Upload
cut-indri
View
69
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
1
LAPORAN LENGKAP BAKTERIOLOGI
ISOLASI DAN
IDENTIFIKASI
Salmonella Shigella
CUT INDRIPUTRIPO.71.4.203.13.2.009
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
2
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isolasi merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memisahkan
atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya sehingga
diperoleh kultur murni atau biakan murni.
Identifikasi merupakan usaha atau metode yang dilakukan untuk
mengetahui secara rinci tentang bakteri, seperti; morfologi bakteri, bentuk
koloni, sampai jenisnya. Identifikasi bakteri biasanya dilakukan dengan
cara pengecatan, penanaman pada media plate dan uji biokimia.
Hasil isolasi dan identifikasi ini sangat dipengaruhi oleh; tenaga
atau pelaksana (teknisi) yang memiliki pendidikan, keterampilan,
pengalaman dan sifat pekerjaan, mutu specimen, media dan reagensia,
metode yang digunakan, peralatan dan kelengkapannya serta pembacaan
hasil tes untuk pelaporan pengeluaran hasil pemeriksaan.
B. Maksud Praktikum
Praktikum ini dimaksudkan agar mahasiswa mampu mengetahui
cara mengisolasi dan mengidentifikasi yang benar.
C. Tujuan Praktikum
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
3
Praktikum ini bertujuan untuk mengisolsi dan mengidentifikasi
bakteri Salmonella sp dan Shigella sp.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Salmonella merupakan kuman berbentuk batang, tidak
berspora, dan pada pewarnaan gram bersifat gram negative. Mempunyai
ukuran 1-3.5µm x 0.5-0.8µm. salmonella dapat tumbuh cepat pada media
yang sederhana tetapi mereka hamper tidak pernah memfermentasikan
laktosa atau sukrosa. Salmonella biasanya akan memberikan sifat positif
dengan mengeluarkan bau gas H2S dan adanya gelembung pada tabung
reaksi. Dan salmonella tahan dalam air yang membeku pada periode yang
lama, dan salmonella pun tahan terhadap bahan kimia tertentu.
Salmonella yang merupakan bakteri gram negatif, dapat
menyebabkan penyakit demam tifoid, yaitu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh salmonella typhi atau salmonella paratyphi. Yang
mempunyai tanda – tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang
berlangsung lebih kurang 3 minggu disertai demam, toksemia, gejala –
gejala perut, pembesaran limpa dan erupsi kulit. Dan penyakit tifus
(Typhus Abdominalis) adalah infeksi penyakit akut yang biasanya terdapat
pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
4
terdapat gangguan kesadaran. Selain itu Salmonella mungkin paling
dikenal sebagai penyebab keracunan makanan bakteri.
Salmonella banyak ditemui pada makanan-makanan yang tidak
dibuat atau diproduksi secara higiens, oleh karena itu sebaiknya kita
menghindari ataupun mengurangi makanan yang kurang higienis.
Bakteri Salmonella ditemukan pertama kali oleh Theobald Smith
pada 1885 saat meneliti penyakit pencernaan pada babi. Dengan
menggunakan mikroskop, Smith menemukan sekelompok bakteri
berbentuk batang yang menyebabkan kematian hewan ternak tersebut.
Nama Salmonella sendiri baru diberikan oleh Daniel Edward
Salmon, rekan Smith yang melakukan penelitian lebih lanjut terhadap jenis
bakteri tersebut. Salmon menyimpulkan bahwa bakteri salmonella
termasuk dalam genus bakteri enterobakteria gram-negatif, berbentuk
batang, bisa bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida, serta
menjadi penyebab timbulnya penyakit salmonellosis.
Salmonella merupakan kuman gram negatif, tidak berspora dan
panjangnya bervariasi. Kebanyakan species bergerak dengan flagel
peritrih. Salmonella tumbuh cepat pada pembenihan biasa tetapi tidak
meragikan sukrosa dan laktosa. Kuman ini merupakan asam dan
beberapa gas dari glukosa dan manosa. Kuman ini bisa hidup dalam air
yang dibekukan dengan masa yang lama. Salmonella resisten terhadap
zat-zat kimia tertentu misalnya hijau brilian, natrium tetrationat, dan
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
5
natrium dioksikholat. Senyawa ini menghambat kuman koliform dan
karena itu bermanfaat untuk isolasi salmonella dari tinja.
