Ristek Nano Vertilizer

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penelitian nano vertilizer

Citation preview

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    1/33

    PROPOSAL

    PENGEMBANGAN TEKNOLOGI NANO DENGAN

    MEMANFAATKAN BAHAN BATUAN ALAMI DAN BAHAN

    ORGANIK

    PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN

    Fokus Bidang Prioritas : Ketahanan Pangan

    Kode Produk Target : 1.01

    Kode Kegiatan : 1.01.01

    Peneliti Utama : Ir. Ladiyani Retno Widowati, MSc.

    BALAI PENELITIAN TANAH

    BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

    KEMENTERIAN PERTANIAN

    2011

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    2/33

    i

    LEMBAR PENGESAHAN

    Judul Kegiatan : Pengembangan Teknologi Nano denganMenmanfaatkan Bahan Batuan Alami dan BahanOrganik

    Fokus Bidang Prioritas : Ketahanan PanganKode Produk Target : 1.01

    Kode Kegiatan : 1.01.01

    Lokasi Penelitian : Jawa Barat, DKI

    A. Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian

    Nama Koordinator : Ir. Ladiyani Retno Widowati, MSc.

    Nama Institusi : Balai Penelitian Tanah

    Unit Organisasi : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

    Alamat : Jl. Ir. H. Juanda 98, Bogor 16123

    Telepon/Fax/Email : (0251) 8323012, (0251) 8321608

    B. Lembaga Lain Yang Terlibat

    Nama Lembaga :

    Jangka Waktu Kegiatan : 1 (satu) tahun

    Biaya Tahun 1 : Rp 179.072.727,-

    Biaya Tahun 2 : Rp 133.636.368,-

    Total biaya : Rp 312,709,095,-

    Aktivitas Riset (baru/lanjutan) : Lanjutan

    Rekapitulasi Biaya Tahun yang diusulkan:

    No. Uraian Jumlah (Rp)

    1. Belanja Uang Honor Rp. 55,870,000,-

    2. Belanja Bahan Habis Pakai Rp. 30,000,000,-

    3. Belanja Perjalanan Rp. 39,150,000,-

    4. Belanja Lainnya Rp. 8,616,368,-

    Total Biaya Rp. 133,636,368,-

    Setuju Diusulkan:

    Kepala Balai Besar Penelitian Penanggung Jawab Kegiatan

    dan Pengembangan Sumberdaya

    Lahan Pertanian

    Dr. Muhrizal Sarwani Ir. Ladiyani R. Widowati, MSc.

    NIP. 19600329 198403 1 001 NIP: 19690303 199403 2 001

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    3/33

    ii

    RINGKASAN

    Peningkatan produksi pangan dalam rangka mendukung program ketahanan

    pangan perlu di dukung oleh teknologi yang mampu meningkatkan efisiensi penggunaan

    pupuk, ramah lingkungan dan mampu meningkatkan nilai produksi pangan. Penggunaan

    pupuk yang tidak berimbang menyebabkan kekurangan hara bagi tanaman dan

    sebaliknya menyebabkan keracunan dan polusi lingkungan bila digunakan berlebihan.

    Teknologi nano disebut-sebut dapat memecahkan permasalahan pertanian di atas

    dengan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan air. Sehingga dengan teknologi

    nano ini, memungkinkan pemberian pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman

    (precision farming). Dengan demikian input sistem produksi pertanian dapat dikurangi

    namun hasil produksi pangan dapat ditingkatkan jauh lebih baik. Namun demikian, di

    Indonesia teknologi nano di bidang pertanian relatif belum dikenal. Untuk itu sebagai

    lembaga penelitian yang menangani pupuk untuk pertanian, Balai Penelitian Tanah

    memulai suatu penelitian tentang teknologi nano di Indonesia. Pada tahun pertama

    (2010) dengan anggaran dari Proyek Kerjasama Penelitian SINTA telah dilakukan studi

    literature (desk work) tentang teknologi nano dalam bidang pertanian di Indonesia

    maupun dunia, mengikuti seminar dan pelatihan, serta melakukan formulasi awal pupuk

    nano. Pada tahun kedua penelitian merupakan lanjutan untuk menghasilkan produk

    pupuk nano yang berkualitas dan teruji. Adapun tujuan dari penelitian tahun kedua ini

    adalah: 1) Memperbaiki proses produksi pupuk Nano, 2) Melakukan reformulasi dan

    seleksi pupuk majemuk berteknologi nano, dan 3) Uji efektivitas formula pupuk majemuk

    nano di lapangan.

    Sampai dengan penyusunan laporan akhir tahapan pembuatan pupuk baru

    mencapai 80 %, diantaranya penyusunan formula, persiapan bahan dan peralatanpenunjang. Pupuk yang dihasilkan terdiri dari pupuk Organofosfat dan pupuk majemuk

    NPK P-nano. Formula pupuk NPK A dan NPK B masih perlu penyempurnaan dalam

    granulasinya. Penelitian uji seleksi formula di Rumah Kaca dengan tanaman indikator

    tanaman padi, jagung, dan tomat baru mencapai umur 10-18 HST. Hasil analisa contoh

    untuk percobaan rumah kaca termasuk berkesuburan rendah untuk tanah Ultisols

    Galuga, sedang untuk tanah Inceptisols Cibatok dan sedang untuk tanah Andisols

    Megamendung. Walaupun tanaman baru berumur muda tetapi telah menunjukkan

    respon pemupukan perlakuan secara signifikan terutama bila dibandingkan dengan

    control. Pengaruh perlakuan terbaik Belem dapat disimpulkan pada penelitian ini.

    Penelitian uji efektivitas di lapang sedang dilakukan di desa Cisauk-Cibatok (kesuburan

    sedang) dan di desa Dukuh Galuga Kabupaten Bogor (kesuburan rendah). Tanaman

    berumur 6 MST dan tumbuh dengan baik. Pengaruh perlakuan terbaik belum dapat

    disimpulkan, tetapi semua perlakuan berpengaruh secara nyata terhadap parameter

    tinggi tanaman bila dibandingkan dengan kontrol. Produk pupuk Organofosfat, NPK-A

    (nano) dan NPK-B (Sub-mikron) mempunyai potensi dikembangkan lebih lanjut.

    Kata kunci : teknologi nano, pupuk P, efisiensi

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    4/33

    iii

    SUMMARY

    Improvement of food production for food security should be supported with

    technology having capability to increase fertilizer efficiency, environmental friendly, and

    to improve food value. Imbalance fertilization cause nutrient deficiency in the other hand

    over fertilization cause pollution. Nano technology has possibility to solve those

    problems which improve fertilizer efficiency. Thus, by using nano technology has a

    chance to create a particular fertilizer for crop requirement (precision farming) and using

    a certain sensor having nano size to support nutrient (smart system farming). From nano

    technology idea, input of fertilizer can be reduced but the production equal even better

    than present recommendation. As a research agency in Indonesia, Soil Research

    Institute has task to follow up the research progress of nano technology in agricultural

    sector, therefore nanotechnology for fertilizer should be considered. Study and research

    on Nano technology by Soil Research Institute had been started from 2010 which is

    funded by SINTA Project Research Kemeterian Riset dan Teknologi. The first year

    activities (FY 2010) consists of literature study, following training and seminar on

    nanotechnology, and preliminary research of formulation and selection on promising

    composition. While for the second year research activities (2011) the aims of the

    research activity are 1) to improve production process of nano fertilizer, 2) to reformulate

    and to select promising nano fertilizer, 3) to test the effectiveness (efficacy) nano

    fertilizer formula in the field.

    Accomplishment up to Final Report of each research aims has not been

    achieved entirely yet. Formulation and development of Organofosfat, NPK A (nano-P)

    and NPK B (Submicron P) just have reached 90%, at the moment those fertilizers are

    under effectiveness test in the green house and in the field. Formula of NPK A and NPK

    B still needs improvement in granulation procedure, while for Organofosfat has almost

    reached the formulation target and shape. Soils used for selection of formula are

    categorized as low chemical fertility for Galuga Ultisols, and medium for Inceptisols

    Cibatok and Andisols Megamendung. Although the crops are still young (10 to 18 DAP),

    it response to treatment compare to control significantly. The selection of promising

    formula in the greenhouse using three plant indicators namely rice, corn, and tomatoes.

    Therefore the best treatment effect to growth parameter could not be summarized yet in

    this study. Whereas the test on the effectiveness of developed fertilizer has been

    conducted in the village Cisauk-Cibatok (medium fertility) and village Galuga (low

    fertility) site. Plants age at current time just reach 6 WAT, therefore the best crop

    response also can not be decided yet. All of the treatments affect to plant height

    significantly when compared with control, thus for tentative conclusion the product

    namely Organophosphates fertilizer, NPK-A (nano), and NPK-B (Sub-micron) have the

    potential for further development.

