17
193 SEJARAH DAN RAGAM HIAS PAKAIAN ADAT TOLAKI DI SULAWESI TENGGARA Abstract Abstrak Kata Kunci: Basrin Melamba traditional clothes, Tolaki, local culture *) This paper describes the history of Tolaki traditional clothes, initially, Tolaki people were familiar with Tolaki clothes made o f bark called kinawo using traditional tools such as watu ike. Since the 13th century, the evolution of clothing was marked by the introduction of Luwu and continued during the reign of a king entitled Lakidende Sangia Ngginoburu, who brought in people who typically have the skill to weave clothes. At the time of Japanese colonialization, some Tolaki people used karoro, which were clothes made o f burlap. There are several types of clothing for the communityon the status of the wearer: clothes for anakia royalty in the form of Mokole clothes or king called kandiu or babu ngginasami, clothes for officials called siwole mbatohu, clothes for middle class people called to'ono motuo, armor (Tamalaki), and clothes for the ceremony. In addition, there is a kind of clothing for a particularritual or ceremony. The decoration found in traditional clothes Tolakiere pinetaulu mbaku motif, pinehiku, penetaulu mbaku (fern motif), pineto'ono (resembles people) and so on. Tulisan ini menjelaskan mengenai sejarah pakaian tradisional Tolaki, pada awalnya masyarakat Tolaki mengenal pakaian yang terbuat dari kulit kayu yang disebut dengan kinawo dengan menggunakan peralatan tradisional berupa watu ike, bahannya dari kulit kayu. Kemudian periode kuno pengenalan pakaian juga di adopsi dari Luwu sejak abad ke-13, kemudian berkembang pada zaman pemerintahan Lakidende dengan gelar Sangia Ngginoburu, dengan mendatangkan orang yang secara khusus memiliki keterampilan menenun pakaian. Pada zaman Jepang pakaian orang Tolaki sebagian menggunakan karoro yaitu pakain yang terbuat dari karung goni. Terdapat beberapa jenis pakaian bagi masyarakat Tolaki berdasarkan status pemakainya yaitu ada baju untuk bangsawan anakia berupa baju Mokole atau raja yang disebut kandiu atau babu ngginasami, baju pejabat siwole mbatohu, baju golongan menengah berupa baju to'ono motuo, baju perang (Tamalaki), dan baju untuk upacara. Selain itu terdapat jenis pakaian untuk upacara ritual tertentu maupun upacara perkawinan. Adapun ragam hias yang terdapat pada pakaian adat Tolaki berupa motif pinetaulu mbaku, pinehiku, penetaulu mbaku (motif pakis), pine to'ono (menyerupai orang) dan sebagainya. Keywords: pakaian tradisional, Tolaki, kebudayaan lokal *) Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, email:[email protected]

Sejarah Dan Ragam Hias Pakaian Adat Tolaki

Embed Size (px)

DESCRIPTION

adat tolaki pakaian tolaki hiasan tolaki

Citation preview

  • 193

    SEJARAH DAN RAGAM HIAS PAKAIAN ADATTOLAKI DI SULAWESI TENGGARA

    Abstract

    Abstrak

    Kata Kunci:

    Basrin Melamba

    traditional clothes, Tolaki, local culture

    *)

    This paper describes the history of Tolaki traditional clothes, initially,Tolaki people were familiar with Tolaki clothes made o f bark calledkinawo using traditional tools such as watu ike. Since the 13th century, theevolution of clothing was marked by the introduction of Luwu and continuedduring the reign of a king entitled Lakidende Sangia Ngginoburu, whobrought in people who typically have the skill to weave clothes. At the time ofJapanese colonialization, some Tolaki people used karoro, which wereclothes made o f burlap. There are several types of clothing for thecommunityon the status of the wearer: clothes for anakia royalty in the formof Mokole clothes or king called kandiu or babu ngginasami, clothes forofficials called siwole mbatohu, clothes for middle class people called to'onomotuo, armor (Tamalaki), and clothes for the ceremony. In addition, there isa kind of clothing for a particularritual or ceremony. The decoration found intraditional clothes Tolakiere pinetaulu mbaku motif, pinehiku, penetaulumbaku (fern motif), pineto'ono (resembles people) and so on.

    Tulisan ini menjelaskan mengenai sejarah pakaian tradisional Tolaki,pada awalnya masyarakat Tolaki mengenal pakaian yang terbuat dari kulitkayu yang disebut dengan kinawo dengan menggunakan peralatantradisional berupa watu ike, bahannya dari kulit kayu. Kemudian periodekuno pengenalan pakaian juga di adopsi dari Luwu sejak abad ke-13,kemudian berkembang pada zaman pemerintahan Lakidende dengan gelarSangia Ngginoburu, dengan mendatangkan orang yang secara khususmemiliki keterampilan menenun pakaian. Pada zaman Jepang pakaianorang Tolaki sebagian menggunakan karoro yaitu pakain yang terbuat darikarung goni. Terdapat beberapa jenis pakaian bagi masyarakat Tolakiberdasarkan status pemakainya yaitu ada baju untuk bangsawan anakiaberupa baju Mokole atau raja yang disebut kandiu atau babu ngginasami,baju pejabat siwole mbatohu, baju golongan menengah berupa baju to'onomotuo, baju perang (Tamalaki), dan baju untuk upacara. Selain itu terdapatjenis pakaian untuk upacara ritual tertentu maupun upacara perkawinan.Adapun ragam hias yang terdapat pada pakaian adat Tolaki berupa motifpinetaulu mbaku, pinehiku, penetaulu mbaku (motif pakis), pine to'ono(menyerupai orang) dan sebagainya.

    Keywords:

    pakaian tradisional, Tolaki, kebudayaan lokal

    *) Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara,email:[email protected]

  • PENGANTARFenomena pakaian adat ( )

    dan kecenderungan penggunaan pakaianadat (khusus Tolaki) merebak di SulawesiTenggara, tidak ketinggalan suku bangsaTolaki di daerah Kabupaten Konawe, KotaKendari, Konawe Selatan dan KonaweUtara. Bahkan setiap pertemuan acararesmi pemerintah, lembaga adat, ataukegiatan adat lainnya para pemakainyadengan bangga dan diwaj ibkanmenggunakan pakaian adat. Gunamemperkenalkan pakaian adat Tolaki,bahkan telah diadakan promosi olehpemerintah Provinsi Sulawesi Tenggarabukan hanya tingkat daerah, nasionalbahkan keluar negeri atau mancanegaraoleh Ketua Dekranas Sultra. Apakah yangdi promosikan merupakan pakaian adatyang sesungguhnya bagi masyarakatpendukungnya. Di beberapa wilayahkabupaten yang merupakan basis orangTolaki di Dekranas terpajang pakain adat,sarung adat, dan perlengkapan busanalainnya, apakah sudah merupakan produkbudaya kita yang mengakar pada kulturlokal?

    Pakaian merupakan identitas, makapakaian adat Tolaki merupakan salah satuidentitas Tolaki. Menurut Henk, pakaianberperan besar dalam menentukanidentitas komunitas dan citra seseorang.Lebih dari itu, pakaian adalah cerminandari identitas, status, hierarki, gender,memiliki nilai simbolik, dan merupakanekspresi cara hidup tertentu. Pakaian jugamencerminkan sejarah, hubungankekuasaan, serta perbedaan dalampandangan sosial, politik, dan religius.Dengan kata lain, pakaian adalah kulitsosial dan kebudayaan kita. (Henk SchulteNordholt, 2005:v).

    Seperti wilayah Indonesia lainnya,di Sulawesi Tenggara khususnya daerahTolaki Konawe dan Tolaki Mekongga diKolaka memiliki khasanah budaya khas.Kekhasannya tersebut diwujudkan dalambentuk adat istiadat yang berlaku dalammasyarakat, yang mengandung unsur-unsur budaya setempat. Unsur budayatersebut memberi warna tersendiri kepadamasyarakat pendukungnya sehinggamembedakan dengan yang lain, unsurtersebut di antaranya adalah pakaian adattradisional.

