Upload
var-dee
View
99
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
rpp
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan menjadi
sangat penting baik kehidupan individu, keluarga maupun masyarakat.
Penyelenggaraan pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia, membebaskan manusia dari kebodohan. Dengan adanya
pendidikan, manusia dapat meningkatkan kualitas dirinya guna mencapai tujuan yang
ingin dicapai dalam hidupnya. Kualitas hidup suatu bangsa tidak hanya dinilai dari
perkembangan fisik saja, tetapi yang lebih utama adalah kualitas manusia pada
intelektual, emosional dan spiritual. Kualitas hidup seseorang dapat tercermin dari
sosok dirinya sebagai pribadi yang bertanggung jawab baik terhadap dirinya, keluarga
maupun terhadap masyarakat.
Oleh karena itu sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunan di segala bidang. Pendidikan harus diarahkan pada peningkatan
produktivitas, kualifikasi, mutu, dan efisiensi kerja. Pelaksanaan kurikulum harus
didukung oleh strategi dan kegiatan belajar mengajar yang sesuai. Setiap kurikulum
memberikan penekanan – penekanan pada proses belajar mengajar agar siswa
memiliki kemampuan yang tinggi terhadap tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Agar proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien, maka
1
tenaga pengajar diharapkan selektif dalam mencari, memilih, menggunakan dan
mengembangkan strategi pengajaran sesuai dengan mata pelajaran dan pokok
bahasan yang diajarkan. Penggunaan strategi belajar mengajar yang memadai
dimaksudkan untuk mencapai tujuan pengajaran seoptimal mungkin. Dalam hal ini
siswa diharapkan lebih banyak berperan aktif sehingga ia mampu mengembangkan
kepribadian secara utuh dan menyeluruh.
Namun dalam kenyataannya, cukup banyak masalah yang dihadapi guru dalam
mengajar, khususnya bagaimana memotivasi siswa dalam belajar untuk memahami
pelajaran. Oleh karena itu dilakukan berbagai alternatif upaya diantaranya
memanfaatkan media pendidikan yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan
baik seperti penggunaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Banyak faktor yang
menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Diantara faktor tersebut yang
paling berpengaruh adalah guru, siswa dan media pengajaran.
Penerapan suatu media pengajaran harus ditinjau dari segi keefektifan,
keefisienan, karakteristik materi pelajaran dan keadaan siswa. Lembar Kegiatan
Siswa (LKS) merupakan alat yang bermanfaat bagi guru terutama untuk
memudahkan pemberian tugas, baik yang berupa kegiatan maupun evaluasi,
sedangkan bagi siswa bermanfaat terutama sebagai pemandu dalam kegiatan belajar
mengajar. Melalui LKS aktivitas dan kreatifitas siswa dalam belajar mengajar dapat
ditingkatkan, penyampaian materi pelajaran dapat dipermudah dengan menggunakan
LKS.
2
Sebagai rujukan dalam penelitian ini penulis membaca beberapa penelitian yang
relevan dengan kajian penelitian, Indawati (2008) yang menyimpulkan bahwa
prestasi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Megaluh yang menggunakan LKS cenderung
meningkatkan hasil belajar siswa.
1.2 Batasan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka permasalahan dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
a) Kurangnya keterampilan guru dalam memilih media yang tepat dalam
pembelajaran
b) Guru belum memanfaatkan ataupun menggunakan media visual
c) Minat belajar siswa kurang atau belum sesuai dengan apa yang diharapkan
sehingga prestasi belajar siswa belum meningkat.
1.3 Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah
pokok sebagai berikut:
“Apakah penggunaan LKS dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Megaluh?”
3
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prestasi belajar siswa
yang diajar dengan menggunaan buku penunjang LKS dalam pengajaran IPS terpadu
pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Megaluh Kabupaten Jombang semester genap
tahun ajaran 2010/ 2011.
1.5 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat, baik manfaat teoritis mauputi
praktis sebagai berikut:
1. Manfaat teoretis:
a. Bagi akademi/lembaga pendidikan, menjadi bahan informasi dan
kajian dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang
pendidikan dan pengajaran pada tingkat sekolah menengah pertama.
b. Bagi peneliti, sebagai pengalaman yang sangat berharga dalam
melakukan kajian yang bersifat ilmiah.
2. Manfaat praktis:
a. Guru, sebagai masukan dalam kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan LKS dalam mata pelajaran IPS di sekolah menengah pertama.
b. Siswa, sebagai masukan pentingnya mengikuti kegiatan pembelajaran yang
dilakukan guru dengan menggunakan LKS.
