25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. TINJAUAN UMUM BAKTERI Bakteri merupakan mikroba prokariotik uniselular yang berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel. Bakteri tidak berklorofil kecuali beberapa yang bersifat fotosintetik. Bakteri ada yang dapat hidup bebas, parasit, saprofit, patogen pada manusia, hewan dan tumbuhan. Bakteri tersebar luas di alam, dalam tanah, atmosfer (sampai + 10 km diatas bumi), di dalam lumpur, dan di laut. Bakteri mempunyai bentuk bulat, batang, dan lengkung, namun bentuk bakteri juga dapat dipengaruhi oleh umur. Bakteri dapat mengalami perubahan bentuk yang disebabkan faktor makanan, suhu, dan lingkungan, juga dapat mengalami pleomorfi, yaitu bentuk yang bermacam-macam dan teratur walaupun ditumbuhkan pada syarat pertumbuhan yang sesuai. Umumnya bakteri berukuran 0,5-10 μ. Bakteri diklasifikasikan berdasarkan deskripsi sifat morfologi dan fisiologi. Bakteri dibagi menjadi 1 kelompok (grup), dengan Cyanobacteria pada grup 20. Pembagian ini berdasarkan bentuk, sifat gram, kebutuhan oksigen, dan apabila tidak dapat dibedakan menurut ketiganya maka dimasukkan ke dalam kelompok khusus. (Nophi, 2013)

Salmonella

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. Enteritidis. S.typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan / intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi. Patogenitas Salmonella bersifat invasif yakni menyerang bagian epithelium dari ileum. Salmonella menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare berair. Bila selaput lendir menjadi rusak, diare yang terjadi disertai darah. Ada 2000 serotipe Salmonella dan 6-10 di antaranya diketahui menimbulkan gastroenteritis. Diare yang ditimbulkan biasanya disertai dengan gejala-gejala mual, demam dan nyeri perut. Di samping menyebabkan diare berair, Salmonella juga menyebabkan mencret (exudative diarrhoea) yang ditandai oleh hadirnya leukosit di dalam feses. Di beberapa negara telah ditemukan strain Salmonella yang resisten terhadap ampisilin, khloramfenikol, dan sulfametoxazol-trimet (Anonim, 2007). Penyakit – penyakit yang disebabkan oleh Salmonella secara umum dikenal dengan Salmonellosis. Secara klinik ada 3 bentuk Salmonellosi. Secara klinik ada 3 bentuk Salmonellosis yang bias timbul pada manusia yaitu:

Citation preview

Page 1: Salmonella

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN UMUM BAKTERI

Bakteri merupakan mikroba prokariotik uniselular yang berkembang biak secara aseksual

dengan pembelahan sel. Bakteri tidak berklorofil kecuali beberapa yang bersifat fotosintetik.

Bakteri ada yang dapat hidup bebas, parasit, saprofit, patogen pada manusia, hewan dan

tumbuhan. Bakteri tersebar luas di alam, dalam tanah, atmosfer (sampai + 10 km diatas bumi), di

dalam lumpur, dan di laut. Bakteri mempunyai bentuk bulat, batang, dan lengkung, namun

bentuk bakteri juga dapat dipengaruhi oleh umur. Bakteri dapat mengalami perubahan bentuk

yang disebabkan faktor makanan, suhu, dan lingkungan, juga dapat mengalami pleomorfi, yaitu

bentuk yang bermacam-macam dan teratur walaupun ditumbuhkan pada syarat pertumbuhan

yang sesuai.

Umumnya bakteri berukuran 0,5-10 μ. Bakteri diklasifikasikan berdasarkan deskripsi

sifat morfologi dan fisiologi. Bakteri dibagi menjadi 1 kelompok (grup), dengan Cyanobacteria

pada grup 20. Pembagian ini berdasarkan bentuk, sifat gram, kebutuhan oksigen, dan apabila

tidak dapat dibedakan menurut ketiganya maka dimasukkan ke dalam kelompok khusus.

(Nophi, 2013)

II. TINJAUAN BAKTERI Salmonella

Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan

(foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ

pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang

yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam

setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam,

sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi,

S. typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever),

karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh

Page 2: Salmonella

keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan

kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain.

Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta

orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun.

Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan

makanan yang dikonsumsi.

