82
 LAPORAN STUDI IDENTIFIKASI PEMODAL ASING DI PASAR MODAL INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN TAHUN 2008

Saham Identifikasi Pemodal Asing

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN STUDI

IDENTIFIKASI PEMODAL ASING DI PASAR MODAL INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIABADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN TAHUN 2008

ABSTRAKSIStudi Identifikasi Pemodal Asing di Pasar Modal Indonesia bertujuan mengidentifikasi jumlah dan jenis pemodal asing sehingga dapat diketahui dan diukur peran mereka terhadap perkembangan pasar modal Indonesia serta membantu pengembangan basis data pemodal asing. Data KSEI saat ini baru mampu memotret data kepemilikan saham tanpa warkat, sedang data kepemilikan saham dengan warkat masih diadministrasikan oleh BAE. Per 30 Juni 2008, saham yang sudah tanpa warkat mencapai 68,33%. Klasifikasi pemodal yang digunakan oleh KSEI adalah Perorangan, Asuransi, Dana Pensiun, Lembaga Keuangan yang pada umumnya Bank, Perusahaan Efek, Reksa Dana, Perusahaan umum, Yayasan, dan Lainnya. Pemodal asing yang mendominasi adalah pemodal lembaga, khususnya jenis pemodal Lainnya. Walaupun secara kuantitas lebih sedikit dibandingkan pemodal lokal, namun pemodal asing lebih banyak memiliki saham yang bernilai tinggi sehingga dari sisi nilai kepemilikan mereka lebih mendominasi. Pemodal asing tercatat yang banyak berasal dari Amerika Serikat, Inggris, Luxemberg, Jepang dan Kanada. Sebagian pemodal asing tersebut ingin turut mengendalikan perusahaan, dan sebagian besar umumnya hanya ingin mendapatkan keuntungan baik dalam bentuk dividen maupun dalam bentuk capital gain di pasar sekunder. Penyempurnaan pencatatan dan penggolongan pemodal asing di KSEI dapat dilakukan melalui workshop paralel antara BapepamLK, KSEI dan Pemegang Rekening di KSEI serta antara Bapepam-LK, KSEI dan BAE.

ii

KATA PENGANTARAlhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan rahmat, kesehatan dan kekuatan-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir studi mengenai Identifikasi Pemodal Asing di Pasar Modal Indonesia ini. Rasa hormat dan penghargaan yang setinggi-tingginya juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dan dukungan dalam proses penyusunan dan penyelesaian laporan akhir studi ini. Laporan studi yang ditetapkan dalan Surat Tugas nomor: 02/BL.02/2008 tanggal 14 Maret 2008 ini membahas tentang proses identifikasi pemodal asing yang sangat diperlukan untuk mengetahui dan mengukur peran mereka terhadap perkembangan pasar modal Indonesia. Pengetahuan tersebut akan sangat bermanfaat dalam memetakan pengaruh dana asing terhadap berbagai aspek, baik itu yang terkait dengan aktivitas perdagangan saham secara khusus maupun perkembangan perekonomian Indonesia secara umum. Selain itu, studi ini juga diharapkan turut membantu pengembangan basis data terutama tentang pemodal asing yang juga sedang dikerjakan Biro Riset dan Teknologi Informasi. Dengan segala kerendahan hati kami mengakui masih banyak kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu kami mengharapkan masukan yang membangun demi penyempurnaan laporan ini, guna mendukung upaya menuju kebijakan berbasis riset (research-based policy) yang sedang dikembangkan oleh Bapepam-LK.

November 2008 Tim Studi Identifikasi Pemodal Asing di Pasar Modal Indonesia

Jakarta,

iii

TIM STUDI

Pengarah: Roy Monang Manurung Ketua Tim: Andriansyah Anggota: Basri Pohan Nelson SE Siahaan Bayu Bandono Anhar Rudi Ngapon Fernando TPN Bayu Husodo Robert Simanjuntak Mulyadi Heru Sadikin

iv

DAFTAR ISIABSTRAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN ii iii v vii vii viii ix

BAB I

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Permasalahan I.3 Tujuan Penelitian I.4 Sistematika Laporan 1 5 6 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA II.1 Peran Pemodal Asing Dalam Pasar Modal Suatu Negara II.2 Peraturan Kepemilikan Asing di Pasar Modal Indonesia II.3 Peraturan Pencatatan dan Keterbukaan Kepemilikan Efek di Pasar Modal Indonesia II.4 Peraturan Pencatatan dan Keterbukaan Kepemilikan Efek di Negara Lain 8 13 17 18

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN III.1 Pengertian Identifikasi, Klasifikasi dan Pemodal Asing III.2 Ruang Lingkup Studi III.3 Metode Pengumpulan Data dan Informasi III.4 Metode Analisis Data 21 22 22 25

v

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS IV.1 Pengadministrasian dan Pencatatan Kepemilikan Efek Pemodal Asing IV.2 Perkembangan Saham Tanpa Warkat IV.3 Perkembangan Data Kepemilikan Efek Pemodal Asing IV.4 Pemodal Asing Lembaga IV.5 Asal Negara Pemodal Asing IV.6 Usulan Penyempurnaan Pengklasifikasian Pemodal Asing di Sistem C-BEST KSEI IV.7 Peran Pemodal Asing Dalam Manajemen Perusahaan (Emiten) 26 33 37 44 48 51 52

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V.1 Kesimpulan V.2 Rekomendasi 56 58

Daftar Pustaka Lampiran-lampiran

62 63

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel 2

Komposisi Kepemilikan Saham per Juni 2008 Batasan Kepemilikan Asing Pada Emiten dan Lembaga Keuangan Bukan Bank Jumlah Pemegang Rekening dan Sub Rekening Efek di KSEI per 30 Juni 2008 Sepuluh Pemodal Asing Lainnya (Others) Terbesar berdasarkan Persentase Nilai Kepemilikan Sepuluh Pemodal Asing Lembaga Keuangan (Financial Institutions) Terbesar berdasarkan Persentase Nilai Kepemilikan

Tabel 3

Tabel 4

Tabel 5

DAFTAR GAMBARGambar 1. Hubungan Teoritis antara Pasar Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi

vii

DAFTAR GRAFIKGrafik 1 Grafik 2 Perkembangan Saham Tanpa Warkat Terhadap Saham Yang Diterbitkan Sebaran Jumlah Emiten Bedasarkan Kisaran Persentase Saham Tanpa Warkat Perbandingan Jumlah Kepemilikan Saham Tanpa Warkat dan Dengan Warkat Perkembangan Jumlah Rekening Pemodal Asing dan Lokal Perkembangan Volume Kepemilikan Saham oleh Pemodal Asing dan Lokal Perkembangan Nilai Kepemilikan Saham oleh Pemodal Asing dan Lokal Perkembangan Volume Kepemilikan Saham berdasarkan Jenis Pemodal Lokal Perkembangan Volume Kepemilikan Saham berdasarkan Jenis Pemodal Asing Perkembangan Nilai Kepemilikan Saham berdasarkan Jenis Pemodal Lokal Perkembangan Nilai Kepemilikan Saham berdasarkan Jenis Pemodal Asing Sebaran Negara Asal Pemodal Asing Berdasarkan Jumlah Rekening Perkembangan Volume Kepemilikan Pemodal Asing Berdasarkan Asal Negara Perkembangan Nilai Kepemilikan Pemodal Asing Berdasarkan Asal Negara

Grafik 3

Grafik 4 Grafik 5 Grafik 6 Grafik 7

Grafik 8

Grafik 9 Grafik 10 Grafik 11 Grafik 12

Grafik 13

viii

DAFTAR LAMPIRANLampiran 1 Lampiran 2A Bahan Diskusi Dengan Emiten Sepuluh Pemodal Perusahaan Umum Asing Terbesar Berdasarkan Persentase Nilai Kepemilikan Sepuluh Pemodal Reksa Dana Asing Terbesar Berdasarkan Persentase Nilai Kepemilikan Sepuluh Pemodal Perusahaan Efek Asing Terbesar Berdasarkan Persentase Nilai Kepemilikan Ringkasan Survey Kepemilikan dan Peran Pemodal Asing di Manajemen Perusahaan (Emiten) Usulan Penyempurnaan E-reporting KSEI

Lampiran 2B

Lampiran 2C

Lampiran 3

Lampiran 4

ix

BAB I PENDAHULUAN

I.1.

Latar Belakang Pasar modal telah diakui sebagai salah satu motor penggerak perekomian

Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, terutama sehubungan dengan perannya sebagai sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan kesempatan investasi bagi pemodal. Dalam cetak biru pasar modal Indonesia 2006-2009, hal tersebut juga telah dinyatakan secara tegas oleh pihak-pihak yang terkait dalam industri pasar modal dalam bentuk pernyataan visi pasar modal Indonesia yaitu mewujudkan pasar modal Indonesia sebagai penggerak ekonomi nasional yang tangguh dan berdaya saing global. Banyak hasil riset akademis yang mendukung peran pasar modal dalam mendorong pertumbuhan perekonomian suatu negara, beberapa diantaranya adalah Gill & Tropper (1988), Atje & Jovanovic (1993), Levine (1996, 1997a, 1997b), Fray (1997), Naughton (1999), dan Caporale et al (2004).1 Secara umum, Levine (1997b) lebih jauh mengatakan bahwa pasar keuangan - dimana pasar modal merupakan salah satu diantaranya - mempunyai peran yang nyata dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara.2 Penjelasan teoritis hubungan antara pasar keuangan dan pertumbuhan ekonomi digambarkan sebagai berikut:

1

Ada juga beberapa riset yang meragukan peran pasar modal terhadap perekonomian suatu negara, terutama untuk negara yang belum berkembang. Lihat, misalnya, studi oleh Harris (1997), Singh (1997) dan Aretis & Demetriades (1997). 2 Untuk kasus Indonesia, Abdurohman (2003) menunjukkan bahwa sektor keuangan melalui penyaluran kredit oleh perbankan mempunyai dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

-1-

Gambar 1. Hubungan Teoritis antara Pasar Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi (Sumber: Levine, 1997b)

Penjelasan lain tentang kontribusi pasar modal terhadap perekonomian nasional adalah seperti yang disampaikan oleh Naughton (1999) melalui dua fungsi utamanya yaitu (1) menyediakan pembiayaan langsung dalam skala besar kepada unit produksi, (2) menyediakan pasar yang memungkinkan pemegang saham menjual dan membeli saham dengan relatif lebih mudah. Sementara itu, Gill & Tropper (1988) lebih lanjut menjelaskan bahwa dengan berjalannya kedua fungsi tersebut maka pasar modal, khususnya pasar saham, akan bermanfaat bagi pembangunan ekonomi suatu negara dengan cara: i. Menciptakan stabilitas keuangan dan ekonomi dengan mengurangi kerawanan perusahaan atas tingkat suku bunga yang berfluktuasi dan tinggi; ii. Membantu pertumbuhan ekonomi dan lapangan pekerjaan dengan menyediakan pembiayaan usaha bagi perusahaan;

-2-

iii.

Mempromosikan

demokratisasi

kepemilikan

dengan

mendistribusikan

kepemilikan perusahaan secara luas; iv. v. Memudahkan akses terhadap modal internasional; dan Meningkatkan efisiensi melalui pembentukan harga efek yang wajar dan peminimalan biaya jual beli efek. Sebagian besar dari riset-riset tersebut di atas juga mengatakan bahwa suatu pasar modal untuk dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan perekonomian tergantung atas tingkat keterbukaan pasar tersebut terhadap pemodal asing atau yang sering juga disebut sebagai liberalisasi pasar keuangan. Levine (1997) misalnya mengatakan bahwa penghapusan hambatan investasi asing untuk masuk ke suatu negara dapat meningkatkan fungsi dari pasar modal domestik negara tersebut melalui peningkatan likuiditas pasar. Likuiditas pasar ini merupakan akibat dari dua manfaat penting yang dihasilkan oleh liberalisasi pasar keuangan yaitu (1) pengintegrasian pasar domestik ke dalam pasar internasional, dan (2) peningkatan standar keterbukaan informasi dan sistem akuntansi perusahaan domestik yang didorong keinginan untuk menarik dana asing. Liberalisasi pasar keuangan, khususnya pasar modal, memang mampu menarik dana asing ke Indonesia. Sejak Pemerintah Republik Indonesia membuka kesempatan pemodal asing untuk berpartisipasi di pasar modal Indonesia di tahun 1989 melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1055/KMK.013/1989 tentang Pembelian Saham oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal yang membolehkan pemodal asing untuk menguasai maksimum 49 persen di pasar perdana, maupun 49 persen saham yang tercatat di bursa efek (maupun bursa paralel yang saat ini masih berdiri), dana asing yang masuk ke pasar modal Indonesia relatif cukup besar.

