14,14

28,57

25,25

53,33

18,86

53,33

18,86

Keterangan:

Kelompok I : Kontrol (-)

Kelompok II : Kontrol (+)

Kelompok III : Hesperitin oral 200mg/kg BB tikus

Kelompok IV : Hesperitin i.p. 20mg/kg BB tikus

Kelompok V : Hesperidin oral 200mg/kg BB tikus

KelompokVI : Hesperidin i.p. 20mg/kg BB tikus

Page 10: RIRIN

kontrol (-)

0

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

0.07

0.08

0.09

0 1 2 3 4 5

Waktu (jam)

Vo

lum

e r

ad

an

g

kontrol (-)

Gambar 2. Model aktivitas induksi radang

Gambar 3. Grafik prosentase penghambatan radang

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 5

Waktu (jam)

Pro

sen

tase (

%) Kontrol (+)

Hesperitin Oral

Hesperitin IP

Hesperidin Oral

Hesperidin IP