    Pakaian adat tradisional daerahmerupakan salah satu unsur kebudayaanyang tumbuh dan berkembang seiringdengan pertumbuhan suatu suku bangsa.Pakaian adat tradisional ini dalamkehidupan yang nyata mempunyaiberbagai fungsi yang sesuai dengan pesan-pesan nilai budaya yang terkandung didalamnya, yang berkaitan pula denganaspek-aspek lain dari kebudayaan sepertiekonomi, sosial, politik dan keagamaan.Berkenaan dengan pesan-pesan nilaibudaya yang disampaikan, makapemahamannya dapat dilakukan melaluiberbagai simbol-simbol dalam ragam hiaspakaian tradisional tersebut yang pada saatini secara hipotesis sudah mulai dilupakanorang bahkan tidak lagi digemari olehgenerasi penerus. (Chalik, et. al.,1992/1993:2).

    Suku Tolaki pada umumnyamengenal dua jenis pakaian. Jenis pakaianitu ialah pakaian sehari-hari dan pakaianupacara. (Chalik, et. al., 1992/1993:14)pakaian sehari-hari terdiri atas: (1)pakaian dirumah, (2) pakaian kerja, dan(3) pakaian bepergian. Pakaian upacaraterdiri atas: (1) pakaian upacara daurhidup, (2) pakaian upacara keagamaan,

    babu sara

    194

    Sejarah dan Ragam Hias Pakaian Adat Tolaki di Sulawesi Tenggara

  • dan (3) pakaian upacara adat. Pakaian adatdilengkapi dengan perhiasan dankelengkapan tradisional lainnya, kesatuanutuh antara busana dan perhiasan sertakelengkapannya menunjukan lengkapnyapakaian adat.

    Seorang Raja (istilah lokal) atau Bangsawan

    ( ) di daerah sebagai pemimpinsebuah komunitas dengan wilayahtertentu, daerah Konawe dan Kolakakhususnya memiliki bentuk wujudbangunan yang berbeda dengan rumahrakyat biasa, (Melamba, 2008:1). begitupula dengan busana pakaian bagigolongan (bangsawan) harusberwarna tajam, misalnya warna hitam,merah tua, kuning keemasan, cokelat,biru, dan ungu, sedangkan rakyat biasaharus yang berwarna kurang tajammisalnya kuning muda atau putih.(Chalik,1984/1985:25).

    Pakaian adat sebagai hasil karyaseni manusia tentunya memiliki nilaiestetika, karena manusia pada dasarnyamemiliki kebutuhan menghias terhadapsegala sesuatu yang dipakainya dan ditempat dimana ia tinggal, hasrat kreatif inimuncul dalam setiap periode danperadaban. Pada manusia terdapat sifatyang dinamakan , yaituperasaan yang tidak dapat membiarkantempat atau bidang kosong. Perasaan inisangat kuat pada suku primitif. (Chalik,1984/1985:17).

    Ragam hias tradisional yang dikenaloleh suku Tolaki, di antaranya:(desain segi tiga),(desain daun pakis), (desain garisvert ical-horizontal atau vertical-horizontal-silang), (desainsegi empat), (desain lingkaran),

    (desain sudut), dan(desain ikat). (Tarimana, 1989:255).

    Dewasa ini berkembang ataumuncul macam-macam pakaian adats e i r i n g d e n ga n k e m a j ua n i l mupengetahuan dan teknologi sehinggamodel pakaian adat tolaki sudah tidaktampak lagi baik itu yang menggambarkanstatus sosial pemakainya maupun motif-motifnya dan apakah pakaian adat yangada sekarang sesuai dengan kenyataanatau fakta masa lalu.

    Berdasarkan hal tersebut, perluuntuk mengkaji sejarah atau perkembaganpakaian adat suku tolaki yang secaraturun-temurun telah menjadi identitas dankebanggaan bagi masyarakat di daerahKonawe dengan harapan bahwa denganadanya tulisan ini, kiranya dapat menjadibahan informasi bagi masyarkat luas, sertasebagai bahan pertimbangan bagipemerintah dalam upaya melestarikanwarisan budaya lokal.

    Berdasarkan Tesaurus (PusatBahasa Depdiknas., 2008:Xi) BahasaIndonesia pakaian adat terdiri dari duakata yaitu 'Pakaian' dan 'Adat', jikadiartikan berarti 'pakaian' adalah busanaatau baju, (Pusat Bahasa Depdiknas.,2008:348) menurut bahasa busana adalahsegala sesuatu yang menempel pada tubuhdari ujung rambut sampai ujung kaki.Menurut istilah, busana adalah pakaianyang kita kenakan setiap hari dari ujungrambut sampai ujung kaki berserta segalap e r l e n g k a p a n n y a , s e p e r t iperhiasan/aksesoris. Sedangkan kata 'adat'yaitu budaya, etiket, istiadat, kebiasaan,kelaziman, kultur, tata cara, tradisi, sunahadab, etik, nilai, norma, aturan. Jadi dapat

    Mokole/Sangia,Bokeo,Anakia

    Anakia

    horror vacut

    pinesowipineta'ulumbaku

    sinolana

    silapa ombatinaboriri

    pinehuu holunga

    SEJARAH PAKAIANADAT TOLAKI

    ,

    195

    MOZAIK : Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 12, No.2-Desember 2012 : 92 -209Juli

  • dikatakan bahwa pakaian adat merupakanpakaian yang sudah menjadi kebiasaanyang dipakai sesuai nilai, etik, dan normayang berlaku pada masyarakat tersebutsebagai pendukung kebudayaan.

    Menurut Chalik (1984/1985:2),yang dimaksud dengan pakaian adatadalah pakaian yang sudah dipakai secaraturun-temurun yang merupakan salahsatu identitas dan dapat dibanggakan olehsebagian besar pendukung kebudayaantertentu. Pakaian adat dilengkapi denganperhiasan dan kelengkapan tradisionallainnya, kesatuan utuh antara busana danperh iasan ser ta kelengkapannyamenunjukan lengkapnya pakaian adattersebut.

    Oleh karenanya disimpulkan bahwapakaian adat merupakan seperangkatpakaian/busana beserta kelengkapannyayang dipakai oleh suku bangsa tertentuyang menunjukkan kebudayaan suatumasyarakat dan secara turun-temurunmenjadi identitas, memiliki nilai, etik,estetik, simbolik, religius, status sosialpemakainya sekaligus mencerminkansejarah, hubungan kekuasaan, sertaperbedaan dalam pandangan sosial,pol i t ik , dan re l ig ius dan dapatdibanggakan oleh pendukung kebudayaantersebut.

    Membahas pakaian pada prinsipnyapatut ki ta ketahui hal-hal yangmenyangkut daerah dimana pakaian itutercipta oleh masyarakat pendukungnya.Demikian pula keaneka ragaman suatubudaya merupakan suatu keunikan yanglayak dilestarikan bagi hidup danberkembangnya kebudayaan itu sendiri.Keadaan tersebut memperlihatkan adanyaperbedaan-perbedaan yang menarik untukditeliti dan ditulis. Kaitannya dengan

    kajian ini, maka busana atau pakaianmerupakan salah satu dari keragamankebudayaan etnik yang dapat dijumpaidalam kehidupan masyarakat.

    Busana atau pakaian denganberbagai simboliknya mencerminkannorrma-norma serta nilai-nilai budayasuatu suku bangsa ada di Nusantara,termasuk diwilayah Konawe. MenurutMari S. Condronegoro, busana merupakansuatu unsur penting yang ikut menentukanidentitas kehidupan budaya dan perangkatsimbol yang terdapat dalam pakaian padahakekatnya bermakna sebagai pengaturtingkah laku, disamping fungsi sebagaiinformasi, karena dengan adanyaperantaraan simbol-simbol tersebutmanusia dapat menyebarluaskankebudayaan.

    Demikian pula busana atau pakaianadat yang ada di Konawe, memilikisimbol-simbol tersendiri dan tiap-tiapsimbol itu mengandung makna.Pemaknaan mengenai simbol dalam corakdan warna busana, pada prinsipnyaterdapat pula pada pakaian yang ada padaetnik Tolaki.