    Key words : nanotechnology, NPK compound fertilizer, effectiveness

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    5/33

    iv

    PRAKATA

    Penelitian berjudul Pengembangan Teknologi Nano dengan Memanfaatkan

    Bahan Batuan Alami dan Bahan Organik, merupakan salah satu kegiatan penelitian

    Program Insentif Ristek Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Program ini

    merupakan kerjasama antara Kementerian Pertanian dan Kementerian Ristek. Kegiatan

    penelitian dilaksanakan selama 8 bulan, yakni dari bulan Maret sampai dengan Oktober

    2011. Laporan ini merupakan laporan akhir yang telah dievaluasi oleh Tim Monitoring

    dan Evaluasi Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Pernyempurnaan dan

    pengembangan dari kegiatan penelitian ini perlu dilakukan agar dihasilkan produk yang

    berkualitas. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan memberikan dampak yang baik

    dalam bidang pertanian, serta memberikan inspirasi kepada peneliti lainnya.

    Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Kementerian Ristek yang telah

    memberikan kepercayaan kepada kami untuk melaksanakan kegiatan penelitian ini, juga

    kepada seluruh anggota Tim untuk kerjasamanya, serta seluruh pihak yang telah

    berperan untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan penelitian ini.

    Bogor, Oktober 2011

    Kepala BBSDLP

    Dr. Mufrizal Sarwani, MSc.NIP : 19600329 198403 1 001

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    6/33

    v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN .......................................................................... i

    RINGKASAN .......................................................................................................................... iii

    PRAKATA .............................................................................................................................. v

    DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iv

    DAFTAR TABEL .................................................................................................................... vii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ viii

    BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 2

    BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT ........................................................................................ 5

    BAB IV. METODOLOGI ......................................................................................................... 6

    4.1. Lingkup Kegiatan ............................................................................................ 6

    4.2. Metode Penelitian ........................................................................................... 6

    BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 12

    5.1. Nalisis karakterisasi komponen formula pupuk ............................................... 12

    5.2. Formulasi pupuk Organofosfat dan pupuk Majemuk NPK P-nano ................. 15

    5.3. Percobaan seleksi formula di Rumah Kaca dan Uji Efektivitas di lapang ....... 18

    BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 24

    6.1. KESIMPULAN ................................................................................................. 24

    6.2. SARAN............................................................................................................ 24

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 25

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    7/33

    vi

    DAFTAR TABEL

    No. Halaman

    1. Perlakuan dan dosis pupuk pada percobaan efektivitas pupuk

    organo fosfat dan majemuk nano untuk tanaman padi sawah,

    jagung dan tomat di rumah kaca

    10

    2. Perlakuan dan dosis pupuk pada percobaan efektivitas pupuk

    organo fosfat dan majemuk nano untuk tanaman padi sawah dan

    jagung di lapang

    10

    3. Sifat kimia Guano-Wonosari, PA Ciamis, PA Maroko dan Zeolit 13

    4. Karakteristik kimia bahan organik komponen pupuk organik 15

    5. Hasil analisa tanah untuk lokasi penelitian lapang dan rumah

    kaca ...................................................................................................

    19

    6. Respon tanaman terhadap perlakuan pupuk organofosfat A, B, dan

    C di rumah kaca ................................................................................

    20

    7. Pertumbuhan tanaman padi dan jagung (6 MST) pada percobaan

    lapang ..

    22

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    8/33

    vii

    DAFTAR GAMBAR

    No. Halaman

    1. Metoda pembuatan partikel nano 4

    2. Pembuatan partikel nano secara bottom up .................................. 4

    3. Keragaan dari bahan baku P-alam Maroko, P-alam Ciamis,

    guano-Wonogiri, serta Zeolit ..........................................................

    12

    4. Keragaan dari bahan organik dari kiri ke kanan kompos Tithonia

    dan pukan Ayam yang telah matang ..

    14

    5. Formulasi Organofosfat (Kiri) dan Produk Organofosfat dari RP-

    Ciamis dan RP-Maroko (Kanan) ..

    16

    6. Produk Pupuk Organo-fosfat dengan perlakuan fermentasi pukan

    ayam (Kode A-2, B-2, C-2) ............................................................

    17

    7. Proses pembuatan pupuk P-Nano dan P-Submikron .. 17

    8. Pupuk P-nano hasil penelitian 2010 dan 2011 .. 17

    9. Alat pembuat ukuran nano (kiri) dan alat granulator pupuk

    (kanan) ...........................................................................................

    18

    10. Pertumbuhan tanaman jagung umur 10 HST 21

    11. Petumbuhan tanaman padi 2 MST (Kiri) dan tanaman tomat 10

    HST (Kanan) ..................................................................................

    21

    12. Pertumbuhan tanaman jagung pada tanah Inceptisols Cibatok

    umur 6 MST ...................................................................................

    23

    13. Pertumbuhan tanaman padi pada tanah Ultisols Galuga Bogor

    umur 6 MST ..................................................................................

    23

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    9/33

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan target utama pemerintah di bidang

    pertanian. Degradasi lahan seperti penurunan kesuburan tanah, pengelolaan lahan yang

    tidak tepat seperti pemupukan tidak berimbang serta pencemaran sumberdaya tanah dan air

    merupakan salah satu penyebab terjadinya leveling off produksi pangan terutama padi.

    Permasalahan yang sama juga dialami oleh banyak negara berkembang. Dari persepsi

    termodinamika, sistem pertanian saat ini dianggap sebagai sistem pertanian yang paling

    tidak efisien dibandingkan sistem pertanian di masa lalu dilihat dari kalori yang dihasilkan

    dibandingkan dengan jumlah kalori yang dibutuhkan untuk memproduksi pupuk sebagai

    sarana produksinya (Anane-fenin, 2008).

    Peningkatan ketahanan pangan membutuhkan suatu inovasi teknologi yang dapat

    memecahkan persoalan dalam managemen pengelolaan lahan. Penggunaan input (pupuk

    dan pestisida) yang berlebihan menyebabkan ketidakseimbangan sumberdaya alam seperti

    keracunan tanaman, polusi tanah dan air serta pemborosan biaya saprodi. Dilain pihak

    kekurangan unsur hara menyebabkan penurunan produktivitas lahan. Sehingga dibutuhkan

    suatu teknologi ramah lingkungan yang mempertimbangkan keseimbangan antara

    eksploitasi sumberdaya alam dengan lingkungan melalui pengurangan input bahan sintetik

    seperti pupuk kimia dan pestisida. Namun demikian, meskipun secara kuantitatif jumlah

    pupuk yang diaplikasikan sangat kecil, namun produksi diharapkan jauh melebihi produksi

    rata-rata.

    Teknologi nano relatif belum dikenal di Indonesia terutama di bidang pertanian. Apa

    sebenarnya teknologi nano itu sendiri, bagaimana wujud dan pengaplikasian nyata dalam

    bidang pertanian menjadi tanda tanya besar bagi banyak peneliti dan praktisi pertanian saat

    ini. Sebagai lembaga penelitian yang berkompeten untuk memajukan teknologi pertanian

    terutama dalam bidang pemupukan kita ditantang untuk mempelajari, menguji, merancang

    dan mengaplikasikan teknologi nano untuk kemajuan pertanian. Arahan Kepala Badan

    Litbang Pertanian agar pengembangan nanoteknologi untuk pangan dan pertanian tetap

    mengacu pada 4 target sukses pembangunan pertanian, yaitu swasembada berkelanjutan,

    diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, serta peningkatan

    kesejahteraan petani (BB Pasca Panen, 2011). Sebagai tindak lanjutnya, dalam proposaltahun kedua (2011) ini sedang dilaksanakan penelitian pendahuluan untuk mempelajari

    teknologi nano yang dapat digunakan untuk membuat formulasi pupuk nano dari bahan

    batuan alami (rock phosphate) dan bahan organik. Hasil penelitian tahun pertama (2010)

    telah dilakukan studi literature dan peningkatan pemahaman tentang nano teknologi,

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    10/33

    2

    infentarisasi bahan baku berpotensi, dan formulasi awal pupuk nano (Husnain et al., 2011).

    Tim peneliti Balittanah akan bekerjasama dengan beberapa instansi seperti LIPI, BPPT dan

    BATAN untuk mempelajari teknologi nano dalam pembuatan bahan pupuk ini.

