40
JUMP 1 1. Retraksi dinding dada : penarikan dinding dada ke bagian bawa(agak dalam). Merupakan kompensasi untuk mengeluarkan udara dengan otot-otot bantu. JUMP 2 1. Mengapa anak batuk pilek selama 4 hari pada kasus 1? 2. Bagaimana interpretasi vital sign kasus 1? 3. Jenis obat yang diberikan dokter pada kasus 1? 4. Kneapa anak batuk sejak 2 hari lalu dan berdahak putih pada kasus 2? 5. Kenapa kasus 2 disertai demam naik turun? 6. Bagaimana interpretasi pemeriksaan pada kasus 2? 7. Mengapa anak sulit nafas, lemas, dan retraksi? 8. Mengapa dokter merujuk ke dokter spesial? Apa indikasi nya?perbedaan dengan kasus 1? 9. Tindakan pertama yang dilakukan dokter pada kasus 2? JUMP 3 1. Patofisiologi a. Batuk Batuk adalah pengeluaran sejumlah volume udara secara mendadak dari rongga toraks melalui epiglotis dan mulut. Melalui mekanisme tersebut dihasilkan aliran udara yang sangat cepat yang dapat melontarkan keluar material yang ada di sepanjang saluran respiratorik, terutama saluran yang besar. Dengan demikian batuk mempunyai fungsi penting sebagai salah satu mekanisme

SEKRETARIS MEJA (2)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sekre meja

Citation preview

Page 1: SEKRETARIS MEJA (2)

JUMP 1

1. Retraksi dinding dada : penarikan dinding dada ke bagian bawa(agak dalam).

Merupakan kompensasi untuk mengeluarkan udara dengan otot-otot bantu.

JUMP 2

1. Mengapa anak batuk pilek selama 4 hari pada kasus 1?

2. Bagaimana interpretasi vital sign kasus 1?

3. Jenis obat yang diberikan dokter pada kasus 1?

4. Kneapa anak batuk sejak 2 hari lalu dan berdahak putih pada kasus 2?

5. Kenapa kasus 2 disertai demam naik turun?

6. Bagaimana interpretasi pemeriksaan pada kasus 2?

7. Mengapa anak sulit nafas, lemas, dan retraksi?

8. Mengapa dokter merujuk ke dokter spesial? Apa indikasi nya?perbedaan dengan

kasus 1?

9. Tindakan pertama yang dilakukan dokter pada kasus 2?

JUMP 3

1. Patofisiologi

a. Batuk

Batuk adalah pengeluaran sejumlah volume udara secara mendadak dari rongga

toraks melalui epiglotis dan mulut. Melalui mekanisme tersebut dihasilkan aliran

udara yang sangat cepat yang dapat melontarkan keluar material yang ada di

sepanjang saluran respiratorik, terutama saluran yang besar. Dengan demikian

batuk mempunyai fungsi penting sebagai salah satu mekanisme utama pertahanan

respiratorik. Mekanisme lain yang bekerja sama dengan batuk adalah bersihan

mukosilier (mucociliary clearance). Batuk akan mencegah aspirasimakanan padat

atau cair dan berbagai benda asing lain dari luar.

Selain sebagai mekanisme pertahanan respiratorik, batuk juga dapat berfungsi

sebagai ‘alarm’ yang memberitahu adanya gangguan pada sistem respiratorik atau

sistem organ lainnya yang terkait.

Mekanisme Batuk

Page 2: SEKRETARIS MEJA (2)

Batuk akan terbangkitkan bila ada rangsangan pada reseptor batuk yang

melalui saraf aferen akan meneruskan impuls ke pusat batuk tersebar difus ke

medula. Dari pusat batuk melalui daraf eferen impuls dietruskan ke efektor batuk

yaitu berbagai otot respiratorik. Reseptor batuk terletak dalam epitel respiratorik ,

tersebar di seluruh saluran respiratorik, dan sebagian kecil berada di luar saluran

respiratorik misalnya di gaster. Lokasi utama reseptor batuk dijumpai pada faring,

laring, trakea, karina, dan bronkus mayor. Lokasi reseptor lainnya adalah cabang

bronkus, liang telinga tengah, pleura, dan gaster. Ujung saraf aferen batuk tidak

ditemukan di bronkiolus respiratorik ke arah distal. Berarti parenkim paru tidak

mempunyai reseptor batuk. Reseptor ini dapat terangsang secara mekanis (sekret,

tekanan), kimiawi, atau secara termal (udara dingin).

Tahap terjadinya batuk

1) Fase Inspirasi

Diinisiasi oleh inspirasi dalam (1,5—2 x volume tidal)à mendilatasikan saluran

pernafasan secara maksimal.

