44
M. FATIHUL, IHSAN SEJARAH DESA MOJOGENENG Tiga Tokoh di Balik Berdirinya Desa Mojogeneng Cet.I. Mojogeneng. Pemdes,2013. IX+60 hlm.;12x18 ISBN: 000-00000-0-0 Penulis : M. Fatihul Ihsan Editor : Desain Cover : Fairuz Al Dakhil Layout : Amel Cantik Kontributor : Perangkat desa Penerbit : PEMDES Dicetak : Perbuatan yang mempunyai derajat tinggi di hadapan Allah adalah Perbuatan yang di dasari dengan ketulusan itulah yang dilakukan oleh Tiga tokoh perintis desa Mojogeneng (Mbah Onggo Yudho, Mbah Karibun, Mbah Singo Taruno) PEMDES Pemerintah Desa, Desa Mojogeneng Jl. Raya Mojogeneng, kode pos 61373 (0321)0000000000 ISI BUKU Isi buku……………………………………………………………………………………… Pengantar penulis…………………………………………………………………….. Sambutan Kepala desa……………………………………………………………… Sambutan ketua BPD………………………………………………………………… Sambutan tokoh masyarakat……………………………………………………. Asal usul desa desa Mojogeneng……………………………………………… Tiga tokoh dibalik berdirinya desa Mojogeneng……………………….. Mbah Onggo Yudho………………………………………………………. Mbah Karibun……………………………………………………………….. Mbah Singo Taruno………………………………………………………. Terbentuknya pemerintah desa Mojogeneng……………………………

sejarah mjg ok

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ayu unduh sekarang

Citation preview

Page 1: sejarah mjg ok

M. FATIHUL, IHSAN

SEJARAH DESA MOJOGENENGTiga Tokoh di Balik Berdirinya Desa MojogenengCet.I. Mojogeneng. Pemdes,2013.IX+60 hlm.;12x18ISBN: 000-00000-0-0

Penulis : M. Fatihul IhsanEditor : Desain Cover : Fairuz Al DakhilLayout : Amel CantikKontributor : Perangkat desaPenerbit : PEMDES Dicetak :

Perbuatan yang mempunyai derajat tinggi di hadapan Allah adalahPerbuatan yang di dasari dengan ketulusan

itulah yang dilakukan olehTiga tokoh perintis desa Mojogeneng

(Mbah Onggo Yudho, Mbah Karibun, Mbah Singo Taruno)

PEMDESPemerintah Desa, Desa Mojogeneng

Jl. Raya Mojogeneng, kode pos 61373(0321)0000000000

ISI BUKU

Isi buku………………………………………………………………………………………Pengantar penulis……………………………………………………………………..Sambutan Kepala desa………………………………………………………………Sambutan ketua BPD…………………………………………………………………Sambutan tokoh masyarakat…………………………………………………….Asal usul desa desa Mojogeneng………………………………………………Tiga tokoh dibalik berdirinya desa Mojogeneng………………………..

Mbah Onggo Yudho………………………………………………………. Mbah Karibun……………………………………………………………….. Mbah Singo Taruno……………………………………………………….

Terbentuknya pemerintah desa Mojogeneng……………………………Istilah sawah dan tanah…………………………………………………………….

Sawah Gogol……………………………………………………………….. Sawah kemakmuran…………………………………………………… Tanah Eigendom……………………………………………………………

Tempat-tempat legendaris……………………………………………………….Lembaga-lembaga social…………………………………………………………Penutup …………………………………………………………………………………..Lampiran-lampiran……………………………………………………………………Album foto……………………………………………………………………………….

PENGANTAR PENULIS

Page 2: sejarah mjg ok

Tidak banyak yang tahu secara persis sejak tahun berapa desa

Mojogeneng berdiri dan siapa saja sebenarnya tokoh dibalik berdirinya

desa Mojogeneng. Sebagaimana desa-desa lain, Mojogeneng awalnya

merupakan daerah yang tidak berpenghuni dan tentunya bukan

sembarang orang yang mampu membuka kawasan ini untuk dijadikan

sebagai pemukiman penduduk. Adalah 1).Mbah Onggo Yudho 2) Mbah

Karibun dan 3). Mbah Singo Taruno, ketiga tokoh inilah yang berperan

besar terhadap pembukaan lahan sebagai cikal bakal desa Mojogeneng

yang awalnya merupakan daerah kosong, angker dan penuh mistik,

daerah yang awalnya kosong kini telah menjadi desa yang aman, nyaman

dan agamis.

Penulis berharap setelah terbitnya buku ini, setidaknya akan

membuka mata dan menyadarkan kita semua yang sudah melupakan

para pendahulunya untuk mengingat kembali serta mengenalkan pada

masyarakat yang belum tahu. Dengan harapan masyarakat akan selalu

mengenang jasa-jasa beliau bukan hanya tahu sejarahya tapi setidaknya

berupaya untuk mengirim do’a sebagai bukti baktinya terhadap

seseorang yang telah berjasa besar untuk membukakan lahan bagi

masyarakat. Disamping itu masyarakat desa Mojogeneng juga perlu tahu

perjalanan sejarah Mojogeneng dari segala aspek, mulai dari kapan

adanya pemerintahan desa, siapa saja pemimpinnya, apa saja fasilitas-

fasilitas yang ada sekarang, apa itu sawah kemakmuran, apa itu sawah

eigendom, sawah bekas gogol dan tidak ketinggalan cerita-cerita rakyat

yang berkaitan dengan tempat-empat mistik dll.

Kami tahu bahwa buku itu akan sulid terwujud bilamana tanpa ada dukungan dari semua pihak, maka dari itu seyogyanya kami ucapkan beribu terima kasih kepada: kepala desa Mojogeneng yang mendukung penuh, ketua BPD, Forum Masyarakat desa Mojogeneng, para tokoh masyarakat, tidak ketinggalan para sesepuh desa yang banyak memberi informasi dan dukungan, antara lain kiai Said, Bapak Ahmad Ishaq putra

dari kepala desa Iskandar yang terkenal dengan istilah lurah Kandar, Nyai Hj. Muskinah (alm), Bapak Ahmad Ishaq dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebut secara rinci.

Akhirnya kamipun sadar tak ada gading yang tak retak,

termasuk Gading Martin anaknya Roy Marten itu juga akan retak.

Maksud saya tentunya buku ini belum bisa dikatakan sampurna

dan masih banyak kejadian-kejadian yang belum tertulis, maka

dari itu kami sangat terbuka dalam menerima masukan, saran,

kritik yang sifatnya positif demi sampurnanya buku “Sejarah Desa

Mojogeneng” ini.

Mojogeneng 25 Januari 2013

M. Fatih

Page 3: sejarah mjg ok

Asal usul desa Mojogeneng

Mojogeneng sebagai desa dengan jumlah pendudukn

sekitar 1200 KK (kepala keluarga) terletak sebelah selatan kota

Mojokerto dengan jarak sekitar 15 km yang mayoritas

pendudunya santri, sebagai masyarakat yang tingal daerah

pedesaan penduduk Mojogeneng kebanyakan berprofesi sebagai

petani, namun seiring dengan perjalanan zaman, tidak sedikit

sekarang masyarakat Mojogeneng yang berwiraswasta ataupun

home industry. Keberadaan desa Mojogeneng yang sekarang

sudah mapan baik secara ekonomi, pendidikan maupun fasilitas

umum ini adalah merupakan desa yang yang didirikan atau di

rintis oleh tiga tokoh agama yaitu:

1). Mbah Onggo Yudho

2). Mbah Karibun

3). Mbah Singo Taruno.

Atas jerih payah tiga tokoh itulah siapa sangka tempat yang

asalnya merupakan daerah yang kosong tidak berpenghuni,

bahkan terkenal angker tapi sekarang telah menjadi desa yang

tentram, damai dan masyarakatnya sangat agamis.

Tidak banyak yang tahu tepatnya sejak tahun berapa desa

Mojogeneng resmi berdiri, tapi yang pasti jauh sebelum merdeka

desa Mojogeneng sudah berpenghuni bahkan sudah berdiri

pemerintahan. Nama Mojogeneng menurut beberapa sumber

adalah diambil dari nama sebuah pohon yang banyak tumbuh di

daerah Mojokerto yang bernama pohon Mojo dan tanah yang

berbentuk dataran tinggi yang terkenal dengan istilah tanah

Geneng, pada saat itu ada sebuah pohon Mojo yang tumbuh di

tanah Geneng tepatnya disebelah utara Masjid Pehngaron sehingga

daerah ini dinamakan Mojogeneng. Pada tahun 80an di

Mojogeneng masih banyak terdapat pohon Mojo, namun seiring

perjalanan waktu jejak-jejak itu sedikit demi sedikit lambat laun

hilang, tapi keberadaan pohon Mojo di wilayah Mojokerto masih

banyak terlihat sebagaimana di daerah Trowulan tempat kerajaan

Mojopahit berdiri.

