21
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011 The 36 th HAGI and 40 th IAGI Annual Convention and Exhibition Makassar, 26 – 29 September 2011 PERKEMBANGAN SEDIMENTASI FORMASI BRANI, FORMASI SAWAHLUNTO DAN FORMASI OMBILIN DITINJAU DARI PROVENANCE DAN KOMPOSISI BATUPASIR CEKUNGAN OMBILIN Yulia Febri Yeni PT. Antam. Tbk Unit Geomin Jln. Pemuda, No 1, Pulogadung, Jakarta Timur E-mail: [email protected] ABSTRAK Daerah penelitian merupakan bagian dari Cekungan Ombilin yang terletak di sebelah tenggara Kota Padang dengan luas wilayah penelitian 400 km 2 . Secara stratigrafis, dari tua ke muda formasi pada daerah penelitian terdiri dari batuanPra-Tersier bagian dari Lempeng Mikro Mergui, Formasi Brani, Formasi Sangkarewang, Formasi Sawahlunto, Formasi Ombilin dan Formasi Ranau. Sampel diperoleh dari singkapan dan diwakili oleh 30 sampel sayatan tipis yang menghasilkan 19 kelas petrografi dan di dapatkan komponen-komponen kunci yang menjadi penciri dari masing masing formasi. Detritus penciri batupasir pada Formasi Brani terdiri dari plagioklas, fragmen batuan metamorf, dan fragmen batuan karbonat (marbel). Detritus penciri batupasir pada Formasi Sawahlunto terdiri dari fragmen kuarsa monokristalin dengan pemadaman bergelombang, dan fragmen rijang. Sedangkan detritus penciri batupasir pada Formasi Ombilin terdiri dari fragmen batuan sedimen (lempung glukonit), dan fragmen batuan vulkanik. Dari hasil korelasi data singkapan dengan sayatan tipis dapat diketahui lingkungan pengendapan, kondisi tektonik pada saat pengendapan, dan setelah pengendapan. Lingkungan pengendapan pada daerah penelitian, dimulai dari lingkungan darat (sungai braided), pada saat ini diendapkan fasies konglomerat polimik yang termasuk dalam Formasi Brani bagian bawah (pre-rift sediment), dan kemudian diendapkan fasies breksi yang termasuk dalam Formasi Brani bagian atas (syn-rift sediment) yang merupakan endapan kipas alluvial dikontrol oleh tektonik ekstensional. Fasies batupasir berbutir kasar merupakan bagian dari Formasi Sawahlunto yang diendapkan pada sungai meandering berasosiasi dengan daerah rawa. Fasies batupasir berbutir halus merupakan bagian dari Formasi Ombilin yang termasuk endapan distributary channel sampai dengan lagoon atau neritik yang didominasi oleh fragmen batuan vulkanik, dan fragmen batuan sedimen. Batuan sumber dari sedimen tertua diperkirakan berasal dari tinggian yang terletak pada timurlaut daerah penelitian, sedangkan batuan sedimen Tersier, batuan sumbernya berasal dari tinggian yang terletak di sebelah baratlaut dari cekungan yang diperkirakan berasal dari tinggian basement yang tersingkap pada saat tektonik regangan pada Paleosen-Eosen dan uplift karena tektonik kompresi pada Miosen-Resen. Kata Kunci: Sedimentasi, Formasi Brani, Formasi Sawahlunto, Formasi Ombilin, Provenace PENDAHULUAN Istilah provenance digunakan oleh para ahli petrografi batuan sedimen untuk semua hal yang berkaitan dengan proses yang menghasilkan sedimen atau batuan sedimen. Komposisi fragmen dan mineral yang berada di dalam batuan dapat diketahui asal usulnya melalui pengamatan mikroskopois maupun analisa butiran mineral. Analisa petrogarfi digunakan untuk mempelajari tekstur serta mineralogi batuan secara detail, yang meliputi indeks mineral, perubahan tekstur, perubahan kumpulan mineral primer dan sekunder, dengan demikan batuan dapat

Sedimentasi Formasi Brani, Sawahlunto Dan Ombilin, Cekungan Ombilin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Cekungan Ombilin

Citation preview

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    PERKEMBANGAN SEDIMENTASI FORMASI BRANI, FORMASI SAWAHLUNTO

    DAN FORMASI OMBILIN DITINJAU DARI PROVENANCE DAN KOMPOSISI

    BATUPASIR CEKUNGAN OMBILIN

    Yulia Febri Yeni

    PT. Antam. Tbk Unit Geomin

    Jln. Pemuda, No 1, Pulogadung, Jakarta Timur

    E-mail: [email protected]

    ABSTRAK

    Daerah penelitian merupakan bagian dari Cekungan Ombilin yang terletak di sebelah tenggara Kota

    Padang dengan luas wilayah penelitian 400 km2

    . Secara stratigrafis, dari tua ke muda formasi pada daerah

    penelitian terdiri dari batuanPra-Tersier bagian dari Lempeng Mikro Mergui, Formasi Brani, Formasi

    Sangkarewang, Formasi Sawahlunto, Formasi Ombilin dan Formasi Ranau.

    Sampel diperoleh dari singkapan dan diwakili oleh 30 sampel sayatan tipis yang menghasilkan 19 kelas

    petrografi dan di dapatkan komponen-komponen kunci yang menjadi penciri dari masing masing formasi.

    Detritus penciri batupasir pada Formasi Brani terdiri dari plagioklas, fragmen batuan metamorf, dan

    fragmen batuan karbonat (marbel). Detritus penciri batupasir pada Formasi Sawahlunto terdiri dari

    fragmen kuarsa monokristalin dengan pemadaman bergelombang, dan fragmen rijang. Sedangkan detritus

    penciri batupasir pada Formasi Ombilin terdiri dari fragmen batuan sedimen (lempung glukonit), dan

    fragmen batuan vulkanik.

    Dari hasil korelasi data singkapan dengan sayatan tipis dapat diketahui lingkungan pengendapan, kondisi

    tektonik pada saat pengendapan, dan setelah pengendapan. Lingkungan pengendapan pada daerah

    penelitian, dimulai dari lingkungan darat (sungai braided), pada saat ini diendapkan fasies konglomerat

    polimik yang termasuk dalam Formasi Brani bagian bawah (pre-rift sediment), dan kemudian diendapkan

    fasies breksi yang termasuk dalam Formasi Brani bagian atas (syn-rift sediment) yang merupakan

    endapan kipas alluvial dikontrol oleh tektonik ekstensional.