4
1.6 Definisi Operasional
1. Penggunaan Pembelajaran LKS
Penggunaan pembelajaran LKS yang dimaksud adalah alat yang
digunakan untuk proses belajar mengajar yang mencakup ringkasan materi, lembar
kegiatan siswa dan latihan soal. Indikator yang digunakan untuk mengukur media
pembelajaran LKS adalah frekuensi penggunaan media pembelajaran LKS,
dimana dalam penelitian ini digunakan frekuensinya sebanyak 10 kali sesuai
dengan bab yang ada dalam LKS yang digunakan ( X ).
2. Prestasi Belajar Siswa Pada Pelajaran IPS
Prestasi belajar siswa pada pelajaran IPS yang dimaksud adalah hasil yang
diperoleh siswa didalam mempelajari IPS yang ditunjang dengan media
pembelajaran LKS. Indikator-indikator untuk mengukur variabel ini adalah nilai
yang diperoleh siswa dalam mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS yang
digunakan ( Y ).
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Peneliti Terdahulu
Pengaruh penggunaan LKS terhadap prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPS sebelumnya sudah pernah diteliti oleh Mahasiswa Pendidikan Geografi
IKIP Veteran Semarang. Dalam penelitian tersebut telah dibahas tentang salah satu
masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa, karena
dalam pembelajaran siswa hanya mengandalkan LKS. Hal ini biasanya sering
dikaitkan dengan adanya kegiatan belajar mengajar yang dianggap kurang
optimal sehingga siswa tidak dapat menyerap ilmu pengetahuan dengan
maksimal dan akhirnya hasil belajarnya pun kurang memuaskan. Hasil belajar
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor
dari luar (eksternal).
Sedangkan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga menyatakan
Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh
guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan
belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan
pembelajaran. Setiap sistem pendidikan diharapkan menghasilkan pendidikan
yang berkualitas, dan hasil pendidikan yang berkualitas adalah siswa yang
sehat, mandiri, berbudaya, berakhlak mulia, beretos kerja tinggi, berpengetahuan
dan menguasai teknologi, serta cinta tanah air. Untuk mewujudkan hasil pendidikan
6
yang berkualitas seperti kriteria di atas, sepertinya sumber pembelajaran dapat
diwujudkan dengan sistem LKS. LKS pada dasarnya berisi ringkasan materi,
lembar kegiatan siswa dan latihan soal yang diharapkan dapat membantu proses
kegiatan belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
.
2.2 Kajian Empiris
2.2.1 Kajian Empiris
NoNama Peneliti
TerdahuluJudul Persamaan Perbedaan
1. Mahasiswi
Pendidikan
Geografi IKIP
Veteran Semarang,
Suyanti, 2012
Pengaruh
Penggunaan
Media
Pembelajaran
LKS Terhadap
Prestasi Belajar
Siswa Pada
Pelajaran IPS.
Persamaannya
sama-sama
membahas
tentang pengaruh
penggunaan LKS
terhadap prestasi
belajar siswa.
peneliti terdahulu
mengungkapkan
prestasi belajar
siswa kurang
memuaskan
Perbedaan
penelitian ini
dengan penelitian
sebelumnya adalah
pengaruh
penggunaan LKS
sering dikaitkan
dengan kegiatan
belajar mengajar
yang kurang
optimal.
7
karena siswa
hanya
mengandalkan
LKS.
2. Mahasiswi
Universitas Islam
Negeri Sunan
Kalijaga, Zizah
Nurhana, 2012
Penggunaan
bahan ajar lembar
kerja siswa (LKS)
untuk
meningkatkan
evektivitas
pembelajaran IPS.
Persamaannya
sama-sama
membahas
tentang manfaat
LKS untuk
meningkatkan
prestasi belajar
siswa.
Penggunaan LKS
sangat
mempengaruhi
kegiatan belajar
mengajar dikelas.
2.3 Landasan Teori
2.3.1 LKS Sebagai Media Pengajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dengan bentuk jamak medium yang
berarti perantara, maksudnya segala sesuatu yang membawa pesan dari suatu sumber
untuk disampaikan kepada penerima pesan. Menurut para ahli antara lain
dikemukakan oleh AFCT (Assosiation of Education and Communication
Technology) (dalam Hastuti, 1997) memberi batasan tentang media sebagai segala
bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.
8
Disamping sebagai penyampai atau pengantar, media yang sering diganti kata
mediator. Menurut Fleming (dalam Arsyad, 2002 : 4) media adalah penyebab atau
alat yang turut campur tangan dalam dua pihak yang berfungsi mengatur hubungan
yang efektif antara dua pihak utama dari proses belajar siswa dan isi pelajaran.
