Upload
putusrtj2133
View
179
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
1
KORELASI BESARAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP
KECEPATAN LARI PADA BIDANG MIRING JARAK
20 METER SISWA PUTRA KELAS VIII
SMP NEGERI 6 AMLAPURA
TAHUN PELAJARAN
2010/2011
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang diarahkan
untuk membimbing, mendorong, membina dan mengembangkan kemampuan
jasmani dan rohani serta kesehatan dan kebugaran fisik seseorang sehingga
mampu melaksanakan tugas rumah, sekolah, masyarakat serta untuk dirinya
sendiri dan demi untuk pembangunan bangsa dan negara (Sekretariat Negara,
1997 : 1).
Komponen biomotorik yang penting dalam kebugaran fisik pada
tubuh manusia itu meliputi 10 komponen diantaranya: kekuatan otot,
kecepatan, kelincahan, keseimbangan, kelentukan, ketepatan, koordinasi,
reaksi, daya tahan, dan daya ledak (Nala, 1996 : 47). Dengan dimilikinya
kebugaran fisik yang baik seseorang dapat meningkatkan penampilannya
dengan hasil yang lebih baik pula. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebugaran
fisik seseorang sangat menentukan keberhasilan seorang atlet untuk mencapai
prestasi yang maksimal.
Dalam penelitian ini diadakan pengkajian mengenai hubungan dua
variabel yaitu antara besaran kekuatan otot tungkai (variabel bebas) dan
kecepatan lari pada bidang miring jarak 20 meter (variabel terikat). Kekuatan
otot tungkai sangat berperan dalam berbagai cabang olahraga diantaranya
untuk menetukan lari jarak pendek maupun lari jarak jauh sehingga dapat
mencapai prestasi yang maksimal. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk
mencari hubungan antara kekuatan otot tungkai terhadap kecepatan lari pada bidang miring jarak 20 meter. Dalam hal ini peranan olahraga dalam dunia
pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya untuk
membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani.
Agar prestasi yang maksimal dapat tercapai salah satu unsur dari
kesegaran jasmani, yakni kekuatan otot tungkai mutlak diperlukan yang
nantinya dapat dipergunakan untuk kepentingan ragam permainan maupun
pertandingan dalam berbagai cabang olahraga. Kekuatan otot tungkai sangat
berperan dalam berbagai cabang olahraga, sehingga dapat dikatakan kekuatan
otot tungkai merupakan variabel yang menentukan untuk mencapai prestasi
maksimal. Oleh karena itu diperlukan suatu metode penelitian tentang
kekuatan otot tungkai.
Olahraga sebagai fenomena sosial budaya telah tumbuh dan
berkembang dengan pesatnya dan dapatlah dikatakan bahwa makin maju
orang untuk memelihara keseimbangan hidupnya (Engkos Kosasih, 1993 :
5). Pada kenyataannya ada empat dasar tujuan manusia melakukan aktifitas
olahraga yaitu: pertama, mereka yang melakukan olahraga untuk tujuan
1
2
rekreasi. Kedua, mereka yang melakukan kegiatan olahraga untuk
pendidikan. Ketiga, mereka yang melakukan kegiatan olahraga dengan tujuan
untuk mencapai tingkat kesegaran jasmani tertentu. Keempat, mereka yang
melakukan kegiatan olahraga tertentu untuk mencapai prestasi yang optimal.
Pengertian olahraga menurut keputusan Direktur Jendral Olahraga
nomor : 057/1986 dinyatakan olahraga adalah kegiatan manusia yang wajar
sesuai dengan kodrat Ilahi untuk mendorong, mengembangkan dan membina
potensi-potensi fisik, mental dan rohaniah manusia demi kebahagiaan dan
kesejahteraan pribadi dan masyarakat (Soegito, 1991 : 4).
Pendidikan jasmani telah mengalami perkembangan dimasyarakat
luas, karena pemerintah telah mencanangkan, memasyarakatkan gerakan
jasmani agar semua lapisan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan
olahraga untuk mencapai kesegaran jasmani yang optimal (Nala, 1996 : 1).
Cabang olahraga atletik merupakan induk kegiatan olahraga, oleh
karena itu ada yang menamakan atletik adalah ibu dari segala cabang
olahraga. Hal ini mempunyai pengertian bahwa semua gerakan dalam setiap
cabang atau kegiatan olahraga banyak dipengharuhi oleh gerakan-gerakan
dasar yang terdapat pada cabang olahraga atletik yakni: jalan, lari, lempar dan
lompat (Depdikbud, 1998 : 3).
Unsur-unsur gerakan olahraga baik dalam cabang atletik maupun
permainan akan meningkatkan kekuatan otot tubuh. Kekuatan otot merupakan
kemampuan untuk menanggung beban yang berat dalam waktu yang singkat.
Kekuatan otot dapat diperoleh dari kontraksi sekelompok otot untuk menerima
beban sewaktu bekerja. Mengembangkan kekuatan otot merupakan salah satu
faktor untuk meningkatkan prestasi, karena kekuatan otot adalah sumber dari
perubahan keadaan. Besarnya kekuatan otot tergantung dari besarnya
penampang otot. Makin besar penampang otot, maka makin besar pula
kekuatannya. Otot yang meningkat kekuatannya, maka makin meningkat pula
batas kemampuannya (Imam Hidayat, 1998 : 38).
Dalam upaya untuk mencari dan meningkatkan atlet-atlet yang
berbakat dan berprestasi, pada kesempatan ini peneliti akan mencoba
melakukan penelitian terhadap kedua variabel tersebut yang nantinya akan
mengarahkan kepada prestasi khususnya dalam cabang atletik seperti nomor
lari, lompat jauh , lompat tinggi, maupun cabang olahraga permainan yang
memerlukan kekuatan otot tungkai.
Berdasarkan pengamatan dilapangan bahwa prestasi siswa dalam
cabang atletik seperti: lari jarak jauh, lari jarak pendek, lari menengah, lompat
jauh, lompat tinggi, maupun cabang olahraga lain yang mempergunakan
kekuatan otot tungkai yang dipertandingkan khususnya di SMP Negeri 6
Amlapura belum mampu mencapai hasil yang optimal baik dalam Porsenijar
tingkat kecamatan maupun kabupaten. Hal ini kemungkinan disebabkan belum
adanya penelitian yang pasti ataupun kurangnya pemahaman serta pembinaan
dari para pembina atau guru olahraga terhadap teknik-teknik berlari yang baik.
Oleh karena itu, penulis tertarik mencoba mengadakan penelitian dengan judul
“Korelasi Besaran Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Kecepatan Lari Pada
Bidang Miring Jarak 20 Meter Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 6
Amlapura Tahun Pelajaran 2010/2011’’.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
’’Apakah ada Korelasi Besaran Kekuatan Otot Tungkai terhadap Kecepatan
Lari pada Bidang Miring jarak 20 meter Siswa putra kelas VIII SMP Negeri 6
Amlapura Tahun Pelajaran 2010/2011?’’.
