Upload
trinhnhu
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI KOMPARATIF ATAS SEWA, LEVERAGE DAN
IMBAL SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN
PSAK 30 ( REVISI 2007 ) TENTANG SEWA
RIZAL ULHAK
Fakultas Ekonomi, 2011
Universitas Gunadarma
ABSTRACT
International Financial Reporting Standards (IFRS) is an accounting
standards reform demands for transparency in all areas. Revised PSAK 30, which
adopted IAS No. 17 "Accounting for Leases", IFRS.
The difference between the lease classification criteria of PSAK 30
(Revised 2007) on Leases and PSAK 30 on Leases requires the company to
review the lease transaction has been done.
This study aims to determine the effect of PSAK 30 lease obligation on
the company balance sheet, knowing the level of total debt ratio and total debt to
equity ratio before and after the revision of PSAK 30, and to know the market
reaction to stock returns before and after the revision of PSAK 30.
The results of this study show that revision of PSAK 30 turned out to
influence the finance lease obligation, total debt ratioandtotal debt to equity ratio,
the market reaction to stock returns.
Keywords : PSAK 30 on Leases, PSAK 30 (Revised 2007) on Leases
PENDAHULUAN
Sejak 2004, profesi akuntan di Indonesia telah melakukan harmonisasi
antara PSAK/Indonesian GAAP dan IFRS. Konvergensi IFRS diharapkan akan
tercapai pada 2012. Walaupun IFRS masih belum diterapkan secara penuh saat
ini, persiapan dan kesiapan untuk menyambutnya akan memberikan daya saing
tersendiri untuk entitas bisnis di Indonesia.Dengan kesiapan adopsi IFRS sebagai
standar akuntansi global yang tunggal, perusahaan Indonesia akan siap dan
mampu untuk bertransaksi, termasuk merger dan akuisisi (M&A), lintasnegara.
Tercatat sejumlah akuisisi lintasnegara telah terjadi di Indonesia, misalnya
akuisisi Philip Morris terhadap Sampoerna (Mei 2005), akuisisi Khazanah Bank
terhadap Bank Lippo dan Bank Niaga (Agustus 2005), ataupun UOB terhadap
Buana (Juli 2005). Sebagaimana yang dikatakan Thomas Friedman, “The World
is Flat”, aktivitas M&A lintasnegara bukanlah hal yang tidak lazim. Karena IFRS
dimaksudkan sebagai standar akuntansi tunggal global, kesiapan industri
akuntansi Indonesia untuk mengadopsi IFRS akan menjadi daya saing di tingkat
global. Inilah keuntungan dari mengadopsi IFRS.
Konvergensi standar akan menghapus perbedaan tersebut perlahan-lahan
dan bertahap sehingga nantinya tidak akan ada lagi perbedaan antara standar
Negara tersebut dengan standar yang berlaku secara internasional. Kemudian pada
tahun 2007, Indonesia mulai melakukan adopsi sebagai bentuk konvergensi
dengan IFRS.IFRS dibentuk sebagai reformasi standar akuntansi yang menuntut
adanya transparansi di segala bidang terutama dalam kondisi perubahan
lingkungan global yang membawa kemudahan dalam teknologi informasi dan
komunikasi yang semakin mempererat hubungan antar Negara. Menurut Roy
Iman Wihardja (2009), salah satu anggota Dewan Standar Akuntansi Keuangan
(DSAK), DSAK telah melakukan konvergensi dengan IFRS untuk lebih
meningkatkan transparansi serta kepercayaan investor pada perusahaan-
perusahaan di Indonesia.
Melalui PSAK 30 (Revisi 2007) tentang Sewa, akan memudahkan
pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan standar akuntansi
keuangan yang dikenal secara internasional (enhance comparability). PSAK 30
(Revisi 2007) dan dampak perubahannya banyak dialami oleh entitas yang selama
ini menerapkan PSAK tersebut.Perubahan dalam PSAK 30 tampak jelas pada
perbedaan kriteria klasifikasi sewa pembiayaan (finance lease) dan sewa operasi
(operating lease), serta aturan-aturan yang semula masih bersifat rule-based
dengan adanya program konvergensi ini menjadi principle-based.Disinilah
manajemen dituntut untuk lebih teliti dalam mengklasifikasikan transaksi sewa
pada aktivitas perusahaannya. Dampak perubahan ini menyebabkan perubahan
perlakuan akuntansi sewa pada entitas, dan apabila entitas tidak tanggap akan
perubahan ini maka akan berdampak pada hasil audit entitas, sehingga sangatlah
penting setiap entitas mulai peduli dan cepat tanggap akan dampak konvergensi
tersebut.
