Upload
blissfulfinda
View
209
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN MAKALAH PKK III
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. T UMUR 2 JAM LAHIR PATOLOGI
DENGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR RENDAH DAN ASFIKSIA SEDANG
DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Nama Kelompok :
1. Ruli Febri Widya Rini (100066)
2. Linda Puji Astuti (100067)
3. Nuraini Mustika Puji Lestari (100023)
AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA
2013
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN MAKALAH PKK III
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. T UMUR 2 JAM LAHIR PATOLOGI
DENGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR RENDAH DAN ASFIKSIA SEDANG
DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Ruly Febri Widya Rini (100066)
2. Linda Puji Astuti (100067)
3. Nuraini Mustika Puji Lestari (100023)
Telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diseminarkandi RSUD Panenbahan Senopati, Bantul
Tanggal April 2013
Preseptor Mentor
Winarsih, S,SIT.M.Kes Fivin Maria Ulfah, S.Kep,Ners
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN MAKALAH PKK III
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny.T UMUR 2 JAM LAHIR PATOLOGI
DENGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR RENDAH DAN ASFIKSIA SEDANG
DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Disusun Oleh
Kelompok 6 :
1. Ruly Febri Widya Rini (100066)
2. Linda Puji Astuti (100067)
3. Nuraini Mustika Puji Lestari (100023)
Telah memenuhi syarat dan disetujui untuk di seminarkanDi RSUD Panembahan Senopati, Bantul
Tanggal 18 April 2013
Preseptor Mentor
Winarsih, S.SIT.M.Kes Fivin Maria Ulfah, S.Kep,Ners
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kita semua, sehingga atas izinnya penulis dapat menyelesaikan
Laporan Asuhan Kebidanan Pada Bayi baru lahir patologi dengan Berat Badan
Lahir Rendah dan Asfiksia Sedang di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Laporan ini disusun untuk memenuhi laporan kelompok PKK III program
studi Diploma III kebidanan di Akademi kebidanan Yogyakarta.
Penyusunan laporan ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan dari
semua pihak. Untuk itu, pada kesempatan kali ini penyusun ingin mengucapkan
terima kasih pada :
1. Drs. Henri Soekirdi, M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan
Yogyakarta.
2. Winarsih SST.M.Kes selaku pembimbing dalam menyusun makalah
seminar PKK III
3. Fivin Maria Ulfah, S.Kep,Ners selaku pembimbing Lahan dalam menyusun
makalah seminar PKK III.
4. Teman-teman serta pihak yang selalu membantu dan memberi dukungan
kepada penulis
Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan sehingga saran dan kritik sangat kami harapkan demi
perbaikan laporan ini. Demikian laporan ini disusun, semoga dapa bermanfaat
bagi pembaca.
Yogyakarta, 18 April 2013
Penulis
iv
DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL........................................................................................... iLEMBAR PERSETUJUAN............................................................................... iiLEMBAR PENGESAHAN................................................................................ iiiKATA PENGANTAR........................................................................................ ivDAFTAR ISI....................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1A. Latar Belakang........................................................................................ 1B. Tujuan..................................................................................................... 2
1. Tujuan Umum................................................................................... 22. Tujuan Khusus.................................................................................. 2
C. Manfaat................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................... 4A. Pengertian................................................................................................ 4B. Klasifikasi BBLR.................................................................................... 4C. Faktor Resiko BBLR............................................................................... 4D. Manifestasi Klinis BBLR........................................................................ 8E. Komplikasi BBLR................................................................................... 9F. Penatalaksanaan Pada Bayi BBLR......................................................... 14G. Manajemen Kebidanan Menurut Varney................................................ 17
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................. 20BAB IV PEMBAHASAN................................................................................... 27BAB V PENUTUP.............................................................................................. 29
A. Kesimpulan............................................................................................. 29B. Saran........................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan masyarakat dapat dinilai dengan menggunakan
indicator Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). World
Health Organization (WHO) memperlihatkan bahwa angka kematian bayi
sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan fenomena 2/3. fenomena itu
terdiri dari, 2/3 kematian bayi (berusia 0-1 tahun) terjadi pada umur kurang
dari satu bulan (neonatal). 2/3 kematian neonatal terjadi pada umur kurang dari
seminggu (neonatal dini), dan 2/3 kematian pada masa neonatal dini terjadi
pada hari pertama. (Komalasari, 2002)
Angka Kematian Bayi di Indonesia sebanyak 35 per 1000 kelahiran
hidup yaitu hampir 5 kali lipat dibandingkan angka kematian bayi Malayasia,
hampir 2 kali lipat dibandingkan dengan Thailand dan hampir 1,3 kali lipat
dibandingkan dengan Filipina (Depkes RI, 2004). Adapun target cakupan
Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2010 yaitu sebanyak 25 per 1000
kelahiran hidup. (Wardani, 2005).
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah
kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya
berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu
dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah
perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan
pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena
aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka
dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan
paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan
antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak
jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan. BBLR yang tidak
1
ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua
sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium,
asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil),
gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem
persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah
dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR
berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat
berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan
kecerdasan (Depkes RI, 2005).
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan
perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi
seperti yang telah disebutkan diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari
pemberi pelayanan yang ikut berperan penting dalam memberikan perawatan
pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Perkembangan bayi dengan
BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung pada ketepatan tindakan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Dari data 3 bulan terakhir yang kami dapatkan bahwa angka kejadian
BBLR di RSUD Panembahan Senopati Bantul pada bulan februari-maret
adalah BBLR cukup bulan dengan berat badan >2000 gram sebanyak 40 kasus,
BBLR kurang bulan dengan berat badan >2000 gram sebanyak 18 kasus
sedangkan BBLR dengan berat lahir antara 1500-2000 gram yang cukup bulan
sebanyak 12 kasus dan yang kurang bulan 9 kasus jadi jumplah kasus BBLR
keseluruhan sebanyak 79 kasus. Oleh karena itu penulis tertarik membahas
tentang kasus BBLR pada bayi NY. “T” yang akan penulis bahas pada BAB
berikutnya.
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
patologi dengan berat badan lahir rendah sesuai dengan tujuh langkah
varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data dengan benar.
b. Mahasiswa dapat melakukan interprestasi data dengan benar.
c. Mahasiswadapat melakukan diagnose potensial dengan benar.
d. Mahasiswa dapat melakukan antisipasi tindakan segera dengan benar.
e. Mahasiswa dapat melakukan perencanaan dengan benar.
f. Mahasiswadapat melakukan perencanaan dengan benar.
g. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi dengan benar.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Memberikan kesempatan kepada mahasiswa guna menerapkan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir patologi dengan berat badan lahir
rendah dan asfiksia sedang sehingga dapat menambah pengalaman dan
pemahaman mahasiswa terhadap penatalaksanaan asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir patologi dengan berat badan lahir rendah dan asfiksia
sedang.
2. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan pengetahuan mengenai penatalaksanaan asuhan
kebidaan pada bayi baru lahir patologi dengan berat badan lahir rendah dan
asfiksia sedang di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Sehingga dapat
menetapkan prosedur tetap mengenai model asuhan kebidanan yang tepat
digunakan pada bayi baru lahir patologi dengan berat badan lahir rendah
dan asfiksia sedang.
3
3. Bagi Institusi
Dapat menjadi masukan dan bermanfaat dalam meningkakan
pemahaman serta penerapan asuhan kebidanan terutama menyangkut
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir patologi dengan berat badan lahir
rendah dan asfiksia sedang serta dapat memberikan informasi bagi staf
akademik dan mahasiswa dalam mengembangkan proses belajar
khususnya yang berkaitan dengan manajemen asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir patologi dengan berat badan lahir rendah dan asfiksia sedang.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah neonatus
dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (sampai
2.499 gram). BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2.500
gram tanpa memandang masa kehamilan (Prawirohardjo, 2008).
B. Klasifikasi BBLR
Secara khusus BBLR memiliki pengelompokan sendiri. Ada beberapa
cara yang bisa dilakukan dalam mengelompokkan BBLR, yaitu (Usman,2008;
Proverawati, 2010), Menurut harapan hidup :
1. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.500-2.500gram.
2. Bayi dengan berat badan sangat rendah (BBSLR), 1.000-1.500gram.
3. Bayi dengan berat badan ekstrim rendah (BBLER), < 1.000 gram.
Menurut masa gestasinya:
1. Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan atau bisa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan
(SMK) .
2. Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, hal ini karena mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilan (KMK). Dismatur dapat terjadi dalam pre-term (<38 minggu),
term (38-42 minggu), post-term (>42 minggu)
C. Faktor Resiko BBLR
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial,.
Namun, penyebab terbanyak bayi BBLR adalah kelahiran premature. Semakin
muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang
dapat terjadi (Proverawati, 2010).
5
Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi
BBLR secara umum, yaitu sebagai berikut (Manuaba, 2007).
1. Faktor Ibu
a. Usia Ibu
Usia reproduksi yang optimal bayi seorang ibu adalah 20-35 tahun
karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental
sudah matang dan mampu merawat bayi dan dirinya (Draper, 2010).
Pada usia kurnag dari 20 tahun, organ-organ reproduksi belum berfungsi
secara maksimal, rahim dan panggul ibu belum tumbuh mencapai ukuran
dewasa sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan akan lebih mudah
mengalami komplikasi dan pada usia lebih dari 35 tahun
terjadi penurunan kesehatan reproduksi karena proses degenerative sudah
mulai muncul. Salah satu efek dari proses degenerative adalah sklerosis
pembuluh darah arteri kecil dan arteriolemiometrium menyebabkan
aliran darah ke endometrium tidak merata dan maksimal sehingga dapat
mempengaruhi penyaluran nutrisi dari ibu ke janin dan membuat
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (Prawirohardjo, 2008).
b. Paritas
Paritas menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh
seorang wanita. Paritas merupakan faktor resiko penting dalam
menentukan nasib ibu baik selama kehamilan maupun persalinan
(Mochtar, 1998). Resiko kesehatan ibu dan anak meningkat pada
persalinan pertama, keempat dan seterusnya. Kehamilan dan persalinan
pertama meningkatkan resiko kesehatan yang timbul karena ibu belum
pernah mengalami kehamilan sebelumnya, selain itu jalan lahir baru akan
dicoba dilalui janin. Sebaliknya bila terlalu sering melahirkan rahim akan
menjadi semakin melemah karena jaringan parut uterus akibat kehamilan
berulang. Jaringan parut ini menyebabkan tidak adekuatnya persediaan
darah ke plasenta sehingga plasenta tidak mendapat aliran darah yang
cukup untuk menyalurkan nutrisi ke janin akibatnya pertumbuhan janin
terganggu (DepkesRI, 2004).
6
c. Jarak Kehamilan
Jarak dari kehamilan yang terlalu dekat atau pendek ( kurang dari 2
tahun) Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan
perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih
dengan baik (Kliegman et al., 2007).
d. Riwayat BBLR sebelumnya
Riwayat BBLR berulang dapat terjadi biasanya pada kelainanan
anatomis dari uterus, seperti septum uterus, biasanya septum pada uterus
avaskular dan terjadi kegagalan vaskularisasi ini akan menyebabkan
gangguan pada perkembangan plasenta. Septum akan mengurangi
kapasitas endometrium sehingga dapat menghambat pertumbuhan janin,
selain itu dapat menyebabkan keguguran pada trimester dua dan
persalinan premature.
e. Komplikasi Kehamilan
Beberapa komplikasi langsung dari kehamilan seperti
anemia, perdarahan, preeklamsia/ eklamsia, hipertensi, KPD dan kelainan
lainnya, keadaan tersebut mengganggu kesehatan ibu dan juga
pertumbuhan janin dalam kandungan sehingga meningkatkan resiko
kelahiran bayi dengan berat rendah (Prawirohardjo, 2008).
Perdarahan antepartum perdarahan per vaginam pada kehamilan di
atas 28 minggu atau lebih. Karena perdarahan antepartum terjadi pada
usia kehamialn lebih dari 28 minggu maka sering disebut atau
digolongkan perdarahan pada trimester tiga. Komplikasi dari perdarahan
antepertum tersebut adalah kelahiran premature dan gawat janin sering
tidak terhindar sebagian karena tindakan terminasi kehamilan yang
terpaksa dilakukan dalam kehamilan yang belum aterm
(Prawirohardjo,2008).
Anemia pada wanita hamil atau masa nifas didefinisikan sebagai
konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 11 gr% pada trimester pertama
dan ketiga, dan kurang dari 10,5 gr% pada trimester kedua
7
(Prawirohardjo, 2008). Anemia pada saat kehamilan dapat
mengakubatkan efek buruk pada bayi dan ibunya. Anemia mengurangi
suplai oksigen pada metabolisme ibu karena kurangnya kadar
hemoglobin yang mengikat oksigen dan mengakibatkan efek tidak
langsung pada ibu dan bayi antaralain kerentanan ibu terhadap infeksi,
kematian janin, kelahiran premature dan BBLR.
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Kehamilan kembar dapat memberikan resiko yang lebih tinggi terhadap
bayi dan ibu karena itu memerlukan pengawasan hamil yang lebih
intensif. Pertumbuhan janin kehamilan kembar bergantung pada faktor
plasenta, apakah menjadi satu atau bagaimana implantasi plasentanya.
