Upload
hatu
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
15
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Teori Produksi
Dalam industri modern yang ada dalam pasar global dan sangat kompetitif,
aktivitas berproduksi bukan di pandang sebagai aktivitas mentransformasikan input
menjadi output, tetapi di pandang sebagai aktivitas penciptaan nilai tambah, dimana
setiap aktivitas dalam proses produksi harus memberikan nilai tambah. Pemahaman
terhadap nilai tambah ini penting agar dalam setiap aktivitas berproduksi selalu
menghindari pemborosan.
Dengan demikian produksi dapat di katakan sebagai suatu aktivitas dalam
perusahaan industri berupa penciptaan nilai tambah dari input menjadi output secara
efektif dan efesien sehingga produk sebagai output dari proses penciptaan nilai tambah
itu dapat di jual dengan harga yang kompetitif dipasar global.
Richard Bilass (1989: 114), mengatakan bahwa hubungan fisik antara input
sumber daya perusahaan dan outputnya berupa barang dan jasa perunit waktu, fungsi
produksi dapat di nyatakan sebagai berikut:
A = f (a, b, c, d, ……)
Dimana A adalah output, a, b, c, dan d, adalah input-input yang mengahasilkan
A
Sadono Sukirno (1985:152) menjelaskan bahwa fungsi produksi selalu di
nyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut:
Q = f (K, L, R, T)
16
Dimana:
Q = jumlah produksi
K = jumlah stok modal
L = tenaga kerja
R = jumlah kekayaan alam
T = teknologi
Senada dengan yang di katakana oleh Samuelson dan Nordhaus (2003:125)
tentang hubungan input dan output yaitu bahwa hubungan antara jumlah input yang di
perlukan dan jumlah output yang dapat dihasilkan disebut fungsi produksi.
Fungsi produksi menentukan output maksimum yang dapat dihasilkan dari
sejumlah tertentu input, dalam kondisi keahlian dan pengetahuan teknis yang tertentu.
Fungsi produksi menggambarkan hubungan antara input dan output. Input atau
factor-faktor produksi biasanya di klasifikasikan sebagai tanah, tenaga kerja (labour)
atau modal. Tanah dan tenaga kerja di kategorikan sebagai input yang tidak di produksi
untuk menjadi input untuk proses produksi selanjutnya.
Fungsi produksi mempunyai sifat-sifat seperti fungsi utility. Jika input
bertambah, output juga meningkat, namun tambahan imput pertama kan memberikan
tambahan output yang lebih besar di banding dengan tambahan output yang di
sebabkan oleh tambahan input berikutnya. Sifat ini disebut law of diminishing return
(T. Sunaryo, 2001:71)
Secara grafis, ceteris paribus, fungsi produksi tenaga kerja saja (L)
(diasumsikan K tetap), maka Q (L) adalah sebagai berikut:
17
seeeeecaras
Gambar 2.1 Fungsi Produksi
Secara matematis, sifat fungsi produksi naik (ika input bertambah maka output
bertambah) di indikasikan dengan turunan pertama Q terhadap L adalah positif,
sedangkan sifat kenaikan yang mennurun (menggambarkan law of diminishing return)
di indikasikan dengan turunan kedua Q terhadap L negative (kurva concept)
Dalam Budiono (1982:64) mengatakan bahwa setiap proses produksi
mempunyai landasan teknis yang dalam ekonomi di sebut fungsi produksi.
Fungsi produksi merupakan suatu pungsi atau persamaan yang menunjukan
hubungan antara tingkat output dan tingkat kombinasi penggunaan input-input.setiap
produesen dalam teori dianggap mempunyai suatu fungsi produksi sebagai berikut:
Q = f (X1, X2, X3,……..Xn)
Keterangan :
Q = tingkat produksi
X1, X2, X3, ….Xn = berbagai input yang di gunakan
0
Q
L
Q = f (L)
18
Tentang law of diminishing return, Budiono juga mengatakan bahwa dalam
teori ekonomi diambil pula satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi. Yaitu
fungsi produksi dari semua produksi dimana semua produsen dianggap tunduk pada
suatu hokum yang di sebut law of diminishing return. Senada denngan Sunaryo (2001)
Budiono juga mengatakan bahwaahukum ini menerangkan bila satu macam input di
tambah penggunaanya sedangkan input lain tetap maka tambahan output yang di
hasilkan mula-mula naik tetapi kemudian seterusnya menurun bila input itu tersebut di
tambah.
