Rumput Laut, Kajian Ariyanto

  • Upload
    ntie29

  • View
    680

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

SURVEY DAN ANALISA RUMPUT LAUT ( EUCHEUMA COTTONI )PT. DWIJAYA ABADI SURYA PRATAMA INTERNATIONAL

TC LANR&D NETHERLANDS

Head Office : Jl.Industri XXIV no 596-597 LIK Kaligawe Semarang- Central Java , INDONESIA Tel +62-24 6701089 , Fax :+62-24 6584493 E-mail : [email protected] , [email protected]

SEMARANG I N D O N E S I A

PT.DASPI

GORONTALO INDONESIA

TMB

ARIYANTO ,S.sit

June 21 , 2005 12:00 PMTelah di lakukan Survey dan analisa terhadap proyek percontohan Budidaya dan pengolahan rumput laut pembudidaya rumah tangga binaan Managemen Taksi Mina Bahari di Kabupaten Gorontalo, Kab Bone Bolango, kab Boalemo , Kab Pohuwato, Provinsi Gorontalo dengan Spesifikasi : a. Budidaya Rumput laut jenis ECHEUMA COTTONI b. Luas lahan yang di gunakan 276 Ha c. Luas Potensial pembudidayaan 2,850 Ha c. kapasitas produksi 3,829 kg/bulan d. masa tanam Mei - July 2005 e. Investasi awal Rp. 109,000,000 Demikian Survey yang di lakukanTC LAN R & D DASPI TMB

Opportunity : 021/VI/DASPI-INA/2005 File No : 021 Analisa dan Survey Rumput Laut Research Date : July 15th 23, 2005

To : Prof.Dr.Dipl.Ing Theodore Claudio Lan ,ph.D TC LAN R & D Tel: +31 10205 6220 , Fax :+31 10450 8929 World Trade Centre Building Bersiplien 37 , 3011 AA Rotterdam Netherlands [email protected]

Drs.MulyoHaryanto,MSi Ariyanto ,S.sit Ir.Aries Wirakusumah Indonesia Consultant Surveyor Team Ahli TMB

RUMPUT LAUT DI KAWASAN TIMUR INDONESIA Studi Analisis ini adalah Studi yang di lakukan di Kawasan Gorontalo dan sekitarnya dalam rangka melihat Prospek , Rumput laut dimana mencakup segala aspek pendukung dalam rangka meningkatkan Pendapatan masyarakat pada umumnya dari Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utra , Sulawesi Tengah dengan pangsa pasar Euro Trade Association , Asia , dan Amerika utara dan selatan Instructor : Consultant from PT.Dwijaya Abadi Surya Pratama International by License TC LAN Research and Development ,Netherlands E-mail : [email protected] , Chief Prof.Dr.Dipl Ing Theodarus Claudio Lan ,ph.D Organization Position Name PT.DASPI Semarang- Indonesia Independet Suryevor Ariyanto ,S.sit Method Of Instruction Survey : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pendahuluan Mengenal Rumput Laut Potensi Pembudidayaan Rumput Laut Pengembangan Usaha Budidaya Rumput Laut Prospek Usaha Budidaya Rumput laut Pengelolaan Hasil Rumput Laut Quality Export dan Permintaan Pasar Rumput Laut Penutup

1.PENDAHULUAN Fisheries Department Code 3988917 A. MASA DEPAN KITA ADA DI LAUT

SURVEY DAN ANALISA RUMPUT LAUT ( EUCHEUMA COTTONI ) PT. Dwijaya Abadi Surya Pratama International

PAGE 1

GORONTALO sangat kaya akan hasil laut , memang kenyataan yang tidak boleh dipungkiri. Tak berlebihan juga kiranya jika menyebut laut sebagai " Tambang " Gorontalo. Faktanya, Provinsi yang baru lahir 22 Desember 2000 ini memang dikelilingi laut. Di pantai selatan atau di Teluk Tomini, misalnya, terdapat garis pantai sepanjang 330 kilometer. Dan di pantai utara atau Laut Sulawesi, terdapat garis pantai sepanjang lebih kurang 230 km. Sisi pantai ini memiliki kelebihannya masing-masing. Pantai utara yang juga merupakan perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE) Laut Sulawesi, kaya akan ikan pelagis. Sementara di pantai selatan atau yang lebih dikenal sebagai Teluk Tomini, sangat banyak yang meyakini sebagai perairan yang memiliki kekayaan hayati paling lengkap di dunia. Keyakinan ini boleh jadi benar, mengingat Teluk Tomini dilewati garis khatulistiwa. Sebagai gambaran, selain ikan tuna, laut Gorontalo juga kaya akan cakalang, layang, tongkol, kakap, kerapu, dan beragam ikan lainnya. Belum lagi beragam cumi-cumi, lobster, dan juga kerang-kerangan. Bahkan, sejumlah besar wilayah pesisir di Gorontalo sangat potensial untuk pengembangan budi daya Rumput laut dengan beraneka ragam jenis Rumput laut ( paling banyak dari Rumput laut jenis Echeuma Cottoni ) disamping itu daerah ini juga potensial untuk budi daya udang windu, teripang pasir, kerapu tikus, tuna, kepiting bakau, dan lainnya. Belum lagi kalau kita bicara soal pengembangan perikanan darat. Dengan fakta ini, laut menjadi salah satu andalan sumber pemasukan tidak hanya bagi pemerintah provinsi, tetapi juga masyarakat Gorontalo. Kendati kekayaan Gorontalo berada di laut, toh hingga saat ini sumber daya laut ini belum tergarap maksimal. Sebagai gambaran, dari potensi lestari 82,200 Ton/tahun, sampai saat ini baru sekitar 27,39 % hasil laut Gorontalo yang dimanfaatkan. Untuk akses pasar, misalnya, baik dari maupun menuju Gorontalo, masih kurang memadai. Bandara Jalaluddin hingga kini masih belum maksimal karena hanya di singgahi 1 Maskapai penerbngan nasional (Sriwijaya Air Line) dan Landasan pacu yang Kurang lebar menjadikan Bandara Jalaudin belum dapat didarati pesawat berbadan lebar. Sedangkan pelabuhan laut yang ada belum banyak disinggahi kapal-kapal penumpang . Dampaknya tentu saja berupa tingginya biaya pada setiap unit usaha atau kegiatan. Pasalnya, setiap transaksi perdagangan yang dilakukan di Gorontalo, harus melalui jalur Manado (Sulawesi utara ) atau Makasar (Sulawesi Selatan) . Padahal, kedua daerah ini nyaris sama jauhnya dari Gorontalo. Untuk sampai ke Manado, dengan kendaraan darat misalnya, perjalanan harus ditempuh 8 Jam . Sementara untuk ke Palu dibutuhkan waktu lebih 12 jam, dengan kondisi jalan yang tidak seluruhnya mulus. Padahal, sebagian besar produk unggulan Gorontalo, di antaranya perikanan termasuk dalam kategori perishable goods mengingat kecepatan penurunan mutunya. Yang tak kalah penting adalah soal Sumber Daya Manusia ( SDM ), baik kualitas maupun kuantitasnya. Sebagai catatan, hingga akhir tahun 2002 penduduk Gorontalo masih 844.736 jiwa dengan luas wilayah 12.215,45 kilometer persegi (tingkat kepadatan penduduk hanya sekitar 68 jiwa/km) adalah potensial untuk pengembengan site perkotaan yang berbasis pada produk perikanan dan konsep Pemerintah adalah penyedia swasta ( kita ) adalah pelaksana sehingga perlu di sinkronisasikan antara Kebutuhaan Riil dan permintaan pasar dengan fasilitator pemerintah daerah. Itu kalau dilihat dari sudut kuantitas. Dari segi kualitas, persoalannya tak kalah peliknya. Pasalnya, kapasitas Sumber Daya Manusia di Gorontalo-baik sebagai produsen maupun pelaku usaha di bidang perikanan dan kelautan-masih rendah, terutama kemampuan menerima apalagi menguasai teknologi maju. Masih banyak pula yang belum memiliki wawasan yang berorientasi masa depan. Hal itulah yang mendorong Kita semua untuk berupaya mengembalikan ingatan kita semua bahwa Potensi terbesar dari Bangsa kita adalah Lautan dengan hamparan begitu luasnya lautan dan samudera yang di miliki oleh bangsa kita menjadikan laut begitu penting dalam percaturan perekonomian Bangsa Indonesia , maka tak heran jika Masa

