Upload
ardi-kurniadi
View
1.576
Download
30
Embed Size (px)
DESCRIPTION
RUMAH ADAT SUKU TERNATE, MALUKU UTARA
Citation preview
ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA
RUMAH ADAT SUKU TERNATE, MALUKU UTARA
1
DAFTAR ISI
BAB I, PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan....................................................................................................4
C. Permasalahan........................................................................................................5
D. Metode
Pembahasan.....................................................................................................5
E. Sistematika
Penulisan.........................................................................................................5
BAB II, LANDASAN TEORI
A. Pengertian dan Definisi..........................................................................................7
B. Tinjauan pustaka....................................................................................................7
C. Teori – Teori dan Konsep.......................................................................................8
BAB III, PEMBAHASAN MASALAH
A. Sejarah...................................................................................................................9
B. Lokasi.....................................................................................................................9
C. Adat dan kebudayaan............................................................................................9
D. Pola Kampung......................................................................................................10
E. Pola Rumah..........................................................................................................10
F. Deskripsi dan Konsep Arsitektur..........................................................................12
G. Hubungan terhadap Konsep Teori pada BAB II...................................................14
BAB IV, PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................................15
B. Penutup................................................................................................................15
2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, banyak
nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji untuk atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Rumah Adat Suku Ternate, Maluku Utara”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak atau
sumber tertentu, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas makalah ini. Semoga
semua ini bisa memberikan hal yang sangat positif dan berguna sebagai informasi dalam
memperluas wawasan ilmu pengetahuan. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini
bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu,
penulis meminta maaf atas segala kesalahan yang ada baik dalam penulisan, kalimat, dan
lainnya. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Jakarta, 16 September 2013
Penulis
3
Tim penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Adat merupakan Bangunan rumah yang mencirikan atau khas
bangunan suatu daerah di Indonesia yang melambangkan kebudayaan dan ciri khas
masyarakat setempat. Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman
dan kekayaan budaya, beneraka ragam bahasa dan suku dari sabang ampai
merauke sehingga Indonesia memiliki banyak koleksi rumah adat.
Hingga saat ini masih banyak suku atau Daerah-daerah di indonesia yang
masih mempertahankan rumah adat sebagai usaha untuk memelihara nilai – nilai
budaya yang kian tergeser oleh budaya modernisasi. Biasanya rumah adat tertentu
dijadikan sebagai auala (tempat pertemuan), musium atau dibiarkan begitu saja
sebagai obyek wisata.
Bentuk dan arsitektur rumah-rumah adat di indonesia masing-masing daerah
memiliki bentuk dan arsitektur berbeda sesuai dengan nuansa adat setempat. Ciri
dan khas yang terbangun dari rumah adat tiap daerah memiliki hubungan erat
dengan cara atau pola kehidupan sang penghuni disetiap harinya.
B. Tujuan Penulisan
Pada tugas makalah ini penulis akan membahas tentang rumah adat daerah
yang terdapat di suku ternate, Maluku utara. Banyak rumah-rumah adat suku ternate
yang saat ini masih berdiri kokoh dan sengaja dipertahankan dan dilestarikan
sebagai simbol budayanya. Mulai dari fungsi rumah, material rumah, hingga
kehidupan keseharian suku ternate yang mempengaruhi bidang kearsitekturan
dalam pembangunan rumah adatnya. Selain sebagai tempat tinggal atau hunian
para suku tersebut, tentunya rumah adat suku ternate memiliki khas dan ragam
budaya yang menarik untuk diteliti secara mendalam.
4
C. Permasalahan
Arsitektur vernakular pada rumah adat sudah jarang ditemui dan bahkan
pandangan kepada jenis arsitektur yang tergolong ramah lingkungan yang
mengandung kearifan lokal ini sudah berkurang. Tiada lain timbulnya budaya-budaya
modern dan terutama oleh budaya yang berasal dari luar Indonesia. Padahal rumah
adat merupakan rumah tradisional yang berfungsi sebagai cerminan kearifan lokal
masyarakat, struktur yang sederhana namun kuat dan terjamin kekokohannya,
material yang sederhana, khas, berasal dari daerah setempat, serta bentuk rumah
yang dibangun berdasarkan dari pola kehidupan masyarakat setempat.