Tambahan output yang di hasilkan dari penambahan 1 (satu) unit input variable
tersebut disebut Marginal Physical Product (MPP) dari input tersebut.
1X
QMPP
∆∆=
Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukan tingkat
produksi total (sama dengan Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variable
(input-input lain dianggap tetap). TPP = f (X) atau Q = f (X).
Kurva Marginal Physical Product (MPP) adalah kurva yang menunjukan
tambahan (kenaikan) dari TPP, yaitu ∆Q dan ∆TPP yang disebabkan oleh penggunaan
tambahan 1 (satu) unit input variable.
dX
Xdf
X
Q
X
TPPMPPx
)0(=∆∆=
∆∆=
Kurva Avirage Physical Product (APP) adlah kurva yang menunjukan hasil
rata-rata perunit variable pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut.
X
Xf
X
Q
X
TPPAPPx
)(===
19
Secara grafik hubungan antara kurva-kurva TPP, MPP, dan APP adalah sebagai
berikut:
•
Gambar. 2.2 Kurva TPP, MPP, dan APP
Hubungan antara ketiga kurva tersebut di tandai oleh:
• Penggunaan input X sampai pada tingkat dimana TPP cekung ke atas (0 sampai
dengan A), maka MPP naik demikian pula APP.
• Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPP yang naik dan
cembung ke atas (yaitu antara A dan C), MPP menurun.
• Pada tingkat pengunaan X yang menghasilkan TPP yang menurun, maka MPP
negative.
• Pada tingkat penggunaan input X dimana garis singgung pada TPP persis
melalui titik orogin B, maka MPP = App maksimum.
Y
TPP
X 0
Y
APP
X
20
System produksi merupakan system integral yang mempunyai komponen
structural dan fungsional. System produksi mempunyai beberapa karakteristik
berikut:
• Mempunyai komponen-komponen atau elemen-elemen yang saling berkaitan
satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini berkaitan
dengan komponen structural yang membengun system produksi itu.
• Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaanya, berupa menghasilkan produk
(barang dan jasa) yang dapat di jual denngan harga yang kompetitif di pasar.
• Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi
output secara efektif dan efesien.
• Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasianya, berupa optimal
pengalokasian sumber-sumber daya.
System produksi memiliki komponen atau elemen structural dan fungsional yang
berperan penting menunjang kontinuitas operasional system produksi itu. Komponen
atau elemen structural yang membentuk system produksi terdiri dari: bahan (material),
mesin dan peralata, tenaga kerja, modal dan energi, informasi, tanah, dan lain-lain.
Sedangkan komponen atau elemen fungsional terdiri dari supervise, perencanaan,
pengendalian, koordinasi dan kepemimpinan, yang kesemuanya berkaitan dengan
manajemen dan organisasi. Suatu system produksi selalu berada dalam lingkungan,
sehingga aspek-aspek lingkungan seperti: perkembangan teknologi, social dan
ekonomi, serta kebijaksanaan pemerintah akan sangat mempengaruhi keberadaan
system produksi itu.