    Pada hakikatnya manusia sebagaimakhluk mulia diciptakan agar dapatmenggunakan akal dalam beradaptasidengan lingkungannya. Denganketerbatasan jasmaninya, manusia harusberusaha dengan akalnya untukmenciptakan berbagai peralatan yangdapat melindungi dan mengembangkandirinya. Oleh karena itu manusia lebihmeningkatkan kemampuan budayanya.Salah satu bentuk adaptasi manusia adalahberpakaian, dimana sejak zamanprasejarah, manusia telah mengenalkebudayaan berpakaian. Pakaianmempunyai peranan yang sangat penting,

    196

    Sejarah dan Ragam Hias Pakaian Adat Tolaki di Sulawesi Tenggara

  • sebab dalam kehidupan manusia pekaianitu bermacam-macam antara lain : sebagaipenutup tubuh, pakaian untuk adat (ritual).

    Selain dari itu, pakaian berfungsisebagai simbol dalam corak ornamennya.Fungsinya lain dari pakaian biasa, yaitumelambangkan sejarah kehidupanmanusia dan menjadi unsur penting bagistatus seseorang, sedangkan fungsinyasebagai lambang stbilitas dapat kita lihatdalam peranannya dalam perubahan fase-fase kehidupan manusia. Dalam fase-fasekehidupan manusia tersebut, pakaiandengan berbagai macam hiasannya sangatdiperlukan baik sebagai busana (pakaian)maupun sebagai hiasan.

    Sejak manusia mulai mengenalpakaian sebagai penutup tubuh, sejak itupula manusia selalu berusaha melengkapidirinya dengan menyempurnakanperlengkapan khususnya pakaian. Untukitu muncullah peralatan tenun dalambentuk yang sangat sederhana. Dalamsejarah kerajinan pakaian dapatdikemukakan bahwa dalam zamanprasejarah masyarakat Indonesia telahmengenal pakaian dari kulit kayu. Olehkarena fitrah manusia yang ingin selalumaju dan berkembang, maka cara untukmendapatkan pakaian pun berangsur-angsur turut mengalami perubahan jikamulanya hanya menggunakan alat kerjadari batu kemudian beralih ke cara yanglebih baik, dengan ditemukannya alatpintal benang dengan kelubang benang.Pada fase ini mulailah kapas berperansebagai bahan utama pada tenunan.

    Di Sulawesi Tenggara tradisi

    berpakaian diduga munculnya bersamaandatangnya penghuni pertama di daerah ini.Hal ini di buktikan dengan adanyaperangkat peninggalan ala t -a la tpembuatan pakaian dari kulit kayu( ) di dalam gua, dan masih adanyapengetahuan dari sebagaian kecil wargamasyarakat tentang cara pembuatanpakaian dari kulit kayu. Bahkanpengetahuan tentang jenis-jenis kayu yangdapat diolah menjadi pakaian juga masihdimiliki oleh sebagian masyarakat.Sesuai dengan perkembangan kebutuhanmanusia akan sandang, maka alat, bahandan teknologi pembuatannya punberkembang pula. Sesuai dengan kondisigeografis Sulawesi Tenggara dihuni olehtiga etnis utama, sehingga perkembanganpakaian di wilayah ini menjadi beranekaragam corak maupun teknologinya.Sampai sekarang di Sulawesi Tenggaradikenal ada pakaian adat Buton, pakaianadat Tolaki dan pakaian adat Muna yangmasing-masing memiliki ciri khastersendiri.

    Sebelum masyarakat Tolakimengenal busana atau pakain dari kaintekstil, pakaian asli dari rakyat yangberdiam di daerah Konawe dan Kendari dibuat dari kulit kayu dalam bahasa daerahdisebut ( ). Tersedianyawilayah hutan merupakan potensi yangditumbuhi berbagai jenis kayu. Diantarajenis kayu itu ada beberapa macam kulitkayu berupa seratnya dapat diprosesmenjadi bahan pakaian. Diantara jeniskayu itu adalah kayu . Adapun

    kinawo

    fuya takinawo

    o'toho

    1)

    197

    1) Penulis melakukan ekskavasi di Gua Tenggera Wiwirano pada tanggal 27 Desember 2011 bersama timMahasiswa Program studi Pendidikan Sejarah FKIP Unhalu Kendari, disitus tersebut di temukan beberapawatu ike atau alat pemukul dari batu bahan untuk membuat kinawo.

    MOZAIK : Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 12, No.2-Desember 2012 : 92 -209Juli

  • proses pembuatan sampai menjadipakaian adalah sebagai berikut: kulit kayu itu diambil kemudian dipotongsepanjang kurang lebih 1 meter, lalu kulitluarnya dipisahkan, dibuang, hinggamenyisahkan kulit seratnya yangberwarna putih kelabu. Serat kayu itu laludiredam dalam lumpur beberapa hari,selanjutnya serat tadi di cuci bersih. Seratkayu itu yang nampak sudah mulaimengembang, lalu dimasukan dengan abudapur beberapa jam lamanya. Setelahselesai kemudian dibersihkan lagi denganair dingin, serat kain kelihatannya sudahmasak dan warnanya sudah putih sekali.Bahan-bahan tersebut lalu diletakan diatas punggung kayu yang berbentukperahu terbalik.

    Dengan menggunakan tiga macambahan pemukul yang diberi tangkai rotandengan garis-garis kasar, sedang, danhalus pada batu pemukul itu. Untukmemulai membuat maka kulit kayudipukul hingga lembek, pada awalnyadipukulkan dengan batu yang bergariskasar, berikutnya jika serat kayu itu sudahbersatu dan mulai melebar danmemanjang, maka secara berturut-turutdipergunakan alat pemukul batu yangbergaris sedang hingga halus, makaproduk yang sudah menyerupai kain putihitu makin panjang dan melebar.Selanjutnya untuk menjaga agar tebalnyaatau tipisnya yang dikehendaki kemudiandigulung pada bambu kecil. Sisa dari hasilpukulan tersebut terus dipukul hinggapanjangnya mencapai 2 dan 3 meter.Produk kulit kayu yang sudah menyerupaikain putih itu dijemur, kemudian setelahkering produk itu disebutdicelup dalam cairan hasil masakan darikulit kayu ini dimaksudkan agar

    produk itu lebih tahan lama kuat danwarnanya, karena garis urat atau seratkayu halus agar tidak kelihatan lagi.Kemudian diberikan warna yangdikehendaki dari putih ke coklat atau abu-abu.

    Potongan kain itu panjangnyaantara 2 atau 3 meter kemudian digulungdan dijahit menurut kebutuhannya, sepertibentuk celana, baju (destar) biasa jugadibuat dalam bentuk kelambu ( )yang juga dibuat dari bahan . Kain-kain sarung tenunan berasal dari Luwu,Buton, Muna, dan Selayar masuk kedaerah Kendari sebagai hasil perdaganganberupa barter dengan beras, gabah, danbeberapa komoiditi di daerah ini.

    Penanaman kapas pengolahanmenjadi benang, penenunan kainpemberian warna-warna tertentu jugadikenal di daerah Konawe dan Kendari.Masuknya barang-barang textil yangmurah berupa kain belacu atau dalambahasa Tolaki disebut .

    Hal ini merupakan bukti pergeseranperadaban dari zaman kezaman, danakibat timbulnya inovasi baru yangmenuju ke arah modernisasi. Salah satukoleksi yang dapat disaksikan dalamMuseum Negeri Sulawesi Tenggara yaitupakaian dari kulit kayu.