-3-

Data tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa aliran dana masuk asing ke pasar modal Indonesia memang cukup besar. Berdasarkan data kepemilikan saham oleh pemodal asing yang tercatat di PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), terlihat bahwa sejak akhir 2005 sampai dengan per 30 Juni 2008 nilai kepemilikan asing meningkat cukup tajam dengan peningkatan sebesar Rp 364,71 triliun (lihat Tabel 1). Peningkatan ini terjadi terutama pada tahun 2006 dan 2007 yang masing-masing meningkat sebesar Rp 180,31 triliun dan Rp 268,05 triliun. Sementara itu, untuk tahun 2008 (sampai dengan Juni 2008), seiring dengan melemahnya pasar saham global akibat dampak krisis sub prime mortgage yang terus berkepanjangan di Amerika Serikat dan meroketnya harga minyak dunia, terjadi penurunan nilai kepemilikan asing sebesar Rp 83,64 triliun.Tabel 1. Komposisi Kepemilikan Saham per Juni 2008 Juni 2008 Pemegang Rekening Nilai Efek Jumlah Nilai % (Rp Miliar) Rekening (Rp Miliar) Nilai 2005-2006 Asing Reksa Dana 13 775,23 0,07 Lembaga Keuangan 1.593 277.503,92 25,06 Perusahaan 265 76.129,20 6,88 Perusahaan Efek 86 16.828,18 1,52 Perorangan 919 805,10 0,07 Lainnya 1.763 334.703,53 30,23 Sub Total Asing 4.639 706.745,16 63,82 180.307,65 Lokal Asuransi 189 28.434,80 2,57 4.711,51 Reksa Dana 206 42.082,76 3,80 4.989,15 Dana Pensiun 431 12.875,42 1,16 3.047,15 Lembaga Keuangan 67 3.968,80 0,36 969,04 Perusahaan 1.751 219.278,62 19,80 36.949,46 Perusahaan Efek 354 28.803,54 2,60 4.142,01 Yayasan 63 1.273,75 0,12 59,67 Perorangan 102.933 63.284,63 5,72 10.008,06 Lainnya 82 571,19 0,05 -1.720,95 Sub Total Lokal 106.076 400.573,51 36,18 63.155,10 Total 110.715 1.107.318,67 100,00 243.462,75Sumber: KSEI

Nilai (Rp Miliar) 2006-2007 268.048,05 15.532,52 27.957,63 6.713,52 787,54 109.667,46 16.685,14 837,11 33.331,56 88,73 211.601,25 479.649,30

Nilai (Rp Miliar) 2007- Juni 2008 -415,63 -135.064,96 -78.611,42 -17.568,51 -129,96 148.146,43 -83.644,05 2.820,25 2.143,08 -964,42 -124,73 -2.067,20 -3.627,24 2,76 1.203,28 245,06 -369,18 -84.013,23

-4-

Aliran dana asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia saat itu tersebut menurut Suhaedi, peneliti Bank Indonesia,3 masih didominasi oleh modal portofolio sebagai konsekuensi terintegrasinya pasar keuangan Indonesia dengan pasar keuangan global. Menurutnya, setidaknya ada dua penyebab utama aliran dana masuk tersebut. Pertama adalah penyebab eksternal (push factors), yaitu akibat dari kelebihan likuiditas di pasar keuangan global, meningkatkan risk apetite pemodal global terhadap aset keuangan negara berkembang, sejalan dengan teknik diversifikasi portofolio dan rekayasa instrumen keuangan. Kedua adalah penyebab internal (pull factors) yaitu dipicu oleh kebijakan makro ekonomi Pemeritah Indonesia yang hatihati dan konsisten serta imbal hasil aset keuangan rupiah yang masih menarik

I.2.

Permasalahan Masuknya dana asing tersebut merupakan hal yang mengembirakan namun

sekaligus patut dicermati secara seksama. Ketertarikan pemodal asing untuk menanamkan uangnya di Indonesia setidaknya telah menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia telah diperhitungkan sebagai pasar yang menarik dan dianggap menguntungkan sehingga saham-saham emiten Indonesia layak untuk masuk dalam portofolio investasi pemodal asing. Selain itu, tingkat integrasi pasar saham Indonesia dengan pasar keuangan global juga telah cukup tinggi sehingga dengan adanya dana kelebihan likuiditas di pasar keuangan global saat ini, aset keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan Indonesia dan diperjualbelikan di pasar saham dan obligasi dianggap

3

Dalam makalahnya yang disampaikan pada acara diskusi internal Badan Kebijakan Fiskal, Departemen Keuangan, pada tanggal 10 Agustus 2007 yang berjudul Potensi pembalikan modal asing: penyebab dan dampaknya terhadap perekonomian.

-5-

mampu menarik perhatian pemodal asing.4 Faktor membaiknya kondisi makro ekonomi Indonesia akibat pengelolaan makro ekonomi yang konsisten dan hati-hati juga patut dihargai sebagai salah satu faktor ketertarikan pemodal asing. Namun demikian, hal yang patut dicermati adalah apakah aliran dana asing tersebut termasuk bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Jika bersifat jangka pendek (hot money), maka pelarian atau penarikan dana asing tersebut secara tiba-tiba akan menyebabkan timbulnya persepsi akan ketidakstabilan perekonomian Indonesia, selain

menyebabkan penurunan nilai tukar Rupiah yang bisa berefek negatif kepada perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencermati pergerakan dana asing tersebut adalah dengan melakukan identifikasi pemodal asing yang melakukan investasi di pasar modal, khususnya pasar saham Indonesia, melalui suatu studi kebijakan.5

I.3.

Tujuan Penelitian Studi ini akan mengidentifikasi jumlah dan jenis pemodal yang ada di Pasar

Modal Indonesia sehingga dapat melihat secara menyeluruh apakah pasar modal Indonesia rentan terhadap kejadian-kejadian di luar negeri atau karena memiliki basis lokal yang kuat sehingga tidak banyak terpengaruh kejadian-kejadian di lingkup internasional. Studi tentang identifikasi jenis pemodal asing sangat diperlukan untuk mengetahui dan mengukur peran mereka terhadap perkembangan pasar modal Indonesia. Pengetahuan tentang pemodal asing akan sangat bermanfaat dalam4

Hasil riset Abimanyu et al (2007) mendukung fakta bahwa tingkat integritas pasar modal Indonesia dengan pasar modal regional dan dunia sudah cukup tinggi. 5 Dua riset lain dengan topik sejenis juga dilakukan oleh Bagian Riset Ekonomi, yaitu studi tentang Aliran Dana Asing di Pasar Modal Indonesia dan Pengaruh Transaksi Asing tehadap Neraca Pembayaran Indonesia.

-6-

memetakan pengaruh dana asing terhadap berbagai aspek, baik itu yang terkait dengan aktivitas perdagangan saham secara khusus maupun perkembangan perekonomian Indonesia secara umum. Selain itu, studi ini juga akan membantu pengembangan basis data terutama tentang pemodal asing yang juga sedang dikerjakan oleh Bapepam-LK, khususnya Biro Riset dan Teknologi Informasi. Hal ini sejalan dengan upaya menuju kebijakan berbasis riset (research-based policy) yang sedang dikembangkan oleh Bapepam-LK dimana kebijakan tersebut yang dapat diartikan sebagai suatu kebijakan yang dalam proses perumusannya memanfaatkan informasi yang dihasilkan dari kegiatan riset.

I.4.

Sistematika Laporan Sistematika penulisan laporan studi ini adalah sebagai berikut: BAB II akan

membahas hasil kajian pustaka tentang peran teoritis pemodal asing dalam pasar modal suatu negara serta menyajikan ringkasan peraturan tentang kepemilikan asing yang berlaku di Indonesia. Selanjutnya BAB III akan membahas ruang lingkup studi, serta data dan metodologi yang digunakan dalam studi ini. BAB IV akan menyajikan hasil dan analisis studi yang mencakup proses pengadminitrasian pencatatan kepemilikan saham oleh emiten, Badan Administrasi Efek dan KSEI, deskripsi data kepemilikan efek oleh pemodal asing yang tercatat di KSEI, serta peran pemodal asing dalam suatu manajemen perusahaan. Akhirnya BAB V akan menutup dan menyimpulkan studi ini serta mengulas tentang rekomendasi kebijakan yang dapat diambil oleh Bapepam-LK.

-7-

BAB II TINJAUAN PUSTAKAII.1. Peran Pemodal Asing dalam Pasar Modal Suatu Negara Dr. Budi Frensidy, dalam presentasinya di Bapepam-LK, pada tanggal 9 Juni 2008,6 mengatakan bahwa pemodal asing berperan dalam meningkatkan likuiditas dan memfasilitasi efisiensi pasar. Peran tersebut dapat diharapkan terutama karena kekuatan yang dimiliki oleh pemodal asing, yang berupa (1) modal yang lebih besar, (2) akses luas ke pasar modal dunia serta lebih berpengalaman, (3) analisis fundamental yang lebih baik, (4) memiliki informasi yang lebih banyak dan lebih baik, (5) memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menginterpretasikan informasi. Walaupun demikian, menurutnya pemodal asing juga memiliki beberapa kendala seperti (1) risiko nilai tukar, (2) home bias, (3) batasan kepemilikan maksimum, (4) tidak fokus ke hanya satu negara. Sementara itu, Dr. Lana Soelistianingsih, dalam presentasinya di BapepamLK, pada Kamis tanggal 14 Agustus 2008 menegaskan kembali bahwa secara teoritis pemodal asing dapat berperan positif maupun negatif terhadap perkembangan pasar modal suatu negara. Peran positif pemodal asing adalah (1) menutup gap antara tabungan dan investasi, (2) mendorong likuiditas pasar, (3) mendorong kepercayaan pemodal, (4) memperkuat nilai tukar domestik, (5) mendorong mekanisme pasar, dan (6) mengurangi asymmetric information sehingga pasar lebih transparan dan efisien. Sementara itu, peran negatif yang dapat ditimbulkan oleh pemodal asing adalah (1) pasar menjadi didikte oleh pemodal asing sehingga tingkat independensi kebijakan6

Narasumber untuk tim kajian Aliran Dana Asing di Pasar Modal Indonesia.

-8-

menjadi terganggu, (2) kebijakan moneter menghadapi trade-off antara kepentingan domestik dan asing, (3) meningkatnya volatilitas/ketidakstabilan return/yield, (4) sangat rentan terhadap risiko global, (5) proses pembalikan membuat country risk meningkat dan nilai tukar domestik akan terganggu, (6) mendorong tekanan tak terduga, dan (7) mengurangi nasionalisme. Secara umum, peran asing dapat dibedakan dilihat dari dua aspek yaitu aktivitas perdagangan (trading) dan kepemilikan efek (ownership). Pengaruh terhadap aktivitas perdagangan asing dan kepemilikan asing terutama terhadap tingkat volatilitas menjadi topik beberapa penelitian Dr Jianxin Wang dari University of New South Wales (UNSW), Australia. Wang (2007a) menyimpulkan bahwa aktivitas perdagangan dan kepemilikan saham oleh pemodal asing mempunyai dampak yang berbeda terhadap tingkat volatilitas pasar saham Indonesia. Jika tingkat aktivitas perdagangan asing mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat volatilitas harga saham, maka tingkat kepemilikan asing justru mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat volatilitas dimaksud. Hubungan negatif tersebut dinamakan oleh yang bersangkutan sebagai dampak yang menenangkan (calming effect) terhadap volatilitas harga saham yang akan datang. Wang (2007b) sebelumnya menemukan bahwa aktivitas perdagangan pemodal asing mempunyai dampak yang cukup besar terhadap tingkat volatilitas walaupun proporsi perdagangan pemodal asing tersebut relatif lebih rendah dibandingkan pemodal lokal. Lebih dalam lagi ditemukan bahwa aktivitas perdagangan yang secara signifikan meningkatkan tingkat volatilitas adalah penjualan asing (net selling). Beberapa alasan kenapa kepemilikan asing dapat memperngaruhi penurunan tingkat volatilitas diringkas oleh Wang (2007a) sebagai berikut:

-9-

1.

Pemodal asing memperluas basis pemodal yang pada akhirnya akan meningkatkan penyebaran risiko dan imbal hasil yang diperoleh;

2.

