Upload
silvyanti
View
92
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RMK AKUNTANSI MANAJEMEN
SILVYANTI
A31111117
Analisis Hubungan Biaya Volume-Laba (B-V-L) kedua
Ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi Laba :
1. volume produk yang dijual
2. harga jual produk dan
3. biaya produksi
Sebagai contoh volume produk yang dijual akan berpengaruh terhadap volume produksi
dalam artian semakin banyak produk yang dijual maka semakin banyak jumlah biaya
produksi yang harus dikeluarkan.
Sedangkan biaya akan menentukan harga jual produk. Dalam penentuan harga jual
tentunya perusahaan juga harus mempertimbangkan besarnya laba yang diharapkan.
A. Margin Keamanan (Safety of Margin)
Margin keamanan (safety of margin) adalah kelebihan dari penjualan yang
dianggarkan (actual) diatas titik impas volume penjualan. Margin keamanan menjelaskan
jumlah di mana penjualan dapat menurun sebelum kerugian mulai terjadi. Semakin tinggi
margin keamanan, semakin rendah resiko untuk tidak balik modal. Formula perhitungannya
adalah sebagai berikut :
Margin keamanan = Total penjualan yang dianggarkan (actual) – Penjualan titik impas
Margin keamanan juga dapat disajikan dalam bentuk persentase. Persentase ini didapat
dengan membagi margin keamanan dalam dolar dengan total penjualan :
Persebtase margin Keamanan = Margin keamanandalamdolar
Total penjualan yangdianggarkan(aktual )
B. Struktur biaya dan penerapan operating leverage
Struktur biaya mengacu pada proporsi biaya tetap dan biaya variabel dalam suatu
organisasi. Sebuah perusahaan seringkali memiliki kebebasan untuk melakukan trade-off
kedua jenis biaya ini. Sebagai contoh, investasi tetap dalam peralatan otomatis dapat
menurunkan biaya tenaga kerja varibel. Dalam bagian ini, kita mendiskusikan beberapa
pilihan struktur biaya. Kita menfokuskan pada pengaruh struktur biaya terhadap
profitabillitas perusahaan, dimana operating leverage memainkan peranan kunci.
Operating Leverage
Sebuah pengungkit adalah alat untuk menggandakan tenaga . menggunakan
pengungkit, suatu objek yang sangat besar dapat dipindahkan dengan menggunakan sejumlah
tenaga. Dalam bisnis, operating leverage memainkan peranan yang mirip. Operating leverage
adalah suatu ukuran tetntang seberapa sensitif laba bersih terhadap perubahan dalam
penjualan. Operating leverage bertindak sebagai pengganda (multiplier), Jika operating
leverage tinggi, peningkatan persentase yang lebih kecil dalam penjualan dapat menghasilkan
peningkatan laba bersih dalam persentase yang jauh lebih besar.
Tingkat operating leverage pada berbagai tingkat penjualan dihitung dengan rumus :
Tingkat operating leverage=MarginkontribusiLababersih
Tingkat operating leverage adalah suatu ukuran, pada tingkat penjualan tertentu,
tentang bagaimana persentase perubahan dalam volume penjualan akan memengaruhi laba.
Untuk tingkat operating leverage tidaklah konstan, ia akan mencapai titik tertinggi pada
tingkat penjualan di dekat titik impas dan menurun ketika penjualan dan laba meningkat.
Seorang manajer juga dapat menggunakan tingkat operating leverage untuk
memperkirakan secara cepat pengaruh berbagai persentase perubahan dalam penjualan
terhadap laba, tanpa harus mempersiapkan laporan laba rugi yang lengkap. Jika sebuah
perusahaan berada dekat titik impasnya, kenaikan kecil dalam penjualan dapat menghasilkan
peningkatan laba dalam persentase yang besar. Ini menjelaskan mengapa manajemen sering
bekerja sangat keras hanya untuk sebuah kenaikan kecil dalam volume penjualan.