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    Berdasarkan asal katanya, nano itu sendiri berasal dari bahasa latin yang berarti

    sesuatu yang sangat kecil (dwarf) atau satu milyar dari suatu benda (10 -9). Kalau selama ini

    kita mengenal istilah micro scale sebagai ukuran terkecil, namun sekarang kemajuan ilmu

    pengetahuan sudah membawa kita ke dunia nano scale. Sebagai gambaran, ukuran

    sehelai rambut manusia adalah sekitar 80.000-100.000 nano dan sebuah virus rata-rata

    berukuran 100 nano. Sehingga teknologi nano itu dapat di definisikan sebagai sebuah ilmu

    yang berhubungan dengan benda-benda dengan ukuran 1 hingga 100 nm, memiliki sifat

    yang berbeda dari bahan asalnya dan memiliki kemampuan untuk mengontrol atau

    memanipulasi dalam skala atom (Kuzma and VerHage, 2006). Dalam bidang pertanian,

    teknologi nano disebut-sebut dapat bermanfaat dalam banyak hal antara lain; meningkatkan

    efisiensi penggunaan pupuk dan bahan alami dalam tanah, mempelajari mekanisme dan

    dinamika hara di dalam tanah.

    Perkembangan teknologi nano dewasa ini sudah sangat maju, termasuk dalam

    bidang pemupukan tanaman. Dengan teknologi nano dihasilkan pupuk-pupuk berukuran

    nano (nano fertilizer) baik dalam bentuk tepung (nano powder) maupun cair. Penggunaan

    pupuk nano yang berukuran super kecil (1 nm = 10-9m) memiliki keunggulan lebih reaktif,

    langsung mencapai sararan atau target karena ukurannya yang halus, serta hanya

    dibutuhkan dalam jumlah kecil. Sehingga hasil pertanian optimal dapat dicapai dengan

    hanya mengaplikasikan sejumlah kecil pupuk nano. Dengan demikian, penggunan pupuk

    akan sangat efisien, efektif dan dapat menurunkan biaya produksi. Dengan keunggulan-

    keunggulan tersebut maka pupuk nano diharapkan dapat menjadi terobosan teknologi

    peningkatan produksi pertanian.

    Pada dasarnya, prinsip penemuan teknologi nano ini adalah untuk memaksimalkan

    output (produktivitas tanaman) dengan meminimumkan input pupuk, pestisida, insektisida,

    dll) melalui monitoring kondisi tanah seperti perakaran tanah (rizosfir) dan

    mengaplikasikannya langsung ke target. Sehingga teknologi ini mampu mengefisienkan

    penggunaan pupuk, menurunkan penggunaan pestisida dan menghasilkan produk-produk

    industri bio-nano. Salah satu contoh bahan alami yang dapat digunakan untuk teknologi

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    11/33

    3

    nano ini salah satunya adalah zeolit yang dapat ditumpangi unsur hara seperti Ca, N, P dan

    K didalam struktur molekulnya sehingga dengan cara ini diharapkan unsur hara yang

    dibutuhkan tanaman akan dilepas sesuai kebutuhan tanaman (slow/controlled release

    fertilizer). Selain itu melapisi pupuk (fertilizer encapsules) dengan bahan-bahan alami dalam

    skala nano juga merupakan salah satu alternatife slow release pupuk. Disamping

    penggunaan bahan-bahan alami, penggunaan bahan sintetis yang dikombinasikan dengan

    bahan alami untuk melapis (coating) pupuk juga merupakan suatu alternatif dalam teknologi

    nano. Bahan-bahan alami lainnya seperti rock phosphate(batuan fosfat) dan bahan organik

    kemungkinan juga dapat dijadikan sebagai bahan pupuk nano. Batuan fosfat alam ini

    merupakan salah satu sumber pupuk P yang masih terbatas penggunaanya. Walaupun

    Indonesia memiliki deposit rock phosphate tetapi kebutuhan pupuk P masih bergantung

    pada impor bahan P sehingga harga pupuk P menjadi sangat mahal bagi petani.

    Kauwenbergh (2001) menyatakan batuan fosfat alam secara global terdiri dari deposit fosfat

    alam sedimen (80-90%) dan igneous fosfat (10-20%). Batuan fosfat alam memilki

    keragaman yang tinggi baik dalam komposisi kimia maupun bentuk fisiknya. Aplikasi

    langsung rock phosphate sebagai pupuk P masih sangat terbatas dan menjadi kendala.

    Dengan teknologi nano, yang menjadikan batuan ini sebagai bahan pupuk berukuran nano

    apakah dalam bentuk tepung atau cair sehingga kandungan hara P dan hara lainnya dapat

    dengan mudah dimanfaatkan tanaman.

    Aplikasi bahan organik seperti pupuk kandang, jerami, sisa pangkasan dan pupuk

    organik dalam sistem produksi pertanian sangat dianjurkan. Namun demikian, rendahnya

    tingkat dekomposisi bahan organik menyebabkan petani enggan menggunakannya dalamsistem pertanian. Apalagi dengan target produksi yang tinggi sehingga tidak cukup waktu

    untuk penguraian bahan-bahan organik alami tersebut. Sudah umum diketahui, bahan

    organik sangat bermanfaat bagi tanaman dan tanah dalam penyediaan unsur hara,

    perbaikan sifat fisik tanah, peningkatan aktivitas biologi tanah serta mengandung bahan-

    bahan kimia alami seperti enzim, asam-asam organik (Setyorini et al, 2006) dan lainnya

    yang tidak dapat diperoleh dari bahan pupuk sintetis. Dengan teknologi nano memungkinkan

    pemanfaatan bahan organik ini lebih efisien dan tepat sasaran.

    Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa teknologi nano ini akan sangat

    bermanfaat dalam membantu mempercepat pertumbuhan produksi pangan di Indonesia dan

    negara-negara berkembang lainnya. Dengan penggunaan sejumlah kecil atau beberapa

    tetes pupuk nano bila berbentuk cairan dilaporkan dapat meningkatkan produksi pangan

    dibandingkan dengan teknologi pertanian saat ini. Dalam beberapa tulisan ilmiah popular di

    bidang pertanian, teknologi nano adalah sebuah revolusi kedua di bidang pertanian setelah

    revolusi hijau (GR technology) yang mempelopori peningkatan produktifitas bahan pangan

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    12/33

    4

    terutama padi dengan pemupukan, perbaikan sistim pengairan, pengembangan varitas-

    varitas produksi tinggi serta penggunaan pestisida/insektisida untuk pengendalian hama dan

    penyakit tanaman.

    Beberapa metoda pembuatan material berukuran nano adalah dengan top down

    method (penghancuran secara mekanis) dan bottom up yang biasanya dilakukan secara

    kimia. Pada Gambar 1 dan 2 dapat dilihat kedua metoda dengan berbagai cara yang lebih

    detil.

    Gambar 1. Metoda pembuatan partikel nano

    Gambar 2. Pembuatan partikel nano secara bottom up

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    13/33

    5

    BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT

    Tujuan

    Jangka Pendek

    1. Memperbaiki proses produksi pupuk Nano,

    2. Melakukan reformulasi dan seleksi pupuk majemuk berteknologi nano

    3. Uji efektivitas formula pupuk majemuk nano di lapangan

    Jangka Panjang

    Menghasilkan pupuk nano yang berkualitas tinggi dan efektif serta dapat

    meningkatkan produktivitas pertanian

    Manfaat

    Jangka Pendek

    1. Informasi proses produksi pembuatan pupuk berteknologi nano

    2. Formula pupuk majemuk nano yang terpilih untuk tanaman padi sawah, jagung dan

    tomat

    3. Informasi efektivitas pupuk majemuk nano pada tanaman padi sawah dan jagung

    Jangka Panjang

    1. Pupuk nano yang berkualitas tinggi dan efektif serta dapat meningkatkan

    produktivitas pertanian2. Peningkatan pendapatan petani dengan mengurangi biaya pupuk, dan

    meningkatkan efisiensi pupuk sehingga pencemaran lingkungan pertanian akibat

    penggunaan pupuk yang berlebihan dapat dikurangi.

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    14/33

    6

    BAB IV. METODOLOGI

    4.1. Lingkup Kegiatan

    Kegiatan penelitian TA 2011 merupakan kegiatan lanjutan TA 2010 yang sedang

    meliputi kegiatan di laboratorium, rumah kaca dan lapangan. Kegiatan diawali dengan

    penyempurnaan metode pembuatan/proses produksi pupuk berteknologi nano dengan

    menggunakan peralatan yang ada. Tahap selanjutnya adalah reformulasi dan seleksi pupuk

    majemuk berteknologi nano yang disusun berdasarkan kebutuhan tanaman dan tingkat

    kesuburan tanah. Tahap ketiga adalah uji efektivitas pupuk majemuk nano terpilih untuk

    tanaman padi sawah, jagung dan tomat di lapang.