Kedua faktor tersebut menyebabkan aliran darah ke janin lebih kuat dari
yang lain. Bentuk kelainan pertumbuhan tersebut secara umum
ditunjukkan dengan berat janin hamil kembar lebih rendah 700-1000
gram dari hamil tunggal dan pertumbuhan bersaing dari janin kembar
sehingga dapat terjadi selisih berat badan sekitar 50-150 atau lebih
(Manuaba, 2010).
f. Sebab Lain
Kebiasaan ibu yang juga menjadi faktor resiko BBLR yaitu ibu yang
merokok baik aktif maupun pasif dan ibu yang menggunakan NAPZA.
Asap rokok mengandung sejumlah teratogen potensial seperti nikotin,
karbon monoksida, sianida,tar dan berbagai hidrokarbon. Zat-zat ini
selain bersifat fetotoksik juga memiliki efek vasokonstriksi pembuluh
darah dan mengurangi kadar oksigen dan gangguan pembuluh darah
sehingga membuat aliran nutrisi dari ibu ke janin terhambat dan
terganggu, akhirnya pertumbuhan janin terhambat (Cuninghamet al.,
2005)
8
2. Faktor Janin
Trisomi 18 lebih terkenal dengan sindrom Edward terjadi pada 1 dari
8000 neonatus. Janin dan neonatus trisomi 18 biasanya mengalami
hambatan pertumbuhan dengan rata-rata berat lahir 2340 gram. (Cuningham
et al., 2005).
3. Faktor Plasenta
Faktor plasenta juga mempengaruhi pertumbuhan janin yaitu
besar dan berat plasenta, tempat melekat plasenta pada uterus, tempat insersi
tali pusat, kelainan plasenta. Kelainan plasenta terjadi karena tidak
berfungsinya plasenta dengan baik sehingga menyebabkan gangguan
sirkulasi oksigen dalam plasenta. Lepasnya sebagian plasenta dari
perlekatannya dan posisi tali pusat yang tidak lokasi pembuluh darah yang
ada di plasenta dapat mengakibatkan terjadinya gangguan alirah darah
plasenta ke janin sehingga pertumbuhan janin terhambat. (Cuningham et al.,
2005).
4. Faktor Lingkungan
Lingkungan juga mempengaruhi untuk menjadi resiko
untuk melahirkan BBL. Faktor lingkungan yaitu bila ibu bertempat tinggal
di dataran tinggi seperti pegunungan. Hal tersebut menyebabkan rendahnya
kadar oksigen sehingga supplai oksigen terhadap janin menjadi terganggu.
Ibu yang tempat tinggalnya di dataran tinggi beresiko untuk mengalami
hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum. Kondisi tersebut
berpengaruh terhadap janin oleh karena gangguan oksigenasi/kadar oksigen
udara lebih rendah dan dapat menyebabkan lahirnya bayi BBLR. (Sistiarani,
2008).
D. Manifestasi Klinis BBLR
Secara umum gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut
(Manuaba, 2010) .
1. Prematuritas murni sesuai kurang bulan sesuai masa kehamilan (SMK)
a. Berat kurang dari 2.500 gram
9
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm dan lingkar kepala kurang dari 33 cm.
d. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
e. Kulit tipis, transparan, rambut lanugi banyak, lemak berkurang
f. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labiya mayora
(wanita), pada laki-laki testis belum turun
g. Putting susu belum terbentuk dengan baik, bayi kecil, pergerakan kurang
h. Pernapasan 40-50 kali per menit dan nadi 100-140 kali per menit
2. Dismatur Kecil untuk masa kehamilanya (KMK)
a. Preterem sama karakteristikya dengan prematuritas murni
b. Term dan post term : Kulit berselubung vernik kaseosa tipis, kulit
pucat/bernoda mekonium, kering kriput tipis, jaringan lemak dibawah kulit
tipis, bayi tambak gesit, aktif, dan kuat, tali pusat berwarna kuning
kehijauan.
E. Komplikasi BBLR
1. Gangguan Pernapasan
a. Sindrom gangguan pernapasan
Sindroma gangguan pernapasan pada bayi BBLR
adalah perkembangan imatur system pernapasan atau tidak adekuatnya
surfaktan pada paru-paru. Surfaktan adalah zat endogen yang terdiri dari
fosfolipid, neutral lipid dan protein yang membentuk lapisan di antara
permukaan didalam alveoli (Usman, 2008). Secara garis besar, penyebab
sesak napas pada neonatus dapat dibagi menjadi dua, yaitu kelainan
medic, seperti hialinmembrane disease, aspirasi mekonium, pneumonia
dan kelainan bedah seperti choana atresia, fistula, trachea oesephagus,
empirisema lobaris congenital. Gejala gangguan pada system pernapasan
dapat dikenali sebagai berikut (Kliegman et al.,2007 ; Proverawati, 2010)
Frekuensi napas takipneu (>60 kali per menit), Retraksi suprasternal dan
substernal, Gerakan cuping hidung, Sianosis sekitar mulut dan ujung jari,
Pucat dan kelelahan, Apneu dan pernapasan tidak teratur, Mendengkur,
Pernapasan dangkal, Penurunan suhu tubuh.
10
b. Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan bayi yang dapat bernapas spontan
danteratur, sehingga dapat menurunkan oksigen dan meningkatkan
karbon dioksida yang dapat menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan
yang lebih lanjut. Semua tipe BBLR bisa kurang, cukup, atau lebih bulan
semuanya berdampak pada proses adaptasi pernapasan waktu lahir
sehingga mengalami asfiksia lahir. Bayi BBLR membutuhkan kecepatan
dan ketrampilan resusitasi (Manuaba, 2010).
c. Aspirasi Mekonium
Adalah penyakit paru yang berat yang ditandai dengan pneumonitis
kimiawi dan obstruksi mekanis jalan napas. Penyakit ini terjadi akibat
inhalsi cairan amnion yang tercemar mekonium peripartum sehingga
terjadi peradangan jaringan paru dan hipoksia. (Cuningham et al., 2005).
d. Retrolental Fibroplasia
Penyakit ini ditemukan pada bayi premature dimana disebabkan
oleh gangguan oksigen yang berlebihan. Pemberian oksigen dengan
konsentrasi tionggi (PaO2 lebih dari 115 mmHg) maka akan terjadi
vasokonstruksi pembuluh darah retina. Kemudian setelah bernapas
dengan udara biasa lagi, pembuluh darah akan mengalami vasodilatasi
yang selanjutnya akan diikuti dengan proliferasi kapiler secara tidak
teratur. Stadium akut dapat terlihat pada umur 3-6 minggu dalam bentuk
dilatasi arteri danvena retina, kemudian diikuti pertumbuhan kapiler
secara teratur pada ujung vena yang terlihat seperti perdarahan dan
kapiler baru ini tumbuh kearah korpus vitreus dan lensa sehingga
menyebabkan edema retina dan retina dapat terlepas dari dasarnya.
