Upload
dewa-rhadea
View
34
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
menbi
Citation preview
KONSEP DASAR MANAJEMEN BIAYA
I. Pendahuluan
Pengertian biaya tidak dapat dipisahkan dengan pengertian kos dan aset serta rugi (loss).
APB menjelaskan, biaya timbul hanya dalam kaitannya dengan kegiatan penciptaan laba
yang mengakibatkan perubahan ekuitas. Pengiriman barang (direpresentasi dengan kos
barang terjual) dalam transaksi penjualan merupakan biaya karena hasil bersih (net result)
penjualan tersebut adalah perubahan ekuitas. Di lain pihak, timbulnya kewajiban untuk
pembelian aset bukan merupakan biaya karena ekuitas tidak dapat berubah pada saat
pembelian tersebut. Dengan makna yang hampir sama, IAI (IASC) mendefinisikan biaya
dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002) sebagai berikut: Beban adalah penurunan
manfaat ekonomi selama suatu perioda akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang
tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Rayburn, L. G. yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) menyatakan, “Biaya mengukur
pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk suatu
produk, biaya menunjukkan ukuran moneter sumber daya yang digunakan, seperti bahan,
tenaga kerja, dan overhead. Untuk suatu jasa, biaya merupakan pengorbanan moneter yang
dilakukan untuk menyediakan jasa”.
Menurut pendapat Horngren, Datar, dan Foster (2006), “Accountants define cost as a
resource sacrificed or forgone to archieve a specific objective. A cost (such as direct
materials or advertising) is usually measured as the monetary amount that must be paid
to acquire goods or services.” (p. 25). Yang artinya akuntan mendefinisikan biaya sebagai
suatu sumber yang dikorbankan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Biaya (seperti
bahan baku langsung atau periklanan) biasanya diukur sebagai jumlah moneter yang harus
dibayar untuk mendapatkan barang atau jasa.
Mengacu pada pendapat Carter (2006) pengertian biaya dapat dikemukakan sebagai nilai
tukar, pengeluaran, atau pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Berdasarkan beberapa
1
definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan sumber daya ekonomi
yang dikorbankan untuk memperoleh suatu manfaat atau mencapai tujuan tertentu.
II. Alokasi Biaya
II.1 Alokasi Biaya yang Sistematik dan Rasional
Alokasi Sistematik dan Rasional merupakan proses penandingan dengan periode
sebagai penakar pendapatan dan biaya. Proses ini sering disebut penandingan periode
(period matching). Dalam pengakuan biaya, diasumsi bahwa yang menerima manfaat dari
potensi jasa adalah periode bukannya produk. Dasar ini cukup beralasan untuk beberapa
jenis cost yang memang sangat erat kaitannya dengan waktu seperti depresiasi, bunga, sewa,
asuransi, dan sebagainya. Alasa lain yang mendukung dasar penandingan ini adalah :
1. Banyak jenis biaya periode yang berkaitan secara tidak langsung dengan pendapatan
periode berjalan sehingga tidaklah terlalu menyimpang dari asosiasi sebab-akibat.
Misalnya, untuk suatu toko buku, sewa toko dapat diasosiasi dengan penjualan buku
selama periode penyewaan toko.
2. Kalau biaya tersebut memang diperlukan untuk operasi perusahaan secara
keseluruhan maka meretia harus dibebankan pada periode berjalan. Contoh : biaya
penyelenggaraan klinik, dan perwatan medis pegawai.
3. Bila biaya tidak diasosiasi dengan cukup pasti dengan pendapatan masa datang atau
manfaat ekonomik tidak dapat dikaitkan dengan periode-periode masa datang.
4. Kalau kegiatan atau kejadian sifatnya normal (regular) dan berulang serta jumlahnya
tidak mempengaruhi laba secara material meskipun hal tersebut tidka
menggambarkan penandingan yang sempurna (perfect matching) atau bahkan salah
tanding (mismatched).
5. Suatu kondisi memang memaksa untuk alokasi (baik antarperiode atau
antarkegiatan) terutama untuk kos bergabung atau bersama (joint atau common cost)
meskipun basisnya agak arbitrer. Jadi, alokasi sistematik dan rasional memang
merupakan kebutuhan.