    Fasies batupasir berbutir kasar merupakan bagian dari Formasi Sawahlunto yang diendapkan pada sungai

    meandering berasosiasi dengan daerah rawa. Fasies batupasir berbutir halus merupakan bagian dari

    Formasi Ombilin yang termasuk endapan distributary channel sampai dengan lagoon atau neritik yang

    didominasi oleh fragmen batuan vulkanik, dan fragmen batuan sedimen. Batuan sumber dari sedimen

    tertua diperkirakan berasal dari tinggian yang terletak pada timurlaut daerah penelitian, sedangkan batuan

    sedimen Tersier, batuan sumbernya berasal dari tinggian yang terletak di sebelah baratlaut dari cekungan

    yang diperkirakan berasal dari tinggian basement yang tersingkap pada saat tektonik regangan pada

    Paleosen-Eosen dan uplift karena tektonik kompresi pada Miosen-Resen.

    Kata Kunci: Sedimentasi, Formasi Brani, Formasi Sawahlunto, Formasi Ombilin, Provenace

    PENDAHULUAN

    Istilah provenance digunakan oleh para ahli

    petrografi batuan sedimen untuk semua hal yang

    berkaitan dengan proses yang menghasilkan

    sedimen atau batuan sedimen. Komposisi fragmen

    dan mineral yang berada di dalam batuan dapat

    diketahui asal usulnya melalui pengamatan

    mikroskopois maupun analisa butiran mineral.

    Analisa petrogarfi digunakan untuk mempelajari

    tekstur serta mineralogi batuan secara detail, yang

    meliputi indeks mineral, perubahan tekstur,

    perubahan kumpulan mineral primer dan

    sekunder, dengan demikan batuan dapat

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    ditentukan jenisnya berdasarkan klasifikasi yang

    dipilih, dan proses-proses sekunder lainnya yang

    terdapat dalam batuan.

    Studi tentang hubungan komposisi penyusun

    batuan dengan genesanya telah banyak dilakukan,

    salah satu yang dikemukakan adalah keterkaitan

    komposisi sedimen klastik dengan kedudukan

    tektonik. M. S. Shvetsov (1920), mengatakan

    bahwa batupasir yang banyak mengandung

    mineral kuarsa (pure quartz) merupakan karakter

    dari daerah yang stabil atau kraton sedangkan

    batupasir di daerah orogen (tektonik aktiv)

    mineraloginya lebih komplek. Tektonik yang

    sangat aktif akan menghasilkan sedimen yang

    belum matang (immature stage), tektonik yang

    lebih stabil akan menghasilkan sedimen yang

    matang (mature stage), tektonik yang relatif stabil

    dalam jangka waktu yang lama akan

    menghasilkan sedimen yang sangat matang

    (supermature stage).

    TATANAN TEKTONIK

    Secara geografis Cekungan Ombilin merupakan

    tipe intermontane basin, yang terletak di Sumatera

    Barat (gambar 1). Berdasarkan genesis atau

    pembentukannya Cekungan Ombilin merupakan

    pull apart basin. Graben ini memanjang dari

    bagian Selatan Solok hingga arah Baratlaut yang

    melalui Payakumbuh dengan panjang sekitar 120

    km. Pada bagian Selatan dari cekungan ini, graben

    ditutupi oleh batun vulkanik Kuarter hingga

    Recent dari gunungapi Malintang, Merapi,

    Maninjau, dan Singgalang. Walaupun secara

    ukuran cekungan ini tidak besar, namun ketebalan

    sedimen Tersier mencapai hingga 4.600 m yang

    berkisar antara umur Eosen hingga Miosen

    Tengah Awal (Koning,1985).

    Cekungan Ombilin memiliki sejarah tektonik

    yang kompleks dari reverse, wrench, hingga

    extensional. Konfigurasi dari cekungan dan

    jumlah sedimen pada cekungan ini dipengaruhi

    oleh kompresi dari arah Utara-Selatan yang

    membentuk dog leg graben atau tipe cekungan

    pull apart. Kompresi disebabkan oleh subduksi

    dari Lempeng India-Australia terhadap Craton

    Sunda (Lempeng Eurasia), subduksi terjadi pada

    Awal Eosen Tengah (Dally,1990) dan

    menghasilkan regime tektonik tarikan

    (ekstensional) yang membentuk sejumlah graben

    pada tatanan tektonik ekstensional belakang

    busur.

    Struktur utama pada Cekungan Ombilin memiliki

    arah Utara Selatan dan Baratlaut - Tenggara.

    Patahan dengan arah Baratlaut Tenggara sejajar

    dengan arah patahan mendatar Sumatera

    (Sumatera Fault Zone), dimana pada bagian Utara

    dan Selatan cekungan dibatasi oleh patahan

    Sitangkai dan patahan Silungkang (gambar 2).

    PENGELOMPOKAN FASIES BATUAN

    SEDIMEN PADA DAERAH PENELITIAN

    Cekungan Ombilin, terbentuk pada fase tektonik

    regangan pada umur Paleosen-Eosen. Berdasarkan

    deskripsi batuan dilapangan dari tiga Formasi

    yang berbeda yaitu Formasi Brani, Formasi

    Sawahlunto dan Formasi Ombilin, didapat empat

    fasies utama:

    1. Fasies Konglomerat Polimik

    2. Fasies Breksi Polimik

    3. Fasies Batupasir Berbutir Kasar

    4. Fasies Batupasir Berbuitr Halus

    Fasies Konglomerat Polimik

    Secara megaskopis batuan sedimen ini memiliki

    warna segar merah dan warna lapuk merah

    kehitaman, masif, keras, karbonatan. Batupasir

    dengan bentuk butir menyudut tanggung-

    membundar, kemas terbuka. Pada bagian bawah

    lapisan terdapat bidang erosi.

    Komponen dari konglomerat berupa kuarsa,

    rijang, dan batugamping, dengan bentuk butir

    membundar tanggung-membundar, ukuran

    komponen berkisar 0,5cm-10cm, grain supported.

    Ketebalan konglomerat mencapai 560 m. Batuan

    sedimen ini terletak pada baratdaya daerah

    penelitian yaitu di Desa Talago Gunuang dan

    sekitarnya. Batuan sedimen ini diperkirakan

    diendapkan dalam keadaan tektonik yang relative

    stabil ditunjukan dengan bentuk butir yang

    relative membundar diperkirakan merupakan

    endapan darat (sungai braided) yang

    menghasilkan batuan sedimen dengan pemilahan

    yang cukup baik (gambar 3). Terdapat imbrikasi

    yang menunjukan arah timur laut - barat daya dan

    diperkirakan sumber sedimen berasal dari timur

    laut daerah penelitian dan arah strike yang juga

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    relative timurlaut-baratdaya berlawanan dengan

    arah strike batuan sedimen lain yang terdapat pada

    daerah penelitian yang relative baratlaut-tenggara.