Depan Kita ada dilautan bukan hanya Isapan jempol semata. Karena Perekonomian kita amat sangat terpengaruh dari laut yang di miliki Indonesia. B. POTENSI PERAIRAN GORONTALO UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT JENIS ECHEUMA COTTONI Rumput laut merupakan salah satu komoditi ekspor yang potensial untuk dikembangkan. Disamping permintaan pasar yang tinggi, Indonesia memiliki sumberdaya yang cukup besar baik alami maupun untuk budidaya. Budidaya rumput laut telah menjadi salah satu usaha budidaya laut yang banyak diminati oleh masyarakat pesisir. Secara umum rumput laut sangat penting karena mengandung berbagai senyawa polisakarida. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari telah menggunakan atau mengkonsumsi rumput laut dari ujung rambut hingga ujung kaki. Adapun beberapa jenis rumput laut yang dapat dimanfaatkan secara komersil adalalah sebagai berikut :a). Karaginan (Carragenan); Berasal dari jenis rumput laut Eucheuma sp. Karaginan digunakan dalam industri kosmetik dan makanan sebagai stabilisator, pengental,pembentuk gel, pengemulsi serta pengontrol tekstur dan kelembaban. Misalnya pembuatan bir, wine, susu coklat,ice cream, dessert gels, saus, beef/daging kaleng, ikan kaleng, pasta gigi, air freshener, cream, coffee creamer. b).Agar-agar ; Berasal dari jenis rumput laut Gracilaria, Gelidium dan Giliopsis. Agar-agar dimanfaatkan antara lain untuk industri tekstil, industri kulit dan makanan, c). Algin/Alginat ; Algin dibuat dari rumput laut jenis Sargassum, Turbinaria, Dictyota dan Laminaria. Kegunaan algin adalah sebagai stabilisator dalam produk susu dan bir, sebagai pengemulsi dan pengental bumbu salad, sebagai pengempuk tekstur dalam candy gels, dalam industri farmasi, kosmetik, dan industri kertas serta tekstil. Bagai onggokan serat kusut berwarna hijau kehitaman dan berlendir, wujud rumput laut ketika habis dipanen mungkin tampak menjijikkan. Namun, tumbuhan berderajat rendah ini sesungguhnya merupakan "tambang emas".Dari sumber hayati laut yang tidak menarik itu, bila diproses lebih lanjut dapat menghasilkan lebih dari 500 jenis produk komersial, mulai dari agar-agar dan puding yang jadi makanan kegemaran anak-anak, obat-obatan, kosmetik, sarana kebersihan seperti pasta gigi dan sampo, kertas, tekstil, hingga pelumas pada pengeboran sumur minyak. Meski telah menghasilkan beragam manfaat, penggalian manfaat rumput laut hingga kini terus dilakukan di berbagai negara, sejalan dengan menguatnya gerakan kembali ke alam. Penggunaan unsur-unsur bioaktif rumput laut ini memang lebih banyak ditujukan untuk mengganti penggunaan bahan baku kimia sintetis yang membahayakan manusia dan lingkungan hidup. Pemanfaatan rumput laut di Indonesia sendiri sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1920. Dari penelitian yang pernah dilakukan pada zaman Belanda, yaitu pada Ekspedisi Sibolga pernah ditemukan 555 jenis rumput laut di perairan Indonesia. Ketika itu diketahui 56 jenis di antaranya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, mulai dari makanan ternak hingga bahan baku industri. Jenis yang memiliki nilai ekonomis umumnya termasuk dalam suku Rhodophyceae (alga merah), antara lain marga Glacilaria, Gelidium, Hypnea, Eucheuma, dan Gelidiopsis. Dan terercatat ada 22 jenis rumput laut digunakan secara tradisional sebagai makanan, baik dibuat sayuran maupun sebagai penganan dan obat-obatan. Sampai tahun 1990-an, penelitian telah berhasil mengembangkan pemanfaatan 61 jenis dari 27 marga rumput laut. Namun, penggunaannya selama itu masih terbatas untuk makanan dan obat. Belum ada upaya pengembangan lebih lanjut pada produk lain yang punya nilai ekonomis lebih tinggi. Belakangn ini para peneliti, melalui program riset mengembangkan rumput laut sebagai pewarna, baik untuk makanan maupun tekstil. Tumbuhan berklorofil ini memang kaya warna. Warna itu bersumber dari empat suku rumput laut, yaitu Rhodophyceae (alga merah), Phaephyceae (alga coklat), Chlorophyceae (alga hijau), dan Cyanophyceae (alga biru-hijau). Sesuai dengan namanya, alga tersebut mengandung zat warna alami, yaitu merah, coklat, hijau, dan biru-hijau. Untuk memperoleh pewarna coklat-warna dominan pada tekstil tradisional , mereka mengekstrak zat pewarna dari alga coklat, yaitu Sargassum filipendula dan Turbinaria. Dua spesies tersebut banyak ditemukan di Indonesia, sedangkan di iklim subtropis digunakan Laminaria. Dalam proses pengolahan Sargassum dan Turbinaria itu diperoleh ekstrak rumput laut yang berupa senyawa natrium alginat. Khasiat biologi dan kimiawi senyawa alginat juga dimanfaatkan pada pembuatan obat antibakteri, antitumor, penurun tekanan darah tinggi, dan mengatasi gangguan kelenjar. Rumput laut memang ibarat " tanaman dewa ". Itu karena unsur-unsur mineral yang terkandung di dalamnya seperti iodium, seng, dan selenium. Unsur seng dan selenium diketahui dapat mencegah kanker. Kandungan seng dalam rumput laut diperkirakan 100 kali lebih tinggi dibandingkan yang ditemukan pada air laut. Adapun kadar iodium dari sumber hayati ini bahkan sampai 2000 kali lebih tinggi dibanding yang terdapat di air laut. Introduksi iodium pada jenis makanan yang banyak digemari masyarakat dan harganya terjangkau itu ditujukan untuk mengatasi defisiensi yodium pada penduduk, yang berdampak pada menurunnya tingkat kecerdasan.Unsur iodium diambil dari spesies Turbinaria dan Sargassum juga. Karena itu, iodium dari Turbinaria sebanyak itu dapat diterapkan lebih lanjut di industri.Kegunaan rumput

laut yang beragam itu, ternyata karena di tiap kelasnya terdapat senyawa yang berbeda dan memiliki sifat kimia dan fisika yang spesifik pula. Bila dari alga coklat dihasilkan alginat, maka dari kelas alga merah bisa didapat karaginan dan agaragar. Alga coklat terdiri dari paduan struktur kimia manuronat dan guluronat. Untuk pewarna tekstil, alga coklat yang digunakan adalah yang memiliki struktur manuronat lebih banyak dalam hal ini ada pada Sargassum dan Turbinaria. Struktur kimianya mengikat zat pewarna, namun lebih mudah melepaskannya pada bahan kain. Bahan pewarna alami ini kini mulai banyak digunakan menggeser pewarna sintetis. Hal ini tentunya akan memberi banyak keuntungan bagi Indonesia yang memiliki rumput laut jenis alga coklat yang melimpah. Selain ramah lingkungan karena bukan bahan kimia berbahaya dan beracun, harga pewarna alami dari rumput laut juga relatif murah dibandingkan pewarna kimia sintetis. Pembuatan batik cap dengan pewarna rumput laut dapat menekan biaya hingga 25 persen.Pemanfaatan potensi alam Indonesia ini juga akan berdampak pada penghematan devisa karena akan mengganti pewarna batik yang selama ini masih impor. Selain itu, pengolahan rumput laut menjadi zat pewarna merupakan peluang usaha baru bagi industri lokal dan selanjutnya juga akan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. Lalu bagaimana prospek pemanfaatan alga merah yang memiliki kandungan senyawa lebih banyak?. Karaginan pada alga merah digunakan sebagai pasta gigi karena fiskositasnya tinggi dan strukturnya lebih lentur dan lembut. Hidrokoloid rumput laut jenis ini memiliki kemampuan yang unik dalam membentuk gel yang bertekstur pendek sesuai untuk pasta gigi. Penggunaan karaginan ini sekarang mulai menggeser bahan baku xanthan gum untuk pasta gigi, Agar-agar selain sebagai bahan makanan yang sudah banyak dikenal, juga digunakan untuk kosmetik karena mengandung zat pengemulsi yang baik. Secara geografis, Provinsi Gorontalo memiliki keunggulan komparatif, dengan mempunyai luas daratan 12.215,45 Km2 (1.221.544 Ha) dan perairan laut seluas 20.000 mil2 dengan garis pantai sepanjang 560 Km dan berkarakter laut relatif tenang yang berada dikawasan Teluk Tomini maupun Laut Sulawesi merupakan asset daerah yang cukup besar serta relatif dekat dengan pasar perikanan dunia. Provinsi Gorontalo memiliki potensi pengembangan budidaya laut sebesar 5.000 Ha dan yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut 2.850 Ha yang tersebar di Kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Pohuwato dengan tingkat pemanfaatan yang tercatat baru mencapai 276 Ha atau 9,68 % dengan tingkat produksi 3,864 ton/ thn. Dan jika kita mengoptimalkan potensi yang ada dan dalam satu tahun melaksanakan 4 kali panen maka produksi yang dihasilkan dapat mencapai 45,600 ton dengan nilai 228 milyar/tahun.Secara ekonomi pengembangan rumput laut sangat menguntungkan, cocok diterapkan dengan skala rumah tangga karena perputaran usahanya relatif cepat (45 - 60 hari), merupakan kegiatan yang terus menerus dan tidak memerlukan kerja secara penuh serta dapat melibatkan wanita, remaja atau keluarga nelayan. Dengan biaya yang sangat murah yaitu investasi awal berkisar 2 juta s/d 3 juta rupiah per hektar usaha budidaya rumput laut dengan metode Long Line atau Rakit Bambu mampu menghasilkan 3,000 s/d 5,000 Kg kering per musim tanam. Dengan asumsi harga rumput laut kering kenderungan naik per kilo gram maka diperkirakan keuntungan nelayan per musim tanam per hektar mencapai 8 juta rupiah. Perkembangan budidaya rumput laut memberi indikasi kecenderungan yang semakin membaik. Komoditas rumput laut dan hasil olahannya dapat memberikan dampak positip pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan produksi, disamping itu pula dapat memberikan dampak pada meningkatnya industri dalam negeri. Dalam rangka pengembangan usaha perikanan, pemerintah dibantu pihak swasta melaksanakan berbagai upaya dengan memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada dengan maksud meningkatkan pendapatan serta menciptakan lapangan kerja dalam menunjang ekonomi masyarakat.