    4.2. Metode Penelit ian

    4.2.1. Perbaikan proses produksi/metoda pembuatan pupuk berteknologi nano

    Hasil kegiatan tahun pertama untuk proses produksi atau metoda pembuatan pupuk

    berteknologi nano masih perlu disempurnakan agar dapat diproduksi dalam jumlah banyak.

    Akan dicoba beberapa cara diantaranya adalah secara fisik menghaluskan sampai

    berukuran nano (nano powder), ataupun diekstraksi dengan senyawa kimia tertentu

    misalnya: monocase vinyl alcohol, sodium fatty alcohol ether sulfate (AES) (yang umumnya

    digunakan untuk bahan alami) serta ethyl acetate solution, sodium benzene sulfonate (SBS)

    untuk bahan sintetis.

    4.2.2. Reformulasi dan seleksi pupuk majemuk berteknologi nano untuk tanaman

    padi, tomat dan jagungKegiatan ini terdiri dari dua sub kegiatan, yaitu: (1) formulasi pupuk majemuk

    berteknologi nano, dan (2) seleksi formula pupuk majemuk. Kegiatan pertama merupakan

    kegiatan laboratorium sedangkan kegiatan kedua dilaksanakan di rumah kaca Balai

    Penelitian Tanah.

    a. Formulasi pupuk majemuk berteknologi nano untuk tanaman padi, sayuran dan

    palawija

    Sebagai langkah awal, jumlah masing-masing unsur hara yang dibutuhkan tanaman

    akan didekati dari hasil/produksi tanaman yang dipanen (diangkut) keluar lahan dan kadar

    unsur-unsur hara yang ada di dalamnya. Dosis pupuk yang dihasilkan dengan perhitungan

    ini adalah jumlah unsur hara (dalam pupuk) yang perlu ditambahkan untuk menggantikan

    unsur-unsur hara yang terangkut ke luar dengan panen, dan belum memperhitungkan

    efektivitas pupuk atau kehilangan pupuk karena pencucian, penguapan dan pengikatan

    (fiksasi) pupuk oleh tanah. Dosis pupuk yang aktual akan memperhitungan faktor-faktor

    tersebut, sehingga formula dan dosisnya menjadi sangat spesifik dan tergantung pada

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    15/33

    7

    antara lain: jenis tanah, status hara tanah, pengelolaan lahan dan iklim. Di samping itu, ada

    dua tahapan dalam mengelola kesuburan tanah, yaitu tahap peningkatan (establishment)

    dan tahap pemeliharaan (maintenance) kesuburan tanah.

    Sesuai dengan variasi sifat-sifat tanah pertanian yang ada di Indonesia, formula

    pupuk majemuk berteknologi nano akan dirumuskan dalam dua kelompok besar, yaitu: (A)

    pupuk majemuk untuk tanah mineral masam, dan (B) pupuk majemuk untuk tanah mineral

    tidak masam. Selanjutnya untuk kelompok tanaman palawija dan sayuran, masing-masing

    akan dirumuskan beberapa formula. Dalam tahap penelitian formula pupuk ini untuk setiap

    macam pupuk akan dipelajari sebanyak lima (5) formula, untuk mengakomodasi berbagai

    kombinasi atau ratio unsur-unsur hara, perbedaan sumber hara, dan kemungkinan membuat

    pupuk yang dengan dan tanpa diberi pelapisan (coated) dan sebagainya.

    b. Seleksi formula pupuk majemuk berteknologi nano untuk tanaman padi, sayurandan palawija

    Berbagai formula pupuk majemuk berteknologi nano yang disusun pada kegiatan

    pertama akan diseleksi melalui percobaan pot di rumah kaca dengan tanaman indikator

    tomat dan jagung. Diharapkan untuk masing-masing jenis tanaman akan dapat dipilih 2 3

    formula pupuk yang unggul dan kemudian akan diuji efektivitasnya di lapangan. Seleksi

    formula pupuk majemuk dilaksanakan di rumah kaca menggunakan 2 contoh tanah berasal

    dari lokasi percobaan lapang.

    Padi. Contoh tanah dari lapang dikeringanginkan, ditumbuk/dihaluskan, kemudian

    diayak dengan saringan berdiameter 2 mm. Contoh tanah seberat 7,5 kg dimasukkan ke

    dalam pot, digenangi dengan air bebas ion kemudian dilumpurkan hingga merata dan

    didiamkan 1 minggu sebelum ditanami untuk padi sawah. Bibit padi berumur sekitar 15-21

    hari ditanam 3 tanaman per pot. Pemupukan diberikan sesuai perlakuan sebelum tanam.

    Pemeliharaan tanaman meliputi pencegahan hama dan penyakit, penyiangan, serta

    penyiraman dilakukan secara berkala. Pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah anakan

    dilakukan setiap 2 minggu hingga pertumbuhan vegetatif maksimum (menjelang malai

    keluar).

    Jagung. Contoh tanah dari lapang dikeringanginkan, ditumbuk/dihaluskan, kemudian

    diayak dengan saringan berdiameter 2 mm. Contoh tanah seberat 7,5 kg dimasukkan ke

    dalam pot. Setelah pupuk dasar dan perlakuan diberikan dengan cara diaduk merata ke

    dalam tanah kemudian tanah diairi hingga kapasitas lapang. Benih jagung ditanam dalam

    pot masing-masing 2butir/lubang. Pemeliharaan tanaman meliputi pencegahan hama dan

    penyakit, penyiangan, serta penyiraman dilakukan secara berkala. Pertumbuhan tinggi

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    16/33

    8

    tanaman jagung dilakukan setiap 2 minggu hingga menjelang bunga betina muncul

    (pertumbuhan vegetatif maksimum).

    Tomat. Contoh tanah dikeringanginkan kemudian digiling dan diayak menggunakan

    ayakan 2 mm. Contoh tanah lalu ditimbang masing-masing 5 kg per pot. Pemupukan dasar

    dan pupuk majemuk berteknologi nano diberikan sesuai perlakuan sebelum tanam dengan

    cara diaduk merata dengan tanah. Bibit tomat yang telah berumur 2-3 minggu dipindahkan

    ke dalam pot yang sudah diisi dengan tanah. Pemeliharaan tanaman meliputi pencegahan

    hama dan penyakit, penyiangan, serta penyiraman dilakukan secara berkala. Pengamatan

    tinggi tanaman diamati setiap 2 minggu hingga tanaman memasuki fase pembungaan.

    Seleksi formula pupuk dilaksanakan hingga fase vegetatif menjelang generatif.

    Idealnya bila waktu memungkinkan, formula pupuk yang memberikan respon positif

    terhadap pertumbuhan tanaman selanjutnya akan diuji efektivitasnya di lapangan. Formula

    pupuk majemuk terbaik diseleksi berdasarkan data pertumbuhan dan serapan hara tanamansaat pertumbuhan maksimum.

    4.2.3. Uji Efektivitas formula pupuk majemuk berteknologi nano untuk tanaman padidan jagung

    Efektivitas pupuk majemuk berteknologi nano untuk tanaman padi sawah sedang

    dipelajari pada lahan dengan tingkat kesuburan/status hara P dan K bervariasi dari rendah

    hingga tinggi di Sumatera dan Jawa. Sebagai pupuk standar akan digunakan pupuk tunggal

    yang berasal dari pupuk urea, SP-36 dan KCl dengan dosis uji tanah dan dosis rekomendasisetempat. Untuk menentukan dosis optimum pupuk majemuk nano sedang dicoba beberapa

    dosis pupuk sesuai formula hasil penelitian kegiatan 4.2.2

    Rancangan percobaan yang digunakan Rancangan Acak Kelompok (Randomized

    Complete Block Design) dengan 3 ulangan. Perlakuan yang diuji adalah 2-3 jenis formula

    pupuk majemuk terpilih (hasil dari kegiatan 2.2). Takaran pupuk majemuk nano yang diuji

    disesuaikan dengan formula terpilih, semisal adalah 400, 300, 200 kg/ha. Ditambah

    perlakuan pupuk NPK yang diberikan dua kali, pupuk NPK sebagai pupuk awal dan NK

    sebagai pupuk susulan. Rencana perlakuan dan takaran pupuk disajikan pada Tabel 2.

    Pupuk dasar dan pupuk majemuk berteknologi nano yang diuji untuk padi sawah

    diberikan dengan cara disebar merata di atas permukaan kemudian dibenam sebelum

    tanam sedangkan untuk jagung ditugal disebelah barisan tanaman. Pupuk tunggal Urea dan

    KCl diberikan 2 kali yaitu satu minggu setelah tanam dan menjelang fase primordia. Pada

    perlakuan pemberian di-split dua kali, separuh bagian pupuk majemuk nano diberikan saat

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    17/33

    9

    tanam dan sisanya pada saat fase primordia. Petak percobaan dibuat berukuran sekitar 4 m

    x 5 m. Tanaman indikator yang dicoba sesuai rekomendasi setempat.