Timbul pendapat bahwa Indonesia belum mampu menerapkan PSAK 30
(Revisi 2007) tentang Sewa, mengingat hal ini akan memaksa perusahaan untuk
lebih transparan dalam mengungkapkan peristiwa penting dalam laporan
keuangannya, serta menimbulkan kewajiban yang lebih tinggi pada neraca
perusahaan. Oleh karena itu dalam penelitian kali ini peneliti ingin
membandingkan perubahan apa saja yang terdapat dalam PSAK 30 (Revisi 2007)
tentang Sewa jika dibandingkan dengan sebelumnya PSAK 30 tentang Sewa Guna
Usaha. Motivasi peneliti melakukan penelitan mengenai hal ini yaitu karena
fenomena yang muncul adalah upaya-upaya berbagai Negara unruk melakukan
konvergensi IFRS terhadap publiknya.Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) pun telah
menetapkan tahun 2012 merupakan tahun dimana Indonesia sudah mengadopsi
penuh (full adoption) IFRS. Salah satu bentuk adopsi IFRS dalam PSAK
Indonesia diwujudkan dalam PSAK 30 (Revisi 2007) tentang Sewa, yang
mengadopsi International Accounting Standard (IAI) No. 17 “Accounting for
Leases”, menggantikan PSAK 30 tentang Sewa Guna Usaha.
TINJAUAN LITERATUR
Standar akuntansi ini disusun oleh organisasi profesi akuntansi dengan
tujuan agar informasi keuangan menjadi lebih objektif, jelas, dan dapat dimengerti
oleh semua pihak.Standar akuntansi keuangan merupakan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.Prinsip akuntansi merupakan garis pedoman, hukum-hukum
peraturan yang digunakan dalam pekerjaan akuntansi dan berlaku sebagai
penuntun dalam praktek akuntansi. Pengertian prinsip akuntansi yang berlaku
umum menurut Smith et. Al.(1988:433) adalah:
“General Accepted Accounting Principle (GAAP) is a technical
accounting term. It includes convetion, concepts, standards, rules,
principles, procedures that are necessary to define accepted accounting
practice of particular time.”
Perbedaan PSAK 30 (Revisi 2007): Sewa dengan IAS 17 (2003): Lease
PSAK 30 (2007) mengadopsi seluruh IAS 17 (2003), kecuali untuk beberapa
paragraf berikut ini:
1. IAS 17 paragraf 2(c) dan (d) tentang aset biolojik yang kemudian
menjadi PSAK 30 paragraf 2(c) dan (d), karena belum mengadopsi IAS
41: Agriculture.
2. IAS 17 paragraf 14-18 tentang sewa atas tanah dihilangkan dan diatur
berbeda sesuai dengan PSAK 47: Akuntansi Tanah.
3. IAS 17 paragraf 41A tentang aset yang dimiliki untuk dijual yang
kemudian menjadi PSAK 30 paragraf 38, karena belum mengadopsi
IFRS 5: Non-Current Assets Held for Sale and Discontinued
Operations.
4. IAS 17 paragraf 67 dan 68 tentang ketentuan transisi yang kemudian
menjadi PSAK 30 paragraf 64, hanya mengadopsi IAS paragraf 67
sedangkan paragraf 68 mengatur kemungkinan penerapan secara
retrospektif tidak diadopsi karena PSAK 13 berlaku secara prospektif.
5. IAS 17 paragraf 69 tentang tanggal efektif yang kemudian menjadi
PSAK 30 paragraf 65.
6. Definisi Lease
Pengertian lease menurut Kieso et. Al. (2005:1086) sebagai berikut :
“A lease is contractual agreement between a lessor and a lessee that gives
the lessee the right to use specific property, owned by the lessor, for a
specified period of time in return for stipulated, and generally periodic,
cash payments (rent).”
