ROMBAK LAPRAK 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nnvhgfgh

Citation preview

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Hasil pengamatan uji molisch

Larutan

Hasil

Keterangan

A

+

bening menjadi ungu

B

+

bening menjadi ungu

C

+

bening menjadi ungu

D

+

bening menjadi ungu

E

+

bening menjadi ungu

F

+

bening menjadi ungu

Ket: (+) ada karbohidrat

(-) Tidak ada karbohidrat

Gambar 1 Hasil uji molisch

Uji molisch, merupakan uji untuk memeriksa atau mengetahui pembentukan furfural pada beberapa jenis karbohidrat. Pentosa hampir secara kuantitatif terdehidrasi menjadi furfural, sedangkan dengan dehidrasi heksosa heksosa manghasilkan hidroksi metal furfural. Pereaksi molisch terdiri atas larutan naftol dalam alkohol. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan glukosa misalnya ditambahkan H2SO4 pekat hati-hati, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas antara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi pondensasi antara furfural dengan naftol (Poedjiadi 1994).

Seperti yang terlihat pada gambar 1, hasil uji molisch pada semua sampel adalah positif. Hal ini menunjukkan bahwa semua sampel mengandung karbohidrat. Furfural pada setiap sampel bereaksi dengan naftol pada pereaksi molisch yang menghasilkan cincin ungu diantara dua fase yang terbentuk

Tabel 2 Hasil pengamatan uji benedict

Larutan

Hasil

Keterangan

A

+

biru menjadi hijau

B

+

biru menjadi hijau

C

+

biru menjadi hijau

D

+

biru menjadi hijau

E

+

biru menjadi hijau

F

-

biru menjadi biru

Ket: (+) ada gula pereduksi

(-) tidak ada gula pereduksi

Gambar 2 Hasil uji benedict

Metode yang sering digunakan dalam analisa kadar gula suatu sampel, biasanya menggunakan reagen Benedict. Reagen Benedict mengandung ion Cu2+ yang akan direduksi oleh gula menjadi ion Cu+ melalui proses pemanasan sehingga menghasilkan endapan coklat atau merah bata (Indarti 2011).

Urutan pembentukan warna dari biru menjadi hijau menjadi kuning menjadi kemerahan dan akhirnya terbentuk endapan merah bata. Endapan yang terjadi menunjukkan konsentrasi gula pereduksi cukup tinggi (Sumardjo 2008). Pengujian terhadap semua sampel menghasilkan warna hijau kecuali pada sampel F yang tidak berubah. Hal ini membuktikan bahwa semua sampel mengandung gula pereduksi kecuali sampel F. Kadar gula pereduksi pada sampel A sampai E tergolong rendah karena warna yang ditimbulkan adalah hijau dan belum terbentuk endapan merah.

Tabel 3 Hasil pengamatan uji barfoed

Larutan

Hasil

Keterangan

A

-

biru menjadi biru

B

-

biru menjadi biru

C

-

biru menjadi biru

D

-

biru menjadi biru

E

+

biru menjadi hijau

F

-

biru menjadi biru

Ket: (+) monosakarida

(-) disakarida

Gambar 3 Hasil uji barfoed sebelum Gambar 4 Hasil uji barfoed setelah

ditambahkan fosfomolibdat ditambahkan fosfomolibdat

Berbeda dengan pereaksi lain, pereaksi barfoed bersifat asam. Pereaksi ini dibuat dengan melarutkan Kristal kupri sulfat netral dalam air. Setelah disaring, ditambahkan asam asetat glasial. Pemanasan karbohidrat pereduksi dengan pereaksi barfoed akan menghasilkan endapan kuprooksida. Pada konsentrasi dan kondisi yang sama, disakarida memberikan endapan lebih lambat daripada monosakarida. Endapan jingga kemerahan menunjukkan uji posotif monosakarida (Sumardjo 2008).

Percobaan menunjukkan hasil positif hanya pada larutan E. Hal ini membuktikan bahwa larutan E adalah monosakarida. Larutan A yang seharusnya juga menghasilkan hasil positif karena larutan tersebut juga monosakarida, tetapi justru menghasilkan hasil negatif. Hal tersebut dapat terjadi karena sampel yang digunakan terkontaminasi atau sudah rusak sehingga tidak terdeteksi dengan uji barfoed.

Tabel 4 Hasil pengamatan uji fermentasi

Larutan

Panjang (cm)

(+) NaOH 10%

0

5

10

15

20

A

0

1.4

2.8

3.6

4.2

+

B

0

0.8

2.6

4.4

5.6

+

C

0

0.7

2

3.7

4.8

+

D

0

1,3

2

2,5

2,9

+

E

0

0.9

2.8

4.2

4.9

+

F

0

0,1

0,3

1,3

1,7

+

Ket: (+) tidak ada isapan

(-) Ada isapan

Fermentasi adalah proses penguraian unsur organik kompleks terutama karbohidrat untuk menghasilkan energi melalui reaksi enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme, yang biasanya terjadi dalam keadaan anaerob dan diiringi dengan pembebasan gas (Sungguh 1993). Menurut jenis mediumnya proses fermentasi dibagi menjadi dua yaitu fermentasi medium padat dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium padat adalah fermentasi yang menggunakan medium tidak larut tapi cukup mengandung air. Fermentasi medium cair adalah proses fermentasi yang substratnya larut di dalam fase cair (Hardjo 1989). Penambahan NaOH setelah beberapa menit fermentasi digunakan untuk membuktikan terbentuknya gas CO2 yang bersifat asam.