2. MENGENAL RUMPUT LAUT Fisheries Department Code 3988917 A. Biologi dan Ekologi Rumput Laut

SURVEY DAN ANALISA RUMPUT LAUT ( EUCHEUMA COTTONI ) PT. Dwijaya Abadi Surya Pratama International

PAGE 2

Gambar : Rumput laut jenis Echeuma Cottoni Rumput laut ( seaweed ) secara biologi termasuk salah satu anggota ALGA yang merupakan tumbuhan berklorofil. Rumput laut terdiri dari satu atau banyak sel, berbentuk koloni, hidupnya bersifat bentik di daerah perairan yang dangkal, berpasir, berlumpur atau berpasir dan berlumpur, daerah pasut, jernih dan biasanya menempel pada karang mati, potongan kerang dan subtrat yang keras lainnya, baik terbentuk secara alamiah atau buatan (artificial). Alga mempunyai bentuk bermacam-macam, seperti benang atau tumbuhan tinggi. Ciri utamanya, tidak mempunyai alat berupa akar, batang, dan daun yang dinding selnya dilapisi lendir. Alga bersifat autotrof, yaitu dapat hidup sendiri tanpa tergantung makhluk lain. Proses pertumbuhan rumput laut sangat bergantung pada sinar matahari untuk melakukan proses fotosintesis. Pengklasifikasian alga berdasarkan fragmentasinya, selain mempunyai klorofil, alga juga mengandung zat warna (merah, coklat, hijau dan biru hijau). Rumput taut merupakan makroalgae muttiseluler dan dalam taksonomi diklasifikasikan ke dalam divisio Thalophyta. Divisio mi mempunyai empat kelas besar, yaitu Rhodophyceae (algae merah), Fob: Achmad Ibrahim Gambar 1.1 Kapaphycus alvarezll Phaeophyceae (alga coklat), Chlorophyceae (alga hijau) dan Cyanophyceae (alga biru-hijau). Rumput laut yang banyak dikembangkan karena menghasilkan agar-agar, algin dan karginan dan kelompok alga merah. B. Jenis jenis Rumput laut dan Sebaran sebarannya di kawasan Indonesia Menurut Prof Dr. Dipl.Theodore C lan ,ph.D, Jenis Rumput laut dan sebaran sebarannya yang menurut data Stastict research and Development intsitusinya dapat di bagi dari Keanekaragaman .Jenis rumput laut di perairan Indonesia cukup tinggi tetapi pada saat ini baru dikenal lima jenis yang bernilai eksport tinggi, adalah Gelidium, Gelidiella, Hypnea, Eucheuma, dan Gracilaria. Dua jenis di antaranya sudah dibudidayakan dan berkembang di masyarakat, yaitu Eucheuma dan Gracilaria. Jenis-jenis numput taut secara ekonomi menjadi penting karena mengandung senyawa polisakarida. Rumput laut penghasil karaginan (karaginofit) dan penghasil agar (agarofit) termasuk kelas alga merah (Rhodophyceae) dan penghasil alginat (alginofit) dan kelas algae coklat (Phaeophyceae). Secara umum rumput laut yang tersebar luas di perairan Indonesia sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir untuk makanan dan obat tradisional. Termasuk di perairan Laut sulawesi dan Teluk Tomini. Saat ini yang sudah ada di Gorontalo dengan skala kecil didaerah................

I. RHODOPHYCEAEAcanthophora specifera Bostrychia radicansNama Rumput Laut Daerah sebaran Kep. Kangean, Lombok, Flores, Sumba, P.Alor ( Kawasan Timur Indonesia ) Barat dan Selatan Jawa, Lampung Selatan, P.Damar, Kep.Tanimbar Manfaat Pickle (Acar), salad Salad, sayuran sop dengan santan kelapa Salad, sayuran sop dll. Sayuran sop dengan minyak kelapa sebagai vermifuges Salad, sayuran sop dengan minyak kelapa Sop sayuran dengan santan kelapa dan salad Salad, pickle, sayuran sop

Caloglosa leprieurii Caloglosa adnata Catenella nipae Catenella impudica Corallopsis salicomi

( Kawasan Barat Indonesia ) Solor, Alor, Wetar ( Kawasan Timur Indonesia ) ( Kawasan Timur Indonesia)

Kep.Selatan Kalimantan, Alor, Wetar Kalsel, Kep. Aru, Utara Irian Jaya ( Kawasan Timur Indonesia ) Utara Jawa, Madura, Kep. Kangean

(Kawasan tengah Indonesia )

Bali, Tel. Maumere, Kep. Solor, Kep. Riau, Kep. Tanimbar

Eucheuma edule

(Kawasan Timur Indonesia )

Kep. Riau , Kep. Seribu , Madura , Kep. Kei , Kep. Tanimbar

Pemanis agar, bahan dasar karaginan

Eucheuma gelatine

(Kawasan Barat dan tengah Indonesia )P. Sumba, Alor, Kep. Kei, Kep. Tanimbar

(Kawasan Timur Indonesia )

Eucheuma horridum Eucheuma Muricatum

Kep. Kei, Tanimbar, P.Rote, Sumba

(Kawasan Timur Indonesia )

Kep. Riau, Kep. Bangka, Belitung, Kep. Seribu, Flores, Sumba, Kep. Tanimbar

Pemanis agar, bahan dasar karaginan, bahan ganti goiter, batuk asma, bronchitis Sayuran sop dan bahan dasar karaginan Pemanis agar, bahan asar karaginan

Eucheuma spinosum (E.denticulatum)

(Kawasan Barat dan Timur Indonesia)Tersebar dan banyak dibudidayakan

( Seluruh kawasan Indonesia )

Eucheuma cottonii (kapaphycus alvarezii) Gelidium amansii Gelidium rigidum Gelidium latifolium

Tersebar dan banyak dibudidayakan

(Seluruh Kawasan Indonesia )

Kep. Alor, Kep. Tanimbar, Kep. Maluku

(Kawasan Timur Indonesia )Tersebar

( Seluruh Kawasan Indonesia )Bengkulu, Lampung, Selatan Jawa, Kep. NTT

Bahan dasar iota-karaginan, pickle, sayuran sop, pemanis agar, salad dengan kelapa parut dan saus Bahan dasar iota-karaginan, pickle, sayuran sop, pemanis agar, salad dengan kelapa parut dan saus Bahan dasar agar-agar, pemanis agar-agar dan obat sakit perut Bahan baku agar, manisan agar-agar Bahan dasar agar-agar, pemanis agar-agar, obat sakit perut Bahan agar-agar, salad Salad, sayuran sop Salad, sayuran sop

