Click here to load reader
Upload
anonymous-t6bfun2uq
View
8
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
SAP APPENDIK
Citation preview
APENDIKSITIS
I. Latar belakang
Appendiks merupakan suatu bagian sepertoi kantong yang non fungsional dan terletak di
bagian inferior seikum (smeltzer, 2002).
Berdasarkan data WHO tahun 2005 didapatkan bahwa jumlah penderita apendiksitis
berjumlah sekitar 50 %. Adapun jumlah penderita penyakit apendiksitis pada tahun 2009 di
Indonesia berjumlah sekitar 27% dari jumlah penduduk Indonesia, di Kalimantan Timur
berjumlah 26% dari jumlah penduduk di Kalimantan Timur, di Samarinda berjumlah 25% dari
jumlah penduduk Samarinda.
Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor
pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara
pasti. Di antaranya faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) appendiks oleh
timbunan tinja/feces yang keras (fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit
cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Diantara beberapa faktor
diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya sebagai penyabab adalah faktor
penyumbatan oleh tinja/feces dan hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran
inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam
tinja/feces manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli,
inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus buntu.
Makan cabai bersama bijinya atau jambu klutuk beserta bijinya sering kali tak tercerna
dalam tinja dan menyelinap kesaluran appendiks sebagai benda asin, Begitu pula terjadinya
pengerasan tinja/feces (konstipasi) dalam waktu lama sangat mungkin ada bagiannya yang
terselip masuk kesaluran appendiks yang pada akhirnya menjadi media kuman/bakteri bersarang
dan berkembang biak sebagai infeksi yang menimbulkan peradangan usus buntu tersebut.
Pembedahan segera dilakukan, untuk mencegah terjadinya ruptur (peca), terbentuknya
abses atau peradangan pada selaput rongga perut (peritonitis).
Pada hampir 15% pembedahan usus buntu, usus buntunya ditemukan normal. Tetapi penundaan
pembedahan sampai ditemukan penyebab nyeri perutnya, dapat berakibat fatal. Usus buntu yang
terinfeksi bisa pecah dalam waktu kurang dari 24 jam setelah gejalanya timbul. Bahkan
meskipun apendisitis bukan penyebabnya, usus buntu tetap diangkat. Lalu dokter bedah akan
memeriksa perut dan mencoba menentukan penyebab nyeri yang sebenarnya. Pembedahan yang
segera dilakukan bisa mengurangi angka kematian pada apendisitis. Penderita dapat pulang dari
rumah sakit dalam waktu 2-3 hari dan penyembuhan biasanya cepat dan sempurna. Usus buntu
yang pecah, prognosisnya lebih serius. 50 tahun yang lalu, kasus yang ruptur sering berakhir
fatal. Dengan pemberian antibiotik, angka kematian mendekati nol.(medicastore)
II. SATUAN ACARA PENYULUHAN APENDIKSITIS
Pokok bahasan : Gangguan Sistem Pencernaan
Sub pokok bahasan : Apendiksitis
Sasaran : Pasien dan keluarga dengan apendiksitis
Tempat : RSU Bhakti Asih Ruang Bedah
Hari/Tanggal : Selasa, 26 November 2013
Waktu : 1 x 30 menit ( jam 09.30 -10.00 WIB)
Penyuluh : MOHAMAD ROBIT HIMAMI
III. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Pada akhir proses penyuluhan, pasien dan keluarga pasien dapat mengetahui dan memahami
tentang penyakit apendiksitis.
IV. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x30 menit, maka diharapkan pasien dan keluarga pasien:
1. Memahami pengertian apendiksitis.
2. Memahami penyebab apendiksitis.
3. Memahami tanda dan gejala apendiksitis.
4. Memahami komplikasi apendiksitis.
5. Memahami pengobatan apendiksitis.
V. SASARAN
Pasien dan keluarga pasien dengan apendiksitis
VI. PEMBAHASAN MATERI
1. Pengertian apendiksitis
2. Penyebab apendiksitis
3. Tanda dan gejala apendiksitis
4. Komplikasi apendiksitis
5. Pengobatan apendiksitis
VII. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab / Diskusi
VIII. MEDIA
1. Leaflet
2. Lembar balik
IX. SETTING TEMPAT
Keterangan :
: Penyuluh
: Pasien
: Keluarga
X. KEGIATAN PENYULUHAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHKEGIATAN
PESERTAMETODE
1 3 menit Pembukaan:
1. Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam
2. Kontrak waktu
3. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
4. Appersepsi ( menggali sejauh
mana pasien/keluarga
mengetahui penyakit
apendiksiti)
1. Menjawab
salam
2. Menyetujui
3. Mendengarkan
4. Menjawab
sesuai pengetahuan
audien tentang
apendiksitis.
Ceramah
2 15 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan materi tentang
apendiksitis
a. Pengertian apendiksitis
b. Penyebab apendiksitis
c. Tanda dan gejala
apendiksitis
d. Komplikasi apendiksitis
e. Pengobatan apendiksitis
2. Memeberikan kessempatan
untuk bertanya
3. Melakukan evaluasi : dengan
menanyakan kepada peserta tentang
materi yang telah di berikan
4. Reinforcement kepada para
peserta yang dapat menjawab
pertanyaan
Memperhatikan/
Mendengarkan
Menanyakan materi
yang belum jelas
Menjawab
pertanyaan
Ceramah
dengan
menggunakan
lembar balik
Tanya jawab
dan diskusi
5. Menyimpulkan materi
apendiksitis
Mendengarkan
Mendengarkan
3 4 menit Penutup
1. Rencana tindak lanjut untuk
pertemuan selanjutnya
2. Mengucapkan salam
penutup
Mendengarkan
-
Menjawab salam
Ceramah dan
membagikan
leaflet
XI. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
Semua pasien dan keluarga pasien berkumpul di ruang bedah
Menyelenggaraan penyuluan dilaksanakan di ruang bedah
2. Evaluasi proses
a. Apa yang dimaksud dengan apendiksitis ?
b. Apa penyebab apendiksitis ?
c. Apa tanda dan gejala apendiksitis ?