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian akan berhasil apabila mempunyai tujuan
yang jelas sehubungan dengan hal tersebut diatas, pada umumnya tujuan
penelitian adalah untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji
suatu kebenaran ilmu pengetahuan. Menemukan berarti memperluas dan
menggali lebih dalam apa yang sudah ada, sedangkan menguji kebenaran
dilakukan jika sudah ada (Sutrisno Hadi,1992:3). Berdasarkan latar
belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
’’Untuk mengetahui adanya Korelasi besaran kekuatan otot tungkai
tehadap kecepatan lari pada bidang miring jarak 20 meter siswa putra
kelas VIII SMP Negeri 6 Amlapura tahun Pelajaran 2010/2011’’.
1.2.3 Kegunaan Penelitian
Apabila penelitian ini mempunyai hubungan maka
penelitian ini berguna sebagai berikut:
1.3.2.1 Kegunaan Teoritis
1.3.2.1.1 Memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan
dan pendidikan olahraga, khususnya dalam cabang
olahraga yang menggunakan kekuatan otot tungkai
1.3.2.1.2 Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi
kepada pelatih, pembina, guru olahraga dan atlet
untuk dapat digunakan sebagai landasan dalam
meningkatkan prestasi.
1.3.2.1.3 Diharapkan dapat berguna sebagai pedoman bagi
siswa dan Pembina atlet. Khususnya dalam rangka
meningkatkan kekuatan otot tungkai.
1.3.2.2 Kegunaan Praktis
1.3.2.2.1 Dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
diharapkan dapat dipergunakan sebagai dalam
membina atlet yang menekuni cabang olahraga yang
mempergunakan kekuatan otot tungkai untuk
mencapai prestasi yang optimal.
1.3.2.2.2 Untuk melengkapi kebutuhan perpustakaan di IKIP
PGRI Bali yang nantinya dapat dipakai sebagai
literatur bagi mahasiswa yang berkepentingan.
1.4 Ruang Lingkup Masalah Karena keterbatasan biaya, tenaga, waktu serta kemampuan yang
dimiliki peneliti, maka ruang lingkup ini hanya terbatas pada hal-hal sebagai
berikut:
1.4.1 Objek penelitian
4
Objek penelitian ini hanya terbatas pada korelasi besaran
kekuatan otot tungkai terhadap kecepatan lari pada bidang miring jarak
20 meter siswa putra kelas VIII SMP Negeri 6 Amlapura Tahun
Pelajaran 2010/2011.
1.4.2 Subjek penelitian
Adapun subjek penelitian yang digunakan sebagai populasi
dalam penelitian ini berkaitan erat dengan objek penelitian adalah
siswa putra kelas VIII SMP Negeri 6 Amlapura tahun pelajaran
2010/2011, yang jumlah keseluruhannya 48 orang.
1.4.3 Data Penelitian
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah analisis
besaran kekuatan otot tungkai dan kecepatan lari pada bidang miring
jarak 20 meter, yang diukur adalah berapa besaran kekuatan otot
tungkai masing-masing siswa dengan menggunakan alat yang disebut
Leg Dinamometer. Kemudian barulah mengukur berapa kecepatan lari
pada bidang miring jarak 20 meter dengan menggunakan alat
stopwatch dengan satuan detik.
1.5 Hipotesis
Istilah hipotesis diartikan dugaan sementara seorang peneliti
sebelum penelitian dilakukan dilapangan (Sutrisno Hadi, 1994:14). Dugaan itu
mungkin benar atau mungkin juga salah. Hal ini akan ditolak jika salah atau
palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan. Penolakan dan
penerimaan hipotesis sangat tergantung kepada hasil penelitian terhadap fakta-
fakta yang terkumpul (Sutrisno Hadi, 1990 : 63 )
Lebih lanjut dikatakan bahwa hipotesis dibedakan menjadi
hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nol (Ho) selalu
menyatakan tidak ada hubungan dan karena itu biasanya dinyatakan dengan
kalimat pernyataan negatif, sebaliknya hipotesis alternatif (Ha) selalu
menyatakan ada hubungan dan dinyatakan dalam kalimat pernyataan positif
(Sutrisno Hadi, 1992 : 64).
Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maka dapat disampaikan
hipotesis sebagai pegangan penulis untuk melakukan penelitian di lapangan.
Adapun hipotesis yang diajukan adalah hipotesis alternatif yang bunyinya
sebagai berikut: ada korelasi positif antara besaran kekuatan otot tungkai
terhadap lari pada bidang miring jarak 20 meter siswa putra kelas VIII SMP
Negeri 6 Amlapura tahun pelajaran 2010/2011.
1.6 Penegasan Beberapa Istilah
Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam menyimak dan
menafsirkan arti serta maksud dari istilah-istilah yang dipergunakan dalam
penulisan ini, maka akan diuraikan secara singkat satu-persatu maksud dari
istilah tersebut:
1.6.1 Besaran
Adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan
angka dan satuan. Satuan yaitu ukuran dari suatu besaran. Nilai suatu
besaran dapat diketahui melalui kegiatan pengukuran, pengukuran
berarti membandingkan besaran yang diukur dengan besaran sejenis
yang ditetapkan sebagai satuan.
1.6.2 Kekuatan
5
Adalah berkontraksinya otot seseorang untuk membangkitkan
tegangan dalam menerima beban pada saat bekerja. Kekuatan adalah
kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu
tahanan (Harsono, 1997 : 29). Kekuatan adalah kemampuan otot tubuh
untuk melakukan kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima
beban sewaktu melakukan aktivitas (Nala, 2002 : 6). Kekuatan otot
adalah kemampuan dari otot untuk mengatasi tahanan atau beban
dalam menjalankan aktivitas dan merupakan suatu fondamen penting
untuk mencapai prestasi yang maksimal dan mempermudah
mempelajari tehknik serta untuk mencegah terjadinya cedera (Suharno,
1998 : 21).
1.6.3 Kecepatan
Adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang
sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya
(Harsono,1996 : 216). Kecepatan adalah kemampuan untuk
mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta
berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Nala,
2002 : 9). Ada juga yang berpendapat bahwa kecepatan adalah
kemampuan seseorang untuk mengejar gerakan-gerakan yang
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya (Sajoto, 1990 : 17). Maka dengan pendapat-
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam peningkatan otot
tungkai, kecepatan sangatlah menunjang bagi para atlet untuk
meningkatkan prestasi yang maksimal. Dalam hal ini kecepatan sangat
diperlukan terutama dalam kecepatan langkah lari yaitu dalam gerakan
lari pada bidang miring.
1.6.4 lari pada bidang miring
Lari adalah melangkahkan kaki tungkai dengan irama yang
tepat (Poerdaminta,1990:170) Lari pada bidang miring adalah
melangkahkan kaki tungkai dengan irama yang tepat secara cepat pada
bidang miring (Kamus istilah olahraga,1991:89). Gerakan-gerakan lari
pada bidang miringdengan lari pada naik, badan condong kedepan,
gerak kaki control dengan berat badan masing-masing supaya
keseimbangan dan koordinasi mampu bergerak tepat untuk
mendapatkan kekuatan otot tungkai yang baik.