Atau dalam terjemahan bahasa Indonesianya berarti perjanjian kontraktual
antara lessor dan lessee yang memberikan hak bagi lessee untuk menggunakan
properti spesifik, yang dimiliki lessor dalam suatu periode yang disepakati dengan
jumlah pengembalian yang telah ditentukan, dan umumnya secara periodik, dan
pembayaran dengan kas (sewa).
Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam SFAS No.
13 paragraph 01, lessee didefinisikan sebagai :
“..an agreement conveying the right to use property, plant or equipment
(land and/or depreciable assets) usually a stated period of time.”
Atau bisa diartikan sebagai suatu persetujuan penyerahan hak guna atas
aktiva tetap (Property, plant, or equipment, land) dari lessor ke lessee selama
periode waktu tertentu yang telah disepakati bersama.
International Accounting Standard Committee (IASC) dalam IAS No. 17,
paragraph 02, mendefinisikan lease sebagai berikut :
“An agreement whereby the lessor conveys to the lesse in return for rent
the right to use an asset for an agreed period of time. The definition of
lease includes contracts for the hire of an asset which contain of provision
giving the hirer an option to acquire title of the asset upon to the
fulfillment of agreed conditions. These contracts are described as hire
purchase contracts in some countries, different names are used for
agreement which the characteristic of lease”.
Definisi dan pengertian lease menurut IAS No. 17 hampir sama dengan
pengertian lease yang didefinisikan oleh SFAS No. 13, tetapi IASC
menambahkan dalam definisinya bahwa dalam pengertian lease tersebut terdapat
hak opsi bagi lessee untuk membeli aktiva tersebut atau memperpanjang waktu
leasing berdasarkan nilai yang disepakati bersama.
2.2.1. Definisi Menurut PSAK 30 (Revisi 2007)
Sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan
dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh
suatu perusahaan untuk suatu jangka tertentu berdasarkan pembayaran-
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (opsi) bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang
bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai
sisa yang telah disepakati bersama.
- Sewa guna usaha pembiayaan (finance lease) adalah kegiatan sewa
guna usaha, dimana penyewa guna usaha (lessee) pada akhir masa
kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha
berdasrkan nilai sisa yang disepakati bersama.
- Sewa-menyewa biasa (operating lease) adalah kegiatan sewa guna
usaha, dimana penyewa guna usaha (lessee) tidak mempunyai hak opsi
untuk membeli objek sewa guna usaha.
- Sewa guna usaha penjualan (sales-type lease) adalah transaksi
pembiayaan sewa guna usaha secara langsung (direct finance lease)
dimana dalam jumlah transaksi termasuk laba yang diperhitungkan oleh
pabrikan atau penyalur yang juga merupakan perusahaan sewa guna
usaha.
- Leveraged lease adalah transaksi sewa guna usaha yang melibatkan
setidaknya tiga pihak, yakni penyewa guna usaha (lessee), perusahaan
sewa guna usaha (lessor), dan kreditor jangka panjang yang membiayai
bagian terbesar dari transaksi sewa guna usaha.
2.2.2. Definisi Menurut PSAK 30 (Sebelum Revisi)
Sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan
dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh
suatu perusahaan untuk suatu jangka tertentu berdasarkan pembayaran-
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (opsi) bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang
bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai
sisa yang telah disepakati bersama.
- Sewa guna usaha pembiayaan (finance lease) adalah kegiatan sewa
guna usaha, dimana penyewa guna usaha (lessee) pada akhir masa
kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha
berdasrkan nilai sisa yang disepakati bersama.
- Sewa-menyewa biasa (operating lease) adalah kegiatan sewa guna
usaha, dimana penyewa guna usaha (lessee) tidak mempunyai hak opsi
untuk membeli objek sewa guna usaha.
- Sewa guna usaha penjualan (sales-type lease) adalah transaksi
pembiayaan sewa guna usaha secara langsung (direct finance lease)
dimana dalam jumlah transaksi termasuk laba yang diperhitungkan oleh
pabrikan atau penyalur yang juga merupakan perusahaan sewa guna
usaha.
- Leveraged lease adalah transaksi sewa guna usaha yang melibatkan
setidaknya tiga pihak, yakni penyewa guna usaha (lessee), perusahaan
sewa guna usaha (lessor), dan kreditor jangka panjang yang membiayai
bagian terbesar dari transaksi sewa guna usaha.