Gracilaria confervoides Gracilaria crasaa Gracilaria blodgetii

(Kawasan Barat,dan Timur Indonesia )Menyebar

(Kawasan Indonesia )Jawa Barat, Sulawesi Selatan

(Kawasan barat dan timur Indonesia)Jawa Barat, Jawa Timur, Lombok, Kep. Sumba

Gracilaria arcuata

( Kawasan Tengah Indonesia )

Jawa Barat, Lombok, Sumbawa, Sumba,

Salad, sayuran sop

P.Sawu

Gracilaria verucosa

(Kawasan barat , Timur Indonesia )Sumbawa Barat, P. Sewu, sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara Bahan agar-agar, pemanis agar-agar, bahan anti gangguan perut, gondok, penyakit kandungan kemih Bahan agar-agar, salad, sop sayuran, pemanis agar-agar, bahan anti sakit perut, gondok, obat penyakit kandung kemih Bahan agar-agar, salad, pickle, pemanis agar-agar Bahan agar-agar, salad, pickle, pemanis agar-agar Bahan agar-agar, salad, pickle, pemanis agar-agar Salad, sayuran sop, pickle, pemanis agar-agar dan fermivuges (obat cacing) Bahan pemanis agar-agar, salad, pickle

Gracilaria euchenoides

(Kawasan Timur Indonesia )

Lampung Selatan, Selatan Jawa, Sulawesi Tenggara, Maluku Selatan, Maluku Tenggara

Gracilaria lichenoides Gracilaria gigas Gracilaria taenoides Gelidiopsis filicina

( Seluruh Kawasan )Tersebar Tersebar

( Hampir seluruh kawasan Indonesia ) ( Kawasan Indonesia )Kep. Riau, Belitung, Bangka, Lampung

(Kawasan Barat Indonesia )

Barat dan Selatan Jawa, Lampung Selatan, Kep. Seribu

Halymenia durvilliae

(Sebagain kawasan Tengah Indonesia )Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kep. Ambon, Seram, Irian, NTT, Lombok, Sumbawa, Halmahera.

Hypnea cenomyce Hypnea cervicomis Hypnea divacirata Hypnea musciformis Laurencia obtusa Porphyra atropurpurae

(Kawsan Timur Indonesia )

Kep. Riau, Kalimantan Selatan, Kep. Sulu ( Kawasan Timur Indonesia ) Kep. Riau, Bali, Tawi -Tawi

Salad, Sayuran sop Pemanis agar-agar dengan santan kelapa, salad Salad, Sayuran sop dengan santan kelapa, pemanis agar-agar Pemanis agar-agar Salad, sayuran sop, bahan anti gangguan perut Pemanis agar-agar dengan santan kelapa, sayuran sop, bahan anti gondok, obat saluran kencing, busung lapar Salad, sayuran sop

(Kawasan Barat Indonesia )

Kep. Riau, Timor, Kep. Maluku Menyebar

(Kawasan barat dan timur Indonesia ) (Seluruh Kawasan )P. Lingga, Kep. Riau, P. Bangka

(Kawasan Barat Indonesia )Halmahera, Kei

(Kawasan Timur Indonesia )

Rhodymenia palmata

Sarcodia Montagneana

tengah dan barat Indonesia )

Menyebar (hampir keseluruhan Kawasan Indonesia) Riau, Lingga, Bangka, Selatan Jawa, Lombok, Flores, Timor, Ambon, Kep. Seram ( kawasan Timur dan sebagian

Sayuran sop, Salad, pickle

II. CHLOROPHYCEAE Nama Rumput Laut Acetabularia mayorCaulerpa peltata

Daerah sebaran Jawa Barat, Kep. Seribu

(Kawasan Barat Indonesia)

Bangka, Kep. Seribu, Sulawesi Tenggara

Manfaat Bahan anti scrofula (penyakit kelenjar pencahar) Sayur sop dengan santan kelapa, salad

Caulerpa racemosa laeferens Caulerpa racemosa plavifera Caulerpa racemosa unifera Caulerpa serrulata Caulerpa sertularoides Caulerpa crasa Caulerpa javanica Codium tenue Codium tomentosumtenue Enteromorpha compressa

(Kawasan Timur Indonesia )Bali, Kai, Seram, Kep. Damar

(Kawasan Tengah Indonesia)Tersebar

Salad, sayuran sop, pickle Salad, sayuran sop Salad, sayuran sop, pickle Salad, sayuran sop, pickle Salad, sayuran sop, pickle Salad, pemanis agar-agar Salad, sayuran sop, minyak kelapa Salad, sayuran sop, fermivuges Salad, sayuran sop, fermivuges Salad, sayuran sop, obat penyakit gondok, batuk, asthma, anti pyretik, bronchitis, cairan penyegar Salad, sayuran sop, gondok, pencegah sengatan matahari Sayuran sop, anti pyretic, obat batuk Salad, sayuran sop, anti pyretik, obat bisul, obat penyakit kantung kemih, untuk obat mimisan

( Seluruh kawasan )Kep. Riau, Sulawesi, Buru, Rote Kalimantan Timur, Sulawesi, Timor, Maluku, Selatan Irian Menyebar Kep. Seribu, Lampung Selatan Selatan Jawa, Kep. Seribu, Ambon, Seram Sulu, Ambon, Halmahera Tersebar Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Lombok, Sumba, Flores Utara Jawa, Lampung, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara Kep. Seribu, Lampung Selatan, Bali, Lombok, Flores Sulawesi, Lombok, Sulu, Kei, Sumba, Banda, Solor, Jawa Barat, Lampung Selatan

Enteromorpha intestinalis Enteromorpha prolifera Ulva lactuca

III. PHAEOPHYCEAE

Nama Rumput Laut Dictyota apiculata Hydroclathrus clathratus Padina australis

Sargassum aquifolium

Daerah sebaran Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara Kalimantan, Jawa, Timor, Sumbawa Kep. Riau, Lampung Selatan, Selatan Jawa, Sumbawa, Sumba, Ambon, Tanimbar, Kai, Aru, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Lombok, Flores Tersebar

Manfaat Salad Salad, pickle Sayuran sop, pemanis agar dengan santan kelapa

Sargassum polycystum

Tersebar

Sargassum silqousum

Turbinaria ornata Turbinaria conoides

Selatan Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kep. Aru, Kei, Tanimbar Tersebar Tersebar

Bahan alginat, sayuran sop, pemanis agar, bahan obat penyakit kantung kemih, gondok, kosmetik Bahan alginat, sayuran sop, pemanis agar, bahan obat penyakit kantung kemih, gondok, kosmetik Bahan dasar alginat, pemanis agaragar, salad, anti pyretik, pengobatan gondok Salad, sayuran sop dengan santan kelapa Salad, sayuran sop dengan santan kelapa

3.POTENSI PEMBUDIDAYAAN RUMPUT LAUT Fisheries Department Code 3988917

SURVEY DAN ANALISA RUMPUT LAUT ( EUCHEUMA COTTONI ) PT. Dwijaya Abadi Surya Pratama International

PAGE 3

Potensi budidaya laut di Provinsi Gorontalo cukup besar yang ditandai dengan panjang garis pantai sepanjang 560 km, masing-masing 330 km di Pantai Utara (Laut Sulawesi) dan 230 km di Pantai Selatan (Teluk Tomini), dari potensi budidaya laut tersebut yang dapat digunakan sebagai areal budidaya rumput laut sepanjang 490 km, masing-masing di Pantai Utara 250 km atau seluas 1.250 Ha dan Pantai Selatan 240 km atau 1.200 Ha sehingga areal budidaya rumput laut sebanyak 2.850 Ha. Penyebaran areal budidaya di Provinsi Gorontalo adalah sebagai berikut : No. 1. 2. 3. 4. 5. KAB / KOTA Kota Gorontalo Utara Kab. Bone Bolango Kab. Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Pohuwato Jumlah Total 20 Km 40 Km 250 Km 60 Km 180 Km 490 km LUAS AREAL 2.000 Ha 10.000 Ha 1.250 Ha 300 Ha 900 Ha 2.450 Ha