1.6.5 Korelasi
Korelasi berarti hubungan timbal-balik atau sebab akibat
(Poerwadarminta, 1995 : 56). Ada yang berpendapat lain bahwa
korelasi adalah suatu alat statistik yang dapat digunakan untuk
membandingkan hasil pengukuran dari variabel yang berbeda agar
dapat menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel lain
(Arikunto, 2002 : 239). Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa korelasi adalah suatu alat atau cara yang digunakan untuk
mencari hubungan antara dua variabel yaitu dalam hal ini variabel
besaran kekuatan otot tungkai dan variabel kecepatan lari pada bidang
miring jarak 20 meter.
1.6.6 Otot tungkai
6
Jaringan halus dan kenyal ditubuh manusia dan hewan yang
fungsinya untuk menggerakan organ tubuh urat yang keras
(Poerwadarminta, 1990 : 672). Sedangkan yang dimaksud dengan
tungkai adalah organ tubuh dan ujung jari kaki hingga kepangkal
paha(Poerwadarminta,1990 : 822). Dengan demikian dapat ditegaskan
bahwa otot tungkai adalah jaringan halus dan kenyal yang
menggerakan tungkai. Kekuatan otot tungkai berarti kemampuan tubuh
bergerak ke segala arah dengan mudah dan cepat. Orang yang lincah
mempunyai kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh
dengan cepat waktu sedang bergerak tanpa kehilangan keseimbangan
dan kesadaran akan posisi tubuhnya. Dapat pula diartikan bahwa
kekuatan otot tungkai adalah kemampuan mengubah arah dari posisi
diarena tertentu (Sajoto, 1998: 59).
BAB II
LANDASAN TEORI
Didalam pelaksanaan teori ini, digunakan beberapa teori yang relefan
sebagai penunjang, sehingga nantinya menghasilkan penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Adapun landasan teori tersebut adalah:
2.1 Umum
2.1.1 Korelasi
Korelasi sebenarnya merupakan hubungan antara dua variabel
pada satu situasi atau sekelompok subyek. Hal ini dilakukan untuk
melihat hubungan antara suatu variabel dengan variabel yang lain,
sesuai dengan pernyataan ’’teknik statistik yang digunakan untuk
mencari hubungan antara dua variabel yang searah bukan terbalik
antara variabel x dan variabel y ialah Korelasi’’ (Drs. Maman
Abdurahman, M.Pd, 2007 : 19). Ada juga yang berpendapat bahwa
Korelasi adalah hubungan timbal-balik dua buah gejala dikatakan
mempunyai korelasi adalah apabila setiap perubahan pada gejala yang
satu lebih diikuti dengan perubahan pada gejala yang lain, dimana
masing-masing perubahan tersebut terjadi secara proposional.
Sebaliknya dua buah gejala tidak mempunyai korelasi adalah apabila
perubahan pada gejala yang satu tidak selamanya diikuti denagan
perubahan pada gejala yang lain (Netra, 1996 : 116).
Korelasi berarti hubungan timbal- balik suatu gejala dikatakan
mempunyai korelasi bila setiap perubahan pada gejala yang satu selalu
diikuti dengan perubahan pada gejala yang lain ( Memes, 1997 : 27).
Korelasi berarti hubungan timbal- balik atau sebab akibat
(Poerwadarminta, 1995 : 56). Ada yang berpendapat lain bahwa
Korelasi adalah suatu alat statistik yang dapat digunakan untuk
membandingkan hasil pengukuran dari variabel yang berbeda agar
dapat menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel yang lain
(Arikunto, 2002 : 239).
2.1.2 Kekuatan otot tungkai
Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk membangkitkan
tegangan terhadap suatu tahanan dimana kekuatan itu adalah antara
12
7
kontruksi otot secara maksimal sesuai dengan kebutuhan gerak yang
digunakan, meskipun banyak aktivitas olahraga memerlukan kelincahan
atau kekuatan, kelentukan kecepatan dari otot itu ( Redhana Wiratha,
1995 : 25). Kekuatan adalah komponem kondisi fisik seseorang tentang
kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban
suatu pekerjaan (Sajoto, 1990 : 16). Tungkai adalah kaki(seluruh kaki,
dari pangkal paha kebawah) (Poerwadarminta, 1990 : 1107). Kekuatan
tungkai adalah kemampuan dalam menggunakan otot-otot kaki untuk
menerima beban.
Otot-otot yang terbina dengan baik atau sempurna sekaligus
melaksanakan olahraga yang teratur dapat meningkatkan kesegaran
lasmani dan mental (Siregar M, 1997 : 35). Semua otot harus kuat agar
dapat melakukan tugasnya dengan baik (Nala, 1992 : 3). Besarnya
kekuatan otot tergantung dari besarnya penampang otot. Makin besar
penampang otot, maka makin besar pula kekuatannya. Otot yang
meningkat kekuatannya, maka makin meningkat pula batas
kemampuannya (Imam Hidayat, 1998 : 38).
Kekuatan otot tungkai dipengharuhi oleh 3 hal yauitu: potensi
otot, pemanfaatan potensi otot, dan teknik (Bompa, 1994). Potensi otot
adalah jumlah kekuatan yang ditampilkan oleh seluruh otot dalam satu
kali kerja, artinya dalam setiap kelompok otot sebenarnya terdiri atas
beberapa serabut otot, tetapi bagi yang kurang terlatih tidak semua
serabut otot yang ada ikut aktif bekerja. Dlam menampilkan kekuatan,
sebenarnya potensi otot dapat mengangkat 2,53 kali lebih tinggi dari
yang sebenarnya mampu diangkat. Pemanfaatan potensi otot adalah
kemampuan memanfaatkan potensi otot untuk terlibat dalam suatu kerja
secara serentak, dari pusat sampai pada ujung-ujung serabut otot.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengharuhi kekuatan otot tungkai
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengharuhi kekuatan
otot tungkai adalah termasuk biomekanika, sistem pengungkit, ukuran
otot, jenis kelamin dan faktor umur/usia (M. Sajoto,1990 : 58-59).
Faktor fisiologis yang dapat mempengharuhi kekuatan otot adalah
faktor usia, karena tingkat testosterone menurun pada usia lanjut,
kebanyakan ahli fisiologis menganggap warga negara yang usia lanjut
dibatasi oleh perubahan neurogenic. Namun penelitian terhadap orang
yang sangat tua telah menunjukan bahwa latihan hambatan dapat
meningkatkan tenaga, massa otot, mobilitas (Fiatarone et al, 1998),
jenis kelamin dan suhu (Dangsina Moeloek, 1992 : 6). Walaupun
latihan tentu saja merupakan cara yang terbaik untuk memantapkan
kualitas daya tahan/kekuatan otot. Terdapat hal lain dapat dilakukan
dengan sesuatu sederhana yaitu dengan pemilihan makanan. Pada tahun
1993, peneliti dari Skandinavia (Christensen dan Hansen : 1993)
melaporkan peningkatan yang mengagumkan pada subyek yang diberi
makanan karbohidrat tinggi. Performa kekuatan itit yang baik selalu
dicapai dengan makanan berkarbohidrat tinggi, performa rata-rata
dengan tipikal makanan campuran dan performa yang buruk dengan
makanan yang berkarbohidrat rendah (lemak dan protein tinggi).