Pemodal asing diasumsikan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mencermati pengelolaan perusahaan dibandingkan pemodal lokal, dan analis asing biasanya juga dianggap lebih mampu dalam menerbitkan hasil analisis yang tepat waktu dan akurat dibandingkan analis lokal. Hal ini akan membantu dalam mengurangi tingkat ketidakseimbangan informasi (information

asymmetry) untuk suatu saham tertentu sehingga akan memberikan sinyal yang positif (positif signalling) secara keseluruhan; 3. Adanya fakta bahwa saham yang dimiliki asing biasanya mempunyai imbal hasil yang lebih baik (foreign ownership premium) dapat membantu meningkatkan kepercayaan pemodal atas suatu saham yang pada akhirnya akan mengurangi tingkat volatilitas saham tersebut; 4. Keterlibatan pemodal asing dapat membantu peningkatan penerapan tata kelola perusahaan yang baik, tingkat keuntungan perusahaan dan menolong perusahaan yang dalam kondisi sulit. Hal ini disebabkan karena pemodal asing dianggap mampu dan berani menyuarakan kepentingan pemodal secara luas jika terdapat kebijakan manajemen perusahaan yang merugikan atau secara umum jika adanya benturan kepentingan antara manajemen dan pemodal. Dalam studi lanjutannya, Wang (2007c) mengatakan bahwa saham-saham yang kepemilikan asingnya cukup tinggi memiliki tingkat persistensi volatilitas yang cukup tinggi dan mendahului saham lainnya dalam penyesuain perubahan tingkat volatilitasnya. Hal ini berindikasi bahwa transaksi asing menjadi penggerak transaksi di bursa dan diikuti oleh pemodal lokal. Persistensi volatilitas dimaksud adalah

- 10 -

kondisi dimana tingkat volatilitas yang tinggi (rendah) pada suatu hari cenderung diikuiti oleh volatilitas yang tinggi (rendah) pula pada hari berikutnya. Persistensi dapat menggambarkan penggerombolan informasi yang datang, persistensi

ketidakpastian dan berhubungan dengan aktivitas perdagangan tertentu. Selain itu, walaupun berbagai literatur menyimpulkan bahwa pemodal asing berbentuk perusahaan keuangan dapat meningkatkan likuiditas pasar melalui keterbukaan informasi yang lebih baik dan aktivitas perdagangan yang lebih aktif, Wang (2008) menemukan fakta bahwa untuk kasus Indonesia peningkatan likuiditas di bursa Indonesia bukan disebabkan oleh pemodal asing. Yang terjadi adalah terdapat hubungan negatif antara kepemilikan asing dengan tingkat likuiditas pasar, dimana kenaikan kepemilikan asing atas suatu saham, akan menurunkan tingkat likuiditas (yang diukur berdasarkan spread, depth dan price sensitivity) saham tersebut pada masa yang akan datang. Berkenaan dengan integritas pasar modal Indonesia, hasil riset Abimanyu et al (2008) mendukung fakta bahwa tingkat integritas pasar modal Indonesia dengan pasar modal regional dan dunia sudah cukup tinggi. Dengan menggunakan data indeks harga saham harian periode Januari 2005-Desember 2007, mereka menemukan bahwa pasar modal Indonesia terintegrasi dengan pasar modal Malaysia, Singapura dan Thailand. Selain itu, juga terdapat hubungan ekulibrium jangka panjang antara pasar modal Indonesia, Hongkong, Korea Selatan, China dan Taiwan dengan pasar modal Amerika Serikat dan Jepang. Pasar modal Indonesia khususnya juga mempunyai hubungan ekuilibrium jangka panjang dengan pasar modal Inggris, Perancis, Jerman dan Belanda.

- 11 -

Untuk

meminimalisir

dampak

negatif

pemodal

asing,

Dr

Lana

Soelistianingsih, mengatakan bahwa Pemerintah dapat melakukannya melalui dua jenis kebijakan, yaitu (1) soft regulations melalui monitoring dan edukasi dan (2) hard regulations melalui segmentasi dan diversifikasi produk. Yang bersangkutan juga menunjukkan bahwa di beberapa negara penerapan kebijakannya berbeda-beda. Kebijakan segmentasi pasar dilakukan di negara China, Finlandia, dan Meksiko. Di China, misalnya, terdapat dua jenis saham, yaitu saham A diperdagangkan untuk warga negara China dan saham B untuk warga negara asing, dimana harga saham A mempunyai harga yang lebih mahal dibanding Saham B, harga transaksi saham B lebih murah dibandingkan saham A, dan imbal hasil saham A lebih rendah dibandingkan saham B. Untuk kasus Meksiko, terdapat beberapa kelas saham, yaitu (1) national versus foreign, (2) individual versus institutional, dan (3) general versus financial firms. Saham yang tidak direstriksi mempunyai harga yang lebih tinggi terutama karena perbedaan elastisitas permntaan antar kelompok kepemilikan. Untuk aplikasinya di Indonesia, Dr Lana Soelistianingsih, mengajukan beberapa hipotesis, yaitu (1) segmentasi dilakukan dengan pembatasan kepemilikan saham, (2) tidak ada perbedaan dalam transaksi atau tidak ada pasar yang berbeda, (3) swasembada modal melalui pemodal saham domestik masih sulit dilakukan karena jumlah pemodal lokal yang relatif kecil, (4) edukasi mengenai pasar modal masih terbatas terutama mengenai berbagai risiko investasi, (5) investasi non deposito masih dianggap substitusi belum merupakan pelengkap dari investasi portofolio, dan (6) investasi asing menjadi tuan rumah di pasar modal Indonesia. Menurutnya, setidaknya ada empat jenis tantangan yang harus dihadapi Pemerintah Indonesia. Pertama, tingginya volatilitas yang ditandai dengan meningkatkan peran hedge funds

- 12 -

dan meningkatkan risiko dalam pasar keuangan yang semakin terintegrasi secara global. Hal yang harus menjadi fokus perhatian adalah diperlukan monitoring yang terintegrasi dengan otoritas perbankan atas financial exposures dari intermediari. Kedua, masalah distribusi produk, terutama untuk me-ritel-kan produk-produk keuangan yang rumit. Fokus perhatian dapat diarahkan dalam hal edukasi pemodal ritel atas berbagai risiko investasi dan memastikan best selling practices yang dilakukan intermediari. Ketiga, tata kelola perusahaan dari perusahan terbuka untuk menjamin perlindungan pemegang saham minoritas dan keterbukaan yang memadai dan relevan. Fokus perhatian ditujukan kepada peningkatan disiplin pasar dan kualitas keterbukaan, dan peningkatan standarisasi dari penjamin emisi IPO dan analis saham. Keempat, struktur peraturan dimana saat ini perusahaan keuangan konglomerasi beroperasi dengan berbagai macam kebijakan dan transaksi serta kegiatan operasional antar negara. Yang menjadi fokus perhatian dalam hal ini adalah meningkatkan MoU untuk berbagi informasi antar pengambil kebijakan dan aktif dalam menetapkan standar internasional.

II.2.

Peraturan Kepemilikan Asing di Pasar Modal Indonesia Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1055/KMK.013/1989 tentang

Pembelian Saham oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal, tertanggal 16 September 1989, menandai awal diperbolehkannya pemodal asing untuk berpartisipasi di pasar modal Indonesia melalui kepemilikan saham emiten Indonesia. Pemodal asing didefinisikan dalam peraturan ini sebagai perorangan Warga Negara Asing, Badan Hukum Asing dan Pemerintah Asing serta bagian-bagiannya. Dalam KMK tersebut dikatakan bahwa pemodal asing dapat membeli saham maksimal 49% (empat puluh

- 13 -

sembilan per seratus) maupun 49% (empat puluh sembilan per seratus) saham yang tercatat di bursa efek dan bursa paralel, kecuali untuk saham yang diemisikan oleh bank swasta. Selain itu, batasan kepemilikan saham oleh pemodal asing tersebut di atas juga dilakukan melalui perorangan dan badan hukum Indonesia yang bertindak untuk kepentingan pemodal asing dalam pembelian saham melebihi 49% dari saham yang diemisi, maupun saham yang tercatat, di pasar perdana, bursa efek maupun bursa paralel. Perantara pedagang efek dan pedagang efek yang terdaftar sebagai anggota bursa juga dilarang bertindak sebagai kuasa bagi pemodal asing dalam melakukan pembelian saham yang melanggar ketentuan batasan kepemilikan asing tersebut. Pada tanggal 4 September 1997, KMK Nomor 1055/KMK.013/1989 tersebut akhirnya dicabut dengan dikeluarkannya KMK Nomor 455/KMK.01/1997 tentang Pembelian Saham oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal. Hal ini menandai era baru liberalisasi total (dalam arti tidak adanya batasan) pembelian saham oleh pemodal asing melalui pasar modal dan bursa efek. Pertimbangan yang digunakan ketentuan pencabutan tersebut adalah berlakunya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan petunjuk Presiden RI dalam Sidang Kabinet Terbatas bidang Ekonomi, Keuangan, Pengawasan Pembangunan dan Produksi serta Distribusi (Ekku Wasbang dan Prodis) tanggal 3 September 1997. Berkaitan dengan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dalam peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, merinci lebih

- 14 -

lanjut tentang ketentuan batasan kepemilikan pemodal asing untuk lembaga keuangan bukan bank tersebut dalam Bagian C tentang Kepemilikan Modal dalam Daftar Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan khususnya untuk bidang jasa Sewa Guna Usaha (leasing), Pembiayaan Non-Leasing (Pembiayaan Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, Pembiayaan Kartu Kredit, dan Pembiayaan Non-Leasing Lainnya), Modal Ventura, Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa, Perusahaan Reasuransi, Perusahaan Pialang Asuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi, Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi, Perusahaan Konsultan Aktuaria dan Perusahaan Agen Asuransi. Hubungan antara Keputusan Menteri Keuangan Nomor 455/KMK.01/1997 tentang Pembelian Saham oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal dengan Undangundang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, khususnya peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, saat ini masih dalam pengkajian pihak-pihak terkait, antara lain, Bapepam-LK, Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Departemen teknis terkait. Hal ini terlihat dari kasus kasus Qatar Telecom (Qtel) yang sedang dikaji apakah boleh menguasai saham PT Indosat Tbk lebih dari 49% (untuk penyelenggara telepom tetap) atau 65% (untuk pemegang lisensi seluler) sebagaimana ketentuan Bagian C tentang Kepemilikan Modal dalam Daftar Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan khususnya tentang Penyelenggaraan Jaringan

Telekomunikasi dalam Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 dimaksud dan

- 15 -

memperhatikan bahwa ketentuan di pasar modal membolehkan pihak asing membeli 100% saham perusahaan. Secara umum, peraturan yang berlaku tentang batasan kepemilikan pemodal asing pada emiten dan lembaga keuangan bukan bank di Indonesia dapat diringkas dalam Tabel 2 di halaman berikut.Tabel 2. Batasan Kepemilikan Asing Pada Emiten dan Lembaga Keuangan Bukan Bank Emiten/Lembaga Batasan Kepemilikan Asing Peraturan Keuangan Bukan Bank Emiten 100% Keputusan Menteri Keuangan Nomor 455/KMK.01/1997 tentang Pembelian Saham oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pembelian Saham Bank Umum; Surat Edaran Dirut BEJ Nomor SE-005/BEJ/1097 tentang Status Kepemilikan Saham Asing dan Lokal pada JATS Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 179/KMK.010/2003 tentang Kepemilikan Saham dan Permodalan Perusahaan Efek: Pasal 2 (1)(2) dan Pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 646/KMK.010/1995 tentang Pemilikan Saham atau Unit Penyertaan Reksa Dana Oleh Pemodal Asing Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana diubah dalam PP Nomor 63 Tahun 1999: Pasal 6 (2) dan Pasal 10A Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan: Pasal 14

99% khusus saham emiten Perbankan

Perusahaan Efek

Penyertaan Langsung 1. Non sekuritas: 85% 2. Sekuritas: 99% Melalui Bursa 100% 100%

Reksa Dana

Asuransi

80% Penyertaan Langsung pada saat pendirian, namun dapat berubah sepanjang jumlah modal yang telah disetor oleh pihak Indonesia harus tetap dipertahankan

Dana Pensiun Perusahaan Pembiayaan

85%

- 16 -

II.3.