Klasifikasi ilmiah

II.1 Morfologi dan Fisiologis Salmonella

1. Bentuk batang,

2. Gram negatif fakultatif aerob

3. Bergerak dengan flagel peritrich,

4. Mudah tumbuh pada perbenihan biasa dan tumbuh baik pada perbenihan yang

mengandung empedu.

5. Sebagian besar salmonella bersifat patogen pada binatang dan merupakan sumber

infeksi pada manusia. Binatang-binatang itu antara lain tikus, unggas, ternak, anjing

dan kucing.

6. Di alam bebes salmonella dapat tahan hidup lama dalam air, tanah atau bahan

makanan.

7. Dalam feces di luar tubuh manusia tahan hidup 1 - 2 bulan.

8. Dalam air susu dapat berkembang biak da hidup lebih lama sehingga sering

merupakan batu loncatan untuk penularan penyakit lainya.

Kerajaan : Bakteria

Filum : Proteobakteria

Kelas : Gamma Proteobakteria

Ordo : Enterobakteriales

Famili : Enterobakteriakceae

Genus : Salmonella

Page 3: Salmonella

            Salmonella tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15 - 41o C (suhu

pertumbuhan optimum 37o C) dan pH pertumbuhan 6 - 8. Pada umumnya isolat kuman

Salmonella dikenal dengan sifat-sifat, gerak positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan

sorbitol positif dan memberikan hasil negatif pada reaksi indol, laktosa, Voges Praskauer dan

Sebagian besar isolat Salmonella yang berasal dari bahan klinik menghasilkan H2S. Samonella

thypi hanya membentuk sedikit H2S dan tidak membentuk gas pada fermentase glukosa. Pada

agar SS,Endo, EMB dan MacConkey koloni kuman berbentuk bulat, kecil dan tidak berwana,

pada agar Wilson Blair koloni kuman berwarna hitam berkilat logam akibat pembentukan H2S.

II.2 Struktur Antigen

            Seperti Enterobacteriaceae lain, salmonella memiliki beberapa antigen O (dari

keseluruhan yang berjumlah lebih dari 60) dan antigen H yang berbeda pada salah satuatau

kedua fase. Beberapa salmonella mempunyai antigen simpai (K), yang disebut Vi,yang dapat

mengganggu aglutinasi melalui antiserum O. Antigen ini dihubungkan dengan sifat invasif yang

dimilikinya. Tes aglutinasi dengan antiserum serapan untuk O dan Hyang berbeda merupakan

dasar untuk klasifikasi salmonella secara serologi.

II.3 Patogenitas dan Gambaran Klinis

            Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan

(foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ

pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang

yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam

setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam,

sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi,

S. typhimurium, dan S. Enteritidis. S.typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever),

karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh

keracunan makanan / intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan

kematian.

Page 4: Salmonella

S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi

Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang

lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi

Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang

dikonsumsi.

                 Patogenitas Salmonella bersifat invasif yakni menyerang bagian epithelium dari

ileum. Salmonella menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare berair. Bila selaput lendir

menjadi rusak, diare yang terjadi disertai darah.

                 Ada 2000 serotipe Salmonella dan 6-10 di antaranya diketahui menimbulkan

gastroenteritis. Diare yang ditimbulkan biasanya disertai dengan gejala-gejala mual, demam dan

nyeri perut. Di samping menyebabkan diare berair, Salmonella juga menyebabkan mencret

(exudative diarrhoea) yang ditandai oleh hadirnya leukosit di dalam feses. Di beberapa negara

telah ditemukan strain Salmonella yang resisten terhadap ampisilin, khloramfenikol, dan

sulfametoxazol-trimet (Anonim, 2007).

            Penyakit – penyakit yang disebabkan oleh Salmonella secara umum dikenal dengan

Salmonellosis. Secara klinik ada 3 bentuk Salmonellosi. Secara klinik ada 3 bentuk

Salmonellosis yang bias timbul pada manusia yaitu:

- Enteric fever

            Mencakup demam tifoid dan demam paratifoid. Deman tifoid atau tifus abdominalis

disebabkan oleh Salmonella typhi. Salmonella typhi tertelan bersama makanan atau

terkontaminasi dan bersarang di jaringan limfoid pada dinding usus . Aliran limfa membawa

organisme ini kedalam duktus torak kemudian kedalam darah. Sedangkan demam paratifoid

adalah penyakit yang disebabkan oleh salmonella enteristidis ( Tambayong, J, 2000).