Jumlah RTP nelayan di Provinsi Gorontalo sebanyak 17.001 RTP ( Nelayan 13.138, Pembudidaya 3.863) yang diharapkan dapat melakukan usaha budidaya rumput laut baik sebagai mata pencaharian utama maupun mata pencaharian sambilan. Jenis rumput laut yang dominan dikembangkan adalah Eucheuma Cattonii (70 %) dan Euchema Spinosum (30%). Luas areal yang usahakan oleh setiap anggota pembudidaya rumput laut bervariasi antara 0,5 s.d 2 Ha dengan tingkat penggunaan teknologi yang sederhana, metode konstruksi yang banyak digunakan adalah metode Long Line (tali rentang) dengan menggunakan pelampung . Tingkat pengetahuan dan keterampilan pembudidaya masih relatif rendah. Disamping itu pula permodalan yang dimiliki masih sangat terbatas dan belum didukung oleh lembaga keuangan (perbankan), pemasaran hasil pada umumnya dipasarkan dalam bentuk rumput laut yang telah dikeringkan dengan harga yang bervariasi antara Rp.5.500 6.000 . Perkembangan industri pengolahan rumput laut di Indonesia juga terlihat makin pesat. Diantara industri agar yang ada kemudian sekarang juga memproduksi karagenan, serta adanya industri baru yang sengaja dikembangkan untuk produksi karegenan di beberapa kota seperti Surabaya, Ujung Pandang, Jakarta dan Bali. Mengingat begitu besarnya potensi industri pengolahaan rumput laut segogyanya harus ada Industri ini menyerap produksi rumput laut yang dibudidayakan oleh para nelayan di berbagai perairan pantai/kepulauan melalui para perantara yang berfungsi sebagai pengumput. Untuk mendapatkan rumput laut yang berkualitas bagi produksi karagenan, sekarang ini mulai berkembang langkah-langkah pendekatan yang dilakukan oleh para pengusaha pengolahan rumput laut, untuk memberikan pembinaan fasilitas budidaya dan melakukan pembelian produksi rumput laut dari petani/nelayan yang bersangkutan. Rumput laut pada waktu ini menjadi salah satu komoditas pertanian penting yang makin banyak dibudidayakan karena permintaan terhadapnya makin meningkat. Disamping karena kandungan agarnya juga ada kandungan karagenan (Carrageenan) yang penggunaannya makin meluas. Rumput laut dengan kandungan bahan untuk agar terutama didapatkan dari spesies Gracilaria dan Gelidium, sedangkan untuk kandungan karagenan banyak dibudidayakan spesies Eucheuma, ialah Eucheuma Cottoni dan Eucheuma Spinosum. Seperti halnya yang di dapatkan di provinsi Gorontalo dan sekitarnya .

4.PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT . Fisheries Department Code 3988917

SURVEY DAN ANALISA RUMPUT LAUT ( EUCHEUMA COTTONI ) PT. Dwijaya Abadi Surya Pratama International

PAGE 4

Ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam budidaya rumput laut, yaitu aspek umum dan aspek teknis. Aspek umum mengenai pemilihan lokasi, pengadaan dan pemilihan bibit, pemeliharaan dan pemanenan, hama dan penyakit, serta penanganan lepas panen. Aspek teknis adalah cara atau metode budidaya, seperti metode dasar, metode lepas dasar, dan metode apung. Dengan melihat potensi pengembangan budidaya rumput laut, manfaat rumput laut, minat masyarakat serta harga rumput laut yang semakin membaik, usaha ini dapat dijadikan sebagai Industri dengan nilai tambah yang tinggi. Dengan menggunakan teknologi terapan yang dapat dikembangkan di tingkat nelayan/petani pembudidaya yang menghasilkan bahan mentah, sangat memungkinkan dijadikan industri budidaya rumput laut pada suatu kawasan yang potensial. A. ASPEK UMUM 1. Pemilihan Lokasi. Dalam pemilihan lokasi yang perlu diperhatikan adalah persyaratan umum secara teknis dan nonteknis yang terpenting dalam pembudidayaan rumput laut adalah tahu tanda-tanda / perubahaan iklim yang cukup signifikan seperti masa transisi dan pancaroba , hal ini berkaitan dengan KlimatologiArus, tekanan , pasang surut air laut, angin, dan gelombang dasar dari permukaan air laut tempat pembudidayaan rumput laut. Hal seperti tersebut di atas sangat mempengaruhi hasil rumput laut yang akan di panen. Dikarenakan beberapa faktor diatas maka tidak di anjurkan untuk (hindari) untuk budidaya Rumput laut jenis Echeuma Cottoni di muara Laut dimana pertemuan arus sungai dan arus laut , karena justru air tawar yang di bawa arus sampai muara sungai tersebut sangat merusak pembudidayaan rumput laut. Pemilihan Lokasi pembudidayaan rumput laut dalam langkah awal sangat penting di lakukan oleh Petani / nelayan pembudi daya rumput laut. 2. Sarana , Pengadaan dan Pemilihan Bibit Pemilihan bibit dalam budidaya rumput laut merupakan hal yang sangat penting. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. Bibit yang berupa stek dipilih dari tanaman yang segar, dapat diambil dari tanaman yang tumbuh secara alami ataupun dan tanaman bekas budidaya. Diupayakan bibit harus baru dan masih muda. Bibit unggul mempunyai ciri bercabang banyak. Bibit sebaiknya dikumpulkan dari perairan pantai sekitar lokasi usaha budidaya dalam jumlah yang sesuai dengan luas area budidaya. Pengangkutan bibit harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat, dimana bibit harus tetap dalam keadaan basah ataupun terendam air. Sebelum ditanam, bibit dikumpulkan pada tempat tertentu, seperti di keranjang atau jaring yang bermata kecil. Sewaktu disimpan harus diperhatikan dengan saksama, hindari dari terkena bahan bakar minyak, kehujanan, dan kekeringan. Sarana Budidaya Rumput Laut. Pelampung ; terbuat dari Styrofoam diameter 60 cm tinggi 1 m yang berfungsi untuk mengampungkan sarana budidaya (tali). Dalam 1 (satu) unit untuk ukuran 50 x 100 m dibutuhkan pelampung sebanyak 12 buah. Tali Bantalan (PE No. 10) ; terbuat dari bahan polyethiline yang berfungsi sebagai tali utama tempat untuk menggantungkan tali ris (PE No. 4). Tali Ris (PE. Np. 4) ; terbuat dari bahan polyethiline yang berfungsi sebagai tempat untuk mengikat bibit rumput laut yang dibudidayakan. Jangkar ; berfungsi untuk menahan sarana budidaya agar tetap berada pada tempatnya. Tiap unit

-

-

dibutuhkan 2 buah jangkar. Tali pengikat jangkar digunakan tali jenis PE No. 12 yang panjangnya 3 kali dari kedalaman air. Botol Aqua ; digunakan untuk mengapungkan bibit pada tali ris. Jumlah botol aqua yang dibutuhkan untuk setiap unit 10.000 botol. Bibit ; jumlah bibit yang dibutuhkan dalam usaha budidaya ini sebanyak 1.920 kg.

3. Pemeliharaan dan Pemanenan Selama dalam pemeliharaan, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. Pembersihan tanaman dan tumbuhan penempel atau benda-benda lainnya. Penggantian tanaman yang rusak atau hilang dengan yang baru. Perbaikan bangunan budidaya, seperti halnya tali mono-filament atau jaring yang putus, tiang-tiang pancang yang tercabut dan bambu atau kayu yang patah. Panen umumnya dilakukan bila tanaman telah mencapai berat 400-600 gram atau 1- 2 bulan sekali setelah panen pertama atau setelah panen berikutnya. Panen dapat dilakukan secara total, yaitu dengan mengangkat seluruh tanaman atau secara berkala dengan pemetikan sebagian dari tanaman yang sudah besar serta menyisihkan sebagian untuk tumbuh dan berkembang lagi.

4. Hama dan Penyakit Penyebab kegagalan budidaya rumput laut adalah masalah hama dan penyakit sehingga menimbulkan kerusakan dan kematian tanaman. Selain itu, masalah keamanan juga harus diperhatikan. Penyakit yang sering timbul pada rumput laut, khususnya dari jenis Eucheuma seperti yang dikenal dengan nama 'ice-ice' yang menyebabkan tanaman tampak memutih. Ini disebabkan terjadi perubahan lingkungan yang ekstrem (arus, suhu, dan kecerahan) sehingga memudahkan bakteri hidup. Oleh karena itu, diperlukan monitor lingkungan yang cermat. Organisme pengganggu lainnya, seperti bulu babi (Diademasetosum sp.), bulu babi duri pendek (Tripneustes sp.), ikan-ikan herbivor antara lain beronang (Siganus sp.), ikan kerapu (Epineppellus sp.), bintang laut (Protoreaster nodusus), dan penyu hijau (Chelonia mydas). Cara menghindari organisme tersebut, yaitu dengan pemagaran di sekeliling tanaman dengan jaring. 5. Penanganan Lepas Panen a. Jemur hasil panen di bawah sinar matahari selama 2-3 hari, dengan beralaskan daun kelapa atau anyaman bambu untuk menghindari kotoran-kotoran. b. Rumput laut dikatakan sudah kering apabila telah kelihatan mersik/kaku, dan butiran-butiran garam sudah menempel dipermukaan numput laut tersebut. c. Setelah kering dicuci air laut dengan menggunakan keranjang bambu, dengan cara mencelupkan ke dalam laut sambil digoyang-goyangkan. d. Lakukan penjemuran ulang sehingga betul-betul kering kemudian masukkan ke dalam kantong atau karung dan padatkan, setetah itu ikat bagian atasnya. e. Usahakan selama penjemuran rumput laut tidak boleh terkena air hujan karena mengakibatkan kerusakan. B. Aspek Teknis Dalam aspek teknis budidaya rumput laut dikenal tiga macam metode berdasarkan posisi tanam terhadap dasar perairan, yaitu metode dasar, metode lepas dasar, dan metode apung.

