7
1 Pelestarian Kawasan Empang Bogor A. Sejarah Perkembangan Kawasan Empang Perkembangan kawasan empang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan Kota Bogor itu sendiri. Kawasan empang merupakan kawasan permukiman awal yang menjadi inti pertumbuhan Kota Bogor yang mengalami perubahan besar terhadap penggunaa lahan sejak masa Kerajaan Pajajaran (1482-1579), masa Kolonial Belanda (1754-1945) dan masa Kemerdekaan (1945-sekarang). Letak Kawasan Empang yang strategis karena dekat dengan pusat Kota Bogor pada saat ini yang menyebabkan kawasan ini dipengaruhi oleh perkembangan kota yang cepat baik fisik maupun non fisik. 1. Periode Kerajaan Pajajaran (1482-1579) Pada masa ini wilayah kawasan empang ini menjadi bagian dari pusat pemerintahan sekaligus ibukota Kerajaan Hindu yang cukup berkuasa, ibukota Kerajaan Pajajaran ini dikenal dengan nama Pakuan. Terdapat benteng yang berfungsi sebagai pertanahan dan sekaligus sebagai batas kota yang membentang sepanjang Sungai Cisadane dan Sungai Cipakancilan. Berdasarkan ekspedisi Abraham van Riebeck menemukan alun-alun sebagai mana umumnya terdapat tiga batang pohon beringin yang menjadi salah satu kelengkapan alun-alun tradisional. Pada tahun 1579 alun-alun ini menjadi medan pertempuran saat melawan laskar Banten yang ini menguasi wilayah Pajajaran (Danasasmita, 1983). 2. Periode Kolonial Belanda (1754-1945) Pada masa Kolonial Belanda, setelah masa Kerajaan Pajajaran kawasan ini telah berkembang menjadi sebuah wilayah pusat pemerintahan Karesidenan Kampung Baru (1754-1872). Kemudian dihapuskannya karesidenan kampung baru oleh pemerintah kolonial belanda dan kawasan empang mulai berkembang menjadi konsentrasi permukiman bagi warga keturunan arab (1835-1945). Sejak ditetapkannya nama kawasan ini dengan nama Empang pada tahun 1815 mulai di keluarkannya peraturan wijkenstelsel yaitu diberlakukannya zona permukiman etnis, dengan adanya peraturan ini serta adanya surat ijin keluar kawasan permukiman menyebabkan adanya pembatasan ruang gerak etnis Arab yang

Sejarah Perkembangan Kawasan Empang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sejarah Perkembangan Kawasan Empang

1Pelestarian Kawasan Empang Bogor

A. Sejarah Perkembangan Kawasan Empang

Perkembangan kawasan empang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan Kota Bogor itu sendiri. Kawasan empang merupakan kawasan permukiman awal yang menjadi inti pertumbuhan Kota Bogor yang mengalami perubahan besar terhadap penggunaa lahan sejak masa Kerajaan Pajajaran (1482-1579), masa Kolonial Belanda (1754-1945) dan masa Kemerdekaan (1945-sekarang). Letak Kawasan Empang yang strategis karena dekat dengan pusat Kota Bogor pada saat ini yang menyebabkan kawasan ini dipengaruhi oleh perkembangan kota yang cepat baik fisik maupun non fisik.

1. Periode Kerajaan Pajajaran (1482-1579)Pada masa ini wilayah kawasan empang ini menjadi bagian dari pusat pemerintahan sekaligus ibukota Kerajaan Hindu yang cukup berkuasa, ibukota Kerajaan Pajajaran ini dikenal dengan nama Pakuan. Terdapat benteng yang berfungsi sebagai pertanahan dan sekaligus sebagai batas kota yang membentang sepanjang Sungai Cisadane dan Sungai Cipakancilan. Berdasarkan ekspedisi Abraham van Riebeck menemukan alun-alun sebagai mana umumnya terdapat tiga batang pohon beringin yang menjadi salah satu kelengkapan alun-alun tradisional. Pada tahun 1579 alun-alun ini menjadi medan pertempuran saat melawan laskar Banten yang ini menguasi wilayah Pajajaran (Danasasmita, 1983).

2. Periode Kolonial Belanda (1754-1945)Pada masa Kolonial Belanda, setelah masa Kerajaan Pajajaran kawasan ini telah berkembang menjadi sebuah wilayah pusat pemerintahan Karesidenan Kampung Baru (1754-1872). Kemudian dihapuskannya karesidenan kampung baru oleh pemerintah kolonial belanda dan kawasan empang mulai berkembang menjadi konsentrasi permukiman bagi warga keturunan arab (1835-1945). Sejak ditetapkannya nama kawasan ini dengan nama Empang pada tahun 1815 mulai di keluarkannya peraturan wijkenstelsel yaitu diberlakukannya zona permukiman etnis, dengan adanya peraturan ini serta adanya surat ijin keluar kawasan permukiman menyebabkan adanya pembatasan ruang gerak etnis Arab yang akhirnya menjadi penghambat perkembangan bisnis para pedagang Arab. Pada tahun 1815 dibangun pula Masjid An Nur. Pada masa ini kawasan empang mulai membentuk pola-pola ruang yang menjadi dasar perkembangan kawasan selanjutnya.