2
II.2 Alokasi Biaya Gabungan (Bersama)
Argumen pendukung alokasi oleh Hendriksen di atas sebenarnya menjadi
dasar pemikiran bahwa alokasi merupakan proses yagn tidak dapat dihindari untuk
mencapai penandingan sebab-akibat. Karena karakteristik operasi perusahaan pada
umumnya, penentuan kos produk secara tepat membutuhkan alokasi untuk kos bergabung
(joint cost) atau kos bersama (common cost) betapapun dasar alokasi tersebut agak bersifat
abriter.
Kedua jenis kos ini sama-sama merupakan kos fasilitas, kegiatan, proses, atau
departemen jasa yang dinikmati oleh beberapa angkatan produk atau objek kos lain (misal
departemen produksi). Akan tetapi keduanya berbeda dalam hal penyerapan oleh produk.
Kos bersama tidak diserap langsung oleh produk tetapi diserap melalui departemen
produksi. Kos bergabung terjadi karena satu fasilitas atau proses terpaksa digunakan untuk
mengolah beberapa produk sekaligus karena secara teknis atau alamiah beberapa produk
tersebut tidak dapat dipisahkan pengolahannya sampai titik tertentu (spli point).
Alokasi Kos Bergabung atau Bersama bersifat internal dalam suatu periode sehingga
hasilnya tidak mempengaruhi cost operasi total untuk periode tersebut meskipun dasar
alokasi agak arbitrer. Alokasi semacam ini hendaknya tidak ditetapkan untuk alokasi cost
faktor jasa antar periode.
II.3 Alokasi Biaya Bukan Pemerataan Laba
Dalam akuntansi manajerial dikenal metode yang disebut pengkosan normal
(normal costing). Dengan metode ini, kos overhead dibebankan ke produk atas produk atas
dasar tarif taksiran untuk suatu periode. Tujuannya adalah agar kos produksi untuk periode
interim (bulanan) menggambarkan cost yang tepat dibanding kos aktual periode tersebut.
Hal ini dilakukan mengingat pos-pos overhead tidak terjadi secara merata sepanjang tahun.
Dengan demikian, menentukan kos produksi untuk keperluan keputusan manajerialatas
dasar kos aktual bulanan dapat menyesatkan.
Sehubungan dengan gagasan di atas, da;am hal apapun harus dibedakan dengan
tegas antara kebijakan penyebaran kos ke dalam periode-periode interim dan kebijakan
semata-mata untuk meratakan fluktuasi tahunan akibat bervariasinya kondisi ekonomi
jangka panjang. Tujuan alokasi interim bukan untuk mengaburkan perkembangan (trend)
laba melainkan untuk menjadi kan statemen laba-rugi interim bermanfaat untuk kepentingan
3
manajerial. Untuk mengatasi flutuasi laba tahunan, cara terbaik adalah dengan menrbitkan
serangkaian statemen laba-rugi tahunan seperti apa adanya bukan serangkaian statemen
yang diratakan.
III. Biaya Atas Produk dan Jasa
Menurut Carter Usry, dalam lingungna manufaktur, total biaya terdiri atas 2 elemen:
biaya manufaktur dan biaya komersial.
Biaya Manufaktur juga siebut biaya produksi atau biaya pabrik—biasanya
didefinisikan sebagai jumlah dari tida elemen biaya: bahan baku langsung dan tenaga kerja
langsung, keduanya diebut biaya utama. Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik disebut
biaya konversi.
Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari
produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitugna biaya produk. Kemudahan
penelusuran item bahan baku ke produk jadi merupakan pertimbangan utama dlam
mengklasifikasikan biaya sebagai bahan baku langsung. Tenaga kerja langsung adalah
tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat
dibebankan secara layak ke produk tertentu. Di pabrik yang sangat terotomaitsasi, dua
masalah sering muncul ketika usaha untuk mengidentifikasi tenaga kerja langsung sebgai
elemen biaya yang terpisah dilakukan. Pertama, pekerja yang sama melakukan berbagai
tugas. Mereka dapat bergantian mengerjakan tugas tenaga kerja langsung kemudian tugas
tenaga kerja tidak langsung secara cepat dan sering, sehingga biaya tenaga kerja langusng
menjadi sangat sulit bahakan tidak mungkin dipisahkan. Kedua, tenaga kerja langsung
mungkin merupakan bagian yang tidak signifikan dari total biaya produksi, membuat hal
tersebut menjadi sulit untuk menujstifikasi biaya tenaga kerja langsung sebagai elemen
biaya terpisah.