2.1. Keunggulan Lease
Menurut Johan Halim (2003), terdapat tiga keunggulan utama bagi lessee
untuk melakukan perjanjian lease daripada membeli, yaitu :
- Tidak ada uang muka
Perjanjian lease seringkali dibuat sedemikian rupa
sehingga 100% nilai aktiva dibiayai melalui lease.
Namun ada juga perjanjian leasing yang membutuhkan
uang muka, contohnya kontrak leasing mobil.
- Menghindari resiko kepemilikan
Ada banyak resiko yang menyertai kepemilikan dari
suatu aset.Resiko ini mencakup kerugian karena
bencana, perubahan kondisi ekonomi, dan kerusakan
fisik.
- Fleksibilitas
Kondisi bisnis dan persyaratan berubah setiap saat.
Jika perusahaan melakukan perjanjian lease atas suatu
aset, perusahaan dapat mengganti aset tersebut dengan
mudah sebagai respon terhadap perubahan.
Sedangkan keuntungan bagi lessor dalam melakukan perjanjian lease
daripada menjual, yaitu :
- Meningkatkan penjualan
Dengan menawarkan kepada konsumen potensial
pilihan untuk melakukan lease atas produknya,
manufaktur atau dealer sebagai lessor dapat secara
signifikan meningkatkan volume penjualan.
- Kelangsungan hubungan dengan lessee
Dalam perjanjian lease, lessor dan lessee dituntut
untuk mempertahankan hubungan selama periode
tertentu, sehingga dari sini dapat terbina hubungan bisnis
jangka panjang.
- Nilai sisa dipertahankan
Di dalam perjanjian lease, hak kepemilikan suatu aset
bisa dialihkan atau tidak dialihkan kepada lessee, dimana
pada akhir periode leasingakan timbul nilai residu yang
signifikan. Jika tidak dialihkan, lessor dapat mengambil
keuntungan dengan menjual aset atau kembali
melakukan perjanjian lease atas aset tersebut kepada
lessee yang lain dengan mengakui keuntungan penjualan.
Pembahasan Lebih Lanjut Ketentuan Transisi PSAK 30 (Revisi
2007)”, yang diadopsi dari International Financial Reporting
Interpretations Committee (IFRIC) No. 4, “Determining Wheter an
Arrangement Contains a Lease”. Interpetasi yang diterbitkan tahun 2008
oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) ini memberikan
panduan untuk menentukan apakah perjanjian-perjanjian semacam itu
merupakan sewa atau mengandung sewa yang harus diperlakukan sesuai
dengan PSAK 30 (Revisi 2007). Interpretasi ini tidak memberikan
panduan untuk menentukan bagaimana sewa tersebut harus diklasifikasi
sesuai PSAK 30 (Revisi 2007).Interpretasi ini juga mengklarifikasi bahwa
jika penerapan PSAK 30 (Revisi 2007) tidak retrospektif, saldo yang
terkait dengan transaksi sewa pembiayaan yang sudah ada sebelumnya
dianggap telah ditentukan secara tepat oleh lessor.
Sehubungan dengan sewa operasi yang sudah ada sebelumnya,
entitas diharuskan mengevaluasi sewa tersebut untuk menentukan apakah
sewa tersebut harus diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan menurut
PSAK 30 (Revisi 2007).Jika suatu sewa operasi yang sudah ada
sebelumnya adalah suatu sewa pembiayaan menurut PSAK 30 (Revisi
2007), entitas diperbolehkan untuk menerapkan PSAK 30 (Revisi 2007)
secara retrospektif atau prospektif.Lessee yang memilih penerapan
retrospektif harus menerapkan seolah-olah kebijakan akuntansi baru
berdasarkan PSAK 30 (Revisi 2007) sudah berlaku terhadap semua
perjanjian, sejak awal perjanjian.Lessee yang memilih penerapan
prospektif harus menerapkan seolah-olah kebijakan akuntansi baru
berdasarkan PSAK 30 (Revisi 2007) ini berlaku sejak awal periode sajian,
terhadap semua perjanjian yang telah ada pada awal periode sajian.