    Proses pembuatan: (1) Pemilihanjenis kayu, jenis kayu yang digunakan darikayu tipulu dan kayu (bahasaTolaki). Dalam pengambilan kayutersebut, masyarakat pendukungnyamemilih kayu yang diinginkan. Karenakedua jenis kayu tersebut menghasilkanwarna yang berbeda. Kayu Tipulumenghasilkan warna cokelat, kayuwarna putih krem; (2) Pengambilan bahankulit kayu, melalui proses penebangan,

    o'toho

    takinawo

    roko

    holiwukinawo

    balatu

    kawoo

    Kawoo

    198

    Sejarah dan Ragam Hias Pakaian Adat Tolaki di Sulawesi Tenggara

  • pengupasan kulit hingga terpisah daribatangnya, dengan memilih batang kayudengan ukuran diameter 5 cm. Batangkayu yang telah ditebang dan dipotongsesuai ukuran yang dibutuhkan, kemudiandibelah menjadi empat bagian sehinggamudah untuk memisahkan dari batangnya.Kulit kayu yang telah dipisah, dijemurhingga tampak layu atau setengah kering,pengeringan berkisar dua sampai tiga hari;(3) Proses pengolahan: kulit kayu yangtelah siap diolah disusun sebanyak limalembar kemudian dipukul denganmenggunakan alat yang di sebut Batu ,dengan urutan dimulai dari batupermukaannya kasar, dimaksudkan agarkulit kayu mudah pecah dan mudah pulamelebar. Pemukulan kulit kayu yang telahhancur dan melebar dilakukan berulangkali dengan tumpukan yang sama, shinggalebar kayu yang sedang dipukul semakinmelebar dan akhirnya mencapai ukuranyang dibutuhkan. Adapun landasantempat penumpukan kulit kayu tadidisebut yaitu batang kayuyang dibelah dua dengan ukuran diameter20 cm, kemudiaan disandarkan pada duabatang kayu sebagai penyanggah, hinggamemudahkan orang yang memukul kayudalam posisi berdiri. Adapun maksudlandasan dibuatkan penyanggah agar saatmemukul kulit kayu dapat mengeluarkanbunyi-bunyian yang terkadang bunyi-bunyian tersebut mengandung arti khususantara lain : bunyi dapat diartikan suatutanda atau kode bahwa orang yang sedangmelakukan pengolahan kulit kayu sebagaipenutup badan, dan dapat pula bunyiantersebut berarti sebagai penghibur ataupembakar semangant bagi orang yangsedang bekerja. Makna lain yang tersiratoleh bunyi-bunyian tersebut menandakan

    terjadinya dialog magis antara penghunihutan dengan para pekerja; (4) Kemudiankulit kayu yang sudah kering dilipat sesuaiyang dibutuhkan lalu dilapisi dengan daunkering, kemudian ditempatkan ditempatlain yang disebutberfungsi sebagai pengalas, kemudiandipukul-pukul dengan alu yang disbut

    yang berfungsi untukmerapikan atau merapikan serat-serat kulitkayu. Penyambungan antara satu bahanantara satu bahan dengan bahan laindilakukan dengan cara penumbukan.Serat-serat kayu tersebut oleh masyarakatpendukung disebut , yangdihasilkan dapat berupa kasar, danhalus. Jenis kasar dipakai untukpakaian sehari-hari, sedangkanhalus digunakan untuk bahan pakaianpesta atau upacara-upacara adat.(Melamba, 2011).

    Bahan mentah pakaian sehari-hariberasal dari kulit kayu (kayu usangi-Tolaki) dan ada pula yang berasal darikapas. Cara mengolahnya: (1) Batang

    dikuliti, kulit arinyadibersihkan, lalu direndam di sungaiselama sehari semalam. Sesudah itu laludibentangkan di atas sebatang kayu,kemudian dipukul-pukul dengan batubesar; (2) Setelah selesai, direndam lagiselama satu malam. Kemudian dipukul-pukul lagi dengan batu. Setelah rata laludijemur dan untuk menghaluskan dipukul-pukul lagi untuk ketiga kalinya; (3) Laludijemur untuk yang terakhir. Makaselesailah pembuatannya. Jika sudahmenjadi bahan pakaian disebut(Tolaki) yang dapat dijadikan sarung,selimut, baju, destar dan cawat. Untukbahan pakaian dari kapas, carapengolahannya telah diuraikan dalam

    IkeIke

    Ponggawoa

    watumborodoa

    alumborodoa

    kinawo Kinawokinawo

    kinawokinawo

    kayu usangi

    kinawo

    199

    MOZAIK : Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 12, No.2-Desember 2012 : 92-2Juli 09

  • tulisan ini.Perkembangan penggunaan pakaian

    pada masyarakat diwilayah Konawe yaitupakaian yang terbuat dari serat kulit kayuyang disebut . Mengenai pakaiandari kulit kayu tersebut sekarang masihdapat ditemukan pada beberapa pendudukdi daerah pedalaman suku Tolaki yangmenyimpannya sebagai koleksi.

    Pakaian kulit kayu ini terbuat daripohon dan (bahasa Tolaki)hingga kini penulis belum menemukannama asing jenis pohon dimaksud yangbanyak tumbuh di hutan-hutan di wilayahKonawe dan Kendari. Jenis pohondigunakan untuk bahan dasar pakaian kulitkayu di sebut atau di daerahSulawesi Tengah disebut yaitupakaian yang terbuat dari kulit kayu.Dengan menggunakan teknologisederhana berupa alat pemukul berupa

    yaitu batu yang memiliki tempatpegangan berupa rotan, sedangkanbatunya di ukir. Batu yang diukir tersebutterdiri dari batu yang berukit garis-garisyang bersusun, dan batu dengan garis batuberbentuk segi empat batu ini digunakanuntuk menghaluskan, tempat memukulkulit kayu disebut yaitulandasan batu tempat memukul bahanpembuatan pakaian.

    Penggunaan pakaian berhubungandengan keindahan bukti-bukti yangditemukan diberbagai tempat berupaberbagai bentuk manik-manik, baik yangdigunakan untuk perhiasan perempuanmaupun yang digunakan untuk keperluanupacara agama maupun upacara-upacaradalam bidang pengobatan.

    Pada awalnya orang Tolakimengenal busana atau pakain terbuat darikulit kayu. Tradisi memakai kulit kayu

    ( ) mulai dikenal sejak sejak abad ke5 sebelum Masehi dan abad ke-12 sudahmengenal pengetahuan, yang berasal dariLuwu kuno sekitar danau Matana (Malili)kemudian menyebar ke Jazirah SulawesiTenggara. Kemudian zaman kerajaan barumengenal pakaian, yang berasal dariLuwu. (Melamba, 2011).

    Penduduk berabad-abad yang lalusudah mengenal (menanam kapas yangdibuat benang untuk tenun. Kapas disebutdalam bahasa Tolaki disebut , halmenenun itu tidak merata, dan hanya padaorang tertentu saja (mulai dari derajatmenengah keatas seperti bangsawananakia saja. Rakyat jelata , memakai kainkulit kayu ( ) sejak kira-kira abadke-12. Tradisi menenun bagi masyarakatTolaki mulai dikenal diperkirakan sejakabad ke-12 sudah mengenal pengetahuan

    atau menenun, berasal dari daerahLuwu.

    Suku Tolaki pada umumnyamengenal dua jenis pakaian. Jenis pakaianitu ialah pakaian sehari-hari dan pakaianupacara. Pakaian sehari-hari terdiri atas:(1) pakaian dirumah, (2) pakaian kerja dan(3) pakaian bepergian. Pakaian upacaraterdiri atas: (1) pakaian upacara daurhidup, (2) pakaian upacara keagamaan dan(3) pakaian upacara adat. Pakaian adatdilengkapi dengan perhiasan dankelengkapan tradisional lainnya, kesatuanutuh antara busana dan perhiasan sertakelengkapannya menunjukan lengkapnyapakaian adat.

    Orang Tolaki mengenal pakaiantenun berkat adanya hubungan orang-orang Tolaki dengan Bugis pada masa rajaatau Maago sekitar tahun 1700-anyang di tandai dengan perjalanan La Rebiatau Tebawo gelar Sangia Inato ke daerah

    kinawo

    otoho wilalo

    kinawoFuya

    watu ike

    ponggawoa

    kinawo

    o'kapa

    kinawo

    humoru

    Mokole

    200

    Sejarah dan Ragam Hias Pakaian Adat Tolaki di Sulawesi Tenggara

  • L u w u . K e m u d i a n m e n g a l a m iperkembangan pada zamanberikutnya.

    Pada masa kerajaan Konawe tradisimenenun mulai berkembang utamanyapada masa pemerintahanLakidende dengan gelar

    . Hal ini dijelaskan dalambuku Dokumenta DPRD bahwa, padamasa itu wanita sudah terampil membuatperhiasan-perhiasan dan kerajinan tanganmisalnya menjahit tenda, tabir (tabere),menganyam tikar, tudung saji, tudungkepala, (menenun kain). (Tahir,1982:127). Pada zaman Lakidendedidatangkan orang Tiworo seorang gurumenenun dari Tiworo bernamaLabenggala guna mengajarkan ataumenularkan keterampilannya kepadamasyarakat Konawe pada saat itu.Datangnya orang-orang Tiworo diKonawe karena yang mengerjakan alattenun Labenggala dan Manaweri (orangTiworo yang mengerjakan pakaian RajaLakidende).