8
Seseorang yang cerdik mengkonsumsi makanan berkarbohidrat
tinggi yang baik untuk kebugaran, penampilan dan kesehatan. Makanan
tersebut terdiri dari 25% total kalori dari lemak, 15% dari protein, 60%
dari karbohidrat. Adapun faktor-faktor lain yang menentukan baik atau
tidaknya kekuatan seseorang diantaranya tergantung pada:
a. Besar kecilnya fibril atau froses hypertopy dan tergantung
pula pada banyaknya fibril yang ikut serta dalam melawan
beban, serta tonus otot.
b. Bentuk rangka tubuh, makin besar rangka tubuh maka
makin baik kekuatan yang dimiliki.
c. Faktor umur juga ikut menentukan kekuatan otot tersebut,
bagi seseorang yang usianya tua makin lemah juga
kekuatannya.
d. Psikis luar maupun dari dalam.
2.1.4 Lari pada bidang miring
Lari adalah melangkahkan kaki tungkai dengan irama yang
tepat (Poerdaminta, 1990 : 170) Lari pada bidang miring adalah
melangkahkan kaki tungkai dengan irama yang tepat secara naik pada
bidang miring (Kamus istilah olahraga, 1991 : 33). Jadi yang dimaksud
dengan lari pada bidang miring adalah suatu aktivitas lari yang
dilakukan dengan irama naik pada bidang miring yang telah ditentukan
dalam penelitian ini.
2.2 Khusus Untuk mengetahui adanya korelasi besaran kekuatan otot tungkai
terhadap kecepatan lari pada bidang miring jarak 20 meter siswa putra kelas
VIII SMP Negeri 6 Amlapura tahun pelajaran 2010/2011, maka perlu
diadakan penelitian secara ilmiah dengan data yang akurat untuk bisa dipakai
acuan dalam mengevaluasi suatu masalah pada cabang nomor lari baik lari
jarak pendek, menengah, jauh dan lari maraton, serta pada lompat tinggi,
lompat jauh dan semua cabang olahraga yang memerlukan kekuatan otot
tungkai untuk kelangsungan pembinaan dimasa depan.
Dalam penelitian ini hanya dibahas apakah ada pengaruh korelasi
besaran kekuatan otot tungkai terhadap kecepatan lari pada bidang miring
jarak 20 meter siswa putra kelas VIII SMP Negeri 6 Amlapura tahun
pelajaran 2010/2011. Berikut ini penjelasan secara rinci pelaksanaan
penelitian lari pada bidang miring jarak 20 meter dari awal sampai akhir
penelitian:
2.2.1 Peneliti menjelaskan tentang teknik dan cara pelaksanaan penelitian
serta langsung memberikan contoh gerakan yang dimaksud.
2.2.2 siswa melaksanakan kegiatan penelitian sesuai dengan penjelasan dan
contoh yang diberikan.
2.2.3 Siswa dipanggil satu persatu untuk melakukan kegiatan
2.2.4 Sikap permulaan siswa disuruh berdiri tegak pada garis start yang telah
ditentukan dalam penelitian.
2.2.5 Pada aba-aba ’’bersedia’’ siswa disuruh mengambil sikap start berdiri
dengan konsentrasi penuh kedepan.
2.2.6 Setelah ada aba-aba ’’Ya’’ siswa disuruh melakukan lari pada bidang
miring yang telah ditentukan dalam penelitian ini.
9
2.2.7 Untuk memudahkan dalam kepengawasannya maka mekanisme
penelitian ini dilaksanakan secara bergantian.
2.2.8 Setelah diadakannya suatu penelitian, peneliti mencoba memaparkan
apa yang telah tercapai atau mengumumkan hasil akhir.
Adapun faktor-faktor yang mempengharuhi kecepatan menurut
Dangsina Moeloek adalah:
a. Kelentukan
Kurangnya kelentukan pada daerah pinggul dan tungkai atas akan
mengurangi kecepatan lari, karena hal tersebut meningkatkan
tahanan yang dibuat otot antagonis.
b. Tipe tubuh
Mempunyai tubuh yang langsing dan kuat pasti akan memudahkan
untuk berlari dengan cepat ketimbang mempunyai tubuh berlemak
atau penderita obesitas. Hal ini akan sangat mempengharuhi
kecepatan gerak lari pada jarak 20 meter.
c. Usia/Umur
Peningkatan kecepatan sesuai dengan bertambahnya usia sangat
berpengaruh, rata-rata mencapai puncak pada usia 13-21 tahun.
Keadaan ini dapat bertahan 3-4 tahun dan kemudian menurun,
penurunan ini bisa terjadi lebih cepat jika tidak melakukan latihan.
d. Jenis kelamin
Berdasarkan penelitian dijepang, jenis kelamin laki-laki lebih
dominan memiliki kecepatan yang lebih besar daripada perempuan,
setelah mencapai pubertas (Denpost, 2010 : 7).
e. Posisi berlari
Badan yang condong kedepan saat berlari tentu hasilnya akan jauh
lebih baik dan cepat dibandingkan lari dalam posisi badan tegak,
jadi dalam kecepatan lari jarak 20 meter ini dituntut agar pada saat
lari badan harus lebih condong kedepan agar memudahkan untuk
berlari cepat.
f. Cuaca/Iklim
Faktor yang terpenting disini adalah faktor cuaca, biasanya atlet
ataupun siswa akan jauh lebih konsentrasi atau fokus pada kegiatan
disaat cuaca bersahabat dibandingkan dalam kehujanan, ataupun
dalam teriknya panas matahari. Hal itu akan membuat siswa tidak
nyaman dalam menjalani kegiatan.
g. Faktor kesanggupan anak
Kesanggupan anak dalam melakukan kegiatan sangat besar
pengaruhnya terhadap hasil penelititan, oleh karena itu peneliti
memberikan motivasi selama kegiatan segingga anak tersebut
mempergunakan tenaganya secara maksimal.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu metode studi memiliki
penyelidikan yang dilakukan secara hati-hati, sistematis, memperhatikan berbagai
kreteria untuk memperoleh pemecahan masalah yang tepat. Dengan demikian
10
penelitian merupakan upaya yang dilakukan secara sadar untuk mengetahui,
mempelajari, menjelaskan, suatu masalah yang dihadapinya (Gorda 1994: 10)
3.1 Jenis Penelitian
Suatu penelitian dilakukan karena adanya masalah yang harus
dipecahkan, dalam penelitian ini peneliti menggunakan cara atau pendekatan
dan strategi yang mudah dan efektif. Dari rancangan yang efektif akan
menentukan rancangan penelitian yang paling akhir, penggolongan penelitian
dapat dilakukan berdasarkan sifat-sifat masalah yang terjadi. Dan untuk itu
dapat diajukan jenis-jenis penelitian sebagai berikut :
3.1.1 Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen ini mencoba menjawab bagaimana
kedudukan atau hubungan klausal antara variabel-variabel yang diteliti
dengan meneliti langsung terhadap objek penelitian dan mengadakan
kontrol, penelitian eksperimen dapat mengubah teori-teori yang telah
usang, menguji hipotesis dan menemukan hubungan kausal yang baru
(Sutrisno Hadi, 1990: 43)
Ciri-ciri penelitian ini adalah:
3.1.1.1 Menurut pengaturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi
eksperimental secara tertib, ketat baik dengan kontrol maupun
manipulasi langsung atau randomisasi.
