15
SAKSI DALAM PERKAWINAN OLEH FAKHRUDDIN KUSMAN

Saksi nikah

Embed Size (px)

Citation preview

SAKSI DALAM PERKAWINAN

OLEHFAKHRUDDIN KUSMAN

PerkawinanDalam melaksanakan perkawinan harus memenuhi ketentuan rukun dan syarat perkawinanTidak terpenuhinya ketentuan rukun dan syarat perkawinan mengakibatkan tidak sahnya suatu perkawinanDasar hukum yang digunakan adalah syari’ah, UU Perkawinan, dan KHI

Rukun dan Syarat Perkawinan

Rukun ialah unsur pokok (tiang) Syarat merupakan unsur pelengkap dalam setiap

perbuatan hukum.Rukun nikah merupakan bagian dari hakekat

perkawinan, artinya bila salah satu rukun nikah tidak terpenuhi maka tidak terjadi suatu perkawinan.

Menurut hukum Islam rukun dan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu perkawinan dinyatakan SAH.

Rukun PerkawinanPasal 14 Kompilasi Hukum Islam (KHI):

Calon suami dan isteriWaliSAKSIIjab Qabul

Syarat PerkawinanMenurut hukum Islam rukun dan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu perkawinan dinyatakan SAH.Syarat Perkawinan terdiri dari dua bagian yaitu Syarat Umum dan Syarat Khusus.Syarat Umum

Perkawinan tidak boleh bertentangan dengan larangan perkawinan dalam al-Qur’an yang termuat dalam Q.S. al-Baqarah (2) : 221 tentang larangan perkawinan karena perbedaan agama, Q.S. an-Nisaa (4) : 22, 23, 24 tentang larangan perkawinan karena hubungan darah, semenda dan saudara sesusuan.

1. Pengertian Saksi dalam Akad Nikah

Saksi nikah adalah orang yang menyaksikan secara langsung akad pernikahan, yang berfungsi memberitahukan kepada masyarakat luas perihal pernikahan tersebut agar tidak timbul kesalahpahaman. Masalah saksi pernikahan dalam al-Qur’an tidak tertera secara eksplisit, namun saksi untuk masalah lain seperti dalam masalah pidana muamalah atau masalah cerai atau rujuk sangat jelas diutarakan.

2. Kedudukan SaksiKHI menyatakan dalam pasal 24 ayat 1, saksi dalam

perkawinan merupakan rukun pelaksanaan akad nikah.Imam Abu Hanifah, Imam Syafii, dan Imam Malik

bersepakat bahwa saksi termasuk syarat dari beberapa syarat sahnya nikah. Jumhur ulama berpendapat bahwa pernikahan tidak dilakukan kecuali dengan jelas dalam pengucapan ijab dan qabul, dan tidak boleh dilaksanakan kecuali dengan saksi-saksi hadir langsung dalam pernikahan agar mengumumkan atau memberitahukan kepada orang-orang.

Dalam KHI pasal 26, saksi harus hadir dan menyaksikan secara langsung akad nikah serta menandatangani Akta Nikah pada waktu dan di tempat akad nikah dilangsungkan.

3. Syarat – syarat SaksiHadis riwayat Ahmad

ل د ع ي د ه شا و ي ل و ب ل إ ح كا ن ل“Tidak sah nikah kecuali dengan wali dan dua saksi yang adil”

Syarat-syarat menjadi saksi (Psl 25 KHI)Laki-lakiMuslimAdilMerdekaAqil BalighTidak terganggu ingatanTidak menjadi waliDapat melihat, bicara dan mendengar serta paham/mengerti maksud akad tersebut.Tidak dipaksaHadir dalam majelis dan menyaksikan ijab qabul secara langsung

Dua saksi laki-laki (Pasal 25 KHI). Apabila tidak ada laki-laki maka seorang laki-laki digantikan dengan dua orang perempuan untuk menjadi saksi.