    Model pakaian Tolaki yang ditenun:raja menggunakan kerah berdiri warnahitam menggunakan sulaman motif gigianjing, sulaman dari benang emas, Rajam e n g g u n a k a n t i g a g a r i s ( b i s )dipergelangan tangan bajunya celanapendek sampai betis ( ).

    Pakaian bangsawan biasa yangmempunyai kedudukan di daerahmenggunakan sulaman dua garis padalengan bajunya (bis) dan berwarna hitam.Dilengkapi dengan (topi/tutupkepala) yang dipakai Raja danBangsawan. Selain itu terdapat ikat kepalayang tinggi namanya Bate (batik) inikemungkinan sudah ada pengaruh dariJawa karena yang menggunakan dan

    memproduksi batik berasal dari daerahJawa. Menurut Dr. J. Brandes membatikmerupakan produk hasil kebudayaan aslimasyarakat Indonesia.

    Sedangkan Bangsawan biasa yangtidak memiliki jabatan hanya ada sulamansatu garis di lengan. Pakaian dibawahbangsawan adalah baju yang tidakmenggunakan kerah, lengan panjang,warna putih atau coklat, dan pakai sarung.Pakaian orang kebanyakan yaitu baju yangtidak menggunakan lengan dan pakaicelana yang dari kain yang dililit, (dipakaioleh orang biasa dan para budak).

    Zaman pemerintahan HindiaBelanda pakaian kulit kayu masih dipakai.Meskipun sudah terdapat penduduk yangsudah memakai pakaian, pada zamanBelanda dikenal pakaian berupaatau kebaya bagi perempuan. Pakaian inibiasa digunakan pada acara-acaraperkawinan ataupun pertemuan resmi,sebagai contoh kepala distrik Uepaibernama Bungaharu menggunakan bajukebaya pada saat pelantikan raja Tekakapada tahun 1934 acara tersebutdilaksanakan dekat makam raja Lakidendegelar Sangia Ngginoburu.

    Kebudayaan Jawa mempengaruhipakaian Tolaki yaitu baju kebaya,sedangkan pengaruh Belanda yaitu

    (berupa gaun), pengaruh Hinduadanya penggolongan status sosial ataupembagian kelas pada masyarakat sepertiadanya golongan ,dan .

    Industri pribumi masih belumbanyak berkembang. Kain fuya masihdibuat secara tradisional. Kerajinananyam-anyaman seperti tikar, topi,keranjang dan lain-lainnya hanya dibuatuntuk keperluan anggota keluarga sendiri.

    Mokole

    mokoleSangia

    Ngginonburu

    humoru

    homoru

    saluaro donggoro

    Pabele

    kobaya

    babunona

    anakia, to'ono ngapao'ata

    201

    MOZAIK : Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 12, No.2-Desember 2012 : 92-2Juli 09

  • Industri tenun menjadi lebih hidup dengandidatangkannya alat-alat tenun. Tanamankapas masih ditanam sebatas tanamanpekarangan saja. (

    , 1927:552).Eksistensi pakaian yang bercorak

    tradisional mengalami kepunahannyadimulai sejak membanjirnya kain-kaintextile ataupun pakaian impor. Sejak tahun2000-an muncul gagasan baru membuatjenis pakaian dengan motif Tolaki atasprakarsa toko budayawan bernamaArsamid Al Ashur mengembangkan motifTolaki. Untuk memperkenalkan bajudesain beliau dengan motif Tolaki beliaumenggunakan istilah Titomas merupakansingkatan dari motif Tolaki ramuanArsamidAlAshur.

    Tahap awal motif Tolaki diasosialisasikan melalui pakaian batiksekolah dengan menggunakan motifTolaki seperti baju pelajar di KabupatenKonawe. Kemudian melalui Dewankerajinan kabupaten maupun dewankerajinan provinsi mengembangkan danmelaksanakan pembuatan pakaian khasTolaki dengan desain dan inovasi baru.

    Pada masa lalu pakaian seseorangmenunjukan status atau golongan suatumasyarakat. Dari segi pakain kita dapatmelihat perbedaan status sosial dalamkemasyarakatan termasuk jenis pekerjaan,jenis kegiatan, dan sebagainya. Terdapatperbedaan model busana pakaian antaragolongan atau bangsawan,golongan menengah ataudengan golongan budak atau .Maupun jenis kegiatan seperti terdapat

    p e r b e d a a n p a k a i a n p a d a s a a tmelaksanakan upacara atau ritual.

    Untuk pakaian adat suku Tolakipada upacara pelantikan (Raja),maupun pada upacara-upacara resmilainnya pada umumnya sama. (1) Pakaianuntuk pria: (a) / Raja. Memakaidestar lurus dan tajam ujungnya, yangmengandung arti bahwa tetapmenegakkan adat istiadat dan hukum adat.Baju, potongan Melayu dan warnanyahitam serta disulam dengan benang emasdan kembang . Dalam bahasaTolaki baju ini disebutdan memakai kancing emas. Celana,potongannya pendek sempit lewat lutut.Warnanya coklat tua dan pada mulut kakicelana disulam dengan benang emas. Padazaman celana itu dirubahmenjadi celana panjang berwarna hitam.Pada sisi luar celana, mulai dari pinggangdisulam dengan benang emas sampai keujung kaki. Seorang Raja (

    istilah lokal) atau Bangsawan( ) di daerah sebagai pemimpinsebuah komunitas dengan wilayahtertentu, daerah Konawe dan Kolakakhususnya memiliki bentuk wujudpakaian yang berbeda dengan pakaianrakyat biasa, begitu pula dengan busanapakaian bagi golongan harusberwarna tajam, misalnya warna merahtua, kuning keemasan, coklat, biru, hitamdan ungu, sedangkan rakyat biasa harusyang berwarna kurang tajam misalnyakuning muda atau putih. (Chalik,1 9 8 4 / 1 9 8 5 : 2 5 ) ; ( b ) P a k a i a n

    Memakai destar yangujungnya dibengkokkan setengah yangberarti tunduk dan patuh melaksanakanadat istiadat dan hukum adat. Baju samadengan dan memakai kancing

    Enciklopedia vanNederlandie

    anakiatoono ngapa,

    o'ata

    Mokole

    Mokole

    mokole

    pinetaopuhobabungginasamani

    sangia Mbinauti

    Mokole/Sangia,Bokeo,Anakia

    Anakia

    Siwolembatohu.

    Mokole

    JENIS-JENIS PAKAIAN ADATT O L A K I B E R D A S A R K A NSTRUKTUR SOSIAL.

    202

    Sejarah dan Ragam Hias Pakaian Adat Tolaki di Sulawesi Tenggara

  • emas. Untuk celana, potongannya pendekdan sempit lewat lutut. Warnanya coklattua dan disulam dengan benang emas; (c)Pakaian Memakai destardari kain atau dari .Ujung destar yang menjulang itudibengkokkan setengah, yang berartitunduk dan patuh melaksanakan perintah,adat istiadat dan hukum adat. Bajupotongan Melayu warna hitam. Untukcelana, potongannya pendek sempit lewatlutut dan berwarna hitam. (d) PakainPerang. Baju perang yaitu baju

    terbuat dari kulit kerbau yangdikeringkan lalu dijahit dengan rotansecara bersusun-susun (khusus kalangantamalaki yang memakainya). Dilengkapidengan Ikat kepala kalau orang Tolakiakan berperang, /pita merahpertanda orang akan berperang. Senjatayang digunakan tamalaki dalamberperang: (pedang),(tombak) perisai ( ) gelang-gelangtangan ( ) yang terbuat dari(bahan kaca) dan besi, dari kulit kerang.(2) Pakaian untuk wanita. Untuk bajupermaisuri atau , padapinggir leher baju disulam dengan beningemas. Pada leher bagian muka dibelahsedikit. Lengan baju dibelah sampai padasiku. Pada belahan tangan baju itudipasang kancing emas ( ) yangberbentuk bulat sebanyak lima buah atautujuh buah. Baju dan sarung berwarnaputih dan polos. Kemudian warna baju dansarung untuk permaisuri dirubah padawaktu menjadi(Raja), dengan warna(Tolaki) pada pinggir baju bagian bawahdisulam dengan benang emas. Demikianbeberapa pola dan motif daripada pakaianupacara.