3.1.1.2 Menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar
3.1.1.3 Adanya kontrol variasi
3.1.1.4 Interval validitas merupakan tujuan utama dan pertimbangan
mengenai eksternal validitas (ISPI, 1991: 47-48)
3.1.2 Penelitian Deskriptif
Fokus penelitian deskriptif adalah pemecahan yang ada
pada masa kini yang dapat menyangkut status suatu objek, kelompok
manusia, suatu sistem pemikiran dan suatu peristiwa. Penelitian ini
bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis, faktual, akurat dan
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungannya antara gejala yang diselidiki
(Sutrisno Hadi, 1990: 40)
Ciri-ciri Penelitian ini adalah:
3.1.2.1 Sifatnya membuat deskripsi umum dalam arti merupakan
akumulasi data dasar dengan cara deskriptif semata.
3.1.2.2 Ruang lingkupnya adalah mencari informasi, mengidentifikasi,
mendapatkan justifikasi (kebenaran), membuat komparasi
(perbandingan) dan evaluasi (ISPI, 1991 : 41)
3.1.2.3 Menentukan kriteria atau kategori untuk mengadakan klasifikasi
data.
3.1.3 Penelitian Historis
Penelitian ini bertujuan untuk merekontruksi masa lampau
secara sistematis dan obyektif, dengan cara mengumpulkan,
mengevaluasi, memverifikasikan, serta menyintesiskan bukti-bukti
untuk menegakkan fakta guna memperoleh kesimpulan yang kuat.
Ciri-ciri penelitian ini adalah:
3.1.3.1 Lebih tergantung pada data yang observasi oleh orang lain dari
pada yang diobservasi oleh peneliti
20
11
3.1.3.2 Pelaksanaanya harus tertib, ketat, sistematis, dan tuntas untuk
menghindari informasi yang tidak layak, tidak reliabel, dan berat
sebelah
3.1.3.3 Berdasarkan informasi yang luas tidak terbatas pada dokumen
yang diterbitkan (ISPI, 1991: 48)
Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, maka jenis
penelitian yang dipergunakan adalah penelitian Deskriptif. Penelitian ini
bertujuan untuk menyelidiki gejala yang sudah ada secara empiris.
3.2 Variabel dan Data Penelitian
3.2.1 Variabel Penelitian
Yang dimaksud dengan variabel adalah, gejala yang menjadi fokus
peneliti untuk diamati, variabel itu sebagai akibat dari sekelompok orang atau
objek yang mempunyai variasi dengan yang lainnya dalam kelompok tersebut
(Husin Umar, 2005: 25).
3.2.1.1 Variabel Bebas
Yang dimaksud dengan variabel bebas adalah, suatu
faktor atau unsur yang dianggap dapat menentukan variabel
yang lainnya. (Poerwardarminta, 1990: 1001) yang dimaksud
dengan variabel bebas dalam penelitian ini adalah Korelasi
besaran kekuatan otot tungkai.
3.2.1.2 Variabel Terikat
Veriabel terikat adalah gejala yang muncul atau berubah
dalam pola yang teratur dan bisa diamati atau berubahnya
variabel lain (Poerwardarminta, 1990: 1001) dalam hal ini yang
dimaksud dengan variabel terikat adalah kecepatan lari pada
bidang miring jarak 20 meter.
3.2.2 Data Penelitian
Yang dimaksud dengan data adalah keterangan yang benar dan
nyata atau bahan nyata yang dapat dijadikan bahan kajian (analisis)
keterampilan. Selanjutnya data diperlukan untuk menjawab masalah-
masalah penelitian, data penelitian dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu :
3.2.2.1 Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang diperoleh langsung dari
subjek yang bersangkutan atau orang yang diteliti atau sumber
pertama. Data ini merupakan data kongkrit yang dihasilkan oleh
sampel penelitian (Chaval, 2004: 123). Data kualitatif
merupakan data yang tidak berbentuk angka yang diperoleh dari
rekaman, pengamatan, wawancara atau bahan tertulis.
3.2.2.2 Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka yang
diperoleh dari penjumlahan atau pengukuran ( Poerwadarminta,
1990: 187 ) Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari
pihak kedua yang merupakan data yang telah dicatat atau
diinventarisasi oleh seorang dan data ini merupakan data hasil
dari sampel penelitian (Husin umar, 2005: 83).
12
Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan maka data yang
dimaksud adalah hasil tes besaran kekuatan otot tungkai dan hasil tes
kecepatan lari pada bidang miring jarak 20 meter.
3.3 Lama, Waktu dan Tempat Penelitian
3.3.1 Lama Penelitian
Penelitian korelasi besaran kekuatan otot tungkai terhadap
kecepatan lari pada bidang miring jarak 20 meter siswa putra kelas VIII
SMP Negeri 6 Amlapura tahun pelajaran 2010/2011 adalah
dilaksanakan selama 2 hari, yakni hari I dilakukan tes pengukuran
besaran kekuatan otot tungkai, sedangkan hari II tes kecepatan lari pada
bidang miring jarak 20 meter.
3.3.2 Waktu Penelitian
Pelaksanaan Korelasi besaran kekuatan otot tungkai terhadap
kecepatan lari pada bidang miring jarak 20 meter siswa putra kelas VIII
SMP Negeri 6 Amlapura tahun Pelajaran 2010/2011, dilaksanakan pada
pagi hari, dengan pertimbangan agar tidak mengganggu proses belajar
mengajar karena siswa semuanya masuk pagi. Sehingga penelitian
dilaksanakan pada pukul 07:00 wita sampai selesai.
3.3.3 Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian hari I dilaksanakan dilapangan sekolah
SMP Negeri 6 Amlapura yaitu dengan cara mengukur berapa besaran
kekuatan otot tungkai siswa sedangkan Pelaksanaan penelitian hari II
dilaksanakan didepan sekolah SMP Negeri 6 Amlapura karena berada
tepat dijalan yang miring Dusun Tinjalas, Desa Seraya Timur,
Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem.
3.4 Metode Penentuan Subjek Penelitian
Dalam menentukan subjek penelitian di bahas mengenai populasi dan sampel.