3. Periode masa Kemerdekaan (1945-sekarang)Pada masa ini Buitenzorg mengalami tiga fase perkembangan kota yaitu :

Fase pertama (1845-1965), nama Buitenzorg berubah menjadi Kota Besar Bogor pada tahun 1950, kemudian tahun 1957 berubah menjadi Kota Praja Bogor yang meliputi 2 sub–distrik dan 7 desa. Pada fase ini Kota Praja Bogor menjadi daya tarik masyarakat untuk bermukim.

Fase kedua (1965-1995), Kota Praja Bogor kembali berganti nama menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor. Pada fase ini terjadi alih fungsi lahan kebun-kebun campuran menjadi bangunan tempat tinggal.

Fase ketiga (1995-sekarang), Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor mengalami perluasan wilayah serta berubah nama menjadi Kota Bogor. Pada fase ini mengalami alih fungsi lahan dari permukiman menjadi kawasan perdangan dan jasa.

Page 2: Sejarah Perkembangan Kawasan Empang

2Pelestarian Kawasan Empang Bogor

B. Karakteristik Lanskap Sejarah Kawasan Empang

Kawasan Empang sebagai pusat pemerintahan Kampung Baru, yang memiliki pola ruang konsentrik dimana kegiatan pemerintahan berpusat disekitar alun-alun. Hal tersebut memiliki kesamaan dengan konsep pusat kota tradisional Jawa dengan pola tata letak dengan adanya pendopo bupati, masjid, pasar dan penjara menjadi satu komplek yang berpusat pada alun-alun sebagai berikut.

Gambar 1. Peta Pola Tata Letak Elemen Lanskap Pusat Pemerintahan Kampung Baru

Berdasarkan identifikasi sejarah Kawasan Empang terdapat 32 elemen pembentuk lanskap sejarah yang terbagi menjadi 3 zona elemen pembentuk kawasan empang, zona yang menjadi kawasan studi adalah zona 1 atau zona pemerintahan yaitu Alun-alun Empang, Masjid Agung Empang, Pasar Bogor, Kediaman Resmi Bupati Kampung Baru dan Kediaman Resmi Kapiten Arab. Berdasarkan UU Nomor 5 tahun 1992 yang termasuk ke dalam kategori Benda Cagar Budaya adalah Masjid Agung Empang, Kediaman Resmi Bupati Kampung Baru dan Kediaman Resmi Kapiten Arab.

C. Pelestarian KawasanPelestarian kawasan untuk studi kasus Kawasan Empang ini sendiri mengalami

perbedaan tahap rancang bangun berbasis pelestarian, untuk elemen Alun-alun Empang berada di step III yaitu Post Action, sedangkan untuk elemen Masjid Agung Empang berada di step II yaitu Field Action.

Page 3: Sejarah Perkembangan Kawasan Empang

3Pelestarian Kawasan Empang Bogor

Alun-alun EmpangFungsi Alun-alun Empang pada masa pemerintahaan Kerajaan Pajajaran sebagai tempat latihan keprajuritan bagi para laskar Pajajaran, kemudian untuk segala jenis acara yang diadakan oleh pihak keraton maupun diluar keraton. Alun-alun pun sebagai ruang terbuka yang menjadi simbol kekuasaan dan identitas pusat pemerintahan karisidenan Kampung Baru.

Gambar 2. a. Alun-alun Empang tahun 1880 dan b. Tahun 2010

Kondisi Alun-alun Empang saat ini mengalami degradasi, karena adanya penambahan elemen fisik berupa pagar pembatas yang dipasang untuk membatasi keterkaitan fungsi dan hubungan bersejarah antara alun-alun dengan Masjid Agung Empang serta adanya penambahan elemen vegetasi yang tidak sesuai dengan konteks “alun-alun”, hal ini yang mengakibatkan pudarnya nilai budaya dan sejarah dari alun-alun tersebut. Eksistensi Alun-alun Empang sebagai saksi sejarah di Kota Bogor menjadi semakin tenggelam dengan adanya pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar alun-alun, kemungkinan banyak warga Kota Bogor itu sendiri yang tidak tau dengan adanya Alun-alun Empang.

Masjid Agung EmpangMasjid ini merupakan masjid pertama yang dibangun di Buitenzorg pada masa pemerintahan Kampung Baru. Gaya bangunan masjid mendapat pengaruh dari arsitektur kolonial Belanda, sedangkan untuk gaya arsitektur tradisional terlihat dari bentuk atap menara berundak tiga. Masjid Agung Empang ini sudah melalui berberapa kali tahap pemugaran.