    Pengamatan akan dilakukan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah

    anakan, berat jerami basah dan kering, berat gabah kering panen dan kering giling (padi

    sawah). Untuk jagung diamati pertumbuhan tinggi tanaman, berat kering tanaman dan

    tongkol jagung. Contoh tanah akan diambil sebelum diberi perlakuan dan setelah panen.

    Contoh tanaman saat panen akan dianalisis untuk mengetahui serapan hara tanaman.

    Contoh tanah awal sedang dianalisis: tekstur, pH H2O dan KCl 1N, C-organik, N-total, P

    terekstrak HCl 25 %, Bray 1 dan Olsen, K terekstrak HCl 25%, Basa-basa dapat ditukar Ca,

    Mg, K, Na dan KTK terekstrak NH4OAc 1 N pH 7, KB, unsur mikro. Contoh tanah setelah

    panen akan dianalisis hara N, P, dan NTK. Contoh tanaman setelah panen dianalisis kadar

    N, P, dan K total tanaman.

    4.3. Bahan dan Alat

    Bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini diantaranya

    adalah ATK, penunjang komputer, bahan kimia (misal HCl, asam sulfat, asam nitrat, NaOH,

    Asam Askorbin), berbagai jenis P-alam dan bahan organik. Sedangkan peralatan yang

    dipergunakan meliputi peralatan laboratorium untuk analisa kimia, peralatan analisa enzim,

    ZPT, asam-asam organik, REE, serta peralatan untuk membuat pupuk nano dan peralatan

    untuk mengamati ukuran nano.

    4.4. Lokasi dan Waktu

    Kegiatan penelitian sedang dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Uji Tanah,

    laboratorium penunjang di bawah Litbang Pertanian, laboratorium Batan/LIPI; Rumah Kaca

    Balai Penelitian Tanah-Bogor serta lahan sawah/kering milik petani. Penelitian dimulai dari

    bulan Maret sampai dengan November 2011.

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    18/33

    10

    Tabel 1. Perlakuan dan dosis pupuk pada percobaan efektivitas pupuk organo fosfat danmajemuk nano untuk tanaman padi sawah, jagung dan tomat di rumah kaca

    Kodeperlakuan

    Perlakuan Urea SP-36 KCl NPK**

    . kg/ha .

    T1. Kontrol lengkap 0 0 0 0T2. NPK rekomendasi v v v

    T3. P-alam Ciamis+Kohe+Tithonia (A-padat) v v v

    T4. P-alam Ciamis+Kohe+Tithonia (B-ferm) v v v

    T5. Guano+Kohe+ Tithonia (A-padat) v v v

    T6. Guano+Kohe+Tithonia (B-ferm) v v v

    T7. P-alam Maroko+Kohe+Tithonia (A-padat) v v v

    T8. P-alam Maroko+Kohe+Tithonia (B-ferm) v v v

    T9. P-alam Nano (NPK-A) 0 0 0 400

    T10. P-alam sub-mikron (NPK-B) 0 0 0 400

    T11. NPK dosis petani setempat v v -

    Keterangan :* Pupuk diberikan 2 kali, saat tanam dan primordia;** Pupuk majemuk nano, takaran tergantung pada jenis tanamanv Ditentukan berdasar hasil analisis tanah

    Takaran petani

    Tabel 2. Perlakuan dan dosis pupuk pada percobaan efektivitas pupuk organo fosfat danmajemuk nano untuk tanaman padi sawah dan jagung di lapang

    KodePerlakuan Urea SP-36 KCl NPK**

    . kg/ha .T1. Kontrol lengkap 0 0 0 0

    T2. NPK rekomendasi v v v

    T3. P-alam Ciamis+Kohe+Tithonia (A-padat) v v v

    T4. Guano+Kohe+ Tithonia (A-padat) v v v

    T5. P-alam Maroko+Kohe+Tithonia (A-padat) v v v

    T6. P-alam Nano (NPK-A) 0 0 0 1x

    T7. P-alam Nano (NPK-A) 0 0 0 3/4x

    T8. P-alam sub-mikron (NPK-B) 0 0 0 1x

    T9. P-alam sub-mikron (NPK-B) 0 0 0 3/4x

    T10. NPK dosis petani setempat v v -

    Keterangan :* Pupuk diberikan 2 kali, saat tanam dan primordia;** Pupuk majemuk nanov Ditentukan berdasar hasil analisis tanah

    Takaran petani

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    19/33

    11

    4.5. Rancangan Penelit ian

    4.1. Kegiatan 1. Pemilihan metoda tidak menggunakan rancangan penelitian, tetapi dengan

    prinsip metoda-metoda tersebut yang dapat diadopsi dengan menggunakan peralatan

    yang tidak terlalu rumit.

    4.2. Kegiatan 2. Kegiatan kedua ini berupa reformulasi dari pupuk yang telah dihasilkan

    pada penelitian TA 2010. Selanjutnya beberapa calon pupuk nano tersebut diseleksi

    kekonsistensian responnya terhadap tanaman indicator padi sawah, jagung dan tomat

    di rumah kaca. Rancangan percobaan yang dipergunakan adalah rancangan acak

    kelompok.

    4.3. Kegiatan 3. Kegiatan ketiga merupakan uji efektivitas beberapa formula pupuk majemuk

    nano terpilih di lapangan dengan tanaman indicator padi, jagung dan tomat. Formuka

    pupuk yang memberikan respon pertumbuhan dan peningkatan hasil terbaik merupakan

    pupuk terpilih. Rancangan percobaan yang dipergunakan adalah rancangan acak

    kelompok.

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    20/33

    12

    BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1. Analisis karakterisasi komponen formula pupuk

    a. Fosfat alam

    Hasil survey batuan fosfat alam di Jabar dan Jateng pada tahun anggara 2010

    menunjukkan keragaman yang cukup tinggi terutama kandungan P2O5 dari setiap jenis

    fosfat alam. Namun demikian, dua jenis fosfat alam dengan kandungan P2O5 tertinggi telah

    di pilih yaitu Guano Wonosari dan PA Ciamis (Tabel3). Di sini terlihat bahwa P alam

    mengandung unsur hara yang cukup lengkap yang dapat bermanfaat bagi tanaman.

    Dengan demikian penggunaan P alam selain menyediakan P bagi tanaman juga merupakan

    sumber Ca, Fe dan Si dan unsur lainnya dalam jumlah kecil.

    Hasil analisis ekstrak P alam yang digunakan sebagai bahan dasar pupuk

    mengandung P2O522.84% untuk Guano Wonosari dan P2O5 16% untuk PA Ciamis. Nilai P

    alam Wonosari tergolong cukup tinggi dibanding jenis-jenis P alam lainnya dari berbagai

    daerah di Indonesia (Gambar 3). Selain itu juga digunakan RP Maroko dan Tunisia sebagai

    sumber pupuk Nano karena mengandung P2O5yang cukup tinggi antara 26-30%. Perlakuan

    perubahan ukuran dari 100 mesh menjadi partikel Nano meningkatkan kelarutannya dalam

    asam Sitrat dari 10.5 menjadi 14.6 mg/kg. Peningkatan kelarutan pupuk ini memberikan

    peluang terhadap peningkatan ketersediaan bagi tanaman. Peningkatan ketersediaan P dari

    P-alam biasanya selalu menggunakan asam kuat untuk melepaskan P dari ikatan dengan

    bahan mineral lainnya.

    Gambar 3. Keragaan dari bahan baku P-alam Maroko, P-alam Ciamis, guano-Wonogiri,serta Zeolit

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    21/33

    13

    Tabel 3. Sifat kimia Guano-Wonosari, PA Ciamis, PA Maroko dan Zeolit

    Parameter Guano-

    Wonosari

    PA Ciamis PA Maroko

    (Ukuran)

    Zeolit

    100 mesh Sub-mikron

    (0.1-1 m)

    Nano

    (10-9

    cm)

    KA (%) 15.97 8.48 - - 12.67

    C organik (%) 0.29 0.26 - - -

    N organik (%) - 0.09 - - -

    C/N - 3 - - -

    Total P2O5(%) 22.84 16.22 26 - 27 - -

    P2O5 larut asam sitrat (%) 5.77 5.47 10.5 14.6 -

    KTK (NH4OAc 1 N pH 7) - - - - 70.15

    Total K (g 100g-

    ) 0.15 0.15 - - -

    Total Ca (g 100g-

    ) 6.18 6.72 - - -

    Total Mg (g 100g-1) 0.72 0.10 - - -

    Total Fe (g 100g-1

    ) 21.196 18.286 - - -

    Total Mn (mg kg-1

    ) 435 2.679 - - -

    Total Cu (mg kg-1

    ) 146 203 - - -

    Total Zn (mg kg-1

    ) 195 432 - - -

    Total Pb (mg kg-1

    ) 14.43 22.1 - - -

    Total Cd (mg kg-1

    ) - 2.14 - - -

    b. Zeolit

    Bahan pembenah tanah Zeolit berpotensi untuk digunakan sebagai bahan pupuk

    untuk memegang sementara agar terjadi slow release sehingga Zeolit banyak digunakan

    sebagai filer dalam pembuatan pupuk (Gambar 3). Zeolit dikenal memiliki struktur yang

    unik dengan pori-pori berukuran nano dan memiliki lorong-lorong tempat penyimpanan

    atau gudang sementara unsur hara atau partikel-partikel mengandung unsur hara (Ikatan

    Zeolit Indonesia, 2009). Sifat ini yang dimanfaatkan untuk formulasi pupuk slow release.