2) Fase Kompresi

Penutupan laring à kontraksi otot interkostal & muskulatur abdomen à

meningkatkan tek.intrathorakal (100-200 cmH2O).

3) Fase Ekspresif

Glottis terbuka à 80% saluran pernafasan kolaps à meningkatkan kecepatan

linear udara yg diekshalasi à aliran udara kecepatan tinggi (2.500 cm/detik).

4) Fase Relaksasi

Menurunnya tek.intrathorakal yg berkaitan dg relaksasi otot interkostal &

abdominal serta bronkhodilatasi temporer

Patofisiologi batuk berdahak

Benda asing akan mengiritasi saluran nafas dan menyebabkan sel epitel pada

saluran nafas memproduksi mucus yang berlebihan (hipersekresi). Silia pada

epitel bergetar ke arah faring, sehingga mucus dan benda asing yang ditangkapnya

akan digerakkan dari trakea menuju faring yang kemudian dimobilisasikan ke

laring dan terjerat dalam mucus dan keluar sebagai reflex batuk berdahak.

b. Pilek

Page 3: SEKRETARIS MEJA (2)

Apabila terdapat benda asing atau allergen yang masuk akan berikatan dengan IgE

dan menyebabkan degranulasi sel mast dan basofil yang akan memicu histamine.

Histamine ini akan menyebabkan sel goblet dan kelenjar mukosa menjadi

hipersekresi dan akan meningkatkan permebilitas kapiler. Produksi mucus akan

meningkat dan menyebabkan pilek.

c. Demam

Patofisiologi Demam

Demam ter jadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen.

Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu

pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari

pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau

mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin

lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen

adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh

pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN.

Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan

limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika

terstimulasi Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah put ih

(monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin,

mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan

mengeluarkan zat kimiayang dikenal dengan pirogen endogen(IL-1, IL-6, TNF-α,

dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endotelium

hipotalamus untuk membentuk. Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan

meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus

akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru

sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara

lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai

selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan

pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke

patokan yang baru tersebut

Tipe demam:

Page 4: SEKRETARIS MEJA (2)

1) Demam septik

Apabila suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam

hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari sering disertai

menggigil dan berkeringat.

2) Demam remiten

Apabila suhu badan dapat turun tiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu

badan normal. Perbedaan suhu tidak sebesar demam septik.

3) Demam intermiten

Apabila suhu badan turun ke tingkat normal selama beberapa jam dalam 1

hari.

4) Demam kontinyu

Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari 1oC.

5) Demam siklik

Apabila terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari, diikuti periode

bebas demam untuk bebrapa hari, diikuti kenaikan suhu seperti semula.

Page 5: SEKRETARIS MEJA (2)
Page 6: SEKRETARIS MEJA (2)
Page 7: SEKRETARIS MEJA (2)
Page 8: SEKRETARIS MEJA (2)
Page 9: SEKRETARIS MEJA (2)

Penatalaksanaan demam tergantung dari apakah demam itu tinggi atau rendah.

Demam tidak tinggi (<38,5oC) Demam tinggi (≥38,5o C)

-nasihati ibu agar memberi cairan lebih

banyak

- berilah paracetamol

-basihati ibu agar memberi cairan lebih

banyak

d. Sesak nafas

Dahak/mucus yang terbentuk akan menghambat masuknya saluran nafas sehingga

menghambat masuknya oksigen da keluarnya karbon dioksida. Sehingga terjadi

gangguan aliran udara di saluran pernafasan.

e. Retraksi dinding dada

1) Pada pneumonia yang disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan

Staphylococcus aureus akan terjadi peradangan pada pleura dan menimbulkan

rasa nyeri. Rasa nyeri ini akan membatasi gerakan dinding dada selama inspirasi,

sehingga tampak retraksi pada dinding dada.

2) saluran napas bagian atas (trakea) atau saluran udara kecil paru-paru

(bronkiolus) sebagian diblok. Akibatnya, otot-otot interkostal yang tersedot ke

dalam, di antara tulang rusuk, ketika bernapas. Ini adalah tanda obstruksi jalan

napas. Setiap penyakit atau kondisi yang menyebabkan penyumbatan pada

saluran udara akan menyebabkan retraksi interkostal.

