11
Etiopatogenesis Penyebabnya belum diketahui pasti. Faktor presdiposisinya ialah kelainan konstitusi berupa status seboroik (seborrhoic state) yang rupanya diturunkan, bagaimana caranya belum dipastikan. Penderita pada hakekatnya mempunyai kulit yang berminyak (seborrhoea), tetapi mengenai hubungan antara kelenjar minyak dan penyakit ini belum jelas sama sekali. Ada yang mengatakan kambuhnya penyakit ini (yang sering menjadi chronis- recidivans) disebabkan oleh makanan yang berlemak, tinggi kalori, akibat minum alkohol dan gangguan emosi. 1,2 Penyakit ini berhubungan dengan kulit yang berminyak (seborrhea), meskipun peningkatan produksi sebum tidak selalu dapat di deteksi pada pasien ini. Seborrhea merupakan faktor predisposisi terjadinya dermatitis seboroik, namun dermatitis seboroik bukanlah penyakit yang terjadi pada kelenjar sebasea. Kelenjar sebasea tersebut aktif pada bayi baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif selama 9-12 tahun akibat stimulasi hormone androgen dari ibu berhenti. Dermatitis seboroik pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan pertama, kemudian jarang pada usia sebelum akil balik dan insidensinya mencapai puncaknya pada umur 18 – 40 tahun, dan kadang-kadang pada umur tua. Tingginya insiden dermatitis seboroik pada bayi baru lahir setara dengan ukuran dan aktivitas kelenjar sebasea pada usia tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir memiliki kelenjar sebasea dengan tingkat sekresi sebum yang tinggi. Pada masa

SEBOROIK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dermatitis

Citation preview

Page 1: SEBOROIK

Etiopatogenesis

Penyebabnya belum diketahui pasti. Faktor presdiposisinya ialah kelainan

konstitusi berupa status seboroik (seborrhoic state) yang rupanya diturunkan,

bagaimana caranya belum dipastikan. Penderita pada hakekatnya mempunyai kulit

yang berminyak (seborrhoea), tetapi mengenai hubungan antara kelenjar minyak dan

penyakit ini belum jelas sama sekali. Ada yang mengatakan kambuhnya penyakit ini

(yang sering menjadi chronis-recidivans) disebabkan oleh makanan yang berlemak,

tinggi kalori, akibat minum alkohol dan gangguan emosi.1,2

Penyakit ini berhubungan dengan kulit yang berminyak (seborrhea), meskipun

peningkatan produksi sebum tidak selalu dapat di deteksi pada pasien ini. Seborrhea

merupakan faktor predisposisi terjadinya dermatitis seboroik, namun dermatitis

seboroik bukanlah penyakit yang terjadi pada kelenjar sebasea. Kelenjar sebasea

tersebut aktif pada bayi baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif selama 9-12 tahun

akibat stimulasi hormone androgen dari ibu berhenti. Dermatitis seboroik pada bayi

terjadi pada umur bulan-bulan pertama, kemudian jarang pada usia sebelum akil balik

dan insidensinya mencapai puncaknya pada umur 18 – 40 tahun, dan kadang-kadang

pada umur tua. Tingginya insiden dermatitis seboroik pada bayi baru lahir setara

dengan ukuran dan aktivitas kelenjar sebasea pada usia tersebut. Hal ini menunjukkan

bahwa bayi yang baru lahir memiliki kelenjar sebasea dengan tingkat sekresi sebum

yang tinggi. Pada masa kecil, terdapat hubungan yang erat antara dermatitis seboroik

dengan peningkatan produksi sebum. Kondisi ini dikenal sebagai dermatitis seboroik

pada bayi, hal tersebut normal ditemukan pada bulan pertama kehidupan, berbeda

dengan kondisi dermatitis seboroik yang terjadi pada masa remaja dan dewasa. Pada

dewasa sebaliknya, tidak ada hubungan yang erat antara peningkatan produksi sebum

dengan dermatitis seboroik, jika terjadi puncak aktivitas kelenjar sebasea pada masa