Demam paratifoid disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B,

Salmonella paratyphi C, gejala kliniknya biasanya lebih ringan dan mempunyai masa inkubasi

lebih pendek 1 – 10 hari, demam diasa berlangsung selama 1 – 3 minggu, rose spots jarang

ditemukan.

- Septikemia

Page 5: Salmonella

Disebabkan oleh Salmonella choleraesus, infeksi terjadi melalui rute oral dan akhirnya

masuk kedalam sirkulasi darah dan berkembang biak. Salmonella tersebar luas dalam tubuh dan

cenderung menyebabkan supurasi local, abses, meningitis,pneumonia dan endokartidis terutama

pada orang – orang yang fisiknya dalam keadaan lemah, tetapi manifestasi pada saluran usus

sering tidak ada. Septikemia ini ditandai dengan demam tinggi yang turun naik, kultur darah

positif.

- Gastroenteritis/enterokolitis

Merupakan manifestasi infeksi Salmonella yang wajar, timbul sesudah makan makanan

yang tercemari bakteri penyakit Salmonella, spesies Salmonella yang lazim menyebabkan

penyakit ini adalah Salmonella typhimurium dan Salmonella enteridis, bakteri tersebut masuk

kedalam sirkulasi darah. Gejala – gejalanya timbul dalam waktu 8 – 49 jam sesudah makan

makanan yang tercemar Salmonella tersebut. Diare disertai demam berlangsung selama 1 – 4

hari. Kultur darah biasanya negative tetapi kultur tinja positif untuk Salmonella.

II.4 Epidemologi

              Di banyak negara berkembang, diare akut yang disebabkan oleh Salmonella tidak begitu

besar. Terutama di daerah urban diare pada anak-anak yang disebabkan oleh infeksi Salmonella

sekitar 10%. Transmisi kuman terjadi secara meat-borne, yaitu melalui makanan yang berasal

dari hewan seperti daging, unggas, telur, susu; tetapi dapat pula terjadi secara water-borne.

III. TINJAUAN BAHANSalmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang

disebarkan melalui makanan (foodborne diseases).

Penyebaran bakteri ini sangat erat kaitannya dengan

kondisi fisik makanan yang akan dikonsumsi oleh

manusia. Es kelapa muda merupakan salah satu bentuk

minuman ringan yang dapat langsung diminum sebagai

pelepas dahaga. Es kelapa muda terbuat dari beberapa

bahan antara lain es batu , buah kelapa , dan gula. Ada pula minuman yang di jual di pinggir

Page 6: Salmonella

jalan seperti es dawetdan es rumput laut. Pecemaran oleh bakteri dapat terjadi dari debu dari

lingkungan yang masuk dalam es kelapa muda dan kurangnya higientas dalam pembuatan

minuman es kelapa muda tersebut. Bakteri yang mungkin menjadi pencemar kelapa muda adalah

di antaranya E.coli, Salmonella sp, dan mikroorganisme yang ada di air (Nugroho, 2006)

Sanitasi makanan dan minuman adalah salah satu usaha pencegahan yang

menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman

dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan manusia. Sanitasi makanan

ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari

penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli. Untuk melakukan

sanitasi perlu memperhatikan latar belakang yang mendukung berhasilnya usaha ini, Faktor luar

maupun dalam, faktor luar antara lain terhindar dari debu dan polusi sehingga makanan dan

minuman tetap bersih, faktor dari dalam adalah air. Air yang digunakan penjual es kelapa muda

agar memenuhi syarat adalah air yang sudah di masak terlebih dahulu. Jika tidak dimasak

kemungkinan air tersebut tercemar oleh faeces yang dapat menyebabkan adanya bakteri E.coli

patogen karena bakteri tersebut merupakan parameter pencemaran air.Sedangkan faktor dari

sanitasi ini adalah kebersihan tempat dan lingkungan apabila tidak dijaga maka kemungkinan

akan terkontaminasi oleh bakteri Salomenella yang terbawa oleh angin maupun lalat.Tempat dan

lingkungan yang di perlukan yaitu bersih.