Keberadaan desa Mojogeneng mencakup sebuah dusun benama

Pehngaron, dalam pemerintahan Pehngaron masih satu

administrasi dengan desa Mojogeneng meskipun secara kuantitas

Pehngaron sudah layak berdiri pemerintahan sendiri. Bahkan

menurut

Page 4: sejarah mjg ok

cerita zaman dulu Pehngaron juga sudah terdapat kepala

desa, namun seiring perjalanan waktu Pehngaron berinisiatif

bergabung menjadi satu pemerintahan dengan Mojogeneng.

Tentang kapan bergabungnya Pehgngaron dengan Mojogeneng

secara administrasi masyarakat tidak banyak yang tahu karena

tidak ada dokumen tertuiss yang bisa dijadikan sebagai sumber

rujukan.

Sebagaimana asal usul desa-desa lain yang desa selalu

dikait-kaitkan dengan alam, mulai dari pepohonan, benda-benda

aneh, mata air ataupun kejadian-kejadian yang lain. Terbentuknya

nama Pehngaron juga bekaitan dengan sebuan benda. Konon

ceritanya adalah berawal dari ditemukannya sebuah benda

Tempeh dan Ngaron oleh seseorang di sebuah tempat. Tempeh

adalah sebuah benda yang oleh masyarakat pedesaan biasanya

dipakai tempat untuk menjemur keripik atau sisa nasi yang akan

dijadikan karak (nasi aking), sedangkan Ngaron adalah sebuah

benda tembikar yang bentuknya menyerupai panci namun sedikit

cembung dan biasanya terbuat dari tanah liat yang biasanya oleh

masyarakat desa di buat menggoreng kopi. Namun anehnya

tempeh yang biasanya terbuat dari anyaman bambu tapi Tempeh

yang ditemukan di Pehngaron tersebut justru terbuat dari batu,

demikian juga Ngaron yang umumnya terbuat dari dari tanah liat

tapi ngaron tersebut juga terbuat dari batu. Konon menurut tokoh-

tokoh masyarakat kedua benda tersebut pada tahun 80an masih

terdapat di tempat semula yaitu di sebuah kebun masyarakat,

namun sekarang sudah tidak diketahui dimana keberadaan benda

tersebut. Dengan ditemukannya kedua benda tersebut maka

tempat itu akhirnya dinamakan Pehngaron.

Secara cultur masyarakat dusun Pehngaron tidak jauh beda

dengan masyarakat Mojogeneng. Baik dalam hal keagamaan,

pendidikan atapun yang lain dan juga tidak sedikit masyarakat

Pehngaron yang ahli di bidang agama, bahkan fasilitas keagamaan

juga lengkap, baik Masjid maupun mushalla bahkan juga terdapat

pesantren, namun belum terdapat lembaga pendidikan formal

sehingga dalam hal pendidikan masyarakat Pehngaron sebagian

ada yang ke desa Mojogeneng dan sebagian lagi ke desa lain.

Dan yang tidak kalah penting di dusun Pengaron terdapat

fasilitas pengairan yang sangat penting bagi kehidupan

masyarakat sekitar yaitu bendungan air dan masyarakat mengenal

dengan istilah Dam. Bendungan tersebut merupakan peninggalan

Belanda yang bangun sekitar tahun 1912 M. dan sampai sekarang

masih berdiri kokoh meskipun pada sekitar tahun 2003 pernah di

terjang banjir bandang yang sangat besar bahkan sampai

menenggelamkan kota Mojokerto. Dan yang paling penting dengan

Page 5: sejarah mjg ok

bendungan air yang berdiri kokoh tersebut pendistribusian

kebutuhan masyarakat akan air akan terpenuhi, baik untuk

persawahan, mandi ataupun yang lain. Sehingga daerah Pehngaron

dan sekitarnya tidak pernah mengalami kekeringan meskipun

terjadi kemarau panjang.

Gerbang desa Mojogeneng dibangun tahun….

Tiga tokoh

dibalik berdirinya desa Mojogeneng

Mbah Onggo Yudho

Kalau dilihat dari namanya Mbah Onggo Yudho nampak

seperti orang Jawa namun sejatinya beliau adalah asli Banten Jawa

Barat, dan beliaulah orang yang diyakini oleh masyarakat

Mojogeneng sebagai orang yang pertama membuka lahan sebagai

cikal bakal desa Mojogeneng ini, mengenai siapa siapa orang

tuanya tidak banyak yang tahu. Sebagai orang yang membuka

lahan baru, tentunya Mbah Onggo Yudho bukanlah orang

sembarangan, sudah pasti beliau adalah orang yang mempunyai

kelebihan dalam hal ilmu kebatinan dan agamanya sangat kuat, hal

ini bisa dilihat bagaimana tradisi masyarakat Mojogeneng yang

sangat agamis.

Pertama kali beliau membuka lahan yang tentunya

kondisinya belum berpenghuni saat itu beliau melempar keris

pusaka kemudian jatuh di lokasi Mojogeneng saat ini. Pada saat

menebangi pohon, Mbah Onggo Yudo tidak jarang mengalami

gangguan dari mahluq bangsa Jin mungkin karena mereka tidak

terima daerahnya dijamah manusia sehingga Mbah Onggo sering

Page 6: sejarah mjg ok

mengalami peristiwa-peristiwa aneh, keanehan yang paling sering

beliau alami adalah beliau sering mendapat kiriman makanan

yang sama persis dengan masakan istrinya di rumah yang

bernama Aminah. Awalnya beliau tidak menyangka kalau apa yang

dimakan sebenarnya bukan masakan istrinya, tapi lama kelamaan

beliau mulai curiga setelah diamat-amati bahwa istrinya tidak

pernah mengirim makanan ke tempat beliau beraktifitas, sejak itu

akhirnya beliau tahu bahwa yang selama ini memberi makanan

adalah mahluq sebangsa Jin yang yang tidak diketahui dengan jelas

apa

maksudnya memberi makanan pada Mbah Onggo Yudo.

Sebagaimana tidak ada yang mengetahui secara persis tahun

berapa beliau lahir, demikian juga wafatnya, perjuangan beliau

dalam membuka lahan untuk perkampungan sampai akhir hayat

dan di makamkan di Mojogeneng juga bahkan sampai sekarang

makamnya meski sederhana tapi tetap terawat dengan baik di

lingkungan RT 10 RW 03 belakang Pesantren Kun Aliman.

Lokasi Mbah Aminah, istri Mbah Onggo Yudho

Mbah Karibun

Mbah Karibun adalah satu diantara tiga tokoh yang banyak

ikut berperan dalam membuka lahan cikal bakal desa Mojogeneng

ini. Mengenai nama Karibun sebagian masyarakat berpendapat

bahwa nama tersebut bukan nama sebenarnya, namun nama

tersebut merupakan julukan terhadap beliau yang ahli ibadah yang

tentunya dekat dengan Allah, dan nama Karibun itu berasal dari

bahasa arab Qoribun dari kata dasar Qoroba artinya dekat, jadi

Qoribun maksudnya adalah orang yang dekat dengan Allah.

Makam Mbah Onggo Yudho perintis berdirinya desa Mojogeneng

Page 7: sejarah mjg ok

Pendapat itu sangat beralasan karena tidak mungkin kalau beliau

hanya orang biasa kemudian sanggup membantu membuka

kawasan Mojogeneng yang saat itu tentunya sangat angker.

Latar belakang kedatangan Mbah Karibun yang asli

Cirebon Jawa Barat ke wilayah yang bakal jadi desa Mojogeneng

sendirian tidak membawa keluarga, menurut pendapat sebagian

masyarakat kedatangan beliau ke Mojogeneng adalah atas

undangan Mbah Onggo Yudo yang merasa kewalahan dalam

menghadapi ganasnya gangguan bangsa halus yang menghuni

wilayah Mojogeneng, namun versi lain kedatangan beliau ke

Mojogeneng dimungkinkan karena beliau memang seorang

pengembara yang selalu berpindah-pindah tempat karena saat itu

di Indonesia masih dalam kekuasaan penjajah Belanda dan saat itu

tidak ada tempat yang aman bagi tokah agama atau tokoh

masyarakat, konon para tokoh agama yang berani menentang

penjajah pasti dijadikan target penangkapan oleh Belanda

termasuk juga Mbah Karibun, sehingga kedatangan Mbah Karibun

di tanah Mojogeneng di yakini oleh sebagian masyarakat karena

menghindari ancaman Belanda.

Tapi yang jelas Mbah Karibun sepertinya di mata Mbah

Onggo Yudho adalah sosok yang tepat di mintai bantuan untuk

menyelesaikan babad desa Mojogeneng, dan beliau diharapkan

membantu mampu menaklukkan bangsa halus yang selalu

mengganggu. Hal ini sangat beralasan Karena beliu adalah dikenal

sebagai orang yang mempunyai kekuatan batin alias sakti dan

kedatangannya sangat dibutuhkan untuk men-siwer

( membersihkan tempat-tempat yang masih terdapat anasir-anasir

mahluq jahat).