لى ع ن كا ما و د ش مر لي و و ل د ع ي د شاه ب ل إ ح كا ن لل ط با و ه ف ك ل ذ ر ي غ

“Tidak sah sebuah pernikahan itu kecuali dengan dua orang saksi yang adil dan wali juga mursyid (jujur), pernikahan yang tidak memenuhi hal itu maka batal.”Wali dan saksi bertanggungjawab atas sahnya sebuah akad perkawinan, oleh karena itu tidak semua orang dapat diterima menjadi wali atau saksi, ia harus memenuhi syarat tertentu.

4. Perbedaan Pendapat Para Ulama

Para ulama berbeda pendapat mengenai syarat-syarat dua orang saksi, dari kalangan jumhur seperti syafi’iyah dan hanabilah mensyaratkan dalam kesaksian adalah dua orang laki-laki, berdasarkan hadis Nabi saw, yang artinya: tidak diperbolehkan kesaksian seorang wanita dalam hukuman, pernikahan dan perceraian.

Tetapi Hanafiyah tidak mensyaratkan hal itu, dan berpendapat bahwa saksi adalah dua orang laki-laki, atau dengan satu orang laki-laki dan dua orang wanita, berdasarkan surat al Baqarah ayat 282:

ن ي ل رج ا ون ك يييي مي لييي ني إ فييي مي ك ل ا ريييج ني مييي ني ي د ي ه ش وا د ه ش تييي سي وا.   ء دا ه ش ال ن م ن و ض ر ت ن م م ن ا أت ر م وا ل ج ر 282البقرة ف

Artinya: “Persaksian dengan dua orang saksi dari kaum lelaki di antaramu, jika tidak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai.”

Kemudian Imam Hanafi berpendapat bahwa jika pernikahan dihadiri oleh dua saksi yang fasik tidak apa-apa karena maksud saksi di sini adalah untuk pengumuman. Namun Imam Syafi’i mempunyai pendapat bahwa saksi mengandung dua arti, yaitu pengumuman dan penerimaan, jadi disyaratkan saksi yang adil.

Hikmah Adanya Saksi Dalam Pernikahan

Perkawinan adalah merupakan salah satu bentuk perjanjian yang dibuat oleh manusia, walaupun begitu akad nikah bukanlah suatu perjanjian kebendaan bukan pula dimaksudkan untuk kebendaan. Saksi mempunyai arti penting yaitu sebagai alat bukti apabila ada pihak ketiga yang meragukan perkawinan tersebut. Juga mencegah pengingkaran oleh salah satu pihak. Bahkan dalam pengertian akad nikah, keberadaan saksi juga disebutkan bahwa akad nikah adalah rangkaian ijab yang diucapkan oleh wali dan kabul yang diucapkan oleh mempelai pria dan wakilnya disaksikan oleh dua orang saksi.Saksi nikah selain merupakan rukun nikah juda dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan yang bakal terjadi dikemudian hari, apabila salah satu suami atau istri rerlibat perselisihan dan diajukan perkaranya ke pengadilan, saksi yang menyaksikan dapat memberi keterangan sehubungan dengan pemeriksaan perkaranya. Sehingga selain saksi harus hadir dan menyaksikan sendiri secara langsung ijab qabul tersebut, ia juga dimintai tandatangannya dalam akta nikah pada waktu dan di tempat ijab qabul tersebut diselenggarakan.

Fungsi lain kehadiran sakdi dalam akad nikah menurut abu hanifah adalah informasi (I’lan) telah dilangsungkannya sebuah akad nikah. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan abu dawud “Umumkan akad nikah kalian dan tabuhlah rebana (HR Abu Dawud).Adapun perlunya saksi dalam pernikahan antara lain dengan alasan sebagi berikut:

1. Untuk memelihara kehormatan hubungan suami istri dari tuduhan kecurigaan pihak yang berwajib dan masyarakat.

2. Untuk memperkuat ikatan pernikahan dan keturunannya.

Terima KasihWassalam