    Fasies Breksi Polimik

    Secara megaskopis singkapan batuan pada daerah

    penelitian memiliki warna segar coklat, warna

    lapuk coklat kehitaman, masif dengan kekerasan

    medium hard. Komponen terdiri dari fragmen

    batuan beku dan fragmen batuan sedimen seperti

    fragmen batulempung , fragmen batupasir dan

    fragmen breksi. Bentuk butir menyudut-menyudut

    tanggung dengan ukuran butir 1 cm 40 cm

    (Gambar 4). Diperkirakan fasies ini diendapkan

    dalam sistem pengendapan yang cepat dan

    transportasi yang tidak terlalu jauh dari sumber

    sedimen dapat dilihat dari bentuk butir yang

    menyudut dan ukuran komponen yang mencapai

    ukuran berangkal dengan pemilahan buruk. Pada

    aderah Kolok ditemukan singkapan dengan

    ketebalan 5 m-25 m.

    Fasies Batupasir Berbutir Kasar

    Fasies ini terdiri dari batupasir dan konglomerat

    (gambar 5). Secara megaskopis batupasir pada

    daerah penelitian memiliki warna segar kuning-

    orange dan warna lapuk kuning kehitaman -

    orange kehitaman. Singkapan batupasir umumnya

    dengan ukuran butir pasir sangat halus-pasir

    sangat kasar, bentuk butir menyudut tanggung-

    membundar, terpilah buruk, tidak karbonatan

    didominasi oleh lapisan batupasir masif, terpilah

    buruk, dengan bagian bawah lapisan merupakan

    bidang erosi, berasosiasi dengan adanya struktur

    sedimen lapisan bersusun (gradded bedding) dan

    lapisan silang-siur (planar dan trough cross

    bedding). Karakteristik ini menunjukkan bahwa

    batuan ini terendapkan sebagai endapan saluran.

    Dijumpainya batulanau dengan struktur sedimen

    laminasi halus menunjukkan bahwa batuan ini

    terendapkan di dataran banjir (flood plain);

    sedangkan dijumpainya material tumbuhan dan

    lapisan batubara menunjukkan bahwa lingkungan

    pengendapan batuan ini berhubungan dengan

    lingkungan rawa (peat swamp lingkungan back

    mangrove sampai darat). Dengan demikian,

    bagian bawah Formasi Sawahlunto terendapkan

    sebagai endapan sungai yang berasosiasi dengan

    daerah dataran banjir dan daerah rawa atau dalam

    sistem sungai berkelok (meandering river system).

    Komponen konglomerat pada fasies batupasir

    berbutir kasar merupakan kuarsa dengan bentuk

    butir membundar tanggung-membundar, matrik

    merupakan batupasir. Pada satsiun 21 ditemukan

    singkapan batupasir dengan kontak berupa kontak

    stratigrafi yang menjemari dengan konglomerat.

    Fasies Batupasir Berbutir Halus

    Fasies batupasir berbutir halus terdiri dari

    batupasir, batulanau, batulempung dan

    konglomerat.Secara megaskopis batuan sedimen

    memiliki warna segar abu-abu-kuning dan warna

    lapuk abu-abu kecoklatan-kuning kecoklatan,

    berlapis baik, ukuran butir berkisar dari pasir

    sedang-pasir sangat halus, dengan pemilahan

    sedang, terdapat struktur sedimen paralellaminasi,

    crosslaminasi, nodule dengan sisipan tipis

    batubara dan lensa batubara, pada bagian bawah

    terdapat bidang erosi (gambar 6).

    Konglomerat pada fasies ini didominasi oleh

    matrik (matrik supported), terdapat fosil kayu,

    komponen terdiri dari batuan sedimen (fragmen

    batulempung dan frgamen batupasir) dan batuan

    beku. Diperkirakan batuan pada fasies batupasir

    berbutir halus diendapkan pada lingkungan

    limpah banjir - daerah pasang surut karena juga

    ditemukan fosil moluska dan fosil foraminifera

    plangtonik dan bentonik.

    PETROLOGI DAN KOMPOSISI UMUM

    BATUPASIR

    Tiga puluh sayatan tipis digunakan untuk analisis

    provenance pada daerah penelitian pada tiga

    formasi yaitu Formasi Brani, Formasi Sawahlunto

    dan Formasi Ombilin di Kota Sawahlunto dan

    Kabupaten Sijunjung (Gambar 7). Batupasir di

    daerah penelitian secara umum dapat

    dikelompokan menjadi dua yaitu arenite dan

    graywacke. Komponen didominasi oleh fragmen

    lithic terutama fragmen batuan metamorf dan

    rijang.

    Pada umumnya butiran dalam keadaan saling

    kontak. Sifat kontak yang ditemui adalah kontak

    yang disebabkan oleh diagenesa dan kontak

    karena kompaksi lanjut seperti long contact,

    concave-convex contact dan suture contact .

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    Bentuk butir memperlihatkan variasi dari

    menyudut-membundar, bentuk butir menyudut

    terutama pada kuarsa lebih disebabkan karena

    terjadi korosi ataupun overgrowth pada outline

    batas kristal. Feldspar sangat jarang ditemukan

    terutama pada sedimen-sedimen yang berumur

    lebih tua. Bentuk butir feldspar menyudut-

    membundar tanggung. Fragmen batuan umumnya

    memperlihatkan bentuk dan sifat yang lebih baik

    dari pada kuarsa, seperti fragmen rijang, fragmen

    batuan sedimen dan fragmen batuan metamorf.

    Sebagai gambaran dapat diuraikan secara

    deskriptif bahwa unsur-unsur yang terdapat pada

    batupasir di daerah penelitian terdiri dari:

    A. Komponen

    1. Kuarsa monokristalin (Qm), pada umumnya

    dengan pemadaman bergelombang (undulose

    extinction) yang memperlihatkan deformation

    lamellae dan dalam persentase yang lebih

    kecil juga terdapat kuarsa monokristalin

    dengan pemadaman tidak bergelombang (non-

    undulose extinction).

    2. Kuarsa polikristalin (Qp), didominasi oleh

    kuarsa polkristalin yang terdiri dari 2-3 kristal

    dan juga terdapat kuarsa polikristalin yang

    terdiri dari > 3 kristal.

    3. Feldspar (P dan K-f), dengan kembar albit,

    albit kalsbad, zoning dan kembar mikroline,

    dan ada juga yang mulai terubah menjadi

    serisit.

    4. Fragmen batuan sedimen (Ls), terdiri dari

    fragmen batuan sedimen berbutir halus yang

    teridiri dari fragmen batu lempung dan

    fragmen batupasir halus. Pada daerah

    penelitian ditemukan lempung glukonit

    dengan bentuk butir membundar warna

    kuning kehijauan.

    5. Fragmen batuan metamorf (Lm) atau

    metasedimen terdiri dari kuarsa-mika

    tektonik, fragmen bertekstur hornfels, kuarsa

    polkritalin dengan pengarahan pada subkristal

    yang cukup ekstrim seperti sekis dan gneiss,

    pada umumnya dalam satu butiran jumlah

    subkristalnya > 4 unit.