D. Metode Pembahasan
Metode pembahasan yang digunakan dalam makalah ini yaitu berlangsung
secara bertahap, mulai dari pembahasan yang bersifat meluas hingga pembahasan
yang objektif. Meliputi lokasi, sejarah tempat tinggal suku ternate di Maluku Utara,
pola kehidupan, kampung, konsep, hingga struktur rumah adat yang dibangun.
Pembahasan yang ditulis dalam makalah ini diperlengkap dengan gambar-gambar
yang mudah dimengerti.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang diterapkan untuk menyajikan gambaran singkat
mengenai permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini, sehingga akan
memperoleh gambaran jelas tentang isi dari penulisan ini, terdiri dari empat bab
diantaranya :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
5
Menjelaskan tentang materi atau pengertian dari judul yang dipilih
pada. Mulai dari tinjauan pustaka, teori-teori, dan pengertian dan definisi.
BAB III PEMBAHASAN MASALAH
Menjelaskan tentang permasalah yang dibahas dalam makalah, dan
menjelaskan secara rinci permasalah dan deskripsi dari rumah adat suku ternate,
Maluku Utara
BAB IV PENUTUP
Berisi kesimpulan
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan pustaka
Penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan rumah adat
tradisional suku ternate, Maluku Utara antara lain :
1. - Laporan Pra-Penelitian Sejarah Arsitektur Indonesia, Proyek Study
Sektoral / Region No.281/PSSR/DPPM/1977.
- Laporan Data Studi Arsitektur Tradisional Aceh, Sumba, Maluku Utara.
Pra-Penelitian
Sejarah Arsitektur Indonesia. Jurusan llmu-ilmu Sejarah Indonesia,
Fakultas Sastra, Iniversitas Indonesia 1978-1979
Penelitian arsitektur tradisional di Ternate, Halmahera dan
sekitarnya yang dipaparkan dalam tulisan ini, merupakan realisasi dari
keinginan dan usaha tersebut di atas. Penelitian ini masih merupakan
penelitian awal dari serentetan rencana penelitian serupa yang akan
dilakukan pada sebanyak mungkin arsitektur tradisional daerah-daerah lain
di Indonesia. Penelitian-penelitian awal ini dilaksanakan dalam kerangka
"Pra-Penelitian Sejarah Arsitektur Indonesia" oleh Jurusan llmu-ilmu
Sejarah, Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
B. Pengertian dan Definisi
Arsitektur tradisional (arsitektur vernakular) telah dikenal luas dan banyak
dieksplorasi sejak masa Kolonial atau penjajahan bangsa asing di kepulauan
nusantara. Istilah vernacular berasal dari kata dalam bahasa latin yaitu verna yang
artinya domestic, indigenous, native slave, atau home-born slave. Istilah ini
dipopulerkan pertama kali oleh Bernard Rudofsky pada tahun 1964 melalui pameran
yang bertema ‘Architecture without Architect’ di Museum of Modern Art (MoMA). Kata
kata vernacular dipilih Rudofsky untuk mengklasifikasikan arsitektur lokal yang
umumnya berupa hunian yang ditemukannya di berbagai belahan dunia. Sejak itu
dan selanjutnya dalam berbagai literature kontemporer makna yang paling popular
7
bagi arsitektur vernakuler adalah arsitektur tanpa arsitek. (Mentayani dan Ikaputra,
2012)
Arsitektur tradisional sebagian besar merupakan bangunan rumah tinggal
yang dibangun berdasarkan adat dan tradisi setempat. Proses pendirian rumah
tradisional sejak awal penentuan lokasi hingga didirikan dan dihuni, tidak
pernah lepas dari pengaruh adat, kepercayaan dan tradisi.