Bagi para sesepuh Mojogeneng cerita kehebatan Mbah

Karibun dalam hal ilmu kebatinan tidak ada yang meragukan,

bahkan konon ceritanya pada saat itu beliau mempunyai macan

putih yang tentunya bukan macan biasa tapi semacam penjelmaan

dari ilmu kesaktian yang beliau kuasai, konon pada saat-saat

tertentu macan tersebut menampakkan diri sebagai tanda sedang

ada sesuatu, bahkan menurut para orang tua pada zaman dahulu

macan putih itu tidak jarang menampakkan diri tapi hanya pada

orang-orang tertetu. Sebagaimana yang pernah di seritakan oleh

Nyai Hj. Muskinah, bahwa suami beliau pernah suatu waktu

melihat sesosok macan putih besar sedang menampakkan diri dan

hewan itu diyakini sebagai penjelmann dari ilmu kesaktiannya

Mbah Karibun.

Diantara kehebatan Mbah Karibun adalah bahwa pada masa

penjajahan Belanda makam beliau biasanya di buat tempat

persembunyian masyarakat Mojogeneng dan sekitarnya ketika

Page 8: sejarah mjg ok

sedang ada

patroli Belanda

yang sedang

mencari orang-

orang pribumi yang berani menentang penjajah, namun anehnya

meskipun Belanda lewat tidak jauh dari makam Mbah Karibun

pasukan Belanda tidak dapat melihat kalau banyak masyarakat

yang sedang bersembunyi di makam tersebut. Namun mengenai

siapa keturunan dari mbah karibun tidak ada yang bisa

menjelaskan, hal ini karena sampai saat ini tidak ada yang

mengetahui siapa istri dari Mbah Karibun.

Mbah Karibun tinggal di Mojogeneng sampai akhir hayat,

hal ini mungkin karena beliau sudah merasa bagian dari

masyarakat Mojogeneng, maka tidak salah kalau beliau

memutuskan menetap di desa ini sampai akhir hayat. Dan

makamnya sampai sekarang masih terawat rapi berada di

lingkungan RT 08 RW 03. Namun jangan heran jika melihat makam

beliau yang sangat sederhana, bahkan nisannyapun hanya terbuat

dari batu (sekarang sudah di ganti batako), hal ini konon ceritanya

karena beliau dulu pernah berpesan pada masyarakat kelak kalau

meninggal makamnya tidak usah dibangun, dari situ terlihat

tentang sifat kesederhan dan kerendahan hatinya.

Mbah Singo Taruno

Tidak kalah penting untuk diketahui dari kedua tokoh di

atas adalah Mbah Singo Taruno. Sebagaimana Mbah Onggo Yudho

dan Mbah Karibun, Mbah Singo Taruno adalah dibalik satu

diantara tiga tokoh yang ikut berjuang membuka lahan desa

Mojogeneng. Kedatangan beliau ke Mojogeneng juga sebagaimana

Mbah Karibun. Kedatangan Mbah Singo Taruno ke Mojogeneng

diharapkan turut membantu mengatasi rintangan-rintangan dari

bangsa Jin yang dirasa cukup sebagaimana yang diharapkan pada

Mbah Karibun.

Kalau dilihat dari namanya sekilas Mbah Singo Taruno

adalah orang Jawa, namun sejatinya beliau adalah berasal dari

Mataram atau NTB (Nusa Tenggara Barat), menurut cerita konon

Mbah singo Taruna memiliki ilmu kesaktian berupa macan putih

sebagaimana Mbah Karibun, sehingga ada yang mengkait-kaitkan

bahwa istilah Singo adalah julukan karena mempunyai ilmu

tersebut. Bahkan untuk memperkuat anggapan tersebut dulu

sekitar tahun akhir tahun 60an seorang yang rumahnya dekat

makam beliau kalau di saat menjelang sampai magrib masih

sering mendengar suara macan meraung di area makam. Tidak

seperti Mbah Karibun yang datang ke Mojogeneng sendirian tapi

Mbah Singo Taruno bersama seorang istri hal ini diperkuat dengan

Page 9: sejarah mjg ok

makamnya yang saling bersandingan, hal inilah yang memperkuat

bahwa beliau datang ke Mojogeneng bersama istrinya yang

bernama Aminah.

Sebagaimana Mbah Karibun, Mbah Singo Taruno juga

dengan setianya membantu Mbah Onggo Yodho dalam bahu

membahu membuka lahan desa

Mojogeneng sampai hayat

menjemputnya di desa ini, bahkan

makamnya sampai sekarang

masih terawat dengan rapi

dilingkungan RT 06 RW 03.

Bahkan makam beliau sering di datangi orang-orang yang

bermacam-macam tujuannya mulai yang hanya sekedar mengirim

doa sampai yang mempunyai maksud-maksud tertentu.

Di samping tiga tokoh di atas sebenarnya masih ada satu

tokoh lagi yang tidak pernah disebut, hal ini karena beliau

membantu merintis desa Mojogeneng namun tidak sampai wafat

di Mojogeneng. Beliau adalah Mbah Sulaiman, konon menurut

cerita Mbah Sulaiman setelah ikut berpartisipasi merintis desa

Mojogeneng kemudian beliau pindah tempat ke Sidoarjo dan tidak

kembali lagi ke Mojogeneng.

Makam Mbah Singo Taruno beserta istri salah satu perintis berdirinya desa Mojogeneng

Page 10: sejarah mjg ok

Terbentuknya pemerintahan desa Mojogeneng

Pemerintah desa (PEMDES) Mojogeneng jauh sebelum

merdeka sudah berdiri, namun sampai buku ini terbit tidak

ditemukan dokumen tentang tahun berapa pertama kali

pemerintahan desa Mojogeneng terbentuk, hal ini tidak ada bukti

dokumen pendukung namun kalau menurut cerita sebagian tokoh

masyarakat desa Mojogeneng bahwa sudah sejak lama di

Mojogeneng sudh terdapat pemerintahan sebagaimana urutan

beberapa orang yang pernah menjabat kepala desa di desa

Mojogeneng, diantaranya adalah:

Pertama, Singo Golo, Singo Golo menjabat sebagai kepala

desa Mojogeneng pada masa penjajahan Belanda. Sebagai kepala

desa pada masa penjajahan tentunya beliau tentunya tidak mudah

pada saat itu pada saat itu Indonesia masih di bawah kekusaan

Belanda, sehingga menurut sebagian cerita beliau terkadang

sikapnya cenderung keras terhadap masyarakatnya sebagaimana

Belanda, namun demikian beliau juga mempunyai sifat bijaksana,

semisal kalau ada masyarakat yang tidak mampu bayar upeti /

pajak sawah, maka sebagian sawah masyarakat tersebut diminta

dan berikan pada masyarakat yang lain. Pada Saat kepemimpinan

Lurah Singo Golo desa Mojogeneng konon sudah terdapat pasar

(economic centre) sebagai sentra perdagangan masyarakat

Mojogeneng dan sekitarnya, pasar tersebut tepatnya di utara

Masjid Minhajul Abidin “sekarang”, bahkan konon di tempat itu

juga dulunya terdapat onder distrik (pemerintahan setingkat

Kecamatan), hal ini sangat beralasan dan bisa di perkuat dengan

adanya bekas-bekas pondasi bangunan tua, bahkan banyak

ditemukan batu-bata kuno yang ukurannya besar-besar sehingga

menurut keyakinan sebagian masyarakat bahwa suatu saat di

tempat itu juga suatu saat akan menjadi sentra kegiatan baik

kegamaan maupun penddikan .

Dan pada saat kepemimnan lurah Singo Golo itu juga

keberadaan pasar pernah di relokasi (pindah lokasi) ke lingkungan

sekolah SD “sekarang”. Konon ceritanya ketika hendak memindah

pasar dari utara Masjid, lurah Singo Golo membuat trik dengan

memanfaatkan kekuatan ilmu kebatinannya yaitu dengan cara

merubah batu besar di lokasi tersebut untuk dijadikan buaya putih

sehingga banyak masyarakat yang tertarik melihat buaya tersebut

yang pada akhirnya tempat itu rame dan berubah menjadi pasar,

namun keadaan itu tidak bertahan lama. Kini batu besar yang

dulunya pernah dijelmakan menjadi buaya putih kini telah di

kubur tepatnya di pengimaman mushalla…….milik Bapak Muhyi

Page 11: sejarah mjg ok

yang terkenal dengan sebutan Pak Mukiyi, pengkuburan batu

tersebut karena dikhawatirkan akan dijadikan masyarakat sebagai

batu keramat yang bisa menjadikan musyrik.