Peraturan Pencatatan dan Keterbukaan Kepemilikan Efek di Pasar Modal Indonesia Potret kepemilikan efek, terutama saham, di pasar modal Indonesia merupakan

hal yang sangat penting untuk diketahui oleh semua pihak terutama oleh otoritas pasar modal. Dokumen utama yang dapat dijadikan dasar identifikasi kepemilikan saham adalah Daftar Pemegang Saham (DPS) dan Daftar Khusus (DK) sesuai dengan Pasal 50 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan setiap perseroan mengadakan dan menyimpan DPS yang memuat keterangan mengenai pemegang saham dan DK yang memuat keterangan mengenai kepemilikan saham anggota Direksi dan Komisaris beserta keluarganya. Dalam peraturan perundang-undangan di pasar modal, dokumen DPS dan DK tersebut termasuk dokumen yang wajib diadministrasikan, disimpan dan dipelihara oleh BAE dan emiten yang menyelenggarakan administrasi efek sendiri sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Bapepam-LK Nomor X.H.2 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Biro Administrasi Efek dan Emiten Yang Menyelenggarakan Administrasi Efek Sendiri. Namun demikian, rincian nama pemegang saham dalam DPS dan DK tidak termasuk dalam laporan yang wajib disampaikan BAE dan emiten setiap bulannya kepada Bapepam-LK sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Bapepam-LK Nomor X.H.1 tentang Laporan Administrasi Efek dan Emiten Yang Menyelenggarakan Administrasi Efek Sendiri. Laporan pencatatan dan keterbukaan kepemilikan efek di pasar modal Indonesia yang wajib disampaikan sesuai Peraturan Bapepam-LK Nomor X.H.1 tersebut adalah:

- 17 -

1.

Registrasi kepemilikan 5% (lima per seratus) atau lebih saham dan setiap perubahan kepemilikan saham emiten dan perusahaan publik, dimana kepemilikan dan perubahannya tersebut dikategorikan sebagai peristiwa penting yang wajib dilaporkan kepada Bapepam-LK paling lambat dalam jangka waktu 10 hari kerja setelah registrasi. Laporan ini disusun berdasarkan Formulir Nomor X.H.1-2 yang memuat antara lain tentang nama, alamat, negara, status kewarganegaraan serta jumlah kepemilikan;

2.

Daftar komposisi pemilik surat efek dimana dimana daftar tersebut disusun dengan mengunakan Formulir Nomor X.H.1-3 yang meringkas daftar komposisi pemilik efek berdasarkan status pemilik pemodal, perorangan atau lembaga, domestik atau asing yang memisahkan kepemilikan dalam Standar Satuan Perdagangan dan yang bukan Satuan Perdagangan;

3.

Laporan bulanan kepemilikan saham atau perusahaan publik dan rekapitulasi yang telah dilaporkan yang disusun berdasarkan Formulir Nomor X.H.1-6 yang meringkas antara lain jumlah pemegang saham dan persentase kepemilikan saham dengan kepemilikan di bawah 5% (lima perseratus) dari keseluruhan saham yang disetor.

II.4.

Peraturan Pencatatan dan Keterbukaan Kepemilikan Efek di Negara Lain Simons & Simons, sebuah kantor hukum internasional, bersama-sama dengan

International Investor Relation Federation, melakukan hasil survey tentang ketentuan-ketentuan keterbukaan kepemilikan saham di beberapa negara pada tahun 2004 dan mempublikasikan hasilnya dalam laporan yang berjudul Disclosure of share

- 18 -

ownership in listed companies: an international legal survey. Negara-negara yang disurvey adalah Australia, Austria, Belgia, Brazil, Bulgaria, Kanada, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Italia, Jepang, Korea, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Rusia, Singapura, Spanyol, Swedia, Swiss, Inggris dan Amerika Serikat. Hal-hal yang menjadi topik survey dan berikut hasilnya adalah sebagai berikut: 1. Keterbukaan atas kepemilikan mayoritas Hampir disemua negara, kecuali di Rusia, terdapat kewajiban formal bagi setiap pemegang saham mayoritas untuk melaporkan kepemilikannya ke perusahaan itu sendiri, bursa efek tempat perusahaan mencatatkan saham dan otoritas pasar modal. Batasan kepemilikan mayoritas berbeda-beda untuk tiap negara, namun umumnya menetapkan batasan 5%. Kewajiban pelaporan juga berlaku bagi setiap perubahan kepemilikan mayoritasnya tersebut. 2. Batasan kepemilikan saham yang mempunyai hak suara Sehubungan dengan banyaknya saham yang tercatat atas nama nominee atau nama orang lain namun tidak berwenang dalam menggunakan hak suara dalam RUPS, maka pihak otoritas pasar modal perlu menentukan batasan pemilik saham sesungguhnya yang mempunyai kendali atas hak suara yang melekat atas kepemilikan saham tersebut. Aturan dasar yang berlaku adalah hanya menghitung saham yang memiliki hak suara yang tidak hanya mengidentifiksi pemilik legal (yang tercatat dalam DPS) namun juga pemegang kendali atas hak suara tersebut.

- 19 -

3.

Prosedur pelaporan Prosedur pemberitahuan dan batasan waktu pemberitahuan atas kepemilikan saham berbeda-beda di tiap negara. Di beberapa negara ada yang mempunyai formulir khusus yang harus diisi dan dilaporkan oleh pemegang saham mayoritas, namun ada juga negara yang mensyaratkan pemegang saham tersebut untuk mengumumkan kepemilikannya di surat kabar.

4.

Penyidikan dan penegakan hukum Di negara-negara Persemakmuran, setiap perusahaan mempunyai wewenang untuk meminta informasi serta melakukan penyidikan tentang siapa sebenarnya pemegang kendali atas hak suara dalam kepemilikan saham perusahaannya. Sementara itu, di negara-negara Eropa, wewenang tersebut sudah dilimpahkan kepada otoritas pasar moda di masing-masing negara.

5.

Infrastruktur pencatatan kepemilikan Di kebanyakan negara kepemilikan saham dicatatkan dalam DPS perusahaan. Namun demikian, di Finlandia, Norwegia, dan Swedia pencatatan kepemilikan saham dilakukan oleh suatu badan khusus (central depositories). Di Finlandia, khususnya, pemodal lokal harus memberikan informasi detail tentang kepemilikan akhir atas sahamnya, sedangkan bagi pemodal asing dapat menggunakan nama kustodian nominee. Hal ini membuat informasi tentang kepemilikan asing menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan kepemilikan lokal.

- 20 -

BAB III METODOLOGIIII.1. Pengertian Identifikasi, Klasifikasi dan Pemodal Asing Sebagaimana disebutkan di atas tujuan studi ini adalah untuk mempelajari dan mengidentifikasi pemodal asing sehingga dapat diketahui serta dipetakan peran dan pengaruh mereka terhadap perkembangan pasar modal Indonesia. Yang dimaksud dengan identifikasi dalam studi ini adalah mengklasifikasikan pemodal asing sesuai dengan jenis pemodal, yaitu pemodal perorangan dan pemodal lembaga. Selanjutnya, pemodal lembaga tersebut juga akan dirinci menjadi Asuransi (Insurance), Dana Pensiun (Pension Funds), Lembaga Keuangan yang pada umumnya Bank (Financial Institutions), Perusahaan Efek (Securities Companies), Reksa Dana (Mutual Funds), Perusahaan umum (Corporate), Yayasan (Foundations) dan Lainnya (Others). Pengklasifikasian di atas sesuai dengan pengklasifikasian yang dilakukan oleh KSEI. Data ini telah tersedia dalam sistem C-BEST KSEI. Detail pengklasifikasian tersebut termasuk tentang kekurangannya akan dibahas lebih lanjut dalam Bab IV, dan rekomendasi penyempurnaan pengklasifikasiannya akan dibahas dalam Bab V. Definisi asing yang digunakan di KSEI berbeda dengan definisi dengan bukan penduduk (non resident) yang digunakan oleh Bank Indonesia dimana penduduk didefinisikan sebagai orang, badan hukum atau badan lainnya, yang berdomisili atau berencana berdomisili di Indonesia sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun, termasuk perwakilan atau staf diplomatik RI di luar negeri. Definisi yang digunakan KSEI didasarkan atas Kartu Ijin Tinggal Sementara Orang Asing jika tinggal di Indonesia atau Surat Keterangan Domisili jika berkedudukan di negaranya.

- 21 -

III.2. Ruang Lingkup Studi Dalam studi ini akan dibatasi hanya kepada kepemilikan efek berbentuk ekuitas yaitu saham. Walaupun KSEI juga mempunyai data kepemilikan efek selain saham, seperti obligasi perusahaan, obligasi pemerintah, waran, hak memesan terlebih dahulu (right), mediun term notes, negotiable certificate of deposit, Reksa Dana, SBI, dan Sukuk, studi ini hanya memfokuskan kepada saham karena dari sisi nilai asetnya, pasar saham masih mendominasi pasar modal Indonesia. Selain itu dari sisi pembiayaan bagi perusahaan, penerbitan saham masih menjadi pilihan utama daripada penerbitan obligasi. Dengan kata lain, ruang lingkup studi ini hanya kepada kepemilikan saham oleh pemodal asing.

III.3. Metode Pengumpulan Data dan Informasi Dalam memperoleh data dan informasi, pada studi ini dilakukan beberapa pendekatan. Yang pertama adalah mengundang tiga nara sumber yaitu dari KSEI, Biro Adminitrasi Efek (BAE) dan perguruan tinggi. Dari nara sumber dari KSEI dan BAE diharapkan akan dan diketahui hubungan secara detail dan jelas tentang proses saham oleh

pengadminitrasian

pencatatan

kepemilikan

emiten/perusahaan publik, BAE, dan KSEI. Presentasi nara sumber dari KSEI dilakukan pada hari Selasa tanggal 8 Juli 2008 yang disampaikan oleh Sdr Gusrinaldi Akhyar, Kepala Divisi Jasa KSEI dengan judul presentasi Sistem Kustodian Sentral dan Penyelesaian Transaksi Efek Secara Pemindahbukuan. Sementara itu, presentasi dari BAE dilakukan pada hari Selasa tanggal 15 Juli 2008, yang dilakukan oleh Sdri.

- 22 -

Datin R Mahadi, Direktur, PT. Sinartama Gunita. Hasil nara sumber ini telah diringkas dalam Bab II sebelumnya.7 Sementara itu, dari perguruan tinggi, dalam hal ini adalah Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, presentasi disampaikan oleh Dr Lana Soelistianingsih dengan judul Investasi Asing. Dari perguruang tinggi ini diharapkan akan diperoleh suatu bahan untuk literature review (kajian pustaka) yang membahas secara teoritis tentang peran pemodal asing terhadap perkembangan pasar modal suatu negara. Hasil kajiankajian empiris diharapkan juga akan dipaparkan untuk melihat apakah dalam prakteknya peran pemodal asing tersebut sesuai dengan teori dan harapannya, terutama untuk kasus Indonesia dan negara-negara berkembang. Masukan dari nara sumber pendidikan tinggi ini akan melengkapi studi pustaka yang menjadi pendekatan kedua dalam studi ini dan telah disajikan dalam Bab II. Pendekatan ketiga adalah dengan meminta data kepemilikan saham kepada KSEI terutama periode 1 Januari 2002 sampai dengan 30 Juni 2008 sebagai data utama yang akan digunakan dalam mendeskripsikan kondisi kepemilikan saham yang aktif diperdagangkan oleh pemodal asing. Data yang diperoleh dari KSEI secara garis besar adalah sebagai berikut: 1. Perbandingan total jumlah saham tanpa warkat dengan total jumlah saham yang diterbitkan (data harian periode 1 Januari 2002 sd 30 Juni 2008); 2. Komposisi kepemilikan saham berdasarkan jumlah rekening, nilai dan volume kepemilikan serta jenis pemodalnya (data harian periode 1 Januari 2002 sd 30 Juni 2008);7

Selain itu, juga ada nara sumber dari Bank Kustodian yang diwakili oleh Sdri Margaret Tang, Direktur, Securities & Fund Services Head, Domestic Custody Services, Citibank dan Sdr Elwin Karyadi, Direktur, Head of Product and Client Management, Indonesia, Domestic Custody Services, Deutsche Bank. Diskusi dilakukan pada hari Selasa, tanggal 29 Juli 2008.

- 23 -

3.

Detail kepemilikan saham per emiten yang meliputi jumlah saham yang diterbitkan, jumlah kepemilikan setiap jenis pemodalnya, dan jumlah rekening setiap jenis pemodal (data per 30 Juni 2008);

4.

Sepuluh pemodal asing terbesar berdasarkan persentase kepemilikan untuk setiap jenis pemodal (data per 30 Juni 2008); dan

5.