Ringkasan IFRIC No.4 “Determining Wheter an Arrangement
Contains a Lease”, adalah sebagai berikut :
“In recent years arrangements have developed that do not take the
legal form of a lease but which convey right to use assets in return
for a payment or series of payments. Examples of such
arrangements include:
- Outsourcing arrangements;
- Telecommunication contracts that provide rights to capacity;
and
- Take-or-pay and similar contracts, in which purchasers must
mke specified payments regardless of wheter they take delivery
of the contracted product or services;
The Interpretation specifies that an arrangement that meets the
following criteria is, or contains, a lease that should be accounted
for in accordance with IAS 17 Leases :
- Fulfillment of the arrangement depends upon a specific asset.
The asset neednot be explicitly identified by the contractual
provisions of the arrangement. Rather it may be implicity
specified because it is noteconomically by providing use of
alternative assets.
- The arrangement conveys a right to control the use of the
underlaying asset. This is the case if any of the following
conditions is met:
(i) The purchaser in the arrangement has the ability or right
to operate the asset or direct others to operate the asset
(while obtaining more than an insignificant amount of
the output of the asset).
(ii) The purchaser has the ability or right to control physical
access to the asset (while obtaining more than an
insignificant amunt of the ouput of the asset).
There is only a remote possibility that parties other than the purchaser
will take more than an insignificant amount of the output of the asset and the
price that the purchaser will pay is neither fixed per unit of output nor equal to
the current market price at the time of delivery.”
PEMBAHASAN
1. Perbedaan pada Tingkat Leverage sebelum dan Sesudah
Penerapan PSAK 30 (Revisi 2007) Tentang Sewa.
Tabel 4.7
Total Asssets, Liabilities, Stockholder’s Equity
Pada Neraca 31 Desember 2008 Sebelum Revisi
Nama Perusahaan
Sebelum Revisi PSAK 30
Total Assets Total Liabilities Stockholder’s
Equity
(Rp) (Rp) (Rp)
Adhi Karya 5,118,263,288,849 4,518,363,732,666 584,279,189,639
Arpeni Pratama Ocean Line 7,294,275,941,253 5,656,420,480,389 1,607,668,511,384
Bakrieland Development 8,334,967,379,610 3,133,629,229,900 4,507,678,769,758
Mobile-8 Telecom 4,796,835,963,622 4,069,517,731,968 727,318,231,654
Indofood Sukses Makmur 39,592,371,000,000 26,430,476,000,000 8,498,749,000,000
Indah Kiat Pulp & Paper 65,347,125,825,800 41,798,393,480,000 23,545,811,783,700
Japfa Comfeed Indonesia 5,384,752,877,000 4,171,588,877,000 1,042,702,000,000
Lautan Luas 3,494,853,000,000 2,540,568,000,000 799,390,000,000
Malindo Feedmill 857,450,300,000 812,899,626,000 46,179,809,000
Pembangunan Jaya Ancol 1,331,291,536,669 447,069,657,685 883,477,745,762
Radiant Utama Interinsco 601,816,902,375 400,248,438,460 201,556,763,500
Pabrik Kertas Tjiwi Kimia 24,782,289,517,650 17,503,472,518,950 6,792,734,136,150
Data diambil dari laporan keuangan masing – masing perusahaan.
Tabel 4.8
Total Asssets, Liabilities, Stockholder’s Equity
Pada Neraca 31 Desember 2008 Sesudah Revisi
Nama Perusahaan
Sesudah Revisi PSAK 30
Total Assets Total Liabilities Stockholder’s
Equity
(Rp) (Rp) (Rp)
Adhi Karya 5,125,368,541,520 4,525,468,985,337 584,279,189,639
Arpeni Pratama Ocean Line 7,294,275,941,253 5,656,420,480,389 1,607,668,511,384
Bakrieland Development 8,334,991,485,092 3,133,653,335,382 4,507,678,769,758
Mobile-8 Telecom 4,797,891,800,649 4,070,573,568,995 727,318,231,654
Indofood Sukses Makmur 39,594,264,000,000 26,432,369,000,000 8,498,749,000,000
Indah Kiat Pulp & Paper 65,349,184,294,200 41,800,451,948,400 23,545,811,783,700
Japfa Comfeed Indonesia 5,384,809,000,000 4,171,645,000,000 1,042,702,000,000
Lautan Luas 3,494,853,000,000 2,540,568,000,000 799,390,000,000
Malindo Feedmill 859,934,901,000 815,384,227,000 46,179,809,000
Pembangunan Jaya Ancol 1,331,291,536,669 447,069,657,685 883,477,745,762
Radiant Utama Interinsco 618,513,428,583 416,944,964,668 201,556,763,500
Pabrik Kertas Tjiwi Kimia 24,783,878,603,550 17,505,061,604,850 6,792,734,136,150
Data diambil dari laporan keuangan masing – masing perusahaan.
