Upload
adinda-oktaviani
View
453
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
DELAPAN BELAS PENAPISAN PERSALINAN KALA I
“RIWAYAT BEDAH SESAR”
Disusun untuk memenuhi tugas Askeb Lanjut I kelas DIV Klinik
Disusun Oleh :
ADINDA OKTAVIANI (01)
MARDIANA DWI LESTARI (19)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
2012
Riwayat Sectio Caesaria
I. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus untuk melahirkan janin dari dalam
rahim.
II. Jenis – jenis operasi sectio caesarea
1. Sectio caesarea transperitonealis
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira2
10 cm.
a. Kelebihan :
Mengeluarkan janin dengan cepat
Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal
b. Kekurangan
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealis yang baik
Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan
2. SC ismika atau profundal
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen
bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm
a. Kelebihan :
Penjahitan luka lebih mudah
Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
Perdarahan tidak begitu banyak
Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil
b. Kekurangan :
Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat
menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan
perdarahan banyak
Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
III. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin
akan menyebabkan resiko pada ibu atau pun pada janin, dengan
pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/
kegagalan proses persalinan normal.
Indikasi sectio caesarea
Fetal distress
His lemah / melemah
Janin dalam posisi sungsang atau melintang
Bayi besar ( BBL ³ 4,2 kg )
Plasenta previa
Kalainan letak
Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan
panggul)
Rupture uteri mengancam
Hydrocephalus
Primi muda atau tua
Partus dengan komplikasi
Panggul sempit
Problema plasenta
III. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1. Infeksi puerperal ( Nifas )
Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan
perut sedikit kembung
Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan
Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
Perdarahan pada plasenta
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonealisasi terlalu tinggi
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya
IV. Kontraindikasi riwayat SC sehingga perlu dilakukan rujukan :
a. Bekas insisi vertical tipe apapun
b. Insisi yang tipenya tidak diketahui
c. Pernah sectio caesarea lebih dari satu kali
d. Saran untuk tidak melakukan trial of labor dari dokter bedah yang
melaksanakan pembedahan pertama
e. Panggul sempit
f. Presentasi abnormal seperti presentasi dahi, bokong, atau letak lintang.
g. Indikasi medis untuk segera mengakhiri kehamilan, termasuk diabetes,
toxemia gravidarum dan plasenta previa.
V. Penanganan
Riwayat SC menjadi resiko rupture uteri pada kehamilan
selanjunya, namun hal tersebut dapat dicegah. Pencegahan rupture uteri
pada wanita yang pernah mengalami SC, di beberapa Negara terdapat
pendapat bahwa sekali seksio, seterusnya seksio. Pendirian tersebut tidak
dianut di Indonesia. Seorang wanita yang mengalami SC untuk sebab yang
hanya terdapat pada persalinan yang memerlukan pembedahan itu untuk
menyelesaikannya, diperbolehkan untuk melahirkan pervaginampada
persalinan berikutnya. Akan tetapi, ia harus bersalin di rumah sakit supaya
diawasi dengan baik. Kala II tidak boleh berlangsung terlalu lama dan
pemberian oksitosin tidak dibenarkan. Ketentuan bahwa tidak perlu
dilakukan SC ulangan pada wanita yang pernah mengalami SC tidak
berlaku untuk SC klasik.
Karena adanya bahaya yang lebih besar akan timbulnya rupture
uteri pada riwayat SC, maka perlu dilakukan SC ulang. Selain itu, ibu
hendaknya dirawat 3 minggu sebelum HPL. Dapat dipertimbangkan untuk
melakukan SC sebelum persalinan dimulai, asal kehamilannya benar-benar
lebih dari 37 minggu.
Riwayat operasi sesar pada persalinan yang lalu, dimungkinkan
untuk persalinan pervaginam pada kehamilan berikutnya, dengan indikasi :
a. Bekas insisi tunggal yang melintang dan pada bagian servikal bawah
uterus.
b. Indikasi untuk prosedur pertama bukan disproporsi
c. Harapan akan kelahiran dan persalinan yang mudah.