Biasanya terjadi pada

a. Anaphylaxis

b. Asthma

c. Bronchiolitis

d. Croup

e. Epiglottitis

Page 10: SEKRETARIS MEJA (2)

f. Foreign body in the windpipe (See: Foreign object aspiration or ingestion)

g. Pneumonia

h. Respiratory distress syndrome

i. Retropharyngeal abscess

3) Retraksi dinding dada dapat terjadi pada beberapa area dinding dada dan

merupakan suatu tanda dari peningkatan penggunaan otot pernafasan. Biasanya

pasien terlihat sulit bernapas, semakin sulit bernafas maka semakin meningkat

area dada yang mengalami retraksi. Berikut klasifikasi retraksi dinding dada:

a) Mild difficulty. Retraksi terjadi pada daerah perut yaitu daerah subcostal dan

substernal

b) Moderate difficulty. Sama seperti mild tetapi ditambah adanya retraksi pada

daerah intercostals

c) Severe difficulty. Sama seperti moderate tetapi ditambah pada daerah leher,

yaitu pada daerah supraclavicula dan supresternal

2. Interpretasi vital sign kasus 1 dan kasus 2

a. Denyut Nadi

Umur

Laju (denyut /menit)

Istirahat

(bangun)Istirahat (tidur) Aktif/demam

Baru lahir 100-180 80-160 Sampai 220

1minggu-3bulan 100-220 80-200 Sampai 220

3bulan-2tahun 80-150 70-120 Sampai 200

2tahun-10tahun 70-110 60-90 Sampai 200

>10tahun 55-90 50-90 Sampai 200

Page 11: SEKRETARIS MEJA (2)

b.

Pada kasus pertama denyut pasien umur 2,5 tahun 110x/menit hal tersebut berarti

normal.Pada kasus kedua pasien berumur 3 tahun dengan denyut nadi 120x/menit

berarti ini berarti pasien kasus kedua mengalami kenaikan denyut nadi(takikardi).

c. Pernafasan

KRITERIA NAFAS CEPAT BERDASARKAN UMUR

Frekuensi pernapasan (hitung napas selama 1 menit ketika anak tenang)Napas Cepat : Umur < 2 bulan : ≥ 60 kali

Umur 2-11 bulan : ≥ 50 kaliUmur 1-5 tahun : ≥ 40 kaliUmur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali

Pada kasus pertama pernafasan pasien yang berumur 2,5 tahun 32 x/menit berarti

normal, sedangkan untuk kasus kedua pasien berumur 3 tahun dengan pernafasan

52x/ menit berarti termasuk nafas cepat

d. Suhu

Normal                    : 36,6oC - 37,2 oC

Sub Febris               : 37 oC - 38 oC

Febris                      : 38 oC - 40 oC

Hiperpireksis          : 40 oC - 42 oC

Hipotermi                : Kurang dari 36 oC

Hipertermi              :  Lebih dari 40 oC

Pada kasus pertama dan kedua suhu tubuh pasien berada pada kategori febris

3. Diagnosis banding kasus 1 dan kasus 2

Page 12: SEKRETARIS MEJA (2)

1)

4. Indikasi dirujuk

Batuk

Tanda bahaya umum:

Tanyakan:

Apakah anak bisa minum/menyusu?

Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?

Apakah anak menderita kejang?

Lihat:

Apakah anak tampak letargis atau tidak sadar?

Seorang anak dengan tanda bahaya umum memerlukan penanganan SEGERA,

selesaikan penilaian ini dan lakukan penanganan segera, sehingga rujukan tidak

terlambat.

Tanyakan keluhan utama:

Apakah anak menderita batuk atau susah bernapas?

Jika ya, Tanyakan :

Berapa lama?

Lihat dan dengar (anak harus dalam keadaan tenang):

Hitung napas dalam 1 menit.

Perhatikan, adakah tarikan dinding dada ke dalam.

Dengar adanya stridor

Keterangan

Umur Anak : Napas cepat apabila:

2 bulan - <12 bulan 50 kali atau lebih per menit

12 bulan - <5 tahun 40 kali atau lebih per menit

Page 13: SEKRETARIS MEJA (2)

Gunakan kotak yang sesuai dengan gejala untuk menentukan klasifikasi:

JUMP 4

KASUS 1

Batuk dan demam infeksi, tanpa gejala lokal Diagnosis banding tatalaksana

RR normal

KASUS 2

Batuk dengan dahak putih Demam

Nafas cepat pneumonia berat dan diagnosis lain

Page 14: SEKRETARIS MEJA (2)

Retraksi

Tanda kuning

Dirujuk ke dokter spesialis

JUMP 5

1. Diagnosis Banding

JUMP 6 mengumpulkan informasi baru

JUMP 7 melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru yang diperoleh

a. Kasus I

1) Common cold

Keadaan ini sering ditemukan, biasanya akibat infeksi virus yang sembuh

sendiri dan hanya memerlukan perawatan suportif (self limited disease).

Antibiotik tidak perlu diberikan. Wheezing atau stridor dapat terjadi pada

beberapa anak, terutama bayi. Hampir semua gejala tersebut hilang dalam 14 hari.

Bila batuk berlangsung ≥ 3 minggu, bisa disebabkan oleh tuberkulosis, asma,

pertusis atau gejala dari infeksi HIV.

