13
KONSEP DASAR MANAJEMEN BIAYA I. Pendahuluan Pengertian biaya tidak dapat dipisahkan dengan pengertian kos dan aset serta rugi (loss). APB menjelaskan, biaya timbul hanya dalam kaitannya dengan kegiatan penciptaan laba yang mengakibatkan perubahan ekuitas. Pengiriman barang (direpresentasi dengan kos barang terjual) dalam transaksi penjualan merupakan biaya karena hasil bersih (net result) penjualan tersebut adalah perubahan ekuitas. Di lain pihak, timbulnya kewajiban untuk pembelian aset bukan merupakan biaya karena ekuitas tidak dapat berubah pada saat pembelian tersebut. Dengan makna yang hampir sama, IAI (IASC) mendefinisikan biaya dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002) sebagai berikut: Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu perioda akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Rayburn, L. G. yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) menyatakan, “Biaya mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk suatu produk, biaya menunjukkan ukuran moneter sumber daya yang digunakan, seperti bahan, tenaga kerja, dan overhead. Untuk suatu jasa, biaya merupakan pengorbanan moneter yang 1

Sanjaya-konsep Dasar Manajemen Biaya

Embed Size (px)

DESCRIPTION

menbi

Citation preview

Page 1: Sanjaya-konsep Dasar Manajemen Biaya

KONSEP DASAR MANAJEMEN BIAYA

I. Pendahuluan

Pengertian biaya tidak dapat dipisahkan dengan pengertian kos dan aset serta rugi (loss).

APB menjelaskan, biaya timbul hanya dalam kaitannya dengan kegiatan penciptaan laba

yang mengakibatkan perubahan ekuitas. Pengiriman barang (direpresentasi dengan kos

barang terjual) dalam transaksi penjualan merupakan biaya karena hasil bersih (net result)

penjualan tersebut adalah perubahan ekuitas. Di lain pihak, timbulnya kewajiban untuk

pembelian aset bukan merupakan biaya karena ekuitas tidak dapat berubah pada saat

pembelian tersebut. Dengan makna yang hampir sama, IAI (IASC) mendefinisikan biaya

dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002) sebagai berikut: Beban adalah penurunan

manfaat ekonomi selama suatu perioda akuntansi dalam bentuk arus keluar atau

berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang

tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.

Rayburn, L. G. yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) menyatakan, “Biaya mengukur

pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk suatu

produk, biaya menunjukkan ukuran moneter sumber daya yang digunakan, seperti bahan,

tenaga kerja, dan overhead. Untuk suatu jasa, biaya merupakan pengorbanan moneter yang

dilakukan untuk menyediakan jasa”.

Menurut pendapat Horngren, Datar, dan Foster (2006), “Accountants define cost as a

resource sacrificed or forgone to archieve a specific objective. A cost (such as direct

materials or advertising) is usually measured as the monetary amount that must be paid

to acquire goods or services.” (p. 25). Yang artinya akuntan mendefinisikan biaya sebagai

suatu sumber yang dikorbankan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Biaya (seperti

bahan baku langsung atau periklanan) biasanya diukur sebagai jumlah moneter yang harus

dibayar untuk mendapatkan barang atau jasa.

Mengacu pada pendapat Carter (2006) pengertian biaya dapat dikemukakan sebagai nilai

tukar, pengeluaran, atau pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Berdasarkan beberapa

1

Page 2: Sanjaya-konsep Dasar Manajemen Biaya

definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan sumber daya ekonomi

yang dikorbankan untuk memperoleh suatu manfaat atau mencapai tujuan tertentu.

II. Alokasi Biaya

II.1 Alokasi Biaya yang Sistematik dan Rasional

Alokasi Sistematik dan Rasional merupakan proses penandingan dengan periode

sebagai penakar pendapatan dan biaya. Proses ini sering disebut penandingan periode

(period matching). Dalam pengakuan biaya, diasumsi bahwa yang menerima manfaat dari

potensi jasa adalah periode bukannya produk. Dasar ini cukup beralasan untuk beberapa

jenis cost yang memang sangat erat kaitannya dengan waktu seperti depresiasi, bunga, sewa,

asuransi, dan sebagainya. Alasa lain yang mendukung dasar penandingan ini adalah :

1. Banyak jenis biaya periode yang berkaitan secara tidak langsung dengan pendapatan

periode berjalan sehingga tidaklah terlalu menyimpang dari asosiasi sebab-akibat.

Misalnya, untuk suatu toko buku, sewa toko dapat diasosiasi dengan penjualan buku

selama periode penyewaan toko.

2. Kalau biaya tersebut memang diperlukan untuk operasi perusahaan secara

keseluruhan maka meretia harus dibebankan pada periode berjalan. Contoh : biaya

penyelenggaraan klinik, dan perwatan medis pegawai.

