26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah terdiri dari dua bagian yaitu sel darah (butir-butir darah) dan cairan darah (plasma darah). Sel-sel darah merupakan bagian darah yang mempunyai bentuk. Ada 3 macam sel darah yaitu eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah puth), dan trombosit (keping- keping darah). Leukosit ada dua macam, yaitu granolosit (leukosit bergranula) dan agranolosit (leukosit tak bergranula). Granolosit meliputi neutrofil, eosinofil dan basofil. Agranolosit meliputi limfosit dan monosit. Untuk dapat melihat perbedaan dari sel darah dengan plasma dapat dilakukan dengan cara sentrifugasi tabung hematokrit berisi darah yang telah diberi bahan anti pembekuan. Dari cara tersebut maka dapat terlihat untuk bagian yang berwarna merah merupakan eritrosit, selapis tipis warna putih merupakan kumpulan sel-sel

Sediaan Apus Darah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sediaan Apus Darah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Darah terdiri dari dua bagian yaitu sel darah (butir-butir darah) dan cairan

darah (plasma darah). Sel-sel darah merupakan bagian darah yang mempunyai

bentuk. Ada 3 macam sel darah yaitu eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel

darah puth), dan trombosit (keping- keping darah). Leukosit ada dua macam,

yaitu granolosit (leukosit bergranula) dan agranolosit (leukosit tak bergranula).

Granolosit meliputi neutrofil, eosinofil dan basofil. Agranolosit meliputi limfosit

dan monosit.

Untuk dapat melihat perbedaan dari sel darah dengan plasma dapat dilakukan

dengan cara sentrifugasi tabung hematokrit berisi darah yang telah diberi bahan

anti pembekuan. Dari cara tersebut maka dapat terlihat untuk bagian yang

berwarna merah merupakan eritrosit, selapis tipis warna putih merupakan

kumpulan sel-sel darah putih (leukosit) can cairan kuning merupakan plasma.

Selain melihat perbedaan antara sel darah dengan plasma, ada cara lain yang

dapat digunakan untuk mengetahui morfologi atau bentuk dari sel – sel darah

yaitu dengan membuat sediaan apus darah.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dilaksanakannya praktiku klai ini adalah untuk membuat sediaan apus

darah yang berfungsi untuk melihat morfologi atau struktur darah terutama

leukosit.

Page 2: Sediaan Apus Darah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Darah

Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan

yang disebut Plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan

pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan

substansi interseluler yang berbentuk plasma. Fungsi utama dari darah adalah

mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga

menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme,

dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan

mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit.

Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen

sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah

disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein), yang

terdapat dalam eritrosit dan mengandung besi dalam bentuk heme, yang

merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Darah juga mengangkut

bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk

diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.

Manusia umumnya memiliki volume darah sebanyak kurang lebih 5 liter

dengan unsur-unsur pembentuknya yaitu sel-sel darah, platelet, dan plasma. Sel

darah terdiri dari eritrosit dan leukosit, platelet yang merupakan trombosit atau

keping darah, sedangkan plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang

mengandung : air (90%), zat terlarut (10%) yang terdiri dari : protein plasma

Page 3: Sediaan Apus Darah

(albumin, globulin, fibrinogen) 7%, senyawa organik (As. Amino, glukosa,

vitamin, lemak) 2.1% dan garam organik (sodium, pottasium, calcium) 0.9%

B. Jenis Sel Darah

1. Eritrosit

Dalam setiap 1 mm3 darah terdapat sekitar 5 juta eritrosit atau sekitar 99%,

oleh karena itu setiap pada sediaan darah yang paling banyak menonjol

adalah sel-sel tersebut. Dalam keadaan normal, eritrosit manusia berbentuk

bikonkaf dengan diameter sekitar 7 -8 μm, tebal ± 2.6 μm dan tebal tengah ±

0.8 μm dan tanpa memiliki inti. Komposisi molekuler eritrosit menunjukan

bahwa lebih dari separuhnya terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk

substansi padat. Secara keseluruhan isi eritrosit merupakan substansi koloidal

yang homogen, sehingga sel ini bersifat elastis dan lunak. Eritrosit

mengandung protein yang sangat penting bagi fungsinya yaitu globin yang

dikonjugasikan dengan pigmen hem membentuk hemoglobin untuk mengikat

oksigen yang akan diedarkan keseluruh bagian tubuh. Seperti halnya sel-sel

yang lain, eritrositpun dibatasi oleh membran plasma yang bersifat

semipermeable dan berfungsi untuk mencegah agar koloid yang

dikandungnya tetap didalam. Dari pengamatan eritrosit banyak hal yang

harus diperhatikan untuk mengungkapkan berbagai kondisi kesehatan tubuh.