Asal negara pemodal asing berdasarkan berdasarkan jumlah rekening, nilai dan volume kepemilikan (data harian periode 1 Januari 2002 sd 30 Juni 2008). Sementara itu, data dari BAE akan digunakan sebagai pelengkap untuk

menggambarkan seberapa besar data kepemilikan pemodal asing yang masih berbentuk warkat (scrip) per tanggal 30 Juni 2008. Selain itu juga dikumpulkan informasi mengenai detail rekonsiliasi data antara BAE dan KSEI serta klasifikasi pemodal asing yang digunakan oleh masing-masing BAE. Karena keterbatasan anggaran, tim studi hanya melakukan kunjungan ke beberapa BAE yang memperoleh ijin usaha dari Bapepam-LK dimana pemilihan BAE dimaksud dilakukan secara sengaja dan tidak dimaksudkan mewakilkan semua populasi emiten dan hanya dimaksudkan sebagai indikasi gambaran tentang besarnya pemodal asing yang masih memiliki saham dengan warkat. Pendekatan terakhir adalah kunjungan lapangan ke emiten. Dalam studi ini kunjungan dilakukan ke 10 emiten yang berlokasi di Jawa Barat. Pemilihan contoh emiten ini didasarkan atas purposive sampling dengan pertimbangan utama keterbatasan alokasi anggaran yang tersedia. Hasil kunjungan lapangan yang disajikan dalam Bab IV ini tidak dimaksudkan untuk mewakilkan semua populasi emiten dan

- 24 -

hanya dimaksudkan sebagai indikasi gambaran tentang peran pemodal asing secara langsung terhadap emiten.8

III.4. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan disajikan melalui Grafik dan Tabel. Walaupun data yang diperoleh dari KSEI ada yang bersifat data harian, namun untuk memudahkan analisis dan penyajian, periode data yang digunakan adalah data tahunan dan data semesteran. Selain itu, juga ditemukan beberapa data pada beberapa periode tertentu yang validitasnya perlu dipertanyakan lebih lanjut sehingga dirasakan lebih aman untuk menggunakan data tahunan dan semesteran daripada data harian.9

8

Bahan diskusi dalam kunjungan ke emiten dimaksud dapat dilihat dalam Lampiran I dan rangkuman hasil kunjungan tersebut (termasuk nama-nama emiten yang dikunjungi) disajikan dalam Lampiran III. 9 Teladan data yang perlu dikonfirmasi antara lain adalah (1) data kepemilikan asing baik itu account, value dan volume, pada tanggal 26 dan 27 Oktober 2006, tercatat datanya 0 sedangkan untuk pemodal lokal ada datanya, (2) untuk data account, tercatat pemodal lokal pada tanggal 18 Juli 2007 untuk ID dan OT tercatat 0, sedangkan pada tanggal sebelum dan sesudahnya nilainya cukup banyak, (3) untuk data value, tercatat pemodal lokal pada tanggal 8, 9 dan 10 Juni 2004 untuk OT tercatat masing-masing pada angka Rp 123-128 triliunan sedangkan pada tanggal sebelum dan sesudahnya hanya senilai Rp 810 triliunan, (4) untuk data volume, tercatat pemodal lokal pada tanggal 11-12 May 2004 untuk CP terjadi penurunan yang cukup drastis dari 270 jutaan ke 65 jutaan dan pada tanggal berikutnya menjadi pada level 60 jutaan. Demikian juga dengan sebaliknya OT pada tanggal 4-10 May 2004 terjadi penurunan drastis dari sekitar 206 jutaan kemudian ke 5 jutaan lalu ke 450 ribuan dan kemudian kembali ke level 206 jutaan pada tgl 12 May 2004. Permintaan konfirmasi sudah dilakukan kepada KSEI melalui email namun belum mendapat jawaban.

- 25 -

BAB IV HASIL DAN ANALISISIV.1. Pengadiministrasian dan Pencatatan Kepemilikan Efek Pemodal Asing Untuk efek-efek yang sudah tanpa warkat (scripless) dan diperdagangkan di bursa, pencatatan kepemilikan efek, termasuk hasil perpindahan kepemilikan akibat transaksi di bursa, akan tercatat di Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) yang dalam hal ini adalah KSEI. Salah satu pelayanan jasa yang diberikan KSEI untuk pemegang rekening (yaitu Bank Kustodian dan Anggota Bursa) adalah jasa penyimpanan efek untuk efek tanpa warkat. Posisi data kepemilikan efek ini sudah sampai sub rekening efek yaitu rekening efek setiap nasabah yang tercatat dalam rekening efek partisipan pada LPP. Peraturan Bapepam-LK Nomor III.C.7 tentang Sub Rekening Efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian mewajibkan Bank Kustodian dan Anggota Bursa tersebut wajib membuka sub rekening efek atas nama setiap nasabahnya pada KSEI. Tujuan dari pembukaan sub rekening efek tersebut di atas adalah:10 1. Perlindungan pemodal, melalui: a. Kepastian pemisahan pembukuan efek pemodal dengan efek milik kustodian; b. Kepastian catatan posisi kepemilikan efek pemodal di C-BEST; dan c. Kepastian atas hak efek seperti dividen, hak menghadiri RUPS, karena pemodal akan tercatat dalam DPS yang dikeluarkan oleh KSEI. 2. Tersedianya data pemodal setiap waktu di KSEI, untuk keperluan: a. Pelaksanaan corporate action;10

Sumber: Bahan presentasi KSEI

- 26 -

b. Pelaporan emiten kepada Bapepam-LK, bursa efek, atau Bank Indonesia (untuk perbankan); c. Penyidikan oleh pihak berwenang misalnya Bapepam-LK; dan d. Laporan tahunan partisipasi KSEI. 3. Efisiensi distribusi hasil corporate action. Per Akhir Juni 2008, posisi jumlah pemegang rekening dan sub rekening efek di KSEI disajikan dalam Tabel 3 berikut:Tabel 3. Jumlah Pemegang Rekening dan Sub Rekening Efek di KSEI per 30 Juni 2008 No Jumlah Rekening/Sub Rekening Nama Pemegang Rekening Anggota Bank Jumlah Bursa Kustodian 1 Jumlah Pemegang Rekening 134 33 167 2 Jumlah Pemegang Rekening Yang Telah Membuka Sub 131 28 159 Rekening 3 Jumlah Sub Rekening 237.782 35.418 273.200Sumber: E-reporting KSEI

Struktur rekening efek di KSEI berbeda untuk anggota bursa dan bank kustodian. Untuk anggota bursa rekening efek terdiri dari rekening (1) penyimpanan, (2) serah, (3) terima, (4) jaminan, (5) pinjam meminjam, (6) sub rekening. Sedangkan untuk bank kustodian, struktur rekening efeknya hanya terdiri dari rekening penyimpanan dan sub rekening. KSEI dalam melayani pembukaan sub rekening untuk pemodal mensyaratkan kelengkapan data dan dokumen pendukung sebagai berikut: 1. Pemodal lokal a. Perorangan: nomor identitas dan alamat sesuai kartu identitas; b. Lembaga: i. ii. Yayasan, Koperasi, Asuransi dan Perusahaan Terbatas: copy NPWP; Dana Pensiun: copy Surat Keputusan Menteri Keuangan dan NPWP;

- 27 -

iii. iv. v.

Reksa Dana: copy Surat Pernyataan Efektif dan NPWP; Jamsostek Jaminan Hari Tua: copy NPWP; Taspen: copy NPWP

2. Pemodal asing a. Perorangan: copy Kartu Ijin Tinggal Sementara (KITAS) Orang Asing jika tinggal di Indonesia atau copy Surat Keterangan Domisili (SKD) yang sudah dilegalisir oleh kantor pajak jika berkedudukan di negaranya; b. Lembaga: copy surat SKD yang sudah dilegalisir oleh kantor pajak c. Lembaga yang bukan merupakan subjek pajak penghasilan dibuktikan dengan surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 574/KMK.04/200 tanggal 26 Desember 2000; d. Kewarganegaraan sesuai tercantum pada SKD; Patut dicatat bahwa dalam pembukaan sub rekening ini, proses

pengadministraian dan pengecekan dokumen pendukung lebih banyak dilakukan oleh anggota bursa dan bank kustodian yang bersangkutan. Pemodal tidak berhubungan langsung dengan KSEI untuk membuka sub rekening tersebut. Yang dilakukan KSEI adalah melakukan verifikasi sesuai dengan dokumen dan mengkonfirmasikan hasil pembukaan sub rekening tersebut. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh bank kustodian dan anggota bursa yang menjadi pemegang rekening sesuai dengan form yang diajukan, KSEI lalu menggolongkan jenis pemodal menjadi beberapa kategori yaitu: 1. 2. 3. Perorangan (ID - individuals); Asuransi (IS - insurance); Dana Pensiun (PF - pension funds);

- 28 -

4. 5. 6. 7. 8. 9.

Lembaga Keuangan termasuk Bank (IB - financial institutions); Perusahaan Efek (SC - securities companies); Reksa Dana (MF - mutual funds); Perusahaan umum (CP - corporate); Yayasan (FD - foundations); dan Lainnya (OT - others). Pada awalnya, jenis pemodal oleh KSEI hanya dibedakan menjadi pemodal

asing dan lokal, dimana hanya pemodal lokal yang dirinci lebih lanjut menjadi beberapa jenis pemodal. Hal ini dilakukan untuk kepentingan administrasi pembayaran pajak. Baru setelah ada permintaan dari Bapepam-LK dalam rangka pengidentifikasian pemodal asing yang lebih baik, pengklasifikasian jenis pemodal asing menjadi beberapa jenis tersebut di atas akhirnya dilakukan. Pengklasifikasian tersebut oleh KSEI belum sepenuhnya sesuai dengan pengklasifikasian yang dilakukan oleh masing-masing bank kustodian. Citibank, misalnya, mempunyai klasifikasi pemodal sebagai berikut: 1. Local clients: a. Pension funds; b. Asset management companies; c. Corporation; d. Banks; e. Broker dealer; f. Insurance. 2. Foreign clients: a. Global custodian;

- 29 -

b. Broker dealer; c. Asset management companies; d. Pension funds; e. Hedge funds; f. Banks; g. Insurance; h. Corporation. Sebagai perbandingan pengklasifikasian jenis pemodal yang digunakan BAE juga berbeda-beda, namun umumnya mereka hanya membagi pemodal asing menjadi tiga yaitu Perorangan Asing, Badan Usaha Asing, dan Lain-Lain, seperti sebagaimana yang tertera di Formulir Nomor X.H.1-3 tentang Daftar Komposisi Pemilik Efek, Lampiran 3 Peraturan Nomor IX.H.1 serta digunakan untuk kepentingan perpajakan. Sementara itu, untuk pemodal lokal pembagiannya adalah Perorangan Indonesia, Yayasan Dana Pensiun, Asuransi, Perseroan Terbatas, dan Lain-Lain Selanjutnya, berdasarkan data-data tersebut KSEI menyusun Daftar Pemegang Rekening Dalam Penitipan Kolektif untuk setiap emiten dengan struktur data sebagai berikut:11 1. 2. 3. 4. 5. Nomor; Nama pemodal; ID pemodal; Lokal/asing; Jenis pemodal;

11

Kepemilikan suatu saham juga dapat dilihat lewat Bloomberg dengan sumber data yang dikumpulkan oleh Bloomberg sendiri. Teladan ticker yang dapat digunakan adalah .

- 30 -

6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Kewarganegaraan; Domisili; Pajak; Kode pemegang rekening; Nama pemegang rekening; Jumlah saham yang dimiliki; Status rekening; Persentase kepemilikan dari jumlah saham yang dikeluarkan emiten Sebagai perbandingan struktur data yang digunakan BAE juga berbeda-beda.

Berikut ini adalah yang digunakan oleh SIRCA: 1. 2. SEG No.: nomor urut laporan; Ledger No.: 1D - Pemegang saham yang dibuat oleh sistem PT Sirca Datapro Perdana, dimana digit pertama = 8 adalah pemegang saham elektronik (KSEI); 3. Shareholder Name & Shareholder Addres : Nama dan Alamat Pemegang Saham; 4. Group: Pengelompokan Pemegang Saham untuk memudahkan distribusi dividen (Corporate Action); 5. Status: Status Pemegang Saham, contoh IND = Individual, PT = Perseroaan Terbatas, dan lain-lain; 6. 7. 8. 9. Citizenship: Kode negara, Kewarganegaraan; Total Share: Jumlah saham yang dimiliki; Total SKS: Jumlah SKS yang dimiliki (untuk yang script/warkat); Participant Name: Nama partisipan/Broker/Kustodian/Pemegang Saham;

- 31 -

Hal penting lainnya dalam proses pengadministrasikan efek ini adalah untuk kasus pemodal lokal, pemegang sub rekening belum tentu mencerminkan pemodal akhir. Masih dimungkinkan rekening tersebut menggunakan atas nama bank atau perusahaan efek (omnibus account). Untuk pemodal asing, menurut informasi dari bank kustodian, kebanyakan dari mereka sudah memiliki sub rekening atas namanya sendiri.12 Walaupun peraturan Bursa Efek Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta) Nomor IA (Lampiran Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta No Kep-305/BEJ/07-2004 tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham Yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat mensyaratkan company listing yaitu perusahaan tercatat wajib mencatatkan seluruh saham yang dikeluarkan dan telah disetor penuh (kecuali untuk saham perbankan yang hanya dicatatkan sebanyak 99% sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1999 dan Surat Edaran Dirut BEJ Nomor SE005/BEJ/1097),13 data posisi kepemilikan efek di sistem C-BEST KSEI tersebut hanya mencatat efek yang sudah tanpa warkat saja, sedangkan efek yang masih berbentuk fisik masih dicatatkan dan diadministrasikan oleh BAE atau emiten yang menyelenggarakan administrasi efek sendiri. Menurut data KSEI, jumlah saham yang dalam penitipan kolektif KSEI atau dalam sistem C-BEST, per Juni 2008 baru mencapai 68,33% dari total jumlah saham (termasuk saham preferen) yang diterbitkan oleh emiten Indonesia.