Secara skematis sederhana, system produksi dapat di gambarkan seperti Gambar 2.3
21
Gambar 2.3 LINGKUNGAN
sss
Gambar 2.3 Sistem Produksi (Vincent Gasperesz) (1999:169)
Pada dasarnya input dalam proses produksi dapat di klasifikasikan ke dalam dua
jenis yaitu input tetap (fixed input) dan input variable (variable input). Input tetap
di definisikan sebagai suatu input bagi system produksi yang tingkat penggunaan input
itu tidak tergantung pada jumlah output yang di produksi. Input tetap hanya di
peruntukan bagi periode jangka pendek, sedangkan untuk periode jangka panjang
semua input dipertimbangkan sebagai input variable.input variabeldi definisikan
sebagai suatu input bagi system produksi yang tingkat penggunaanya tergantung pada
jumlah output yang akan di produksi (Vincent Gasperesz,1999)
Dalam system produksi terdapat beberapa input baik variable maupun tetap,
sebagai berikut:
• Tenaga Kerja (labour). Opersi siatem produksi membutuhkan intervensi
manusia dan orang-orang yang terlobat dalam proses system produksi dianggap
INPUT PROSES OUTPUT
-Tenaga kerja -Modal -Energi -Informasi -Manajemen
PROSES TRANSFORMASI NILAI TAMBAH
PRODUK (barang dan jasa)
Umpan balik untuk
pengendalian input,proses, dan teknologi
22
sebagai input tenaga kerja. Input tenaga kerja dapat di klasifikasikan sebagai
input tetap
• Modal. Operasi sitem produksi membutuhkan modal. Dalam ekonomi
manajerial, berbagai macam fasilitas peralatan, mesin-mesin produksi,
bangunan pabrik, gudang dan lain-lain dianggap sebagai modal. Biasanya dalam
periode jangka pendek, modal di klasifikasikan sebagai input tetap
• Material. Agar system produksi dapat menghasilkan manufaktur, maka di
perlukan material atau bahan baku.
• Energi. Mesin-mesin produksi dan aktivitas pabrik lainya membutuhkan energi
untuk menjalankan aktifitas itu.
• Tanah. System produksi manufaktur membutuhkan lokasi (ruang) untuk
mendirikan pabrik, gudang dan lain-lain
• Informasi. Dalam industri modern, informasi telah dipandang sebagai input.
Berbagai macam informasi tentang: kebutuhan atau keinginan konsumen, harga
produk di pasar, perilaku pesaing di pasar di anggap sebagai input informasi.
• Manajerial. System industri modern yang ada dalam lingkungan pasar global
yang amat sangat kompetetif membutuhkan supervise, perencanaan,
pengendalian, koordinasi dan kepemimpinan yang efektif untuk meningkatkan
performansi system itu secara terus meneru. Input ini di kenal sebagai input
manajerial atau sebagai input enterpreunia, yang di klasifikasikan sebagai input
tetap.
Kebanyakan teori produksi berpokus pada efesiensi, yaitu (1) memproduksi output
semaksimum mungkin dengan penggunaan input yang tetap atau (2) memproduksi
output pada tingkat tertentu dengan biaya produksi yang seminimum mungkin. System
produksi modern lebih mempokuskan perhatian pada pendekatan ke dua, yaitu
23
memproduksi output pada tingkat tertentu sesuai dengan permintaan pasar, dengan
biaya produksi seminimum mungkin.
2.2 Fungsi Produksi Cobb Douglass
Fungsi produksi yang sering di gunakan oleh para ahli ekonomi adalah fungsi
produksi Cobb Douglass (Gasperesz, 1999:200). Senada dengan yang di katakana
Gasperesz, Sunaryo (2001) juga mengatakan bahwa penjulasan tentang fungsi
produksi juga akan lebih gambling dengan symbol matematis yang eksplisit. Hal ini di
gambarkan dan di jelaskan dengan fungsi produksi Cobb Douglass. Fungsi produksi
Cobb Douglass dengan dua input (KdanL) adalah:
Q = KαLβ 0 < α, β < 1
0 < α, β < 1, menunjukan produk marginal untuk setiap input adalah menurun
dengan kenikan pemakaian jumlah input
Fuugsi produksi Cobb Douglass merupakan suatu pungsi persamaan yang
melibatkan dua atau lebih variable. Variable yang satu di sebut variable dependen yang
di jelaskan (Y) dan variable lainya di sebut variable independent yang menjelaskan (X)
(Soekartawi, 1997: 154. dalam Mira Mirawati, 2004). Penyelesaian hubungan antara
X dan Y biasanya dengan cara regresi yaitu variasi dari Y akan di pengaruhi variasi dari
X.
Sifat-sifat fungsi produksi Cobb Douglass adalah sebagai berikut:
• K dan L bias saling mensubstitusi
Jika tenaga kerja menjadi mahal perusahaan akan mensubstitusi temnaga kerja
dengan modal. Sifat substitusi antar input ini mengikuti kaidah marginal rate of
technical substitution/transformation yang di gambarkan oleh kurva isoquant.