Sedangkan menurut Gagne (dalam Arsyad, 2002 : 6) media adalah berbagai hal
dalam lingkungan siswa yang merangsangnya untuk belajar.
Dari beberapa pengertian media yang dikemukakan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa media adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan atau
mengantarkan pesan dari komunikator kepada komunikan, sehingga komunikator
dapat mempengaruhi tingkah laku komunikan. Bertolak dari pengertian media secara
umum tersebut di atas, berikut ini akan dibahas mengenai media pendidikan atau
pengajaran yang dikemukakan para ahli diantaranya Gagne dan Briggs (dalam
Hastuti, 1997) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat
yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri
dari buku, modul, tape recorder, kaset, video, kamera, foto, gambar, grafik, computer,
suara guru dan perilaku guru.
Begitu pula dengan Heinich, dkk. (dalam Arsyad, 2002) mengemukakan
bahwa media pengajaran adalah apabila media itu membawa pesan – pesan atau
informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud – maksud
pengajaran. Dengan kata lain media pendidikan adalah komponen sumber belajar
9
atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang
dapat merangsang siswa untuk belajar.
Tentang Lembar Kegiatan Siswa (LKS) terdapat beberapa pengertian. Bulu
(1993) memberikan pengertian tentang LKS sebagai berikut :
“Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembar kerja yang berisi informasi,
perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar
dalam bentuk kerja, praktek atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk
mencapai suatu tujuan”.
Demikian halnya Hasjim (2001) memberikan batasan pengertian Lembar
Kerja Siswa adalah : “Lembar yang digunakan untuk mengarahkan dalam bentuk
mengajar dengan pokok bahasan tertentu dalam membantu siswa meningkatkan
keterampilan proses bernalar”.
Dari beberapa pengertian tentang LKS tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa lembar kerja siswa (LKS) adalah suatu alat bantu dalam bentuk panduan bagi
siswa apa yang harus dilakukan dalam memecahkan suatu masalah terhadap mata
pelajaran tertentu untuk mencapai tujuan instruksional khusus. Lembar kerja siswa
(LKS) dapat mendorong siswa untuk belajar sendiri berdasarkan pada lembar –
lembar kerja yang ada pada LKS. Hasil belajar yang diperoleh siswa melalui kegiatan
ini akan memberikan kepuasan tersendiri pada diri siswa yang tidak mudah
dilupakan.
10
1. Komponen dan Kriteria Lembar Kerja Siswa (LKS)
a. Komponen LKS
Menurut indawati (1999 : 7) bahwa lembar kerja siswa (LKS) mempunyai
komponen sebagai berikut :
1. Tujuan
a). Tujuan menyatakan perubahan tingkah laku yang diinginkan dari siswa setelah
mempelajari LKS tersebut.
b). Untuk mengetahui hasil guna dan daya guna kesempatan belajar yang diberikan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c). Sebagai umpan balik bagi guru untuk perbaikan proses belajar mengajar
berikutnya.
2. Prosedur Kegiatan
Kegiatan yang diberikan dalam satu LKS dimaksudkan untuk melatih
keterampilan proses seperti keterampilan menggunakan alat, pengamatan,
pemeriksaan kesimpulan dan sebagainya. Pada bagian ini termasuk alat – alat dan
bahan – bahan yang digunakan pada setiap kegiatan. Corak dan bentuk kegiatan
belajar melalui LKS ditentukan oleh bentuk, isi instruksi yang ditulis dalam LKS
untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajarnya melalui LKS ditentukan oleh
kemampuan siswa itu sendiri di lain pihak. Sebagai contoh instruksi guru dalam LKS
11
harus berisi apa yang harus dikerjakan, urutan pelaksanaan kegiatan, alat dan bahan
yang digunakan, dan waktu yang digunakan.
b. Kriteria Lembar Kerja Siswa (LKS)
Menurut Bulu (1993) bahwa kriteria lembar kerja siswa yaitu :
1. Mengacu pada GBPP
2. Ada identitas : Bidang studi, pokok bahasan, topic, waktu dan semester
3. Alat yang digunakan tercantum
4. Bahasanya jelas, mudah dibaca, tidak terlalu banyak kata – kata.
5. Mendorong kreativitas dan imajinasi anak
6. Mengandung pertanyaan, tugas yang jelas dan singkat serta menantang
aktivitas anak.
7. Menarik dan bila diperlukan dicantumkan gambar, peta, table, grafik dan
sebagainya.
8. Mengembangkan keterampilan proses
9. Memperhatikan sumber – sumber belajar dalam lingkungan terjangkau
10. Bila perlu diberi peringatan – peringatan agar anak bekerja secara cermat, teliti
dan tertib.