1. Metode Dasar a. Metode ini sesuai untuk tempat-tempat yang dasarnya berbatu b. Bibit yang berupa stek diikatkan pada batu karang yang disusun berbaris pada dasar perairan. c. Berat bibit pada awal tanam berkisar 20-30 gram. d. Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan pemeliharaan yang rumit. e. Adapun kerugian dari metode ini adalah hasil yang diperoleh kurang baik, dan tanaman mudah terserang bulu babi. 2. Metode Lepas Dasar Bahan-Bahan Bahan-bahan yang diperlukan untuk konstruksi wadah budidaya rumput laut dengan metode lepas dasar (ukuran 100 m x 5 m) adalah : patok kayu/bambu; panjang 1 m; diameter 5 cm, jumlah 275 buah; (relative) tali rentang; bahan PE diameter 3,5 - 4 mm, jumlah 10 kg; tali ris; bahan PE diameter 8 mm, jumlah 15 kg; (relative ) tali rafia, jumlah 20 gulungan besar. :

Cara Pembuatan Wadah di DaratPembuatan patok kayu ukuran panjang 1 m; diameter 5 cm dengan cara meruncingkan salah satu ujungnya untuk memudahkan pemancangan yang dikerjakan di darat.

Cara Pemasangan di Lauta. Setelah patok-patok dibuat di darat, kemudian ditancapkan atau dipancangkan pada dasar perairan yang berpasir atau lumpur berpasir dengan jarak antar patok sekitar 2,5 m. Tali ris dari bahan PE berdiameter 8 mm sebanyak kurang lebih 15 kg, dihubungkan berjajar dengan patok tersebut dan agar pengikatnya lebih kuat, sebaiknya digunakan simpul delapan, b. seperti Gambar

Gambar Pemasangan dan Pengikatan Tali Ris pada Metode Lepas Dasarc. Pemasangan tali rentang dari bahan PE yang berdiameter 3,5 mm-4 pada tali ris sepanjang 100 m sebanyak + 12 buah dengan jarak antara tali rentang + 20 cm. Tali rentang yang telah dipasang siap untuk diikatkan bibit rumput laut dengan menggunakan tali rafia yang telah dipotong-potong.

3. Metode Apung Bahan-Bahan Metode rakit apung menggunakan rakit dari bambu yang cocok untuk dasar berkarang dan pergerakan airnya didominasi oleh ombak. Budidaya yang efektif dan efisien menggunakan 1 unit usaha terdiri dari 20 rakit yang masing-masing berukuran 8 m x 4 m. Bahan-bahan yang diperlukan untuk rakit ukuran 8 m x 4 m sebagai berikut: (a) bambu sebanyak 80 batang; (b) tali rakit PE diameter 8 mm sebanyak 10 kg; (c) tali rentang PE berdiameter 3,5 -4 mm sebanyak 10 kg; (d) pelampung (jerigen plastik): 4 buah; (e) jangkar dan semen/besi; (f) tali rafia; (g) tali penahan (rope line).

Cara Pembuatan Wadah di Darata. Pembuatan kerangka rakit yang berukuran 8 m x 4 m dari bahan bambu/kayu sekuat mungkin dilakukan di darat dan untuk mengikat rakit digunakan dari bahan polyethelen berdiameter 8 mm (Gambar bawah )

Gambar Kerangka Rakitb. Kemudian dibuatkan tali rentang dari bahan PE diameter 3,5 mm-4 mm dengan cara diikatkan pada rakit dengan simpul mati di mana antara tali rentang berjarak 20 cm. (Lihat Gambar)

Gambar Pemasangan Tali Rentang pada Metode Rakit TerapungSetelah pemasangan tali rentang, kemudian dipasang pelampung yang sederhana dan murah yang biasanya terbuat dari plastik (jerigen) sebanyak 4 buah yang diikatkan pada masing-masing sudut rakit (Lihat Gambar ).

c.

Gambar Pemasangan Pelampung pada Metode Rakit Apung Cara Pemasangan di LautKerangka rakit yang telah berada di lokasi budidaya (laut) kemudian diberi pemberat berupa batu yang berfungsi sebagai penahan di dasar. Pemberat dan rakit dihubungkan dengan tali panahan (rope line) dari tambang plastik dengan diameter 9 mm (Gambar bawah ini)

Gambar Pemasangan Pemberat pada Metode Rakit Apung

Bibit rumput laut diikatkan pada rakit yang telah terpasang dengan menggunakan tali rafia yang telah dipotong-potong secukupnya. Persyaratan Secara Teknis Pembuatan Rumput Laut No 1 2 Uraian Keterlindungan Dasar Perairan Teknis Lokasi harus terlindung untuk menghindari kerusakan fisik rumput laut dari terpaan angin dan gelombang yang besar. Dasar perairan yang paling baik bagi pertumbuhan rumput laut (Eucheuma spp.) adalah dasar perairan yang stabil yang terdiri dari potongan karang mati bercampur dengan pasir karang, adanya sea grass. Ini menunjukkan adanya gerakan air yang baik. Berkisar antara 30-50 cm pada surut terendah, supaya rumput laut tidak mengalami kekeringan karena terkena sinar matahari secara langsung dan masih memperoleh penetrasi sinar matahari pada waktu pasang. Kedalaman maksimal adalah setinggi orang berdiri dengan mengangkat tangannya. Salinitas perairan yang tinggi dengan kisaran 28-34 o/00 dengan nilai optimum 32 o/00. Untuk itu hindari lokasi dari sekitar muara sungai. Suhu perairan berkisar 27-30 o C. Untuk itu harus diperhatikan keadaan musim yang terjadi. Kondisi yang ideal dengan angka transparansi sekitar 1,5 m. Kisaran pH antara 6-9. Nilai optimal diharapkan pada kisaran 7,5-8,0. Perubahan pH akan mempengaruhi keseimbangan kandungan karbon dioksida (CO2) yang secara umum dapat membahayakan kehidupan biota laut dari tingkat produktivitas primer perairan. Kecepatan arus yang dianggap baik berkisar antara 20-40 cm/detik.

3

Kedalaman Air

4 5 6 7

Salinitas Suhu Air Kecerahan Keasaman (pH)

8

Angin & Arus

5. Prosepek Usaha Budidaya SURVEY DAN ANALISA RUMPUT LAUT Rumput Laut ( EUCHEUMA COTTONI ) PAGE 5 Fisheries Department Code 3988917 PT. Dwijaya Abadi Surya Pratama International Seseorang yang akan membuka suatu usaha baru pasti ingin mencapai kesuksesan dan keuntungan. Untuk itu diperlukan suatu analisis usaha yang saksama dan cermat. Di bawah ini analisis usaha yang pernah dilakukan oleh masyarakat Provinsi Gorontalo .DATA POTENSI DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT SAMPAI BULAN MARET 2005

No.

Kabupaten

Potensi Areal (Ha)

Kemungkinan Pengembangan

Lahan Fungsional (Ha)

RTP

Produksi (Ton)

1 2 3 4

Kabupaten Gorontalo Kabupaten Boalemo Kabupaten Pohuwato Kabupaten Bone Bolango Jumlah

1,400 500 1,000 50 2,950

1,310 394 920 48 2,672

90 106 80 2 278

328 380 345 63 1,116

1,260 1,484 1,120 28 3,892

DATA KELOMPOK PEMBUDIDAYAAN RUMPUT LAUT

No.

Nama Kelompok

Lokasi

Jumlah Anggota 10

Jumlah Dana Penguatan Modal 35,000,000

Luas Hamparan (Ha)

1.

Tunas Langge

Desa Tolongio Kec. Anggrek Kab. Gorontalo

15

2.

Suka Maju

Desa Ponelo Kec. Kwandang Kab. Gorontalo

10

35,000,000

5

2.