Keadaan ini dapat terjadi bilateral dengan tanda COA mengecil,
pupil mengecil dan tidak teratur dan visus menghilang. Pengobatan
dengan diberikan ACTH atau kortikosteroid. Tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut (Cuningham et al., 2005,
proverawati,2005) :
11
1) Oksigen yang diberikan tidak boleh lebih dari 40%
2) Tidak menggunakan oksigen untuk pencegahan apnea dan sianosis
3) Pemberian oksigen pada bayi kurang dari 2.000 gram harus hati-hati
dan dimonitor.
2. Gangguan Metabolik
a. Hipotemia
Bayi premature dan BBLR akan dengan cepat kehilangan panas
tubuh dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan
belum berfungsi dengan baik, metabolism yang rendah dan luas
permukaan tubuh yang relative luas dan lemak yang masih sedikit
(Depkes, 2008 ; Manuaba, 2010)
b. Hipoglikemia
Glukosa berfungsi sebagai makanan otak pada tahun pertama
kelahiran pertumbuhan otak sangat cepat sehingga sebagian besar
glukosa dalam darah digunakan untuk metabolisme di otak. Jika asupuan
glukosa ini kurang, akibatnya sel-sel syaraf di otak mati dan
mempengaruhi kecerdasan di masa depan. Pada BBLR hipoglikemia
terjadi karena cadangan glukosa yang rendah danaktivitas hormonal
untuk glukoneogenesis yang belum sempurna (Kliegman et al., 2007)
c. Masalah Pemberian ASI
Masalah pemebrian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh
bayi yang kecil, kurang energy, lemah dan lambungnya kecil dan tidak
dapat menghisap. Bayi dnegan BBLR sering mendapatkan ASI dengan
bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit
tapi sering, bayi BBLR dengan kehamilan ≥35 minggu dan berat lahir
≥2.000 gram umunya bisa langsung menyusu (Depkes, 2008)
3. Gangguan Imunitas
a. Gangguan Imunologik
Daya tahan tubuh berkurang karena rendahnya
kadar immunoglobulin G (IgG) maupun gamaglobulin. IgG pada saat
awal kelahiran sebagian besar didapat dari ibu dimulai sekitar minggu
12
ke 16 dan yang paling tinggi 4 minggu sebelum kelahiran. Dengan
demikian, bayi BBLR relative kurang mendapat antibody ibu belum
sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap
infeksi belum baik, karena system kekebalan tubuh bayi juga belum
matang. Bayi juga dapat terkena infeksi saat lahir. Keluarga dan tenaga
kesehatan yang merawat bayi harus melakukan tindakan pencegahan
infeksi dengan menjaga kebersihan dan cuci tangan dengan baik.
(Proverawati, 2010).
b. Ikterus
Ikterus adalah menjadi kuningnya warna kulit, selaput lendir dan
berbagai jaringan karena tingginya zat warna empedu. Ikterus neonatal
adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir.
Biasanya bersifat fisiologis, tapi dapat juga patologis, dikarenakan
fungsi hati yang belum matang (imatur) menyebabkan gangguan
pemecahan bilirubin dan menyebabkan hiperbilirubinemia
4. Gangguan System Peredaran Darah
a. Masalah Perdarahan
Perdarahan pada neonatus mungkin dapat disebabkan karena
kekurangan faktor pembekuan darah dan faktor fungsi pembekuan darah
yang abnormal karena imaturitas sel. Sebagai tindakan pencegahan
terhadap perdarahan otak dan saluran pencernaan bayi BBLR diberikan
injeksi vit. K yang sangat penting dalam mekanisme pembekuan darah
normal.Pemberiannya biasanya secara parenteral, 0,5-1 mg IM dengan
dosis 1 kali segera setelah lahir dilakukan pada paha kiri (Depkes, 2008).
b. Anemia
Anemia fisiologik pada bayi BBLR disebabkan oleh
supresieritropoeisis pasca lahir, persediaan besi janin yang sedikit,
serta bertambah besarnya volume darah akibat pertumbuhan yang lebih
cepat. Oleh karena pada janin atau neonatus akan memperberat
anemianya (Cunningham et al., 2005)
13
c. Gangguan Jantung
Patent Ductus Arteriosus (PDA) sejenis masalah jantung, biasanya
dicatat dalam beberapa minggu pertama atau bulan kelahiran. PDA yang
menetap sampai bayi berumur 3 hari sering ditemui pada bayi BBLR,
terutama pada bayi dengan penyakit membrane hialin. Defek septum
ventrikel, frekuensi kejadiannya paling tinggi pada bayi dengan berat
kurang dari2500 gram dan masa gestasinya kurang dari 34 minggu
dibandingkan dengan bayi lebih besar dengan masa gestasi yang cukup
(Usman, 2008; Proverawati, 2010).
d. Gangguan Pada Otak
Intraventrikular hemorrhage, perdarahan inrakranial (otak) pada
neonatus. Bayi mengalami masalah neurologis, seperti gangguan
mengendalikan otot (cerebral palsy), keterlambatan perkembangan dan
kejang (Cunningham et al., 2005).
5. Gangguan Cairan Elektrolit
a. Gangguan Eliminasi
Kerja ginjal yang masih belum matang, kemampuan
mengatur pembuangan sisa metabolism dan air masih belum sempurna,
ginjal imatur baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urin yang
sedikit, urea clearance yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan
air tubuh dan elektrolit dari badan akibat mudah terjadi edema dan
asidosis metabolic (K liegman et al,2007).
b. Destensi Abdomen
Yaitu kelainan yang berhubungan dengan usus bayi. Distensi
abdomen akibat motilitas usus berkurang, volume lambung kecil
sehingga waktu pengosongan lambung bertambah, daya untuk mencerna
dan mengabsorbsi lemak berkurang. Kerja dari sfinger gastroesofagus
yang belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke
esophagus dan muntah terjadi aspirasi. (Proverawati,2010).
14
c. Gangguan Pencernaan
Saluran cerna yang belum berfungsi sempurna
membuat penyerapan makan lemah/ kurang baik. Aktifitas
otot pencernaan masih belum sempurna, mengakibatkan pengosongan
lambung lambat. Bayi BBLR mudah kembung, hal ini karena stenosis
anorektal, atresia ileum, peritonitismeconium ( K liegman et al,2007).
d. Gangguan Elektrolit
Cairan yang diperlukan tergantung dari masa gestasi, keadaan
lingkungan dan penyakit bayi. Diduga kehilangan cairan melalui tinja
dari janin yang tidak mendapat makanan melalui mulut sangat sedikit.