24
• L
Q
K
Q
δδ
δδ
, > 0 produktifitas marginal dari factor-faktor produksinya adalah
positif. Formula itu menunjukan produk marginal modal dan tenaga kerja adalah
positif. Marginal Product Of Capital (MPP) dan Marginal Product Of Labour
(MPL) bergantung pada tingkat output dan tingkat penggunaan modal dan
tenaga kerja.
• LL
Q
KK
Q
δδδ
δδδ 22
, < 0, produktifitas marginal dari factor-faktor produksinya
mengikuti hukum kenaikan yang berkurang (law of diminishing return). Saat ini
mencerminkan bahwa fungsi produksi Cobb Douglass bersifat concave,
implikasinya, fungsi tersebut mempunyai nilai maksimal.
• Q =(K)α (L)β, bersifat
- Contans return to scale, jika (α + β) = 1, artinya, jika input K dan L bertambah
masing-masing menjadi dua kalinya, maka outputnya juga bertambah dua kali.
Dalam hal ini output bertambah secara proporsional dengan penambahan input.
- Increasing return to scale, jika (α + β ) > 1 artinya, jika input K dan L
bertambah masing-masing menjadi dua kalinya, maka outputnya juga
bertambah lebih dari dua kalinya. Dalam hal ini, output bertambah lebih dari
proporsi penambahan input.
- Decreasing return to scale, jika (α + β ) < 1 artinya, jika input K dan L
bertambah masing-masing dua kalinya, maka outputnya bertambah kurang dari
dua kalinya, output bertambah kurang dari proporsi penambahan input. Kondisi
ini bias terjadi karena kompleksitas proses produksi menjadi sangat tinggi jika
skala operasi menjadi lebih besar. Decreasing return to scale yaitu rata-rata
akan naik sejalan dengan kenaikan jumlah input.
25
Dilihat dari penggunaan inputnya, fungsi produksi Cobb Douglass dapat di bedakan
menjadi fungsi Cobb Douglass jangka pendek dan fungsi Cobb Douglass jangka
panjang.
A. Fungsi Produksi Cobb Douglass Jangka Pendek
Jangka pendek merupakan suatu periode dimana perusahaan dapat
menyesuaikan produksi dengan cara mengubah factor-faktor variable seperti bahan
baku dan tenaga kerja tetapi tidak dapat mengubah factor-faktor tetap seperti modal
(Samuelson dan Nordhaus, 2003)
Syarat dalam kondisi jangka pendek adalah minimal ada satu factor yang
menghambat proses adjustmen factor produksi (atau harganya) sehingga tidak terjadi
‘’seketika’’. Jadi konsep jangka pendek menunjukan adanya friksi dalam perekonomian
yang menghambat prosses relokasi dalam perekonomian. Fenomena adanya friksi
perekonomian bias muncul dalam kondisi harga yang sulit berubah seperti pada harga
tenaga kerja (upah).
Apabila input modal dianggap tetap dalam periode produksi jangka pendek,
serta hanya terdapat satu input variable tenaga kerja yang dipertimbangkan dalam
analisis produksi, maka fungsi produksi Cobb Douglass jangka pendek (the short run
Cobb Douglass production function), dinotasikan dalam model berikut:
Q = δLβ
Keterangan:
Q = kuantitas output yang di produksi
L = kuantitas input tenaga kerja yang di gunakan
δ (delta) adalah konstanta yang dalam fungsi produksi Cobb Douglass jangka
pendek, merupakan indeks efisiensi yang mencerminkan hubungan antara kuantitas
yang di produksi (Q) dan kuantitas input tenaga kerja yang di gunakan (L), semakin
26
besar nilai konstanta δ, efisiensi penggunaan input tenaga kerja dalam metode produksi
dan lain-lain, akan tercermin melalui nilai konstanta δ dalam fungsi produksi Cobb
Douglass baru lebih besar dari fungsi produksi Cobb Douglass yang lama.
β (beta) merupakan elastisitas output dari tenaga kerja (output elasticity of labour),
yang merupakan suatu ukuran sensitivitas kuantitas output yang di produksi terhadap
perubahan penggunaan input tenaga kerja, dan di definisikan sebagai persentase
perubahan kuantitas output yang di produksi di bagi denngan persentase perubahan
penggunaan input tenaga kerja.