Misalnya tentang bentuk, ukuran, warna dan tingkat kedewasaan eritrosit

dapat berbeda dari normal. Jika dalam sediaan apus darah terdapat berbagai

bentuk yang abnormal dinamakan poikilosit, sedangkan sel-selnya cukup

banyak maka keadaan tersebut dinamakan poikilositosis. Eritrosit yang

Page 4: Sediaan Apus Darah

berukuran kurang dari normalnya dinamakan mikrosit dan yang berukuran

lebih dari normalnya dinamakan makrosit. Warna eritrosit tidak merata

seluruh bagian, melainkan bagian tengah yang lebih pucat, karena bagian

tengah lebih tipis daripada bagian pinggirnya. Pada keadaan normal bagian

tengah tidak melebihi 1/3 dari diameternya sehingga selnya dinamakan

eritrosit normokhromatik. Apabila bagian tengah yang pucat melebar disertai

bagian pinggir yang kurang terwarna maka eritrosit tersebut dinamakan

eritrosit hipokromatik. Sebaliknya apabila bagian tengah yang memucat

menyempit selnya dimanakan eritrosit hiperkhromatik.

2. Leukosit

Leukosit adalah sel darah yang mengendung inti, disebut juga sel darah putih.

Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral

organisme terhadap zat-zat asingan. Didalam darah manusia, normal didapati

jumlah leukosit rata-rata 6000-10000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari

12000, keadaan ini disebut leukositosis, bilakurang dari 5000 disebut

leukopenia. Sebenarnya leukosit merupakan kelompok sel dari beberapa

jenis. Untuk klasifikasinya didasarkan pada morfologi inti adanya struktur

khusus dalam sitoplasmanya. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah

putih dapat dibedakan yaitu :

a. Granulosit

Yang mempunyai granula spesifik, yang dalam keadaan hidup berupa

tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti

yang bervariasi. Terdapat tiga jenis leukosit granuler :

1) Neutrofil

Page 5: Sediaan Apus Darah

Di antara granulosit, netrofil merupakan merupakan jenis sel yang

terbanyak yaitu sebanyak 60 – 70% dari jumlah seluruh leukosit atau

3000-6000 per mm3 darah normal. Pada perkembangan sel netrofil

dalam sumsum tulang, terjadi perubahan bentuk intinya, sehingga

dalam darah perifer selalu terdapat bentuk-bentuk yang masih dalam

perkembangan. Dalam keadaan normal perbandingan tahap-tahap

mempunyai harga tertentu sehingga perubahan perbandingan tersebut

dapat mencerminkan kelainan. Sel netrofil matang berbentuk bulat

dengan diameter 10-12 μm. Intinya berbentuk tidak bulat melainkan

berlobus berjumlah 2-5 lobi bahkan dapat lebih. Makin muda jumlah

lobi akan berkurang. Yang dimaksudkan dengan lobus yaitu bahan

inti yang terpisah-pisah oleh bahan inti berbentuk benang. Inti terisi

penuh oleh butir-butir khromatin padat sehingga sangat mengikat zat

warna basa menjadi biru atau ungu. Oleh karena padatnya inti, maka

sukar untuk untuk memastikan adanya nukleolus. Dalam netrofil

terdapat adanya bangunan pemukul genderang pada inti netrofil yang

tidal lain sesuai dengan Barr Bodies yang terdapat pada inti sel

wanita. Barr Bodies dalam inti netrofil tidak seperti sel biasa

melainkan menyendiri sebagai benjolan kecil. Hal ini dapat digunakan

untuk menentukan apakah jenis kelamin seseorang wanita.

2) Basofil

Jenis sel ini terdapat paling sedikit diantara sel granulosit yaitu sekitar

0,5%, sehingga sangat sulit diketemukan pada sediaan apus.