12
2. Fungsi dan Manfaat LKS
a. Fungsi LKS
Menurut Syarifuddin (1996), Fungsi LKS ditinjau dari dua segi, yaitu :
1. Dari segi siswa
- Sebagai sarana belajar baik di kelas, di ruang praktek, ataupun diluar kelas.
- Sebagai sarana belajar dimana siswa berpeluang besar untuk mengembangkan
kemampuan, menerapkan pengetahuan, melatih keterampilan dan memproses diri
sendiri atau mendapatkan perolehannya.
2. Dari segi guru
Melalui LKS, guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sudah
dapat menerapkan metode pembelajaran siswa dengan kadar belajar secara aktif.
Guru hanya memberikan instruksi bila diperlukan oleh siswa.
Interfensi yang diberikan oleh guru bukan dalam bentuk jawaban atas pertanyaan
siswa, melainkan berupa panduan bagi siswa untuk memecahkan masalah.
b. Manfaat LKS
Menurut Syarifuddin (1996), manfaat LKS terdiri dari :
1). Manfaat bagi siswa
13
a. LKS dipergunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mengetahui bahan pelajaran
yang diberikan.
b. LKS merupakan usaha perbaikan, dengan umpan balik yang diperoleh setelah
mengerjakan kelemahan – kelemahan bahkan dengan teliti siswa mengetahui bab atau
bagian dari bahan yang sama yang belum diketahuinya. Dengan demikian ada
motivasi untuk meningkatkan penguasaan.
c. Sebagai diagnosa materi pelajaran yang sudah dipelajari oleh siswa merupakan
pengetahuan, keterampilan atau sikap.
2). Manfaat bagi guru
a. Guru dapat mengetahui tingkat pencapaian siswa dalam penyajian pokok / sub pokok
bahasan melalui LKS yang diberikan oleh guru. Dengan demikian guru dapat
mengambil langkah seperlunya untuk mengatasi siswa yang kurang atau lemah.
b. Dengan LKS guru mengetahui bagaimana, dari bahan buku pelajaran yang belum
menjadi milik siswa.
4. Kelebihan dan Kekurangan LKS
1. Kelebihan LKS
Menurut Indawati (1999), kelebihan LKS sebagai berikut :
14
a. Menjadikan siswa lebih aktif karena harus mengajarkan LKS berdasarkan ketentuan
yang ada.
b. Menuntun siswa untuk mencapai tujuan instruksional khusus sesuai yang digariskan
dalam GBPP.
c. Situasi siswa lebih demokratis sehingga dapat menimbulkan kegairahan belajar.
d. Melatih dan mengembangkan cara belajar siswa untuk dapat belajar secara mandiri.
e. Guru dapat mengetahui sejauh mana pencapaian siswa dalam suatu pokok bahasan,
melalui LKS yang telah dikerjakan oleh siswa.
2. Kekurangan LKS
Menurut Indawati (1999), kekurangan LKS sebagai berikut :
a. Siswa yang kurang kreatif akan tertinggal dari siswa yang lebih kreatif.
b. Guru yang kurang kreatif dalam membuat lembar kerja siswa akan mengalami
kesulitan.
2.3.2 Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Poerwadarmita (1996:108) mengemukakan bahwa “prestasi
adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dsb.)” sedangkan Winkel
(dalam Sinuraya, 1993:76) mengemukakan bahwa “prestasi adalah bukti usaha
15
yang dapat dicapai”. Hal senada dikemukakan Djamarah (1991:19) bahwa
“prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik
secara individu maupun kelompok, prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama
seseorang tidak melakukan suatu kegiatan”.
Prestasi dapat berarti hasil yang dicapai setelah selesai suatu kegiatan
dikerjakan. Marguis (dalam Jupri, 1991: 29) berpendapat bahwa: “prestasi adalah
kecakapan yang dapat diukur dengan suatu alat dalam hal ini adalah tes”.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi
adalah hasil yang telah dicapai oleh seseorang dan suatu kegiatan terhenti yang
menunjukkan kecakapannya yang dapat diukur dengan suatu alat yang disebut
tes.Jadi, prestasi yang diraih oleh seseorang atau bangsa itu merupakan indikator
yang dimiliki oleh seseorang atau bangsa tersebut.
Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa seseorang tidak mungkin
dapat meraih suatu prestasi belajar tanpa melakukan suatu usaha dan memiliki
suatu kecakapan. Untuk mewujudkan suatu prestasi terkadang diperlukan kerja
keras dan pendayagunaan seluruh kemampuan yang dimiliki agar prestasi yang
diharapkan itu dapat tercapai. Jadi, untuk mewujudkan suatu prestasi, setidaknya
ada dua variabel yang dimiliki yakni usaha dan kecakapan.