    6. Fragmen batuan vulkanik (Lv), fenokrisnya

    umumnya terdiri dari plagioklas dengan

    massa dasar berupa mikrolite plagioklas dan

    gelas dalam persentase yang lebih kecil.

    7. Detritus mika dan mineral berat, seperti

    muskovit, biotit, zircon.

    8. Fragmen-fragmen batuan yang sulit dikenali

    sifat teksturalnya karena telah mengalami

    replacement atau tertekuk dan hancur karena

    tergencet oleh butiran yang lebih tegar atau

    biasa dikenal sebagi pseudomatrik (matrik

    semu).

    B. Matrik

    Matrik terdapat dalam jumlah yang tidak terlalu

    besar, melainkan hanya terkonsentrasi pada

    bagian-bagian tertentu dari luasan sayatan tipis

    beberapa sampel walaupun ada beberapa sayatan

    dengan persentase matrik yang cukup besar.

    Matrik yang dijumpai berupa epimatrik,

    orthomatrik dan protomatrik sedangkan fragmen

    lithic yang termasuk kedalam pseudomatrik tidak

    dianggap sebagai matrik karena merupakan

    komponen dari batuan. Komposisi matrik pada

    umumnya terdiri dari oksida besi, mineral

    lempung yang terkristalisasi, serisit dan mineral

    karbonat yang mengisi rongga antar butir pada

    batuan. Semen-semen yang dijumpai merupakan

    semen filosilikat, oksida besi dan juga karbonat.

    Batupasir pada daerah penelitian berdasarkan

    klasifikasi Pettijhon (1975) dikelompokan

    menjadi 4, yaitu lithic arenite, lithic graywacke,

    subarkose, felspahatic wacke, didominasi oleh

    lithic arenite dengan komponen berupa fragmen

    batuan metamorf, rijang, fragmen batuan sedimen

    dan fragmen batuan vulkanik dapat dilihat pada

    tabel 1dan gambar 8.

    DIAGENESA BATUPASIR

    Berdasarkan data dari 30 sayatan tipis batupasir

    dari tiga formasi yaitu Formasi Brani, Formasi

    Sawahlunto dan Formasi Ombilin pada daerah

    penelitian, terdapat beberapa gejala yang penting

    yang dapat digunakan untuk mengetahui proses

    diagenesa. Diagenesa menyebabkan detritus yang

    lepas menjadi terlitifikasi oleh proses fisika, kimia

    dan biologi dan diagenesa yang terjadi setelah

    sedimen menjadi batuan mengubah tekstur dan

    mineralogi dari batuan.

    Diagenesa Batupasir Formasi Brani

    Pada batupasir Formasi Brani terdapat beberapa

    tipe diagenesa yang mempengaruhui

    pembentukannya dapat dilihat pada gambar 9,

    yaitu:

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    a) Kompaksi dan diikuti oleh proses disolusi

    (pelarutan), ditunjukan dengan adanya korosi

    pada pada butiran kuarsa dan fragmen batuan

    lain seperti pada fragmen batuan metamorf

    dan fragmen fragmen batuan karbonat.

    b) Sementasi dan rekristalisasi pada batuan.

    Semen yang terdapat pada sayatan batupasir

    terdiri dari kalsit, dan oksida besi sedangkan

    rekistalisasi menyebabkan butiran kuarsa

    mengalami overgrowth dan terjadinya

    rekristalisasi pada matrik terutama pada

    matrik breksi stasiun 35.

    c) Replacement, butiran umumnya digantikan

    oleh oksida besi.

    d) Deformasi butiran, gejala deformasi terutama

    disebabkan oleh kompresi yang terjadi pada

    batuan dapat dilihat dengan ditemukan kuarsa

    dengan pemadaman bergelombang, gejala

    fracturing pada butir terutama pada kuarsa.

    Diagenesa Batupasir Formasi Sawahlunto

    Pada batupasir Formasi Sawahlunto terdapat

    beberapa tipe diagenesa yang mempengaruhui

    pembentukannya dapat dilihat pada gambar 10

    yaitu:

    a) Kompaksi dan diikuti oleh proses disolusi

    (pelarutan), ditunjukan dengan adanya korosi

    pada pada butiran kuarsa dan fragmen batuan

    lain seperti pada fragmen batuan metamorf

    dan fragmen batuan vulkanik. Gejala disolusi

    diperkirakan terjadi bersamaan dengan proses

    kompaksi atau pada tahap eogenesis dapat

    dilihat dari pola disolusi yang terjadi pada

    outline butir mengikuti pengarahan dari butir.

    b) Sementasi dan rekristalisasi pada batuan.

    Semen yang terdapat pada sayatan batu pasir

    terdiri dari kalsit, silica, dan oksida besi.

    Rekristalisasi dapat dilihat dengan pada

    outline butiran kuarsa yang mengalami

    secondary growth dan rekristalisasi pada

    matrik membentuk epimatrik.

    c) Replacement, sampel batupasir Formasi

    Sawahlunto pada umumnya di replace

    (digantikan) oleh oksida besi dan juga klorit.

    d) Deformasi batuan, dapat dilihat dengan

    ditemukannya kuarsa dengan pemadaman

    bergelombang, pengarahan pada butiran

    (terutama oleh mineral mika), penekukan

    pada butiran bahkan sampai terpatahkan dan

    banyaknya dijumpai pseudomatrik pada

    luasan sayatan, gejala fracturing pada butir

    terutama pada kuarsa yang diisi oleh mineral

    karbonat (kalsite) yang merupakan tahap akhir

    atau telogenesis dari diagenesis Formasi

    Sawahlunto.

    Diagenesa Batupasir Formasi Ombilin

    Pada batupasir Formasi Ombilin terdapat

    beberapa tipe diagenesa yang mempengaruhui

    pembentukannya dapat dilihat pada gambar 11,

    yaitu:

    a) Kompaksi dan diikuti oleh proses disolusi

    (pelarutan), ditunjukan dengan adanya korosi

    pada butiran kuarsa dan fragmen batuan lain

    seperti pada fragmen batuan metamorf dan

    fragmen batuan vulkanik. Gejala disolusi

    diperkirakan terjadi bersamaan dengan proses

    kompaksi atau pada tahap eogenesis dapat

    dilihat dari pola disolusi yang terjadi pada

    outline butir mengikuti pengarahan dari butir.

    b) Sementasi dan rekristalisasi pada batuan.