Diagnosis Gejala umum:

-batuk

- pilek

- bernapas lewat mulut

- demam

Tidak ditemukan gejala/tanda di bawah ini:

- Napas cepat

- Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

- Stridor sewaktu anak dalam keadaan tenang

- Tanda bahaya umum

Page 15: SEKRETARIS MEJA (2)

Wheezing dapat muncul pada anak kecil.

Tatalaksana

Anak cukup rawat jalan.

Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk dengan obat yang aman, seperti

minuman hangat manis.

Redakan demam yang tinggi (≥ 390 C) dengan parasetamol, apabila

demam menyebabkan distres pada anak.

Bersihkan sekret/lendir hidung anak dengan lap basah yang dipelintir

menyerupai sumbu, sebelum memberi makan.

Jangan memberi: - Antibiotik (tidak efektif dan tidak mencegah pneumonia)

- Obat yang mengandung atropin, kodein atau derivatnya,

atau alkohol (obat ini mungkin membahayakan)

- Obat tetes hidung.

Tindak lanjut

Anjurkan ibu untuk: • Memberi makan/minum anak

• Memperhatikan dan mengawasi adanya napas cepat atau

kesulitan bernapas dan segera kembali, jika terdapat gejala

tersebut.

• Harus kembali jika keadaan anak makin parah, atau tidak

bisa minum atau menyusu.

Kondisi anak yang disertai wheezing

Wheezing adalah suara pernapasan frekuensi tinggi nyaring yang terdengar di akhir ekspirasi. Hal ini disebabkan penyempitan saluran respiratorik distal. Untuk mendengarkan wheezing, bahkan pada kasus ringan, letakkan telinga di dekat mulut anak dan dengarkan suara napas sewaktu anak tenang, atau menggunakan stetoskop untuk mendengarkan wheezing atau crackles/ ronki. Pada umur dua tahun pertama, wheezing pada umumnya disebabkan oleh infeksi saluran respiratorik akut akibat virus, seperti bronkiolitis atau batuk dan pilek. Setelah umur dua tahun, hampir semua wheezing disebabkan oleh asma (Tabel 10 halaman

Page 16: SEKRETARIS MEJA (2)

97). Kadang-kadang anak dengan pneumonia disertai dengan wheezing. Diagnosis pneumonia harus selalu dipertimbangkan terutama pada umur dua tahun pertama.

Anamnesis : - Sebelumnya pernah terdapat wheezing - Memberi respons terhadap bronkodilator - Diagnosis asma atau terapi asma jangka panjang.

Pemeriksaan : - wheezing pada saat ekspirasi - ekspirasi memanjang - hipersonor pada perkusi - hiperinflasi dada - crackles/ronki pada auskultasi.

Respons terhadap bronkodilator kerja cepat Jika penyebab wheezing tidak jelas, atau jika anak bernapas cepat atau terdapat

tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam selain wheezing,beri bronkodilator kerja cepat dan lakukan penilaian setelah 20 menit. Respons terhadap bronkodilator kerja cepat dapat membantu menentukan diagnosis dan terapi.

Berikan bronkodilator kerja-cepat dengan salah satu cara berikut: • Salbutamol nebulisasi • Salbutamol dengan MDI (metered dose inhaler) dengan spacer • Jika kedua cara tidak tersedia, beri suntikan epinefrin (adrenalin) secara

subkutan.Lihat respons setelah 20 menit. Tanda adanya perbaikan:

• distres pernapasan berkurang (bernapas lebih mudah) • tarikan dinding dada bagian bawah berkurang.

Anak yang masih menunjukkan tanda hipoksia (misalnya: sianosis sentral, tidak bisa minum karena distres pernapasan, tarikan dinding dada bagian bawah sangat dalam) atau bernapas cepat, harus dirawat di rumah sakit.

Page 17: SEKRETARIS MEJA (2)

b. Kasus 2

Page 18: SEKRETARIS MEJA (2)

2) TB

Algoritma tata laksana TB anak di Indonesia

Gejala TB berdasarkan umur

Kelompok umur Bayi Anak Akil balikDemam Sering Jarang Sering Keringat malam Sangat jarang Sangat jarang Jarang

Batuk Sering Sering Sering Batuk produktif Sangat jarang Sangat jarang Sering Hemoptisis Tidak pernah Sangat jarang Sangat jarangDispnu Sering Sangat jarang Sangat jarangRonki basah Sering Jarang Sangat jarangMengi Sering Jarang Jarang Fremitus Sangat jarang Sangat jarang Jarang Perkusi pekak Sangat jarang Sangat jarang Jarang

Page 19: SEKRETARIS MEJA (2)

Suara napas berkurang

sering Sangat jarang Jarang

Panduan obat TB pada anak

Pengobatan TB dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap awal/intensif (2 bulan pertama) dan

sisanya sebagai tahap lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3

macam obat pada fase awal/intensif (2 bulan pertama) dan dilanjutkan dengan 2

macam obat pada fase lanjutan (4 bulan, kecuali pada TB berat). OAT pada anak

diberikan setiap hari, baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan.