C. Penerapan Metode Analisis Hubungan B-V-L Dalam Menghadapi Peruabahan
Komposisi Penjualan
Konsep Bauran Penjualan
Sebelum menyimpulkan tentang konsep biaya-volume-laba, kita perlu memikirkan
pengaruh perubahaan dalam bauran penjualan terhadap laba perusahaan.
Istilah bauran penjualan (sales mix) mengacu pada proporsi relative dimana produk
perusahaan dijual. Idenya adalah untuk menciptakan kombinasi atau bauran yang dapat
manghasilakan laba terbesar. Kebanyakan perusahaan memiliki banyak produk dan seringkali
produk tersebut tidak mencetak laba yang sama. Jadi, laba akan bergantung pada bauran
penjualan perusahaan. Laba akan lebih besar jika barang dengan margin tinggi bukan yang
margin rendah memiliki proporsi yang relative besar dalam total penjualan.
Perubahaan dalam bauran penjualan dapat menyebabkan variasi yang menarik
(kadang membingungkan) dalam laba perusahaan. Perusahaan dalam bauran produk dari
barang yang memiliki margin tinggi ke barang yang memiliki margin rendah akan
menyebabkan total laba menurun walaupun total penjualan mungkin meningkat. Sebaliknya,
perubahaan dalam bauran produk dari barang yang memiliki margin rendah ke barang yang
memiliki margin tinggi akan menyebabkan efek sebaliknya, total laba mungkin meningkat
walaupun total penjualan menurun. Ini adalah satu hal untuk mencapai volume penjualan
yang spesifik, hal ini cukup berbeda dengan menjual produk dengan laba tertinggi.
D. Penerapan Metode Analisis Hubungan B-V-L Pada Perusahaan Yang
Menghasilkan Berbagai Macam Produk
Jika perusahaan menjual lebih dari satu produk, analisis titik impas menjadi lebih
kompleks dibanding yang didiskusikan sebelumnya. Alasanya adalah produk yang berbeda
memiliki harga jual, biaya, dan margin kontribusi yang berbeda. Konsekuensinya titik impas
akan bergantung pada bauran produk yang dijual. Dalam menyiapkan analisis titik impas,
beberapa asumsi harus dibuat berhubungan dengan bauran penjualan. Biasanya asumsinya
adalah bauran penjualan tidak berubah. Tetapi, jika bauran penjualan diharapkan berubah,
faktor-faktor ini harus secara eksplisit diperhitungkan dalam analisis biaya-volume-laba.
E. Asumsi-asumsi dalam Analisis CPV
Sejumlah asumsi yang mendasari analisis biaya-volume-laba:
1. harga jual adalah konstan. Harga produk atau jasa tidak berubah ketika volume
berubah
2. biaya adalah linear dn dapat secara akurat dibagi menjadi elemen variabel dan tetap.
Elemen variabel adalah konstan per unit dan elemen tetap adalah konstan secara total
dalam rentang yang relevan.
3. dalam perusahaan dengan berbagai produk, bauran penjualan adalah konstan.
4. dalam perusahaan manufaktur, persediaan tidak berubah. Jumlah unit yang diproduksi
sama dengan jumlah unit terjual.
Walaupun beberapa dari asumsi ini mungkin dilanggar dalam praktiknya, pelanggaran
biasanya tidak cukup serius untuk merusak validitas analisis biaya-volume-laba. Contohnya,
di perusahaan dengan bebagai produk, bauran penjualan cukup konstan sehingga hasil dari
analisis biaya-volume-laba cukup valid.
Barangkali bahaya terbesar dalam analisis sederhana biaya-volume-laba adalah ketika
manajer berencana meningkatkan volume yang sangat besar yang berada di luar rentang yang
relevan. Contohnya, jika manajer berusaha meningkatkan penjualan jauh di atas yang pernah
dialami perusahaan sebelumnya. Tetapi, dalam situasi seperti inipun manajer dapat
menyesuaikan model dengan memperhitungkan perubahaan yang di antisipasi dalam harga
jual, biaya tetap, dan bauran penjual yang jika tidak dilakukan akan melanggar asumsi
tersebut.