3.4.1 Populasi
Populasi adalah totalitas semua nilai-nilai yang mungkin hasil
penelitian menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif
dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang
lengkap dan jelas (Sujana, 1995: 5). Populasi adalah sekelompok
individu yang memiliki satu atau lebih karakteristik umumnya yang
menjadi pusat perhatian penelitian (Warsito, 1992: 324). Ada juga yang
mengatakan populasi sebagai seluruh individu yang menjadi subjek
penelitian (Sutrisno Hadi, 1990: 19)
Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung
ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai
karakteristik dari sekelompok individu yang diteliti.
Dalam penelitian ini yang termasuk populasi adalah seluruh
siswa putra kelas VIII SMP Negeri 6 Amlapura tahun pelajaran
2010/2011. Berikut ini data jumlah populasi yang digunakan dalam
penelitian ini.
Tabel 01 : Jumlah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 6 Amlapura tahun
Pelajaran 2010/2011
No Kelas Jumlah
1 VIII A 24 Orang
13
2 VIII B 24 Orang
Jumlah 48 Orang
Sumber: SMP Negeri 6 Amlapura tahun pelajaran 2010/2011
3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti dan
dapat mewakili populasi secara keseluruhan (Sutrisno Hadi, 1990: 70).
Sampel diperoleh dengan cara acak (random) tanpa memandang siapa-
siapa yang akan dipilih atau yang dipergunakan sebagai sampel
penelitian. Dengan demikian yang dimaksud dengan sampel adalah
sejumlah individu yang lebih kecil yang dapat mewakili populasi yang
akan diteliti atau diselidiki. pengambilan sampel sebagai wakil populasi
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan seperti keterbatasan dalam
bidang biaya, waktu dan tenaga. Penelitian terhadap sampel bertujuan
untuk mereduksi subyek penelitian dan mengadakan generalisasi
penelitan yaitu mengadakan penelitian pada sebagian dari populasi.
Adapun teknik yang dipergunakan untuk pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah Populasi studi atau Populasi sampel atau
Populasi total yaitu semua populasi dipergunakan sebagai sampel
karena jumlah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 6 Amlapura tahun
pelajaran 2010/2011 sedikit yakni hanya 48 orang.
3.5 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penelitian dilaksanakan selama 2 hari berturut-
turut yaitu dengan ketentuan sbb:
3.5.1 Tes hari I Untuk korelasi besaran kekuatan otot tungkai terhadap
kecepatan lari pada bidang miring jarak 20 meter siswa putra kelas VIII
SMP Negeri 6 Amlapura tahun pelajaran 2010/2011, penelitian yang
dilakukan pada hari I adalah dengan cara mengukur besaran kekuatan
otot tungkai siswa dengan alat Leg Dinamometer dengan satuan
ukurnya kg/bb.
3.5.2 Tes hari II Pada pertemuan hari kedua ini barulah melakukan tes
kecepatan lari pada bidang miring jarak 20 meter dengan alat ukur
stopwatch dengan satuan menit/detik, yaitu dengan cara dipanggil satu
persatu untuk mengambil langkah start.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah kegiatan yang sangat penting
dalam penelitian. Sebab data tersebut akan diolah pada langkah selanjutnya
sesuai dengan tujuan penelitian yang di inginkan. Jadi dalam pengumpulan
data ini, kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan bahan-bahan yang
tepat untuk disajikan dalam pengumpulan data. Metode pengumpulan data
sebenarnya ada macam-macam seperti kuisioner, tes, wawancara, pengukuran,
dan observasi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.6.1 Metode Tes
Yang dimaksud dengan metode tes adalah sesuatu cara untuk
memperoleh suatu data yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian
tugas yang dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dapat
14
menghasilkan nilai dan nilai-nilai tersebut dapat dibandingkan dengan
suatu standar. Tes sering kali diadakan sebagai alat untuk
mengumpulkan keterangan. Tes adalah suatu alat atau prosudur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana
dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Suharmini, 1995
: 51)
Berdasarkan atas pendapat diatas maka dapatlah dikatakan
metode tes adalah suatu cara untuk mencari data dengan memberikan
tugas pada seluruh sampel yang nantinya akan menghasilkan suatu nilai
dan nilai tersebut dapat dibandingkan dengan nilai yang lain maupun
suatu standar. Tes yang diberikan dalam hal ini adalah tes besaran
kekuatan otot tungkai dan tes kecepatan lari pada bidang miring jarak 20
meter.
3.6.2 Metode Pengukuran
Pengukuran adalah suatu cara untuk mendapatkan data
dengan jalan menentukan jumlah dari pada sesuatu capaian tujuan
(Harahap, 1992: 120). dalam penelitian ini yang diukur adalah berapa
besaran kekuatan otot tungkai dengan alat Leg Dinamometer dengan
satuan ukur kg/bb, baru menentukan kecepatan lari pada bidang miring
jarak 20 meter dengan alat ukur stopwatch dengan satuan ukur
menit/detik.
3.7 Metode Analisis Data
Setelah kegiatan pengumpulan data selesai, maka langkah selanjutnya
dalam suatu penelitian adalah menganalisa data yang telah terkumpul. Untuk
pengolahan data tersebut maka digunakan suatu metode yang disebut metode
pengolahan data. Dalam metodelogi penelitian dibedakan menjadi 3 macam
metode pengolahan data yaitu metode Deskripsi, Metode komperatif, dan
Metode analisis (Sutrisno Hadi, 1990 : 81 ).
Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik. Metode
analisis statistik adalah suatu analisis yang menggunakan rumus-rumus
matematika (Sutrisno Hadi, 1990: 82). Sebab dipergunakannya analisis
statistik karena datanya bersifat kuantitatif atau angka, maka dipergunakan
dalam pengolahan datanya adalah metode analisis statistic, yakni dengan
rumus Korelasi Product Moment yang fomulasi rumusnya sebagai berikut :
r = })().({})().({
))(()(
2222 YYNXXN
YXXYN
Keterangan :
r =Korelasi Product Moment
x = variabel tes besaran kekuatan otot tungkai
y = variabel tes kecepatan lari pada bidang miring jarak 20 meter
N = Jumlah Sampel yang diteliti
= Sigma atau Jumlah
2 = Bilangan konstan (Sutrisno Hadi,1993 : 278)
Taraf signifikansi yang digunakan untuk menguji hipotesis diatas
dengan taraf signifikasni 0,05% dengan derajat kebebasan (N – 2). Apabila
dari nilai t-tes yang didapat dalam penelitian ini adalah lebih besar atau sama
dengan nilai t-tes pada tabel, maka dikatakan ‘’Signifikan’’ Demikian
15
sebaliknya apabila ternyata nilai t-tes yang didapat dalam penelitian ini
adalah lebih kecil dengan nilai t-tes pada tabel, maka dikatakan ‘’Tidak
Signifikan’’.