    Kapasitas tukar kation dari Zeolit yang dipergunakan pada formulai ini sebesar 70.15

    me/100g.

    c. Bahan organik (pukan ayam dan Tithonia)

    Bahan organik yang tersedia insitu merupakan bahan yang sangat baik untuk

    dipergunakan selain sebagai sumber c-organik tanah, sumber energi bagi mikroba tanah,

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    22/33

    14

    juga berfungsi mengikat sementara pupuk P dari P-alam. Bahan komponen pupuk organik

    yang digunakan untuk menbuat pupuk organo fosfat adalah pukan ayam dan Tithonia

    (Gambar 4). Kandungan hara dan sifat kimia bahan-bahan tersebut dapat dilihat dalam

    Tabel 4. Pukan ayam dipilih karena mengandung unsur hara makro dan mikro cukup tinggi.

    Pukan ayam mengandung N, P dan K jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pukan sapi.

    Demikian juga kandungan unsur mikro seperti Fe, Mn, Cu dan Zn yang terdapat dalam

    pukan ayam lebih tinggi dibandingkan dengan pukan sapi. Tithonia terlihat memiliki

    kandungan unsur hara K yang paling tinggi dibandingkan dengan pukan ayam.

    Bahan-bahan organik tersebut dikomposkan sampai matang sebelum digunakan.

    Setelah menjadi kompos, setengah bagian dari bahan organik tersebut difermentasi

    dengan cara diberi air dengan rasio 1:1 selama 7 hari. Fermentasi bertujuan untuk lebih

    mengaktifkan kompos tersebut agar mempunyai manfaat yang lebih bila dibandingkan

    dengan dalam bentuk padat. Keefektifan proses fermentasi akan terukur pada hasil

    penelitian rumah kaca.

    Gambar 4. Keragaan dari bahan organik dari kiri ke kanan kompos Tithonia dan pukanAyam yang telah matang

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    23/33

    15

    Tabel 4. Karakteristik kimia bahan organik komponen pupuk organik

    5.2. Formulasi pupuk Organofosfat dan pupuk Majemuk NPK P-nano

    Berdasarkan rencana perlakuan Tabel 1 dan 2 terdapat tiga kelompok jenis formulapupuk yakni pupuk Organo Fosfat yang berisi kombinasi bahan organic dan P-alam/guano,

    pupuk Majemuk NPK - A dengan bahan P dibuat berukuran nano terlebih dahulu, serta

    Majemuk NPK B dengan bahan P di buat berukuran sub-mikron.

    Pupuk Organofosfat. Pupuk Organofosfat dibuat dengan tujuan untuk

    meningkatkan daya guna pupuk P-alam dan guano dan memanfaatkan bahan organic yang

    tersedia yang kemudian di formulasi menjadi pupuk mudah tersedia (Gambar 5 dan 6). Pada

    pupuk Organo Fosfat diharapkan terjadi proses pelepasan P dari P-alam/guano karena

    suasana asam oleh komponen organic kemudian P tersebut diikat sementara oleh bahan

    organik. Bentuk terikat bahan organic tersebut adalah bentuk yang sangat mudah diserap

    oleh tanaman. Penggunaan pupuk Organofosfat akan efektif untuk tanah masam dan basa.

    Pupuk Organofosfat dibuat bahan utama P-alam, pukan ayam, dan tithonia, serta bahan

    pendukung adalah zoelit, gypsum, dan molase.

    Pupuk NPK A dan B . Pupuk Majemuk NPK P-nano dibuat dengan cara kombinasi

    kemikal dan fisikal blending dengan hasil akhir berupa pupuk majemuk (Gambar 6 dan 7).

    Parameter Pukan ayam Pukan sapi Tithonia

    KA (%) 21.98 48.36 9.59

    C organik (%) 20.48 26.66 36.71

    N organik (%) 2.58 1.52 2.60

    C/N 7.94 17.52 14.11

    Total P2O5(%) 9.06 0.75 1.34

    P2O5 larut asam sitrat (%) 4.14 0.08 0.70

    Total K (g 100g-1

    ) 5.24 2.80 7.06

    Total Ca (g 100g-1

    ) 5.15 2.47 2.71

    Total Mg (g 100g-1

    ) 1.26 0.53 0.63

    Total Fe (g 100g-1

    ) 16.938 7.335 4.210

    Total Mn (mg kg-1

    ) 782 493 86

    Total Cu (mg kg-1

    ) 121 29 32

    Total Zn (mg kg-1

    ) 412 110 145

    Total Pb (mg kg-1

    ) 31.13 23.48 22.38

    Total Cd (mg kg-1

    ) 0.52 0.78 0.90

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    24/33

    16

    Saat ini sumber N berasal dari Urea, bahan P berasal dari P-alam dan guano yang dibuat

    ukuran nano dengan menggunakan alat seperti yang terdapat pada Gambar 9. P-alam yang

    dipergunakan berasal dari dalam negeri (Ciamis, Wonogiri) dan luar negeri (Moroko).

    Penggunaan sumber P-alam dalam negeri dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi juga

    memanfaat sumber bahan terdekat untuk menekan biaya pengadaan. Sedangkan

    penggunaan P-alam Maroko karena berkadar P yang tinggi serta kualitas terjamin,

    sedangkan penekanan biaya pengadaan dapat ditekan dengan meningkatkan efisiensi

    serapan tanaman juga memotong proses pengasaman P-alam yang sangat kuat di pabrik

    yang berpotensi limbahnya mencemari lingkungan.

    Tahapan pekerjaan formulasi dimulai dengan inventarisasi bahan, analisa kadar hara

    bahan, data kebutuhan tanaman, dan data efisiensi pupuk oleh tanaman. Selanjutnya

    dilakukan pembuatan pupuk berdasarkan rencana formula yang disajikan pada Tabel 1 dan

    2. Kode fermented adalah fermentasi bahan pupuk kandang ayam dengan tithonia yang

    diberi air kemudian diinkubasi selama 1 minggu dengan tujuan untuk meningkatkan

    kematangan bahan organik bila nantinya dicampur dengan P-alam. Untuk pupuk

    organofosfat dalam pembuatan granul telah menggunakan alat granulator (Gambar 9),

    sedangkan untuk NPK-A dan B masih menggunakan manual karena bahan nano dan sub-

    mikron dibuat dalam jumlah sedikit (Gambar 7). Hasil analisa kimia mutu pupuk sedang

    dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Uji Tanah.

    Gambar 5. Formulasi Organofosfat (Kiri) dan Produk Organofosfat dari RP-Ciamis dan

    RP-Maroko (Kanan)

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    25/33

    17

    Gambar 6. Produk Pupuk Organo-fosfat dengan perlakuan fermentasi pukan ayam

    (Kode A-2, B-2, C-2)

    Bahan P-Nano

    Bahan P-Submikron

    Proses formulasi denganZeolit

    Penghalusan ulang setelahpenjerapan P-nano dan P-

    submikron oleh Zeolit

    Gambar 7. Proses pembuatan pupuk P-Nano dan P-Submikron

    Hasil Penelit ian 2010Hasil Penelit ian 2011

    Gambar 8. Pupuk P-nano hasil penelitian 2010 dan 2011

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    26/33

    18

    Dalam pelaksanaan formulasi pupuk terdapat kendala teknis dalam pembuatan P-

    alam menjadi ukuran Nano dan sub-mikron, terutama berkaitan dengan peralatan. Bahan P-

    alam ketika dibuat ukuran sangat kecil tersebut mengalami pemadatan dimana bahan

    menggumpal pada waktu penggilingan berjalan 15-30 menit, sehingga alat harus

    diberhentikan untuk menguraikan bahan kembali. Kendala tersebut dapat diatasi akan tetapi

    terdapat konsekuensi waktu penyelesaian pembuatan pupuk agak mundur dari jadwal yang

    direncanakan.