Untuk menjamin ketersediaan OAT untuk setiap pasien, OAT disediakan dalam

bentuk paket. Satu paket dibuat untuk satu pasien untuk satu masa pengobatan. Paket

OAT anak berisi obat untuk tahap intensif, yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H),

Pirazinamid (Z); sedangkan untuk tahap lanjutan, yaitu Rifampisin (R) dan Isoniasid

(H).

Dosis

INH: 5-15 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300 mg/hari

Rifampisin: 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari

Page 20: SEKRETARIS MEJA (2)

Pirazinamid: 15-30 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2 000 mg/hari

Etambutol: 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 250 mg/hari

Streptomisin: 15–40 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 000 mg/hari

Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan yang relatif lama

dengan jumlah obat yang banyak, paduan OAT disediakan dalam bentuk Kombinasi

Dosis Tetap = KDT (Fixed Dose Combination = FDC). Tablet KDT untuk anak

tersedia dalam 2 macam tablet, yaitu:

Tablet RHZ yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin), H

(Isoniazid) dan Z (Pirazinamid) yang digunakan pada tahap intensif.

Tablet RH yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin) dan H

(Isoniazid) yang digunakan pada tahap lanjutan.

Jumlah tablet KDT yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan anak dan

komposisi dari tablet KDT tersebut.

Tabel berikut ini adalah contoh dari dosis KDT yang komposisi tablet RHZ adalah R

= 75 mg, H = 50 mg, Z = 150 mg dan komposisi tablet RH adalah R = 75 mg dan H =

50 mg,

Tabel 14. Dosis KDT (R75/H50/Z150 dan R75/H50) pada anak

BERAT

BADAN (KG)

2 BULAN TIAP

HARI

RHZ

(75/50/150)

4 BULAN

TIAP HARI

RH (75/50)

5-9 1 tablet 1 tablet

10-14 2 tablet 2 tablet

15-19 3 tablet 3 tablet

20-32 4 tablet 4 tablet

Keterangan:

Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg

Page 21: SEKRETARIS MEJA (2)

dirujuk ke rumah sakit

Anak dengan BB ≥ 33 kg , disesuaikan

dengan dosis dewasa

Obat harus diberikan secara utuh, tidak

boleh dibelah

OAT KDT dapat diberikan dengan cara:

ditelan secara utuh atau digerus sesaat

sebelum diminum.

Bila paket KDT belum tersedia, dapat digunakan paket OAT Kombipak Anak.

Dosisnya seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 15a. Dosis OAT Kombipak-fase-awal/intensif pada anak

JENIS

OBAT

BB<10

KG

BB 10-20 KG

(KOMBIPAK)

BB 20-

32 KG

Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg

Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg

Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg

Tabel 15b. Dosis OAT Kombipak-fase-lanjutan pada anak

JENIS

OBAT

BB<10

KG

BB 10-20 KG

(KOMBIPAK)

BB 20-

32 KG

Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg

Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg

Pada keadaan TB berat, baik pulmonal maupun ekstrapulmonal seperti TB milier,

meningitis TB, TB sendi dan tulang, dan lain-lain:

Pada tahap intensif diberikan minimal 4 macam obat (INH, Rifampisin,

Pirazinamid, Etambutol atau Streptomisin).

Pada tahap lanjutan diberikan INH dan Rifampisin selama 10 bulan.

Page 22: SEKRETARIS MEJA (2)

Untuk kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB

endobronkial, meningitis TB dan peritonitis TB diberikan kortikosteroid

(prednison) dengan dosis 1–2 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Lama

pemberian kortikosteroid adalah 2–4 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan

tappering off dalam jangka waktu 2–6 minggu. Tujuan pemberian steroid ini

untuk mengurangi proses inflamasi dan mencegah terjadi perlekatan jaringan.

Perhatian: Hindarkan pemakaian streptomisin pada anak bila memungkinkan, karena

penyuntikan terasa sakit, dapat terjadi kerusakan permanen syaraf pendengaran, dan

terdapat risiko penularan HIV akibat perlakuan yang tidak benar terhadap alat

suntikan.

3) Bronkiolitis akut

Brokiolitis akut adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran napas kecil

(brokiolus), terjadi pada anak berusia kurang dari 2 tahun dengan insidens tertinggi sekitar

usia 6 bulan.

Etiologi

Respiratory syncytial virus (RSV)pada 50% sampai 90% kasus. Selain itu, parainfluenza,

mikroplasma, adenovirus, sangat jarang infeksi primer bakteri.