Khusus untuk fungsi produksi Cobb Douglass jangka pendek, dapat di tunjukan
secara matematik, bahwa koefisien β dalam fungsi Q = δL β , merupakan koefisien
elastisitas output dari tenaga kerja sebagai berikut:
ββ
βββ ββ
=
=
∆∆=
=
∂=∂=∆∆
∆∆=
∆∆=
−
Q
L
L
Q
Q
L
L
QE
L
Q
L
LLLQ
Q
L
L
Q
L
QE
l
l
)(
%
%
1
Berdasarkan konsep bahwa β==L
L
AP
MPE1 , serta memperhatikan hubungan
antara produk total (Q), produk marginal (MP), dan produk rata-rata (AP), dapat di
tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Jika produk marjinal dari tenaga kerja lebih besar daripada produk rata-rata dari
tenaga kerja (MPL > APL), elastisitas output dari tenaga kerja lebih besar dari satu ( β
< 1)
2. jika produk marjinal dari tenaga kerja lebih kecil daripada produk rata-rata dari
tenaga kerja (MPL< APL), elastisitas output dari tenaga kerja lebih kecil dari satu (β <
1). Dalam situasi ini penggunaan input tenaga kerja perlu di kurang agar tetap
27
mempertahankan atau meningkatkan produktivitas rata-rata tenaga kerja. Penambahan
penggunaan tenaga kerja dalam situasi dimana elastisitas output dari tenaga kerja lebih
kecil dari pada 1 (β < 1), akan mengurangi produktivitas rata-rata tenaga kerja.
3. Jika produk marjinal dari tenaga kerja sama dengan produk rata-rata dari tenaga kerja
(β = 1), maka elastisitas output dari tenaga kerja sama dengan satu. Dalam situasi ini
produktivitas rata-rata dari tenaga kerja mencapai maksimum, sehingga kondisi ini
harus dipertahankan. Dengan demikian system produksi yang berorientasi pada upaya
memaksimumkan produktivitas dari input variable dalam jangka pendek, harus
beroperasi pada kondisi dalam elastisitas output dari input variable itu sama dengan
satu.
Dari fungsi produksi Cobb Douglassjangka pendek dapat di tentukan dengan
beberapa kondisi atau persyaratan yang harus di penuhi, antara lain:
a. Karena kuantitas produksi (output), (Q > 1) maka koefisien intersef delta δ
dalam fungsi produksi Cobb Douglass jangka pendek harus bernilai positif (δ >
0)
b. Agar produk marginal dari tenaga kerja positif, koefisien elastisitas output dari
tenaga kerja dalam fungsi produksi Cobb Douglass jangka pendek harus bernilai
positif (β > 0)
Catatan: 1−=∆∆= βδβL
L
QMPL
B. Fungsi Produksi Cobb Douglass Jangka Panjang
28
Fungsi produksi Cobb Douglass jangka panjang dapat digunakan untuk
menganalisis performansi system produksi perusahaan dalam jangka panjang. Agar
memberikan onformasi yang bermanfaat bagi perencanaan jangka panjang.
Apabila suatu system produksi hanya menggunakan dua jenis input modal (K)
dari tenaga kerja (L) dalam periode produksi jangka panjang dapat di bangun
menggunakan model berikut:
Q = γKαLβ
Konsep produksi jangka panjang mengacu pada periode waktu produksi
merupakan input variable, tidak ada input tetap
Alat penting untuk menganalisis efisiensi produksi jangka panjang adalah kurva
isoquant (isoquant curve) dan kurva iso cost (isocost curve)
1. kurva isoquant (isoquant curve)
kurva isoquant adalah suatu kurva atau tempat kedudukan titik-titik kombinasi
yang menunjukan kombinasi input yang mungkin secara fisik mampu menghasilkan
kuantitas output yang sama (iso = sama, quant= quantity = kuantitas input)
(Gasperesz, 1999:207)
prinsip-prinsip dasar kurva isoquant dalam konsep produksi serupa dengan
kurva indiferen dalam konsep perilaku konsumen, kecuali tujuan penggunaanya yang
berbeda.