Klasifikasi Salmonella thyposa
Kingdom : Bakteria
Phylum : Proteobakteria
Classis : Gamma proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Familia : Enterobakteriakceae
Genus : Salmonella
Species : Salmonella thyposa
Salmonella digolongkan ke dalam bakteri gram negatif sebab
salmonella adalah jenis bakteri yang tidak dapat mempertahankan zat
warna metil ungu pada metode pewarnaan gram. Bakteri gram positif
akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol,
sementara gram negatif tidak.
Pada uji pewarnaan gram, suatu pewarna penimbal ditambahkan
setelah metal ungu, yang membuat semua gram negative menjadi
berwarna merah/merah muda. Pengujian ini berfungsi mengelompokkan
kedua jenis bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel
mereka. Banyak species bakteri gram negative bersifat patogen
( penyebab penyakit) yang berarti mereka berbahaya bagi organisme
inang. Sifat patogen ini berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
6
sel gram negative terutama lapisan lipopolisakarida atau dikenal sebagai
endotoksin.
Salmonellosis
Bakteri Salmonella berkembang pada saluran pencernaan
binatang seperti babi, sapi, dan ayam. Bakteri tersebut kemudian
menyebar melalui makanan hingga menginfeksi manusia. Tak jauh beda
dengan binatang, saat menginfeksi manusia, Salmonella bersarang di
saluran pencernaan, mulai dari lambung hingga usus halus. Umumnya,
bakteri Salmonella menimbulkan salmonellosis berupa penyakit tifus atau
paratifus.
Seseorang yang terinfeksi bakteri Salmonella, akan
menunjukkan gejala berupa diare, kram perut, demam dan sakit kepala,
mual, bahkan muntah-muntah. Suhu tubuh pun tidak stabil dan cenderung
tinggi. Dari masa inkubasi hingga munculnya gejala pertama memakan
waktu antara 8-72 jam. Salmonellosis pada manusia cukup berbahaya
karena bisa menyebabkan kematian. Sangat fatal jika menyerang bayi,
balita, ibu hamil, dan orang lanjut usia.
Suhu Hangat
Bakteri Salmonella berkembang baik pada suhu hangat. Karena
itu, infeksi salmonella lebih banyak terjadi pada musim panas. Biasanya,
bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui media makanan yang
tidak dipanaskan dengan benar, misalnya: daging, ayam, telur, atau susu.
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
7
Atau, bisa juga melewati makanan mentah yang telah terkontaminasi
bakteri.
Perkembangan bakteri Salmonella terbilang sangat cepat dan
menakjubkan, setiap selnya mampu membelah diri setiap 20 menit sekali
pada suhu hangat dan pada media tumbuh yang mengandung protein
tinggi. Bisa dibayangkan, satu sel bakteri bisa berkembang menjadi
90.000 hanya dalam waktu 6 jam.
Membahayakan Nyawa
Salmonellosis terutama tifus dan paratifus yang menyerang
manusia bisa membahayakan nyawa. Walaupun bakteri tersebut bisa
dihambat perkembangannya oleh asam lambung, tapi dalam kondisi tubuh
seseorang tidak dalam keadaan vit, atau terlalu lelah, asam lambung tidak
mampu mengatasi perkembangan bakteri tersebut.
Seseorang yang terkena salmonellosis biasanya mengeluarkan
banyak cairan karena diare dan muntah-muntah. Di sisi lain, nafsu makan
dan minum pun menurun drastis karena sensasi rasa mual. Kekurangan
cairan yang berlebihan inilah yang menjadi salah satu penyebab
kematian.
Selain itu, Salmonella dengan mudah bisa berkembang dan
menular kepada orang lain. Sebab, bakteri tersebut terdapat pula pada
sisa kotoran, urine, dan muntahan penderita yang dengan cepat bisa
mengontaminasi air, udara, dan makanan di sekitarnya. Karena itu, perlu
kehati-hatian dan perhatian khusus agar jangan sampai bakteri
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
8
berkembang dan menulari orang lain. Caranya dengan menjaga
kebersihan dan hati-hati dalam mengonsumsi makanan.
Patogenitas
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang
disebarkan melalui makanan (foodborne diseases). Pada umumnya,
serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan.
Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri
orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan
demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang
terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit
kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenis S.
enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi
menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri
ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh
keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam,
mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya
menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat
berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta
orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka
yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci
tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi.
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
9
Media tumbuh
Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai
macam media, salah satunya adalah media Hektoen Enteric Agar (HEA).