Eucheuma Membangun

Desa Lemito Kec. Lemito Kab. Pohuwato

30

105,000,000

50

Jumlah

175,000,000

70

No.

Nama Kelompok

Lokasi

Jumlah Anggota 48

Luas Hamparan (Ha) 12

1.

Batu Indah

Desa Pentadu Timur Kec. Tilamuta Kab. Boalemo

2.

Cahaya Bini

Desa Pentadu Timur Kec. Tilamuta Kab. Boalemo

48

12

3.

Harapan Jaya

Desa Mootinelo Kec. Kwandang Kab. Gorontalo

20

5,3

4.

Huyula

Desa Tolango Kec. Anggrek Kab. Gorontalo

20

14,2

Non Kelompok (Perorangan) Non Kelompok (Perorangan) Non Kelompok (Perorangan)

Kec. Anggrek dan Kwandang Kab. Gorontalo Kec. Lemito dan Popayato Kab. Pohuwato Kec. Paguyaman dan Tilamuta Kab. Boalemo

50

100

30

50

10 Jumlah

30 204

A. Analisis Usaha Budidaya Rumput Laut ( lihat lampiran Table Cash Flow excel) Dalam analisa Usaha Budidaya Rumput Laut ini ditunjukkan dua buah scenario penanaman. Pada scenario pertama didasarkan pada pengembangan bibit. Pada proses pengembangan bibit ini dilakukan setiap 30 hari, yaitu bibit awal yang telah ditanam selama 30 hari dapat dipisahkan menjadi dua bagian, selanjutnya pada 30 hari lagi dipisahkan lagi sehingga menjadi 3 bagian. Dengan scenario ini ditargetkan mulai bulan ke empat dan seterusnya akan panen setiap 15 hari (umur rumput laut sampai panen berkisar 45 hari). Skenario kedua berdasarkan system sekali tanam sekali panen, sehingga dalam satu tahun terdapat 4 musim tanam. Dari kedua sekenario ini setiap luas tanam 0.5 Ha, diperoleh hasil panen antara 36000 kg s/d 72000 kg rumput laut basah per panen. Berdasarkan scenario yang dibuat, kita ambil hasil panen terendah yaitu 36000 kg.

6. Pengelolaan Hasil Rumput Laut Fisheries Department Code 3988917

SURVEY DAN ANALISA RUMPUT LAUT ( EUCHEUMA COTTONI ) PT. Dwijaya Abadi Surya Pratama International

PAGE 6

Secara umum pengolahan rumput laut menjadi bahan baku telah banyak dilakukan para petani tetapi hanya sampai tingkat pengeringan. Pengolahan yang sesuai dengan standar ekspor akan mempunyai nilai tambah ekonomis. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan pengetahuan para petani dalam hal pengolahan, khususnya rumput laut kering. Rumput laut kering dapat menghasilkan agar-agar, karaginan atau algin bergantung pada kandungan yang terdapat di dalam rumput laut tersebut. Berikut ini diuraikan secara singkat pengolahan rumput laut yang berskala rumah tangga, sehingga dapat dilakukan oleh para petani atau nelayan di daerah . A. Pengolahan Agar-agar kertas Bahan baku : Graselaria sp. (agar-merah). Bahan lain : Air kapur, Asam Sulfat (H2 S04).

Gambar : Bubur Agar-agar Kertas yang sudah di Keringkan

Proses pengolahan agar-agar kertas adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. h. i. Rumput laut direndam dalam air kapur atau kaporit selama 3 x 24 jam. Setelah itu direndam dalam air tawar bersih selama 1-3 jam. Selanjutnya, perendaman rumput laut di dalam bak yang telah diisi dengan asam sulfat dan diaduk selama 15 menit, kemudian dicuci kembali dengan air tawar bersih selama 15 menit dan kemudian ditiriskan. Proses selanjutnya masukkan rumput laut ke wadah almunium yang telah diisi air dengan volume berkisar antara 20-25 kali berat rumput laut yang diolah. Tambahkan dengan asam cuka. Lalu digodok sampai mendidih selama 2-3 jam. Cairan hasil penggodokan kemudian dituangkan. Setelah itu rumput lautnya dipadatkan atau di- press dengan alat khusus. Cairan yang keluar dari alat press tersebut segera disaring dan dimasukkan ke dalam cetakkan kecil yang terbuat dari seng. Biarkan beberapa saat sampai mendingin dan mulai membeku.

j. k.

l.

Ampas hasil pengepresan tadi dapat dipergunakan untuk makanan ternak atau pupuk. Proses selanjutnya adalah memasukkan cetakkan ke dalam ruang pendingin khusus, selama 6-8 hari. Usahakan ruang pendingin suhunya berkisar antara 6 3o C. Setelah membeku, lepaskan agar-agar dari cetakkan dan irislah dengan alat pengiris khusus dengan ketebalan 1 cm. Hasil irisan direndam kembali dalam larutan kaporit supaya agar-agar menjadi lebih putih.

Setelah kering, lakukan pengepakan dan agar-agar siap dipasarkan. B. Pengolahan Karaginan Pengolahan karaginan masih jarang dilakukan karena belum banyak dikenal nelayan. Pada dasarnya proses ini hampir sama dengan pengolahan agar-agar, yaitu pada waktu ekstraksi bahan yang digunakan bukan jenis asam tetapi jenis basa. Proses : a. b. Rumput laut direndam dalam air tawar selama 12-24 jam, kemudian dibilas dan ditiriskan. Setelah bersih rumput laut direbus dalam air dengan perbandingan rumput laut dengan air sebesan 1:15, pada suhu 120 oC selama 15 menit. Perebusan memakai pemasak bertekanan (pressure cooker). Selanjutnya dilakukan perebusan ulang tanpa tekanan pada suhu 100C selama 2-3 jam. Rumput laut yang lunak dihancurkan dengan blender dan ditambahkan air panas (90 oC). Perbandingannya 1:30. Hasilnya disaring dengan kain kasa halus. Filtrat diendapkan dengan menambahkan metil alkohol dengan perbandingan 2,5:1, bisa juga dengan menambahkan alkohol 90%, atau membekukannya pada suhu 10o C - 6C selama 24-48 jam. Endapan bercampur alkohol disaring dengan kain kasa. Hasil saringan ini berupa karaginan basah. Filtrat yang beku dicairkan dahulu untuk selanjutnya disaring lagi.

c. d. e.

Karaginan basah dikeringkan selama 3-4 hari. Tepung karaginan dapat diperoleh setelah proses penggilingan. C. Pengolahan Algin Pengolahan algin belum ada di Indonesia, tetapi di bawah ini diuraikan secara umum produksi pengolahan algin. Bahan : Macrocystis pyrifera Proses pengolahan algin adalah sebagal berikut : a. b. c. d. Rumput laut dicuci dan dilarutkan dalam alkali (seperti natrium karbonat). Tujuannya untuk memisahkan selulosa dengan larutan natrium alginat. Larutan natrium alginat ditambahkan asam sulfat atau asam klorida dengan hasil algin dalam bentuk endapan asam alginat atau garam kalsium. Dan endapan garam kalsium akan diperoleh asam alginat dengan pencucian asam. Asam-asam alginat ini kemudian diberi larutaran dan diperoleh hasil akhir berupa garam algin dan air Hasil ini selanjutnya dikeringkan, digiling, dianalisis dan dicampur dengan bahan kimia lain agar didapat jenis dan mutu algin yang baik.