Adapun langkah-langakh yang dilakukan untuk menganalisa data-
data tersebut dengan cara :
3.7.1 Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat
3.7.2 Membuat Ha dan Ho dalam bentuk statistik
3.7.3 Membuat table penolong untuk menghitung nilai korelasi
(table kerja)
3.7.4 Memasukan data kedalam rumus (dari table penolong)
3.7.5 Menentukan besarnya sumbangan (koofisien
diterminan/koofisien penentu) dari variabel x terhadap
variabel y
3.7.6 Menguji taraf signifikansi dengan rumus t-tes atau t-hitung
3.7.7 Menentukan tingkat kesalahan=0,05 atau 0,01 dengan derajat
bebas (db)=N-2
3.7.8 Menarik kesimpulan
BAB IV
PENYAJIAN HASIL PENELITIAN
4.1 Penyajian Data
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap, sehingga
memudahkan perhitungan dan analisis data, maka data tentang Korelasi
besaran kekuatan otot tungkai terhadap kecepatan lari pada bidang miring
jarak 20 meter siswa putra kelas VIII SMP Negeri 6 Amlapura Tahun
Pelajaran 2010/2011, maka dilakukan tes besaran kekuatan otot tungkai dan
tes kecepatan lari pada bidang miring jarak 20 meter yang hasilnya disusun
dalam bentuk tabel, seperti dalam tabel berikut ini:
Tabel 01 Tabel tabulasi data hasil tes pengukuran besaran kekuatan otot
tungkai dan hasil tes kecepatan lari pada bidang miring jarak 20
meter siswa putra kelas VIII SMP Negeri 6 Amlapura tahun
pelajaran 2010/2011
No Nama Siswa
Hasil tes
kekuatan otot
tungkai
(kg/bb)
Hasil tes
kecepatan lari
pada bidang
miring jarak 20
meter
(detik)
(1) (2) (3) (4)
1 Agus Sugiantara I Ketut 90 4
2 Aridana I Kadek 152 4
3 Dwi Saputra I Wayan Putu 82 5
4 Kanta I Kadek 107 5
5 Lodra I Wayan 104 5
6 Muliastika I Wayan 82 5
7 Patra I Made 104 5
8 Sana Wartika I Ketut 98 4
9 Seriasana I Nyoman 99 5
16
10 Sudarma I Gede 104 5
11 Sugiantara I Komang 62 5
12 Sujana I Ketut 134 4
13 Warjana I Wayan Putu 104 4
14 Wijana Antara I Made 86 5
15 Yasa I Ketut 131 4
16 Yoga I Made 72 5
17 Astika I Wayan 90 4
18 Jana I Gede 102 4
19 Mardika I Gede 96 4
20 Triadnyana I Gede 41 4
21 Suacita I Gede 127 6
22 Sudarsa I Gede 124 5
23 Sudi I Wayan 103 4
24 Ariata I Gede 74 5
25 Agus Warna Wijaya I Gede 89 5
26 Andaka I Made 117 5
27 Astika I Ketut 109 4
28 Budiarsa I Wayan 113 4
29 Darto I Wayan 78 4
30 Febroariana I Gede 112 4
31 Kadir I Komang 128 4
32 Karsa I Kadek 87 4
33 Putu Iwayan 116 5
34 Suarbawa I Wayan 89 4
35 Sudirta I Wayan 89 4
36 Sujana I Gede 78 5
37 Suma I Wayan 139 4
38 Suriada I Ketut 105 5
39 Tana I Kadek 104 5
40 Suarjana I Ketut 71 5
41 Muliasa I Putu 105 4
42 Rastika I Nyoman 95 5
43 Suardana I Komang 71 5
44 Suarjana I Wayan 102 4
45 Suastra I Made 115 4
46 Sudarama I Wayan 90 5
47 Suparwa I Nengah 114 4
48 Susila I Gede 84 5
4.2 Persiapan Perhitungan
Dalam persiapan perhitungan ini akan dibahas petunjuk statistik
yang digunakan dalam analisis data. Persoalan pokok pembicaran dalam
penelitian ini adalah menguji hipotesis yang menyatakan bahwa “ada
korelasi besaran kekuatan otot tungkai terhadap kecepatan lari pada bidang
miring jarak 20 meter siswa putra kelas VIII SMP Negeri 6 Amlapura tahun
pelajaran 2010/2011.
Untuk menguji hipotesis di atas digunakan t-tes yang formulasinya
adalah sebagai berikut :
17
r = })().({})().({
))(()(
2222 YYNXXN
YXXYN
Keterangan :
r =Korelasi Product Moment
x = variabel tes besaran kekuatan otot tungkai
y = variabel tes kecepatan lari pada bidang miring jarak 20 meter
N = Jumlah Sampel yang diteliti
= Sigma atau Jumlah
2 = Bilangan konstan (Sutrisno Hadi,1993 : 278)
Taraf signifikansi yang digunakan untuk menguji hipotesis
diatas dengan taraf signifikasni 0,05% dengan derajat kebebasan (N
– 2). Apabila dari nilai t-tes yang didapat dalam penelitian ini adalah
lebih besar atau sama dengan nilai t-tes pada tabel, maka dikatakan
‘’Signifikan’’ Demikian sebaliknya apabila ternyata nilai t-tes yang
didapat dalam penelitian ini adalah lebih kecil dengan nilai t-tes pada
tabel, maka dikatakan ‘’Tidak Signifikan’’.
4.3 Perhitungan Statistik/Perhitungan Data
4.3.1 Perhitungan statistik/Analisis data tentang nilai tes kekuatan otot
tungkai dan tes kecepatan lari pada bidang miring jarak 20 meter
siswa putra kelas VIII SMP Negeri 6 Amlapura tahun pelajaran
2010/2011. Adapun langkah-langkah yang ditempuh pada analisis
data penelititan ini adalah sebagai berikut:
1.Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat
2.Membuat Ha dan Ho dalam bentuk statistik
3.Membuat table penolong untuk menghitung nilai korelasi (table
kerja)
4.Memasukan data kedalam rumus (dari table penolong)
5.Menentukan besarnya sumbangan (koofisien diterminan/koofisien
penentu) dari variabel x terhadap variabel y
6.Menguji taraf signifikansi dengan rumus t-tes atau t-hitung
7.Menentukan tingkat kesalahan=0,05 atau 0,01 dengan derajat
bebas (db)=N-2
8.Menarik kesimpulan
4.3.2 Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat
Lebih lanjut dikatakan bahwa hipotesis dibedakan menjadi
hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nol (Ho) selalu
menyatakan tidak ada hubungan dan karena itu biasanya dinyatakan dengan
kalimat pernyataan negatif, sebaliknya hipotesis alternatif (Ha) selalu
menyatakan ada hubungan dan dinyatakan dalam kalimat pernyataan positif
(Sutrisno Hadi, 1992 : 64).
Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maka dapat disampaikan
hipotesis alternatif yang bunyinya: ada korelasi antara besaran kekuatan otot
tungkai terhadap lari pada bidang miring jarak 20 meter siswa putra kelas VIII
SMP Negeri 6 Amlapura tahun pelajaran 2010/2011. Sedangkan Hipotesis Nol
yang disampaikan berbunyi : tidak ada korelasi antara besaran kekuatan otot
tungkai terhadap lari pada bidang miring jarak 20 meter siswa putra kelas VIII
SMP Negeri 6 Amlapura tahun pelajaran 2010/2011.