Kebutuhan akan cairan sesuai dengan kehilangan cairan insensible,
cairan yang dikeluarkan ginjal dan pengeluaran cairan oleh sebab
lainnya, kehilangan cairan insensible meningkat ditempat udara panas,
selama terapi sinar dna pada kenaikan suhu tubuh (Proverawati,2010).
F. Penatalaksanaan Pada Bayi BBLR
1. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Bayi BBLR akan cepat mengalami kehilangan panas badan atau
suhu tubuh dan menjadi hipotermia karena pusat penagturan suhu tubuh
belum berfungsi dengan baik, system metabolism yang rendah dan luas
permukaan tubuh yang relative luas. Oleh karena ibu bayi di rawat di dalam
incubator, incubator dilengkapi dengan alat pengatur suhu dan kelembaban
agar bayi dapat menjaga mempertahankan suhu tubuhnya normal, alat
oksigen yang dapat diatur, serta kelengkapan lainnya yang mengurangi
kontaminasi dengan lingkungan luar. Suhu incubator yang optimum
diperlukan agar panas yang hilang dan konsumsi oksigen cukup sehingga
bayi walaupun dalam keadaan telanjang dapat mempertahankan suhu
tubuhnya sekitar 36,5-37 ºC. Tingginya suhu lingkungan ini bergantung
tingkat maturitas bayi (Manuaba, 2010). Prosedur dapat dilakukan dengan
sebelumnya incubator dihangatkan terlebih dahulu sampai sekitar 24,9ºC,
untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2ºC untuk bayi yang lebih kecil.
15
Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini untuk
memungkinkan pernapasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa
dibatasi pakaian, observasi terhadap pernapasan lebih mudah. Pemberian
oksigen untuk mengatasi hipoksia harus hati-hati agar pemberian tidak
berlebihan yang bisa menyebabkan fibroplasias paru. Tekanan oksigen
harus dipantau terus. (Proverawati, 2010). Perawatan Metode Kanguru
(Kangoroo Mother Care /KMC) adalah perawatan untuk BBLR dengan
melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin
contact). Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung
kesehatan dan keselamatan BBLR. Hampir setiap bayi keecil dapat dirawat
dengan KMC (Depkes RI, 2008).
2. Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah
menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian sesuai
dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI merupakan pilihan pertama jika bayi
mampu menghisap. ASI merupakan makanan paling utama, sehingga ASI
adalah pilihan yang harus didahulukan untuk diberikan. Jika faktor
menghisap kurang ASI dapat ditampung dan diminumkan perlahan dengan
sendok atau dengan memasukan sonde ke lambung bila perlu. Permulaan
cairan yang diberikan 200cc/kgBB/hari. Jika ASI tidak keluar dapat
digunakan susu formula yang komposisinya mirip ASI atau susu formula
khusus BBLR (Sitohang, 2004). Cara pemberian ASI harus hati-hati agar
tidak terjadi regurgitasi. Pada bayi dalam incubator dengan kontak
minimal, kasur incubator bayi dapat diangkat atau dinaikkan dan bayi
menghadap ke sisi kanannya. Pada bayi yang lebih besar dapat dengan
dipangku. Pada BBLR yang kecil dan kurang giat menghisap ASI dapat
diberikan melalui selang NGT (Proverawati,2010).
3. Pencegahan Infeksi
Bayi BBLR sangat rentan terhadap infeksi karena
kadar immunoglobulin yang masih rendah, aktifitas bacterial neutrofil, efek
sitotoksik limfosit juga masih rendah dan fungsi imun
16
belum berpengalaman. Bayi akan mudah mendapatkan infeksi, terutama
disebabkan oleh infeksi nosokomial (Manuaba, 2010).
Infeksi local bayi dapat dengan cepat menjalar menjadi infeksi
umum. Diagnosis dini dapat ditegakkan jika cukup waspada melihat tanda
infeksi pada bayi seperti malas menyusu, gelisah, letargi, suhu tubuh
meningkat, frekuensi pernapasan meningkat, muntah, diare dan berat badan
mendadak turun. (Depkes RI,2008). Fungsi perawatan disini adalah
member perlindungan terhadap bayi BBLR terhadap potensi infeksi. Oleh
karena ibu, bayi BBLR harus dijaga agar tidak berkontak langsung dengan
penderita infeksi dalam keadaaan apapun. Digunakan masker dan baju
khusus dalam merawat bayi, tindakan asepsis dan antiseptic alat-alat yang
digunakan, jumlah pasien dibatasi, mengatur kunjungan,menghindari
perawatan dalam waktu yang lama dan pemberian antibiotic yang tepat
(Depkes RI, 2010).
4. Penimbangan Berat Badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu pemantauan dan
monitoring harus dilakukan secara ketat (Depkes RI, 2005) :
a) 150-200 gram seminggu untuk bayi < 1.500 gram (20-30gram per hari)
b) 200-250 gram seminggu untuk bayi 1.500-2.500 gram (30-35 gram per
hari)
5. Pemberian Oksigen
Ekspansi paru yang memburuk merupakan masalah serius bagi
bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya surfaktan. Konsentrasi O2 yang
diberikan sekitar 30-35 % dengan menggunakan head box. Konsentrasi O2
yang tinggi dalam masa panjang dapat menyebabkan kerusakan jaringan
retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan (Manuaba,2010).
6. Pengawasan Jalan Napas
Terhambatnya jalan napas dapat menimbulkan asfiksia, hipoksia dan
akhirnya kematian. Bayi BBLR memiliki resiko mengalami serangan apneu
dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang
17
cukup seperti yang diperoleh dari plasenta sebelumnya. Dalam kondisi ini
diperlukan pembersihan jalan napas segera setelah lahir ( aspirasi lender),
dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan, menepuk atau
menjentuk tumit. Bila tindakan ini gagal dilakukan ventilasi, intubasi
endotrakeal, pijatan jantung dan pemberian oksigen dan selama pemberian
intake dicegah terjadinya asperasi. Dengan tindakan inidapat dicegah
sekaligus mengatasi asfeksia sehingga memperkecil kematian bayi BBLR
(DepkesRI, 2008).
G. Manajemen Kebidanan Menurut Varney
1. Pengertian
Menejemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam
rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada
klien. Menejemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh
dan menyeluruh dari kepada klien nya, yang suatu proses menejemen
kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas mulai tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang disusun secara
sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar
sesuai dengan keputusan tindakan klinis yang dilakukan dengan tepat,
efektif dan efisien.