Media lain yang dapat digunakan adalah SS agar, bismuth sulfite agar,
brilliant green agar, dan xylose-lisine-deoxycholate (XLD) agar. HEA
merupakan media selektif-diferensial. Media ini tergolong selektif karena
terdiri dari bile salt yang berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri
gram positif dan beberapa gram negatif, sehingga diharapkan bakteri yang
tumbuh hanya Salmonella. Media ini digolongkan menjadi media
diferensial karena dapat membedakan bakteri Salmonella dengan bakteri
lainnya dengan cara memberikan tiga jenis karbohidrat pada media, yaitu
laktosa, glukosa, dan salisin, dengan komposisi laktosa yang paling tinggi.
Salmonella tidak dapat memfermentasi laktosa, sehingga asam yang
dihasilkan hanya sedikit karena hanya berasal dari fermentasi glukosa
saja. Hal ini menyebabkan koloni Salmonella akan berwarna hijau-
kebiruan karena asam yang dihasilkannya bereaksi dengan indikator yang
ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol blue.
Shigella adalah bakteri patogen usus yang dikenal sebagai agen
penyebab penyakit disentri basiler. Bakteri ini menginfeksi saluran
pencernaan dan menyebabkan berbagai gejala, dari diare, kram, muntah,
dan mual.
Shigella merupakan penyebab diare disentri yang paling sering
pada anak usia 6 bulan sampai 10 tahun di Amerika Serikat dan negara
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
10
berkembang. Shigella tahan terhadap keasaman lambung dan
membutuhkan inokulum yang kecil untuk menyebabkan diare sehingga
mudah ditularkan ke orang lain. Penularan terjadi dalam kondisi banyak
orang berkumpul dalam satu tempat seperti di penitipan anak, panti
asuhan atau tempat penampungan. Rendahnya sanitasi, pasokan air yang
buruk, dan fasilitas yang pipa tidak dapat memberi sumbanagan terhadap
peningkatan risiko infeksi. Shigella menginvasi dan berproliferasi di dalam
epitel kolon. Kemudian menghasilkan suatu toksin dengan efek sekretori
dan sitotoksik dan menyebabkan ulkus sehingga tinja mengandung lendir
dan darah, secara mikroskopis ditemukan leukosit dan eritrosit.
Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus
8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi
KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan
kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB
diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73
orang (CFR 1,74 %.). Berdasarkan isolasi penderita diare dari RS
Karantina Jakarta pada tahun 1980--1985 spesies terbanyak dari Shigella
ialah Sh. Jlexneri (47,1%) lalu menyusul Sh. dysentriae (27.4%).
Taksonomi
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
11
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Shigella
Spesies : Shigella flexneri, Shigella dysenteriae, Shigella boydii dan
Shigella sonnei
Struktur antigen
Shigella mempunyai susunan antigen yang komplek, terdapat
tumpang tindih dalam sifat serologik berbagai spesies, dan sebagian
besar bakteri ini mempunyai antigen O yang juga dimiliki oleh bakteri
enterik lainnya. Antigen somatik O Shigella adalah liposakarida.
Kekhususan serologiknya tergantung pada polisakarida. Terdapat lebih
dari 40 serotipe. Klasifikasi Shigella didasarkan pada sifat-sifat biokimia
dan antigenic (Nathania, 2008).
Klasifikasi
Spesies shigella diklasifikasi menjadi empat serogroup:
Serogroup A: S. dysenteriae (12 serotypes)
Serogroup B: S. flexneri (6 serotypes)
Serogroup C: S. boydii (23 serotypes)
Serogroup D: S. sonnei (1 serotype).
Grup A-C secara fisik serupa; S. sonnei (grup D) dapat
dibedakan berdasarkan biochemical metabolisme assays. Tiga kelompok
Shigella adalah spesies-spesies penyebab penyakit utama : S. flexneri
adalah spesies yang menyumbang 60% dari kasus-kasus di negara-
negara berkembang; S. sonnei penyebab 77% kasus di negara maju dan
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
12
15% di negara-negara berkembang, dan S. dysenteriae biasanya
merupakan penyebab dari wabah disentri, terutama dalam populasi yang
dibatasi seperti kamp pengungsian.
Gejala
Gejala Shigella yang paling umum adalah gejala diare, demam,
mual, muntah, kram perut, perut kembung, dan sembelit. Kotoran mungkin
akan mengandung darah, lendir atau nanah. Gejala memerlukan waktu
selama satu minggu untuk muncul, tetapi paling sering dimulai dua sampai
empat hari setelah proses menelan. Gejala biasanya berlangsung selama
beberapa
Shigella dibagi dalam empat serogrup berdasarkan komponen-komponen
utama antigen O yaitu:
1. Grup A: Shigella dysenteriae
2. Grup B: Shigella flexneri
3. Grup C: Shigella boydii
4. Grup D: Shigella sonnei
Setiap serogrup dibagi lagi dalam serotip berdasarkan komponen
minor antigen O. sampai saat ini sudah ditemukan 10 serotip Shigella
dysenteriae, 6 serotip Shigella flexneri, 15 serotip Shigella boydii, 1 serotip
Shigella sonnei.