Pengertian belajar telah banyak dikemukakan oleh para ahli dan kalau
ditinjau secara redaksional, pendapat yang dikemukakan itu tidak ada yang sama.
Ada pendapat yang mengemukakan pengertian belajar secara sempit dan
tradisional, ada pula pendapat yang lebih luas dan modern. Yang lebih banyak
16
diikuti dan diterima oleh orang dewasa pada masa sekarang ini adalah pendapat
yang lebih luas dan modern mengenai pengertian belajar tersebut.
Menurut pendapat Skinner (dalam Muhibbin,2003:64) “belajar adalah suatu
Sproses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif”.
Chaplin, 1972 (dalam Muhibbin, 2003:65) membatasi belajar dengan dua macam
definisi. Pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif
menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Kedua, belajar adalah proses
memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
Gagne 1984 (dalam Sagala, 2005:13) berpendapat bahwa ”belajar adalah
suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari
pengalaman”. Hendry E. Garret (dalam Sagala, 2005:13) mengatakan bahwa ”belajar
merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan
maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara
mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu”.
Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap,
dan keterampilan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri, perubahan bersifat
permanen. Tidak termasuk dalam pengertian belajar apabila perubahan tingkah laku
individu disebabkan oleh proses untuk menjadi matangnya seseorang oleh perubahan
yang bersifat temporer.
Jadi, belajar pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
sadar untuk menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan,
17
sikap, dan keterampilan sebagai hasil interaksi dengan lingkungan, di mana
perubahan tingkah laku seseorang atau individu itu relatif bersifat permanen.
Pengertian tersebut sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh
Mappa (1977: 41) bahwa:
”Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai murid dalam bidang studi terbentuk
dengan menggunakan tes standar sebagai pengukuran keberhasilan belajar
seseorang”.
Menurut Ambo Enre Abdullah (1979:45) bahwa:
”Prestasi belajar yaitu sebagai indikator kualitas dan pengetahuan yang
dikuasai oleh anak. Tinggi rendahnya prestasi belajar dapat menjadi indikator sedikit
banyaknya pengetahuan yang dikuasai anak dalam bidang studi atau kegiatan
kurikulum tertentu”.
Dari pendapat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah
hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu dengan menggunakan tes
standar sebagai pengukuran keberhasilan belajar siswa di mana prestasi belajar ini
merupakan indikator sedikit banyaknya pengetahuan yang dikuasai murid dalam
bidang studi atau kegiatan kurikulum tertentu.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut ilmu jiwa dan ilmu pendidikan pada umumnya bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi dua yaitu faktor
intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu
18
yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar
individu. Slameto (1995:55). Adapun faktor-faktor intern dan ekstern terdiri atas
beberapa bagian, yaitu:
1) Faktor Intern
Faktor intern ini dibagi atas tiga. yaitu:
a) Faktor jasmaniah yang terdiri dari faktor kesehatan, cacat tubuh,
b) Faktor psikologis seperti intelegensi, perhatian, bakat, motif, kematangan,
kesiapan
c) Faktor Kelelahan.
Kelelahan, baik jasmani maupun rohani cenderung mengakibatkan
kelesuan, pusing, tak berdaya dan sebagainya. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa kelelahan itu mempengaruhi minat dan prestasi belajar
siswa.
2) Faktor Ekstern
a) Faktor Keluarga
Diantara faktor keluarga yang dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi
anak adalah :
1) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anak-anaknya di ramah juga sangat
mempengaruhi anak dalam mengejar pendidikan. Misalnya orang tua
yang terlalu otoriter dia memaksakan anaknya belajar, tanpa
memperhatikan situasi dan kondisi anak-anaknya dengan tidak segan-
19
segan memberikan hukuman pada anaknya bilamana anaknya tidak
belajar. Karena anak selalu dibuntuti oleh perasaan takut akibatnya
pada anak timbullah gejala negatif seperti gugup menghadapi segala
persoalan, timbul rasa takut dihukum dan lain-lain.
Demikian pula orang tua yang terlalu lemah mendidik
anaknya yaitu tidak sampai hati bila anaknya bersusah payah,
menderita berusaha keras dan lain-lain. Akibatnya anak tidak
mempunyai kemauan yang keras untuk berusaha, selalu pasif yang
hanya ingin gampangnya saja, malas mengerjakan tugas-tugas apalagi
bila tugas itu dianggapnya sulit.