3. Bila biaya tidak diasosiasi dengan cukup pasti dengan pendapatan masa datang atau

manfaat ekonomik tidak dapat dikaitkan dengan periode-periode masa datang.

4. Kalau kegiatan atau kejadian sifatnya normal (regular) dan berulang serta jumlahnya

tidak mempengaruhi laba secara material meskipun hal tersebut tidka

menggambarkan penandingan yang sempurna (perfect matching) atau bahkan salah

tanding (mismatched).

5. Suatu kondisi memang memaksa untuk alokasi (baik antarperiode atau

antarkegiatan) terutama untuk kos bergabung atau bersama (joint atau common cost)

meskipun basisnya agak arbitrer. Jadi, alokasi sistematik dan rasional memang

merupakan kebutuhan.

2

Page 3: Sanjaya-konsep Dasar Manajemen Biaya

II.2 Alokasi Biaya Gabungan (Bersama)

Argumen pendukung alokasi oleh Hendriksen di atas sebenarnya menjadi

dasar pemikiran bahwa alokasi merupakan proses yagn tidak dapat dihindari untuk

mencapai penandingan sebab-akibat. Karena karakteristik operasi perusahaan pada

umumnya, penentuan kos produk secara tepat membutuhkan alokasi untuk kos bergabung

(joint cost) atau kos bersama (common cost) betapapun dasar alokasi tersebut agak bersifat

abriter.

Kedua jenis kos ini sama-sama merupakan kos fasilitas, kegiatan, proses, atau

departemen jasa yang dinikmati oleh beberapa angkatan produk atau objek kos lain (misal

departemen produksi). Akan tetapi keduanya berbeda dalam hal penyerapan oleh produk.

Kos bersama tidak diserap langsung oleh produk tetapi diserap melalui departemen

produksi. Kos bergabung terjadi karena satu fasilitas atau proses terpaksa digunakan untuk

mengolah beberapa produk sekaligus karena secara teknis atau alamiah beberapa produk

tersebut tidak dapat dipisahkan pengolahannya sampai titik tertentu (spli point).

Alokasi Kos Bergabung atau Bersama bersifat internal dalam suatu periode sehingga

hasilnya tidak mempengaruhi cost operasi total untuk periode tersebut meskipun dasar

alokasi agak arbitrer. Alokasi semacam ini hendaknya tidak ditetapkan untuk alokasi cost

faktor jasa antar periode.

II.3 Alokasi Biaya Bukan Pemerataan Laba

Dalam akuntansi manajerial dikenal metode yang disebut pengkosan normal

(normal costing). Dengan metode ini, kos overhead dibebankan ke produk atas produk atas

dasar tarif taksiran untuk suatu periode. Tujuannya adalah agar kos produksi untuk periode

interim (bulanan) menggambarkan cost yang tepat dibanding kos aktual periode tersebut.

Hal ini dilakukan mengingat pos-pos overhead tidak terjadi secara merata sepanjang tahun.

Dengan demikian, menentukan kos produksi untuk keperluan keputusan manajerialatas

dasar kos aktual bulanan dapat menyesatkan.

Sehubungan dengan gagasan di atas, da;am hal apapun harus dibedakan dengan

tegas antara kebijakan penyebaran kos ke dalam periode-periode interim dan kebijakan

semata-mata untuk meratakan fluktuasi tahunan akibat bervariasinya kondisi ekonomi

jangka panjang. Tujuan alokasi interim bukan untuk mengaburkan perkembangan (trend)

laba melainkan untuk menjadi kan statemen laba-rugi interim bermanfaat untuk kepentingan

3

Page 4: Sanjaya-konsep Dasar Manajemen Biaya

manajerial. Untuk mengatasi flutuasi laba tahunan, cara terbaik adalah dengan menrbitkan

serangkaian statemen laba-rugi tahunan seperti apa adanya bukan serangkaian statemen

yang diratakan.

III. Biaya Atas Produk dan Jasa

Menurut Carter Usry, dalam lingungna manufaktur, total biaya terdiri atas 2 elemen:

biaya manufaktur dan biaya komersial.

Biaya Manufaktur juga siebut biaya produksi atau biaya pabrik—biasanya

didefinisikan sebagai jumlah dari tida elemen biaya: bahan baku langsung dan tenaga kerja

langsung, keduanya diebut biaya utama. Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik disebut

biaya konversi.

Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari

produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitugna biaya produk. Kemudahan

penelusuran item bahan baku ke produk jadi merupakan pertimbangan utama dlam

mengklasifikasikan biaya sebagai bahan baku langsung. Tenaga kerja langsung adalah

tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat

dibebankan secara layak ke produk tertentu. Di pabrik yang sangat terotomaitsasi, dua

masalah sering muncul ketika usaha untuk mengidentifikasi tenaga kerja langsung sebgai

elemen biaya yang terpisah dilakukan. Pertama, pekerja yang sama melakukan berbagai

tugas. Mereka dapat bergantian mengerjakan tugas tenaga kerja langsung kemudian tugas

tenaga kerja tidak langsung secara cepat dan sering, sehingga biaya tenaga kerja langusng

menjadi sangat sulit bahakan tidak mungkin dipisahkan. Kedua, tenaga kerja langsung

mungkin merupakan bagian yang tidak signifikan dari total biaya produksi, membuat hal

tersebut menjadi sulit untuk menujstifikasi biaya tenaga kerja langsung sebagai elemen

biaya terpisah.

Overhead pabrik trdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara

langsung ke output tertentu. Overhead pabrik biasanya memasukkan semua biaya

manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Bahan baku tidak

langsung adalah bahan baku yang diperlukan untuk penyelesaian suatu produk tetapi tidak

diklasifikasikan sebgai bahan baku langsung karena bahan baku tersebut tidak menjadi

bagian dari produk tersebut. Bahan baku tidak langsung juga termasuk bahan baku yang

secara normal akan diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung. Ketika konsumsi bahan

4

Page 5: Sanjaya-konsep Dasar Manajemen Biaya

baku tersebut sangat minimal, atau penelusuran terlalu rumit, maka pengklasifikasian bahan

baku tersebut menjadi sia-sia atau tidak ekonomis.

Tenaga kerja tidak langsung adalah tenga kerja yang tidak dapat ditelusuri langsung ke

konstruksi atau komposisi dari produk jadi. Beban komersial terdiri dari dua klasifikasi

besar yaitu beban pemasaran dan beban administratif. Beban pemasaran mulai dari titik di

mana biaya manufaktur berakhir. Yaitu, ketika proses manufaktur selesai dan produk ada

dalam kondisi siap dijual. Beban admistratif termasuk beban yang terjadi dalam

mengarahkan dan mengendalikan organisasi.

III.1 Klasifikasi Biaya Dalam Hubungannya Dengan Volume Produksi :

1. Biaya Variabel

Ciri-ciri biaya variable:

a. Perubahan jumlah total dalam proporsi yang sama dengan perubahan volume

b. Biaya perunit relatif konstan meskipun volume berubah dalam rentang yang relevan

c. Dapat dibebankan kepada departemen operasi yang cukup mudah dan tepat

d. Dapat dikenndalikan oleh seorang peyelia/supervisor operasi

Biaya – biaya ini contohnya :

a. Bahan Langsung

b. Pekerja Langsung

c. Beberapa overhead pabrik, seperti : perlengkapan (supplies), bahan baker,perkakas

kecil,bahan kerusakan,limbah dan pemanfaatan kembali,biaya penerimaan

barang,royalty,biaya komunikasi,upah lembur,pengangkutan dalam pabrik.

2. Biaya Tetap

Ciri-ciri biaya tetap :

a. Jumlah keseluruhan tetap dalam rentang (range) yang relevan

b. Penurunan biaya perunit bila volume bertambah dalam rentang yang relevan

5

Page 6: Sanjaya-konsep Dasar Manajemen Biaya

c. Dapat dibebankan kepada departemen-departemen berdasarkan keputusan

manajerial atau menurut metode alokasi biaya

d. Tanggung jawab pengendalian lebih banyak dipikul oleh manajemen

eksekutif daripada penyelia operasi

Biaya-biaya ini contohnya :

a. Gaji eksekutif produksi

b. Penyusutan

c. Pajak Bumi dan Bangunan

d. Amortisasi paten

e. Asuransi-aktiva tetap

f. Gaji satpam & pesuruh pabrik

g. Pemeliharaan dan perbaikan bangunan & tanah

h. Sewa

2. Biaya Semi Variabel

Yaitu : biaya yang mengandung unsur-unsur tetap dan variabel. Biaya semivariabel

ini mencakup suatu jumlah yang sebagian tetap dan bagian lainnya bervariasi

sebanding dengan perubahan jumlah keluaran.