12 13

Berdasarkan informasi yang disampaikan nara sumber bank kustodian. Haikal (2003) menyebutkan bahwa dengan kondisi mayoritas emiten Indonesia yang kepemilikan saham publiknya sangat sedikit maka company listing akan menyebabkan terjadinya monopoli informasi oleh pemegang saham pendiri atau pengendali karena mereka akan berperilaku sama dengan pemegang saham publik. Argumen likuiditas yang mendasari aturan company listing menurutnya tidak beralasan karena pihak yang membutuhkan likuiditas sebenarnya adalah pemodal publik bukan pemegang saham pendiri atau pengendali, sehingga yang lebih tepat menurutnya adalah partial listing.

- 32 -

IV.2. Perkembangan Saham Tanpa Warkat Perkembangan total jumlah saham yang terdaftar (saham tanpa warkat) di CBEST dan perbandingannya dengan total jumlah saham yang diterbitkan untuk

periode Januari 2002 - Juni 2008 digambarkan dalam Grafik 1. Terlihat bahwa saham yang sudah dikonversi menjadi tanpa warkat terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dan relatif selalu lebih banyak (>50% sudah scripless) dibandingkan dengan saham dengan warkat (kecuali untuk periode 23 April 2002-11 November 2002). Jika pada awal 2002 hanya ada sekitar 52,29% saham tanpa warkat, maka pada pertengahan 2008 sudah tercatat 68,33% saham tanpa warkat. Dalam Grafik 1 tersebut terlihat adanya penurunan tajam jumlah saham tanpa warkat pada sekitar Juni 2004, hal ini menurut KSEI kemungkinan pada saat itu terjadi penarikan yang cukup besar dan juga adanya beberapa saham yang sedang melakukan tender offer yang kemudian go private yang mengakibatkan saham tersebut melakukan pembatalan pencatatan di KSEI dan selanjutnya mengonversikan sahamnya ke warkat. Emiten-meiten dimaksud adalah Surya Hidup Satwa (SHSA) dan Central Proteinmaprima (CPPR).

- 33 -

Grafik 1. Perkembangan Saham Tanpa Warkat Terhadap Saham Yang Diterbitkan

Hal yang menggembirakan juga terlihat dari sisi jumlah emiten yang relatif semuanya telah mengkonversikan sahamnya ke tanpa warkat, walaupun dengan proporsi yang berbeda-beda. Dari 412 emiten yang mengadiministrasikan efek berbentuk ekuitasnya di KSEI,14 sebaran kisaran persentase saham tanpa warkat terhadap saham yang diterbitkan untuk setiap emiten dapat dilihat dalam Grafik 2. Grafik tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar emiten yang

mengadministrasikan sahamnya di KSEI telah mengkonversikan efeknya tersebut menjadi tanpa warkat. Seratus enam puluh lima (165) emiten telah memiliki efek tanpa warkat pada kisaran 90-100% dari modal disetornya, dimana 52 emiten diantaranya sudah 100% tanpa warkat. Sementara itu, masih ada 43 emiten yang hanya memiliki efek tanpa warkat kurang 10% jumlah saham sesuai modal

14

Untuk emiten yang mengeluarkan dua kelas saham yang berbeda, maka oleh KSEI pencatatan kepemilikan masing-masing kelas saham dipisahkan sehingga dihitung menjadi dua entitas. Teladan hal ini adalah untuk kasus PT Eka Dharma Jaya Sakti dengan masing-masing kode efek EDJSA dan EDJSB.

- 34 -

disetornya. Jumlah emiten yang masih memiliki efek tanpa warkat kurang 50% jumlah saham sesuai modal disetornya masih sekitar 44,53% atau sekitar 183 emiten.1 80 1 00.00%

1661 60 90.00%

80.00% 1 40

70.00% 1 20

60.00%

Jumlah Emiten

1 00 50.00% 80 40.00%

60 30.00%

4340

38 33 29

4020.00%

1520

14

14

191 0.00%

0 0-1 0 1 0-20 20-30 30-40 40-50 50-60 60-70 70-80 80-90 90-1 00

0.00%

Kisaran Persentase Tanpa Warkat Frequency Cumulative %

Grafik 2. Sebaran Jumlah Emiten Bedasarkan Kisaran Persentase Saham Tanpa Warkat

Beberapa emiten yang sudah mempunyai 100% saham tanpa warkat antara lain adalah Apexindo Pratama Duta,15 Aneka Kemasindo Utama, Asia Kapitalindo Securities, Antra Express Tour and Travel Services, dan Pan Pacific Internasional. Sementara itu, emiten yang memiliki paling sedikit efek tanpa warkat adalah Great Golden Star (0,00%)16, Pool Advista Indonesia (0,01%), Panasia Filament Inti (0,63%), Teijin Indonesia Fiber Corporation (0,73%), Indonesia Prima Property (1,19%), dan Mintuni Minaraya (1,34%). Dalam prakteknya untuk memenuhi kewajiban BAE kepada emiten maupun Bapepam-LK, BAE meminta KSEI untuk memberikan data posisi kepemilikan efek15

Menurut data KSEI, Apexindo memiliki saham scripless sebanyak 100,01% dari saham yang dikeluarkannya. Penyesuaian dilakukan sehingga persentase saham scripless menjadi 100%. 16 Hanya 500 lembar saham tanpa warkat dari total 31 juta lembar saham yang diterbitkan.

- 35 -

tanpa warkat terakhir dan kemudian melakukan rekonsiliasi data dengan kepemilikan efek dengan warkat yang dikelola BAE sendiri untuk membuat DPS emiten yang bersangkutan. Masih adanya saham dengan warkat disebabkan karena pemilik saham tersebut tidak mau mengkonversikan sahamnya menjadi tanpa warkat. Pemegang saham pendiri maupun pihak-pihak tertentu lainnya masih menginginkan saham dengan warkat karena pada umumnya mereka memang tidak berniat untuk memperjualbelikan saham yang dimilikinya, termasuk pada saat tahun 2000 dimana proses konversi dari dengan warkat menjadi tanpa warkat tidak dikenakan biaya konversi. Pada dasarnya saham dengan warkat masih bisa dipindahtangankan, namun diperlukan biaya yang relatif besar karena harus melibatkan dan membayar notaris dan juga biaya konversi. Selain itu, fisik saham kadang masih dibutuhkan untuk dijadikan agunan oleh pemiliknya. Pemegang saham inilah yang masih

diadministrasikan oleh BAE dan tidak terdeteksi kepemilikannya oleh KSEI.17 Berdasarkan informasi dari tujuh BAE,18 komposisi perbandingan jumlah kepemilikan saham yang sudah tanpa warkat dan masih dengan warkat disajikan dalam Grafik 3 berikut.19 Terlihat bahwa masih ada sekitar 11,85% dari total jumlah saham yang diterbitkan oleh emiten Indonesia dimiliki pemodal asing dengan status saham dengan warkat. Hal ini menekankan bahwa deskripsi pemodal asing yang akan

17 18

Berdasarkan informasi yang disampaikan nara sumber dari BAE. BAE-BAE tersebut adaalah PT. Blue Chip Mulia, PT Adimitra Transferindo, PT. Datindo Entrycom, PT. Share Star Indonesia, PT. Raya Saham Registrar, PT. EDI Indonesia dan PT. Ficomindo Buana Registrar. Secera keseluruhan terdapat 10 BAE yang mendapatkan ijin usaha dari Bapepam-LK. 19 Grafik berikut untuk dudasarkan atas kepemilikan saham dari 185 emiten yang diadministrasikan oleh tujuh BAE tersebut, atau sekitar 44,90% dari total 412 emiten yang diadministrasikan KSEI. Sebagai catatan ada beberapa data yang jumlah saham diterbitkannya tidak sama antara KSEI dan BAE, untuk kasus ini akan digunakan data BAE sebagai referensi.

- 36 -

dibahas selanjutnya dalam laporan ini didasarkan atas sekitar 88,15% dari jumlah keseluruhan lembar saham yang dimiliki asing.

26.27% 32.17%

11.85% 29.71%

Asing (Scripless)

Lokal (Scripless)

Asing (Scrip)

Lokal (Scrip)

Grafik 3. Perbandingan Jumlah Kepemilikan Saham Tanpa Warkat dan Dengan Warkat

Setelah tahun 2000, setiap emiten yang menawarkan sahamnya melalui penawaran umum harus mendaftarkan 100% dari jumlah saham yang ditawarkannya tersebut di KSEI sehingga otomatis juga sudah tanpa warkat. Sedangkan untuk perusahaan yang sudah melakukan penawaran umum sebelum tahun 2000, tidak ada kewajiban bagi mereka untuk konversi sahamnya ke tanpa warkat dan mendaftarkannya di KSEI

IV.3. Perkembangan Data Kepemilikan Efek Pemodal Asing Perkembangan jumlah pemodal (dengan menggunakan proxy jumlah rekening yang tercatat di KSEI), baik asing maupun lokal mulai tahun 2002 sampai dengan 2008 digambarkan dalam Grafik 4 berikut. Terlihat dari sisi jumlah, pemodal lokal selalu lebih dominan dibandingkan pemodal asing. Pada akhir semester pertama 2008,

- 37 -

pemodal asing hanya tercatat memiliki 4.639 rekening efek berbentuk ekuitas (4,19% dari total 110.715 rekening) di KSEI. Jumlah tersebut jauh lebih banyak dibandingkan pada periode yang sama tahun 2002, dimana pemodal asing hanya memiliki 2.019 rekening (9,17% dari total 22.205 rekening). Walaupun demikian, jumlah pemodal asing setiap semesternya terus bertambah, dengan rata-rata peningkatan sebesar 7,29% per tahun. Peningkatan terbesar terjadi pada semester kedua 2002 dan semester pertama 2003, dengan masing-masing meningkat sebesar 15,70% dan 16,22%. Sedangkan peningkatan terkecil terjadi pada semester pertama 2005 yang hanya mencapai 1,42%.

1 20,000

1 00,000

80,000

Jumlah Account

60,000

40,000

20,000

0 2002S1 2002S2 2003S1 2003S2 2004S1 2004S2 2005S1 2005S2 2006S1 2006S2 2007S1 2007S2 2008S1

Lokal

Asing

Grafik 4. Perkembangan Jumlah Rekening Pemodal Asing dan Lokal

- 38 -

950

850

750

650

Volumer Saham (miliar lembar)

550

450

350

250

1 50

50

2002S1 -50

2002S2

2003S1

2003S2

2004S1

2004S2

2005S1

2005S2

2006S1

2006S2

2007S1

2007S2

2008S1

Lokal

Asing

Grafik 5. Perkembangan Volume Kepemilikan Saham oleh Pemodal Asing dan Lokal

Dari

sisi

volume

kepemilikan

saham,

Grafik

5

mengilustrasikan

perkembangannya. Terlihat bahwa baik pemodal lokal dan asing terus meningkatkan jumlah kepemilikan sahamnya, dengan perbandingan komposisi yang relatif lebih berimbang dibandingkan dari sisi jumlah rekening. Pada akhir Juni 2008, pemodal asing tercatat memiliki 496,93 miliar lembar saham (54,34% dari total 914,49 miliar lembar), sedikit lebih tinggi dibandingkan kepemilikan lokal yang mencapai 417,56 miliar lembar saham (45,66%). Jumlah ini relatif meningkat sangat pesat jika dibandingkan tahun 2002, dengan peningkatan sebesar 337,77% dari posisi semula 113,51 lembar miliar saham (hanya 27,16% dari total 417,96 miliar lembar).