Selanjutnya M. Enooch (dalam Jupri 1991: 42) menyatakan:
“Sikap orang tua yang terlalu keras maupun memanjakan anaknya
dapat mengakibatkan anak malas belajar. Sebaliknya, orang tua
memperlakukan anaknya dengan sifat-sifat demokrasi dalam
mendidiknya akan mengakibatkan memperoleh kebebasan yang
terikat, kreatifitasnya yang tinggi dan mampu mandiri dan berpola
pikir optimis dan sukses. Anak yang dididik oleh orang tuanya dalam
suasana ini, maka besar kemungkinannya lebih lancar proses
belajarnya, yang pada akhirnya tercermin pada prestasi belajar yang
menggembirakan”.
20
2.Relasi antar keluarga
Relasi anak dengan saudaranya atau anggota keluarga turut
mempengaruhi belajar anaknya. Wujud relasi itu bisa penuh dengan
kasih sayang, atau dipengaruhi dengan kebencian dan acuh tak acuh.
Semakin baik relasi itu semakin memungkinkan anak untuk
berprestasi. Slameto (1995:55)
2) Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan dalani keluarga mempengaruhi
sikap anak dalam belajar. Misalnya tingkat pendidikan yang dimiliki
orang tua sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anaknya karena
semakin tinggi pula pengetahuannya yang dimiliki orang tua. Slameto
(1995:55)
3) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.
Selain kebutuhan pokok anak juga membutuhkan fasilitas belajar.
Fasilitas itu hanya terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
Slameto (1995:55)
4) Suasana rumah
Suasana rumah yang gaduh dan semrawut tidak memberi ketenangan
kepada anak yang belajar. Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga
yang besar dan terlalu banyak penghuninya. Slameto (1995:55)
b) Faktor sekolah
21
Faktor-faktor ini terdiri atas :
1) Metode mengajar
Metode mengajar guru yang kurang baik dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa, jadi kurang senang dan akibatnya siswa malas untuk
belajar
2) Kurikulum
Kurikulum yang terlalu padat, tidak sesuai dengan bakat, minat dan
perhatian siswa yang dean berpengaruh tidak baik terhadap kegiatan
belajar siswa.
3) Relasi guru dengan siswa
Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab.,
menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar juga siswa
merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam
belajar.
4) Relasi siswa . dengan-siswa
Siswa yang tidak disenangi, merasa rendah diri, tertekan dan diasingkan
dari kelompok, keadaan ini mengganggu kegiatan belajarnya, bahkan
menjadi malas ke sekolah.
3) Disiplin sekolah
Sekolah yang kurang melaksanakan disiplin menyebabkan siswa kurang
bertanggung jawab, hal ini menyebabkan siswa tidak melaksanakan
kewajibannya.
22
4) Alat pelajaran
Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar menerima
bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Siswa akan mudah
menerima dan menguasai pelajaran yang diberikan.
5) Waktu sekolah
Belajar diwaktu sore menyebabkan siswa sukar berkonsentrasi dan
berpikir karena kondisi badan yang lemah. Jadi memilih waktu sekolah
yang, tepat akan memberikan pengaruh yang positif terhadap prestasi
belajar.
6) Keadaan gedung
Ruangan kelas yang penuh sesak juga akan menghambat kegiatan
belajar-mengajar dan akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
c) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang berpengaruh
terhadap belajar siswa. Faktor ini terdiri atas :
1) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap
perkembangan pribadinya. Akan tetapi jika siswa mengambil bagian
yang terlalu banyak dan tidak bijaksana mengatur waktu, akan
mengganggu kegiatan belajarnya.
2) Mass media
23
Jika kurang kontrol dari guru dan orang tua, mass media akan
menyebabkan semangat belajar siswa menurun bahkan mundur sama
sekali.
3) Teman bergaul
Pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya
daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh,
baik diri siswa, begitu juga sebaliknya teman bergaul yang jelek akan
membuat kegiatan belajar siswa berantakan.
4) Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa, juga sangat berpengaruh. Siswa
tertarik untuk ikut berbuat seperti dilakukan orang-orang di sekiranya
jika masyarakat terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, juga
mengganggu kegiatan belajar mengajar.
C. Kaitan Media Pembelajaran dengan Prestasi Belajar
Kesuksesan kegiatan pembelajaran sangat tergantung pada sejauhmana
semua komponen pembelajaran berperan, seperti halnya media pembelajaran. Oleh
karena itu, guru seharusnya mampu menggunakan media pembelajaran sesuai
dengan tuntutan kurikulum sekaligus kelengkapan media pembelajaran harus
diupayakan agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.
Penggunaan media pembelajaran sangat perlu karena akan berdampak positif
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.