    Semen yang terdapat pada sayatan batupasir

    terdiri dari kalsit, silica, dan oksida besi.

    c) Rekristalisasi dapat dilihat dengan pada

    outline butiran kuarsa yang mengalami

    secondary growth dan rekristalaisi pada

    matrik menyebabkan terbentuknya epimatrik.

    d) Replacement, sampel batupasir Formasi

    Ombilin pada umumnyabutirannya di replace

    (digantikan) oleh oksida besi dan klorite

    terutama pada fragmen batuan berbuitr halus.

    e) Deformasi batuan dapat dilihat pada butiran

    yang mengalami penekukan bahkan sampai

    terpatahkan dan banyaknya dijumpai

    pseudomatrik pada luasan sayatan, gejala

    fracturing pada fragmen plagioklas.

    Disebabkan oleh kompresi pada batuan yang

    karena aktifitas tektonik yang terjadi setelah

    batuan diendapkan.

    ANALISA MODAL BATUPASIR

    Analisa modal dilakukan untuk mengetahui tipe

    butiran dominan atau komponen-komponen kunci

    penyusun batupasir pada masing-masing Formasi

    yang terdapat di daerah penelitian, sehingga dapat

    diketahui batuan sumber dari masing-masing

    Formasi. Kelas-kelas petrografis yang digunakan

    mengacu pada presentase dari butiran yang

    terdapat pada sayatan batupasir, matrik dari breksi

    dan matrik dari konglomerat (tabel 2)

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    Analisa Modal Batupasir Formasi Brani

    1. Analisa modal matrik breksi Formasi Brani

    Butiran didominasi oleh oleh fragment plagioklas,

    dengan jenis asam, diperkirakan batuan sumber

    berasal dari granit yang berasal dari tinggian

    (batuan basement) yang terdapat di sekitar

    cekungan. Berdasarkan data korelasi petrografi

    (dengan membandingkan jenis plagioklas pada

    pada sayatan 35 dengan sayatan batuan beku asam

    pada daerah penelitian), jenis plagioklas pada

    sayatan 35 sama dengan plagioklas yang terdapat

    pada granit yang merupakan basement dari

    cekungan, yaitu plagioklas dengan jenis asam.

    2. Analisa modal matrik Konglomerat dan

    batupasir Formasi Brani

    Tipe atau jenis butir dari matrik konglomerat pada

    sayatan 63 MK didominasi oleh fragmen karbonat

    (marbel), fragmen batuan metamorf, kuarsa

    monokristalin dengan pemadaman bergelombang.

    Plagioklas hadir dalam persentase yang sangat

    sedikit 0,5%. Diperkirakan batuan sumber

    (Sourced Rock) dari batuan adalah batuan

    karbonat (marbel), batuan metamorf derajat

    rendah-batuan metamorf derjat tinggi.

    Grain types batupasir pada sayatan 63 (bpsr), 65,

    67 didominasi oleh fragmen batuan metamorf,

    kuarsa monokristalin dengan pemadaman

    bergelombang, fragmen rijang dan fragmen

    batuan karbonat (marmer), dimana plagioklas

    sangat sedikit dijumpai pada sayatan batuan.

    Diperkirakan batuan sumber (Sourced Rock) dari

    batuan adalah batuan beku asam seperti granit,

    batuan metamorf derajat rendah-metamorf derajat

    tinggi.

    Singkapan batuan merupakan perselingan

    konglomerat dengan batupasir, dengan bentuk

    komponen konglomerat agak membundar-sangat

    membundar, dengan bentuk komponen yang

    membundar diperkirakan batuan telah tertranspor

    sangat jauh dari batuan sumber, sumber sedimen

    tidak berasal dari tinggian (basement) dari

    cekungan.

    Dapat disimpulkan berdasarkan analisis modal

    dan dominasi dari tiap-tiap kelas petrografi pada

    Formasi Brani, kelas-kelas petrografi atau buitran

    yang dapat dijadikan sebagai pemciri khusus (

    komponen-komponen kunci) penyusun batupasir

    pada Formasi ini terdiri dari plagioklas, fragmen

    batuan metamorf, fragmen batuan karbonat

    (marbel).

    Analisa Modal Formasi Sawahlunto

    Tipe atau jenis butir dari batupasir yang terdapat

    pada Formasi Sawahlunto didominasi oleh

    fragmen batuan metamorf, fragmen rijang dan

    fragmen kuarsa mokristalin dengan pemadan

    bergelombang.

    Dapat disimpulkan berdasarkan analisis modal

    dan dominasi dari tiap-tiap kelas petrografi pada

    Formasi Sawahlunto, kelas-kelas petrografi atau

    butiran yang dapat dijadikan sebagai penciri

    khusus ( komponen-komponen kunci) penyusun

    batupasir pada Formasi ini terdiri dari kuarsa

    monokristalin dengan pemadaman bergelombang

    dan fragmen rijang, walaupun pada sayatan

    batupasir yang lebih muda jumlah fragmen batuan

    vulkanik semakin meningkat seperti ditemukan

    pada sayatan batuan pada stasiun tujuh (7) dengan

    persentase fragment vulkanik mencapai 63,23%

    ,diperkirakan pada akhir pengendapan Formasi

    Sawahlunto aktivitas vulkanik terjadi dan

    menghasilkan material vulkanik sebagai sumber

    sedimen.

    Analisa Modal Batupasir Formasi Ombilin

    Tipe atau jenis butir dari batupasir pada Formasi

    Ombilin didominasi oleh fragmen batuan

    vulkanik, dan juga fragmen batuan sediment

    (lempung glukonit) dan kemunculan plagioklas

    dengan bentuk butir menyudut tanggung-

    membundar tanggung. Fragmen vulkanik yang

    dijumpai banyak mengandung mikrolite

    plagioklas, diperkirakan berasal dari batuan

    vulkanik asam. Dengan mulai banyaknya

    dijumpai fragmen batuan vulkanik diperkirakan

    selama batuan terendapkan juga berlangsung

    aktivitas vulkanik yang menghasilkan material

    vulkanik yang kemudian tererosi, tertransportasi

    dan terendapkan sebagai batuan sumber dari

    batupasir Formasi Ombilin.

    Dapat disimpulkan berdasarkan analisis modal

    dan dominasi dari tiap-tiap kelas petrografi pada

    Formasi Sawahlunto, kelas-kelas petrografi atau

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    butiran yang dapat dijadikan sebagai penciri

    khusus ( komponen-komponen kunci) penyusun

    batupasir pada Formasi ini terdiri dari fragmen

    batuan sedimen (lempung glukonit) dan fragmen

    batuan vulkanik.

    ANALISA TEKSTUR FRAGMEN KUARSA

    Secara umum batuan sumber daerah penelitian

    berasal dari batuan metamorf, batuan vulkanik,

    rijang, batuan sedimen sedangkan untuk

    mengetahui batuan sumber dari fragmen kuarsa

    harus dilakukan penelitian lebih lanjut, yaitu

    dengan menganalisa tekstur dari kuarsa pada

    sayatan tipis. Kuarsa adalah salah satu fragmen

    yang terdapat pada semua sayatan tipis. Fragmen

    kuarsa terdiri dari kuarsa monokristalin, kuarsa

    polilkristalin ataupun fragmen batuan metamorf

    ataupun rijang yang dapat dikelompokan kedalam

    fragmen kuarsa polikristalin.