VI. Rencana untuk asuhan atau perawatan oleh bidan
1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini bahwa harus
dilakukan rujukan untuk operasi section cesarea.
2. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai kemampuan untuk
melakukan bedah sesar.
4. Melakukan observasi kala I menggunakan partograf, mengenai DJJ,
penurunan kepala, pembukaan serviks, frekuensi his dan tanda-
tanda vital ibu
5. Memantau keadaan umum ibu seperti kesadaran
6. Memantau intake cairan seperti minum
7. Mempersiapkan peralatan persalinan selama perjalanan
a. Menyiapkan alat-alat persalinan : partus set, heating set, dll
b. Menyiapkan alat resusitasi
c. Menyiapkan pakaian bayi, memantau kemajuan persalinan,
partograf, periksa dalam setiap 4 jam
d. Menyiapkan alat penanganan syok dan perdarahan
e. Memenuhi kebutuhan fisik ibu, makan dan minum, eliminasi
f. Memenuhi kebutuhan psikologis ibu : memberikan dukungan
persalinan
g. Menyiapkan alat-alat untuk penolong / bidan : mitela, masker,
skort, handscone
8. Menjelaskan dan memberikan keyakinan pada ibu bahwa
persalinannya akan berjalan dengan lancar
9. Memastikan pada ibu untuk mengikuti petunjuk bidan agar
persalinannya berjalan dengan baik
10. Menganjurkan ibu untuk berkemih atau BAB
11. Mendampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat.
VII. Alasan Merujuk dengan Riwayat Sectio Caesaria
Tindakan rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke
fasilitas kesehatan rujukan atau yang memiliki saran lebih lengkap
diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan BBL. Walaupun
sebagian besar ibu menjalani persalinan normal, namun masih ada sekitar
10-15% diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan.
Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam melakukan rujukan
(BAKSOKUDA) :
B : (Bidan) Selama tindakan rujukan dilakukan, ibu dan atau bayi lahir
didampingi oleh penolonng persalinan yang kompeten dan memiliki
kemampuan untuk menatalaksana kegawatdaruratan obstetri dan BBL
untuk dibawa ke fasilitas rujukan
A : (Alat). Bahan-bahan dan perlengkapan untuk asuhan persalinan, masa
nifas dan BBL (tabung suntik, selang IV, dll) harus dibawa bersama
ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut
mungkin diperlukan jika ibu melahirkan sedang dalam perjalanan.
K : (Keluarga). Ibu dan keluarga harus diberitahu mengenai kondisi
terakhir baik mengenai kondisi ibu dan atau bayinya serta mengapa
ibu dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan keperluan
dan upaya rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain
harus menemani ibu dan atau BBL ke tempat rujukan.
S : (Surat). Buat surat pengantar ke tempat rujukan. Surat ini harus
memberikan identifikasi mengenai ibu dan atau BBL, cantumkan
alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau obat-
obatan yang telah diterima ibu dan atau BBL. Lampirkan partograf
hasil persalinan ibu pada saat rujukan.
O : (Obat). Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat
rujukan. Obat mungkin diperlukan selama perjalanan.
K : (Kendaraan). Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk
merujuk ibu dalam kondisi yang cukup nyaman. Pastikan kondisi
kendaraan cukup baik untuk mencapai tempat rujukan dalam waktu
yan tepat.
U : (Uang). Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah
yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-
bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan BBL tinggal di
fasilitas rujukan.
DA : (Doa, darah). Ingatkan pada ibu dan keluarga untuk selalu
memanjatkan doa sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Ajak
keluarga/tetangga yang mempunyai golongan darah yang sama
dengan pasien bila kasusnya memerlukan tranfusi darah
K : (Komunikasi). Memberikan semua informasi yang dibutuhkan
kepada ibu dan keluarga mengenai kondisi.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. Asuhan Persalinan Normal. 2008. Jakarta : JNPKKR