Overhead pabrik trdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara
langsung ke output tertentu. Overhead pabrik biasanya memasukkan semua biaya
manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Bahan baku tidak
langsung adalah bahan baku yang diperlukan untuk penyelesaian suatu produk tetapi tidak
diklasifikasikan sebgai bahan baku langsung karena bahan baku tersebut tidak menjadi
bagian dari produk tersebut. Bahan baku tidak langsung juga termasuk bahan baku yang
secara normal akan diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung. Ketika konsumsi bahan
4
baku tersebut sangat minimal, atau penelusuran terlalu rumit, maka pengklasifikasian bahan
baku tersebut menjadi sia-sia atau tidak ekonomis.
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenga kerja yang tidak dapat ditelusuri langsung ke
konstruksi atau komposisi dari produk jadi. Beban komersial terdiri dari dua klasifikasi
besar yaitu beban pemasaran dan beban administratif. Beban pemasaran mulai dari titik di
mana biaya manufaktur berakhir. Yaitu, ketika proses manufaktur selesai dan produk ada
dalam kondisi siap dijual. Beban admistratif termasuk beban yang terjadi dalam
mengarahkan dan mengendalikan organisasi.
III.1 Klasifikasi Biaya Dalam Hubungannya Dengan Volume Produksi :
1. Biaya Variabel
Ciri-ciri biaya variable:
a. Perubahan jumlah total dalam proporsi yang sama dengan perubahan volume
b. Biaya perunit relatif konstan meskipun volume berubah dalam rentang yang relevan
c. Dapat dibebankan kepada departemen operasi yang cukup mudah dan tepat
d. Dapat dikenndalikan oleh seorang peyelia/supervisor operasi
Biaya – biaya ini contohnya :
a. Bahan Langsung
b. Pekerja Langsung
c. Beberapa overhead pabrik, seperti : perlengkapan (supplies), bahan baker,perkakas
kecil,bahan kerusakan,limbah dan pemanfaatan kembali,biaya penerimaan
barang,royalty,biaya komunikasi,upah lembur,pengangkutan dalam pabrik.
2. Biaya Tetap
Ciri-ciri biaya tetap :
a. Jumlah keseluruhan tetap dalam rentang (range) yang relevan
b. Penurunan biaya perunit bila volume bertambah dalam rentang yang relevan
5
c. Dapat dibebankan kepada departemen-departemen berdasarkan keputusan
manajerial atau menurut metode alokasi biaya
d. Tanggung jawab pengendalian lebih banyak dipikul oleh manajemen
eksekutif daripada penyelia operasi
Biaya-biaya ini contohnya :
a. Gaji eksekutif produksi
b. Penyusutan
c. Pajak Bumi dan Bangunan
d. Amortisasi paten
e. Asuransi-aktiva tetap
f. Gaji satpam & pesuruh pabrik
g. Pemeliharaan dan perbaikan bangunan & tanah
h. Sewa
2. Biaya Semi Variabel
Yaitu : biaya yang mengandung unsur-unsur tetap dan variabel. Biaya semivariabel
ini mencakup suatu jumlah yang sebagian tetap dan bagian lainnya bervariasi
sebanding dengan perubahan jumlah keluaran.
Biaya-biaya ini contohnya :
a. Kepenyeliaan (supervisi)
b. Pemeriksaan
c. Jasa departemen penggajian
d. Jasa departemen personalia
e. Jasa administrasi pabrik
f. Jasa pengelolaan bahan & persediaan
g. Jasa departemen biaya
h. Asuransi kerugian
j. Pajak penghasilan
6
III.2 Klasifikasi Biaya Dalam Hubungannya Dengan Departemen Pabrikasi
Untuk tujuan administratif, perusahaan dapat dibagi kedalam segmen yang bervariasi
namanya. Pembagian sebuah pabrik menjadi beberapa departemen,proses,pusat biaya,atau
himpunan biaya (cost pool) yang menjadi dasar untuk mengelompokkan dan
mengakumulasikan biaya-biaya produk serta menetapkan tanggung jawab atas pengendalian
biaya.