    Pengamatan petrografis memperlihatkan bahwa

    fragmen kuarsa pada setiap formasi memiliki

    variasi internal tekstur dan perbedaan sifat optik

    (tabel 3). Pada tabel 3 dapat dilihat terdapat dua

    jenis kuarsa yaitu kuarsa monokristalin dan juga

    kuarsa polikristalin. Kuarsa monokristalin, pada

    umumnya dengan pemadaman bergelombang

    (undulose extinction) dengan deformation

    lamellae merefleksikan proses deformasi yang

    pernah terjadi pada batuan dan kuarsa polikristalin

    yang terdiri dari 2-3 krital dan > 3 kristal dengan

    intracrytal boundary poligon.

    Berdasarkan karakteristik dan kenampakan

    petrografis pada setiap butiran kuarsa pada 30

    sayatan tipis, batuan sumber dari kuarsa pada

    daerah penelitian dapat dibedakan menjadi empat

    (Tabel 4) berdasarkan Matthias Bernet dan Kari

    Bassett (2005), yaitu;

    1. Plutonic quartz, dengan kenampakan di

    bawah mikroskop monokristalin dan

    polikristalin, pemadaman tidak bergelombang,

    ciri khusus terdapat fluid inclusion dan

    mineral inclusion, terdapat pada sayatan tipis

    stasiun 7,16, 17, 18, 21, 26, 28, 31, 52, 8, 9,

    51, 56, 63, 65, 67, 73, 75, X1, X13, X14, dan

    X15.

    2. Brittle deformed quartz dan ductile deformed

    quartz, dengan kenampakan di bawah

    mikroskop monokristalin dan polikristalin,

    weakly undulose sampai dengan strong

    undulose extinction menunjukan deformation

    lamellae, biasanya terdapat mikrofracture

    dengan orientasi tertentu, terdapat pada

    sayatan tipis stasiun X14, X1, 73, 67, 65, 63,

    9, 8, 52, 28, 26, 18 dan 16.

    3. Low grade metamorf quartz dan high grade

    metamorf quartz, kenampakan di bawah

    mikroskop pada umunya polikristalin, > 4 unit

    kristal , weakly undulose sampai dengan

    strong undulose extinction dan outline tiap

    unit kristal menunjukan suture contact,

    terdapat hampir pada semua sayatan kecuali

    sayatan stasiun X1 dan X13.

    4. Kuarsa mikrokristalin, berupa fragmen rijang

    terdapat hampir pada semua sayatan kecuali

    sayatan stasiun X1 dan X13.

    HUBUNGAN TEXTURAL MATURITY

    DENGAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN

    Textural Maturity sangat penting untuk

    mengetahui lingkungan di saat batuan sedimen

    diendapkan, karena dapat memberikan skala

    deskriptif yang mengidentifikasikan tingkat

    selektifitas atau keefektifan dari lingkungan dalam

    penyaringan, pemilahan dari bentuk butir batuan

    sedimen (Robert. L Folk, 1980, Petrology of

    Sedimentary Rock). Berdasarkan data dari 30

    stasiun penelitian yang berasal dari tiga formasi

    yang berbeda didapat perbedaan tingkat

    kematangan.

    Formasi Brani

    Formasi Brani pada daerah penelitian dapat dibagi

    menjadi dua, yaitu Formasi Brani yang termasuk

    kedalam fasies konglomerat polimik dan fasies

    breksi polimik.

    Tekstural Maturity pada Fasies Konglomerat

    Polimik

    Persentase matrik berkisar antara 1,6% - 18%,

    yang terdiri dari oksida besi dan mineral karbonat

    dengan bentuk butir menyudut-membundar

    didominasi oleh butiran dengan bentuk

    membundar sedangkan bentuk butir menyudut

    diperkirakan karena terjadinya overgrowth dan

    korosi pada outline butiran dan juga gaya

    kompresi yang terjadi setelah batuan diendapkan

    menyebabkan butiran banyak yang tertekuk dan

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    sebagian ada yang hancur. Oksida besi merupakan

    matrik yang terbentuk setelah sedimen

    diendapkan (post depositional). Butiran

    didominasi oleh fragmen batuan metamorf dan

    fragmen rijang dan tidak dijumapai mineral

    lempung baik sebagai matrik ataupun sebagai

    komponen. Berdasarkan data di atas dapat

    disimpulkan bahwa batupasir pada Stasiun 63,

    stasiun 65 dan stasiun 67 dapat dikelompokan

    pada mature stage, dengan tingkat pengikisan dan

    pemilahan yang tinggi, dimana energi secara terus

    menerus diberikan pada butiran, dengan aktivitas

    tektonik yang relative stabil dan diperkirakan

    batuan diendapkan pada lingkungan darat

    (fluvial).

    Tekstural Maturity pada Fasies Breksi Polimik

    Persentase matrik mencapai 16%, bentuk butir

    menyudut-menyudut tanggung dengan pemilahan

    yang buruk. Matrik terdiri atas mineral lempung,

    oksida besi, mineral karbonat yang didominasi

    oleh mineral lempung. Butiran didominasi oleh

    plagioklas dengan bentuk butir menyudut-

    menyudut tanggung. Berdasarkan data di atas

    dapat disimpulkan bahwa batuan dapat

    dikelompokan ke dalam immature stage. Bentuk

    butir menyudut menunjukan pengendapan yang

    cepat dan jarak yang dekat biasanya dikontrol

    oleh tektonik yang sangat aktif. Plagioklas yang

    melimpah merupakan indikasi batuan diendapkan

    pada iklim basah dengan topografi kasar (tidak

    rata). Berdasarkan cirri-ciri di atas

    diinterpretasikan breksi (sayatan stasiun35)

    menunjukan lingkungan pengendapan darat

    (endapan kipas alluvial).

    Formasi Sawahlunto

    Tekstural Maturity pada Fasies Batupasir

    Berbutir Kasar

    Persentase matrik berkisar dari 0,2%-24,25%,

    terdiri dari mineral lempung, oksida besi, dan

    serisit. Mineral lempung hadir dalam persentase

    yang lebih sedikit. Bentuk butir menyudut-

    membundar, didominasi bentuk butir menyudut.

    Sayatan didominasi oleh kuarsa, fragmen batuan

    metamorf, rijang, dan pada beberapa sayatan

    terdapat fragmen batuan sedimen. Berdasarkan

    data di atas dapat disimpulkan bahwa batuan

    dikelompokan kedalam sub-mature stage.