Ukurannya sekitar 10-12 μm sama besar dengan netrofil. Kurang lebih

Page 6: Sediaan Apus Darah

separuh dari sel dipenuhi oleh inti yang bersegmen-segmen ata

kadang-kadang tidak teratur. Inti satu, besar bentuk pilihan irreguler,

umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi granul yang lebih

besar, dan seringkali granul menutupi inti, sehingga tidak mudah

untuk mempelajari intinya. Granul spesifik bentuknya ireguler

berwarna biru tua dan kasar tampak memenuhi sitoplasma.

Granula basofil mensekresi histamin yang berperan dalam dalam

proses alergi basofil merupakan sel utama pada tempat peradangan ini

dinamakan hypersesitivitas kulit basofil.

3) Asidofil (atau eosinofil)

Eosinofil dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna

netral, basa dan asam. Jumlah sel eosinofil sebesar 1-3% dari seluruh

lekosit atau 150-450 buah per mm3 darah. Ukurannya berdiameter 10-

15 μm, sedikit lebih besar dari netrofil. Intinya biasanya hanya terdiri

atas 2 lobi yang dipisahkan oleh bahan inti yang sebagai benang.

Butir-butir khromatinnya tidak begitu padat kalau dibandingkan

dengan inti netrofil. Eosinofil berkaitan erat dengan peristiwa alergi,

karena sel-sel ini ditemukan dalam jaringan yaang mengalami reaksi

alergi. Eosinofil mempunyai kemampuan melakukan fagositosis, lebih

lambat tapi lebih selektif dibanding neutrofil. Eosinofil

memfagositosis komplek antigen dan antibodi, ini merupakan fungsi

eosinofil untuk melakukan fagositosis selektif terhadap komplek

antigen dan antibodi. Eosinofil mengandung profibrinolisin, diduga

Page 7: Sediaan Apus Darah

berperan mempertahankan darah dari pembekuan, khususnya bila

keadaan cairnya diubah oleh proses-proses patologi.

b. Agranulosit

Yang tidak mempunyai granula spesifik, sitoplasmanya homogen dengan

inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler

yaitu :

1) Limfosit (sel kecil, sitoplasma sedikit)

Limfosit dalam darah berukuran sangat bervariasi sehingga pada

pengamatan sediaan apus darah dibedakan menjadi : limfosit kecil (7-

8 μm), limfosit sedang dan limfosit besar (12 μm).

Jumlah limfosit menduduki nomor 2 setelah netrofil yaitu sekitar

1000-3000 per mm3 darah atau 20-30% dari seluruh leukosit. Di

antara 3 jenis limfosit, limfosit kecil terdapat paling banyak. Limfosit

kecil ini mempunyai inti bulat yang kadang-kadang bertakik sedikit.

Intinya gelap karena khromatinnya berkelompok dan tidak nampak

nukleolus. Sitoplasmanya yang sedikit tampak mengelilingi inti

sebagai cincin berwarna biru muda. Kadang-kadang sitoplasmanya

tidak jelas mungkin karena butir-butir azurofil yang berwarna ungu.

Limfosit kecil kira-kira berjumlah 92% dari seluruh limfosit dalam

darah.

2) Monosit (sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak)

Jenis sel agranulosit ini berjumlah sekitar 3-8% dari seluruh leukosit.

Sel ini merupakan sel yang terbesar diantara sel leukosit karena

diameternya sekitar 12-15 μm. Bentuk inti dapat berbentuk oval,

Page 8: Sediaan Apus Darah

sebagai tapal kuda atau tampak seakan-akan terlipat-lipat. Butir-butir

khromatinnya lebih halus dan tersebar rata dari pada butir khromatin

limfosit. Sitoplasma monosit terdapat relatif lebih banyak tampak

berwarna biru abu-abu. Berbeda dengan limfosit, sitoplasma monosit

mengandung butir-butir yang mengandung perioksidase seperti yang

diketemukan dalam netrofil.

3. Trombosit (Keping Darah)

Berbentuk sebagai keping-keping sitoplasma berukuran 2-5 μm lengkap

dengan membran plasma yang mengelilinginya. Trombosit ini khusus

terdapat dalam darah mamalia. Untuk menentkan jumlahnya, tidak begit

mudah karena trombosit mempunyai kecenderungan untuk bergumpal.