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
sesudah - sebelum Negative Ranks 1a 9.00 9.00
Positive Ranks 8b 4.50 36.00
Ties 3c
Total 12
a. sesudah < sebelum
b. sesudah > sebelum
c. sesudah = sebelum
1. Negative Ranks atau selisih antara variabel sebelum dan sesudah revisi yang negatif
sebanyak 1 observasi atau dengan kata lain terdapat 1 obeservasi pada variabel sesudah
yang kurang dari observasi pada variabel sebelum. Dan rata-rata rangkingnya = 9 dengan
jumlah rangking negatif = 9
2. Positive Rank atau selisih variabel sebelum dan sesudah revisi yang positif sebanyak 8
observasi atau dengan kata lain terdapat 8 observasi pada variabel sesudah yang kebih
dari observasi pada avariabel sebelum dengan rata-rata rangkingnya = 4,50 dan jumlah
rangking positifnya = 36,0.
3. Ties atau tidak ada perbedaan anrata variabel sebelum dan sesudah revisi sebanyak
3 observasi
Oleh karena jumlah rengking negatif lebih kecil dibanding rangking positif maka nilai T
yang digunakan adalah jumlah rangking yang negatif.
Selanjutnya uji hipotesis
Test Statisticsb
sesudah -
sebelum
Z -1.599a
Asymp. Sig. (2-tailed) .110
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Uji Hipotesis :
N = 8
α = 5% = 0.05
T(+) = 36
P = 0,110 ( diperoleh dari tabel Wilcoxon Signed Rank Test
Jika P > α Ho diterima Ha ditolak
Jika P < α Ho ditolak Ha diterima
Jawaban :
P > α
0.110 > 0.05 Ho diterima dan Ha ditolak
Kesimpulan :
Tabel 4.7 dan Tabel 4.8 menunjukan Total Asssets, Total Liabilities, dan
Stockholder’s Equity pada neraca periode 31 Desember 2008 sebelum dan
sesudah penerapan Revisi PSAK 30 (Revisi 2007). Adapun perbedaan dari
penerapan Revisi PSAK 30 yaitu perubahan klasifikasi sewa pembiayaan yang
mengakibatkan kenaikan Total Asssets dan Total Liabilities, dan tidak berdampak
sama sekali terhadap Stockholder’s Equity. Dengan adanya perubahan klasifikasi
sewa pembiayaan akibat penerapan PSAK 30 (Revisi 2007) tentang Sewa,
perusahaan diharuskan menganalisa kembali transaksi sewanya, khususnya sewa
operasi (operating lease), apakah masuk dalam klasifikasi sewa pembiayaan
(finanace lease). Jika masuk dalam klasifikasi sewa pembiayaan, perusahaan
harus mengakui aset dan kewajiban dalam neraca pada awal masa sewa, sebesar
nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum,
jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar. Oleh karena itu, peristiwa ini tidak
memberikan pengaruh pada ekuitas perusahaan (Stockholder’s Equity).