Kedua, Setelah berakhirnya kepemimpinan Singo Golo

tampuk kekuasaan desa Mojogeneng dipimpin oleh kepala desa

bernama Singo Mejo. Sebagai seorang pemimpin Singo Mejo tidak

jauh beda dengan gaya kepemimpinan kepala desa sebelumnya.

Pada masa kepemimpinan Singo Mejo tidak banyak cerita tentang

prestasi kebijakan-kebijakan apa saja yang dibuat hal ini mungkin

karena beliau hanya meneruskan tugas-tugas kepala desa

pendahulunya, sebagaimana Singo Golo kepemimpinan Singo Mejo

juga tidak ada dokumen tertulis sebagai data pendukung mengenai

mulai tahun berapa dan berakhir tahun berapa beliau menjabat

kepala desa.

Ketiga, Wak Mblok, Wak Mblok menjabat kepala desa

menggantikan Singo Mejo setelah jabatannya berakhir. System

pemilihan kepala desa saat itu masih dengan cara penunjukkan

karena saat itu memang belum ada Pilkades atau pemilihan Kepala

Desa. Beliau menjabat kepala desa kurang lebih selama hampir 20

tahun, hal ini karena diperkirakan lurah Mblok menjabat mulai

tahun 1912 dan berakhir pada tahun 1932.

Keempat, setelah habis masa tugasnya lurah Wak Mblok

sebagai kepala desa, kepemimpinan desa Mojogeneng dilanjutkan

oleh Bapak Iskandar yang terkenal dengan istilah lurah Kandar

selama kurang lebih sepuluh tahun, sebagaimana para lurah

pendahulunya lurah Kandar menjadi lurah juga dengan cara

penunjukkan, beliau menjabat kepala desa mulai tahun 1932 dan

berakhir pada tahun 1942 (ket: Ahmad Ishaq, putra lurah Kandar,

H. Tusawah), pada masa lurah Kandar perangkat desa Mojogeneng

sudah mulai tertata, hal ini dibuktikan dengan sudah adanya posisi

perangkat desa petengan yang berfungsi untuk menjaga keamanan

desa, tuwowo yang berfungsi mendistribusikan pengairan, mataulu

yang bertugas mengurus administrasi pengiran dll.

Kelima, Setelah lurah Kandar sudah tidak lagi menjabat

sebagai kepala desa, estafet kepemimpinan kepala desa

Mojogeneng di lanjutkan oleh H. Nur kurang lebih selama 32

terpilihnya H. Nur sebagai kepala desa melalui pemilihan, dan

periode inilah pertama kalinya Mojogeneng mengadakan

pemilihan kepala desa, saat itu ada tiga calon namun dimenangkan

oleh H. Nur. Beliau menjabat kepala desa sejak tahun 1944 sampai

1976. Pada saat kepemimpinan lurah H. Nur banyak kebijakan-

kebijakan yang bermanfaat baik untuk masyarakat maupun untuk

pemerintahn desa, diantara gagasannya adalah meminta sebagian

Page 12: sejarah mjg ok

sawah gogol yang sedang digarap masyarakat, karena sebenarnya

status sawah gogol yang ada di tangan masyarakat adalah masih

berstatus hak pakai karena saat itu belum ada sawah yang

bersertifikat. Tujuan meminta sebagian dari sawah gogol tersebut

adalah untuk dijadikan inventaris desa berupa sawah

kemakmuran yang hasilnya dijadikan sebagai sumber keuangan

desa yang sekarang terkenal dengan istilah APB-Des (Anggaran

pendapatan dan Belanja Desa), hal ini karena saat itu itu belum ada

kucuran dana subsidi baik dari pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah setingkat propinsi ataupu Kabupaten.

Disamping itu dengan adanya sawah kemakmuran tersebut

sedikit banyak terjadi pemerataan ekonomi masyarakat, hal ini

karena dalam mengerjakan sawah kemakmuran lurah H. Nur

sengaja melibatkan masyarakat, pada saat pemerintahn H. Nur

desa perangkat desa Mojogeneng sudah tertata.

Keenam, Pada tahun 70-an terjadi reformasi

kepemimpinan pemerintah desa, Melalui proses Pilkades

kepemimpinan kepala desa Mojogeneng kemudian dilanjutkan

oleh Bapak Ali Ainan selama 20 tahun sejak tahun 1977 sampai

pada tahun 1995. Pada masa Bapak Ali Ainan program yang

menonjol diantara adalah pembangunan fasilitas umum,

diantaranya adalah pembangunan jalan, membangunan saluran air

(selokan) dll. Dan salah satu kebijakan yang menonjol adalah

memangkas beberapa sawah gogol yang sedang di garap

masyarakat karena saat itu keberadaan sawah gogol luasnya

antara milik orang yang satu dengan yang lainnya tidak seragam,

seseorang ada yang luas sawahnya 450 boto, 600 boto bahkan ada

juga yang 800 boto. Dibawah lurah lurah Bapak Ali Ainan luas

sawah gogol yang tidak sama itu akhirnya diseragamkan menjadi

450 boto dengan cara memangkas, sementara potongan dari

sawah gogol 600 dan 800 boto itu dijadikan sebagai aset desa

sebagai sawah kemakmuran.

Ketujuh, Seiring berakhirnya kepemimpinan Bapak Ali

Ainan, melalui Pilkades estafet kepemimpinan desa Mojogeneng

kemudian dilanjutkan oleh Ibu Minah sebagai lurah terpilih, beliau

adalah putri dari mantan lurah H, Nur. Terpilihnya Ibu Minah

sebagai kepala desa Mojogeneng merupakan fenomena, hal ini

karena saat itu masih jarang ada kepala desa perempuan dan

Mojogeneng adalah lingkungan masyarakat santri, namun diluar

dugaan Bu Minah yang seorang perempuan terpilih sebagai kepala

desa dengan proses demokratis. Dan sampai saat ini beliaulah

satu-satunya kepala desa perempuan di desa

Kedelapan, setelah masa tugas Bu Minah sebagai kepala

desa selesai pada tahun 2000 tidak serta merta muncul bakal

Page 13: sejarah mjg ok

calon kepala desa baru karena saat itu tidak ada masyarakat yang

berminat mencalonkan diri sebagai kepala desa. Di tengah sepinya

peminat orang yang mencalonkan KADES kemudian muncul tokoh

alternative yaitu Bapak Thoyib seorang guru PNS, bahkan Pilkades

saat itu lawannya hanya bumbung kosong alias hanya terdapat

calon tunggal. Dengan terpilihnya Bapak Thoyib sebagai kepala

desa diharapkan Mojogeneng mengalami kemajuan, Mojogeneng

dibawah kepemimpinan Bapak H. Thoyib yang menonjol adalah

masalah kejujuran sehingga beliau dikenal tentang kejujuranya

dalam mengelola keuangan desa.

Beliau menjabat Kades Mojogeneng selama satu periode

tapi selama delapan tahun mulai tahun 2000 sampai 2008 pada

saat masa jabatan Kades mestinya hanya lima tahun tapi ada

perpanjangan selama tiga tahun. Sebenarnya kepemimpinan

Bapak H. Thoyib yang saat itu sudah selesai banyak yang berharap

beliau mencalonkan lagi, namun beliau lebih memilih melanjutkan

profesinya sebagai guru PNS.

Kesembilan, Dengan tidak lagi mencalonknnya H. Thoyib

sebagai Kades namun reformasi kepemimpinan harus tetap

berjalan, akhirnya saat itu muncul beberapa calon namun detik-

detik pencalonan yang muncul hanya calon tunggal yaitu Bapak

Solikin warga pendatang berasal dari Kedundung Magersari kota

Mojokerto, namun peraturan pada saat itu tidak boleh Pilkades

dengan hanya calon tunggal maka istrinya disuruh maju

mencalonkan sebagai kompetitor untuk memenuhi syarat

terlaksananya Pilkades, dengan majunya suami istri tersebut hasil

Pilkades akhirnya Pak Solikin di nyatakan sebagai pemenang,

beliau menjabat sejak 2008 sampai tahun 2013. Dibawah

kepemimpinan beliau banyak melakukan program pembangunan

diantaranya renovasi balai desa, pintu gerbng balai desa, serta

pelaksanaan program PNPM diantaranya pavingisasi,

pembangunan jembatan penghubung antara desa Mojogeneng

dengan Padang Asri, pembangunan irigasi pinggir jalan dari arah

Pehngaron menuju Mojogeneng, penerangan jalan dll.