Toksin
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
13
Shigella sp. dapat menyebabkan penyakit karena bakteri tersebut mampu
menghasilkan toxin (racun). Ada 2 macam racun, yaitu:
1. Endotoksin
Infeksi hampir selalu terbatas pada saluran pencernaan, invasi ke
aliran darah sangat jarang dan sangat menular. Infeksi di usus akut ini
adalah disentri basiler/ Shigellosis yang dapat sembuh sendiri. Reaksi
peradangan yang hebat tersebut merupakan faktor utama yang
membatasi penyakit ini hanya pada usus. Selain itu juga menyebabkan
timbulnya gejala klinik berupa demam, nyeri abdomen, tenesmus ani
(mulas berkepanjangan tanpa hasil pada hajat besar). Waktu terjadinya
autolysis semua bakteri Shigella sp mengeluarkan lipopolisakaridanya
yang toksik. Endotoksin mungkin akan menambah iritasi pada dinding
usus.
2. Eksotoksin
Eksotoksin merupakan protein yang antigenik (merangsang
produksi antitoksin) dan mematikan hewan percobaan. Aktivitas
enterotoksin terutama pada usus halus yang berbeda bila dibandingkan
dengan disentri basiler klasik dimana yang terkena adalah usus besar.
Sebagai eksotoksin zat ini dapat menimbulkan diare sebagaimana
enteroktoksin yang tidak tahan panas.
Pada manusia eksotoksin menghambat absorbsi gula dan asam amino
pada usus kecil. Neurotoksin ini juga ikut berperan dalam menyebabkan
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
14
keparahan penyakit dan sifat infeksi Shigella dysenteriae, serta
menimbulkan reaksi susunan saraf pusat (meningismus, koma,).
Sifat biakan
Semua Shigella meragikan glukosa. Bakteri ini tidak meragikan
laktosa kecuali Shigella sonei. Ketidak mampuannya meragikan laktosa
membedakan bakteri- bakteri Shigella pada perbenihan diferensial.
Bakteri ini membentuk asam dari karbohidrat, tetapi jarang menghasilkan
gas. Bakteri ini juga dibagi menjadi bakteri yang meragikan manitol dan
yang tidak.
Aerob dan fakultatif anaerob, pH pertumbuhan 6,4 – 7,8 dan suhu
pertumbuhan optimum 37oC kecuali Shigella sonnei dapat tumbuh pada
suhu 45oC. Sifat biokimia yang khas adalah negatif pada reaksi
fermentasi adonitol, tidak membentuk gas pada fermentasi glukosa, tidak
membentuk H2S kecuali Shigella flexneri, negatif terhadap sitrat, DNAse,
lisin, fenilalanin, sukrosa, urease, VP, manitol, laktosa kecuali Shigella
sonei meragi laktosa secara lambat, manitol, xylosa dan negatif pada tes
motilitas.
Patogenitas
Bakteri tertelan, masuk dan berada di usus halus, menuju ileum
terminal dan kolon melekat pada permukaan dan kolon, melekat pada
permukaan mukosa, berkembang biak, reaksi peradangan hebat, sel-sel
terlepas, timbul Ulkus, terjadi disentri basiler (tinja lembek, bercampur
darah, mukus dan pus, nyeri abdomen, mules, tenesmus ani).
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
15
Masa inkubasinya adalah 2-4 hari, atau bisa lebih lama sampai 1 minggu.
Oleh seseorang yang sehat diperlukan dosis 1000 bakteri Shigella untuk
menyebabkan sakit. Penyembuhan spontan dapat terjadi dalam waktu 2-7
hari terutama pada penderita dewasa yang sehat sebelumnya, sedangkan
pada penderita yang sangat muda atau tua dan juga pada penderita
dengan gizi buruk penyakit ini akan berlangsung lama. Pernah ditemukan
terjadinya septicemia pada penderita dengan gizi buruk dan berkhir
dengan kematian.
Cara Penularan
Penyebaran Shigella adalah dari manusia ke manusia lain,
dimana karier merupakan reservoir kuman. Dari karier ini Shigella
disebarkan oleh lalat, juga melalui tangan yang kotor, makanan yang
terkontaminasi, tinja serta barang-barang lain yang terkontaminasi ke
orang lain yang sehat.
