5
Parastika Heavi Nur Anggreany 180410120026 Sastra Inggris Poligami: Tradisi dari Budaya Islam? Poligami merupakan keadaan dimana seorang laki-laki memiliki istri lebih dari satu. Kata poligami sendiri berasal dari bahasa Inggris “polygamy” yang artinya beristri lebih dari satu. Situasi demikian masih banyak ditemui bahkan hingga saat ini. Seorang enyanyi sekaligus penulis lagu ternama ibukota bahkan tak sungkan mengangkat tema poligami sebagai salah satu lagu andalanya. Berikut penggalan lirik lagu tersebut yang secara eksplisit menyebutkan “Istri tua merajuk, balik ke istri muda. Kalau dua-duanya merajuk, ana kawin tiga.” [1] Lagu tersebut menunjukkan bahwa fenomena poligami termasuk situasi yang biasa terjadi di Negara kita. Namun sayangnya, fenomena “biasa” ini memiliki dampak negatif yang tidak biasa bagi kaum perempuan. Seorang perempuan yang dipoligami oleh suaminya umumnya akan merasa inferior akibat rasa bersalahnya karena tidak mampu memenuhi keinginan suami. Tidak hanya bagi istri, poligami juga mempengaruhi kondisi psikologis anak. Anak tentunya menginginkan sebuah keluarga yang ideal sehingga kehadiran individu lain akan menjadi faktor timbulnya kecemburuan yang akhirnya berujung pada terjadinya konflik dalam keluarga. [2]

Sastra Inggris

Embed Size (px)

DESCRIPTION

you will see

Citation preview

Parastika Heavi Nur Anggreany180410120026Sastra Inggris

Poligami: Tradisi dari Budaya Islam?

Poligami merupakan keadaan dimana seorang laki-laki memiliki istri lebih dari satu. Kata poligami sendiri berasal dari bahasa Inggris polygamy yang artinya beristri lebih dari satu. Situasi demikian masih banyak ditemui bahkan hingga saat ini. Seorang enyanyi sekaligus penulis lagu ternama ibukota bahkan tak sungkan mengangkat tema poligami sebagai salah satu lagu andalanya. Berikut penggalan lirik lagu tersebut yang secara eksplisit menyebutkan Istri tua merajuk, balik ke istri muda. Kalau dua-duanya merajuk, ana kawin tiga. [1]Lagu tersebut menunjukkan bahwa fenomena poligami termasuk situasi yang biasa terjadi di Negara kita. Namun sayangnya, fenomena biasa ini memiliki dampak negatif yang tidak biasa bagi kaum perempuan. Seorang perempuan yang dipoligami oleh suaminya umumnya akan merasa inferior akibat rasa bersalahnya karena tidak mampu memenuhi keinginan suami. Tidak hanya bagi istri, poligami juga mempengaruhi kondisi psikologis anak. Anak tentunya menginginkan sebuah keluarga yang ideal sehingga kehadiran individu lain akan menjadi faktor timbulnya kecemburuan yang akhirnya berujung pada terjadinya konflik dalam keluarga.[2]Dengan rumitnya kehidupan pernikahan poligami lalu atas dasar apa banyak kaum laki-laki tetap berkeinginan menjajaki praktik tersebut? Boleh dibilang jika kaum laki-laki, umat Islam khususnya, memiliki dasar yang kuat untuk melakukan poligami. Hal tersebut terdapat dalam kitab Al Quran:

Maka nikahilah apa yang kamu senangi dari wanita-wanita, dua-dua, tiga-tiga, dan empat-empat. Jika kamu khawatir tidak berlaku adil, maka satu saja atau budak-budak yang kamu miliki. (QS. An-Nisa [4]: 3)