C. Teori – Teori dan Konsep
Arsitektur-arsitektur lokal ini pada dasarnya berkaitan erat dengan hunian atau
tempat tinggal beserta bangunan-bangunan dan struktur pelengkapnya
(lumbung, tempat pemujaan, bangunan-bangunan tambahan, dll). Bangunan-
bangunan hunian itu didirikan menurut konsep-konsep, nilai-nilai dan norma-
norma yang diwariskan nenek moyang mereka. Perwujudan bentuk sebagai
hasilnya seperti terlihat saat ini dapat dianggap tidak berbeda jauh dari
perwujudan bentuk hasil tradisi yang sama pada masa-masa yang lampau
walaupun perubahan-perubahan kecil maupun besar bisa saja terjadi pada masa
yang silam.
Arsitektur vernakular terdiri dari rumah-rumah tinggal atau hunian dan bangunan-
bangunan rakyat lainnya. Kaitannya dengan konteks lingkungan dan
ketersediaan sumber daya, bangunan-bangunan ini biasanya dibangun oleh
pemiliknya sendiri atau oleh komunitas secara gotong royong, menggunakan
teknologi tradisional. Seluruh bentuk dari arsitektur vernakular dibangun untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik, mengakomodasi system nilai dan
norma-norma yang berlaku, kondisi ekonomi, serta pranata kehidupan dan
kultural yang menghadirkannya.
8
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
A. Sejarah
Kerajaan Gapi atau yang kemudian lebih dikenal sebagai Kesultanan Ternate
(mengikuti nama ibukotanya) adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Maluku dan
merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab
Mashur Malamo pada 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan
timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-17. Kesultanan Ternate
menikmati kegemilangan di paruh abad ke -16 berkat perdagangan rempah-rempah
dan kekuatan militernya. Di masa jaya kekuasaannya membentang mencakup
wilayah Maluku, Sulawesi utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina
hingga sejauh Kepulauan Marshall di pasifik.
Masyarakat Ternate menggunakan Bahasa Ternate. Beberapa ahli ada yang
berpendapat bahwa Bahasa Ternate ini merupakan hasil dari rumpun bahasa yang
ada di Halmahera bagian Utara. Bahasa tersebut termasuk dalam rumpun Bahasa
non-Austronesia.
B. Lokasi
Penduduk asli Suku Ternate memang tinggal di Pulau Ternate, tetapi
penambahan jumlah penduduk membuat masyarakat Ternate menyebar ke daerah
yang lain, seperti Pulau Obi dan Pulau Bacan. Pulau ini terletak di wilayah
Kabupaten Halmahera bagian tengah, dan ada yang di luar Provinsi Maluku Utara.
C. Adat dan kebudayaan
Adat istiadat dari suku ternate dapat dilihat dari egiatan gotong royong yang
diciptakan oleh nenek moyang itu terwarisi sampai sekarang. Pada lingkungan
keluarga biasanya ada hubungan kerja sama sebagai tanggung jawab. Misalnya
kerjasama dalam mempersiapkan upacara perkawinan anggota keluarga mereka,
upacara pemakaman, dan acara-acara keluarga lainnya. Ada pula dalam lingkungan
masyarakat dibentuk kelompok kerja yang disebut rion-rion. Kelompok ini biasanya
setiap anggota mempunyai tujuan yang sama, misalnya berkebun, mengolah hasil
pertanian, dan membangun rumah para anggota kelompok tersebut.
9
Mata pencaharian masyarakat Ternate sebagian besar adalah nelayan,
bertani, dan berkebun. Adapun tanaman yang ditanam di antaranya: ubi kayu, sayur-
mayur, padi, kacang-kacangan, dan ubi jalar. Beberapa tanaman keras yang ditanam
yaitu: pala, kelapa, dan cengkih. Bahkan, tanaman cengkeh mempunyai sejarah
yang sangat melekat dengan Ternate.