Uji fermentasi yang dilakukan selama 20 menit dengan pengamatan tiap 5 menit menunjukkan hasil yang variatif tetapi semua sampel menghasilkan gelembung udara. Hal ini membuktikan bahwa semua sampel mengandung gula yang dihidrolisis oleh ragi membentuk gas CO2. Penambahan NaOH kepada semua sampel menunjukkan hasil positif yang membuktikan bahwa gas yang dihasilkan adalah gas CO2.

Tabel 5 Hasil pengamatan uji selliwanoff

Larutan

Hasil

Keterangan

A

-

bening menjadi bening

B

-

bening menjadi bening

C

-

bening menjadi bening

D

-

bening menjadi bening

E

+

bening menjadi merah ceri

F

-

bening menjadi bening

Ket: (+) terdapat gugus ketosa

(-) tidak terdapat gugus ketosa

Gambar 5 Hasil uji selliwanoff

Uji seliwanoff digunakan untuk menunjukkan adanya ketoheksosa seperti fruktosa. Pereaksi seliwanoff adalah resorsinol dalam asam klorida encer. Pendididhan fruktosa dengan pereaksi seliwanoff menghasilkan larutan berwarna merah ceri. Ada dua tahap reaksi dalam pendidihan fruktosa dan pereaksi seliwanoff, yaitu dehidrasi fruktosa oleh HCl membentuk hidroksimetilfurfural dan kondensasi hidroksimetilfurfural dengan resorsinol membentuk senyawa merah ceri (Sumardjo 2008).

Semua sampel yang diuji seliwanoff menghasilkan hasil negatif kecuali sampel E. Hal ini membuktikan bahwa sampel E mengandung ketosa dan monosakarida. Dapat ditebak bahwa sampel E adalah fruktosa setelah mengamati hasil-hasil pengujian sebelumnya. Sampel lain tidak menunjukkan hasil positif ketosa karena monosakaridanya adalah aldosa walaupun sampel tersebut disakarida atau polisakarida.

Tabel 6 Hasil pengamatan uji osazon

Larutan

Gambar

Literatur

Laktosa

Fruktosa

Glukosa

Maltosa

Sukrosa

Osazon adalah Kristal berwarna kuning yang tidak mudah larut dalam air dan akan terbentuk jika monosakarida atau disakarida pereduksi dipanaskan dengan fenilhidrazin. Tahap reaksi pembentukan aldosazon sedikit berbeda dengan tahap reaksi pembentukan ketosazon. Tiap jenis karbohidrat mempunyai bentuk Kristal osazon yang spesifik dan juga titik cair dan kecepatan pembentukan yang berbeda (Vaidya 1994). Berdasarkan hal tersebut, uji osazon dapat digunakan untuk membedakan beberapa jenis karbohidrat.

Fruktosa yang merupakan monosakarida dengan gugus keton membentuk ketosazon seperti yang tampak pada gambar. Laktosa, glukosa, maltosa, dan sukrosa membentuk aldosazon karena memiliki gugus aldosa.

Tabel 7 Hasil pengamatan uji iod

Larutan

Hasil

Keterangan

Pati

+

Biru tua

Gum arab

-

Kuning

Agar-agar

+

Bening

Ket: (+) karbohidrat

(-) bukan karbohidrat

Gambar 6 Hasil uji iod pati, gum arab, dan agar-agar

Pati terdiri atas dua komponen yang dapat dipisahkan yaitu amilosa dan amilopektin (Harborne 1987). Perbandingan amilosa dan amilopektin secara umum adalah 20% dan 80% dari jumlah pati total. Kedua jenis pati ini mudah

dibedakan berdasarkan reaksinya terhadap iodium, yaitu amilosa berwarna biru dan amilopektin berwarna kemerahan (Hartati 2003).

Ketiga contoh yang digunakan adalah pati, gum arab, dan agar-agar. Sampel tersebut memberikan hasil yang berbeda saat dilakukan pengujian iod. Pati dan agar-agar menunjukkan hasil positif berupa warna biru setelah ditetesi iod. Hal ini membuktikan bahwa pati dan agar-agar mengandung amilosa. Gum arab menghasilkan warna kuning saat ditetesi iod. Hal ini menunjukkan bahwa gum arab tidak mengandung amilosa.

Kesimpulan1. Reaksi MolischDapat disimpulkan bahwa glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa, maltosa, dan galaktosa mengandung karbohidrat. Sedangkan aquades tidak mengandung karbohidrat karena tidak terbentuk cincin pada perbatasan dua cairan.2. Reaksi BenedictLarutan yang memngandung gugus aldehid atau keton adalah glukosa, fruktosa, maltosa, dan galaktosa yang teridentifikasi terjadinya endapan. Sedangkan yang tidak mengandung gugus aldehid atau keton adalah laktosa, sukrosa, dan aquadest karena tidak terjadi endapan.3. Reaksi FehlingPada reaksi Fehling, larutan yang mengandung gugus pereduksi adalah yang teridentifikasi perubahan warnanya menjadi merah bata, yaitu glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan galaktosa. Sedangkan pada sukrosa dan aquadest tidak terjadi perubahan warna karen tidak mampu mereduksi Fehling.4. Reaksi SeliwanoffLarutan yang termasuk glukosa terdapat pada tabung 2 karena tidak mengalami perubahan warna menjadi merah. Sedangkan larutan pada tabung 1 terbukti mengandung fruktosa karena mengalami perubahan warna menjadi merah saat direaksikan dengan reagen Seliwanoff.

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKASumardjo, Damin. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksata. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.Sunarya, Yayan & Setiabudi Agus. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung: Setia Purna Inves; 2007.Poedjiadi A, Supriyanti FT. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta Universitas Indonesia Press; 1994