awal pubertas, dermatitis seboroik mungkin terjadi pada waktu kemudian. Meskipun

kematangan kelenjar sebasea rupanya merupakan faktor predisposisi timbulnya

Dermatitis seboroik, tetapi tidak ada hubungan langsung secara kuantitatif antara

keaktifan kelenjar tersebut dengan sukseptibilitas untuk memperoleh Dermatitis

seboroik.2, 3, 4

Tempat terjadinya dermatitis seboroik memiliki kecenderungan pada daerah

wajah, telinga, kulit kepala dan batang tubuh bagian atas yang sangat kaya akan

Page 2: SEBOROIK

kelenjar sebasea. Dua penyakit yang memiliki tempat predileksi yang sama di daerah

ini yaitu dermatitis seboroik dan Acne.3

Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini dengan infeksi

oleh bakteri atau Pityrosporum ovale yang merupakan flora normal kulit manusia.

Pertumbuhan P.ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi inflamasi, baik

akibat produk metabolitnya yang masuk ke dalam epidermis maupun karena sel jamur

itu sendiri, melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans. Penelitian di Rosenberg

telah menunjukkan bahwa 2% ketokonazole kream dapat mengurangi jumlah dari

organism yang terdapat pada lesi di kulit kepala atau kulit yang berminyak, pada saat

yang bersamaan juga dapat menghilangkan gejala dermatitis seboroik. Penjelasan ini

dimana jamur yang menjadi penyebabnya dapat dilkakukan pencegahannya. Akan

tetapi, penelitian lain menunjukkan bahwa P. ovale dapat terjadi pada kulit kepala

yang tidak menunjukkan gejala klinis dari penyakit ini. Status seboroik sering

berasosiasi dengan meningginya sukseptibilitas terhadap infeksi piogenik, tetapi tidak

terbukti bahwa mikroorganisme inilah yang menyebabkan dermatitis seboroik.2,3

Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang

meningkat seperti psoariasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan

sitostatik dapat memperbaikinya. Pada orang yang telah mempunyai factor

predisposisi, timbulnya D.S. dapat disebabkan oleh faktor kelelahan, stress,

emosional, infeksi, atau defisiensi imun.2

Kondisi ini dapat diperburuk dengan meningkatnya keringat. Stress emosional

dapat mempengaruhi penyakit ini juga. Dermatitis seboroik dapat juga menjadi

komplikasi dari Parkinsonisme, yang berhubungan dengan seborrhoea. Pengobatan

dari parkinson dengan levodopa mengurangi ekskresi sebum sejak seborrhea pertama

kali ditemukan, tetapi tidak ada efeknya pada kecepatan ekskresi sebum yang normal.

Obat neuroleptik yang digunakan untuk menginduksi parkinsonsnisme, salah satunya

haloperidol, dapat juga menginduksi terjadinya dermatitis seboroik.

Pengobatan

Kasus-kasus yang telah mempunyai faktor konstitusi agak sukar disembuhkan,

meskipun penyakitnya dapat terkontrol. Faktor predisposisi hendaknya diperhatikan,

misalnya stres emosional dan kurang tidur. Mengenai diet, dianjurkan miskin lemak.

Page 3: SEBOROIK

Pada Bayi 3

1. Kulit kepala

Pengobatan terdiri dari 3-5% asam salisilat dalam minyak zaitun atau air,

diaplikasikan emollientngan glukokortikosteroid dalam cream atau lotion selama

beberapa hari, sampo bayi, perawatan kulit yang teratur dengan emollient, cream, dan

pasta.

2. Area intertriginosa

Pengobatan meliputi lotion pengering, seperti 0,2-0,5 % clioquinol dalam zinc lotion

atau zinc oil. Pada kandidiasis lotion atau cream nistatin atau amphotericin B dapat

dicampur dengan pasta lembut.

Pada dewasa

1. kulit kepala

Dianjurkan sampo yang mengandung selenium sulfide, imidazoles, zinc pyrithion,

benzoyl peroxide, asam salisilat, tar atau deterjen. Keraknya dapat diperbaiki dengan

pemberian glucocorticosteroid pada malam hari, atau asam salisilat dalam larutan air.