24
Slameto (1995:67) mengemukakan “alat pelajaran erat hubungannya cara
belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar
dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan guru”. Hal senada
dikemukakan oleh Djamarah (2002: 150) “alat peraga (media) membuka peluang
bagi guru untuk lebih kreatif mengajar, alat peraga membantu guru menjelaskan
suatu proses atau cara kerja suatu materi yang diberikan kepada siswa”.
Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa keberadaan media
pembelajaran sangat penting artinya dalam meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar yang pada akhirnya berdampak positif terhadap peningkatan prestasi
belajar siswa, dengan kata lain bahwa siswa yang diajar dengan menggunakan
media gambar akan dapat menghasilkan kualitas belajar yang berbeda dengan
siswa yang diajar dengan tidak menggunakan media.
2.4 Aplikasi Judul
Pengaruh Penggunaan LKS Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS
Terpadu Materi Sejarah Kelas VII SMP Negeri 2 Megaluh Kabupaten Jombang.
2.5 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah “ Adanya pengaruh penggunaan LKS dalam
pembelajaran IPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2
Megaluh Jombang”.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan terdiri atas dua
siklus yaitu siklus pertama dan siklus kedua. Siklus pertama terdiri atas dua kali
tatap muka dan siklus kedua dua kali tatap muka. Apabila masih terdapat hal-hal
yang perlu diperbaiki pada siklus kedua maka akan dilakukan siklus ketiga
sebagai penyempurnaan dan perbaikan dari pelaksanaan tindakan siklus kedua,
tetapi jika sudah dilakukan tindakan siklus kedua dan sudah memperlihatkan
hasil yang diinginkan maka tidak perlu dilakukan lagi siklus ketiga. Gambaran
umum yang dilakukan pada setiap siklus adalah Perencanaan. pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.
3.2 Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: “Obyek /Subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” Sugiono, (2001:257).
Adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah kelas VIII A sampai dengan kelas
D SMP Negeri 2 Megaluh dengan jumlah siswa 160 orang yang terdiri dari 65 siswa
laki-laki dan 95 siswa perempuan. Dan mereka inilah yang menjadi populasi dan
26
dikenai generalisasi dalam penarikan kesimpulan.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi atau wakil dari populasi yang diteliti
Menurut Suharsimi Arikunto (1996: 120) : ”untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila
subyek kurang dari 100 lebih baik di ambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyek besar, dapat di ambil antara 10 -
15 %, atau 20-25 % atau lebih. Berdasarkan pendapat di atas maka peneliti
mengambil sampel sebanyak 20% dari populasi dengan cara proporsional random
sampling yaitu dari 160 siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Megaluh Kabupaten
Jombang.
3.3 Variabel Penelitian
a.Variabel bebas
Yang merupakan variabel bebas disini adalah pengaruh penggunaan LKS.
b.Variabel terikat
Yang dimaksud variabel terikat adalah prestasi belajar siswa.
27
3.4 Instrumen Penelitian
Gambar 2. Prosedur Penelitian
Berdasarkan skema diatas, maka prosedur kerja penelitian tindakan kelas
ini adalah sebagai berikut:
28
Perencanaan
SIKLUS IPelaksanaanRefleksi
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan
SIKLUS I
1. Perencanaan
1. Menelaah kurikulum SMP Kelas VIII tahun pelajaran 20012/2013 untuk
kesesuaian waktu antara materi pelajaran dengan rencana penelitian.
2. Menyusun dan mengembangkan rencana pembelajaran atau skenario
pembelajaran.
3. Mempersiapkan media pembelajaran berupa gambar/foto.
4. Menyusun instrumen berupa soal-soal alat evaluasi hasil belajar dan
instrumen berupa lembar observasi aktivitas siswa.
2. Pelaksanaan tindakan
Bentuk-bentuk tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
a. Mempersiapkan semua perangkat pembelajaran yang digunakan dalam
kelas yaitu lembar kerja siswa dan memasang media yang akan
digunakan pada saat pembelajaran.
b. Menggunakan metode bervariasi
c. Mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran untuk
mengetahui motivasi belajar siswa.
d. Kegiatan belajar mengajar pada siklus I dilaksanakan selama 4 jam
pelajaran yaitu dua kali pertemuan. Satu jam pelajaran 35 menit.
e. Pemberian tugas untuk mengetahui pencapaian indikator hasil belajar
setelah proses pembelajaran.
29
f. Pemberian tugas PR untuk melatih mengerjakan tugas.
g. Perbaikan jawaban siswa terhadap indikator yang belum dicapai pada
tugas yang diberikan dan menuliskan komentar tentang kekurangan dan
kelebihan siswa terhadap tugas yang dikerjakan.
h. Tiap pertemuan, guru mencatat semua kejadian yang dianggap penting.