- 39 -

1 ,200

1 ,000

800

Nilai Saham (Rp triliun)

600

400

200

0 2002S1 2002S2 2003S1 2003S2 2004S1 2004S2 2005S1 2005S2 2006S1 2006S2 2007S1 2007S2 2008S1

Lokal

Asing

Grafik 6. Perkembangan Nilai Kepemilikan Saham oleh Pemodal Asing dan Lokal

Sementara itu, Grafik 6 menggambarkan dominasi pemodal asing dari sisi nilai kepemilikan saham. Pada akhir Juni 2008, kepemilikan saham pemodal asing senilai Rp 706,75 triliun, atau sekitar 63,82% dari total Rp 1,107,32 triliun aset saham yang tercatat di KSEI. Sejak 2002, nilai kepemilikan asing tertinggi dicapai pada akhir 2007 yang mencapai Rp 790,39 triliun. Tingginya nilai kepemilikan asing ini sejalan dengan peningkatan nilai saham secara keselurahan di BEI pada saat itu. Hal ini juga terlihat dari penurunan nilai kepemilikan asing pada tahun 2008 yang lebih mencerminkan penurunan harga saham yang dimiliki dibandingkan karena berkurangnya minat asing kepada saham-saham emiten Indonesia. Membandingkan Grafik 4, Grafik 5 dan Grafik 6 dapat disimpulkan bahwa walaupun pemodal asing secara kuantitas lebih sedikit dibandingkan dengan pemodal lokal dan relatif berimbang dalam hal volume kepemilikan, namun dari sisi nilai kepemilikan asing jauh lebih tinggi dibandingkan pemodal lokal. Hal ini menunjukkan bahwa pemodal asing lebih banyak memiliki saham-saham dengan

- 40 -

harga yang lebih tinggi, dibandingkan pemodal lokal yang lebih banyak berinvestasi di saham-saham dengan harga yang lebih rendah. Sementara itu, detail kepemilikan pemodal baik asing dan lokal berdasarkan profil jenis pemodalnya digambarkan dalam Grafik 7 dan Grafik 8 untuk volume kepemilikan, serta Grafik 9 dan Grafik 10 untuk nilai kepemilikan. Jenis pemodal lokal yang tercatat memiliki saham ada sembilan, yaitu Perorangan, Asuransi, Dana Pensiun, Lembaga Keuangan termasuk Bank, Perusahaan Efek, Reksa Dana, Perusahaan umum, Yayasan, dan Lainnya. Untuk pemodal asing hanya ada tujuh jenis pemodal, dimana dua lainnya yaitu Yayasan dan Dana Pensiun asing tercatat tidak memiliki saham di pasar modal Indonesia. Karakteristik menarik dari Grafik 7 dan Grafik 8 adalah kepemilikan saham oleh asing di Indonesia sangat didominasi oleh jenis pemodal lembaga, atau dengan meminjam istilah Jianxin Wang, institutionalized, khususnya oleh lembaga keuangan. Hal ini berbeda dengan pemodal lokal dimana kepemilikan saham yang lebih didominasi oleh Perorangan dan pemodal lembaga bukan keuangan yaitu Perusahaan umum. Karakteristik pemodal lokal dan asing ini juga sama tercermin jika menggunakan pendekatan nilai kepemilikan (lihat Grafik 9 dan Grafik 10).

- 41 -

450,000

400,000

350,000

300,000

Volume Saham (juta lembar)

250,000

200,000

1 50,000

1 00,000

50,000

-

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

CP - Corporate ID - Individual OT - Others

FD - Fondation IS - Insurance PF - Pension Fund

IB - Financial Institution MF - Mutual Fund SC - Securities Company

Grafik 7. Perkembangan Volume Kepemilikan Saham berdasarkan Jenis Pemodal Lokal

500,000

450,000

400,000

350,000

Volume Saham (juta lembar)

300,000

250,000

200,000

1 50,000

1 00,000

50,000

-

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

CP - Corporate MF - Mutual Fund

IB - Financial Institution OT - Others

ID - Individual SC - Securities Company

IS - Insurance

Grafik 8. Perkembangan Volume Kepemilikan Saham berdasarkan Jenis Pemodal Asing

Grafik 8 menunjukkan bahwa per Juni 2008, jenis pemodal asing yang dominan dari sisi jumlah saham yang dimiliki adalah Lainnya dan Lembaga

- 42 -

Keuangan. Dari total 496,93 miliar lembar saham yang dimiliki pemodal asing, pemodal Lainnya menguasai sekitar 57,89% diantara, sedangkan Lembaga Keuangan asing menguasi 27,49%. Sementara itu, Perusahaan umum dan Perusahaan Efek asing masing-masing menguasi sekitar 51,60 miliar lembar (10,38%) dan 17,99 miliar lembar (3,62%). Tiga pemodal asing lainnya relatif sangat sedikit memiliki saham perusahaan Indonesia yaitu di bawah 1%. Khusus Asuransi asing tercatat mereka hanya masuk berinvestasi di Indonesia hanya pada tahun 2004-2006, itupun dengan volume kepemilikan yang relatif sangat kecil, yaitu masing-masing berjumlah 0,56 juta lembar, 0,44 juta lembar, dan 45,92 juta lembar saham.

420,000

370,000

320,000

270,000

Nilai Saham (Rp miliar)

220,000

1 70,000

1 20,000

70,000

20,000

2002(30,000)

2003

2004

2005

2006

2007

2008

CP - Corporate ID - Individual OT - Others

FD - Fondation IS - Insurance PF - Pension Fund

IB - Financial Institution MF - Mutual Fund SC - Securities Company

Grafik 9. Perkembangan Nilai Kepemilikan Saham berdasarkan Jenis Pemodal Lokal

Grafik 10 menunjukkan bahwa per Juni 2008, jenis pemodal asing yang dominan dari sisi nilai saham yang dimiliki adalah Lainnya dan Lembaga Keuangan, dengan masing-masing menguasi Rp 334,71 triliun (47,36%) dan Rp 277,50 triliun (39,27%) dari total kepemilikan asing sebesar Rp 706,75 triliun. Pemodal Lainnya ini

- 43 -

cukup menarik karena merekalah satu-satunya jenis pemodal asing yang secara konsisten memiliki nilai saham yang terus meningkatkan dibandingkan pemodal asing lainnya, termasuk pada semester pertama 2008 disaat harga saham umumnya turun. Dibandingkan posisi akhir tahun 2007, nilai kepemilikan saham oleh pemodal asing Lainnya ini meningkat sebesar 79,41% pada akhir Juni 2008. Hal ini berbeda dengan penurunan nilai kepemilikan asing yang mencapai 10,58% pada periode yang sama.800,000

700,000

600,000

500,000

Nilai Saham (Rp miliar)

400,000

300,000

200,000

1 00,000

-

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

CP - Corporate OT - Others

ID - Individual SC - Securities Company

IS - Insurance IB - Financial Institution

MF - Mutual Fund

Grafik 10. Perkembangan Nilai Kepemilikan Saham berdasarkan Jenis Pemodal Asing

IV.4. Pemodal Asing Lembaga Pertanyaan menarik lanjutan adalah siapa sebenarnya pemodal asing tersebut? Tabel 4 dan Tabel 5 serta Lampiran 2 menyajikan 10 pemodal asing terbesar masingmasing untuk jenis pemodal Lainnya, Lembaga Keuangan, Perusahaan umum, Reksa Dana dan Perusahaan Efek.

- 44 -

Untuk jenis pemodal Lainnya (Tabel 4), pemodal asing yang tercatat memiliki persentase kepemilikan saham terbesar (nisbah antara jumlah saham yang dimiliki terhadap jumlah saham yang dikeluarkan) adalah perusahaan Proentreprise Holding Ltd yang berasal dari Mauritius yang menguasai 100% saham kelas A Tunas Alfian. Menurut Catatan Atas Laporan Keuangan PT Tunas Alfin Tbk yang belum diaudit per 31 Maret 2008 secara umum Proentreprise Holding Ltd memiliki 99,75% dari jumlah disetor dimana sisanya adalah saham kelas B yang dimiliki oleh karyawan dimana disebutkan bahwa saham kelas B tidak memiliki hak suara dalam RUPS. Selanjutnya, pemodal asing kedua terbesar adalah Blue Sphere Singapore Pte Ltd dari Singapura yang menguasai 92,66% saham Darya-Varia Laboratoria.

Tabel 4. Sepuluh Pemodal Asing Lainnya (Others) Terbesar berdasarkan Persentase Nilai Kepemilikan No Nama Pemodal Emiten % Asal Negara Kepemilikan 1 Proentreprise Holding Ltd TUNAS ALFIN Tbk KELAS 100,00 MAURITIUS A 2 BLUE SPHERE SINGAPORE DARYA - VARIA 92,66 SINGAPORE PTE LTD LABORATORIA Tbk 3 WATER PARTNERS ADES WATERS 91,94 INSTITUTION BOTTLING S.A INDONESIA Tbk FOREIGN 4 Pinnacle Company Limited TOBA PULP LESTARI Tbk 90,84 INSTITUTION FOREIGN 5 INDO SETUBARA LIMITED CIPENDAWA 85,00 INSTITUTION AGROINDUSTRI Tbk FOREIGN 6 ASSETIA CAPITAL WICAKSANA OVERSEAS 78,10 INSTITUTION MANAGEMEN LTD INTERNATIONAL Tbk FOREIGN 7 Dragon Amity Ltd MALINDO FEEDMILL Tbk 76,60 SEYCHELLES 8 ZT Holding Pte.Ltd SURABAYA AGUNG 76,28 INSTITUTION INDUSTRI PULP DAN FOREIGN KERTAS Tbk 9 CITIBANK SINGAPORE A/C INDOMOBIL SUKSES 72,63 INSTITUTION CBSG-ING SIN-PT CSDP INTERNASIONAL Tbk FOREIGN 10 TPG Nusantara S a.r.l BANK TABUNGAN 71,61 INSTITUTION PENSIUNAN NASIONAL FOREIGN Tbk

- 45 -

Yang menarik dari Tabel 4 adalah tercatatnya perusahaan Dragon Amity Ltd yag menguasai 76,28% saham PT Malindo Feedmill Tbk dimana menurut catatan KSEI perusahaan tersebut berasal dari Republik Seychelles, yang merupakan sebuah negara kepulauan di tengah Samudra Hindia.Tabel 5. Sepuluh Pemodal Asing Lembaga Keuangan (Financial Institutions) Terbesar berdasarkan Persentase Nilai Kepemilikan No Nama Pemodal Emiten % Asal Negara Kepemilikan 1 SANTUBONG BANK LIPPO Tbk 87,03 NETHERLAND INVESTMENTS B.V. 2 Tradesound Investments CAHAYA KALBAR Tbk 87,02 INSTITUTION Limited FOREIGN 3 HOLDERFIN B.V. HOLCIM INDONESIA 77,33 INSTITUTION Tbk FOREIGN 4 Deutsche Bank AG (Private PIONEERINDO 59,40 GERMAN Banking) Singapore A/C. GOURMET 214601-4000 INTERNATIONAL Tbk 5 HSBC-FUND SERVICES A/C POLYSINDO EKA 59,05 HONGKONG DAMIANO INVESTMENTS PERKASA Tbk B.V. 6 OCBC OVERSEAS BANK NISP Tbk 58,47 SINGAPORE INVESTMENTS PTE. LTD 7 Credit Suisse, Singapore Branch MITRA ADIPERKASA 51,59 INSTITUTION S/A PT Satya Mulia Gema Tbk FOREIGN Gemilang 8 CANTALOUPE ASSETS LIMAS CENTRIC 45,38 BRITISH LIMITED INDONESIA Tbk VIRGIN ISLAND 9 RBS COUTTS BANK LTD ASURANSI BINA DANA 37,58 SWITZERLAND SINGAPORE ARTA Tbk 10 HSBC-FUND SERVICES TIGA PILAR 36,74 INSTITUTION CLIENTS A/C 500 SEJAHTERA FOOD Tbk FOREIGN

Untuk jenis pemodal Lembaga Keuangan (Tabel 5), pemodal asing yang tercatat memiliki persentase kepemilikan saham terbesar adalah perusahaan Santubong Investments B.V., yang berasal dari Belanda, yang menguasai 87,03% saham Bank Lippo. Menurut informasi dari situs Bank Lippo, Santubong Investments ini merupakan anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Khazanah Nasional

- 46 -

Berhad sebuah perusahaan investasi yang berkedudukan di Malaysia. Selanjutnya, pemodal asing kedua terbesar adalah Tradesound Investments Limited yang asal negaranya digolongkan oleh KSEI sebagai Institution-Foreign yang menguasai 87,02% saham Cahaya Kalbar. Menurut informasi di media,20 Tradesound Investments Limited adalah perusahaan investasi yang berkedudukan di British Virgin Islands, dan merupakan anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Wilmar International Ltd, sebuah perusahaan perkebunan asal Singapura. Sementara itu, untuk jenis pemodal Perusahaan Umum, Reksa Dana dan Perusahaan Efek, pemodal asing terbesar masing-masing adalah 1. MoMa Foods Pte Ltd yang yang asal negaranya digolongkan oleh KSEI sebagai Institution-Foreign yang menguasai 97,89% saham Multi Agro Persada; Menurut informasi dari media,21 perusahaan ini berasal dari Singapura. 2. SJ Asset Management Sdn. Bhd yang yang asal negaranya digolongkan oleh KSEI sebagai Institution-Foreign yang menguasai 5,88% saham Panorama Transportasi; Menurut informasi dari situs perusahaan,22 SJ Asset Management merupakan perusahaan pengelolaan dana (fund management company) dari Malaysia yang telah mendapatkan ijin dari Securities Commission of Malaysia. 3. DBS VICKERS (HONG KONG) LIMITED A/C CLIENTS yang yang asal negaranya digolongkan oleh KSEI sebagai Institution-Foreign yang menguasai 11,64% saham Duta Pertiwi Nusantara. Menurut informasi dari situs perusahaan,23 DBS Vickers merupakan perusahaan perantara pedagang efek

20 21

http://www.indovestor.com/articles/752/1/Wilmar-Merajai-Cahaya-Kalbar/Page1.html http://www.sinarharapan.co.id/berita/0709/17/uang09.html 22 http://www.sjam-iassist.com/home.asp 23 http://www.dbsvickers.com/hk/

- 47 -

(brokerage services) yang merupakan anak perusahaan dari DBS Bank yang berkedudukan di Hong Kong.