    Gambar 9. Alat pembuat ukuran nano (kiri) dan alat granulator pupuk (kanan)

    5.3. Percobaan seleksi formula di Rumah Kaca dan Uji Efektivitas di Lapang

    5.3.1. Percobaan seleksi formu la di Rumah Kaca

    Percobaan seleksi formula di rumah kaca menggunakan contoh tanah dari Dukuh

    Galuga Ciampea (Ultisols) dengan tanaman indikator padi, tanah dari Panyaungan

    Cigudeg (Inceptisols) dengan tanaman indikator jagung dan dari Sukagalih Megamendung

    (Andisols) dengan tanaman indikator padi. Perlakuan yang diujikan disajikan pada Tabel 1.

    Berkaitan dengan kendala pembuatan pupuk berukuran nano dan sub-mikron maka

    percobaan rumah kaca dilakukan dengan mendahulukan perlakuan yang terdia pupuknya.

    Untuk mempermudah dalam pembedaan perlakuan maka telah dilakukan perubahan nama

    perlakuan berdasarkan pada bahan utamanya. Untuk nomor perlakuan 9 dan 10 tentang

    pupuk NPK A dan NPK B saat ini sedang dalam persiapan pemupukan berhubung

    pembuatan partikel nano dari P-alam mengalami keterlambatan sebagai akibat dari masalahteknis (alat rusak).

    Hasil analisa tanah kedua lokasi disajikan pada Tabel 5. Ketiga tanah bereaksi tanah

    masam, berbahan organik rendah dan sedang, berkadar P-tersedia sedang, K tersedia

    rendah dan tinggi. Kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa tanah ini tergolong sedang

    dan tinggi. Berdasarkan sifat kimianya dapat disimpulkan masing-masing tanah mempunyai

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    27/33

    19

    tingkat kesuburan yang sedang untuk tanah dari Desa Galuga Ciampea, rendah untuk

    tanah Panyaungan Cigudeg dan sedang untuk tanah dari Megamendung - Cisarua.

    Tabel 5. Hasil analisa tanah untuk lokasi penelitian Lapang dan Rumah Kaca

    Saat penyusunan laporan ini dibuat umur tanaman percobaan di rumah kaca baru

    mencapai 2 MST bagi padi, 8 HST bagi jagung, dan 7 HST bagi tomat. Hasil pengamatan

    tinggi tanaman dan jumlah daun/jumlah anakan sebagai respon terhadap perlakuan

    disajikan pada Tabel 6. Tanaman padi varitas Ciherang tumbuh dengan baik, rata-rata telah

    mempunyai 3 anakan (Gambar 6). Terdapat perbedaan tinggi tanaman secara nyata bila

    dibandingkan dengan kontrol. Tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan 7. Organofosfat

    C-2 lalu diikuti oleh perlakuan 8. Organofosfat C-1. Selanjutnya disusul oleh perlakuan

    Organofosfat A dan B. Pembeda dari perlakuan Organofosfat A, B dan C adalah sumber P-

    alamnya yakni berturut-turut P-alam Ciamis, Guano, dan P-alam Maroko. P-alam Maroko

    adalah yang mempunyai kadar tertinggi serta mempunyai tingkat kelarutan asam sitrat yang

    tertinggi pula, sehingga wajar bila tanaman pada perlakuan ini memberikan respon yang

    lebih. Aplikasi Organofosfat juga memberikan pengaruh yang baik terhadap tinggi tanaman

    bila dibandingkan dengan perlakuan 2. NPK-Rekomendasi. Adanya bahan organic dalam

    Parameter Cisauk-Cibatok

    (Jagung)

    Dukuh-Galuga

    (Padi Lapang-RK)

    Panyaungan-Cigudeg

    (RK Jagung)

    Sukagalih-Megamendung

    (RK-Tomat)

    pH H2O (1:5) 4.85 4.36 4.41 5.80

    pH KCl (1:5) 4.16 3.63 3.92 5.38

    Tekstur Pasir (%)

    Debu (%)

    Liat (%)

    C organik (%) 1,48 2,43 2,07 2,22

    N organik (%) 0.17 0.26 0.26 0.38

    C/N 9 9 8 6

    P-tersedia (Bray II) (mg/kg) 40,45 27,68 27,12 8,23

    P-potensial (HCl 25%) (mg/kg) 1.475 626 382 1284

    K2O HCl 25% (mg/kg) 109 92 52 409

    K-dd (cmolc(+)/kg) 0,12 0,14 0,04 0,71

    Ca-dd (cmolc(+)/kg) 6,30 5,91 7,75 14,02

    Mg-dd (cmolc(+)/kg) 1,94 1,32 1,44 1,60

    Na-dd (cmolc(+)/kg) 0,04 0,25 0,02 0,04

    KTK (cmolc(+)/kg) 13,96 17,33 19,64 25,24

    KB (%) 60 44 47 65

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    28/33

    20

    pupuk Organofosfat meningkatkan efisiensi serapan hara anorganic oleh tanaman.

    Diharapkan respon tanaman yang lebih jelas berkaitan dengan umur sehingga dapat diambil

    kesimpulan lebih akurat.

    Tabel 6. Respon tanaman terhadap perlakuan pupuk organofosfat A, B dan C di rumah kaca

    No Perlakuan Padi (2 MST) Jagung (8 HST) Tomat (7 HST)

    Tinggi (cm) Anakan Tinggi (cm) Daun Tinggi (cm)

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    Kontrol Lengkap

    P-Rekomendasi

    Organofosfat A-1

    Organofosfat A-2

    Organofosfat B-1

    Organofosfat B-2

    Organofosfat C-1

    Organofosfat C-2

    P-Dosis Petani

    26.60 c

    31.37 ab

    34.93 ab

    34.67 ab

    34.73 ab

    35.00 ab

    35.17 a

    36.43 a

    31.60 ab

    3

    3

    3

    3

    3

    3

    3

    3

    3

    26.5 e

    31.90 bcd

    37.23 ab

    36.10 abc

    34.60 a-d

    35.83 a-d

    34.27 a-d

    38.67 a

    34.87 a-d

    4.2 c

    4.8 a

    4.8 a

    4.4 bc

    4.8 a

    4.8 a

    4.8 a

    4.4 bc

    4.5 b

    19.13 b

    24.50 a

    24.30 a

    24.00 a

    24.00 a

    24.50 a

    23.77 a

    24.13 a

    24.60 a

    cv % 8.7 3.5 5.7 3.2 5.7

    Pertumbuhan tanaman jagung varitas P-21 di rumah kaca termasuk baik, dimana

    tanaman tumbuh rata, seiring dengan bertambahnya umur respon tanaman mulai terlihat.

    Pada umur 8 HST telah terlihat respon tanaman terhadap perlakuan yang diberikan

    (Gambar 10). Seluruh perlakuan lebih tinggi dari Kontrol secara signifikan (Tabel 6). Tinggi

    tanaman tertinggi teramati pada perlakuan 8. Organofosfat C-2 yang diikuti oleh perlakuan 4.

    Organofosfat A-2. Pertubuhan tanaman pada Perlakuan 2. P-rekomendasi telah terlewati

    oleh perlakuan Organofosfat. Demikian pula hasil pengamatan terhadap jumlah daun,

    tanaman jagung respon terhadap pemupukan yang ditunjukkan dengan peningkatan dalam

    jumlah. Jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan 2, 3, 5, 6, 7 secara nyata dengan

    kontrol.

    Pertumbuhan tanaman tomat varitas Arthaloka sangat baik (Gambar 11). Walaupun

    umur tanaman baru mencapai 7 HST, tetapi telah menunjukkan respon terhadap perlakuan.

    Seluruh perlakuan yang diuji berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 6), tetapi belum berbeda

    antar perlakuan. Dengan bertambahnya umur tanaman diharapkan pengaruh perlakuan

    akan lebih jelas. Tanaman tomat sangat membutuhkan hara P untuk pembungaan dan

    pembentukan buah, sehingga bila ketersediaannya terbatas maka akan mengalami

    pembungaan yang lebih cepat tetapi menghasilkan produk yang kecil-kecil dan mudah

    rontok.