Tentang kepercayaan pada suku ternate, umumnya orang Ternate beragama
Islam. Di masa lalu kesultanan merupakan salah satu pusat penyebaran agama
Islam di wilayah Indonesia bagian Timur. Saat ini masyarakat Ternate membutuhkan
bantuan penanam modal untuk menggali dan mengelola hasil-hasil kekayaan alam
daerah ini yang berlimpah. Bidang kehutanan, kelautan dan pertanian merupakan
tiga bidang utama bagi orang Ternate. Selama ini, dari tiga kekuatan utama tersebut,
hanya sektor kehutanan yang telah digarap besar-besaran.
Terdapat beberapa tradisi dari kebudayaan pada suku ternate, diantaranya :
1. KOLOLI KIE, (Tradisi Ritual Adat Mengelilingi Pulau Ternate Sambil
Ziarah Beberapa Makam Keramat)
2. CAKALELE, HASA & SALAI JIN, (Mengenal Jenis-Jenis Roh Gaib Yang
Dikenal Masyarakat Ternate)
D. Pola Kampung
Pemukiman penduduk umumnya membentang di sepanjang garis pantai.
Rumah-rumah mereka dibangun di sepanjang jalan-jalan dan sejajar dengan garis
pantai di daerah perkotaan. Struktur bangunannya beraneka ragam sesuai dengan
gaya para pendatang dari luar Halmahera di perdesaan. Di pedesaan, rumah-rumah
penduduk terbuat dari rumput ilalang.
E. Pola Rumah
Rumah Sasadu adalah rumah tradisional di maluku utara. Rumah ini tidak
berfungsi sebagai hunian, melainkan sebagai tempat pertemuan, khususnya saat
menyelesaikan permasalahan desa secara musyawarah, juga sebagai tempat
perayaan syukur panen raya atau Horom Sasadu.
10
Pada kerangka rumah dapat dilihat pada gambar ini
11
F. Deskripsi dan Konsep Arsitektur
Sebuah rumah sederhana dibentuk dari bahan kayu dan anyaman daun
sagu. Sekilas mirip pendopo khas Jawa tetapi jelasnya ini adalah rumah adat
peninggalan leluhur di Maluku Utara. Rumah adat ini menjadi tempat warganya
berkumpul, bersantap, dan berbagi nilai-nilai leluhur dan kearifan lokal yang terus
dipegang teguh melekat dalam kesehariannya.
12
Rumah adat sasadu mencerminkan watak suku yang terbuka dan ramah.
Bangunan yang tanpa pintu adalah isyarat bahwa siapapun dapat masuk ke
dalamnya baik itu masyarakat asli maupun suku pendatang akan diterima dengan
tangan terbuka. Ini juga menyiratkan tidak ada paksaan dalam berkomunikasi
antarsesama. Semuanya berlangsung secara alami dan sukarela.
Rumah adat ini memiliki enam pintu untuk jalan masuk dan keluar, meskipun
setiap sisinya tidak berdinding. Dua pintu untuk jalan masuk keluar bagi perempuan,
dua pintu bagi lelaki, dan dua pintu bagi para tamu. Rumah adat ini juga dilengkapi
bendera besar (panji) dan bendera kecil (dayalo) serta sekelilingnya dihiasi kain putih
berbentuk bukit-bukit kecil (paturo) yang melambangkan NKRI.
Sasadu memiliki dua ujung atap berukir kayu berbentuk haluan dan buritan
perahu yang di tempatkan pada kedua ujungnya. Bubungan tersebut melambangkan
perahu yang sedang berlayar. Pada umumnya suku di ternate merupakan salah suku
yang suka berlayar dan berpetualang mengarungi samudera. Replika perahu layar
juga ditempatkan di dalam rumah adat ini yang disebut kagunga tego-tego (perahu
perang yang ada di darat).
Perhatikan juga pada bubungan atapnya yang menjulang tergantung dua
buah bulatan yang dibungkus ijuk. Itu merupakan simbol dua kekuatan supranatural
yang diyakini masyarakat suku. Kekuatan dimaksud adalah satu yang
membinasakan dan lainnya sebagai perlindungan.