2. Standar 7 Langkah Varney
a. Langkah 1 (Pengkajian)
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien.
b. Langkah 2 (Merumuskan Masalah)
Pada masalah ini identifikasi terhadap diagnosa atau
masalah berdasarkan interpretasi data yang akurat yang telah
dikulmpulkan. Data yang telah sudah dikumpulkan diinterpretasikan
18
sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosan tetapi tetap membutuhkan penangan.
c. Langkah 3 (Mengantisipasi Masalah)
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa
potensial berdasarkan diagnosa/ masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu
menmgantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah
potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi
agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi.
d. Langkah 4 (MenetapkanTtindakan Segera)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan /dokter dan
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini
mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan.
Jadi, pelaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama
bidan terus-menerus.
e. Langkah 5 (Merencanakan Asuhan Menyeluruh)
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah
teridentifikasi atau diantisipai. Pada langkah ini informasi data yang
tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh
tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi
klien atau dari masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap bayi tersebut seperti apa yang diperkirakan
akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan
apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan
dengan sosial ekonomi- kultural atau masalah psikologi.
19
f. Langkah 6 (Implementasi)
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan
efisien.
g. Langkah 7 (Evaluasi)
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar-benar efektif
dalam pelaksanaannya.
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. T UMUR 2 JAM LAHIR PATOLOGI
DENGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR RENDAH DAN ASFIKSIA SEDANG
DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Tanggal masuk : 2 April 2013
Pukul : 04.45 WIB
No. MR : -
I. Pengkajian Tanggal/jam : 2 April 2013/jam 04.45 WIB
A. Data Subyektif
1. Identitas bayi
Nama : Bayi Ny. T
Umur : 2 jam
Tanggal lahir : 2 April 2013
2. Identitas penanggung jawab
Ibu Ayah
Nama : Ny. T Tn. D
Umur : 25 tahun 31 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia Jawa / Indonesia
Alamat : Gunung saren RT 08, Trimurti Nanjukan Bantul
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
P1A0Ah1
Umur kehamilan 36 minggu 5 hari
Frekuensi ANC : TM I : 2x TM II :4x TM III : 3x
Imunisasi TT : Lengkap
TTI : Umur kehamilan 10 minggu
21
TT2 : umur kehamilan 14 minggu
Kenaikan BB selama hamil 8 kg, BB sebelum hamil 55 kg, BB selama
hamil 63 kg.
Keluhan ketika hamil :
TM I : mual
TM II : tidak ada keluhan
TM III : Kenceng-kenceng
Riwayat komplikasi kehamilan : tidak ada
Kebiasaan ketika hamil :
a. Makanan : 3 kali sehari, porsi sedang, jenis nasi, sayur dan
lauk.
b. Obat-obatan/ : ibu mengatakan tidak mengkonsumsi Obat selain
yang diberikan oleh bidan/dokter, ibu juga tidak
mengkonsumsi jamu.
c. Merokok : ibu mengatakan tidak merokok.
4. Riwayat persalinan
a. Lama kala I : 9 jam
b. Lama kala II : 35 menit
c. Warna air ketuban : Hijau
d. Jumlah air ketuban : Normal
e. Jenis persalinan : Spontan
f. Penolong : Bidan
g. Jam/tanggal lahir : 04.45 WIB / 2 April 2013
h. Jenis kelamin : Perempuan
i. Caput : Tidak ada
j. Komplikasi persalinan : Tidak ada
22
5. Keadaan bayi baru lahir
No Kriteria Penilaian
0-1 Menit 1-5 Menit
1 Apperance 1 22 Pulse 1 23 Grimace 1 14 Activity 1 15 Respiratori 1 1TOTAL 5 7
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : Lemah
Vital sign : N = 138x/menit S = 36,5° C R = 40x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Mesochepal, tidak ada caput suksedaneum, tidak ada
cepal hematom, tidak hidrosepalus atau mikrosepalus.
Ubun-ubun : Belum menutup sempurna
Muka : Simetris, warna sedikit biru.
Mata : Simetris, tidak ada tanda infeksi, sclera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis.
Hidung : Tidak ada secret, tidak ada polip, kedua lubang hidung
ada
Telinga : Simetris, tidak ada serumen
Mulut : Bibir tidak labioskisis, langit-langit tidak palatoskisis,
tidak langsung menangis
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe
dan vena jugularis.
Dada
Inspeksi :Putting susu belum terbentuk sempurna, retraksi dinding
dada kedal tidak ada
Palpasi : Tidak ada benjolan abnormal
Auskultasi :Respirasi 40x/menit, denyut jantung 145x/menit
23
Abdomen
Inspeksi : Tidak ada tnda infeksi tali pusat, tidak ada hernia, saat
menangis tali pusat tidak menonjol.
Palpasi : Tidak ada benjolan abnormal
Perkusi : Tidak kembung
Tali pusat : Tidak ada tanda infeksi, masih basah.
Punggung : Tidak ada spina bifida.
Genetalia : Vagina berlubang, labiya mayora belum tertutup labiya
minora, lubang uretra ada.
Anus : Berlubang
Ekstremitas : Pergerakan lemah, jari tangan dan kaki lengkap, tidak
polidaktil dan sindaktil.
Kulit : Warna kebiruan, terlihat rambut lanugo banyak, kulit
tipis, tidak ada tanda lahir.
3. Reflek
a. Reflek moro : ada tapi lemah
b. Reflek rooting : ada tapi lemah
c. Reflek walking : ada tapi lemah
d. Reflek graps : ada tapi lemah
e. Reflek sucking : ada tapi lemah
f. Reflek tonic neck: tidak dikaji
4. Antropometri
a. Lingkar kepala : 30 cm
b. Lingkar dada : 29 cm
c. Lingkar lengan : 9 cm
d. Panjang badan : 46 cm
e. Berat badan : 2300 gram
5. Eliminasi
a. Miksi : sudah
b. Defekasi : belum
24
II. Interpretasi Data
1. Diagnosa Kebidanan
Seorang bayi baru lahir umur 2 jam jenis kelamin Perempuan dengan
BBLR dan asfiksia sedang.
Data dasar
Data Subyektif:Ibu mengatakan bayinya lahir pada tanggal 2 April 2013
Ibu mengatakan bayinya lahir spontan
Ibu mengatakan bayinya Perempuan
Ibu mengatakan bayinya kurang bulan (premature)
Data Obyektif : KU = Lemah Kesadaran = Composmentis
N = 138 x/menit R = 25 x/menit
S = 36,5º C PB = 46 cm
BB = 2300 gram LK/LD = 30/29
A/S = 5/7/7
2. Masalah
BBLR dan Asfiksia Sedang
III. Diagnosa Potensial
Hipoksia, Ikterus neonaturus, Infeksi neonaturus, Hipotermi sampai Kematian
IV. Antisipasi Masalah / Tindakan Segera
Melakukan langkah awal dan resusitasi.