Biaya-biaya ini contohnya :

a. Kepenyeliaan (supervisi)

b. Pemeriksaan

c. Jasa departemen penggajian

d. Jasa departemen personalia

e. Jasa administrasi pabrik

f. Jasa pengelolaan bahan & persediaan

g. Jasa departemen biaya

h. Asuransi kerugian

j. Pajak penghasilan

6

Page 7: Sanjaya-konsep Dasar Manajemen Biaya

III.2 Klasifikasi Biaya Dalam Hubungannya Dengan Departemen Pabrikasi

Untuk tujuan administratif, perusahaan dapat dibagi kedalam segmen yang bervariasi

namanya. Pembagian sebuah pabrik menjadi beberapa departemen,proses,pusat biaya,atau

himpunan biaya (cost pool) yang menjadi dasar untuk mengelompokkan dan

mengakumulasikan biaya-biaya produk serta menetapkan tanggung jawab atas pengendalian

biaya.

Untuk pencapaian tingkat pengendalian yang tinggi, manajer harus mengembangkan

anggaran departemen atau pusat biaya. Pada akhir suatu periode pelaporan, efisiensi

departemen, dan keberhasilan manajer dalam mengendalikan biaya dengan membandingkan

biaya actual terhadap biaya yang dianggarkan.

Departemen–departemen dalam sebuah pabrik dapat digolongkan dalam dua kategori:

1. Departemen produksi

Dalam departemen produksi, operasi secara manual atau dengan mesin, seperti

merakit & membentuk dilaksanakan langsung terhadap produk atau bagian-

bagiannya. Biaya yang dikeluarkan departemen semacam ini dibebankan pada

produk tersebut.

2. Departemen Jasa

Departemen jasa memberikan jasa/pelayanan yang bermanfaat bagi departemen

lainnya. Pada umumnya jasa bermanfaat bagi departemen produksi atau

departemen lainnya. Biayanya merupakan bagian dari total overhead pabrik dan

harus dimasukkan dalam biaya produk.Biayanya meliputi

pemeliharaan,pembayaran gaji,akuntansi biaya,pemrosesan data dan peyediaan

makanan.

III.3 Klasifikasi Biaya Dalam Hubungannya Dengan Periode Akuntansi :

1. Belanja Barang Modal (Capital Expenditure)

Belanja barang modal disebut juga sebagai pengeluaran modal.

Yaitu: Pengeluaran yang digunakan untuk mendapatkan atau

menyempurnakan aktiva modal, seperti bangunana dan peralatan. Atau

7

Page 8: Sanjaya-konsep Dasar Manajemen Biaya

pengeluaran dana-dana oleh suatu perusahaan yang diharapkan menghasilkan

manfaat selama periode waktu lebih dari satu tahun.

Pengeluaran modal dilakukan dengan beberapa alasan :

(i) Untuk ekspansi tingkat operasi, biasanya melalui akuisisi aktiva

tetap. Suatu perusahaan yang sedang tumbuh seringkali

mengganggap penting untuk mendapatkan aktiva tetap baru

dengan cepat,kadang-kadang meliputi pembelian fasilitas-

fasilitas fisik tambahan, seperti pabrik dan properti.

(ii) Untuk penggantian. Karena pertumbuhan suatu perusahaan

lambat maka dilakukan penggantian atau memperbaharui

aktiva-aktiva yang telah usang.

(iii) Memperbaharui sebagai alternative penggantian

(iv) Untuk tujuan-tujuan lain,seperti pengeluaran untuk iklan,riset

dan pengembangan, konsultan manajemen & produk-produk

baru.

2. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure)

Yaitu : Pengeluaran yang memberikan manfaat yang digunakan atau

dikonsumsi hanya pada periode berjalan.Diperlakukan sebagai biaya yang

akan disesuaikan /dicocokan dengan penerimaan.

IV. Laporan Keuangan Eksternal

Dalam dunia bisnis, ada beberapa pihak yag memerlukan laporan keuangan, yaitu pihak

internal perusahaan dan pihak eksternal perusahaan. Pihak internal perusahaan adalah para

manajer pada semua tingkat. Lapotran keuangan itu dijadikan alat untuk mengambil

keputusan rutin dan keputusan khusus. Keputusan rutin meliputin keputusan0keputusan

yang berhubungan dengan kegiatan oprasi dan keputusan kusus meliputi keputusan-

keputusan yang berhubungan dengan investasi jangka panjang, misalnya mendirikan pabrik

baru, memproduksi produk baru, mendirikan anak perusahaan, riset pemsaran, dan

sebagainya.

8

Page 9: Sanjaya-konsep Dasar Manajemen Biaya

Pihak eksternal yang membutuhkan laporan keuangan antara lain adalah pemegang saham,

kantor pajak, pasar modal, lembaga keuangan, serikat buruh, dan sebagainya. Mereka

mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dalam menggunakan informasi laporan

keuangan. Pemegang saham untuk menilai investasi; kantor pajak untuk menentukan

besarnya pajak penghasilan; pasar modal untuk memperkirakan harga saham; serikat buruh

untuk memperkirakan bonus yang akan diterimanya.

9