IV. PEMERIKSAAN SALMONELLA

Metode analisa merupakan proses pembuktian atau konfirmasi pengujian secara obyektif

di laboratorium yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan sesuai dengan

tujuan penggunaannya. Dalam pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang

mencakup uji fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik.

Uji mikrobiologi merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga

daya tahan simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi makanan atau

indikator keamanan makanan. Pengujian mikrobiologi diantaranya meliputi uji kuantitatif untuk

menentukan mutu dan daya tahan suatu makanan, dan uji kualitatif bakteri patogen untuk

Page 7: Salmonella

menentukan tingkat keamanannya, serta uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat

sanitasimakanan tersebut (Fardiaz, 1993).

Dalam hal ini, metode analisa yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya bakteri

Salmonella adalah metode analisa secara kualitatif yakni bertujuan untuk mengetahui ada

tidaknya suatu bakteri Salmonella dalam suatu makanan (Sugianto, 2012).

Pada pengujian identifikasi bakteri Salmonella dan Shigella metode yang digunakan

adalah metode analisa secara kualitatif. Pada metode analisa kualitatif ini memiliki tahapan –

tahapan tertentu dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya suatu mikroorganisme dalam

makanan(Sugianto,2012).

Tujuan dari pengidentifikasian dalam uji suatu bakteri (Salmonella) pada metode ini

adalah untuk mengetahui mutu ataupun kualitas dari suatu produk berdasarkan kemasan atau

sifat mikrobiologinya. Pengujian mikrobiologi pada sampel makanan akan selalu mengacu

kepada persyaratan makanan yang sudah ditetapkan. (Sugianto, 2012).

Prinsip pengujian deteksi Salmonella menurut Metode Analisis Mikrobiologi (MA

PPOM 74/MIK/06) yaitu ada empat tahap untuk mendeteksi adanya Salmonella(Sugianto,

2012) :

1. Pra. Pengkayaan dalam media cair non selektif yang diinkubasi pada37±1°C selama

18+2jam.

2. Pengkayaan dalam media cair selektif yang diinkubasi pada 41,5 + 1° Cselama 24 ± 3

jam dalam RVS cair dan 37±1° C selama 24±3 jam MKTTn cair.

3. Inokulasi & identifikasi dalam 2 media padat selektif, media selektif pertama

diinkubasi pada 37±1° C selama 24±3 jam dan dengan media yang digunakan.

4. Konfirmasi terhadap identitas Salmonella dengan uji biokimia dan serologi.Pada

pengujan deteksi Salmonella diguanakan Buffered PeptoneWater (BPW) sebagai

media cair non selektif, Muller Kaufimann Tetrathionate Novobiocin Broth (MKTTn)

dan Rappaport Vassiliadis Medium + Soya (RVS)sebagai media cair selektif,

Bismuth Green Agar (BGA) dan Xylose LysineDeoxycholate (XLD) media padat

selektif untuk mengisolasi Salmonella(Sugianto, 2012).

Page 8: Salmonella

IV.1 Media

Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang berguna

untuk membiakkan mikroba. Dengan mempergunakan bermacam-macam media dapat dilakukan

isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba

(Sutedjo,1991).

Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara serta

lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara digunakan oleh

mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan

pergerakan. Lazimnya, medium biakan berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon,

nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen serta unsur – unsur sekelumit (traceelement). Dalam

bahan dasar medium dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin

atau nukleotida (Waluyo, 2004).

Untuk menstimulir pertumbuhan mikroba, media harus memiliki komponen-komponen yang

di butuhkan mikroba seperti air, karbon, energi, nitrogen, mineral dan faktor pertumbuhan lain

seperti vitamin dan asam amino. Mikroba juga mempunya pH maksimum dan optimum untuk

pertumbuhannya, oleh karena itu dalam persiapan media perlu dilakukan pengaturn pH sehingga

tercapai pH optimum untuk pertumbuhan mikroba yang diinginkan (Mulyana 1992).

IV.1.1 Media Selenite cystine broth

Media Selenite Cystine Broth ini merupakan salah satu media yang

berdasarkan fungsinya merupakan media encrichment yaitu media yang dapat

menunjang pertumbuhan bakteri yang tidak dapat tumbuh pada media biasa karena

memerlukan beberapa nutrisi pengaya yang dapat menyokong pertumbuhannya.