Total Debt Ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Total Debt to Equity Ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟 ’𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Tabel 4.9
Total Debt Ratio dan Total Debt to Equity Ratio
per 31 Desember 2008 Sebelum dan Sesudah Revisi
Nama Perusahaan
Total Debt Ratio
Selisih
Total Debt to EquityRatio
Selisih Sebelum
Revisi
Sesudah
Revisi
Sebelum
Revisi
Sesudah
Revisi
Adhi Karya 88.2792% 88.2955% 0.0162% 773.3227% 774.5388% 1.2161%
Arpeni Pratama Ocean Line 77.5460% 77.5460% 0% 351.8400% 351.8400% 0%
Bakrieland Development 37.5962% 37.5964% 0.0002% 69.5176% 69.5181% 0.0005%
Mobile-8 Telecom 84.8375% 84.8409% 0.0033% 559.5237% 559.6688% 0.1452%
Indofood Sukses Makmur 66.7565% 66.7581% 0.0016% 310.9925% 311.0148% 0.0223%
Indah Kiat Pulp & Paper 63.9636% 63.9648% 0.0011% 177.5194% 177.5282% 0.0087%
Japfa Comfeed Indonesia 77.4704% 77.4706% 0.0002% 400.0749% 400.0803% 0.0054%
Lautan Luas 72.6946% 72.6946% 0% 317.8133% 317.8133% 0%
Malindo Feedmill 94.8043% 94.8193% 0.0150% 1760.2923% 1765.6726% 5.3803%
Pembangunan Jaya Ancol 33.5816% 33.5816% 0% 50.6034% 50.6034% 0%
Radiant Utama Interinsco 66.5067% 67.4108% 0.9041% 198.5785% 206.8623% 8.2838%
Pabrik Kertas Tjiwi Kimia 70.6290% 70.6308% 0.0019% 257.6793% 257.7027% 0.0234%
Tabel 4.9 menunjukan bahwa rata-rata perbedaan yang terjadi mengalami
kenaikan pada Total Debt Ratio dan Total Debt to Equity Ratio akibat penerapan
PSAK 30 (Revisi 2007) tentang Sewa. Adapun kenaikan Total Debt Ratio
tertinggi dialami oleh PT. Radiant Utama Interinsco, Tbk sebesar 0.9041% dan
diikuti kenaikan Total Debt to Equity Ratio yaitu sebesar 8.2838%.
2. Statistik Deskriptif Leverage Terhadap Total Debt Ratio
Hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.10
Descriptive Statistics Total Debt Ratio
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Sebelum 12 .3358 .9480 .695555 .1839722
Sesudah 12 .3358 .9482 .696341 .1838900
Valid N (listwise) 12
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS 16.0
Berdasarkan Tabel 4.10 diatas menunjukan hasil yang diperoleh dari
uji statistik deskriptif adalah sebagai berikut:
Data total debt ratio pada neraca perusahaan sebelum revisi dengan
jumlah data (n) 12 menunjukan bahwa nilai terendah yaitu 0.3358 dan nilai
tertinggi total debt ratio perusahaan yaitu 0.9480 nilai rata-rata (mean)
sebesar 0.695555, serta standar deviasi sebesar 0.1839722
Data total debt ratio sesudah revisi dengan jumlah data (n) 12
menunjukan bahwa nilai terendah yaitu 0.3358 dan nilai tertinggi biaya sewa
perusahaan yaitu 0.9482, nilai rata-rata (mean) sebesar 0.696341, serta
standar deviasi sebesar 0.1838900
3. Statistik Deskriptif Leverage Terhadap Total Debt to
EquityRatio
Hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.11
Descriptive Statistics Total Debt to EquityRatio
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
sebelum 12 .5060 17.6029
4.356450E
0 4.6305052
sesudah 12 .5060 17.6567
4.369025E
0 4.6415360
Valid N (listwise) 12
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS 16.0
Berdasarkan Tabel 4.11 diatas menunjukan hasil yang diperoleh dari
uji statistik deskriptif adalah sebagai berikut:
Data total debt to equity ratio pada neraca perusahaan sebelum revisi
dengan jumlah data (n) 12 menunjukan bahwa nilai terendah yaitu 0.5060
dan nilai tertinggi total debt to equity ratio perusahaan yaitu 17.6567 nilai
rata-rata (mean) sebesar 4.356450, serta standar deviasi sebesar 4.6305052.
Data total debt to equity ratio sesudah revisi dengan jumlah data (n)
12 menunjukan bahwa nilai terendah yaitu 0.5060 dan nilai tertinggi biaya
sewa perusahaan yaitu 17.6567, nilai rata-rata (mean) sebesar 4.369025,
serta standar deviasi sebesar 4.6415360
Ho : Tidak ada perbedaan sesudah penerapan PSAK 30
(Revisi 2007) terhadap Laverage Perusahaan.
Ha : Ada perbedaan sesudah penerapan PSAK 30 (Revisi 2007)terhadap
Laverage Perusahaan.
Jadi Kesimpulann :
Dari hasil penelitian dan hasil table Descriptive Statistics maka Ho ditolak dan Ha
diterima yang berarti ada perbedaan harga sewa secara signifikan sesudah
penerapan PSAK 30(revisi 2007) terhadap Leverage.