Balai Desa Mojogeneng

Page 14: sejarah mjg ok

TABEL KEPALA DESA MOJOGENENG

SEJAK AWAL SAMPAI 2013

NO NAMA KEPALA

DESA

MULAI

MENJABAT

AKHIR MASA

JABATAN

MASA

MENJABAT

1 Singo Golo _ _ _

2 Singo Mejo _ 1912 _

3 Wak Mblok 1912 1932 20 tahun

4 Iskandar (lurah

Kandar)

1932 1942 10 tahun

5 H. Nur 1942 1976 32 tahun

6 Ali Ainan 1977 1995 18 tahun

7 Minah 1995 2000 5 tahun

8 H. Thoyib 2000 2008 8 tahun

9 Solikin 2008 2013 5 tahun

10 ……….?......... ……………… ……………….. ………………

Kini Mojogeneng secara organisasi sudah banyak

mengalami kemajuan, demikian dengan kondisi keuangan, berikut

perangkat-perangkat desa pada saat ini diantaranya:

1. Kaur umum / pemerintahan, perangkat ini mengurusi

kepentingan masyarakat yang berhubungan dengan

administrasi kependududukan atau yang lain semisal, urusan

KK, akte kelahiran, KTP sementara dll.

2. Kaur keuangan / bendahara, perangkat ini berfungsi mengurusi

keluar masuknya keuangan desa baik uang yang dihasilkan dari

APB-Des (Anggaran Pendapatan Belanja Desa) seperti hasil

penjualan sawah kemakmuran, penjualan mangga pinggir jalan

atau yang lain, maupun uang yang berasal dari subsidi atau

sumbangan dari APBD maupun APBN.

3. Kaur kesejahteraan, perangkat ini berfungsi mengurusi

kesejahteraan masyarakat diantara tugasnya mendistribusikan

sumbangan sembako dari pemerintah untuk masyarakat dll

5. Kaur pembangunan, perangkat ini berfungsi mengurusi

pembangunan infrastruktur desa mulai dari pembangunan

Page 15: sejarah mjg ok

irigasi, jalan, jembatan, gedung-gedung fasilitas umum seperti

gedung balai desa, gedung sekolah dll.

6. Kepala dusun (polo), perangkat ini bertugas mengurusi pajak,

baik pajak tanah maupun bangunan dll.

7. Carik / sekdes, perangkat ini berfungsi mengurusi administrasi

desa, pembuatan surat menyurat dll.

8. Mudin, perangkat ini berfungsi untuk mengurusi kematian

dengan segala keperluannya, mulai dari mengumumkan, kafan

mayit, mengkordinir pihak penggali kubur dll.

9. Mata ulu, posisi jabatan ini berfungsi untuk mengurusi

pengairan namun bukan bertugas dilapangan tapi hanya sebatas

mengurus secara organisatoris pemerinahan berupa laporan-

laporan serta berkodinasi dengan pejabat yang lebih tinggi.

10. Tuwowo, sebagaimana Mata ulu, Tuwowo juga perangkat desa

yang berhubungan dengan masalah pengairan / irigasi, namun

bukan sebagai kordinator tapi sebagai petugas lapangan untuk

mendistribusikan air ke sawah para petani.

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA

Dalam Undang-Undang No. 22 tahun 1999 diatur tentang

pemerintahan desa. Yang dimaksud dengan pemerintahan desa

adalah segala kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa

sebagaimana dimaksudkan dalam penjelasn apasl 28 UUD 1945.

Adapun struktur organisasi pemerintahan desa/kelurahan

nampak seperti pada bagan diatas. Pemerintahan desa memiliki

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentinga

masyarakat. Kepala desa bertanggung jawab pada Badan

Page 16: sejarah mjg ok

Perwakila Desa dan menyampaikan laporan tugas tersebut kepada

Bupati. Masa jabatan 2X (maksimal 10 tahun).

Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat

daerah kabupaten dan/atau daerah kota dibawah kecamatan. Di

desa dibentuk Lembaga Kemasyarakatan Desa yang merupakan

mitra pemerintah desa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

desa.

Selain itu, sekarang juga terdapat lembaga sebagai mitra

pemerintah desa diantaranya; BPD (Badan Permusyawaratan

Desa), LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), Bank desa,

gapoktan. Keberadaan semua lembaga tersebut tentunya

tujuannya untuk melancarkan semua program-program yang

bersentuhan dengan masyarakat.

Sebagai desa yang berpenduduk sekitar 2300 jiwa

(sekarang), Mojogeneng terdapat 15 RT dan 3 RW yang berfungsi

membantu pemerintahan desa untuk mengontrol penduduk

ataupun keperluan-keperluan yang lain.

Istilah sawah dan tanah

Sawah Gogol

Istilah sawah Gogol adalah tanah sawah yang belum jelas

kepemilikannya oleh masyarakat atau seseorang karena saat itu

Indonesia baru saja merdeka sehingga administrasi pertanahan

belum tertib dan kebanyakan tanah statusnya masih milik

pemerintah. Maka sejatinya sawah Gogol pada saat itu yang sedang

dikuasai (di garap) masyarakat adalah hanya sebatas hak pakai

yaitu hak menggunakan atau memanfaatkan langsung tanah yang

diamanahkan oleh Negara yang bukan berdasarkan sewa

menyewa. Tanah Gogol ini bukan hanya terdapat di desa

Mojogeneng namun juga terdapat di desa-desa lain.

Mengenai berapa luasnya sawah gogol yang sedang di

kerjakan masyarakat memang tidak seragam tergantung

geografisnya. Ada yang luasnya 450 Boto, 500 Boto bahkan ada

yang 600 Boto yang dalam masyarakat pertanian terkenal dengan

istilah “Bau”.

Sawah kemakmuran

Keberadaan kondisi beberapa desa di Mojokerto tidak

terkecuali desa Mojogeneng, bahwa pada saat setelah

kemerdekaan tidak serta merta makmur bahkan dari segala sisi

Page 17: sejarah mjg ok

masih sangat memprihatinkan baik secara administrasi maupun

infrastuktur, khususnya di sector keuangan. Hal ini bisa di

maklumi karena saat itu belum ada anggaran dari pemerintah

diatasnya (APBD/APBN) untuk biaya operasional Pemdes seperti

pada masa reformasi sekarang ini. Misalnya dana ADD (Alokasi

Dana Desa) untuk operasional Pemdes, PNPM (Program Nasional

Pemberdayan Masyarakat) untuk pembangunan, dana GAPOKTAN

(Gabungan Kelompok Tani) untuk pembiayaan para petani, dana

PUEM (Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat) untuk para

pedagang kecil / UMKM, dana PUAP untuk pembiayaan agrobisnis

pedesaan, ataupun dana-dana yang lain.

Dengan tidak adanya keuangan tersebut, maka pada saat

pemerintahan desa Mojogeneng di jabat oleh H. Nor, muncul

kebijakan berupa untuk menggali keuangan melalui sumber daya

alam yaitu sawah yang tujuannya untuk dijadikan sebagai sumber

pundi-pundi keuangan desa, yang mana dengan adanya

pemasukan dari hasil sawah nantinya bisa dijadikan sebagai dana

operasional atau untuk pembangunan desa, maka sejak gagasan itu

muncul Lurah H. Nur berinisiatif untuk memangkas sawah Gogol

yang saat itu sedang dikerjakan oleh masyarakat. Tanah Gogol

sebagai tanah yang statusnya sebagai tanah Negara, maka kepala

desa sebagai kepala pemerintahan setingkat desa berhak meminta

tanah atau sawah yang saat itu sedang dalam kekuasaan

masyarakat yang mana tujuannya untuk dijadikan kepentingan

umum. Pada saat itu terkumpullah beberapa hektar sawah dengan

jumlah kurang lebih sebanyak 12 H. Dengan adanya sawah

kemakmuran tersebut pemerintahan desa bisa berjalan meskipun

belum bisa maksimal seratus persen.

Sawah angguran

Disamping ada istilah sawah gogol di Mojogeneng juga

pernah ada istilah sawah Angguran yaitu sawah dari hasil

pemangkasan sawah Gogol yang kemudin di garap secara

bergiliran oleh masyarakat yang tidak mempunyai sawah dengan

dibentuk kelompok-kelompok masyarakat. Dengan kebijakan

demikian diharapakan dari pemangkasan sawah tersebut bisa

mengangkat ekonomi masyarakat miskin karena sudah diberi

kesempatan menggarap sawah tersebut. Dalam menggalang

kesadaran masyarakat supaya menyerahkan sebagaian sawah

yang sedang mereka kuasai untuk dijadikan sebagai inventaris

desa sebagai cikal bakal sawah kemakmuran kepala desa yang saat

itu H. Nur tidak mengalami kesulitan karena karena masyarakat

mempunyai kesadaran tinggi dalam mendukung pemerintah desa.

Page 18: sejarah mjg ok

Dari sawah Gogol menuju sawah hak Milik

Seiring dengan perjalanan waktu sawah Gogol yang

awalnya hanya sebatas hak pakai yang dikelola masyarakat.