    Plagioklas hadir dalam persentase yang lebih

    sedikit berkisar dari 0,1% - 8%, dengan bentuk

    butir menyudut-menyudut tanggung. Persentase

    plagioklas yang sedikit dan bentuk butir yang

    lebih menyudut menunjukan topografi rendah dan

    iklim basah pada saat batuan diendapkan.

    Diperkirakan batuan diendapkan pada lingkungan

    darat (sungai meandering).

    Formasi Ombilin

    Tekstural Maturity pada Fasies Batupasir

    Berbutir Halus

    Persentase matrik berkisar dari 3 %- 24%,

    didominasi oleh mineral lempung. Bentuk butir

    menyudut-membundar dengan pemilahan baik-

    buruk. Komponen didominasi oleh fragmen

    batuan sedimen berbutir halus dan fragmen batuan

    vulkanik. Berdasarkan data di atas dapat

    disimpulkan batuan dapat dikelompokan pada

    immature stage. Plagioklas hadir dalam kisaran

    1% - 10%, dengan bentuk butir menyudut-

    membundar tanggung, topografi rendah pada saat

    pengendapan. Pada beberapa sayatan dijumpai

    lempung glukonit dan karbon mengidentifikasikan

    batuan diendapkan pada lingkungan lagoon atau

    neritik yang masih berhubungan dengan daerah air

    payau (rawa).

    HUBUNGAN KOMPOSISI BATUPASIR

    DENGAN TINGKAT MATURITY

    Selain dari tekstur, komposisi dari batupasir juga

    dapat digunakan untuk mengetahui tingkat

    maturity dari batupasir. Semakin banyak jumlah

    kuarsa yang ditemukan pada luasan sayatan tipis

    maka batuan bisa dianggap semakin mature,

    semakin sedikit persentase kuarsa yang ditemukan

    maka batuan dianggap immature. Prinsip dasarnya

    adalah mineral-mineral lunak (tidak stabil) akan

    cepat tererosi dibandingkan mineral keras (stabil)

    atau bentuk butir dari mineral tidak stabil akan

    lebih membundar jika dibandingkan mineral yang

    stabil dan pada akhirnya mineral yang tidak stabil

    akan berubah menjadi lanau atau lempung dan

    menyisakan mineral-mineral yang lebih stabil

    seperti kuarsa (Robert. L Folk, 1980, Petrology of

    Sedimentary Rock).

    Pada tiga puluh sampel sayatan tipis, dapat

    diketahui tingkat maturity dari batupasir dari yang

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    paling mature sampai dengan immature(gambar

    12),:

    1. Mature: Formasi Sawahlunto, karena

    persentase mineral stabilnya (Kuarsa) lebih

    banyak dibandingkan Formasi Brani dan

    Formasi Ombilin. Mengidentifikasikan

    pengendapan dengan tingkat pengikisan

    (abrasi) yang tinggi dan tingkat pemilahan

    yang tinggi, dimana energi secara terus

    menerus diberikan pada butiran.

    2. Submature: Formasi Brani karena persentase

    Fragmen Metamorf lebih banyak dibanding

    kuarsa.

    3. Immature: Formasi Ombilin, karena batuan

    lebih didominasi oleh Fragmen batuan

    sedimen dan fragmen batuan vulkanik

    (fragmen batuan sedimen dan fragmen batuan

    vulkanik tergolong dalam kelompok mineral-

    mineral tidak stabil), dimana arus sangat

    lemah tetapi pengendapan sangat cepat karena

    banyaknya suplay sedimen sehingga sedimen

    tidak sempat masuk ke energi mekanik

    lainnya setelah pengendapan (tidak sempat

    tertransportasi jauh).

    KESIMPULAN

    Batupasir pada daerah penelitian dapat dibagi

    menjadi lithic arenite, lithic graywacke,

    subarkose, felspahatic wacke, didominasi oleh

    lithic arenite dengan komponen berupa fragmen

    batuan metamorf, rijang, fragmen batuan sedimen

    dan fragmen batuan vulkanik. Detritus yang dapat

    dijadikan sebagai penciri atau komponen-

    komponen kunci penyusun batupasir pada

    Formasi Brani terdiri dari plagioklas, fragmen

    batuan metamorf dan fragmen batuan karbonat

    (marbel). Detritus yang dapat dijadikan sebagai

    penciri atau komponen-komponen kunci penyusun

    batupasir pada Formasi Sawahlunto terdiri dari

    fragmen kuarsa monokristalin dengan pemadaman

    bergelombang dan fragmen rijang. Detritus yang

    dapat dijadikan sebagai penciri atau komponen-

    komponen kunci penyusun batupasir pada

    Formasi Ombilin terdiri dari fragmen batuan

    sedimen (lempung glukonit) dan fragmen batuan

    vulkanik.

    Batuan sumber (provenance) dari daerah

    penelitian terdiri dari batuan beku plutonik,

    batuan metamorf derajat tinggi, batuan metamorf

    derajat rendah, rijang, batuan sedimen dan juga

    batuan vulkanik. Lingkungan pengendapan

    dimulai dari lingkungan darat (sungai braided)

    pada saat ini diendapkan fasies konglomerat

    polimik, kemudian diendapkan fasies breksi yang

    merupakan endapan kipas alluvial dikontrol oleh

    tektonik yang sangat aktif. Fasies batupasir

    berbutir kasar yang merupakan bagian dari

    Formasi Sawahlunto diendapkan pada sungai

    meandering berasosiasi dengan daerah rawa.

    Fasies batupasir berbutir halus merupakan bagian

    dari Formasi Ombilin merupakan endapan

    distributary channel sampai dengan lagoon atau

    neritik didominasi oleh fragmen batuan vulkanik

    dan fragmen batuan sedimen. Batuan sumber dari

    sedimen tertua diperkirakan berasal dari tinggian

    yang terletak pada timurlaut daerah penelitian,

    sedangkan batuan sedimen tersier, batuan

    sumbernya berasal dari tinggian yang terletak

    sebelah baratlaut dari cekungan diperkirakan

    berasal dari tinggian basement yang tersingkap

    pada saat tektonik regangan pada Paleocen-Eocen

    dan uplift karena tektonik kompresi pada Miosen-

    Recent.

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Hormat dan terimakasih Penulis sampaikan

    kepada Bapak Billy Gumelar Adhiperdana, ST.,

    MT dan Bapak Ir. Iyan Haryanto, MT sebagai

    pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk

    memberikan ilmu, nasehat dan arahan. Tidak lupa

    terimaksih penulis sampaikan kepada Pemda Kota

    Sawahlunto dan Kabupaten Sijunjung dan

    masyarakat yang telah banyak membantu penulis

    selama penelitian di lapangan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Adams A. E, W. S. Mackenzie, C. Guilford, 1984,

    Atlas of Sedimentary Rocks Under Microscope,

    Logram Group UK Ltd.