Tinctura, larutan alkohol, tonik rambut, dan produk sejenis biasanya memicu

terjadinya inflamasi dan harus dihindari.3

2. Wajah dan badan

Pasien harus menghindari salep berminyak dan mengurangi penggunaan sabun.

Larutan alkohol, penggunaan lotion sebelum dan sesudah cukur tidak dianjurkan.

Glucocorticosteroid dosis rendah (hydrocortison) cepat membantu pengobatan

penyakit ini, penggunaan yang tidak terkontrol akan menyebabkan dermatitis steroid,

rebound phenomenon steroid, steroid rosacea dan dermatitis perioral.3

Dermatitis seboroik adalah salah satu manifestasi klinis yang sering terjadi pada

pasien dengan AIDS. Sehingga merupakan salah satu lesi tanda dan harus lebih hati-

hati dalam menangani pasien dengan resiko tinggi.

3. Antifungal

Page 4: SEBOROIK

Pengobatan antifungal seperti imidazole dapat memberikan hasil yang baik. Biasanya

digunakan 2 % dalam sampo dan cream. Dalam pengujian yang berbeda menunjukkan

75-95 % terdapat perbaikan. Dalam percobaan ini hanya ketokonazol dan itakonazol

yang dipelajari, imidazole yang lain seperti econazole, clotrimazol, miconazol,

oksikonazol, isokonazol, siklopiroxolamin mungkin juga efektif. Imidazol seperti obat

antifungal lainnya, memiliki spektrum yang luas, anti inflamasi dan menghambat

sintesis dari sel lemak.3

4. Metronidazole

Metronidazol topikal dapat berguna sebagai pengobatan alternatif untuk dermatitis

seboroik. Metronidazol telah berhasil digunakan pada pasien dengan rosacea. Tidak

ada studi yang formal, dan obat ini hanya terdaftar sebagai pengobatan untuk rosacea.

Rekomendasi ini berdasarkan pengalaman pribadi.3

Pengobatan sistemik

Kortikosteroid digunakan pada bentuk yang berat, dosis prednisone 20-30 mg

sehari. Jika telah ada perbaiakn, dosis diturunkan perlahan-lahan. Kalau disertai

infeksi sekunder diberi antibiotic.

Isotretinoin dapat digunakan pada kasus yang rekalsitran. Efeknya mengurangi

aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut dapat dikurangi sampai 90%,

akibatnya terjadi pengurangan produksi sebum. Dosinya 0,1-0,3 mg per kg berat

badan per hari, perbaikan tapmak setelah 4 minggu. Sesudah itu diberikan dosis

pemeliharaan 5-10 mg per hari selama beberapa tahun yang ternayta efektif untuk

mengontrol penyakitnya.

Pada D.S. yang parah juga dapat diobati dengan narrow band UVB (TL-01)

yang cukup aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 x seminggu selama 8

minggu, sebagian besar penderita mengalami perbaikan.

Bila pada sediaan langsung terdapat P. ovale yang banyak dapat diberikan

ketokonazol, dosisnya 200 mg per hari.

Pengobatan topical

Page 5: SEBOROIK

Pada pitiriasis sika dan oleosa, seminggu 2 – 3 kali scalp dikeramasi selama 5

– 15 menit, misalnya dengan selenium sufida (selsun). Jika terdapat skuama dan

krusta diberi emolien, misalnya krim urea 10%. Obat lain yang dapat dipakai untuk

D.S. ialah :

- ter, misalnya likuor karbonas detergens 2-5% atau krim pragmatar

- resorsin 1-3%

- sulfur praesipitatum 4 – 20%, dapat digabung dengan asam salisilat 3 - 6%

- Kortikostreroid, misalnya krim hidrokortison 2½ %. Pada kasus dengan

inflamasi yang berat dapat dipakai kostikosteroid yang lebih kuat, misalnya

betametason valerat, asalkan jangan dipakai terlalu lama karena efek

sampingnya.

- Krim ketokonasol 2% dapat diaplikasikan, bila pada sediaan langsung terdapat

banyak P. ovale.