    Pembuatan perhiasan dari emas danperak dilakukan oleh pandai emas danperak. Teknik pembuatannya telahdiuraikan dalam penjelasan selanjutnya.Teknik kerajinan: (1) Anyam-anyaman.Untuk alat-alat seperti tikar, dibuat daridaun pandan hutan daun , sertatumbuh-tumbuhan lain semacamnya. Topitas, temapt rokok, dan tudung saji dibuatdari anggrek bulan yang disebut .Warnanya kuning keemas-emasan.Bahan-bahan tadi sesudah diambil dripohonnya lalu di buang durinya (bila ada),dibelah-belah, kemudian dijemur.Sesudah kering lalu digulung (

    ) agar jangan terlilit. Bila sudahakan diayam, gulungan tadi dibuka laludiserat-serat halus dengan pisau. Sesudahitu baru dianyam. Kalau bahan anyamandari rotan, terlebih dahulu rotan dirauthalus, kemudian dianyam. Demikian jugabila bahan anyaman dari bambu/buluh; (2)Menenun. Mula-mula kapasdipintal menjadi benang atau .Benang diberi warna sesuai dengankeinginan penenun. Memberi warna inidisebut (Wolio) yang artinya diwantex. Benang yang telah diberi warnaitu, kemudian dikanji degan tepung ubi-kayu atau sagu, bisa juga air beras yangdirendam beberapa hari lamanya. Sesudahitu matanya dikikir supaya menjadi tajam.Kemudian dibuatkan atau tempatpegangan dari kayu.

    (1) anyam-ayaman dilakukan olehperempuan/gadis-gadis atau luale, tetapiada juga anyam-ayaman seperti nyiru( ), keranjang ( ) yang

    To'onomotuo.belacu tapuo momata

    Pineole-olepe

    Kasaeda

    taawu karadakinia

    olangge payasa

    iyarono wonua

    kusi wulaa

    Sangia Mbinauti Mokolelango-lango

    agel

    sorume

    PinareTolaki

    o'kapaowana

    aloloa

    tania

    o'duku obaki

    Bahan dan Cara Pembuatannya

    Tenaga pelaksana

    203

    MOZAIK : Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 12, No.2-Desember 2012 : 92-2Juli 09

  • dilakukan oleh laki-laki. Pekerjaanmenganyam pada umumnya dilakukansecara individual, tetapi ada juga yangdilakukan oleh dua orang misalnyamenganyam tikar; (2) menenun kaindilakukan oleh wanita ( ataupun

    ); (3) menempa besi dilakukan olehlaki-laki dewasa dengan bantuan anaklaki-laki yang sudah besar. Menempa besitidak dapat dilakukan oleh satu orang, tapibiasanya dua sampai tiga orang; (4)pertukaran kuningan dilakukan oleh laki-laki; (5) membuat periuk tanah (kurowuta) dilakukan oleh perempuan; (6)kerajinan perak (salaka) dilakukan olehlaki-laki.

    (1) hasil kerajinan anyam-anyamanadalah: pakaian, tikar, tudung saji, topi,tas, temapt rokok, nyiru, keranjang dansebagainya. Hasil kerajinan ini padaumumnya dipakai untuk kebutuhansendiri dalam rumah tangga, tetapi adajuga yang dijual; (2) hasil tenunan ialahsarung dan kain-kain lainnya. Hasiltenunan ini dipakai sendiri, baik sebagaipakaian sehari-hari maupun sebagaipakaian upacara. Selain itu ada juga hasiltenunan yang dijual.

    Fungsi perhiasan dalam upacaraterutama sebagai pelengkap pakaian untukmengikuti upacara tertentu. Juga untukdapat membedakan kedudukan seseorangdalam adat atau pemerintahan.

    Ada beberapa fungsi pakaian adatTolaki diantara berfungsi sebagai simbolstatus, pemakainya membedakan statusseseorang, sama halnya rumah adat bagipemiliknya dapat dibedakan dari bentukdan struktur bangunannya, sama halnya

    dari segi pakaian. Pakaian juga sebagaisesuatu yang memiliki penutup badan(wotolu anakia) atau juga menutupmalu. Fungsi identitas, pakaian adatsebagai simbol identitas Tolaki yangmembedakan dengan pakaian darikomunitas adat lainnya. Baju adat sebagaisalah satu kelengkapan pada saat upacarapelantikan (bangsawan).Fungsi baju adat dalam konteks kekinianlebih pada fungsi nilai guna pakaian ituuntuk menutup badan, biasanyadigunakan pada saat menghadiri adatperkawinan, acara resmi pemerintah.

    Peralatan pakaian upacara untukpelantikan Raja (Tolaki), peralatanupacara adalah sebagai berikut: (1) Kaloberisi ani-ani (osowi) dari besi (olawu)dan jahe (loiyo); (2) (tombakkerajaan); (3) Keris ( ) kerajaan; (4)Pedang kerajaan (taawu); (5) Ikatpinggang emas (sulepe wula); (6) Tempatsirih dari emas; (7) Tikar atau

    (tikar dari anggrek).

    Perhiasan sehari-hari dipakaiterutama oleh kaum wanita. Perhiasan ituterdiri dari gelang tangan, gelang kaki,hiasan telingga, hiasan leher dansebagainya. Di kalangan suku Tolakisenjata untuk membela diri termasukperhiasan sehari-hari, juga perhiasan bagipemuda-pemuda bangsawan atau .

    Seni adalah indah, seni adalahsegala perbuatan manusia yang timbul danhidup perasaannya dan bersifat indahhingga dapat menggerakkan jiwa perasaanmanusia lainnya. Karya seni adalah salahsatu karya yang mengandung nilai estetika

    lualeomore

    kohanu

    mokole, anakia

    Kasai lurio'leko

    ambahisorume

    anakia

    HASIL DAN KEGUNAANNYA

    PERHIASAN SEHARI-HARI

    Fungsi Pakaian dalam upacara

    Ragam Hias yang Terdapat PadaPakaianAdat Tolaki.

    204

    Sejarah dan Ragam Hias Pakaian Adat Tolaki di Sulawesi Tenggara

  • dan dapat menjelaskan berbagai segikehidupan manusia, apakah segi yang adakaitannya dengan kepercayaan, adatistiadat, keagamaan, bahkan kondisi sosialekonomi suatu kelompok masyarakat.Bahkan bila diamati secara cermat,perkembangan suatu bangsapun dapatdibaca kembali lewat perkembangankeseniannya, atau karya-karya seni yangtimbul. (Suleiman, 1990:2).

    Ragam hias menurut Abdul RaufSulaiman merupakan salah satu produkseni yang ada sejak dahulu. Dalamperkembangannya, ragam hias mengalamiberbagai perubahan baik dari segi motifdan jenisnya, sesuai dengan fungsi danperkembangan kebutuhan serta fungsinyabagi manusia. Ragam hias sebagai salahsatu bentuk seni budaya bangsa Indonesia,tentunya lahir dengan berbagai pengaruhdari luar seperti pengaruh Hindu/Budha,Islam, dan lainnya. Dengan masuk danberkembanngnya budaya asing tersebutsekaligus memperkaya khasanah budayaIndonesia yang salah satunya adalah senihias.

    Ragam hias atau ornamen (dalamseni arsitektur), secara etimologis berasaldari bahasa Yunani, yaitu dari katayang artinya hiasan atau menghias.Menghias berarti mengisi kekosongansuatu permukaan bahan dengan hiasan,sehingga permukaan yang semula kosongmenjadi tidak kosong lagi karena terisioleh hiasan. Ragam hias berperan sebagaimedia untuk mempercantik ataumengagungkan suatu karya danmempunyai perlambang atau simbolik.