Media ini tergolong enrichment eksklusif media yaitu media penyubur eksklusif

untuk bakteri gram negatif seperti Salmonella sp. Media Selenite cystine broth

termasuk ke dalam media cair hal ini karena tidak terdapat kandungan agar dalam

Page 9: Salmonella

komposisi media .Hasil positif pada media ini ditandai dengan adanya kekeruhan

dan terjadinya gelembung pada permukaan media.(Arnita, 2013).

IV.1.2 Media Mac Conkey Agar

Mac Conkey Agar adalah salah satu jenis media yang digunakan untuk

identifikasi mikroorganisme. Mac Conkey agar termasuk dalam media selektif dan

diferensial bagi mikroba. Jenis mikroba tertentu akan membentuk koloni dengan ciri

tertentu yang khas apabila ditumbuhkan pada media ini.

Persenyawaan utama dalam media ini adalah laktosa, garam empedu, dan

merah netral sebagai indikator warna. Media ini akan menghambat pertumbuhan

bakteri gram positif dengan adanya garam empedu yang akan membentuk kristal

violet. Bakteri gram negatifyang tumbuh dapat dibedakan dalam kemampuannya

memfermentasikan laktosa. Koloni bakteri yang memfermentasikan laktosa berwarna

merah bata dan dapat dikelilingi oleh endapan garam empedu. Endapan ini

disebabkan oleh penguraian laktosa menjadi asam yang akan bereaksi dengan garam

empedu.

Bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa biasanya bersifat patogen.

Golongan bakteri ini tidak memperlihatkan perubahan pada media. Ini berarti warna

koloninya sama dengan warna media. Warna koloni dapat dilihat pada bagian koloni

yang terpisah.

Page 10: Salmonella

Beberapa contoh pertumbuhan koloni pada Mac Conkey Agar:

Salmonella dan Shigella : serupa media

Escherichia coli: merah dikelilingin zona keruh

Enterobacter dan Klebsiella : merah muda dan mukoid

Enterococcus dan Staphylococcus : kecil dan tidak terang tembus

(Anonim1, 2013)

IV.1.3 Media Salmonella dan Shigella Agar

SSA digunakan untuk menyeleksi salmonella dan beberapa strains shigella dari

specimen tinja (stool). SSA juga membedakan bakteri yang menghasilkan koloni

yang karakteristik pada medium. SSA mengandung garam empedu, Na-sitrat, dan

brilliant green yang menghambat pertumbuhan gram (+) dan beberapa gram (-) LF

normal yang ada di tinja. Laktosa merupakan sumber karbohidrat , sedangkan

indicator yang dipakai adalah neutral red. Jika bakteri tumbuh dan memefermentasi

laktosa maka akan menghasilkan asam dan mengubah indikator menjadi pink-merah.

Na-tiosulfit sebagai sumber sulfur untuk produk H2S. jika H2S diproduksi maka akan

bereaksi dengan FeCl3 yang terdapat dalam medium. (Intan, 2011 )

Page 11: Salmonella

V. TEKNIK PENANAMAN

Isolasi suatu mikrobia ialah memisahkan mikrobia tersebut dari lingkungannya di alam

dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan. Isolasi harus diketahui cara-

cara menanam dan menumbuhkan mikrobia pada medium biakan serta syarat-syarat lain untuk

pertumbuhannya (Jutono, 1980). Memindahkan bakteri dari medium lama kedalam medium yang

baru diperlukan ketelitian dan pengsterilan alat-alat yang digunakan, supaya dapat dihindari

terjadinya kontaminasi. Pada pemindahan bakteri dicawan petri setelah agar baru, maka cawan

petri tersebut harus dibalik, hal ini berfungsi untuk menghindari adanya tetesan air yang mungkin

melekat pada dinding tutup cawan petri (Dwijoseputro, 1987).

Mikrobia yang hidup di alam terdapat sebagai populasi campuran dari bebagai jenis

mikrobia yang berbeda prinsip dari isolasi mikrobia dalam memisahkan satu jenis mikroba

dengan mikroba lainnya dari lingkungannya dialam dan ditumbuhkan dalam medium buatan.

Pertumbuhan mikroba dapat dilakukan dalam medium padat, karena dalam medium padat sel-sel

mikroba akan terbentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya (Sutejo dkk, 1991).