Tabel 1. Tahapan Pemugaran Masjid Agung EmpangTahun Tahap Pemugaran1873 Dari mushola kecil menjadi bangunan permanen berupa

pendopo bergaya arsitektur tradisional yang memiliki atap berundak dua tingkat. Kompleks masjid merupakan hasil tanah waqaf para pesyiar agama

1952 Bangunan joglo/pendopo diubah menjadi bangunan yang mendapat pengaruh gaya arsitektur kolonial, tetapi bentuk atap bangunan utama masih bergaya arsitektur jawa dengan bentuk

a b

Page 4: Sejarah Perkembangan Kawasan Empang

4Pelestarian Kawasan Empang Bogor

segitiga, sedangkan atap menara tidak lagi berundak melainkan diganti dengan atap menara tinggi yang memiliki kubah. Pada tahun ini merupakan pemugaran yang terakhir

1952-sekarang Masjid Agung Empang sampai saat ini masih berfungsi sebagai tempat ibadah, hanya saja ada pengecatan ulang masjid

Pada tahun 2007 Masjid Agung Empang ditetapkan menjadi Benda Cagar Budaya (BCB), sehingga pelestarian masjid ini berada di pengawasan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata PemKot Bogor, untuk pengelolaan sehari-hari dilakukan oleh masyarakat setempat yang tergabung falam Yayasan Masjid Agung At Tohirriyah. Sayangnya Pemerintah Kota Bogor tidak begitu meperhatikan BCB ini sehingga ada beberapa bagian bangunan yang rusak tidak segera diperbaiki.

Elemen pembentuk Kawasan Empang lainnya seperti Pasar Bogor dibentuk pada tahun 1777 awalnya menjadi pasar kelontong bagi pedagang cina dan tempat petani menjual hasil bumi kepada Pemerintah Belanda dan sekarang menjadi pasar tradisional pada umumnya dan menjadi semakin padat karena adanya terminal dan PKL yang tidak teratur dengan baik, Kediaman Resmi Bupati Kampung Baru, dahulu berupa pendopo sekarang berubah menjadi rumah tinggal seorang keturunan Arab-Sunda, masih berdiri kokoh hanya saja tidak begitu terawat kediaman ini ditetapkan menjadi BCB Kota Bogor karena sudah berusia lebih dari 200 tahun dan Kediaman Resmi Kapiten Arab menjadi tempat tinggal keturunan keluarga Bajenet, hanya saja pagar rumah ini sering kali menjadi objek vandalisme yang dilakukan oleh masyarakat yang tidak bertanggungjawab, sudah ditetapkan menjadi BCB Kota Bogor.

D. Kesimpulan Alun-alun Empang pada step III post action dimana sudah memiliki interaksi dan

pengaruh ke lingkungan sekitar seperti untuk kegiatan sosial dan ekonomi yang terjadi di kawasan Alun-alun Empang, tetapi cara pelestarian kawasan yang dilakukan tidak sesuai dengan cara menambahkan komponen fisik di alun-alun tersebut. Artinya, pelestarian alun-alun tidak sustainable dan harus di evaluasi lagi di step II field action untuk strategi pelestarian alun-alun yang harus di lakukan adalah revitalisasi karena terjadi degradasi kualitas fisik dan pergeseran fungsi ke arah private space, strategi yang dilakukan untuk mempertahankan keaslian bentuk dan karakter alun-alun adalah memperbaiki infrastruktur alun-alun dengan menghilangkan pagar disekeliling alun-

Page 5: Sejarah Perkembangan Kawasan Empang

5Pelestarian Kawasan Empang Bogor

alun yang berfungsi sebagai pembatas antara masjid dan alun-alun, merelokasi PKL yang berada di sekeliling alun-alun agar dapat “terlihat” eksistensi dari alun-alun tersebut, serta membangkitkan kembali kegiatan masyarakat yang terlebih dahulu dilakukan di alun-alun.

Masjid Agung Empang berada di step II field action sudah mengalami tiga kali tahap pemugaran sehingga implementasi dan pengaplikasian konsep sudah sesuai sebagai tempat menyebarkan agama islam pada zaman dahulu dan sampai sekarang masih berfungsi sebagai tempat ibadah, selanjutnya masuk ke step III post action sudah memiliki integrasi sosial maupun rohani dan memiliki pengaruh ke lingkungan sekitar dan sudah berkelanjutan karena tetap mepertahankan bangunan asal dari masjid tersebut dan mempertahankan fungsi bangunan. Adanya penambahan fungsi dan aktivitas baru antara masjid dan alun-alun guna saling mendukung dan memperkuat karakter sejarah yang telah dibentuk dari beradab-abad yang lalu, serta melakukan peningkatan volume kegiatan rohani dan sosial seperti kegiatan berdakwah yang dipadukan dengan kegiatan kesenian tradisional masyarakat sunda.

Daftar Pustakahttp://kampoengbogor.org/alun-alun-empang-dan-masalah-pelestariannya/http://visitbogor.com/wisata/wisata-sejarah-kampung-arab-empang-bogor.html Assessment Lanskap Sejarah Kawasan Empang untuk Mendukung Perencanaan Tata

Ruang Kota Bogor, Anggraeni Rani, 2010