18
4.3.3 Membuat Ha dan Ho dalam bentuk statistik
Ha = 0
Ho ≠ 0
4.3.4 Membuat tabel penolong untuk menghitung nilai korelasi (tabel kerja)
Tabel 02. Tabel kerja korelasi besaran kekuatan otot tungkai terhadap
kecepatn lari pada bidang miring jarak 20 meter siswa putra
kelas VIII SMP Negeri 6 Amlapura tahun pelajaran 2010/2011
No X Y X2
Y2 XY
1 90 4 8100 16 360
2 152 4 23104 16 608
3 82 5 6724 25 410
4 107 5 11449 25 535
5 104 5 10816 25 520
6 82 5 6724 25 410
7 104 5 10816 25 520
8 98 4 9604 16 392
9 99 5 9801 25 495
10 104 5 10816 25 520
11 62 5 3844 25 310
12 134 4 17956 16 536
13 104 4 10816 16 416
14 86 5 7396 25 430
15 131 4 17161 16 524
16 72 5 5184 25 360
17 90 4 8100 16 360
18 102 4 10404 16 408
19 96 4 9216 16 384
20 41 4 1681 16 164
21 127 6 16129 36 762
22 124 5 15376 25 620
23 103 4 10609 16 412
24 74 5 5476 25 370
25 89 5 7921 25 445
26 117 5 13689 25 585
27 109 4 11881 16 436
28 113 4 12769 16 452
29 78 4 6084 16 312
30 112 4 12544 16 448
31 128 4 16384 16 512
32 87 4 7569 16 348
33 116 5 13456 25 580
34 89 4 7921 16 356
35 89 4 7921 16 356
36 78 5 6084 25 390
37 139 4 19321 16 556
38 105 5 11025 25 525
39 104 5 10816 25 520
40 71 5 5041 25 355
41 105 4 11025 16 420
19
42 95 5 9025 25 475
43 71 5 5041 25 355
44 102 4 10404 16 408
45 115 4 13225 16 460
46 90 5 8100 25 450
47 114 4 12996 16 456
48 84 5 7056 25 420
∑ 4.768 217 494.600 995 21.446
4.3.5 Memasukan data kedalam rumus (dari tabel penolong)
r = })().(}{)().({
))(()(
2222 YYNXXN
YXXYN
= })217()995.(48}{)4768()600.494.(48{
)217)(4768()21446(48
22
= }089.47760.47}{824.733.22800.740.23{
656.034.1408.029.1
= }671}{976.006.1{
5248
= 896.680.675
5248
= 8626602,993.25
5248
= 0,20189381118
= 0,202 (Rendah)
4.3.6 Menentukan besarnya sumbangan (koofisien) diterminan/koofisien
penentu dari variabel x terhadap variabel y, dengan rumus:
KP = r2 x 100%
=0,2022 x 100%
=0,040804 x 100%
=4,0804%
=4,08%
Jadi pengaruh besaran kekuatan otot tungkai terhadap
kecepatan lari pada bidang miring jarak 20 meter hanya 4,08%
sisanya lagi 95,92% penyebab faktor lain.
4.3.7 Menguji taraf signifikansi dengan rumus-rumus t-tes atau t- hitung,
yang rumusnya:
t hitung = 21
2
r
Nr
20
= 2202,01
248202,0
= 040804,01
46202,0
= 959196,0
27823299831,6202,0 x
= 49793855216,0
93700306565,1
= 1,39886758208
= 1,399 (Tidak Signifikan)
t-tabel 1,684 uji satu pihak
4.3.8 Menentukan tingkat kesalahan (ά) = 0,05 atau 0,01 dengan derajat
bebas (db) = N-2
= 48-2
= 46
4.3.9 Menarik Kesimpulan
Berdasarkan taraf signifikansi 0,05% dan Db = 46,
didapatkan batas angka untuk uji satu pihak dalam tabel sebesar
1,684, sedangkan nilai t-hitung yang diperoleh dalam penelitian
1,399. Hal ini berarti bahwa nilai t-hitung yang didapat lebih
kecil dari nilai tabel uji satu pihak. maka berdasarkan analisis
tersebut di atas, hipotesis alternatif yang berbunyi : ada korelasi
antara besaran kekuatan otot tungkai terhadap kecepatan lari
pada bidang miring jarak 20 meter siswa putra kelas VIII SMP
Negeri 6 Amlapura tahun pelajaran 2010/2011 ditolak.
4.4 Pengkajian atau Interpretasi Data
Setelah dilakukan pengujian terhadap hipotesis dengan taraf
signifikansi 0,05% maka hasilnya dapat diinterpretasikan sebagai tabel
dibawah ini :
Tabel 03 : Tabel interpretasi koofisien korelasi besaran kekuatan otot tungkai
terhadap kecepatan lari pada bidang miring jarak 20 meter siswa
putra kelas VIII SMP Negeri 6 Amlapura tahun pelajaran
2010/2011
Korelasi Db Nilai t-tabel Nilai Keterangan
21
(r) signifikan
0,05%
t-test Ho Ha
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
0,202 46 1,684 1,399 Diterima Ditolak
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan analisis data, maka pada bab ini dibuat kesimpulan
dan saran-saran sebagai berikut :
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Tidak ada korelasi yang signifikan antara besaran kekuatan otot tungkai
terhadap kecepatan lari pada bidang miring jarak 20 meter siswa putra
kelas VIII SMP Negeri 6 Amlapura Tahun Pelajaran 2010/2011.
terbukti hasil t-hitung menunjukkan 1,399 angka ini lebih kecil dari
angka dalam tabel nilai t sebesar 1,684, dengan taraf signifikansi
0,05%, dan Db = 46.
5.1.2 Korelasi besaran kekuatan otot tungkai terhadap kecepatan lari pada
bidang miring jarak 20 meter siswa putra kelas VIII SMP Negeri 6
Amlapura tahun pelajaran 2010/2011, hanya mempunyai korelasi
sebesar 4,08% sisanya lagi 95,92% disebabkan oleh faktor lain.
5.2 Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, dapat disimpulkan saran-
saran sebagai berikut :
5.2.1 Dianjurkan kepada guru, Pembina, dan pelatih olahraga dalam upaya
untuk meningkatkan atletik khususnya dalam cabang lari harus
memperhatikan berapa besaran kekuatan otot tungkai atlet tersebut.
5.2.2 Disarankan Kepada Guru, Pembina, dan pelatih olahraga agar dalam
memberikan pelatihan selalu berpedoman pada komponen-
komponen dan prinsip-prinsip pelatihan agar tidak terjadi kelelahan
berlebih dalam pelatihan.
5.2.3 Disarankan bagi peneliti lain agar mengadakan penelitian yang lebih
mendalam dengan mencoba, mengatur, memainkan variabel, yang
berbeda dari penelitian ini.
22
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gambar 1.1 Pengarahan sebelum penelitian
Gambar 1.2 Tes besaran kekuatan otot tungkai siswa
Gambar 1.3 Tes lari pada bidang miring
Gambar 1.4 Tes besaran kekuatan otot tungkai