Menurut Pradhika (2008), ada beberapa teknik isolasi mikrobia, yaitu :

1. Teknik penanaman dari suspensi

Teknik penanaman ini merupakan lajutan dari pengenceran bertingkat.

Pengambilan suspensi dapat diambil dari pengenceran mana saja tapi biasanya untuk

tujuan isolasi (mendapatkan koloni tunggal) diambil beberapa tabung pengenceran

terakhir.

Page 12: Salmonella

2. Spread plate (agar tabur ulas)

Spread plate adalah teknik menanam dengan menyebarkan suspensi bakteri di

permukaan agar, agar diperoleh kultur murni. Prosedur kerjanya adalah suspensi cairan

diambil sebanyak 0,1 ml dengan mikropipet kemudian teteskan diatas permukaan agar

yang telah memadat. Trigalski kemudian dibakar diatas bunsen dan didinginkan beberapa

detik. Kemudian suspensi diratakan dengan menggosokannya pada permukaan agar ,

penyebaran akan lebih efektif bila cawan ikut diputar.

        

    

3. Pour plate (agar tuang)

Teknik ini memerlukan agar yang belum padat dan dituang bersama suspensi

bakteri ke dalam cawan petri dan dihomogenkan lalu dibiarkan memadat. Hal ini akan

menyebabkan sel-sel bakteri tidak hanya terdapat pada permukaan agar saja tapi juga di

dalam atau dasar agar sehingga bisa diketahui sel yang dapat tumbuh dipermukaan agar

yang kaya O2 dan di dalam agar yang tidak banyak begitu banyak mengandung O2.

Prosedur kerjanya adalah petridish, tabung pengenceran yang akan ditanam dan media

padat yang masih cair disiapkan. Kemudian 1 ml suspensi bakteri diteteskan secara

aseptis ke dalam cawan kosong· Lalu medium yang masih cair dituang ke dalam petridish

lalu petridish di putar membentuk angka 8 agar suspensi bakteri dan media homogen,

kemudian diinkubasi.

Page 13: Salmonella

 

 Pada spread plate diteteskannya bakteri sebanyak 0,1 ml dan pada pour plate

diteteskan sebanyak 1 ml karena spread plate bertujuan untuk menumbuhkan

dipermukaanya saja, sedangkan pour plate membutuhkan ruang yang lebih luas untuk

penyebarannya sehingga diberikan lebih banyak dari pada spread plate.

4. Teknik Penanaman dengan Goresan (Streak)

Bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya atau

meremajakan kultur ke dalam medium baru.

a) Goresan Sinambung

Prosedur kerjanya adalah inokulum loop (ose) disentuhkan pada koloni bakteri

dan gores secara kontinyu sampai setengah permukaan agar. Lalu petridish diputar 180o

dan dilanjutkan goresan sampai habis. Goresan sinambung umumnya digunakan bukan

untuk mendapatkan koloni tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium

baru.

Page 14: Salmonella

b) Goresan T

Prosedur kerjanya adalah petridish dibagi menjadi 3 bagian menggunakan spidol

dan daerah tersebut diinokulasi dengan streak zig-zag. Ose dipanaskan dan didinginkan,

lalu distreak zig-zag pada daerah berikutnya.

c) Goresan

d) Kuadran (Streak quadrant)

Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda yaitu

dibagi empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih mengandung banyak sel

mikroorganisma. Goresan selanjutnya dipotongkan atau disilangkan dari goresan pertama

sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah menjadi koloni tunggal.

Proses penggoresan Hasil ngoresan

Tempat goresan Proses penggoresan Hasil goresan

Hasil goresanProses penggoresan

Page 15: Salmonella

 Menurut Pradhika (2008), untuk memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba

yang tersuspensi dalam cairan dapat dilakukan pengenceran. Dengan pengenceran, koloni

akan lebih mudah diamati. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran

tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 :

9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran

berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya.

V.1 Preparasi Sampel

Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan dalam akuades steril. Tujuan dari

teknik ini pada prinsipnya adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam

air sehingga lebih mudah penanganannya.

Macam-macam preparsi bergantung kepada bentuk sampel :

a. Swab (ulas)

Swab (ulas), dilakukan menggunakan cotton bud steril pada sampel yang memiliki

permukaan luas dan pada umumnya sulit dipindahkan atau sesuatu pada benda tersebut.