Untuk pencapaian tingkat pengendalian yang tinggi, manajer harus mengembangkan
anggaran departemen atau pusat biaya. Pada akhir suatu periode pelaporan, efisiensi
departemen, dan keberhasilan manajer dalam mengendalikan biaya dengan membandingkan
biaya actual terhadap biaya yang dianggarkan.
Departemen–departemen dalam sebuah pabrik dapat digolongkan dalam dua kategori:
1. Departemen produksi
Dalam departemen produksi, operasi secara manual atau dengan mesin, seperti
merakit & membentuk dilaksanakan langsung terhadap produk atau bagian-
bagiannya. Biaya yang dikeluarkan departemen semacam ini dibebankan pada
produk tersebut.
2. Departemen Jasa
Departemen jasa memberikan jasa/pelayanan yang bermanfaat bagi departemen
lainnya. Pada umumnya jasa bermanfaat bagi departemen produksi atau
departemen lainnya. Biayanya merupakan bagian dari total overhead pabrik dan
harus dimasukkan dalam biaya produk.Biayanya meliputi
pemeliharaan,pembayaran gaji,akuntansi biaya,pemrosesan data dan peyediaan
makanan.
III.3 Klasifikasi Biaya Dalam Hubungannya Dengan Periode Akuntansi :
1. Belanja Barang Modal (Capital Expenditure)
Belanja barang modal disebut juga sebagai pengeluaran modal.
Yaitu: Pengeluaran yang digunakan untuk mendapatkan atau
menyempurnakan aktiva modal, seperti bangunana dan peralatan. Atau
7
pengeluaran dana-dana oleh suatu perusahaan yang diharapkan menghasilkan
manfaat selama periode waktu lebih dari satu tahun.
Pengeluaran modal dilakukan dengan beberapa alasan :
(i) Untuk ekspansi tingkat operasi, biasanya melalui akuisisi aktiva
tetap. Suatu perusahaan yang sedang tumbuh seringkali
mengganggap penting untuk mendapatkan aktiva tetap baru
dengan cepat,kadang-kadang meliputi pembelian fasilitas-
fasilitas fisik tambahan, seperti pabrik dan properti.
(ii) Untuk penggantian. Karena pertumbuhan suatu perusahaan
lambat maka dilakukan penggantian atau memperbaharui
aktiva-aktiva yang telah usang.
(iii) Memperbaharui sebagai alternative penggantian
(iv) Untuk tujuan-tujuan lain,seperti pengeluaran untuk iklan,riset
dan pengembangan, konsultan manajemen & produk-produk
baru.
2. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure)
Yaitu : Pengeluaran yang memberikan manfaat yang digunakan atau
dikonsumsi hanya pada periode berjalan.Diperlakukan sebagai biaya yang
akan disesuaikan /dicocokan dengan penerimaan.
IV. Laporan Keuangan Eksternal
Dalam dunia bisnis, ada beberapa pihak yag memerlukan laporan keuangan, yaitu pihak
internal perusahaan dan pihak eksternal perusahaan. Pihak internal perusahaan adalah para
manajer pada semua tingkat. Lapotran keuangan itu dijadikan alat untuk mengambil
keputusan rutin dan keputusan khusus. Keputusan rutin meliputin keputusan0keputusan
yang berhubungan dengan kegiatan oprasi dan keputusan kusus meliputi keputusan-
keputusan yang berhubungan dengan investasi jangka panjang, misalnya mendirikan pabrik
baru, memproduksi produk baru, mendirikan anak perusahaan, riset pemsaran, dan
sebagainya.
8
Pihak eksternal yang membutuhkan laporan keuangan antara lain adalah pemegang saham,
kantor pajak, pasar modal, lembaga keuangan, serikat buruh, dan sebagainya. Mereka
mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dalam menggunakan informasi laporan
keuangan. Pemegang saham untuk menilai investasi; kantor pajak untuk menentukan
besarnya pajak penghasilan; pasar modal untuk memperkirakan harga saham; serikat buruh
untuk memperkirakan bonus yang akan diterimanya.
9