Tidak mengherankan jika kebanyakan kaum muslim menjadikan ayat tersebut sebagai justifikasi untuk menikahi lebih dari satu perempuan. Saya sendiri sempat mendengar langsung jawaban seorang laki-laki paruh baya ketika ditanya soal poligami. Dengan nada bercanda si laki-laki tersebut berkata, Kan ngikutin sunah nabi.Saya cukup geram ketika mendengar jawaban tersebut. Benar adanya sepeninggal pertamanya Khadijah, Rasulullah SAW melakukan poligami dengan beberapa orang perempuan.[3] Yang perlu digarisbawahi adalah Rasulullah SAW menikahi perempuan-perempuan tersebut dengan niat menolong karena mereka kebanyakan adalah istri dari pejuang yang telah meninggal dunia.[4] Berbeda dengan kebanyakan kaum laki-laki saat ini yang mendahulukan nafsu, dan dalam hal poligami memanfaatkan tindakan Nabi Muhammad SAW yang perilakunya yang patut dicontoh sebagai justifikasi.Karena melihat poligami sebagai salah satu tindakan yang dilakukan Nabi SAW, akhirnya banyak yang beranggapan bahwa Muhammad SAW sebagai pencetus budaya poligami di tanah Arab. Pernyataan ini keliru. Budaya poligami tidak lahir dari Arab dan sama sekali tidak dicetuskan oleh Rasulullah SAW.Praktik poligami atau menikahi lebih dari satu perempuan sudah terjadi jauh sebelum kehadiran Rasulullah SAW ke muka bumi. Di Athena, sudah lumrah bagi seorang laki-laki untuk menikahi lebih dari seorang perempuan, bahkan tidak ada aturan yang menetapkan batasnya. Tradisi yang sama juga dilakukan di Mesir Kuno, Roma, hingga beberapa penganut Kristiani seperti Raja Konstantin. Raja Solomon bahkan memiliki seratus orang istri. Raja Vlavius Valentian kemudian membuat peraturan yang mengizinkan pernikahan poligami dengan syarat mendapat persetujuan dari pihak perempuan. Pernikahan poligami akhirnya dilarang sama sekali pada rezim Justinian meski tidak banyak yang mengindahkan.Di tanah Arab sendiri pernikahan poligami juga sudah biasa terjadi. Masyarakat Arab pendahulu seperti suku Indian dan Babilonia terbiasa memiliki beberapa orang istri. Tidak aneh lagi jika pada periode Jahiliyah poligami juga dilakukan di Arab. Kaum laki-laki bebas memiliki berapapun istri selama ia mampu. Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan kekuasaan. Pada masa itu tertanam prinsip bahwa semakin besar keluarga yang dimiliki, semakin besar pula rasa bangga seorang laki-laki yang menjadi kepala keluarganya. Sebaliknya, semakin kecil keluarga yang dimiliki, maka hal tersebut menyimbolkan kegagalan dan aib bagi si kepala keluarga.[5]Pada awalnya, menikahi lebih dari satu orang perempuan merupakan tradisi sehingga tidak ada hukum tersendiri dalam Islam yang mengatur itu. Sampai akhirnya Allah SWT memberikan ketetapan tentang batasan jumlah empat orang istri pada tahun ke delapan hijrah Nabi SAW. Ketetapan tersebut tertera dalam QS. An-Nisa [4]: 3 diatas.Maka dari itu, jelas adanya bahwa praktik poligami tidak serta merta diciptakan oleh Rasulullah SAW, melainkan sudah menjadi tradisi. Laki-laki yang memegang kekuasaan yang umumnya melakukan poligami hingga menjadi tradisi. Niatnya pun berbeda dengan Rasulullah SAW; Rasulullah SAW berniat menolong, sementara pendahulunya berniat mencari kepuasan dan menunjukkan kekuasaan. Dengan demikian, penulis berharap pembaca tidak lagi memahami poligami sebagai tradisi yang berasal dari budaya Islam dan diciptakan oleh Nabi Muhammad SAW.

Referensi[1] Lagu Madu Tiga dinyanyikan oleh Ahmad Dhani[2] Dampak Negatif Poligami Islam Bagi Isteri Dan Anak. (n.d.). Diakses tanggal 22 February 2015, dari http://www.isaislamdankaumwanita.com/pernikahan/dampak-negatif-poligami-islam-bagi-isteri-dan-anak[3][4][5] El Hawfy, Ph.D., A. (1976). Why The Prophet Muhammed Married More Than One: A Study. Cairo: Supreme Council for Islamic Affairs.