    Menurut van Deer Hoop (1949:27),variasi dan corak ragam hias memilikikarakteristik yang berbeda sehinggaperwujudan motif ragam hias menjadi

    beranekaragam. Penggolongan ragam hiasyaitu (1) ragam hias ilmu ukur ataugeometris, dan (2) ragam hias naturalisatau non geometris, berupa ragam hiastumbuhan seperti bunga.

    Dari beberapa penjelasan di atasmaka yang dimaksud dengan ragam hiasadalah sebuah hiasan yang diterapkandengan tujuan untuk menghias sesuatuagar menjadi indah. Ragam hiasmerupakan hasil karya seni dari manusiayang pada dasarnya tidak dapatmembiarkan tempat atau bidang kosongterhadap segala sesuatu yang dipakainyadan di tempat dimana ia tinggal, ragamhias yang ada pada pakaian padahakikatnya memiliki nilai estetik,s imbol ik dan re l igius sekal igusmemberikan jati diri terhadap pakaiantersebut. Konsep dasar munculnya ragamhias t idak terlepas dari konsepkepercayaan, dan jiwa seni manusia. Padadasarnya manusia memiliki kebutuhanmenghias terhadap segala sesuatu yangdipakainya dan di tempat di mana iatinggal. Hasrat kreatif ini muncul dalamsetiap periode dan peradaban. HerbertRead mengatakan: Kebutuhan akanornamen bersifat psikologis. Padamanusia terdapat perasaan yangdinamakan , yaitu perasaanyang tidak dapat membiarkan tempat ataubidang kosong. Perasaan ini sangat kuatpada suku primitif. (Read, (1956:40).

    Aspek lain dari kehadiran ornamenatau hiasan pada berbagai bidang bendaselain yang dimaksudkan sebagai hiasan,sering juga dimanfaatkan sebagai bendavisual yang mengandung makna simbolis.Dalam kaitan tertentu, ornamen itu dapatmenjadi dari keagamaan

    Dalam kebudayaan Indonesia, seni

    ornere

    horror vacut

    simbol

    205

    MOZAIK : Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 12, No.2-Desember 2012 : 92 -2Juli 09

  • rias merupakan aspek penting yang seringkali tampil dengan keterampilan yangsempurna. Potensi masyarakat Indonesiadalam seni hias merupakan salah satukarakteristik bangsa.

    Alam pikiran mengenai alam gaibdan keramat ini dijelmakan menjadi wujudberupa lambang (simbol). Lambang-lambang kesuburan dan kebahagian,lambang bagi bumi, air dan matahariadalah bentuk ungkapan visual yang lahirdari pandangan religi magis. (Solichin,1975:22).

    Dalam seni ragam hias Nusantara,ditemukan gaya setempat pada daerah-daerah tertentu. Hal ini mungkindisebabkan adanya perbedaan kultur danpengaruh berbagai macam unsur budayayang datang dari luar, di mana sifat bangsaIndonesia yang terbuka terhadap pengaruhberbagai macam unsur unsur budaya dariluar, serta kemampuan masyarakat untukmenggabungkan, mengolah ataupunmengembangkan semua unsur dari luardengan apa yang telah ada padakebudayaan aslinya. Motif-motif yangdominan di Asia dan ditemukan dalamseni dekorasi kebudayaan Dong sonadalah yang bercorak spiral dan bergarisl e n g k u n g y a n gditatahkan/diukirkan/digoreskan padabentuk dasar benda-benda tradisional.Dekorasi seperti itu tampak diseluruhpermukaan benda dengan bentuk-bentukyang geomet r i s , d iu l ang-u l ang ,ditempatkan berhadapan satu sama lain,dalam variasi yang teratur.

    Dalam gaya ornamen dari dongson,baik pada bentuk desainnya secarakeseluruhan maupun hiasan padasebahagian bidang benda saja,menggambarkan komposisi simetris.

    Terlihat jelas adanya keragaman danperbedaan yang terdapat dalam seniragam hias di antara suku-suku diNusantara. Setiap suku bangsa memilikiciri tersendiri dan banyak diantaranyayang karakteristiknya tidak berubahhingga kini, dimana motif-motif tertentuy a n g d i p i l i h s e n a n t i a s amempertimbangkan cara pembuatannya,yang sangat dipengaruhi teknik dan alatyang dipakai.

    Secara khusus mengenai kajianmotif Tolaki telah dirintis oleh BapakArsamid Al Ashur yang merupakanbudayawan Tolaki Konawe. Pengkajianmengenai ragam hias Tolaki, denganmempertimbangkan adanya kemungkinanterdapat persamaan ataupun perbedaancorak di daerah lain, diharapkanpembahasan secara umum mengenaimotif-motif hias di Indonesia dapat lebihmemperkaya tulisan dalam laporanpenelitian ini.

    Sedangkan rias pada pakaian padad as a r ny a a da l a h s imbo l - s i mbo lidentifikasi dari langit-langit dan jendelarumah yang semula diimajinasikansebagai simbol ruang langit dan bumidengan segala isinya, yang bagi merekamerupakan simbol-simbol alam yangpaling indah (Tarimana, 1985:295-296).

    Dari sekian banyak ragam hias yangterdapat di Nusantara, dapat dibuatpengelompokan yang tidak perludidasarkan pada bahan ataupun darizamanya, juga tidak pada bagian daerahdan negara asalnya, tetapi pada kemiripanmotifnya, terutama dalam pembagiankelompok motif geometris atauorganis.

    Motif-motif geometris sebagaianbesar dihasilkan dari penyederhanaan

    206

    Sejarah dan Ragam Hias Pakaian Adat Tolaki di Sulawesi Tenggara

  • ataupun abstraksi bentuk-bentuk alamd e n g a n k e t e r b a t a s a n t e k n i kpembuatannya untuk mencapai bentuk itu,misalnya bentuk geometris yangdihasilkan dengan cara mengayam hal initerdapat juga dalam bentuk anyaman sukuTolaki, menenun atau yang dihasilkan daripapan kayu dengan alat gergaji, yangdipahatkan/diukir.

    Guna mengungkapkan ragam hiaspada pakaian tradisional Tolaki Konawesangat sulit, karena ragam hias yangdimaksudkan hampir tidak nampak lagimasa masa sekarang. Dari hasil penelitianlapangan mela lu i dokumen danwawancara penulis dapat menampilkancorak ragam hias pada pakaian adatmasyarakat Tolaki yang motifnyamenggambarkan beberapa motif-motiftumbuhan flora, dan motif binatang. danreligi. Padadikalangan bangsawan Tolaki pada masalalu terdapat ragam hias pinati-pati padapakaian tradisional.

    Hiasan yang menstilir tumbuh-tumbuhan amat banyak dipergunakan.Moti f tumbuh- tumbuhan hampirmendominasi setiap bentuk yang dibuat.Namun secara umum, berbagai ragamukiran itu dimasukan ke dalam beberapamotif.

    Adapun ragam hias yang bermotifflora tumbuh-tumbuhan antara lain: (a)

    , yaitu ukiranmotifnya menyerupai tumbuhan pakismirif dengan kepala pakis ( )kepala pakis yang sementara tumbuh.Ragam hias atau motif ini seperti inibiasanya terdapat pada lengan dan leher.Yang termasuk dalam kelompok ini adalahsemua bentuk bermotif daun daunan; (b)

    , yaitu ukiran yang

    bentuk motifnya menyerupai ani-aniyaitu alat yang digunakan untuk

    memotong padi) ar t inya s imbolpertanian/ekonomi, kemakmuran, religi(ada statu tradisi masyarakat Tolakiapabila ada prilaku yang salah ataumelanggar tata aturan adat ataubiasanya ada ungkapan

    artinya seseorangtidak akan lagi mengeluarkan pernyataan(kata-kata) karena mulutnya kenadan memakan yang rasa pedisungkapan ini penuh makna tobat atassegala perbuatan dan prilaku tidak akanlagi mengulanginya; (c)

    yaitu jenis ukiran ragamhias bermotif menyerupai bunga

    (bahasa tolaki) tumbuhan yangtumbuh pada bekas perladangan ataudihutan; (d) , artinyaukiran bermotif menyerupai situ lengantangan pada manusia ( ) ukirannyamenyerupai gelombang yang berbentukkerucut berbentuk gelombang jugaberbentuk gerigi; (e)

    , yaitu bentuk ukiran menyerupai bijibuah timun atau .