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    29/33

    21

    Gambar 10. Pertumbuhan tanaman jagung umur 10 HST

    Gambar 11. Petumbuhan tanaman padi 2 MST (Kiri) dan tanaman tomat 10 HST (Kanan)

    5.3.2. Percobaan Uji Efektiv itas di Lapang

    Penelitian percobaan lapang dilakukan pada tanah Inceptisol Cibatok dan Ultisols

    Galuga. Hasil analisa tanah awal disajikan pada Tabel 5. Hasil analisa contoh tanah dapat

    uraikan secara ringkas sebagai berikut: tanah bereaksi sangat masam sampai sangat

    masam, berbahan organik rendah sampai sedang, P- tersedia Bray tinggi, K tersedai rendah,

    KTK rendah sampai sedang, dan berkejenuhan basa sedang. Pemilihan lokasi

    berkesuburan rendah untuk tanah Cisauk-Cibatok dan sedang untuk tanah Galuga -

    Ciampea berkaitan dengan tujuan uji efektivitas agar respon tanaman terhadap perlakuan

    lebih jelas, berdasarkan parameter pengamatan yang telah ditetapkan.Pertumbuhan tanaman saat ini mencapai umur 6 MST. Padi dan jagung tumbuh

    dengan baik (Gambar 12 dan 13). Dari hasil pengatatan tinggi tanaman padi terdapat tiga

    perlakuan yang nyata lebih tinggi dari perlakukan lain yaitu NPK Rekomendasi, Pupuk

    organo-fosfat B, dan NPK-Submikron B 3/4x terutama dengan Control (Tabel 7). Akan tetapi

    bila diamati terhadap jumlah anakan, terdapat kecenderungan peningkatan jumlah anakan

    pada perlakuan NPK Rekomendasi, Organofosfat B, Organofosfat C, dan NPK Nano A 1x.

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    30/33

    22

    Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman jagung hanya perlakuan NPK-Nano B

    3/4x yang cenderung paling tinggi. Pada perlakuan kontrol walaupun tidak dipupuk samapi

    umur pengamatan 6 MST masih menunjukkan pertumbuhan yang baik dari pengamatan

    tinggi, tetapi tanaman sudah menunjukkan perubahan warna daun menjadi lebih kuning

    dengan tertumbuhan batang yang agak lebih kecil. Untuk membedakan pengaruh perlakuan

    akan lebih jelas teramati dari hasil panen sehingga dapat dihitung B/C rasionya, karena

    tanaman padi dan jagung sangat respon terhadap pupuk P berkaitan dengan produksi.

    Tabel 7. Pertumbuhan tanaman padi dan jagung (6 MST) pada percobaan lapang

    No. Perlakuan Padi Jagung

    Tinggi (cm)Tinggi (cm) Anakan

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    Kontrol Lengkap

    NPK Rekomendasi

    Organo Fosfat A

    Organo Fosfat B

    Organo Fosfat C

    NPK Nano A 1x

    NPK Nano B 3/4x

    NPK Sub-Mikron B 1x

    NPK Sub-Mikron B 3/4x

    NPK Dosis Petani

    60.63 b

    67.61 a

    63.13 ab

    68.58 a

    65.11 ab

    64.01 ab

    64.58 ab

    60.34 b

    67.88 a

    63.79 ab

    14.43

    15.53

    15.13

    15.60

    15.57

    15.60

    14.33

    14.80

    15.07

    14.27

    187.13

    187.50

    187.58

    186.63

    187.88

    183.23

    193.97

    180.27

    178.63

    184.69

    cv 4.8% 7.6% 4.8%

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    31/33

    23

    Gambar 12. Pertumbuhan tanaman jagung pada tanah Inceptisols Cibatok umur 6 MST

    Gambar 13. Pertumbuhan tanaman padi pada tanah Ultisols Galuga Bogor umur 6 MST

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    32/33

    24

    BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1. KESIMPULAN

    - Tahapan pembuatan pupuk mencapai 80 %, diantaranya penyusunan formula, persiapan

    bahan dan peralatan penunjang. Pupuk yang akan dihasilkan terdiri dari pupuk

    Organofosfat dan pupuk majemuk NPK P-nano. Formula pupuk NPK A dan NPK B masih

    perlu penyempurnaan dalam granulasinya.

    - Penelitian uji seleksi formula di rumah kaca dengan tanaman indikator tanaman padi,

    jagung, dan tomat baru mencapai umur 10-18 HST. Hasil analisa contoh untuk

    percobaan rumah kaca termasuk berkesuburan rendah untuk tanah Ultisols Galuga,

    sedang untuk tanah Inceptisols Cibatok dan tanah Andisols Megamendung. Walaupun

    tanaman baru berumur muda tetapi telah menunjukkan respon pemupukan perlakuan

    terutama bila dibandingkan dengan kontrol. Pengaruh perlakuan terbaik belum dapat

    disimpulkan pada penelitian ini.

    - Penelitian uji efektivitas di lapang telah diletakkan di desa Cisauk-Cibatok (kesuburan

    sedang) dan di desa Dukuh Galuga Kabupaten Bogor (kesuburan rendah). Tanaman

    telah mencapai umur 6 MST dan tumbuh dengan baik. Pengaruh perlakuan terbaik belum

    dapat disimpulkan, tetapi semua perlakuan berpengaruh terhadap parameter tinggi

    tanaman bila dibandingkan dengan kontrol. Produk pupuk Organofosfat, NPK-A (nano)

    dan NPK-B (Sub-mikron) mempunyai potensi dikembangkan.

    6.2. SARAN

    Keterbatasan waktu efektif dalam pelaksanaan penelitian ini sedikit membatasi

    dalam perencanaan pelaksanaan kegiatan. Waktu efektif untuk hasil yang optimum adalah 8

    bulan penuh sehingga antara perencanaan dan pelaksanaan masih ada tenggang waktu

    kalaupun terjadi permasalah teknis.

    Pelaksanaan penelitian lapang pada musim kemarau Juli - Agustus September

    termasuk sangat riskan berkaitan dengan ketersediaan air dan serangan hama penyakit,

    sehingga pemilihan lokasi penelitian harus dekat dengan sumber air tetapi bukan daerah

    endemic hama penyakit. Bila menunggu musim hujan (MH) akan sangat terlambat,

    mengingat keterbatasan waktu.

  • 5/27/2018 Ristek Nano Vertilizer

    33/33

    25

    DAFTAR PUSTAKA

    Arryanto Y., Siti Amini, M.F. Rasyid, Arif Rahman, Pedy Artsanti. 2007. IPTEK Nano diIndonesia : Terobosan, Peluang dan Strategi. Deputi Perkembangan RIPTEK,Kementerian Negara Riset dan Teknologi. 206 Hal.

    Anane-Fenin K. 2008. Nanotechnology in Agricultural Development in the ACP Region.

    Joseph T. and M. Morrison. 2006. Nanotechnology in Agriculture and Food. A Nanoforumreport. European Nanotechnology Gateway. 13 p.

    Kuzma J and VerHage P. 2006. Nanotechnology in Agriculture and Food Production,Anicipated Application. Project on Emerging Nanotecnologies. Washington.Woodrow Wilson International Center for Scholars.

    Husnain, Ladiyani R. Widowati, dan Linca Anggria. 2010. Laporan Penelitian Ristek :Penelitian dan Pengembangan Teknologi Nano Berbahan Baku Batuan Alami danBahan Organik untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan >35%. Balai PenelitianTanah, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.

    Ikatan Zeolit Indonesia. 2009. Terobosan Aplikasi Teknologi Mikro-Nano Material Zeolit

    dalam Bidang Industri, Pertanian, dan Lingkungan. HIBAH SIMPOSIUM NASIONALHIMPUNAN PROFESI IKATAN ZEOLIT INDONESIA (IZI). Direktorat JenderalPendidikan Tinggi, Depdiknas. www.kimiawan.org/docs/hibah/proposal_izi.doc

    Rochman N. T. 2009. Nano di Alam : Lebih Dekat dengan Nanoteknologi. Balai InkubatorTeknologi BPPT. Kementerian Negara Riset dan Teknologi. 53 Hal.

    Rochman N. T. 2007. Opini : Prospek Nanoteknologi di Tanah Air.www.kimiawan.org/docs/hibah/proposal_izi.doc

    Van Kauwenbergh SJ. 2001. Overview of World Phosphate Rock Production. Proceedingsof an International Meeting: Direct Application of Phosphate Rock and RelatedAppropriate Technology-Latest Developments and Practical Experiences. 16-20 Juli2001. An International Center for Soil Fertility and Agricultural Development (IFDC).

    Kuala lumpur, Malaysia.Setyorini D, R. Saraswati, EK Anwar. 2006. Kompos. Dalam Pupuk Organik dan Pupuk

    Hayati. Balai Besar Penelitian dan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan LitbangPertanian.

    BB Pasca Panen. 2011. Badan Litbang Pertanian Menuju Nano Teknologi: Semakin Kecil,Semakin Dahsyat.http://pascapanen.litbang.deptan.go.id/index.php/id/berita/121

    Widowati, L.R., 2010. The rule of organic fertilizer on fertilizer efficiency and requirementrate for vegetable crop on Inceptisols Ciherang, Bogor. Journal of Tropical Soils,Vol 14, No. 3.