Obat-obat tersebut sebaiknya diapakai dalam krim.

Komplikasi

Dermatitis seboroik dapat bersama-sama dengan akne yang berat. Jika meluas dapat

menjadi eritroderma, pada bayi disebut penyakit Leiner.

Erythroderma desquamativum (Leiner’s disease) 3

Komplikasi dari dermatitis pada bayi ini pertama kali dijelaskan oleh Leiner

pada tahun 1908 dimana waktu itu penyakit ini ditemukan pada bayi yang baru

lahir dan pada saat perwatan di rumah sakit dari umur bayi 6 sapai 20 minggu

yang terlihat sebagai dermatitis exfoliativa pada seluruh tubuh dengan tanda

kemerahan dan kulit yang terkelupas, biasanya sama seperti beberapa type dari

dermatitis seboroik.

Penyakit ini biasanya dimulai dari bagian sekitar anus dan daerah ketiak, lalu terlihat

kulit terkelupas, area intertriginosa, leher, dan ekstremitas. Awal mulanya ditemukan

infalmasi kemerahan yang menyebar, yang meliputi seluruh tubuh. Semakin lama

kulit akan diliputi tumpukan kulit kering yang berwarna putih keabu-abuan.

Menyerang pada bayi yang baru lahir yang kebanyakan ditemukan pada

masyarakat yang miskin. Diare, muntah, dan infeksi berkelanjutan pasti akan

terjadi.

Page 6: SEBOROIK

Gambar 4. Erythroderma desquamativum pada neonatus

Gambar 5. Penyakit Leiner

�Dermatitis seboroik berat dapat mengenai alis mata, kening, pangkal hidung, sulkus

nasolabialis, belakang telinga, daerah prestenal, dan daerah di antara skapula.

�Pada bentuk yang lebih berat lagi seluruh kepala tertutup oleh krusta-krusta yang

kotor, dan berbau tidak sedap.

Prognosis

Dapat sembuh dengan sendirinya disertai prognosis yang baik pada bayi

dibandingkan dengan kondisi kronis dan relaps pada orang dewasa. Tidak ada bukti

yang menyatakan bayi dengan dermatitis seboroik juga akan mengalami penyakit ini

pada saat dewasa. Pasien dermatitis seboroik dewasa dengan bentuk berat

kemungkinan dapat persisten.

Page 7: SEBOROIK

DAFTAR PUSTAKA

1. Juanda A, Dermatosis eritroskuamosa. Dalam Juanda A, Hamzah M, Aisah S,

Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ketujuh. Cetakan pertama. Jakarta :

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2015 : 200-2

2. Plewig G. Seborrheic dermatitis. In Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K,

Freedberg IM, Austen KF. Dermatology in general medicine. Volume 1. six

edition. United States of America : Mc Grow Hill ; 2009 : 1569-73

3. Champion RH, Burton JL, Ebling FJG. Seborrhoic dermatitis. Textbook of

dermatology. Volume 1. Fifth edition. Oxford : Blackwell Scientific

Publications ; 1992 : 545-51

4. Goldstein BG, Goldstein AO. Dalam Dematologi praktis. Cetakan pertama.

Jakarta : Hipokrates ; 1998 : 188-90

5. Barakbah J, Pohan SS, Sukanto H, Martodihardjo S, Agusni I, Lumintang H,

et al. Dermatitis seboroik. Atlas penyakit kulit dan kelamin. Cetakan ketiga.

Surabaya : Airlangga University Press ; 2007 : 112-6

6. Arnold HL, Odom RB, James WD. Seborrheic dermatitis. Diseases of the

skin. Eighth edition. Philadelphia : WB Saunders Company ; 1990 : 194-98

7. Reeves JRT, Maibach H. Dermatitis seboroika. Atlas dermatologi klinik.

Cetakan pertama. Jakarta : Hipokrates ; 1990 : 1-3

8. Clark AF, Hopkins TT. Dermatitis seboroik. In Moscella SL, Hurley HJ,

Dermatology, third edition. Fourth edition. United states of america : WB

Saunders Company ; 1992 : 465-72.