    Adhiperdana, Billy G.,Wisyanto, 1997. Outline

    Petrologi dan Diagenesa Batupasir, Jurusan

    Teknik Geologi, Program Pasca Sarjana ITB,

    Bandung. Tidak diterbitkan.

    Adhiperdana Billy G., 1999. Perkembangan

    Petrofasies dan Provenance Batupasir Formasi

    Bayah Jawa Barat Ditinjau dari Studi Petrofasies,

    ITB, Bandung. Tidak diterbitkan.

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    Bernet, Matthias, Kari Basset, 2005. Provenance

    Analysis By Single-Quartz-Grain Sem-Cl/Optical

    Microscopy. Journal of Sedimentary Research,

    vol. 75, no. 3, may, p. 492500.

    Boggs, S. J.R, 1992, Petrology of Sedimentary

    Rock, University of Oregon, USA.

    Cameron, N.R., Pulunggono, A., 1984, Sumatran

    Microplate, Their Characteristics and Their Role

    in the Evolution of the Central and South Sumatra

    Basin, Proceeding Indonesian Petroleum

    Association, 13th

    , Jakarta, p121-143.

    Datta, Basudeb, 2005. Provenance, Tectonics and

    Palaeoclimate of Proterozoic Chandarpur

    Sandstones, Chattisgarh Basin: A Petrographic

    View, J. Earth Syst. Sci. 114, No. 3, West

    Benggala India, pp. 227245.

    Fletcher, Greg dan Yarmanto , 2003. Ombilin

    Basin Field Guid: Indonesian Petroleum

    Association Post Convention Field Trip October

    15-1 7, 1993. IPA.

    Folk, R. L. 1980. Petrology of Sedimentary Rocks.

    Hemphill Publishing Company. Austin, Texas

    78703, 81 85

    Afarzadeh, Mahdi., Mahboobeh Hosseini-Barzi,

    2008. Petrography and Geochemistry of Ahwaz

    Sandstone Member of Asmari Formation, Zagros,

    Iran: Implications on Provenance and Tectonic

    Setting. Revista Mexicana de Ciencias

    Geolgicas, v. 25, nm. 2, , p. 247-260.

    Loren A. Raymond, 1943, The Study of Igneous

    Sedimentary & Metamorphic Rock, second

    edition, Appalachian State University, USA.

    Koesoemadinata, R.P & Matasak, T., 1981,

    Stratigraphy and Sedimentation, Ombilin Basin,

    Central Sumatra, Proceedings of the 10th

    Annual

    Conference, Indonesia Petroleum Association,

    Jakarta, h217-249

    Koning,T.,1985, Petroleum Geology of the

    Ombilin Intermontane Basin, West Sumatra ,

    Proceedings Indonesian Petroleum Association

    Fourteenth Annual Convention.

    Nicols, Gary, 1991. Sedimentology and

    Stratigraphy: Department of Geology, Royal

    Holloway, university of London, Black Science

    Ltd, h4-6.

    Pettijohn, F. J., P.E. Potter, R. Siever, 1986, Sand

    and Sandstone, Second Edition, Springer-Verlag

    New York Inc.

    Prasetyadi, C. 2008. Provenan Batupasir Eosen

    Jawa Bagian Timur, Prosiding Ilmiah Tahunan

    IAGI ke-37, Bandung.

    Situmorang, B., dkk., 1991, Structural

    Development of the Ombilin Basin West Sumatra,

    Proceeding Indonesian Petroleum Association

    20th

    , h1-15

    Yuningsih, Euis Tintin. Studi Provenance

    Batupasir Formasi Formasi di Cekungan

    Ombilin, Sumatra Barat. Staf Pengajar Jurusan

    Geologi, FMIPA, Universitas Padjadjaran

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    .

    Tabel 1. Persentase butiran dan matrik berdasarkan analisa sayatan tipis

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    Tabel 2. Analisa Modal (persentase) butiran batupasir, matrik breksi dan matrik konglomerat daerah Kota sawahlunto dan Kabupaten Sijunjung

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    Tabel 4.3 Persentase kuarsa monokristalin dan kuarsa polikristalin

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    Tabel 4. Pengelompokan Kuarsa Berdasarkan Karakteristik dan Kenampakan di Bawah Mikroskop

    (Matthias Bernet dan Kari Bassett, Journal of Sedimentary Reseach, vol 75, no.3, May, 2005)

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    Gambar 1. Lokasi Penelitian (Sumber: R. P. Koesumadinata & Th. Matasak, 1981)

    Gambar 2. Peta Struktur Cekungan Ombilin (Sumber: Bona Situmorang, dkk, 1991)

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    Gambar 3. Kontak konglomerat dengan batupasir dan imbrikasi pada komponen konglomerat

    Gambar 4. Singkapan breksi Polimik

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    Gambar 5. Singkapan batupasir yang menjemari dengan konglomerat

    Gambar 6. Singkapan batupasir dengan lapisan tipis batubara

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    Gambar 7. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Batupasir Kota Sawahlunto dan Kabupaten Sijunjung

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    Gambar 8. Klasifikasi batupasir pada daerah penelitian berdasarkan klasifikasi Pettijhon (1975)

    Gambar 9. Sayatan st.65 menunjukan kontak antar butir berupa suture contact (E-3), point contact (A-3),

    long contact (B-1) dan concave-convex contact (C-3). Terjadi gejala fracturing pada komponen terutama

    kuarsa (B-3,4) dan tekstur corroded pada outline batas kristal beberapa mineral. Terdapat pseudomatrik

    (C-3,D-2) karena adanya komponen yang tertekuk dan hancur karena tertekan oleh komponen yang lebih

    tegar. Mineral mika (B-1) menunjukan adanya pengarahan karena kompresi pada batuan.

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    Gambar 10.Sayatan st.X1 menunjukan kontak antar butir berupa suture contact (B,C-1,2)dan concave-

    convex contact. Sayatan batuan didominasi oleh kuarsa monokristalin dan kuarsa polikristalin.Terjadi

    gejala fracturing pada kuarsa dan diisi oleh mineral karbonat (sebagai matrik dan semen) dan juga

    terdapat biotit (A,B,C-3) yang tertekuk dan terpatahkan, menunjukan batuan pernah mengalami gaya

    kompresi.

    Gambar 11. Sayatan St.X12 menunjkan kontak antar butir terdiri dari suture contact (C-3), long contact

    (A-2), point contact (D-1) dan concave-convex contact (B-2). Pada umumnya outline batas kristal

    menunukan tekstur corroded. Rongga antar butir diisi oleh oksida besi, sayatan batuan didominasi oleh

    fragmen lithic, yang sebagian sudah hancur membentuk pseudomatrik.

  • PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011

    The 36th HAGI and 40

    th IAGI Annual Convention and Exhibition

    Makassar, 26 29 September 2011

    Gambar 12. Hubungan komposisi batupasir dengan tingat maturity