Pembangunan rumah adat ini tanpa menggunakan paku tetapi sepenuhnya
berbahankan alam dan kearifan lokal. Bangunannya didominasi batang pohon sagu
13
sebagai tiang dan kolom serta daun sagu sebagai pelapis atap. Pohon sagu sendiri
mudah didapat di Halmahera dan menjadi makanan pokok. Selain itu, pohon sagu
juga dilambangkan sebagai pohon kesejahteraan.
Sasadu bagi masyarakat merupakan bentuk penghargaan bagi kaum wanita.
Itu karena di dalam ruangannya tersedia dua buah meja, satu meja khusus untuk
perempuan di bagian depan dan satu meja lagi bagi laki-laki di bagian belakang.
Menempatkan meja perempuan di depan menyiratkan makna bahwa bagi wanita
akan didahulukan dan laki-laki senantiasa melindunginya dari belakang.
Rumah adat sasadu memiliki banyak fungsi. Selain sebagai ruang pertemuan
dan tempat menerima tamu, juga untuk merayakan pesta adat yang dapat
berlangsung hingga tujuh hari tujuh malam. Pesta tersebut biasanya untuk
merayakan perkawinan dan kelahiran. Di depan rumah adat inilah biasanya digelar
acara makan bersama dengan memainkan tarian adat tradisional. Rumah sasadu
diutamakan menghadap ke arah laut dikarenakan penghormatan mereka terhadap
daerah maritim.
G. Hubungan terhadap Konsep Teori pada BAB II
- Arsitektur-arsitektur lokal pada dasarnya berkaitan erat dengan hunian atau
tempat tinggal beserta bangunan-bangunan dan struktur pelengkapnya
(lumbung, tempat pemujaan, bangunan-bangunan tambahan, dll). Bangunan-
bangunan hunian itu didirikan menurut konsep-konsep, nilai-nilai dan norma-
norma yang diwariskan nenek moyang mereka.
14
o Benar, dikarenakan sebagian besar rumah adat di ternate, Maluku utara
memiliki rumah adat yang diutamakan untuk pertemuan, menyimpan
bahan makanan, dan tempat tinggal yang berkaitan dengan kehidupan
kesehariannya, sesuai adat istiadat kegiatan yang turun menurun.
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia kini hidup dalam kemajuan teknologi dan ilmu. Arsitektur menjadi
hanya sebagian kecil dari panorama yang luas, sebagai media, mode dan aspirasi.
Dengan demikian rumah adat tradisional juga masih memiliki kualitas yang cukup
baik, bahkan luar biasa dalam segi material, serta latar belakang pada tiap rumah
tradisional yang berada di tiap deerah, terutama pada suku di ternate, Maluku Utara.
Rumah adat tradisional memiliki ciri khas dan karakter yang kuat dalam
arsitektur vernakular. Dalam makalah ini pun dapat membuka mata ke arah
kenyataan akan adanya hubungan timbal balik antara “kepercayaan” (huibungan jiwa
manusia dengan alam) dengan pemanfaatan atau pengolahan benda dari
environmental communication.
Arsitektural Vernakular Indonesia memberikan sumbangan yang penting bagi
pertumbuhan arsitektur di Indonesia dan jejak jejak warisan budayannya. Dengan
demikian diharapkan arsitektur pada rumah adat tradisional diIndonesia tetap eksis
dalam evolusinya dan tetap memiliki jati diri/identitas yang kuat.
B. Penutup
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Sekian dan terima kasih.
16
DAFTAR PUSTAKA.
- id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_vernakular
- TUGAS SOFTSKILL TRADISI DAN BUDAYA SUKU TERNATE.htm
- Rumah Sasadu Rumah Perayaan Warga Jailolo _ Gitahastarika's Weblog.htm
- Wonderful Indonesia - Sasadu, Rumah Adat Khas Suku Sahu di Jailolo.htm
- Menelusuri Asal-Usul dan Jejak Sejarah Orang Ternate _ SERBA SERBI
TRADISI & BUDAYA ORANG TERNATE.htm
17