    , yaitu bentuk ukiran yangmenyerupai daun daun tersebutmerupakan sejenis kayu yang daunnyabiasanya digunakan untuk sayur.

    Di daerah Tolaki tidak banyakragam hias yang memakai motif hewan.Pada beberapa bentuk hiasan yangdipergunakan hewan sebagai motifnya,penggambaran detail dari hewan distilir(disamarkan). Misalnya ukiran

    (mirif dengan tangan udang),(ulat besar),

    (motif menyerupai kupu-kupu),yaitu ragam hias mirif

    dengan kepala rusa, selain itu ragam hias

    pakaian atau pakea

    Pati-pati pinetaulu mbaku

    taulu mbaku

    Pati-pati Penesowi

    (o'sowi

    osara

    nggomoinukeosowi, monggake loio

    osowi,loio

    Pati-patipinewulele orodu

    wuleleorodu

    Pati-pati pinehiku

    ohiku

    Pati-pati pinetawukusuai

    suai Pati-patiPinetaopuho

    taopuho

    pinekaeura-ura

    pineulembopa pinetole-tolewapineulu donga

    207

    MOZAIK : Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 12, No.2-Desember 2012 : 92 -Juli 209

  • pineulu ngginikukiniku pineulu

    nggaduekadue

    r

    pati-pati pinetobo

    sinalopa

    pineto tono

    pinemata-mata

    pinebate-bate

    penetotono

    siwole uwa

    (ohuka)

    sorume).

    kinawowatu ike

    karoro

    siwole mbatohu

    to'ono motuo

    pinetaulu mbaku, pinehiku,penetaulu mbaku pineto 'ono

    Ragam HiasSulawesi Tenggara: Suatu studipada museum Sulawesi Tenggara

    yaitu ragam hias motifkepala kerbau atau ,

    yaitu ukiran bermotif kepalaanoa ( ).

    Selain itu terdapat motif gamba(alat yang digunakan

    untuk menanam padi pada masyarakatsuku Tolaki, juga ragam hias berbentuk

    seperti bangun trapesium.Pada tempat lain juga terdapat

    ragam hias yang menyerupai manusiayang disebut (mot i fmenyerupai manusia), juga terdapatragam hias pinemata-mata bentukhiasannya menyerupai bentuk matamanusia sehingga disebut ,juga ada motif hiasan yang disebut

    biasanya terdapat padalesplang samping pada rumah (ArsamidAlAshur, wawancara, 17 November 2011).Gambar motif (motifmenyerupai manusia) hiasan ini jugaselain terdapat pada rumah jugaditemukan dalam wadah(talam persegi empat yang digunakanuntuk meletakan kalo sara.

    Mengenai pola dan motif, dibuatmenurut keinginan si pembuat dansipemakai. Di kalangan suku Tolaki polapakaian sehari-hari adalah sebagaiberikut:a. Sarung, kedua ujungnyadipertemukan lalu dijahit dengan tali darikulit kayu atau tali serat dari daunnanas. b. baju leher bundar, Dibelah padabagian muka, mulai dari bundaran leherbaju sampai ke atas dada. Kancingnyahanya tiga buah. Pada pinggir belahan itudihiasi dengan sulaman dari daun anggrek( Lengan panjang badan bajubulat dan pada pinggir bagian bawah biasadihiasi dengan sulaman daun anggrek.

    Berdasarkan hasil dan pembahasandiatas maka dapat di tarik kesimpulanyaitu: (a) asal usul pakaian tradisionalTolaki pada awalnya mengenal pakainyang terbuat dari kulit kayu yang disebutdengan dengan menggunakanperalatan tradisional berupa ,bahannya dari kulit kayu; (b) pengenalanpakaian juga di adopsi dari Luwu sejakabad ke 13, kemudian berkembang padazaman pemerintahan Lakidende dengangelar Sangia Ngginoburu, denganmendatangkan orang yang secara khususmemiliki keterampilan menenun pakaian.Pada zaman Jepang pakain orang Tolakisebagain menggunakan yaitupakain yang terbuat dari karung goni; (c)terdapat berbagai macam jenis pakaianbagi masyarakat Tolaki berdasarkan statuspemakainya yaitu ada baju untukbangsawan anakia berupa baju Mokoleatau raja, baju pejabat ,baju golongan menengah berupa baju

    , baju perang, dan baju untukupacara. Selain itu terdapat jenis pakaianuntuk upacara ritual tertentu maupunupacara perkawinan; (d) pada pakaian adatTolaki terdapat jenis motif atau hiasanberupa motif

    (motif pakis),(menyerupai orang) dan

    sebagainya.

    Abdul Rauf Sulaiman. 1990.

    .

    (Laporan Penelitian). Kendari:Balai Penelitian UNHALU.

    SIMPULAN

    DAFTAR PUSTAKA

    208

    Sejarah dan Ragam Hias Pakaian Adat Tolaki di Sulawesi Tenggara

  • Abdurrauf Tarimana. 1989.. Jakarta: Balai Pustaka

    Alo Liliweri. 2007.

    Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Basrin Melamba.

    (Seminar hasil penelitian Tgl. 19Februari 2008 di Hotel AdenKendari). Kerja sama Bappeda KotaKendari.

    Basrin Melamba, dkk, 2011.. Jogjakarta: Teras

    Basrin Melamba,

    . Makalah diperentasikanpada seminar sehari oleh LPPSKSultra.

    Emiliana Sadilah. et. al. 1997/1998.

    . Yogyakarta:D e p d i k b u d B a g i a n P r o y e kPengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Provinsi DaerahIstimewaYogyakarta.

    Helius Sjamsuddin. 2007.Yogyakarta: Ombak.

    Hoop, van Der. 1949.. Batavia:

    Konklijk Genootsha van KunstenEn Wetenshappen.

    Husein A. Chalik. et. al. 1984/1985.

    . Kendari:Bagian Proyek Inventarisasi danPembinaan Nilai-Nilai BudayaSulawesi Tenggara.

    Husein A. Chalik. et. al. 1991/1992.

    .

    K e n d a r i : B a g i a n P r o y e kInventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Sulawesi Tenggara.

    Husein A. Chalik. et. al. 1992/1993.

    .

    Kendari: Bagian Proyek PenelitianPengkajian dan Pembinaan nilai-nilai Budaya Sulawesi Tenggara.

    H.J. Wibowo. et. al. 1990.

    Yo g y a k a r t a :Depdikbud.

    M. Junus Melalatoa. 1997.. (Kerja sama dengan

    FISIPUI). Jakarta: PT. Pamator.

    Nordholt, Henk Schulte. 2005.

    . (Penerjemah M.ImamAziz).Yogyakarta: LKiS.

    Pusat Bahasa Depdiknas. 2008..

    Jakarta: Depdiknas.

    Pusat Bahasa Depdiknas. 2008.. Jakarta:

    Depdiknas.

    KebudayaanTolaki

    Dasar-dasarK o m u n i k a s i A n t a r b u d a y a .

    Rekonstruksi Emik danEtik Sebuah Penelusuran BudayaRumah Adat di Kota Kendari.

    SejarahTolaki di Konawe

    Sejarah Pakaian AdatTolaki di Sulawesi Tenggara sebuahstudi awal

    I n t e g r a s i N a s i o n a l S u a t uPendekatan Budaya di DaerahIstimewa Yogyakarta

    MetodologiSejarah.

    Ragam-RagamPerhiasan Indonesia

    ArtiLambang dan Fungsi Tata RiasPengantin dalam Mananamkan

    ni lai-nilai Budaya ProvinsiSulawesi Tenggara

    ArtiLambang dan Fungsi Tata RiasPengantin dalam Menanamkanni lai-nilai Budaya ProvinsiSulawesi Tenggara-Edisi II

    Pakaian Adat Tradisional DaerahProvinsi Sulawesi Tenggara

    Pakaian adatTradisional Daerah IstimewaYo g y a k a r t a .

    Sistem BudayaIndonesia

    OutwardAppearances: Trend, Identitas,Kepentingan

    TesaurusBahasa Indonesia Pusat Bahasa

    KamusBesar Bahasa Indonesia

    209

    MOZAIK : Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 12, No.2-Desember 2012 : 92 -209Juli