Diperkirakan jumlahnya sekitar 150-300ribu setiap μl, sedang umurnya

sekitar 8 hari. Pada sediaan apus darah, trombosit sering terdapt bergumpal .

Setiap keping tampak bagian tepi yang berwarna biru muda yang dinamakan

Hialomer dan bagian tengah yang berbutir-butir berwarna ungu dinamakan

granulomer atau khromomer. Hialomer mempunyai tonjolan-tonjolan

sehingga bentknya tidak teratur.

C. Sediaan Apus Darah

Sedian apus darah tepi (A peripheral blood smear / peripheral blood film)

merupakan slide untuk mikroskop (kaca objek) yang pada salah satu sisinya di

lapisi dengan lapisan tipis darah vena yang diwarnai dengan pewarnaan (biasanya

Giemsa, Wright) dan diperiksa di bawah/ dengan menggunakan mikroskop.

Page 9: Sediaan Apus Darah

D. Ciri – Ciri Sediaan yang Baik

1. Sediaan tidak melebar sampai pinggir kaca objek, panjangnya adalah ½ - ¾

panjang kaca.

2. Pada sediaan harus ada bagian yan cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian –

bagian itu eritrosit terletak berdekatan tanpa bertumpukan dan tidak

menyusun gumpalan atau rouleux.

3. Pinggir sediaan rata dan sediaan tidak boleh berlubang – lubang atau bergaris

– garis.

4. Penyebaran leukosit tidak boleh buruk, leukosit tidak boleh bertumpuk pada

pinggir – pinggir atau ujung – ujung sediaan.

E. Pulasan Wright

Zat pulas wright dapat dibeli dalam bentuk serbuk atau sebagai cairan siap

pakai. Untuk membuat larutan koloid yang siap pakai larutan ini harus dilarutkan

dalam metilalkohol, tiap 0,1 g serbuk itu digerus dalam sebuah mortar dengan

metilalkohol ditambahkan sedikit demi sedikit sampai 60 ml. Simpanlah larutan

itu dalam botol berwarna yang diisi sampai penuh, kocoklah isinya setiap hari.

Larutan itu 10 hari cukup matang digunakan. Jauhkan larutan wright dari uap

asam atau basa. Tutuplah botol selalu rapat – rapat agar tidak kemasukan hawa

lembab.

Page 10: Sediaan Apus Darah

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu Praktikum

Tempat : Laboratorium anatomi fisiologi manusia, Farmasi UHAMKA

Waktu : 10 Juni 2010

B. Alat dan Bahan

1. Lanset steril

2. Kapas

3. Alkohol 70%

4. Objek glass

5. Cover glass

6. Reagen wright

7. Mikroskop

C. Prosedur Kerja

1. Sentuhlah tanpa menyentuh kulit setetes darah kecil (garis tengah tidak

melebihi 2 mm) dengan kaca itu kira – kira 2 cm dari ujung, letakkan kaca itu

di atas meja dengan tetes darah di sebelah kanan.

2. Dengan tanan kanan diletakkan kaca objek lain di sebelah kiri tetes darah tadi

dan digerakkan ke kanan hingga mengenai tetes darah.

3. Tetes darah akan menyebar pada sisi kaca penggeser tunggulah sampai darah

mencapai titik kira – kira ½ cm dari sudut kaca penggeser.

Page 11: Sediaan Apus Darah

4. Segeralah geserkan kaca itu ke kiri sambil memegang miringnya dengan

sudut antara 30 – 40 derajat, janganlah menekan kaca penggeser itu ke

bawah, tebal tipisnya sediaan tergantung pada kecepatan menggeser makin

kecil sudut makin tipis sediaan, makin lambat menggeser sediaan makin

tebal.

5. Biarkan sediaan kering di udara, sediaan yang lama kering akan merubah

bentuk eritrosit, cara mengeringkan ditiup, diangin – anginkan atau

menggunakan kipas elektrik.

6. Teteskan ke atas sediaan tersebut 20 tetes larutan wright. Biarkan selama 2

menit agar sediaan direkat dengan pewarna.

7. Siramlah sediaan itu dengan air suling mula – mula secara perlahan – lahan

(untuk membuang zat warna yang terapung di atas) kemudian keras – keras

untuk membersihkan sediaan dari kotoran.