Pengolahaan rumput laut menjadi Tepung Karaginan : Dengan pola usaha usaha yang semakin intensif yang diimbangi dengan perluasan areal usaha yang semakin meningkat mengakibatkan suplai menjadi lebih besar dari pada permintaan. Adanya peningkatan produksi rumput laut oleh nelayan/petani pembudidaya yang dijual dalam bentuk kering jemur ke pabrik melalui pedagang pengumpul dengan harga Rp. 4,500 s/d 5,000 per Kg belum memberikan nilai tambah yang signifikan bagi para nelayan/petani rumput laut. Disamping itu pada saat produksi melimpah harga rumput laut turun sampai ke Rp. 3,500 per Kg. Pengembangan budidaya rumput laut harus diikuti dengan pengembangan industri pengolahannya, karena nilai tambah rumput laut sebagian besar terletak pada industri pengolahan. Usaha pengolahan rumput laut dalam bentuk produk tepung ATC (Alkali Treated Cottonii) memerlukan biaya investasi dan biaya operasional sebesar Rp. 317.244.430.000,- untuk memproduksi 1.720 ton ATC dengan rincian biaya sbb : Biaya Investasi Rp. 310.000.000,Biaya Operasional selama 1 tahun Rp. 316,881,930,000,Produksi per tahun ATC 1.720 ton Rp. 60,200,000,000,Harga per kg ATC Rp. 35.000.000,Pendapatan per tahun Rp. 722,400,000,000Keuntungan per tahun Rp. 405,465,570,000,Dalam pengembangan industri pabrik pengolah rumput laut perlu dibentuk suatu sistem penyerasian antara penyedian bahan baku, sumberdaya manusianya, permodalan dan sistem pemasaran yang melibatkan pemerintah daerah institusi riset dan swasta. Saat ini tersedia beberapa prototipe peralatan untuk mengolahan rumput laut menjadi bahan setengah jadi maupun jadi. Rencana industri pengolahan yang akan dilaksanakan adalah sistem tangki ekstraksi skala industri menengah dengan total biaya investasi sebesar 310.000.000,- yang terdiri dari bangunan, mesin pengolahan dan peralatan pengolahan dengan rincian biaya sbb : Bangunan 100 M2 Mesin Pengolahan Peralatan Pengolahan Rp 80.000.000,Rp. 200.000.000,Rp 30.000.000,-

Gambar Mesin Pengolahan Rumput Laut menjadi Tepung karaginan (ATC)

Mesin Adonan ( Tampak Samping )

Tampak atas ( penutup atas )

Gambar: Mesin Penghancur

Gambar: Mesin Giling Tepung Karaginan

Gambar : Alat pemotong tirisan tepung jeli karaginan

Gambar : mesin press menjadi bentuk kertas

7. Quality Export dan permintaan pasar rumput laut Fisheries Department Code 3988917

SURVEY DAN ANALISA RUMPUT LAUT ( EUCHEUMA COTTONI ) PT. Dwijaya Abadi Surya Pratama International

PAGE 7

Perkembangan Pasar Luar negeri untuk Rumput Laut kecendrungan naik ,terlihat bahwa permintaan luar negeri, terhadap rumput laut Indonesia pada tahun 1990 sebesar 10.779 ton dengan total nilai (FOB) US $ 7,16 juta yang terus meningkat hingga pernah mencapai 28.104 ton pada tahun 2004 dengan total nilai (FOB) US $ 21,30 juta. Ekspor karagenan pada waktu ini menurut sejumlah produsen yang kami temui akan dapat terus meningkat mengingat makin, meluasnya kegunaan dan permintaan Rumput Laut. Luas permintaan luar negeri terhadap rumput laut Indonesia ini bisa dilihat dari permintaan list buyer yang masuk ke Departement Operasional Perusahaan yang menjangkau berbagai negara dari Kawasan Asia, Eropa, Amerika Utara sampai wilayah Amerika Latin. Ekspor terbesar ditujukan ke Denmark, Hongkong, Amerika Serikat dan Filipina. Harga Rumput Laut Kering jenis Echeuma Cottoni dengan kadar air Kurang 12 %di tingkat Regional Asia saat ini mencapai 10 USD/Kg dengan Kurs 1 USD = Rp.9.600, atau Rp.96,000/Kg . Dan Harga Rumput laut yang sudah di olah menjadi Tepung/Serbuk halus di pasar regional Asia sudah mencapai 18 USD/MT atau Rp.172,800/Kg (Insert Data: Asian Trade Newsweek : 18 Juni 2005 ) dan harga pasar regional International untuk komoditi Non BBM termasuk Rumput laut jenies Echeuma Cottoni ini menurut data hasil Agribussines Forum tanggal 20 -25 April 2005 di Hotel Conrad Brussels Belgium yang di selengarakan EEITC (Euro Exhibition International Trade Centre) dan EMRC (Euro Market Research Centre ), Belgium sudah mencapai 23 USD/Kg dengan kondisi Acceptable Periodic FOB untuk jenis Rumput laut yang sudah di haluskan atau menjadi serbuk tepung karaginan . Hal inilah yang menjadikan pembudidayaan Rumput laut menjadi sangat prospektif sebagai alternatif export quality selain Tuna dan Hasil perikanan lainnya. Sehingga memacu semua Insan yang terlibat di Dunia perikanan dan kelautan Di Indonesia lebih memacu untuk membudidayakan Rumput laut sebagai Andalan Komoditi Export. Berikut kami paparkan data data permintaan export rumput laut jenis Echeuma Cottoni untuk beberapa pasar International.Negara Tujuan Japan Hongkong Korea selatan Taiwan China Philiphines Pakistan USA Argentina Brasil United Kingdom Netherlands France Switzerland Denmark Sweden Spain Total permintaan / Bln Total Permintaan ( Ton/Bln ) 30,8 Ton/Bln 25,8 Ton/Bln 43,5 Ton/Bln 210.5 Ton/Bln 135.4 Ton/Bln 1,790.7 Ton/Bln 50,8 Ton/Bln 2,207 Ton/Bln 20 Ton/Bln 20.2 Ton/Bln 190.3 Ton/Bln 380 Ton/Bln 410 Ton/Bln 470 Ton/Bn 40 Ton/Bln 3.311 Ton/bln 723Ton/Bln 10,059 Ton/Bulan

Insert Data EMRC April 2005 , Agrimeeting Trans Bussines Forum 2005

8. Hasil Akhir Survey Fisheries Department Code 3988917

SURVEY DAN ANALISA RUMPUT LAUT ( EUCHEUMA COTTONI ) PT. Dwijaya Abadi Surya Pratama International

PAGE 8

Dengan data data yang di dapatkan kita semu di Provinsi Gorontalo menjadikan maka dapat kita tarik sebuah kesimpulan sebagai Mana berikut : Belum adanya Optimasi pembuatan Pabrik Tepung karaginan di Provinsi Gorontalo yang dapat mensuplay Kebutuhan EEITC selaku pasar tetap 2. Terbatasanya Modal kerja yang di miliki oleh para Nelayan Pembudidaya di Provinsi Gorontalo 3. Terbenturnya undang undang yang masih belum adanya pengaturan pembudidayaan rumput laut 4. Belum adanya Sektor swasta yang berusahaa Melirik prospek Tepung karaginan di Provinsi gorontalo 5. Belum adanya penanganan yang serius dari pemerintah mengenai Hasil pengolahaan rumput laut 6. Belum tersedianya Sarana dan Prasarana yang mendukung untuk peningkatan kwalitas budidaya rumput laut di provinsi gorontalo 7. Nelayan yang ikut serta dalam pembudidayaan rumput laut belum memiliki kesadaraan yang penuh akan merawat kondite tanaman rumput laut yang di budidayakan , baik multi guna , fungsi. Akhir kata Semoga Survey dan analisa Rumput laut ini bisa menjadi bahan acuan Kita semua untuk mencapai Program Indonesia Biru 2020. 1.

(Sarjana sains ilmu terapan , Master of Science Oceans )

ARIYANTO ,S.sit , MSc.Ocs

CURICULUM VITTAE

A. IDENTITAS Nama Lengkap Tempat Tgl lahir Alamat Alamat Kantor Telp Kantor Telp Rumah Nama Perusahaan E-mail

: : Ariyanto : Semarang , 17 maret 1979 : Jl. Dr.Muwardi Raya No 4-6 Kalicari, Semarang Jawa Tengah , 50111 : Jl.Industri XXIV No 596-597 LIK Kaligawe Semarang Jawa Tengah : 024-6584493 , Fax : 024 6584493 : 024 -70157300 : PT.Dwijaya Abadi Surya Pratama International DASPI : [email protected]

B. JENJANG PENDIDIKAN FORMAL 1. Fakultas kelautan , Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan dan Perikanan Jakarta Lulus Tahun 1998 2. Fisheries Faculty of Oslo University , Norwegian Lulus Tahun 2002 C. JENJANG PENDIDIKAN NON FORMAL 1. Training Marine and Ocean Diving oleh ICRI Brussel Belgia 2. Training Basic Safety Training STIP jakart 3. Management Training Universitas Diponegoro Semarang D. KARIER 1. Staff Officer Shell Company Singapore 2000 2. Staff Ahli PT.Pasific Asia Line 2002

3. Surveyor Independent PT.DASPI 2003 E. Karya Karya : 1. Retorika Pendidikan Indonesia :Konsep membangun Negeri Dongeng 2004 2. Saminisme Ekonomi tahun 2005 3. Echeuma Cottoni Tahun 2005 4. Konsep Negeri Dongeng - Tahun 2004 F. KEANGGOTAAN 1. Anggota TC LAN Research and Development Netherlands 2. Anggota Yayasan TERANGI ( Terumbu Karang Indonesia ) 3. Anggota ICRI International Coral Reef Institute Belgium