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
16
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
ALAT Sampel PemupukMEDIA
REAGENIsolasi Difrensial Biokimia
Ose / nal
Lampu
spritus
Objek
gelas
Mikroskop
Tissu
Pipet tetes
Inkubator
d) Rak
Tabung
Urin SB
SSA
MCA
BSA
TSIA/KIA
Urea
Simon
Citrat
MR/ VP
SIM
Laktosa
Sukrosa
Glukosa
Manitol
Maltosa
Sorbitol
NaCl
CGV
Iodin
Alkohol
96%
Safranin
Minyak
imersi
B. Prosedur Kerja
Pembuatan media SSA ( Salmonella Shigella Agar ) 20 Plate
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
17
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Ditimbang media SSA
Penimbangan media dilakukan sesuai dengan kebutuhan/volume
yang akan dibuat, berpedoman pada cara pembuatan yang tertera
pada botol media. Pada botol media tertera 60 gram dalam 1 liter
aquades, sementara media yang akan dibuat sebanyak 20 plate
(200 ml), sehingga bahan yang ditimbang sebanyak 12 gram.
3) Mengatur pH Aquades
pH aquades untuk media BAP yaitu 7,0 ± 0,2 jika pH masih
dibawah atau diatas, maka ditambahkan setetes demi tetes KOH
ata HCl hingga pH mencapai yang diinginkan.
4) Media yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam Beaker glass.
Ditambahkan aquades sampai cukup 200 ml, dihomogenkan,
dimasukkan dalam erlenmeyer lalu dipanaskan sampai benar-benar
larut.
5) SSA tidak disterilkan dalam autoclave karena ada zat-zat yang
akan rusak yakni sodium citrate dan sodium tiosulphate.
6) Media kemudian dipanaskan (pemanasan bertingkat selama 3 hari)
7) Media kemudian dituang ke dalam plate steril. Tiap-tiap plate diisi
hingga permukaan plate tertutupi oleh media. Pada saat menuang,
tutup plate dibuka sedikit saja untuk menghindari terjadinya
kontaminasi.
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
18
8) Setelah dituang pada plate, mudia didinginkan kemudia dibingkus
dan disimpan di dalam lemari es.
Isolasi dan Identifikasi Salmonella sp dan Shigella sp
1) Hari I
Sampel X diinokulasikan pada media penyubur (SB), setelah itu
diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.
2) Hari II
Dilakukan pengecatan gram, setelah itu sampel ditanam pada
media isolasi (SSA, BSA dan MCA), diinkubasi pada suhu 37oC
selama 24 jam.
3) Hari III
Koloni yang tumbuh pada media Isolasi diamati, setelah itu
dilakukan pengecatan gram lagi. Diambil satu koloni dan
diinokulasikan pada media differensial (TSIA) diinkubasi pada suhu
37oC selama 24 jam.
4) Hari IV
Koloni yang tumbuh pada media differensial diamati, dilakukan
pengecatan gram lagi. Diambil satu koloni dan dilakukan uji
biokimia (Uji IMViC, fermentasi karbohidrat, dll)
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
19
5) Hari V
Diamati perubahan pada media Uji Biokimia, dan dicocokkan
dengan tabel Uji.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Sebelum ditanami
SSA BSA MCA
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
20
Sesudah ditanami
SSA BSA MCA
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
21
Hasil pewarnaan Gram
Hari ke II
Gram (-)
Hari ke III
Gram (-)
B. Pembahasan
Media SSA (Salmonella Shigella Agar)
Ciri-ciri koloni yang tumbuh pada media ini yaitu:
Warna : transparan
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
22
Tepi : rata
Bentuk : bulat
Permukaan : cembung
Ukuran : kecil-sedang
Salmonella shigella agar adalah media selektif untuk
mengisolasi kuman Salmonella sp dan Shigella sp dari sampel feses,
urin, dan makanan. Untuk khusus isolasi kuman shigella, media ini
tidak disarankan karena beberapa strain shigella akan terhambat.
Kandungan media
a. Campuran ekstrak daging dan pepton, menyediakan
kebutuhan nitrogen
b. Vitamin, mineral, dan asam amino, diperlukan untuk
pertumbuhan
c. Campuran bile salt, sodium sitrat, dan brilliant green
menghambat bakteri gram positif, sebagian besar baktei
coliform dan pertumbuhan swarming dari Proteus sp sehingga
kuman Salmonella sp dan Shigella sp dapat tumbuh dengan
baik.
d. Neutral red, sebagai indicator
e. Ferric citrate, mendetekdi adanya H2S yang dihasilkan bakteri
seperti proteus dan beberapa strain dari salmonella akan
terbentuk koloni dengan titik hitam di tengah.