Beberapa karakteristik dari kurva isoquant, yaitu:
a. kurva isoquant merupakan fungsi continue, serta kurva-kurva isoquant tidak
saling berpotongan.
b. Semua kombinasi rasional dari output sumber daya yang menghasilkan output
yang sama, terletak pada satu kurva isoquant yang memiliki slove negative dan
berbentuk cembung (convex)
29
c. Kurva isoquant Q2 yang menempati kedudukan lebih tinggi terletak di atas atau
di sebelah kanan dari kurva isoquant Q1, menunjukan bahwa kombinasi input
pada kurva isoquant Q2 itu mampu mnehasilkan kuantitas output yang lebih
tinggi daripada kombinasi input pada kurva isoquant Q1(Q2 > Q1)
Gambar 2.4 Kurva isoquant dalam Produksi
Pada gambar di atas, Nampak bahwa kurva isoquant memiliki slope negative, hal ini
berarti bahwa jika perusahaanmengurangi sejumlah modal (K) yang digunakan, maka
harus lebih banyak tenaga kerja (L) yang di tambahkan agar kombinasi modal dan
tenaga kerja itu masih mampu memproduksi output yang sama. Dengan demikian dua
input dapat saling mengganti (substitusi) untuk mempertahankan tingkat output yang
sama. Secara konseptual, hal ini desebutsebagai tingkat substitusi tehnikal marginal
(Marginal Rate of Technical Substitution), sering di notasikan sebagai MRTS. Dengan
demikian MRTS didefinisikan sebagai suatu tingkat dimana satu input dapat di
substitusikan untuk input lain sepanjang suatu isoquant, dan untuk kasus modal yang di
substitusi oleh tenaga kerja di nyatakan dalam bentuk:
Q2
Q1
L 0
Q
30
L
kmrts
∆∆−=
Catatan: tanda negative di berikan agar membuat MRTS bernilai positif, karena slope
dari isoquant yaitu
∆∆
L
Kbernilai negative.
2. Kurva Isocost (Isocost Curve)
Dalam setiap aktifitas produksi, produsen harus mempertimbangkan harga-
harga input yang di gunakan dalam proses produksi, agar menghasilkan biaya terkecil
(east cost combination of input) untuk memproduksi tingkat output tertentu sesuai
permintaan pasar. Alat yang berguna untuk menganalisis ongkos pembelian input ini
adalah kurva isocost. Kurva isocost merupakan garis yang menunjukan kombinasi
berbagai jenis yang dapat di beli untuk suatu tingkat pengeluaran biaya yang sama pada
harga-harga input yang tetap.
Jika kita mengasumsikan bahwa system produksi hanya menggunakan dua jenis
input yakni modal (K), serta harga dari input modal adalah r perunit K, dan tenaga
kerja (L), serta harga ( upah ) tenaga kerja adalah w per unit L, maka biaya total
penggunaan input modal dan tenaga kerja dalam proses produksi dapat di tulis dalam
persamaan sebagai berikut:
C = wK + rK
Persamaan di atas dapat di ubah kedalam bentuk hubungan ketergantungan
antara input modal (K), dan input tenaga kerja (L) sebagai berikut:
rK = C – wL …… K(C/r) – (w/r)L
bentuk persamaan K = (C/r) – (w/r)L inilahyang dipergunakan untuk
menggambarkan kurva isocost yang memiliki sloper negative sebesar –(w/r). dengan
demikian slope dari kurva isocost merupakan negative dari rasio harga input tenaga
kerja, w, terhadap input modal,r.
31
Gambar.2.5 Kurva Isocost
Keseimbangan Produsen
Ketika melakukan analisis perilaku pasar (permintaan dan penawaran) kita
mengunakan kurva keseimbangan pasar sebagai alat analisis. Demikian pula ketika
melakukan analisis perilaku konsumen, kita menggunakan kurva keseimbangan
konsumen sebagai alat analisis. Serupa dengan konsep di atas, analisis terhadap
perilaku produsen menggunakan kurva keseimbangan produsensebagai alat analisis.