Akhirnya pada tahun sekitar tahun 1960an untuk menentukan

status kepemilikan tanah-tanah tersebut supaya ada kepastian

hukum, maka sawah Gogol tersebut di proses ke BPN (Badan

pertanahan Nasional) yang dulunya bernama hukum Agraria yang

terdapat pada UUPA (Undang-undang Pokok Hukum Agraria)

untuk di sertifikatkan, hal ini untuk penertiban administrasi

pertanahan seiring dengan proses tersebut kini tanah-tanah

tersebut sekarang sudah resmi menjadi hak milik masyarakat yang

jumlahnya kurang lebih 90 tempat yang terkenal dengan istilah

sawah bekas Gogol.

Tanah Eigendom

Dalam Istilah tanah, ada yang bernama tanah eigendom yaitu hak

milik mutlak, keberadaan tanah ini sejak zaman penjajahan

Belanda sudah ada dan diperuntukkan kepada para pejabat-

pejabat pemerintahan untuk dikelola sebagai penghargaan, dan

keberadaan sawah eigendom tersebut sampai sekarang masih

berfungsi sebagaimana tujuan awalnya, dan sekarang terkenal

dengan istilah. Sebenarnya istilah tanah eigendom bukan hanya

berupa sawah, tapi semua tanah tinggalan pemerintahan Belanda

yang sampai sekarang tanah tersebut tidak bisa disertifikatkan dan

oleh masyarakat dan pemerintah banyak dimanfaatkan untuk

kepentingan umum seperti pasar, Masjid, Gereja atau fasilitas-

fasilitas umum yang lain.

Tempat-tempat legendaris

Page 19: sejarah mjg ok

Sumber Buntung

Kata buntung dalam bahasa Indonesia berarti putus tidak

kelanjutannya atau tidak ada sambungannya. Konon nama

sumber Buntung ini juga disinyalir mata airnya tidak ada

sambungan dari mana aliran mata air diatasnya. Mata air ini

letaknya berada di sawah desa Mojogeneng paling timur tidak

jauh dari pemakaman umum desa Mojogeneng, untuk mencari

tempat tersebut tidak sulit karena dari jauh nampak jelas

dengan ditandai pohon besar yang kelihatan berdiri tegak

ditengah-tengah sumber tersebut, mata air di tempat pada

awalnya cukup besar namun sejak dilakukan pengeboran tak

jauh dari tempat tersebut mata airnya menjadi kecil. Tempat ini

bagi masyarakat Mojogeneng menyimpan cerita-cerita mistik,

diantaranya terdapat ular yang sangat besar yang nampak pada

saat-saat tertentu bahkan zaman dulu tidak jarang petani yang

sedang mengairi sawah melihat wujud dari ular tersebut namun

kemunculannya tidak sampai menyakiti ataupun menggganggu

masyarakat. Meski tempat ini menyimpan cerita mistik namun

bagi masyarakat Mojogeneng tidak begitu menakutkan, bahkan

karena di tempat ini terdapat banyak ikan meski tidak diketahui

dari mana asal muasalnya karena tidak ada sambunganya dari

sungai mana sehingga tempat ini menjadi tujuan favorit untuk

mencari ikan, semisal ikan wader, lele, belut namun tidak

sedikit ikan Gatul yang yang lazimnya hidup di sungai-sungai

yang mengalir.

Sumber kembar

Sumber kembar adalah mata air yang bentuk dan ukuranya

mirip dan posisi serta berjajar dengan jarak sekitar 15 meter

sehingga mata air ini dinamakan sumber kembar, sumber tersebut

berada di sawah paling utara perbatasan antara sawah desa

Mojogeneng dan desa Tambang. Legenda sumber mata air ini juga

tidak jauh berda dengan serunya dengan mata air-mata air lain

yang tentunya dari segi mistiknya. Menurut kebanyakan

masyarakat yang punya aktifitas ke sawah, bahwa di mata air

tersebut ada seekor ular besar yang tentunya bukan ular biasa dan

tidak jarang menampakkan diri namun tidak sampai menyakiti

masyarakat. Konon menurut orang pintar yang masih penduduk

Mojogeneng bahwa ular tersebut tidak hanya membawa petaka

pada seseorang sejauh tidak diganggu keberdaannya. Sebagaimana

sumber Buntung tempat ini juga terdapat banyak ikan, namun

Page 20: sejarah mjg ok

tidak banyak orang berani masuk ke dalam posisi mata air karena

dilihat dari luar saja sudah menampakkan keangkerannya yang

oleh masyarakat disebut dengan istilah sintru.

Sumber buntung Nampak dari jauh

Sumber Wak Mat (Pak Mat)

Mata air ini dinamakan Sumber Pak Mat karena posisi

sumber tersebut berada di sekitar tanahnya Pak Mad, disamping

mempunyai cerita yang sama dengan sumber-sumber yang lain, di

sumber Pak Mat ini masih menurut cerita orang pintar juga

terdapat benda-benda antik semisal batu merah delima, besi

kuning namun tidak ada yang berani mengambilnya konon karena

sudah dikuasai dan dijaga oleh mahluq ghaib.

Sebagaimana sumber-sumber yang lain tempat ini juga

terdapat banyak ikan, meski terdapat cerita mistik namun tidak

menghalangi anak-anak kampung untuk mencari ikan di sini hal

itu karena tempatnya tidak menampakkan kemistikanya.

Makam Boriyah

Istilah Boriyah adalah nama seorang orang lelaki dan

perempuan yang bernama Pak Bor dan Nyai Iyah yang meninggal

di sawah perbatasan antara Mojogeneng dan Tampung Rejo

akhirnya tempat tersebut ppuler dengan sebutan makam Boriyah.

Kedua orang tersebut berjasa dalam pembukaan lahan sebagai

cikal bakal desa Tampung Rejo. Sebuah desa yang posisinya

sebelah utara desa Mojogeneng dan masuk wilayah Kecamatan

Puri, namun anehnya keberadaan makam Boriyah berada di atas

wilayah desa Mojogeneng. Konon Menurut cerita, kenapa makam

Boriyah berada di wilayah tanah Mojogeneng. Menurut cerita yang

sudah diyakini masyarakat bahwa setelah Mbah Onggo Yudho

telah menetapkan batas wilayah Mojogeneng yang telah beliau

babad kemudian di batasi dengan ilmu kebatinan, konon menurut

cerita kemudian Mbah Boriyah memasuki wilayah tersebut hal ini

penyebab sakitnya Mbah Boriyah yang sampai mengakibatkan

Page 21: sejarah mjg ok

beliau meninggal dunia dan di tempat itu pula lantas beliau di

makamkan.

Babakan Sibung

Babakan adalah istilah tempat di sungai yang dijadikan

sebagai jujukan mandi, sedangkan Sibung adalah nama seorang

warga Mojogeneng pada tahun 40-an yang mempunyai kelebihan

dalam hal ilmu kebatinan, kesaktian dalam hal mengusir mahluq

halus, bagi orang-orang tua Mojogeneng Pak Sibung pada saat itu

memang terkenal kehebatannya, disamping tidak pernah tidur

malam, beliau juga terkenal jago dalam masalah menghadapi

bangsa halus. keberadaan posisi rumahnya sebelah utara Masjid,

namun sisa-sisa peninggalan rumahnya tidak ada bekasnya.

Menurut keyakinan sebagian masyarakat Mojogeneng bahwa siapa

saja yang menempati daerah bekas tempat tinggalnya Pak Sibung

harus kuat riyadhoh (tirakat: kuat tidak tidur, puasa dll). Kalau

tidak kuat riyadhoh maka harus siap untuk di ganggu mahluq-

mahluq halus, hal ini karena pada masa hidupnya Pak Sibung

beliau banyak menanam tumbal untuk menghalau atau

menetralisir mahluq halus yang sering menggodanya.

Babakan sibung yang oleh masyarakat Mojogeneng dikenal

dengan istilah kali sibung berada di utara Masjid Minhajul Abidin

dan sampai sekarang babakan itu masih di manfaatkan oleh

masyarakat sekitar untuk mandi ataupun yang lain.

Kali Kedung

Istilah kali kedung ini terdapat di dua tempat, 1). Berada di

lingkungan RT 11. 2). Berada di lingkungan RT 15. Khusus yang

berada di RT 11 diyakini masyarakat tempatnya menyimpan cerita

ghaib. Bahkan Jin yang menghuni kali kedung ini tidak segan-segan

merasuki masyarakat yang dianggap mengganggu ketenangannya

atau mungkin menggoda warga yang mempunyai sikap tidak

wajar. Bahkan ketika ada salah seorang warga yang kerasukan Jin

masyarakat meyakini Jin Kali Kedunglah yang merasuki.

Beda lagi dengan Kali Kedung yang berada di RT 15, tempat

ini memang banyak yang meyakini menganggap sedikit angker

namun, kejadian-kejadian yang pernah terjadi hanya sebatas

menggoda masyarakat yang sedang mandi ke Kali, menurut

masyarakat sekitar biasanya menggodanya dengan suara-suara

aneh tetapi bentuk fisiknya tidak nampak, dengan kejadian

tersebut mengakibatkan warga merasa takut ke sungai.

