1

Rupiah Cenderung Melemah - bigcms.bisnis.combigcms.bisnis.com/file-data/1/2492/f8c801eb_Des17... · dalam area yang sempit. Ruang penguatan pun sangat sulit terbuka akibat tekanan

  • Upload
    dinhthu

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PORTOFOLIO 7Kontan Sabtu, 7 April 2018

JAKARTA. Yield surat utang Indonesia masih tergolong menarik bagi investor diban-dingkan yield negara-negara lain yang berada di regional yang sama. Posisi Indonesia kian kuat lantaran memiliki keunggulan dari beberapa as-pek penentu minat berinves-tasi obligasi.

Kemarin (6/4), yield SUN seri acuan 10 tahun berada di level 6,602%. Sebagai perban-dingan, India dan Filipina memiliki yield SUN mende-kati level yield SUN milik In-donesia.

Yield SUN India tenor 10 tahun berada di level 7,164%. Sedangkan yield Filipina un-tuk tenor serupa berada di posisi 5,950%.

Kendati bukan yang terting-gi, analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan, imbal hasil SUN Indonesia masih kompetitif, terutama di mata investor asing. Pasalnya, Indonesia memiliki sejumlah keunggul-

an bila dibandingkan dengan kedua negara tadi.

Salah satunya adalah dari sisi struktur pasar surat utang. Untuk yang satu ini, Indonesia jauh lebih unggul ketimbang India. Karena negara tersebut memiliki kebijakan yang membatasi akses bagi inves-tor asing. Misalnya saja per-syaratan pembatasan jumlah seri surat utang yang dapat dikoleksi dan batas waktu (holding period) yang berbe-da dengan investor lokal.

Persyaratan tersebut tidak berlaku di Indonesia ataupun Filipina, Di kedua negara ter-sebut, investor asing bebas keluar masuk ke pasar obliga-si. “Likuiditas di pasar obligasi India tergolong rendah,” kata Made, Jumat (6/4).

Di sisi lain, pembatasan ter-sebut membuat imbal hasil SUN India relatif lebih aman dari tekanan eksternal. Menu-rut Made, secara year to date (ytd), yield SUN tenor 10 ta-hun di India hanya naik 6 basis poin (bps) hingga akhir kuar-tal pertama 2018.

Sementara di waktu yang

sama yield SUN Indonesia naik 27 bps. Lalu, yield SUN Filipina yang melejit 30 bps.

Tergantung nilai tukar

Made menambahkan, posisi yield SUN Indonesia juga cu-kup kuat dari segi peringkat utang. Kini, Indonesia memi-liki peringkat BBB dari Fitch Ratings, sedangkan India yang hanya mendapat peringkat BBB-.

Sementara bila dibanding-kan dengan Filipina, posisi Indonesia sama kuat. “Seting-gi apapun imbal hasilnya, in-vestor asing pasti akan mem-pertimbangkan rating di ne-gara tujuannya,” papar Made.

Analis Obligasi BNI Sekuri-

tas, Ariawan sepakat, SUN Indonesia masih menawarkan besaran yield yang menarik. Penyebabnya, pergerakan ni-lai tukar rupiah terhadap dol-lar Amerika Serikat.

Asal tahu saja, walau meng-alami depresiasi sepanjang kuartal pertama tahun ini, koreksi yang dialami nilai tu-kar rupiah hanya sebesar 1,58%. Hasil ini masih lebih baik dari pelemahan yang di-alami rupee India yang men-capai 2,35% dan peso Filipina yang bahkan anjlok 4,7% di tiga bulan pertama 2018.

Posisi nilai tukar mata uang akan mempengaruhi jalannya perdagangan obligasi yang di-lakukan oleh investor asing. Sebab, ketika nilai mata uang terkoreksi, investor menjadi kesulitan mendapatkan capi-tal gain. “Bisa-bisa investor mengalami kerugian kurs,” ujar Ariawan.

Ia melanjutkan, aspek yang membuat posisi SUN Indone-sia ada di bawah India dan Filipina adalah persepsi risiko investasi yang tercermin da-lam credit default wwap

(CDS). Hingga kemarin, CDS Indonesia tenor 5 tahun masih berada di level 100,97. Beda halnya dengan CDS India dan Filipina yang berada di level lebih ciamik, yakni masing-masing di 73,96 dan 72,91.

Walaupun kondisi ini patut diwaspadai, Ariawan bilang posisi CDS tersebut lebih di-karenakan faktor eksternal. Terutama akibat efek kenaik-an suku bunga acuan AS dan perang dagang yang melibat-kan negara tersebut dengan China. “Pada dasarnya, kena-ikan CDS ini dirasakan oleh hampir semua negara emer-ging market,” kata dia.