Tujuan utam dari produsen melakukan aktivitas produksi pada situasi persaingan yang
amat kompetitif dalam pasar global sekarang ini adalah memproduksi sejumlah output
tertentu sesuai permintaan pasar dengan tingkat pengeluaran anggaran yang minimum.
Kurva keseimbangan produsen (produsen’s equilibrium curve) menunjukan
pencapaian kombinasi penggunaan input pada kondisi biaya terkecil (least cost
combination of inputs) untuk memproduksi output dalam jumlah tertentu. Titik
K(unit)
L(unit)
32
keseimbangan produsen merupakan titik singgung antara kurva isokuant denngan kurva
isocost.
Gambar 2.6 Kurva Keseimbangan Produsen (VincentGasperesz)
Dari gambar di atas, titik keseimbangan produsen, A, yang merupakan titik
singgung antara kurva isoquant dan kurva isocost. Pada titik singgung A ini terjadi
keseimbangan yang meminimumkan biaya total produksi, dimana slope dari isoquant
(∆K/∆L) sama dengan slope dari kurva isocost (-w/r). hal ini berarti pula pada titik
singgung B itu, tingkat substitusi teknikal marginal (MRTS) sama dengan rasio dari
harga-harga input. Jadi titik keseimbangan produsen tercapai apabila kondisi terpenuhi,
yaitu MRTS = w/r. titik keseimbanganprodusen yang meminimumkan biaya total
produksi tercapai apabila kondisi berikut terpenuhi.
MPL/W = MPk/r
Dalam produksi jangka panjang (Long run Production) sering terjadi perluasan
usaha sebagai akibat meningkatnya permintaan pasar terhadap produk yang di hasilkan
oleh perusahaan. Apabila demikian, akan terdapat jalur perluasan (ekspantion path)
K(unit)
L (unit)
33
yang menunjukan kurva atau tempat kedudukan titik-titik keseimbangan produsen
sepanjang jalur perluasan produksi dalam jangka panjang. Titik-titik keseimbangan
produsen itu menunjukan kombinasi input yang meminimumkan biaya untuk setiap
tingkat output yang di produksi dengan asumsi rasio harga-harga input constant.
2.3 Kemitraan
Menurut kamus bahasa Indonesia kemitraan adalah perihal hubungan (kerjasama)
sebagai mitra. Dengan kata lain adalah suatu jalinan kerjasama dalam melakukan
kegiatan usaha.
Salah satu usaha mengentaskan dan meningkatkan usaha kecil agar dapat tumbuh
dan berkembang menjadi usaha kecil yang tangguh dan menjadi skala menengah dan
besar, adalah dengan di laksanakanya program bapak angkat dari perusahaan-
perusahaan besar baik dari BUMN maupun swasta.
Seperti di kemukakan oleh Mudrajat Kuncoro (2003:387) bahwa ‘’strategi
pemberdayaan dapat di klasifikasikan dalam:
1. Aspek manajerial yang meliputi: peningkatan produktivitas, omzet, tingkat utilitas, tingkat hunian, meningkatkan kemampuan pemasaran dan pengembangan sumber daya manusia.
2. Aspek permodalan yang meliputi: bantuan modal dan kemudahan kredit 3. Mengembangkan program kemitraan dengan usaha besar baik lewat system
bapak-anak angkat, PIR, keterkaitan hulu-hilir, keterkaitan hilir-hulu, modal ventura ataupun subkontrak
4. pengembangan sentra industri kecil dan dalam suatu kawasan apakah berbentu ( pemulihan industri kecil, lingkungan industri kecil, sarana usaha industri kecil yang di dukung oleh unit pelayanan teknis dan tenaga penyuluh industri bersama dan koperasi industri kecil dan kerajinan. Kemitraan usaha menrut undang-undang No.9/1995 tentang usaha kecil,
kemitraan diartikan kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menenngah atau
usaha besar di sertai dengan pembinaan dan pengembangan dengan memperhatikan
prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan
(Japar:1999)
34
Kartosastro 1991) dan Smith at.al. (1995) dalam triono(1996) menyatakan
bahwa secara umum hubungan antar badan usahadi bedakan menjadi limabentuk
yaitu:
1. Interaksi yaitu hubungan usaha yang tidak mengikat seperti tukar menukar
informasi
2. Transaksi yakni hubungan usaha yang tidak terikat kontrak.
3. Kontrak usaha yakni hubungan usaha yang terikat kontrak
4. keterkaitan yakni kesepakatan melakukan suatu sub kontrak dalam suatu proses
produksi, namun-namun masing-masing pihak masih tetap menjaga kebebasan
usahanya
5. kerjasama yakni kesepakatan untuk membentuk suatu usaha patungan
kemitraan antara pengusaha kecil dan pengusaha besar merupakan suatu bentuk
kontrak usaha dengan tujuan utama meningkatkan kemampuan usaha kecil dan
kesejahteraanya. Teori yang paling sesuai untuk menjelaskan fenomena kemitraan
adalah teori prtukaran (exchange theory) yang di kembangkan oleh Blair(1964
dalam Smith at.al.(1995) dalam Triono (1996). Teori ini menyatakan bahwa
terjadinya suatu kerjasama dan berlanjutnya kerjasama tersebut jika ada manfaat
yang diperoleh lebih besar dari pengorbanan yang di keluarkan.
Pada dasarnya maksud dan tujuan kemitraan adalah ‘’win-win solution
partnership’’. Adanya posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing.
Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin di capai dalam kemitraan secara
konkret adalah
a. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat
b. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan
c. Meningkatka pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil
35
d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional
e. Memperluas kesempatan kerja
f. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi nasional
Adapun kemitraa undustri kecil sepatu Cibaduyut yang di laksanakan sampai saat
ini adalah pola inti plasma. Pola inti plasma merupakan pola hubungan kemitraan
antara kelompok mitra usaha sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra.
Salah satu contoh kemitraan ini adalah pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR), dimana
perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi bimbingan teknis, manajemen,
menampung, mengolah dan memasarkanhasil produksi. Disamping itu perusahaan
ini tetap memproduksi kebutuhanperusahaan sedangkan kelompok mitra usaha
memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah di sepakati,
sehingga hasil yang diciptakan harus mempunyai daya kompetitif dan nilai jual
yang tinggi.
Beberapa keunggulan kemitraan pola inti plasma antara lain adalah:
a. Kemitraan inti plasma memberikan manfaat timbale balik
b. Kemitraan inti plasma dapat berperan sebagai upaya pemberdayaan pengusaha
kecil di bidang teknologi, model, kelembagaan dan lain-lain sehingga pasokan
bahan baku dapat lebih terjamin
c. Dengan kemitraan inti plasma, beberapa usaha kecil yang di bombing usaha
menengah/besar, mampu memenuhi skala ekonomi sehingga dapat di capai
efisiensi
d. Mempunyai kemampuan dan wawasan yang lebih luas, dapat mengembangkan
komoditas untuk barang yang memiliki keunggulan dan mampu bersaing di
pasar nasional, regional maupun pasar internasional
e. Menjadi daya tarik bagi pengusaha besar/menengah untuk melakukan investasi
36
Di samping beberapa keunggulan kemitraan pola inti plasma sebagaimana telah
diuraikan di atas, dalam pola inti plasma inipun terdapat beberapa kelemahanya
yang di sebabkan adanya ketimpangan antara aturan yang di tentukan dengan
pelaksanaan di lapangan. Dalam ketentuan pedoman pembinaan kerjasama
kemitraan IKKRT yang mengacu pada PP No. 44 tahun 1997 tentang kemitraan,
pola inti plasma adalah kemitraan antara kelompok mitra sebagai plasma dan
perusahaan mitra sebagai inti. Dalam Perusahaa Inti Rakyat (PIR) khusunys
industri kerajinan rumah tangga, perusahaan mitra (inti) menyediakan lahan, saran
produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung, mengolah dan memasarkan
hasil produksi kelompok mitra (plasma) serta mengusahakan permodalan dan
melaksanakan budidaya sendiri. Di dalam pola ini, kelompok mitra di harapkan
secara bertahap memiliki lahan usaha tersebut dan dalam jangka panjang dapat pula
menjadi salah satu pemegang saham di perusahaan inti.