Mengenai istilah Kali Kedung karena Kali tersebut

bentuknya agak sedikit dalam sehingga mengakibatkan jumlah air

menjadi lebih banyak dari pada posisi air di atas atau di bawahnya

sehingga tempat tersebut dinamakan kedung atau agung (baca:

penuh / banyak).

Page 22: sejarah mjg ok

Lembaga-lembaga social

A. Lembaga pendidikan

Mojogeneng meskipun jaraknya jauh dari kota, para tokoh

dan masyarakat Mojogeneng sangat peduli terhadap pendidikan,

bahkan Mojogeneng bisa dibilang sebagai desa berbasis

pendidikan, hal ini bisa dilihat dengan lengkapnya lembaga

pendidikan yang yang ada, mulai TK (TK Darma wanita dan TK

Muslimat), SDN, MI, MTS, Aliyah, SMP, SMA, madrasah Diniyah dan

yang tidak kalah menarik di Mojogeneng berdiri beberapa

pesantren yang menjadi rujukan para masyarakat Mojokerto dan

sekitarnya yang ingin mendalami ilmu pengetahuan agama

misalnya:

1. Pesantren Bidayatul Hidayah

Pesantren Bidayatul Hidayah berdiri sekitar tahun 40-an

yang di dalamnya terdapat beberapa asrama / komplek,

pendidikannya mulai dari tingkat TK, MI, MTs sampai Aliyah

sekolah setingkat SLTA, diniyah dll.

2. Pesantren Majmaal Bahroin (Al Maba)

Pesantren Al Maba berdiri pada pertengahan tahun 2000.

Berdirinya pesantren ini semakin memperlengkap keberadaan

lembaga pendidikan di Mojogeneng karena di dalamnya ada

lembaga pendidikan SMP, SMA serta SMK termasuk juga program

kegamaan seperti diniyah Al Maba.

Bahkan yang patut dibanggakan di tengah-tengah

masyarakat juga banyak bermunculan komunitas-komunitas

tempat belajar informal, seperti TPQ, kelompok-kelompok

bimbingan belajar ataupun tempat-tempat belajar yang lain.

B. Lembaga Keagamaan

Sebagai desa yang sejak dulu terkenal dengan penduduknya

yang agamis dan berkarakter santri, di desa Mojogeneng

setidaknya terdapat 14 mushalla dan 2 Masjid (termasuk dusun

Pehngron), dan semuanya aktif dalam menjalankan kegiatan

keagamaan. Diantara nama-nama mushalla dan Masjid tersebut

adalah:

Masjid Minhajul Abidin

Masjid Minhajul Abidin

berdiri pada tahun 1927 M

berdasarkan tulisan yang terter

di kayu, dibangun diatas tanah

wakaf dengan luas kurang lebih

Page 23: sejarah mjg ok

30x20 cm. berada dilingkungan RT 15 RW 03, Masjid ini dibangun

atas inisiatif tokoh-tokoh masyarakat, konon pada awalnya masjid

ini dibangun dengan kayu dari langgar tengah.

Pada mulanya ketika

Masjid Minhajul Abidin

belum di rehab yang

terakhir pada tahun 2001

bangunannya sangat

sederhana berbentuk

empat bujur sangkar yang

di topang empat tiang

sebagai sokoguru sebagaimana Masjid-Masjid kuno lainnya,

namun kini kondisinya sudah berubah drastis baik luas, bentuk

maupun arsitekturnya. Ide merenovasi Masjid tersebut bukan

tanpa alasan, tapi atas pertimbangan yang matang dari sebagian

besar masyarakat diantara alasannya adalah karena semakin

banyaknya jamaah khusunya pada saat shalat jum’at dan

tempatnya dirasa kurang memadai untuk menampung para

jamaah tersebut, hal ini karena yang shalat jum’at bukan hanya

warga Mojogegeneng saja namun para santri Pondok Pesantren

yang datang dari berbagai daerah.

Masjid Baiturrahman

Masjid Al Azhar Pehngaron merupakan kategori Masjid

bersejarah dan di bangun sekitar 1918 M. di atas tanah Eigendom

dua puluh delapan tahun sebelum Indonesia merdeka, dan

posisinyapun stretegis karena di pinggir jalan raya, bahkan di area

masjid ini juga dulunya pernah terdapat kantor KUA, sehingga

posisi pejabatan KUA pernah di jabat masyarakat dusun

Pehngaron sampai tujuh kali.

Mushalla Al Hidayah

Mushalla Al Hidayah berdiri sekitar tahun 1933 di atas

tanah waqaf berada lingkungan RT 04 RW 03, pada awalnya

mushalla ini di bangun dengan sangat sederhana menggunakan

bahan total dari kayu dengan bentuk angkringan, bangunan

MMasjid Minhajul Abidin di bangun pada tahun 1927 M

Masjid Baiturrohman di bangun pada tahun 1918 M

Page 24: sejarah mjg ok

semacam ini lazim terjadi pada bangunan mushalla pada masa lalu

hal ini karena saat itu masih sulitnya mencari bahan material

bangunan disamping minimnya biaya, namun seiring dengan

perjalanan waktu pada tahun 1965 dengan swadaya masyarakat

mushalla ini di renovasi dengan bentuk bangunan permanen dan

rehab ulang pada tahun…...

Mushalla Al Muqorrobin

Mushalla Al Muqorrobin didirikan pada tahun 1993 diatas

tanah milik pribadi. mushalla ini usianya paling muda di antara

seluruh mushalla yang ada di Mojogeneng, berada di lingkungan

RT 08 RW 03. Pada mulanya mushalla ini adalah bangunan rumah

kosong yang sudah tidak di huni, atas inisiatif pemiliknya

bangunan tersebut di bongkar total dan dibangun untuk fungsikan

sebagai mushalla. Kemudian pada tahun 2009 resmi menjadi

mushalla tanah waqaf.

Mushalla Darun Na’im

Mushalla Darun Na’im di dirikan kurang lebih pada tahun

1962 M. Mushalla ini pada mulanya berada di desa Candi Dinoyo

berbentuk angkringan terbuat dari bambo, kemudian entah apa

alasannya mushalla ini di angkat dan pindah ole Bapak Amari ke

Mojogeneng dan di dirikan di atas tanah milik kerabatnya yang

berada di lingkungan RT 08 RW 03. Mushalla yang awal mulanya

berbentuk angkringan sebagaiman mushalla Al Hidayah dengan

bentuk sederhana, kemudian karena sudah tidak layak untuk di

gunakan kemudian pada tahun sekitar tahun 1970 di rehabilitasi

dengan bentuk permanen namun hanya sebagian dan di

sampurnakan lagi pada tahun 1984.

Mushalla Darun Nikmah

Mushalla Darun Nikmah di dirikan sekitar tahun 1962 di

atas tanah wakaf berada dilingkungan RT 09 RW 03. Sejak awal

berdiri sudah berbentuk permanen dan tidak ada mengalami

banyak perubahan sampai sekarang.

Mushalla balai desa

Mushalla balai desa didirikan pada tahun 2002. berada di

lingkungan balai desa. didirikannya mushalla ini salah satu

tujuannya adalah melengkapi infrastruktur di lingkungan kantor

PEMDES sebagai fasilitas ibadah para perangkat termasuk juga

masyarakat sekitar balai desa. Sebagai desa yang mayoritas

berpenduduk santri mushalla ini sangat penting sebagai symbol

karakter masyarakatnya.

Page 25: sejarah mjg ok

Mushalla P. Mukiyi

Mushalla di dirikan sekitar tahun 1970 di atas tanah milik

pribadi berada dilingkungan RT 10 RW 03 belakang sekolah SDN.

Sebagamana mushalla tua yang lain dulu bangunannya juga

berbentuk angkringan kemudian direhabilitasi pada tahun 80-an

dan direhab ulang pada tahun 90-an.

Musahalla Darul Hasan

Mushalla Darul Hasan dirikan sekitar tahun 1944 diatas

tanah wakaf, dulunya mushala ini terkenal dengan sebutan

mushalla Pak Mudin karena waktu itu yang Pak Mudin tinggal di

samping mushalla tersebut. Sebagaimana mushalla yang lain,

mushalla ini juga dulunya sangat sederhana kemudian di renovasi

pada tahun 1966 dan di rehab ulang pada tahun 2008.

Mushalla Baitul Makmur

Mushalla Baitul Makmur pada awalnya adalah mushalla

milik H. Abdur Rahman di desa Pehngaron karena tidak begitu

maksimal jamaahnya kemudian mushalla ini karena bentuk

angkringan kemudian di pindah ke Mojogeneng sekitar pada tahun

1934 da atas tanah wakaf dengan luas kurang lebih 7X6 cm,

mushalla ini berada di lingkungan RT 11 RW 03. Tidak mau

ketinggalan dalam hal fastabiqul khoirot mushalla inipun akhinya

di renovasi dengan bentuk permanen sekitar pada tahun 1980 dan

reha ulang pada tahun 2008.