3. Tahap Pengamatan
Pelaksanaan tahap ini terhadap aktivitas siswa selama berlangsung
proses belajar mengajar dengan menggunakan observasi dengan tujuan
untuk melihat adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dengan cara
mengamati dan mencatat aktivitas siswa selama proses belajar mengajar.
Pelaksanaan evaluasi yakni memberikan tes hasil belajar yang dilakukan
pada akhir tindakan siklus I dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan LKS.
4. Analisis dan Refleksi
Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dan evaluasi dikumpul
kemudian dilakukan analisis dan refleksi. Refleksi dimaksudkan untuk
melihat apakah rencana telah dilaksanakan secara optimal atau perlu
dilakukan perbaikan. Aspek-aspek yang dianggap bagus tetap dipertahankan,
sedangkan kekurangannya menjadi pertimbangan dan revisi pada siklus
berikutnya yang masih merupakan masalah dalam siklus I.
30
SIKLUS II
Siklus ini merupakan kelanjutan dari siklus I yang dilakukan
berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, dengan demikian aktivitas dan hasil
belajar siswa diharapkan dapat meningkat. Kegiatan yang dilakukan pada siklus
II ini pada dasarnya sama dengan yang dilakukan pada siklus I yaitu:
1. Perencanaan
a. Merancang tindakan berdasarkan hasil refleksi siklus I
b. Mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa media gambar.
c. Mempersiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa selama
berlangsungnya proses belajar mengajar.
d. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan pada
siklus II dengan berdasar pada refleksi siklus I agar kesalahan yang terjadi
pada siklus I tidak terjadi pada siklus II.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah
mengulangi kembali tahap-tahap pada siklus I sambil mengadakan perbaikan
atau penyempurnaan sesuai hasil yang diperoleh pada siklus I
3. Observasi
Melakukan observasi aktivitas siswa selama berlangsung proses
belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa untuk
melihat adanya peningkatan aktivitas siswa. Melakukan aktivitas dengan
31
menggunakan tes berupa pilihan ganda dan tes uraian pada akhir tindakan
siklus II dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
4. Analisis dan Refleksi
Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dan evaluasi akan dianalisis
dan merupakan hasil akhir pelaksanaan tindakan siklus II Kemudian
melakukan refleksi dengan maksud untuk melihat apakah rencana telah
terlaksana secara optimal atau perlu dilakukan perbaikan. Apabila dalam
tindakan siklus II masih ada kekurangan maka dilaksanakan siklus berikutnya
untuk melakukan perbaikan.
3.5 Prosedur Pengumpulan Data
Perlu diketahui bahwa data dalam penelitian ini di ukur dengan skala Likert. Jenjang
skor yang dipakai adalah 5 dengan nilai : 5,4,3,2,1. Dengan bentuk pertanyaan positif,
sedangkan cara pemberian skor dengan kriteria sebagai berikut yaitu :
a. Sangat Sering diberi skor = 5
b. Sering diberi skor = 4
c. Cukup sering diberi Skor = 3
d. Jarang diberi Skor = 2
e. Tidak pernah diberi skor = 1
Perlunya dibuat jenjang skor adalah untuk memudahkan menghitung nilai secara
kwantitatif dari hasil angket. Untuk menghitung nilai secara kualitatif digunakan
32
rumus prosentase, yaitu untuk menghitung frekuensi responden pengguna buku
penunjang yang banyak, sedang, sampai yang tidak punya buku penunjang.
3.6 Teknik Analisis data
Melihat data yang di teliti adalah dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat dalam hal ini Pengguna Buku Penunjang (variabel bebas disebut X ) dan
prestasi belajar siswa (variabel terikat disebut Y) yang variabelnya berbentuk gejala
atau data yang bersifat kontinyu, dan sampelnya sifatnya homogen maka analisis
yang digunakan adalah teknik analis korelasi Product Momen rumus yang digunakan
adalah : Sugiono ( 2008 : 255 )
Keterangan :
rxy = angka indeks korelasi ” r” Product Moment
∑x² = Jumlah devisiasi skor x setelah dikuadratkan
∑y² = Jumlah devisiasi skor y setelah dikuadratkan.
Untuk mengintepretasikan apakah antara variabel X dan variabel Y ada hubungan,
maka setelah didapat nilai korelasi dikonsultasikan dengan (r) tabel sebagai berikut :
Tabel 1 : Tabel Interpretasi Nilai Korelasi
Besarnya nilai r Intepretasi
0,800 - 1,000
0,600 - 0,800
0,400 - 0,600
0,200 - 0,400
0,000 - 0,200
33