4. Perbedaan antara Tingkat Imbal Hasil Saham Sebelum
dan Sesudah Penerapan PSAK 30 (Revisi 2007)
Tentang Sewa.
Penelitian ini mengukur imbal hasil saham dengan tujuan mengetahui
reaksi pasar setelah penerapan revisi PSAK 30. Adapun rumus penghitungan
adalah sebagai berikut :
Xi = 𝑃𝑡 – 𝑃𝑡−1
𝑃𝑡−1 x 100 %
Pengamatan dilakukan terhadap rata-rata imbal hasil saham selama lima belas
hari sebelum penerapan PSAK 30 revisi dan lima belas hari sesudah penerapan
PSAK 30 revisi.
Tabel 4.12 Rata-rata Imbal Hasil Saham Sebelum dan Sesudah Revisi
Nama Perusahaan
Rata-rata Imbal
Hasil Saham Selisih
Sebelum
Revisi
Sesudah
Revisi
Adhi Karya 3.61 % 0.30 % -3.31 %
Arpeni Pratama Ocean Line 4.32 % -1.09 % -5.41 %
Bakrieland Development 0.23 % -1.51 % -1.39 %
Mobile-8 Telecom 0 % 0 % 0 %
Indofood Sukses Makmur -0.46 % 1.37 % 1.82 %
Indah Kiat Pulp & Paper -0.98 % 1.67 % 2.64 %
Japfa Comfeed Indonesia -0.42 % 1.84 % 2.26 %
Lautan Luas 0.12 % 0.41 % 0.29 %
Malindo Feedmill 0 % -0.98 % -0.98 %
Pembangunan Jaya Ancol 0.39 % -0.12 % -0.52 %
Radiant Utama Interinsco 0.63 % 0.02 % -0.60 %
Pabrik Kertas Tjiwi Kimia -0.27 % 0.87 % 1.14 %
Tabel 4.12 menunjukan perbedaan terhadap imbal hasil saham sesudah
penerapan PSAK 30 (Revisi 2007) tentang Sewa, baik itu mengalami penurunan
maupun peningkatan terhadap imbal hasil saham, meskipun ada juga perusahaan
yang tidak terkena dampak perubahan terhadap imbal hasil saham akibat
penerapan PSAK 30 (Revisi 2007) tentang Sewa. Adapun kenaikan imbal hasil
saham rata-rata tertinggi pada PT. Indah Kiat Pulp & Paper, Tbk yaitu sebesar
2.64 % dan penurunan imbal hasil saham rata-rata terbanyak pada PT. Arpeni
Pratama Ocean Line, Tbk yaitu sebesar -5.41 %.
5. Statistik Deskriptif Rata-rata Imbal Hasil Saham
Tabel 4.13
Descriptive Statistics Rata-rata Imbal Hasil Saham
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
sebelum 12 -.0098 .0432 .005975 .0163618
sesudah 12 -.0151 .0184 .002317 .0108149
Valid N (listwise) 12
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS 16.0
Berdasarkan Tabel 4.13 diatas menunjukan hasil yang diperoleh dari
uji statistik deskriptif adalah sebagai berikut:
Data Rata-rata Imbal Hasil Saham pada laporan saham masing
perusahaan sebelum revisi dengan jumlah data (n) 12 menunjukan bahwa
nilai terendah yaitu -0.0098 dan nilai tertinggi Rata-rata Imbal Hasil Saham
perusahaan yaitu 0.0432 nilai rata-rata (mean) sebesar 0.005975, serta
standar deviasi sebesar 0.0163618
Data Rata-rata Imbal Hasil Saham pada laporan saham masing
perusahaan sesudah revisi dengan jumlah data (n) 12 menunjukan bahwa
nilai terendah yaitu -0.0151 dan nilai tertinggi Rata-rata Imbal Hasil Saham
perusahaan yaitu 0.0184, nilai rata-rata (mean) sebesar 4.369025, serta
standar deviasi sebesar 0.0108149
Ho : Tidak ada perbedaan sesudah penerapan PSAK 30
(Revisi 2007)
terhadap Imbal Hasil Saham.
Ha : Ada perbedaan sesudah penerapan PSAK 30 (RevisI
2007) terhadap Imbal Hasil Saham.