Patogenesis

Invasi virus menyebabkan obstruksi bronkiolus akibat akumulasi mukus, debris dan edema.

Terjadi resistensi aliran udara pernapasan berbanding terbalik (dengan radius lumen pangkat

empat), baik pada fase inspirasi maupun fase ekspirasi. Terdapat mekanisme klep yaitu

terperangkapnya udara yang menimbulkan overinflasi dada. Pertukaran udara yang terganggu

menyebabkan ventilasi berkurang dan hipoksemia, peningkatan frekuensi napas sebagai

kompensasi. Pada keadaan sangat berat dapat terjadi hiperkapnia. Obstruksi total dan

terserapnya udara dapat menyebabkan atelektasis.

Gangguan respiratorik jangka panjang pasca bronkiolitis dapat timbul berupa batuk berulang,

mengi, dan hiperreaktivitas bronkus, yang cenderung membaik sebelum usia sekolah.

Page 23: SEKRETARIS MEJA (2)

Komplikasi jangka panjang lain yaitu bronkiolitis obliterans dan sindrom paru hiperlusen

unilateral (sindrom swyer-james), sering dihubungkan dengan adenovirus.

Manifestasi Klinis

Biasanya didahului infeksi saluran napas atas dengan batuk pilek, tanpa demam atau hanya

subfebris. Sesak napas makin hebat, disertai napas cepat dan dangkal. Terdapat dispnu

dengan expiratory effort, retraksi otot bantu napas, napas cepat dangkal disertai napas cuping

hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut, gelisah, ekspinum memanjang atau mengi; jika

obstruksi hebat suara napas nyaris tak terdengar, ronki basah halus nyaring kadang terdengar

pada akhir atau awal ekspirasi, suara perkusi paru hipersonor.

Pemeriksaan Penunjang

Foto dada AP dan lateral: hiperinflasi paru, diameter anteroposterior membesar pada

foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang terbesar.

Analisis gas darah: hiperkarbia sebagai tanda air trapping, asidosis metabolik, atau

respiratorik.

Pemeriksaan deteksi cepat antigen RSV yang dapat dikerjakan secara bedside.

Penatalaksanaan

Oksigen 1-2 L/menit

IVFD

–          Neonatus: dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 4 : 1, + KCl 1-2 mEq/kgBB/hari

–          Bayi > 1 bulan: dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl10 mEq/500 ml cairan

Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi

Koreksi ganguan asam basa dan elektrolit

Antibiotik sebenarnya tidak diperlukan, tetapi karena sukar dibedakan dengan

pneumonia intertisialis, antibiotik tetap diberikan.

Untuk kasus bronkiolitis community base

Page 24: SEKRETARIS MEJA (2)

–          Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian

–          Kloramfenikol 75mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian

Untuk kasus bronkiolitis hospital base :

–          Sepotaksim 100mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian

–          Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian

Steroid: deksametason 0,5 mg/kgBB inisial, dilanjutkan 0,5 mg/kgBB/hari dibagi 3-4

dosis.

Inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier.

4) Pertusis

Etiologi

Bakteri Bordetella pertussis, batang gram negatif, tumbuhpada suhu kamar, wajib

aerobe, segera mati diluar salurannafas. Bakteri ini menyerang sel-sel epitelium

yangbersilia di bronkus dan menyebabkan infiltrat selular, banyak

secret,hiperplasia jaringan limp, nekrosis sel. Reaksi ini dapat menular kedalam

paru-paru. Sindroma “whooping cough” (batuk paroksismal) yg mirip, namun

lebih ringan, dari Pertussis disebabkan B. parapertussis, Chlamydia trachomatis

Gambaran Klinis

Stadium Kataral: 1-2 minggu

1. Mulai seperti ISPA biasa

2. Febris absen atau ringan,

3. Makin lama makin batuk keras terutama batuk malam

Stadum Paroksisma / Spasmotik 4-6 minggu

1. Batuk berat yg singkat dan rangkaian 5 – 20 batuk tanpa bernafas. Muka bisa

menjadi merah, sianosis & edema, vena-vena leher melebar, mata menonjol &

lidah terjulur

2. Setelah rangkaian batuk tanpa bernafas itu,pasien menarik nafas keras dengan

suara whoop yang melengking tinggi merupai suara burung laut,

3. Kemudian proses tersebut dapat terulang lagi.

4. Proses ini berhenti kalau pasien mengularkan lendir kental atau muntah

muntah.

Page 25: SEKRETARIS MEJA (2)

5. Febris tetap ringan kalau ada.

6. Remaja & dewasa sering tidak bersuara whoop, hanya ada batuk ngikil yang

bertahan lama.