V. Perencanaan
Tanggal 2 April 2013, pukul 04.50 WIB
1. Melakukan langkah awal dan resusitasi
2. Memberikan Injeksi Vit.K
3. Memberikan salep mata
4. Melakukan antopomerti
5. Melakukan perawatan tali pusat
6. Memberikan ijeksi hepatitis
25
7. Melakukan pencegahan infeksi
8. Melakukan pencegahan hipotermi
9. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
10. Pendokumentasian
VI. Pelaksanaan
Tanggal 2 April 2013, pukul 05.00 WIB
1. Melakukan langkah awal dengan menjaga kehangantan bayi, mengatur
posisi bayi agar kepala sedikit ekstensi, melakukan hisap lendir,
mengeringkan bayi dengan cara mengganti handuk basah dengan handuk
kering, memberikan rangsangan taktil, dan melakukan penilaian kepada
bayi. Lakukan resusitasi agar pernapasan bayi lancar dan bayi segera
menangis.
2. Memberikan injeksi vit. K pada paha kiri dengan dosis 1 mg secara IM
sebagai antisipasi agar tidak terjadi perdarahan.
3. Memberikan salep mata cloramfenicol pada kedua mata untuk mencegah
terjadinya infeksi.
4. Melakukan Antopometri untuk mengetahui keadaan fisik bayi
5. Melakukan perawatan tali pusat dengan cara membungkus tali pusat
dengan kasa steril.
6. Memberikan Injeksi Hb0 pada paha kanan, secara IM dengan dosis 0,05
mg
7. Melakukan pencegahan infeksi dengan cara cuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi, melakukan prosedur tindakan secara steril,
melakukan perawatan tali pusat.
8. Melakukan pencegahan hipotermi karena semua bayi BBLR sangat rentan
terhadap lingkungan panas karena kemampuan mereka
untuk menghasilkan panas terganggu oleh imaturitas dan lemak bawah
kulit bayi masih tipis. Kondisi ini dapat dicegah dengan pemakaikan baju,
popok, sarung tangan dan kaki, topi serta membedong bayi. Adapun
26
dengan memasukkan bayi ke dalam box penghangat dengan lampu 60
watt.
9. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian
terapi. Memasang infuse D5% sebanyak 8 TPM, memasang headbox 6
liter/mnt, Injeksi Ampicilin 2x115 mg, Injeksi Cefofaxin 2x155 mg
10. Melakukan pendokumentasian
VII.Evaluasi
Tanggal 2 April 2013, pukul 05.30 WIB.
1. Langkah awal dan resusitasi telah dilakukan
Ku : Lemah
Kesadaran :Composmentis, bayi mulai menangis
N :138x/menit, R : 25x/menit, S:36,5°C,
2. Injeksi Vit.K telah diberikan
3. Salep mata telah diberikan
4. Antopometri telah dilakukan
BB: 2300gram PB:46cm LK :30cm LD:29 cm LILA:9 cm
5. Perawatan tali pusat telah dilakukan dengan membungkunya
menggunakan kasa steril.
6. Injeksi Hbo telah diberikan.
7. Pencegahan infeksi telah dilakukan dengan cara cuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi.
8. Kehangatan bayi telah terjaga
9. Terapi telah diberikan
10. Semua hasil pemeriksaan telah di dokumentasikan.
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat
badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (sampai 2.499 gram).
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2.500 gram tanpa
memandang masa kehamilan (Prawirohardjo, 2008). Bayi baru lahir dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor dari
ibunya sendiri seperti Usia ibu, Paritas, Jarak kehamilan sebelumnya, Riwayat
BBLR sebelumnya, Komplikasi dalam kehamilan, dan berbagai faktor lainya.
Selain dari ibunya ada juga faktor dari bayi itu sendiri yaitu akibat sindrom
Edward atau disebut trisonomi 18, faktor lain yaitu dari dari plasenta dan
lingkungan.
Dari kasus yang kami ambil tentang bayi baru lahir patologi dengan berat
badan bayi lahir rendah dan asfiksia sedang di RSUD Panembahan Senopati
Bantul penatalaksanaan atau asuhan yang diberikan kepada pasien sudah sesuai
dengan teori yang ada, bagaimana manajemen bayi dengan asfiksia dan BBLR.
Pada saat bayi lahir dengan asfiksia langsung dilakukan langkah awal dan
resusitasi untuk membebaskan jalan nafas bayi, selalu menjaga kehangatan bayi
dengan segera mengganti handuk basah dengan handuk kering dan memberikan
topi pada bayi baru lahir, setelah bayi mulai menengis dan pernafasan bayi
membaik langsung diberikan injeksi Vit.K untuk mencegah perdarahan dan
dilakukan pemeriksaan fisik setelah diketahui bahwa bayi mengalami BBLR
kehangatan lebih dijaga dengan memasukanya pada box penghangat, dan
observasi keadaan bayi dengan ketat.
Petugas selalu berkolaborasi dengan dokter sebelum memberikan asuhan.
Tindakan yang kami lakukan pada kasus ini yaitu menjaga kehangatan bayi
dengan memasukan bayi pada box penghangat, memasangkan head box untuk
memenuhi kebutuhan oksigen bayi karena mengalami asfiksia, memenuhi
kebutuhan nutrisi dengan cara memberikan ASI sesering mungkin, memberi bayi
dengan Asi eksklusif, dan memantau tanda-tanda vital bayi setiap30 menit,
28
melakukan observasi BAB dan BAK tiap 3 jam sekali atau ketika bayi menangis
kita lakukan observasi. Petugas juga melakukan KMC (Kangoroo mother care)
yaitu perawatan untuk BBLR dengan melakukan kontak langsung antara kulit
bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin contact). Karena metode ini sangat tepat dan
mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan keselamatan BBLR. Hampir
setiap bayi keecil dapat dirawat dengan KMC kepada bayi dengan BBLR untuk
menjaga kehangatan bayi dan meningkatkan bonding atachmet. Di RSUD
Panembahan Senopati Bantul para petugas selalu melakukan pencegahan infeksi
dengan cara mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah memeriksa
pasien, ini sudah menjadi kesepakatan seluruh petugas di RSUD Panembahan
Senopati Bantul.
Hasil analisa kelompok kami tentang asuhan pada bayi baru lahir patologi
dengan berat badan bayi lahir rendah yaitu perencanaan dan penatalaksanaan yang
dilakukan telah sesuai dengan SOAP yang kami buat. Kami berharap dengan kami
membuat pembahasan ini, kami dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
serta dapat menerapkan di lapangan sesuai dengan teori yang ada.