Karakteristik koloni yang tumbuh
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
23
Bakteri yang tidak meragi laktosa, membentuk koloni yang
bersih, transparan dan tidak berwarna. Bakteri coliform
pertumbuhannya akan terhambat dengan membentuk koloni
yang kecil, berwarna merah muda, sampai merah.
Media MCA (Mac Concey Agar)
Mac Concey Agar adalah media untuk menumbuhkan
bermacam-macam kuman, khususnya gram negative seperti
Salmonella sp, Shigella sp, Hidrocolera, Escherichia coli, dll.
Kandungan media
a. Pepton, sebagai sumber nutrisi yang diperlukan untuk
pertumbuhan bakteri
b. Laktosa, sebagai sumber energy dan bahan karbohidrat
c. Bile salt dan Kristal violet sebagai penghambat tumbuhnya
bateri gram positif
d. NaCl sebagai pengatur keseimbangan tekanan osmosis pada
media
e. Neutral red, sebagai indicator untuk mengetahui terbentuk
tidaknya asam karena pemecahan karbohidrat
f. Agar, sebagai bahan pemadat media dan tempat tumbuhnya
mikroba.
Media BSA (Bismut Sulfite Agar)
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
24
Bismut Sulfite Agar merupakan jenis media agar yang
digunakan untuk mengisolasi bakteri Salmonella sp. Menggunakan
glukosa sebagai sumber utama karbon. BSA bertujuan untuk mengets
kemampuan pemanfaatan ferro sulfat dan mengubahnya menjadi
hydrogen sulfide.
Media Differensial (TSIA)
Pada uji TSIA warna media slant berubah menjadi merah, ini
terbentuk karena adanya proses oksidasi dekarboksilasi protein
membentuk amina yang bersifat alkali dengan adanya phenol red
maka terbentuk warna merah. Ini menandakan bahwa bakteri ini tidak
memfermentasi laktosa dan sukrosa. Pada media daerah butt media
berubah berwarna kuning ini menandakan bakteri memfermentasi
glukosa yang bersifat asam sehingga terbentuk warna kuning.
Pembentukan gas positif ini hasil dari fermentasi H2 dan CO2
dapat dilihat dari pecahnya dan terangkatnya agar. Pembentukan H2S
positif ditandai dengan adanya endapan berwarna hitam. TSIA juga
mengandung natrium trisulfat, yaitu suatu substrat untuk penghasil
H2S, ferro sulfat menghasilkan FeS (precipitat), bewarna hitam.
Uji fermentasi karbohidrat
Bakteri ini memfermentasikan glukosa, manitol, dan maltose
menjadi asam dan gas, kecuali Salmonella thypy yang memproduksi
glukosa menjadi asam tanpa gas. Pada uji laktosa dan sukrosa
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
25
memperlihatkan hasil yang negative yaitu tidak terjadinya perubahan
warna dan tidak terlihat adanya pebentukan gelembung gas pada
tutup ampul
Uji SIM
Pada sampel yang telah ditanami menunjukkan hasil ;
Sulfid : (+) Indol : (-) Motility : (+). Media SIM adalah media semi solid
yang dapat digunakan untuk mengetahui pembentukan H2S, indol dan
motility. Salmonella tidak membentuk indol dan motility positif (Gani.
A. 2003).
Uji SIM juga dilakukan untuk pergerakan bakteri. Penanaman
dilakukan dengan cara menusuk ose yang mengandung bakteri
secara tegak lurus sampai ke seperempat dari dasar tabung. Pada
ujui ini terlihat pergerakan (motility) pada media yang ditusuk dengan
ose dan warna media SIM berubah menjadi hitam.
Sulfit
H2S diproduksi oleh beberapa jenis mikroorganisme melalui
pemecahan asam amino yang mengandung unsur belerang (S)
seperti lisin dan metionin. H2S dapat juga diproduksi melalui reduksi
senyawa-senyawa belerang anorganik, misalnya : tiosulfat, sulfit atau
sulfat.
Indol
Uji Indol bertujuan untuk menentukan kemampuan bakteri
dalam memecah asam amino triptofan. Media ini biasanya digunakan
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
26
dalam identifikasi yang cepat. Hasil uji indol yang diperoleh bakteri ini
negative karena tidak terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah muda
pada permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak membentuk indol dari
tryptofan sebagai sumber karbon, yang dapat diketahui dengan
menambahkan larutan kovacs. Asam amino tryptofan merupakan
komponen asam amino yang lazim terdapat pada protein, sehingga
asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme
akibat penguraian protein (sugianto 2012).