IV.5. Asal Negara Pemodal Asing Dari sisi asal negara pemodal asing, tercatat selama periode 2002-2008 ada 39 negara dan empat Pemerintahan asing. Ke 39 negara tersebut adalah Australia, Austria, Belgia, Brunei Darussalam, Kanada, China, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Yordania, Kuwait, Luxembourg, Malaysia, Mauritius (termasuk Maurities Hold Min 20%), Mongolia, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Philipina, Polandia, Seychelles, Singapura, Slovakia, Korea Selatan, Spanyol, Swedia, Swiss, Suriah, Taiwan, Thailand, United Arab Emirates, Inggris, Amerka Serikat dan Uzbekistan. Sementara itu pemerintahan negara asing yang tercatat juga memiliki saham di Indonesia adalah Pemerintah Korea, Pemerintah Singapura, Pemerintah Uni Emirat Arab, dan Pemerintah Kuwait. Selain, itu KSEI juga masih belum mempunyai catatan jelas asal negara untuk beberapa kategori, yaitu (1) Individual-Foreign, (2) Institution-Foreign, (3) Institution-Foreign No Tax, dan (4) Bank Foreign. Dengan mengelompokan negara-negara yang jumlah rekeningnya kurang dari 10 buah menjadi satu dan dikelompokkan menjadi Lainnya, sebaran asal negara pemodal asing per Juni 2008 disajikan dalam Grafik 11.

- 48 -

Korea Selatan 54 1% Belanda 16 0%

Sw iss 27 1% Singapura 61 1%

Inggris 125 3%

Am erika Serikat 420 9% Australia 36 1% Lainnya 61 1%

Malaysia 37 1%

Luxem burg 116 3% Pem erintah Kuw ait 10 0% Jepang 95 2% Pem erintah Singapura 13 0% Jerm an 36 1% Canada 91 2%

Bank, Individual & Institutional 3,442 74%

Grafik 11. Sebaran Negara Asal Pemodal Asing Berdasarkan Jumlah Rekening

Per tanggal 30 Juni 2008, terlihat bahwa asal negara terbanyak pemodal asing di pasar modal Indonesia adalah Amerika Serikat dengan 420 rekening yang tercatat di KSEI atau sekitar 9,05% dari 4.640 total rekening pemodal asing. Negara selanjutnya yang cukup besar jumlah rekening pemodal asingnya adalah Inggris, Luxemberg, Jepang dan Kanada, dengan jumlah pemodal masing-masing sebanyak 125 (2,69%), 116 (2,50%), 95 (2,05%), dan 91 (1,96%). Sementara itu, klasifikasi asal negara yang belum jelas dan dikelompokan menjadi Bank Foreign, IndividualForeign dan Institution-Foreign masih mendominasi catatan KSEI dengan 3.442 rekening atau sekitar 74,18%. Hal ini menunjukkan masih perlunya peluang perbaikan pencatatan identitas pemodal asing terutama dari sisi asal negaranya. Grafik 12 dan Grafik 13 menggambarkan perkembangan volume dan nilai kepemilikan saham pemodal asing berdasarkan asal negaranya untuk periode 2002-

- 49 -

2008. Dengan memperbandingan kedua grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa pemodal yang berasal dari benua Eropa mendominasi kepemilikan saham baik itu dari sisi volume maupun nilainya, walaupun dari sisi jumlah pemodalnya lebih sedikit dibandingkan Amerika Serikat dan Kanada. Sementara itu, terlihat bahwa walaupun dari sisi volume kepemilikan pemodal Amerika Serikat dan Kanada lebih sedikit daripada pemodal dari negara-negara Asia, namun mereka lebih cenderung memiliki saham dengan harga yang lebih tinggi sehingga nilai kepemilikan sahamnya lebih tinggi dibandingkan pemodal dari negara-negara Asia.

350

300

Volume Kepemilikan (Miliar Lembar)

250

200

150

100

50

0

Jan-02

Jan-03

Jan-04

Jan-05

Jan-06

Jan-07

Apr-02

Apr-03

Apr-04

Apr-05

Apr-06

Apr-07

Jan-08

Jul-02

Jul-03

Jul-04

Jul-05

Jul-06

Oct-02

Oct-03

Oct-04

Oct-05

Oct-06

Jul-07

Oct-07

Australia-NZ

Asia

Eropa

US + Canada

Timur Tengah

Bank, Individual + Institutional

Grafik 12. Perkembangan Volume Kepemilikan Pemodal Asing Berdasarkan Asal Negara

- 50 -

Apr-08

400

350

300

Nilai Kepemilikan (Rp Triliun)

250

200

150

100

50

10/2/2002 10/2/2003 10/2/2004 10/2/2005 10/2/2006 10/2/2007 1/2/2002 4/2/2002 7/2/2002 1/2/2003 4/2/2003 7/2/2003 1/2/2004 4/2/2004 7/2/2004 1/2/2005 4/2/2005 7/2/2005 1/2/2006 4/2/2006 7/2/2006 1/2/2007 4/2/2007 7/2/2007 1/2/2008 4/2/2008

Australia+NZ

Asia

Eropa

US+Canada

Timur Tengah

Bank, Individual + Institutional

Grafik 13. Perkembangan Nilai Kepemilikan Pemodal Asing Berdasarkan Asal Negara

IV.6. Usulan Penyempurnaan Pengklasifikasian Pemodal Asing di Sistem CBEST KSEI Dari beberapa data di atas, terdapat beberapa hal dari proses pencatatan di sistem C-BEST yang perlu disempurnakan lebih lanjut, diantaranya adalah: 1. Pengklasifikasian jenis pemodal; Saat ini pemodal Others masih mendominasi dimana secara teoritis persentase Others seharusnya yang paling kecil. Jika selama ini, kategori jenis pemodal dibuat oleh KSEI, mungkin perlu dipertimbangkan KSEI untuk mengakomodir jenis pemodal yang telah dibuat oleh anggota bursa dan bank kustodian yang menjadi pemegang rekening di KSEI. Selain itu, tampaknya pemodal asing yang dikategorikan Others dapat dikategorikan ke Perusahaan umum sebagaimana terlihat pada Lampiran 2 Panel A.

- 51 -

2.

Penyempurnaan asal negara; Untuk asal negara masih ada kategori lain yaitu Individual-Foreign, InstitutionForeign, Institution-Foreign No Tax, dan Bank Foreign. Penelusuran melalui Internet memungkinkan didapatkan asal negara pemodal asing tersebut. Diperlukan penyempurnaan format isian sehingga identifikasi asal negara pemodal asing dapat dilakukan secara tepat.

3.

Perlu re-konsolidasi data antara KSEI dengan BAE; Ditemukan beberapa data yang berbeda antara KSEI dan BAE seperti dalam cacatan kaki nomor 16, sehingga re-konsolidasi data diharapkan memperbaiki kevalidan data. Selain itu, posisi kepemilikan saham tanpa warkat di sistem KSEI masih belum memotret data kepemilikan dengan warkat di BAE sehingga gambaran kepemilikan asing yang disampaikan oleh KSEI melalui e-reporting kepada Bapepam-LK masih belum menyeluruh. Perlu dikaji mekanisme penyempurnaan pelaporan sehingga data KSEI juga mencakup data BAE.

IV.7. Peran Pemodal Asing dalam Manajemen Perusahaan (Emiten) Peran pemodal Asing pada dasarnya dapat dikelompokkan dari tujuan awal pada saat mereka masuk ke dalam suatu perusahaan dan menginvestasikan dananya. Sebagian pemodal asing tersebut ingin turut memiliki serta ikut mengendalikan perusahaan, dan sebagiannya lagi hanya ingin mendapatkan keuntungan baik dalam bentuk dividen maupun dalam bentuk capital gain di pasar sekunder. Dalam ilmu akuntansi pelaporan kepemilikan saham dibagi menjadi 3 macam. Pertama, jika kepemilikan saham kurang dari 20% maka dalam laporan keuangannya pemegang saham menggunakan sistem cost method, karena dianggap sebagai

- 52 -

investasi murni dan dinilai berdasarkan nilai pasar wajar. Kedua, jika nilai kepemilikan berada pada nilai 20-50% maka menggunakan perhitungan equity method, dengan dasar bahwa dengan kepemilikan sebesar nilai tersebut telah dapat mengendalikan perusahaan dan seharusnya tujuan investasinya telah berbeda dengan kepemilikan yang di bawah 20%. Ketiga, kepemilikan lebih dari 50% seharusnya menggunakan sistem consolidated financial statement, dengan dasar pemikiran jika pemodal merupakan mayoritas maka dia memiliki kemampuan penuh dalam mengendalikan perusahaan. Hasil survei kami menunjukkan hasil yang cukup menarik dan sedikit bertentangan dengan teori akuntansi yang ada. Pemodal asing yang terdapat dalam daftar kepemilikan di perusahaan terbuka ternyata memiliki kepentingan yang berbeda-beda dan jumlah kepemilikan tidak menjadikan pemodal asing secara otomatis memiliki interest yang sama seperti pada teori akuntansi yang berlaku umum. Jumlah kepemilikan pemodal asing tidak menjadi jaminan bahwa pemegang saham akan mengendalikan atau ikut dalam manajemen perusahaan. Hal ini dapat tergantung dari dari pemegang saham lama ataupun pemegang saham asingnya. Sebagai contoh pada PT Ultrajaya Tbk, kepemilikan UBS Equitas Singapore pada perusahaan tersebut mencapai 21,40%, tetapi sejak awal kepemilikannya PT Prawirawidjaja sebagai pendiri telah menyatakan bahwa kepemilikan yang sebesar itu tidak dapat ikut dalam manajemen perusahaan, dan jika ingin turut mengambil kebijakan dalam perusahaan maka dipersilahkan menjual sahamnya. Hal tersebut tidak menjadi masalah bagi UBS Equitas karena memang mereka merupakan perusahaan investasi dan mereka hanya peduli tentang pergerakan saham di lanta bursa. Hal ini dapat dimengerti karena UBS Equitas sangat yakin atas performa

- 53 -

perusahaan yang terus berkembang. Hal yang sama juga terjadi pada PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk24, dimana kebijakan internal perusahaan membatasi kepemilikan asing, namun tidak ada mekanisme yang jelas bagaimana perusahaan melakukannya jika asing melakukannya melalui pembelian saham masyarakat di pasar saham. Juga terdapat pemodal asing yang menguasai perusahaan terbuka untuk mendapatkan eksklusivitas penjualan dari produk yang dihasilkan. Pada umumnya dengan kepemilikan diatas 20% di perusahaan terbuka di Indonesia pemodal asing dalam manajemen hanya sebatas memiliki wakil komisaris sebagai pengawas perusahaan tetapi tidak memiliki perwakilan direktur dalam menjalankan perusahaan sehari-hari. Untuk kasus PT Telkom, peran pemodal asing dalam tata kelola perusahaan cukup besar dimana hal ini dibukti dari adanya beberapa surat teguran yang diterima oleh perseroan terkait dengan minimnya informasi terkait dengan agenda RUPS yang membahas tentang pengangkatan atau pemberhentian direksi. Selain itu, dengan dual listing yang dilakukannya di NYSE, membawa manfaat lain yaitu memberikan likuiditas perdagangan dimana 30% drai volume perdagangan saham Telkom terjadi NYSE walaupun hanya 7,7% sahamnya yang diperdagangkan di sana. Secara umum peran pemodal asng dalam perusahaan di Indonesia adalah : 1. 2. 3. Sebagai pendiri; Inves