8. Biarkan mengering, lalu segera periksa di bawah mikroskop.

Page 12: Sediaan Apus Darah

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pulasan Wright

Parameter yang Diamati

Trombosit Eritrosit Leukosit

JumlahWanita = Pria : 200.000 – 500.000 /μl darah

Wanita : 4 – 5 juta /μl darah

Pria : 4,5 – 5,5 juta /μl darah

Wanita = Pria : 6.000 – 10.000 /μl darah

BentukCakram, tidak berinti, merupakan fragmen – fragmen sel granuler

Bentuk pipih dan cekung pada

bagian tengah, tidak ada inti,

berwarna kekuningan

Bening, tidak berwarna, bentuk lebih besar dari

eritrosit

Gambar

B. Pembahasan

Darah terdiri dari dua bagian yaitu sel darah (butir-butir darah) dan cairan

darah (plasma darah). Sel – sel darah merupakan bagian darah yang mempunyai

bentuk. Ada 3 macam sel darah yaitu eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel

darah puth), dan trombosit (keping- keping darah). Leukosit ada dua macam,

yaitu granolosit (leukosit bergranula) dan agranolosit (leukosit tak bergranula).

Page 13: Sediaan Apus Darah

Granolosit meliputi neutrofil, eosinofil dan basofil. Agranolosit meliputi limfosit

dan monosit.

Pada praktikum kali ini, percobaan yang dilakukan yaitu pembuatan sediaan

apus darah berupa pembuatan preparat darah manusia. Pada pembuatan preparat

darah manusia, digunakan pewarna atau reagen wright. Perbedaan antara pulasan

giemsa dengan pulasan wright yaitu dengan pulasan giemsa, granul basofil tidak

terlihat karena granula akan larut dan pulasan ini baik untuk melihat bentuk dari

eritrosit. Sementara itu, pulasan wright baik untuk darah yang banyak

mengandung sel – sel muda dan sediaan sumsum tulang karena struktur plasma

dan inti lebih jelas terlihat.

Dari hasil praktikum dapat dilihat struktur dari sel –sel darah seperti eritrosit,

leukosit dan trombosit. Pada eritrosit, bentuk yang terlihat kurang sesuai dengan

literatur, dimana pada pengamatan, bentuk eritrosit hanya terlihat sebagai bulatan

tak berinti, sementara di literatur disebutkan bahwa eritrosit berbentuk bikonkaf

atau cekung pada bagian tengahnya. Bentuk leukosit yang diamati di mikroskop

yaitu berwarna ungu karena adanya pewarnaan, bergranul dan memiliki bentuk

yang lebih besar dari eritrosit. Sementara itu, trombosit merupakan sel darah

yang paling banyak terlihat dengan bentuk yang tidak beraturan dan tidak berinti.

Page 14: Sediaan Apus Darah

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Praktikum sediaan apus darah bertujuan untuk melihat morfologi atau

struktur dari sel – sel darah terutama leukosit. Praktikum kali ini menggunakan

sediaan apus darah wright sehingga dapat digunakan untuk melihat sel – sel

muda dan sumsum tulang karena struktur plasma dan intinya terlihat lebih jelas.

Pada pulasan wright didapatkan morfologi dari masing – masing sel darah.

Sel darah merah terlihat berbentuk bulat dan tidak berinti, sel darah putih atau

leukosit terlihat berwarna ungu, memiliki granul dan bentuknya lebih besar dari

eritrosit. Sementara itu, trombosit memiliki bentuk tidak beraturan dan tidak

memiliki inti.

Page 15: Sediaan Apus Darah

DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn.2000. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. alih bahasa Sri Yuliani Handoyo. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Anonim. 2010. Diktat Praktikum Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Universitas Prof. DR HAMKA

http://histofkgsp.blogspot.com/2006/10/5-darah.html

http://dokter.indo.net.id/prains.html

Page 16: Sediaan Apus Darah

Sediaan Apus Darah

Disusun Oleh :

Meliawati

Noviasrini Kemala N.

Novi Rachmayanti

Sudarman Yulianto

Yusnia Gulfa Maharani

Kelas II C

Kelompok II

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

Page 17: Sediaan Apus Darah

JURUSAN FARMASI

TAHUN 2010

LAMPIRAN

Zona Pemeriksaan Sediaan Darah Tepi

Kelainan Morfologi Eritrosit