Mikroorganisme menggunakan asam amino sebagai pemuka
protein, komponen sel dan kadang kala sebagai sumber energi. Asam
amino ini dimodifikasikan dengan berbagai cara sewaktu
metabolisme.
Dalam percobaan diperlihatkan berbagai cara mikroorganisme
memodifikasikan asam amino. Dimana modifikasi asam amino dapat
digunakan untuk pengidentifikasian untuk suatu jenis bakteri.
Asam amino triptofan merupakan komponen asam amino
yang lazim terdapat pada protein, sehingga asam amino ini dengan
mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme. Dimana asam amino
triptofan apabila dihidrolisis oleh enzim triptofamase akan
menghasilkan indol dan asam pemuat.
Untuk uji ini, digunakan medium cair yang kaya akan triptofan
yaitu dalam bentuk tripton 1% sebagai sumber karbon. Indol yang
terbentuk akan berwarna merah dengan penambahan reagen Kovach
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
27
atau Erlich yang mengandung p-dimetilbenzaldehid. Dikatakan positif
apabila senyawa ini menghasilkan senyawa para amino benzaldehid
yang tidak larut dalam air dan membentuk warna merah pada
permukaan medium.
Mekanisme terjadinya reaksi dapat digambarkan sbb :
HCl+ Amil alkoholIndole + p-dimetilamino benzldehid Rosindole dye
(berwarna merah ceri)
Motility
Motilitas adalah salah satu dari ciri mahluk hidup, begitu pula
dengan mikroorganisme, namun alat geraknya masih sederhana
berupa flagella atau cilia. Bakteri melakukan motilitas dengan
menggunakan energi yang diperoleh dari ATP yang diuraikan oleh
koenzim ATP-ase membentuk fosfo anorganik.
Beberapa protein kaya akan asam amino yang mengandung
gugus sulfur seperti sistein. Jika protein ini dihidrolisis oleh bakteri,
asam amino akan dilepaskan. Sistein dengan adanya sistein
desulfurase, akan melepaskan atom sulfur yang dengan adanya
hydrogen dari air akan membentuk gas hydrogen sulfide. gas ini juga
dapat diproduksi dengan reduksi senyawa anorganik yang
mengandung sulfur seperti tiosulfat, sulfat atau sulfit.
Pada percobaan ini, sebagai petunjuk adanya aktivitas
motilitas ini dapat diamati daerah bekas tusukan dari medium yang
telah diinokulasikan oleh biakan dan diinkubasikan. Medium ini
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
28
ditambahkan senyawa anorganik yang mengandung sulfur, yaitu
natrium tiosulfat. Natrium tiosulfat ini akan bereaksi dengan ion
hidrogen dari air, dan dengan adanya enzim tiosulfat reduktase, maka
akan dihasilkan ion sulfit dan gas H2S. Gas ini akan bereaksi dengan
feri ammonium sulfat yang datambahkan (sebagai indicator untuk
H2S) ke dalam media sehingga terbentuk FeS yang berwarna hitam.
Pembentukan FeS inilah yang diamati sebagai penunjuk adanya
aktivitas motil dari bakteri uji pada tabung yang berisi medium motility
setelah diinkubasikan.
Berikut ini adalah mekanisme reaksi yang terjadi pada uji motilitas :
thiosulfat2 S2O3 + 4 H+ 2 SO3
2- + 2 H2S reduktase
H2S + Fe (NH4)2 SO4 FeS hitam
Uji MR/VP
Media ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari
beberapa bakteri yang memproduksi asam sebagai hasil fermentasi
dari glukosa dalam media ini, yang dapat ditunjukkan dengan
penambahan indicator Methyl Red. Salmonella memproduksi asam
kuat sehingga pada penambahan MR, akan terbentuk warna merah.
(Gani. A. 2003).
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
29
Uji MR yang dilakukan, diperoleh hasil (+) yaitu ditandai
dengan terjadinya perubahan warna indicator menjadi merah. Gens
bakteri seperti seperti : Eschericia, Salmonella, Proteus dan
Aeromonas mampu memfermentasikan glukosa dan menghasilkan
banyak sekali asam laktat, asetat, suksina dan format disamping CO2,
O2 dan Ethanol. Akumulasi asam-asam ini menurunkan pH sampai 5,0
atau kurang. Bila indicator merah metil ditambahkan dengan pH
serendah itu, maka indicator tersebut menjadi merah.