Stadium Konvalesen / Penyembuhan

1. Batuk masih ada, tetapi serangan rangkaian batuk serta whoop makin

berkurang (frekwensi & beratnya)

2. Tidak ada muntah-muntah lagi.

3. Akhirnya batukpun makin berkurang sampai tiada.

Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan labratorium didapatkan leukositosis 20,000-50,000 /UI dengan

limfositosis absolute khas pada akhir stadium kataral dan selama s t ad ium

pa roks i sma l . Pada bay i j umlah l eukos i t t i dak meno long un tuk  diagnosis

oleh karena respon limfositosis juga terjadi pada infeksi lain. Sec re t na so fa r i ng

d ipaka i un tuk membua t diagnosis pertussis. Biakan positif pada stadium

kataral 95-100%, stadium paroksismal 94% pada minggu ke-3 dan menurun

sampai 20% untuk waktu berikutnya. T e s s e r o l o g i b e r g u n a p a d a

s t a d i u m l a n j u t p e n y a k i t d a n u n t u k   menetukan adanya infeksi pada

individu dengan biakan. Cara ELISA dapatdipakai untuk menentukan serum IgM, IgG,

dan IgA terhadap FHA PT. Nilais e r u m I g M F H A d a n P T

m e n g g a m b a r k a n r e s p o n i m u n p r i m e r b a i k   disebabakan penyakit atau

vaksinasi. IgG toksin pertusis merupakan tes yang pa l i ng s ens i t i ve dan spe s i f i k

un tuk menge t ahu i i n f eks i dan t i dak t ampak   setelah pertussis

Tatalaksana

Tujuan terapi adalah membatasi jumlah paroksismal, untuk mengamati keparahan

batuk, memberi bantuan bila perlu, dan memaksimalkan nutrisi, istirahat,dan penyembuhan

tanpa sekuele. Tujuan rawat inap spesifik, terbatas adalah untuk  menilai

kemajuan penyakit dan kemungkinan kejadian yang mengancam jiwa pada  puncak

penyakit, mencegah atau mengobati komplikasi, dan mendidik orang tua padariwayat

alamiah penyakit dan pada perawatan yang akan diberikan di rumah.

Untuk kebanyakan bayi yang tanpa komplikasi, keadaan ini disempurnakan

dalam 48-72 jam

1. A n t i m i k r o b a s e l a l u d i b e r i k a n b i l a p e r t u s s i s

d i c u r i g a i a t a u d ipe rkua t ka r ena kemungk inan manfaa t

Page 26: SEKRETARIS MEJA (2)

k l i n i s dan memba ta s i penyeba ran infeksi. Eritromisin, 40-50

mg/kg/24 jam, secara oral dalam dosis terbagiempat (maksimum 2

g/24 jam) selama 14 hari merupakan pengobatan baku.Beberapa

pakar lebih menyukai preparat estolat tetapi etilsuksinat dan stearat juga

manjur. Penelitian kecil eritromicin etilsuksinat  yang diberikan

dengandosis 50 mg/kg/24 jam dibagi menjadi dua dosis, dengan

dosis 60 mg/kg/24 jam dibagi menjadi tiga dosis, dan eritromicin estolat 

diberikan dengan dosis4 0 m g / k g / 2 4 j a m d i b a g i m e n j a d i d u a

d o s i s  

2. Salbutamol

3. Kortikosteroid

5) Pneumonia

Adalah inflamasi pada jaringan parenkim paru dengan konsolidasi ruang alveolar.

Saluran respiratori bawah dan sekresinya dianggap steril dan merupakan hasil

pembersihan multi komponen. Adanya kontaminasi yang masuk ke saluran respiratori

akan ditangkap oleh mukus yang disekresikan oleh sel goblet, kemudian silia yang

ada di atas lapisan epitell akan membentuk sistem elevator siliar yang membantu

mendorong debris dan sekret sisa hasil cairan inflamasi ke arah tenggorokan, sehingga

kontaminasi benda asing terebut dapat dikeluarkan.

Selain itu, terdapat sistem pertahanan tubuh yang ikutandil yakni sel PMNdari

darah, dan makrofag dari jaringan, akan menelan dan menghancurkan kuman patogen.

Juga terdapat IgA yang disekresikan ke dalam cairan saluran respirasi atas dan akan

melindungi paru dari infeksi serta memfasilitasi pembentukkan zat penetral virus.