Contohnya adalah meja, batu, batang kayu dll. Caranya dengan mengusapkan cotton bud

memutar sehingga seluruh permukaan kapas dari cotton bud kontak dengan permukaan

sampel. Swab akan lebih baik jika cotton bud dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan

atraktan semisal pepton water.

b. Rinse (bilas)

Rinse (bilas) ditujukan untuk melarutkan sel-sel mikroba yang menempel pada

permukaan substrat yang luas tapi relatif berukuran kecil, misalnya daun bunga dll. Rinse

merupakan prosedur kerja dengan mencelupkan sampel ke dalam akuades dengan

perbandingan 1 : 9 (w/v). Contohnya sampel daun diambil dan ditimbang 5 g kemudian

dibilas dengan akuades 45 ml yang terdapat dalam beaker glass.

Page 16: Salmonella

c. Maseration (pengancuran)

Maseration (pengancuran), sampel yang berbentuk padat dapat ditumbuk dengan

mortar dan pestle sehingga mikroba yang ada dipermukaan atau di dalam dapat terlepas

kemudian dilarutkan ke dalam air. Contoh sampelnya antar alain bakso, biji, buah dll.

Perbandingan antar berat sampel dengan pengenceran pertama adalah 1 : 9 (w/v). Unutk

sampel dari tanah tak perlu dimaserasi

d. Sampel cair

Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan dalam akuades steril. Tujuan

dari teknik ini pada prinsipnya adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari

substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya (Anonim2, 2011)

Page 17: Salmonella

Daftar Pustaka

Ahmada, 2011. E. coli, Salmonella dan Shigella. Online. Available :

http://ahmadakhsan.blogspot.com/2011/05/ecoli-salmonella-dan-shigella.html (diakses

pada 30 Maret 2014)

Anita. 2013. Isolasi Bakteri. Online. Available :

http://anitamuina.wordpress.com/2013/02/13/isolasi-bakteri/ (diakses pada 30 Maret

2014)

Anonim. 2012. Pemeriksaan Salmonella. Online. Availbale:

http://www.scribd.com/doc/144429796/Laporan-Pemeriksaan-Salmonella (diakses

pada 30 Maret 2014)

Anonim1, 2013. Mac_Conkey_Agar. Online. Available :

http://id.wikipedia.org/wiki/Mac_Conkey_Agar (diakses pada 30 Maret 2014)

Anonim2, 2011. Teknik isolasi Mikroorganisme. Online. Available :

http://detikbiologi.blogspot.com/2011/01/tehnik-isolasi-mikroorganisme.html (diakses

pada 30 Maret 2014)

Dwidjoseputro, D. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang.

hidayah, 2012. Resep Weci Ote- ote. Online. Available :

http://kiswatulhidayah.wordpress.com/2012/05/02/resep-weci-ote-ote/ (diakses pada

30 Maret 2014)

Intan, 2011 . Media dan Reagensia. Online. Available :

http://ruangkinaryadaluang.blogspot.com/2011/01/media-dan-reagensia.html (diakses

pada 30 Maret 2014)

Jutono, J. 1980. Pedoman Praktikum Mikroiologi Umum Untuk Perguruan Tinggi. Penerbit

Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Page 18: Salmonella

Nophi, 2013. Pembangunan Kesehatan Online. Available :

http://nophienov.wordpress.com/2013/03/02/arah-kebjakan-dan-strategi-

pembangunan-kesehatan-selama-tahun-2010-2014/. (diakses pada 30 Maret 2014)

Novita. 2013. Identifikasi Bakteri Dalam Urine. Online. Available :

http://www.scribd.com/doc/86965002/Identifikasi-Bakteri-Dalam-Urine (diakses pada

30 Maret 2014)

Pradhika, E. I. 2008. Isolasi Mikroorganisme. http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-4-

isolasi-mikroorganisme.html/ (diakses pada 30 Maret 2014)

Sutejo, M. M., Kartasaputra., Sastroadmodjo. 1991. Mikrobiologi Dasar. Reika Cipta. Jakarta.

Sugianto, Tantri. 2012. Uji Salmonella. Online. Available :

http://tantri-sugianto.blogspot.com/2012/07/uji-salmonella.html. Diakses pada :14

Desember 2013