Mushalla Al Ghozali

Mushalla Al Ghozali di bangun pada tahun ……………di atas

tanah milik pribadi. Mushalla yang kini berada di dalam pesantren

Bidayatul Hidayah koplek Al Ghozali jauh sebelum ada pesantren

mushalla ini sudah ada, kini mushalla tersebut telah menjadi

fasilitas pesantren dan sudah mengalami beberapa renovasi.

Mushalla An Naim

Mushalla An Naim berdiri tahun 1962 namun awalnya

lokasinya agak ke timur kira 30 M sebagaimana mushalla yang lain

mushalla ini dulunya juga berbentuk angkringan terbuat dari kayu.

kemudian pada tahun 1978 setelah terpilihnya Bapak Ali Ainan

sebagai lurah Mojogeneng kemudian mushalla di pindah di posisi

yang sekrang ini di atas tanah hasil pembelian yang dibiayai oleh

desa kemudian dibangun secara permanen, lokasi berada

lingkungan RT 12 RW 03. Seiring perjalanan waktu pada tahun

2007 dengan swadaya masyarakat mushalla ini di renovasi dengan

bentuk bangunan seperti sekarang.

Mushalla Langgar Tengah (Mojogeneng)

Page 26: sejarah mjg ok

Mushalla Langgar Tengah di bangun sekitar tahun 1861 M

berdasarkan pahatan angka yang ada di kayu dan tiang bedug.

Mushalla ini didirikan oleh Mbah Asdarib salah satu sesepuh

masyarakat Mojogeneng di atas tanah pribadi dengan luas sekitar

kurang lebih 8X 12 M, berada lingkungan RT 12 RW 03, bagi

masyarakat Mojogeneng mushalla ini merupakan mushalla

legendaris karena disamping bangunannya sudah tua, mushalla ini

dulunya juga menjadi sentral tempat mengaji baik remaja

Mojogeneng maupun anak luar desa Mojogeneng. Mengenai nama

Langgar Tengah karena mushalla ini di anggap berada di tengah-

tengah desa, meskipun secara geografis mushalla ini posisinya

tidak terlalu persis di tengah-tengah desa, karena sejak awalnya

memang sudah terkenal dengan sebutan Langgar Tengah sehingga

sampai sekarangpun nama itu tetap melekat. Mushalla ini

beberapa kali mengalami renovasi pada tahun 1932, 1986, 2007.

Mushalla Al Amin

Mushalla Al Amin di bangun sekitar tahun 1940-an diatas milik

pribadi dengan luas tanah kurang lebih 8X8 Cm berada

dilingkungan RT 13 RW 03. Mushalla ini awalnya tidak jauh beda

dengan mushalla lama yang lain yakni angkringa, kemudian sekitar

tahun 70-an direnovasi dengan bentuk bangunan permanen, dan

sekitar tahun……… melalui dana dari seorang dermawan mushalla

inipun direhab ulang.

Mushalla Darun Nikmah

Mushalla Darun Nikmah berada paling ujung desa

Mojogeneng ini termasuk kategori tanah milik pribadi dengan luas

tanah sekitar 9X8 M berada di lingkungan RT 15 RW 03. Tidak

seperti mushalla-mushalla lain yang pernah mengalami berbentuk

angkringan, mushalla ini sejak awal sudah dibangun menggunakan

material dengan bentuk permanen. Direnovasi pada tahun 2010

dan sekarang sudah resmi menjadi mushalla tanah waqaf.

Mushalla Langgar Tengah (Pehngaron)

Mushalla ini berdiri tahun 1918 M. di atas tanah milik

pribadi, secara geografis Mushalla ini berada tepat di tengah dusun

sehingga dinamakan langgar tengah. Pada awalnya bentuk

bangunannya sangat sederhana, namun pada tahun 1984 lantas

direhab dan di rehab ulang pada tahun 2009.

Mushalla NU An Nur (Pehngaron)

Mushalla NU An Nur bardiri tahun 1995 M. di atas tanah

milik pribadi tepat di pinggir jalan raya Pehngaron, sehingga bagi

siapa saja yang bermaksud mencarinya tidak akan mengalami

kesulitan.

Page 27: sejarah mjg ok

Daftar nama Masjid dan mushalla desa MojogenengDan dusun Pehngaron

NoNama Mushalla dan Masjid

TempatBerdiri tahun

Renovasi tahun

1Masjid Minhajul Abidin

Mojogeneng RT 14 / RW 03

1927 M 2001

2Masjid Baiturrohman

Pehngaron

RT 01 /RW 01 1918 M _

3Mushalla Al Hidayah

Mojogeneng RT 04 / RW 02

1933 M 1965,……..

4Mushalla Al Muqorrobin

Mojogeneng

RT 08 / RW 03 1987 M _

5Mushalla Darun Nikmah

Mojogeneng

RT 08 / RW 03 1962 M

1970, 1984

6Mushalla Darun Nikmah

Mojogeneng RT 09 / RW 03

1944 M _

7Mushalla Balai desa

Mojogeneng

RT 10 / RW 032002 M _

8 Mushalla P. Mukiyi Mojogeneng 1970 M 1990, 1990

RT 10 / RW 03

9Mushalla Darul Hasan

Mojogeneng RT 10 / RW 03

1944 M1966, 2004

10Mushalla Baitul Makmur

Mojogeneng RT 11 / RW 03

1934 M 1980, 2008

11Mushalla Al Ghozali

Mojogeneng RT 11 RW 03

12 Mushalla An Naim Mojogeneng RT 12 / RW 03

1962 M1978, 2009

13Mushalla Langgar Tengah

Mojogeneng RT 12 / RW 03 1861 M

1932, 1986, 2007

14 Mushalla Al AminMojogeneng

RT 13 / RW 03 1940-an

15Mushalla Darun Nikmah

MojogenengRT 14 / RW 03

1987 M 2010

16Mushalla Langgar Tengah

Pehngaron

RT 01 / RW 01 1918 M

1984,

17Mushalla An Nur NU

Pehngaron

RT 02 / RW 01 1995 M

1984, 2009

Page 28: sejarah mjg ok

Penutup

Dengan ucapan syukur Alhamdulillah kini buku “sejarah

desa Mojogeneng” telah selesai di tulis. Inti dari penulisan buku ini

adalah semata-mata ingin mengenang para pendahulu kita yaitu

Mbah Onggo Yodho, Mbah Karibun serta Mbah Singo Taruno yang

telah bersusah payah dan penuh keihlasan membuka lahan yang

sekarang telah menjadi desa makmur, damai serta agamis ini.

Dengan ditulisnya sepak terjang ketiga tokoh tersebut

bukan hanya untuk diketahui dan hanya sebatas dikenang saja,

namun yang lebih penting adalah kita bisa mengambil suritaudan

bagaimana kepribadian beliau yang tulus dalam meninggalkan

jejak-jejak jasanya dan kesederhanaan hidupnya. Hal ini karena

beliau sadar bahwa bila waktu telah berakhir teman sejati

hanyalah amal.

Sebagai penutup, saya berharap setelah terbitnya buku ini

kita tidak tergolong orang yang lupa jasa para pendahulunya

sehingga kita bukan kategori orang yang masuk dalam istilah

“kacang yang lupa akan kulitnya”. Karena kita tahu bagaimana

beratnya Mbah Onggo Yudho, Mbah Karibun serta Mbah singo

Taruno dalam merintis desa Mojogeneng yang kita nikmati

sekarang ini, bahkan sedikitpun beliau tidak mengharap sesuatu

dari jerih payahnya kecuali hanya ridha Allah Swt. Terakhir kami

berharap semoga buku ini bisa menjadi amal sholeh yang bisa

mengantarkan kita semua masuk surganya Allah Swt. Amin…

Album foto

1. Makam Mbah singo Taruno beserta istri

Page 29: sejarah mjg ok

2. Makam Mbah Onggo Yudho

3. Makam Mbah Karibun beserta muridnya

4. Makam Mbah Sarbini (menantu Mbah Onggo Yudho), Mbah

Ahmad Suhaimi, Mbah Asyari beserta istri.

5. Lokasi makam Mbah Aminah (istri Mbah Onggo Yudho)

6. Pemakaman Umum Desa Mojogeneng

Page 30: sejarah mjg ok

Nara sumber

Kiai Said (sesepuh masyarakat)

Ahmad Ishaq (sesepuh masyarakat /

putra lurah Kandar)

H. Thayib (mantan kepala desa)

Sofwan (warga masyarakat)

Syuhada’ (sesepuh masyarakat)

H. Aruman (tokoh masyarakat)

Agus. H. Fathoni (tokoh masyarakat)

Mashuda (tokoh masyarakat)

H. Tusawah (tokoh masyarakat)

H. Zainuddin (tokoh masyarakat)

H. Tamim (sesepuh masyarakat)