Jawab
a. Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari,melekat pada sekum tepat
dibawah katup ileocecal
b. Obstruksi penyumbatan yang dapat disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid
merupakan penyebab terbanyak,adanya fekalit dalam lumen appendiks
c. 1. Fekalit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat
2. Tumor apendiks
3. Cacing ascaris
4. Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica
5. Hiperplasia jaringan limfe
6. Benda asing
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian
· Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari,melekat pada sekum
tepat dibawah katup ileocecal (Brunner & Sudart, 2002)
· Apendiksitis adalah salah satu peradangan pada apendiks yang berbentuk cacing, yang
berlokasi dekat katup ileocecal (Barbara, C.Long, 1996).
· Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks vermiforis dan merupakan peyebab
abdomen akut yang paling sering (Arif Mansjoer, 2000).
· Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah
kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer,
2001).
2. Penyebab
· Fekalit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat
· Tumor apendiks
· Cacing ascaris
· Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica
· Hiperplasia jaringan limfe
· Benda asing
3. Klasifikasi
Apendisitis dibagi atas :
a. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah
sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
b. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh
akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya
ditemukan pada usia tua.
4. Tanda dan gejala
· Sakit dan kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah
· Anoreksia
· Mual
· Muntah (tanda awal yang umum, kurang umum pada anak yang lebih besar)
· Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonitis
· Nyeri lepas
· Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali
· Konstipasi
· Diare
· Kencing sedikit-sedikit / Disuria
· Iritabilitas
· Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut
· Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri
tumpulnya tidak terlalu terasa
· Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat
· Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam setelah
munculnya gejala pertama.
5. Komplikasi
· Perforasi
· Peritonitis
· Infeksi luka
· Abses intra abdomen
· Obstruksi intestinum
6. Pengobatan apendiksitis
Ace Maxs Adalah Minuman kesehatan yang sangat berkhasiat dan Efektif dapat menyembuhkan
berbagai macam penyakit kronis salahsatunya tentu bisa menyembuhkan penyakit Usus buntu
secara ampuh dan Aman. Ace Maxs yang terbuat dari bahan-bahan alami dan terjamin kualitas
nya, namun dari cara penngelolaannya telah menggunakan Alat-Alat yang modern dan telah
ditelaah oleh para medis dan telah di akui oleh Badan kesehatan RI. Alasan kami
merekomendasikan Ace Maxs sebagai penyembuhan penyakit Usus Buntu karena Ace Maxs itu
sendiri terbuat dan diolah dari bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sedikitpun
sehingga jelas hasil yang diperolehnya pun jelas menghasilkan suatu produk yang berkualitas
dan Ampuh dalam mengobati penyakit Usus Buntu tanpa adanya efek samping yang ditimbulkan
baik dalam jangka waktu panjang ataupun pendek.
Ace Maxs yang terbuat dari Bahan Utama Kulit Manggis dan Daun sirsak dan dibantu dengan
campuran bunga Rosella, buah apel dan Madu sehingga dari rassa yang dihasilkan sangat n\
banyak disukai Oleh sebagian Masyarakat luas. Kandungan yang terdapat dari kulit manggis itu
yaitu kaya akan Antioksidan yang sangat bermanfaat dan bisa membunuh berbagai macam
kanker ada kuranng lebih 12 kanker yang berhasil disembuhkan juga kandungan inilah yang bisa
membunuh bakteri-bakteri yang terdapat dalm penyakit usus buntu tersebut. Selain itu daun
sirsak yang juga banyak mengandung Acetogenin yang berfungsi menyeimbangkan Antibodi
dalam tubuh sehingga tidak mudah bagi bakteri-bakteri untuk bisa masuk dalam tubuh
seseorang.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000 :
Ø Pencegahan
Dapat di lakukan dengan banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat seperti buah pepeya,
pisang dan sayur-sayuran seperti kangkung, kacang panjang, serta menjaga kebersihan, tidak
sering makan – makanan yang terlalu pedas dan asam, buang air besar secara teratur, olah raga
teratur, tidak makan makanan seperti mie instan secara berlebihan.
Ø Sebelum operasi
· Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
· Pemasangan kateter untuk control produksi urin.
· Rehidrasi
· Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
· Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk membuka
pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.
· Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
Ø Operasi
· Apendiktomi.
· Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen dicuci
dengan garam fisiologis dan antibiotika.
· Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin mengecil,atau abses
mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila
abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.
Ø Pasca operasi
· Observasi TTV.
· Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat
dicegah.
· Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.
· Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien
dipuasakan.
· Bila tindakan operasilebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan sampai
fungsi usus kembali normal.
· Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan
harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.
· Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2×30
menit.Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
· Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.
S. Heru Adi. 1995. Kesehatan Masyarakat. Jakarta. : EGC
Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai penerbit FKUI