Etiologi pneumonia tersering antara lain:

1. Bayi : RSV

2. <5 Tahun : RSV, influenza, Adenovirus

3. >5 tahun : Mycoplasma pneumonia

4. Segala usia : Strepto peneumonia.

Pemeriksaan penunjang

Page 27: SEKRETARIS MEJA (2)

a) Darah Perifer Lengkap

Pada pneumonia virus dan juga pada pneumonia mikoplasma umumnya

ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi, pada

pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar antara

15.000-40.000/mm3dengan predominan PMN. Leukopenia (<5.000/mm3)

menunjukkan prognosis yang buruk. Leukositosis hebat (>30.000/mm3) hampir selalu

menunjukkan adanya infeksi bakteri, sering ditemukan pada keadaan bakteremi, dan

risiko terjadinya komplikasi lebih tinggi. Pada infeksi Chlamydia pneumoniae

kadang-kadang ditemukan eosinofilia. Efusi pleura merupakan cairan eksudat dengan

sel PMN berkisar antara 300-100.000/mm3, protein >2,5g/dl, dan glukosa relatif lebih

rendah daripada glukosa darah. Kadang-kadang terdapat anemia ringan dan laju endap

darah (LED) yang meningkat. Secara umum, hasil pemeriksaan darah perifer lengkap

dan LED tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan infeksi bakteri secara

pasti.

b) C-Reactive Protein (CRP)

C-Reactive Protein adalah suatu protein fase akut yang disintesis oleh

hepatosit. Sebagai respons infeksi atau inflamasi jaringan, produksi CRP secara cepat

distimulasi oleh sitokin, terutama interleukin (IL)-6, IL-1, dan tumor necrosis factor

(TNF). Meskipun fungsi pastinya belum diketahui, CRP sangat mungkin berperan

dalam opsonisasi mikroorganisme atau sel yang rusak.

Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk membedakan

antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri

superfisialis dan profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus dan

dan infeksi bakteri superfisialis daripada infeksi bakteri profunda.

c) Uji Serologis

Uji serologik untuk mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik

mempunyai sensitivitas dan spesifitas rendah. Secara umum, uji serologis tidak terlalu

bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi bakteri tipik. Akan tetapi, untuk deteksi

infeksi bakteri atipik seperti Mikoplasma dan Klamidia, serta beberapa virus seperti

Page 28: SEKRETARIS MEJA (2)

RSV, Sitomegalo, campak, Parainfluenza 1,2,3, Influenza A dan B, dan Adeno,

peningkatan antibodi IGM dan IgG dapat mengkonfirmasi diagnosis.

d) Pemeriksaan Mikrobiologis

Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin

dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di RS. Untuk pemeriksaan

mikrobiologik, spesimen dapat berasal dari usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan

bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru. Diagnosis dikatakan definitif bila

kuman ditemukan dari darah, cairan pleura, atau aspirasi paru.

e) Pemeriksaan Rontgen Toraks

Foto rontgen toraks pada pneumonia ringan tidak rutin dilakukan, hanya

direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat. Kelainan foto rontgen toraks

pada pneumonia tidak selalu berhubungan dengan gambaran klinis. Kadang-kadang

bercak-bercak sudah ditemukan pada gambaran radiologis sebelum timbul gejala

klinis.

Gambaran foto rontgen toraks pneumonia pada anak meliputi infiltrat ringan

pada satu paru hingga konsolidasi luas pada kedua paru. Pada suatu penelitian

ditemukan bahwa lesi pneumonia pada anak terbanyak berada di paru kanan, terutama

di lobus atas. Bila ditemukan di paru kiri, dan terbanyak di lobus bawah, maka hal itu

merupakan prediktor perjalanan penyakit yang lebih berat dengan risiko terjadinya

pleuritis lebih meningkat.

Pengobatan Pneumonia Anak

Pemberian Antibiotik Oral

Beri antibiotik oral pilihan pertama Kotrimoksazol (Trimetropim+Sulfametoksazol)bila

tersedia. Antibiotik pilihan kedua Amoksisilin diberikan apabila obat npilihan pertama

tidak memberikan hasil yang baik.

Umur atau Kotrimoksazol Amoksisilin

Page 29: SEKRETARIS MEJA (2)

Berat

Badan

Beri 2 kali sehari selama 3 hari Beri 2 kali sehari selama

3 hari

Tablet dewasa

80mg

Tmp+400mg

Smz

Tablet

anak

20mg

Tmp+80

mg Smz

Sirup/5ml

40mg

Tmp+200mg

Smz

Kaplet

500mg

Sirup

125

mg/5ml

2<4 bulan

4<6kg

¼ 1 2,5 ml

(0,5 sendok

takar)

¼ 5 ml (1

sendok

takar)

4<12bulan

6<10 kg

½ 2 5 ml

(1 sendok

takar)

½ 10 ml

(2 sendok

takar)

1<3 bulan

10<16 kg

¾ 2,5 7,5 ml

(1,5 sendok

takar)

2/3 12,5 ml

(2,5

sendok

takar)

3<5 tahun

16<19kg

1 3 10ml

(2 sendok

takar)

3/4 15 ml

(3 sendok

takar)