Sementara menurut Made, asalkan nilai tukar mata uang Garuda tidak mengalami dep-resiasi terlalu dalam, yield SUN Indonesia masih akan dipandang menarik oleh in-vestor asing.

Ia pun memprediksi, yield SUN seri acuan 10 tahun akan berada di kisaran 6,7% pada akhir tahun nanti. Hal ini de-ngan asumsi, rupiah tetap berada di kisaran Rp 13.700 per dollar AS. ■

Dimas Andi Shadewo

Pelemahan

rupiah di kuartal

satu masih lebih

rendah dari rupee

dan peso.

Masih Bisa Undang InvestorKetimbang yield surat utang India dan Filipina, yield SUN Indonesia masih lebih menarik

Sumber: Logam Mulia, Bloomberg (Pukul 17:00 WIB) Keterangan: *Harga periode 4/4/2018-5/4/2018

Minyak Mentah

63,54 63,18

-0,57%Pengiriman Mei 2018

Minyak WTI di Bursa NYMEX-AS(Dollar AS per barel)

Harga Komoditas Harian

(5/4/2018-6/4/2018)

CPO (MDEX)

639,37 647,04

1,20%Pengiriman Juni 2018

Bursa Derivatif Malaysia (MDEX)(Dollar AS per ton)

Batubara*

92,20 93,00

0,87%Pengiriman Mei 2018

Batubara Newcastle di Bursa ICE(Dollar AS per ton)

Emas Berjangka

1.328,50 1.328,40

-0,01%Pengiriman Juni 2018

Divisi Comex Bursa NYMEX-AS(Dollar AS per ons troi)

Emas Batangan

651.000 651.000

0%Divisi Logam Mulia-PT Antam Tbk

rupiah per gram(emas seberat satu kilogram)

Likuiditas di pasar obligasi India tergolong

rendah.

I Made Adi Saputra, Analis Fixed Income MNC Sekuritas

■REKSADANA ■OBLIGASI

Review Rupiah

Rupiah Cenderung Melemah

JAKARTA. Isu perang dagang antara Amerika Serikat dan China membuat rupiah bergerak stagnan dengan kecende-rungan melemah. Kemarin, kurs rupiah di pasar spot mele-mah tipis 0,08% ke level Rp 13.778 per dollar AS. Sepanjang pekan, kurs spot rupiah terkikis 0,18%.

Kurs tengah mata uang rupiah di Bank Indonesia juga tercatat turun tipis 0,03% ke level Rp 13.771 per dollar AS. Adapun, dalam sepekan nilai kurs tengah rupiah mencatat pelemahan 0,15%.

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan, rupiah masih terus disetir faktor eksternal, khususnya dari perkembangan kebijakan tarif dagang antara dua negara raksasa ekonomi AS dan China. Setelah sempat agak mere-da, Presiden AS Donald Trump justru membuat pernyataan baru akan menaikkan tarif impor barang China dari sebe-lumnya US$ 50 miliar menjadi US$ 100 miliar.

"Tensi perang dagang kembali naik, tambah lagi tidak ada sentimen domestik yang menjadi pendorong. Jadi, ru-piah masih tertekan," ujar Mikail, Jumat (6/4).

Analis Global Kapital Investama Nizar Hilmy menambah-kan, sejak pertengahan Maret, rupiah cenderung bergerak dalam area yang sempit. Ruang penguatan pun sangat sulit terbuka akibat tekanan faktor eksternal.

Tapi, kemarin AS mengumumkan, Maret lalu sektor swasta cuma membuka 103.000 lapangan kerja, lebih ren-dah ketimbang prediksi 188.000. Dengan demikian, ada peluang kurs rupiah menguat di awal pekan depan.

Posisi cadangan devisa Indonesia di Maret yang menca-pai US$ 126 miliar juga dapat menjadi sentimen positif bagi rupiah. Nizar memprediksi, mata uang Garuda pekan de-pan akan bergerak di posisi Rp 13.700–Rp 13.800 per dollar AS. Sedang Mikail memperkirakan rupiah masih melemah dan bergerak antara Rp 13.750–Rp 13.800 per dollar AS.

Grace Olivia Sihombing

CPO (ICDX)*

8.965 8.965

0%Pengiriman Juni 2018

Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia(ICDX) (Rupiah per Kilogram)

pusdok
Typewriter
07 April 2018, Kontan | Hal.7, Kompas | Hal.4