29
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian data baik data subyektif melalui anamnesa
maupun data obyektif yang diperoleh melalui pemeriksaan umum dan fisik
maka di dapatkan hasil pada kasus Bayi Ny. T tersebut dilakukan:
1. Pengkajian data pada Bayi Ny. T dengan berat badan lahir rendah belum
dapat dilakukan secara lengkap dan terperinci
2. Analisa data pada Bayi Ny. T dengan berat badan lahir rendah sudah
dilakukan.
3. Perencanaan tindakan pada Bayi Ny. T dengan berat badan bayi lahir rendah
telah dilakukan sesuai analisis data yang diperoleh.
4. Pelaksanaan tindakan kepada Bayi Ny. T telah dilakukan sesuai dngan
perencanaan
5. Evaluasi tindakan kapada Bayi Ny. T dengan berat badan lahir rendah sudah
dilakukan.
6. Pendokumentasian
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa lebih meningkatkan pengetahuan tentang berat badan bayi
lahir rendah (BBLR) dan mampu memberikan asuhan yang tepat dan sesuai
dengan kondisi serta keadaan pasien.
2. Bagi Rumah Sakit
Rumah Sakit agar dapat mempertahankan asuhan kebidanan yang
telah sesuai dengan teori dan meningkatkan kenerja untuk asuhan kepada
pasien serta bisa mendeteksi dini setiap masalah kesehatan yang ada di
wilayah kerjanya. Terutama bagi tenaga bidan agar lebih dini dalam
memberikan KIE tentang nutrisi dan komplikasi selama kehamilan agar
mencegah terjadinya BBLR.
30
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F. Gary, et all., 2005.Obstetric Wiliam Edisi 21. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.2.
Departemen Kesehatan RI, 2005, Buku Acuan Pelayanan Pelatihan, Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Essensal Dasar, Jakarta.4.
Manuaba, I.B.G, et all., 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungandan KB, Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.3.
Prawirohardjo, 2008. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta
31
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-2
Tanggal 3 April 2013, jam 10.30 WIB.
SUBYEKTIF
-Ibu mengatakan melahirkan anaknya secara spontan tanggal 2 april, pukul
04.45 WIB.
-Ibu mengatakan bayinya perempuan
OBYEKTIF
-KU :Lemah
-Kesadaran :Komposmentis
-Vital Sign :N =140x/menit, R =46x/menit, S =36,7°C BB=2150 gram
-Nutrisi :Bayi sudah diberi ASI
-Eliminasi :BAK =4x hari ini, Meco=2 kali
-Abdomen :Tali pusat masih basah, tidak ada tanda inspeksi
-Kulit :Turgor kulit masih buruk
ASESSMENT
Bayi Ny.T umur 2 hari dengan BBLR
PLANNING
1. Mengobservasi keadaan umum bayi, keadaan umum bayi masih lemah.
N =145x/menit R=45x/menit, S=36,6°C
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan memberikan ASI 18CC/hari
sesuai anjuran dokter.
32
3. Melakukan KMC bertujuan untuk menghangatkan badan bayi dan
meningkatkan berat badan bayi, KMC belum bisa dilakukan karena
infuse masih terpasang.
4. Memonitor tetesan infuse dan tmemberikan injeksi ampicilin 2x155 mg,
Cefofaxin 2x115mg. Terapi sudah diberikan
5. Tetap menjaga kehangatan bayi dengan cara memakaikan popok, baju,
topi, sarung kaki dan tangan, bayi dibedong, kemudian dimasukan
kedalam bok penghangat. Kehangatan sudah terjaga.
6. Mengobservasi BAB dan BAK setiap 3 jam sekali atau setiap bayi
menangis.
7. Melakukan pencegahan infeksi dengan cara mencuci tangan dengan
sabun sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
8. Pendokumentasian.
33
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-3
Tanggal 4 april 2013 pukul 15.00 WIB
SUBYEKTIF
-Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 2 april 2013 pukul 04.45WIB
-Ibu mengatakan bayinya perempuan
-Ibu mengatakan telah member ASI kepada bayinya
OBYEKTIF
-KU :Baik
-Kesadaran :Komposmentis
-Vital Sign :N =150x/menit, R =46x/menit, S =36,5°C BB=2300gram
-Nutrisi :Bayi sudah diberi ASI
-Eliminasi :BAK =3x hari ini, BAB=2 kali
-Abdomen :Tali pusat masih basah, tidak ada tanda inspeksi
-Kulit :Turgor membaik
ASSESMENT
Bayi Ny.T umur 3 hari dengan BBLR
PLANNING
1. Mengobservasi kleadaan umum bayi KU : baik, kesadaran :kompos
mentis , N:150x/menit, R: 45x/menit, S:36,5°C
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi yaitu dengan memberikan ASI kepada bayi
sesuai kebutuhan
34
3. Melakukan KMC untuk menjaga kehangatan bayi dan menaikan berat
badan bayi, KMC telah dilakukan
4. Memandikan bayi dengan cara mengelap bagian tubuh bayi secara
lembut, dengan air hangat.
5. Melakukan perawatan tali pusat dengan cara membungkus dengan kasa
steril.Perawatan tali pusat telah dilakukan.
6. Melakukan pencegahan infeksi dengan cara mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
7. Memenuhi pola istirahat bayi ditempat yang tenang agar bayi merasa
nyaman
8. Pendokumentasian.
35
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-4
Tanggal 5 april 2013 pukul 09.30WIB
SUBYEKTIF
-Ibu mengatakan bayinya lahir spontan tanggal 2 april 2013 pukul 04.45
WIB
-Ibu mengatakan telah memberikan bayinya ASI
-Ibu mengatakan telah melakukan KMC
OBYEKTIF
-KU :Baik
-Kesadaran :Komposmentis
-Vital Sign :N =150x/menit, R =45x/menit, S =36,5°C BB=2350 gram
-Nutrisi :Bayi sudah diberi ASI
-Eliminasi :BAK =2x hari ini, BAB=1 kali
-Abdomen :Tali pusat malai kering, tidak ada tanda inspeksi
-Kulit :Turgor membaik
-Infus sudah tidak terpasang, oksigen sudah tidak diberikan
ASSESMENT
Bayi Ny. T umur 4 hari dengan BBLR
36
PLANNING
1. Mengobservasi keadaan umum bayi, keadaan umum bayi baik,
N :152x/menit R:45x/menit, S:36,3°C
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi yaitu dengan memberikan ASI kepada bayi
sesuai kebutuhan
3. Melakukan KMC bertujuan untuk menghangatkan badan bayi dan
meningkatkan berat badan bayi, KMC belum bisa dilakukan karena
infuse masih terpasang.
4. Melakukan pencegahan infeksi dengan cara mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
5. Memenuhi pola istirahat bayi ditempat yang tenang agar bayi merasa
nyaman.
6. Pendokumentasian
37