Hal ini menandakan bahwa organism yang bersangkutan adalah
peragi asam campuran. (mixed acid fermenter).
Uji ini dilakukan untuk menghasilkan asam melalu proses
hidrolisis yang menghasilkan asam organik sederhana.
Pengujian dengan menggunakan metil merah, Voges-
Proskeuer, Uji Indole serta uji penggunaan sitrat sering dikenal
sebagai tes IMViC (indole, methyl red, Voges-Proskueur, dan citrate,
serta “i” adalah merupakan huruf penghubung). Tes IMViC ini
digunakan untuk membedakan beberapa bakteri golongan
Enterobacteriaceae, berdasarkan kemampuannya dalam
memfermentasi glukosa dan laktosa, penguraian triptosan yang
menghasilkan indole serta adanya enzim sitrat permease yang
mampu menguraikan natrium sitrat dari medium khusus yang
digunakan.
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
30
Uji ini berguna dalam identifikasi kelompok bakteri yang
menempati saluran pencernaan, seperti pada golongan coliform dan
enterobacteriaceae.
Uji Voges-Proskueur bertujuan untuk mengidentifikasi jenis
bakteri untuk membedakan bakteri E.coli dengan
Enterobacteraerogenes. Hasil uji ini negative, karena tidak terbentuk
warna merah pada medium setelah ditambahkan α-naftol dan KOH,
artinya hasil akhir fermentasi bakteri ini bukan asetil metil carbinol.
(asetolin).
Uji Voges-Proskueur digunakan untuk mengidentifikasi
mikroorganisme yang melakukan fermentase dengan hasil akhir 2,3
butanadiol. Bila bakteri memfermentasikan karbohidrat menjadi 2,3
butanadiol sebagai produk utama, akan terjadi penumpukan bahan
tersebut dalam media pertumbuhan. Pada uji VP ini dilakukan
penambahan 40% KOH dan 5% larutan alfa naftol pada saat
pengamatan. Hal ini dapat menentukan adanya asetoin (asetil metil
karbinol), suatu senyawa pemula dalam sintesis 2,3 butanadiol.
Dengan adanya penambahan KOH 40 %, keberadaan setoin
ditunjukkan dengan perubahan warna medium menjadi merah, dan
perubahan ini makin jelas dengan penambahan alfa naftol beberapa
tetes.
Uji VP ini sebenarnya merupakan uji tidak langsung untuk
mengetahui adanya 2,3 butanadiol. Karena uji ini lebih dulu
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
31
menentukan asetoin, dan seperti yang kita ketahui bahwa asetoin
adalah senyawa pemula dalam sintesis 2,3 butanadiol, sehingga
dapat dipastikan bahwa dengan adanya asetoin dalam media berarti
menunjukkan adanya produk 2,3 butanadiol sebagai hasil fermentasi.
Mekanisme terjadinya reaksi pada Uji Voges-Proskueur dapat
digambarkan sebagai berikut :
40% KOHAcetoin + α-naftol diasetil + keratin (kompleks pink)
Alkohol absolute
Uji SCA
Bakteri yang memfermentasikan sitrat sebagai sumber karbon
akan menghasilkan natrium karbonat yang bersifat alkali, dengan
adanya indicator BTB menyebabkan terjadinya warna biru. Pada
salmonella, tidak memfermentasikan sitrat, sehingga pada
penambahan media citrate hasilnya negative. (Gani. A. 2003).
Media ini merupakan medium sintetik dengan Na Citrat
sebagai satu-satunya sumber karbon, NHA+ sebagai sumber N, BTB
sebagai indicator pH.
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan baik dari pewarnaan maupun uji
biokimia yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa bakteri yang
diidentifikasi yaitu bakteri Salmonella thypi. Adapun hasil dari beberapa
uji yang tidak sesuai seperti pada sukrosa, mungkin disebabkan dari
media yang digunakan kurang layak pakai, atau dari cara pembuatan
media itu sendiri.
B. Saran
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
33
Pada pewarnaan gram hendaknya dilakukan dengan teliti dan
sesuai prosedur yang ada agar bakteri yang seharusnya gram negative
tidak tampak seperti gram positif. Lebih teliti lagi dalam pembuatan media-
media khususnya media sukrosa.
DAFTAR PUSTAKA
http://risaluvita.wordpress.com/about/
Bakhri samsul, Mursalim, hasnawati, hadijah siti, dan joharsan. 2014.
Penuntun Praktikum Bakteriologi II. Poltekkes. Makassar; 30
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES
34
Laporan Bakteriologi_Cut Indriputri_D IV ANAKES